Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
yang solid dan bertanggung jawab yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan
pasar yang efisien, penghindaran salah alokasi dana investasi dan pencegahan
anggaran serta penciptaan legal dan politican framework bagi tumbuhnya aktifitas
usaha.
diterapkan sejak meletusnya era Reformasi yang dimana pada era tersebut telah
bersih sehingga good governance merupakan salah satu alat reformasi yang
mutlak diterapkan dalam pemerintahan baru yang sampai pada akhirnya good
govenance dianut kedalam seluruh jenis organisasi salah satunya adalah Badan
BUMDes adalah badan hukum baru yang tidak perlu akte notaris untuk
1
tokoh tokoh masyarakat di desa memiliki otoritas untuk mendirikan BUMDes ini
melalui semangat musyrawarah dan gotong royong. BUMDes juga dapat memiliki
desa yang tergolong kelompok miskin, mengurangi adanya praktek rentenir dan
pelepasan uang. Selain itu pula tujuan didirikan BUMDes adalah menciptakan
(Ridlwan, 2014).
yang baik dan dapat dipertanggungjawabkan kepada publik. Hal ini juga menjadi
Dari 9 aspek diatas yang menjadi fokus pnelitian dari penelitian ini adalah
berkepentingan.
melibatkan peran serta masyarakat sebagai pemilik modal. Karena Desa yang
2
PDTT lainnya yakni No 4/2015 Tentang Pendirian, Pengurusan dan Pengelolaan,
officio dijabat oleh Kepala Desa. Kemudian BPD (Badan Permusyawaratan Desa)
dengan AD-ART.
3
Berkembangnya BUMDes tidak terlepas dari peran Dana Desa yang
mulai disalurkan sejak tahun 2015. Permendes PDTT No. 21 Tahun 2015 tentang
bahwa salah satu prioritas dalam pemanfaatan dana desa adalah pendirian dan
pengembangan BUMDes. BUMDes di luar pulau jawa juga sudah mulai terlihat
Propinsi Gorontalo yang fokus pada usaha budi daya ikan air tawar.
dides tersebut memiliki kelemahan dalam penerpan prinsip tata kelola BUMDes
yaitu bantuan dana dari pemerintah kabupaten sebesar 25 juta rupiah dirasa
sangat besar, tetapi tidak diimbangi oleh dana yang tersedia. BUMDes juga
sedikit kesulitan untuk menjalankan jenis usaha lainnya karena sebagian besar
untuk memulai jenis usaha lain tentunya membutuhkan dana yang tidak sedikit.
Faktor keterbatasan sumber daya manusia yang mengelola BUMDes juga menjadi
yang rangkap jabatan dengan lembaga lainnya, sehingga pengurus lebih fokus ke
dana bantuan dari pemerintah dalam bentuk hibah, sehingga tidak sedikit dana
4
pinjaman BUMDes tidak dikembalikan. Bahkan di beberapa desa di Kabupaten
Jepara, sebesar 95% dana BUMDes hilang untuk simpan pinjam. Tingkat
pengetahuan dan wawasan masyarakat desa yang rendah serta pola pikir
untuk memulai kelompok usaha. Banyak potensi desa yang seharusnya bisa
dikelola dengan baik, tetapi hanya dibiarkan karena keengganan para masyarakat
kurang dari setahun sejak didirikan. Beberapa sistem masih belum berjalan
dengan baik dalam kegiatan BUMDes, seperti kurang efektifnya kerjasama yang
Maria (2016) yang meneliti mengenai Peranan Badan Usaha Milik Desa
sekitar. Di sisi lain, nampak adanya tuntutan profesionalisme dari warga kepada
pengelola BUMDes. Kedua hal ini akan memunculkan dilema pada tata kelola
5
Banteng dapat menjalankan peran akuntabilitasnya sehingga dapat mendorong
dan mengembangkan potensi ekonomi desa; serta unit usaha yang dikembangkan
saat ini sejumlah BUMDes di NTB mulai menapaki kemajuan. Sebagai contoh
sejumlah unit usaha, antara lain perusahaan air minum (PAM) Desa, mengolah
sampah, pertokoan, jasa penyewaan alat dan unit pengelolaan tempat rekreasi atau
mengelola unit usaha pasar desa, sehingga berkembang cukup baik. Selain itu
juga unit usaha pertokoan dan menyalurkan pupuk kepada para petani. Untuk unit
Lombok Tengah, yang dikelola oleh BUMDes dan cukup berhasil. Di objek
masuk kampung untuk membeli kerajinan dan di lokasi itu tersedia homestay
tempat istirahat. Untuk menikmati objek wisata ini wisatawan harus membayar
6
desa yang cukup besar sehingga perlu dikelola dengan baik seusai dengan prinsip
penerapan Good Governance atau Tata Kelola pada Badan Usaha Milik Desa
3. Apa saja kendala yang dihadapi oleh BUMDes Darma Setia dalam
7
1.5 Manfaat Penelitian
Hasil dri penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara
teoritis, praktis maupun secara kebijakan untuk berbagai pihak yang mempunyai
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
Hasil dari peneltian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi
3. Manfaat Kebijakan
jajaran yang terlibat dalam BUMDes baik yang membuat aturan dari awal
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
informal yang dibentuk untuk mengatur perilaku dan tindakan masyarakat tertentu
2000). Erani dalam Alkadafi (2014) menjelaskan bahwa predikat yang diberikan
pada kelembagaan adalah sebagai suatu kerangka hukum atau hak-hak alamiah
berbentuk suatu kritik terhadap ilmu ekonomi klasik dan memiliki hubungan
merancang pola interaksi antar pelaku ekonomi agar dapat melakukan kegiatan
berdasarkan pada politik dan sosial antar pelaku dan struktur kekuasaan ekonomi.
tantangan. Oleh karena itu, tata kelola atau manajemen BUMDes harus disusun
perekonomian mereka. Institusi yang baik memiliki prinsip atau aturan yang
mendukung jalannya organisasi dan terdapat bidang pekerjaan yang tercakup yang
9
penguatan aturan tata kelola dan regulasi. Dasar hukum yang lemah dapat
yang mengontrol perusahaan untuk bertindak secara adil baik bagi kepentingan
sebagai berikut :
“Good governance adalah suatu proses dan struktur yang digunakan oleh
pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak
10
“Good governance atau tata kelola organisasi adalah seperangkat
komitmen dari seluruh jajaran organisasi dan dimulai dengan penetapan kebijakan
dasar serta tata tertib yang harus dianut oleh top manajemen dan penerapan kode
etik yang harus dipatuhi oleh semua pihak yang ada di dalamnya. Dalam upaya
manajemen yang dilaksanakan. Audit internal merupakan salah satu profesi yang
menunjang terwujudnya good governance yang pada saat ini telah berkembang
efisien (Cahyaningsih & Venty, 2011 dalam Vicky Dzaky 2014 : 21-22).
sebagai berikut :
1. Keterbukaan (Transparency)
2. Kemandirian (Independency)
3. Akuntabilitas (Accountability)
4. Pertanggungjawaban (Responsibility).
5. Kewajaran (Fairness)”
11
1. Keterbukaan (Transparency)
2. Kemandirian (Independency)
dan tanpa tekanan atau intervensi dari pihak manapun yang tidak sesuai
3. Akuntabilitas (Accountability)
serta siap untuk digugat sesuai peraturan dan regulasi yang berlaku.
5. Kewajaran (Fairness)
12
2.1.2.3Manfaat dan Tujuan Good Governance
nasional dalam hal menarik modal investor dengan biaya yang lebih
maupun internasional.
perusahaan.
5. Mengurangi korupsi.
13
mempunyai kepentingan terhadap perusahaan. Perusahaan harus
berbeda dari para pihak yang berkepentingan: hal ini harus dicapai melalui
cara yang rasional dan adil untuk kepentingan jangka panjang , para
Menurut Pasal 107 ayat (1) huruf (a) Undang-Undang Nomor 22 Tahun
1999 dinyatakan bahwa sumber pendapatan Desa salah satunya adalah pendapatan
asli desa, yang meliputi: 1) hasil usaha desa; 2) hasil kekayaan desa; 3) hasil
swadaya dan partisipasi; 4) hasil gotong royong; dan 5) lain-lain pendapatan asli
desa yang sah. Penjelasan Pasal 107 ayat (1) menyebutkan bahwa pemberdayaan
potensi desa dalam meningkatkan pendapatan desa dilakukan, antara lain, dengan
pendirian Badan Usaha Milik Desa, kerja sama dengan pihak ketiga, dan
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yang menyatakan bahwa sebagai suatu
menganut asas mandiri. Ini berarti pemenuhan modal usaha BUMDes harus
BUMDes dapat mengajukan pinjaman modal kepada pihak luar, seperti dari
14
Pengertian lain tentang BUMDes terdapat dalam Pasal 1 ayat (6)
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2010 Tentang Badan Usaha
Milik Desa, yang menyatakan bahwa BUMDes adalah usaha desa yang
Milik Desa (ayat 1) Pembentukan Badan Usaha Milik Desa ditetapkan dalam
Bentuk Badan Usaha Milik Desa harus berbadan hukum (ayat 3).
Usaha Milik Desa (BUMDes) adalah lembaga usaha desa yang dikelola oleh
dan dibentuk berdasarkan kebutuhan dan potensi desa. Sebagai salah satu lembaga
lembaga ekonomi pada umumnya. Ini dimaksudkan agar keberadaan dan kinerja
kesejahteraan warga desa. Disamping itu, supaya tidak berkembang sistem usaha
kehidupan bermasyarakat.
dimaksud dengan BUMDes adalah suatu badan usaha yang didirikan atau
15
dibentuk secara bersama oleh masyarakat dan pemerintah desa dan
untuk menunjukkan arah atau mata angin; 2) kumpulan ketentuan mengenai dasar
proses yang memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam
usaha desa yang dikelola oleh masyarakat dan pemerintahan desa dalam upaya
desa.
bagaimana cara membentuk dan bagaimana sesuatu dapat dikelola agar dapat
BUMDes dapat diartikan sebagai hal pokok yang tentang bagaimana cara
16
membentuk dan dan mengelola BUMDes agar dapat sesuai dengan tujuan yang
desa dan dibentuk berdasarkan kebutuhan dan potensi desa, maka pendirian
UU Desa didirikan antara lain dalam rangka peningkatan Pendapatan Asli Desa
(PADesa).
Berangkat dari cara pandang ini, jika pendapatan asli desa dapat
diperoleh dari BUMDes, maka kondisi itu akan mendorong setiap Pemerintah
- Badan usaha ini dimiliki oleh desa dan dikelola secara bersama;
- Modal usaha bersumber dari desa (51%) dan dari masyarakat (49%)
17
- Operasionalisasinya menggunakan falsafah bisnis yang berakar dari
informasi pasar;
policy);
anggota).
pinjaman modal kepada pihak luar, seperti dari pemerintah desa atau
18
- Meningkatkan pengolahan potensi desa sesuai dengan kebutuhan
masyarakat; dan
pedesaan.
barang dan jasa yang dikelola masyarakat dan Pemdes. Pemenuhan kebutuhan ini
usaha desa yang paling dominan dalam menggerakan ekonomi desa. Lembaga ini
juga dituntut mampu memberikan pelayanan kepada non-anggota (di luar desa)
dengan menempatkan harga dan pelayanan yang berlaku standar pasar. Artinya
sesuai dengan kebutuhan dan potensi desa. Apa yang dimaksud dengan
pasar; tersedia sumber daya manusia yang mampu mengelola badan usaha sebagai
kegiatan ekonomi warga masyarakat yang dikelola secara parsial dan kurang
terakomodasi.
19
BUMDes merupakan wahana untuk menjalankan usaha di desa. Apa
yang dimaksud dengan “usaha desa” adalah jenis usaha yang meliputi pelayanan
ekonomi desa seperti antara lain: usaha jasa keuangan, jasa angkutan darat dan air,
listrik desa, dan usaha sejenis lainnya; penyaluran bahan pokok ekonomi desa;
peluang pasar dari produk (barang dan jasa) yang dihasilkan. BUMDes
sebagai badan usaha yang dibangun atas inisiatif masyarakat dan menganut
BUMDes dapat memperoleh modal dari pihak luar, seperti dari pemerintah
kabupaten atau pihak lain, juga pinjaman dari pihak ketiga sesuai peraturan
perundang-undangan.
20
dengan cara demikian akan dapat mendorong pembangunan ekonomi
usaha selanjutnya;
pengelolaanya.
21
- Memberdayakan desa sebagai wilayah yang otonom berkenaan dengan
atau diuraikan agar dipahami dan dipersepsikan dengan cara yang sama oleh
22
- Sustainable, Kegiatan usaha harus dapat dikembangkan dan dilestarikan
penguatan ekonomi desa melalui BUMDes diharapkan akan lebih berdaya. Hal ini
disebabkan adanya penopang, yakni dana anggaran desa yang semakin besar.
BUMDes. Jika ini berlaku sejalan, maka akan terjadi peningkatan PADesa yang
Hal utama yang penting dalam upaya penguatan ekonomi desa adalah
lapisan masyarakat desa. Sehingga itu menjadi daya dorong dalam upaya
meliputi:
23
tanggung jawab, dan wewenang pemegang jabatan tidak terjadi
- Menyusun bentuk aturan kerja sama dengan pihak ketiga. Kerja sama
dengan pihak ketiga apakah menyangkut transaksi jual beli atau simpan
pinjam penting diatur ke dalam suatu aturan yang jelas dan saling
para pengelola BUMDes memiliki pedoman yang jelas apa yang harus
24
dikerjakan dan dihasilkan dalam upaya mencapai tujuan yang
dibuat; serta
25
imbalan bagi pengelola BUMDes dapat dilakukan dengan berbagai
didirikan dalam bentuk Usaha Bersama (UB) atau bentuk lainnya, tetapi
bukan Koperasi, PT, Badan Usaha Milik Daerah, CV, UD atau lembaga
pengesahan; serta
26
pendidikan bagi pemegang jabatan ini penting agar dapat menjalankan
peran dan fungsinya sesuai dengan tuntutan pekerjaan. Selain itu: perlu
bersifat lintas desa perlu dilakukan koordinasi dan kerja sama antar
sama dengan pihak ketiga oleh pengelola harus dengan konsultasi dan
27
6. Pertanggungjawaban Pengelola
dengan AD-ART.
7. Karakteristik BUMDes
28
desa, menjadi salah satu sumber pendapatan desa, dan memberikan
BUMDes, antara lain: Pasar desa, simpan pinjam, Waserda, sumber air,
ayat (12) sebagai berikut “Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya
setempat, berdasarkan asal-asul dan adat istiadat setempat yang diakui dan
Pengertian Desa yang dijelaskan pada Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 menjelaskan “Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut
dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum
yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus
masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati
adalah desa yang mampu memenuhi kebutuhannya dan apabila terdapat bantuan
29
melalui beberapa serangkaian tahapan yaitu perencanaan dan persiapan,
dides tersebut memiliki kelemahan dalam penerpan prinsip tata kelola BUMDes
yaitu bantuan dana dari pemerintah kabupaten sebesar 25 juta rupiah dirasa
sangat besar, tetapi tidak diimbangi oleh dana yang tersedia. BUMDes juga
sedikit kesulitan untuk menjalankan jenis usaha lainnya karena sebagian besar
untuk memulai jenis usaha lain tentunya membutuhkan dana yang tidak sedikit.
Faktor keterbatasan sumber daya manusia yang mengelola BUMDes juga menjadi
yang rangkap jabatan dengan lembaga lainnya, sehingga pengurus lebih fokus ke
dana bantuan dari pemerintah dalam bentuk hibah, sehingga tidak sedikit dana
Jepara, sebesar 95% dana BUMDes hilang untuk simpan pinjam. Tingkat
pengetahuan dan wawasan masyarakat desa yang rendah serta pola pikir
30
masyarakat yang belum terbuka sehingga kesulitan mengubah mindset seseorang
untuk memulai kelompok usaha. Banyak potensi desa yang seharusnya bisa
dikelola dengan baik, tetapi hanya dibiarkan karena keengganan para masyarakat
kurang dari setahun sejak didirikan. Beberapa sistem masih belum berjalan
dengan baik dalam kegiatan BUMDes, seperti kurang efektifnya kerjasama yang
Maria (2016) yang meneliti mengenai Peranan Badan Usaha Milik Desa
sekitar. Di sisi lain, nampak adanya tuntutan profesionalisme dari warga kepada
pengelola BUMDes. Kedua hal ini akan memunculkan dilema pada tata kelola
dan mengembangkan potensi ekonomi desa; serta unit usaha yang dikembangkan
31
agroindustri dianggap mampu mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh
Maryunani, Yustika, A.E., & Ananda, C.F., (2014) yang secara garis besar
membahas mengenai penerapan good governance atau tata kelola pada BUMDes
menyalurkan dana ratusan juta ke setiap desa yang ada di Indonesia salah satunya
desa Bilebante maka sebagai salah satu bentuk pemanfaat program Dana Desa
tersebut adalah desa dapat membuat sebuah badan usaha milki deesa (BUMDes)
yang nantinya akan mengelola sumber sumber potensi yang ada didesa tersebut
usaha dapat dikatakan bahwa BUMDes tersebut merupakan sebuah lembaga yang
harus dikelola dengan baik. Salah satu cara untuk mengetahui apakah BUMDes
sudah dikelola dengan baik atau tidak maka peneliti dapat melihatnya dari apakah
BUMDes tersebut sudah menjalankan prinsp prinsip tata kelola atau good
observasi, wawancara, dan dokumentasi yang kemudian hasil yang didapat akan
32
di validasi. Validasi akan dilakukan dengan triangulasi dari beberapa sumber data.
Hasil dari penelitian berupa diskripsi akan menjawab atas pertanyaan penelitian.
skema berikut :
Dana Desa
Pembentukan BUMDes
Penerapan GG
Research Question
Metodelogi
33
BAB III
DESAIN PENELTIAN
perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain lain secara holistik dengan cara
deskripsi dalam bentuk akata kata dan bahasa dalam satu konteks khusus yang
yang spesifik dari para partisipan, menganalisis data secara induktif mulai dari
tema tema yang khusus ketema yang umum dan menafsirkan makna data
(Creswell, 2010:4)
pengujian yang teliti dan seksama pada kesadaran pengalaman manusia. Konsep
penerpana Good Governance merupakan suatu fenomena sosial yang disusun atas
34
kesadaran dengan adanya interaksi sosial antara berbagai pihak. Pengalama para
informan dalam menerapkan Good Governance inilah yang akan peneliti coba
gali lebih jauh seperti apa konsep dari Good Governance dipahami dan sejauh
mana penerpannya serta apa saja kendala yang dihadapi danlam penerapan Good
melalui prosedur perhitungan dan statistik. Penelitian kualitatif tidak akan terlepas
dari keberadaan instrumen penelitian yang dipakai untuk memperoleh data data
penelitian saat sudah memasuki tahap pengumpulan data dilapangan. Ada dua
jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer dan data
sekunder. Data prmer dalam penelitian ini merupakan data yang diperoleh dari
hasil wawancara dan obeservasi yang dilakukan oleh peneliti, sementara itu data
Governance Pada Badan Usaha Milik Desa Darma Setia Di Desa Bilebante
35
3.2.1 Informan dan Kehadiran Peneliti
Pertimbangan tersebut yaitu orang orang yang dianggap paling tahu dan memiliki
pengambilan informan sumber data, yang pada awalnya jumlahnya sedikit, lama
kelamaan menjadi banyak. Hal ini dilakukan karena dari jumlah sumber data yang
sedikit tersebut belum mampu memberikan data yang memuaska, maka mencari
orang lain dapat digunakan sebagai sumber data (Sugiyono, 2014:219). Adapun
yang menjadi key informan dalam penelitian ini adalah aktor aktor yang berperan
36
3.2.2 Setting Lokasi
Darma Setia yang terletak di Desa Bilebante, Kabupaten Lombok Tengah. Alasan
BUMDes ini dikarenakan BUMDes Darma Setia yang terletak didesa Bilebante
ini diketahui telah berhasil mengelola sebbuah produk yang sangat memiliki nilai
dari sgi materi yaitu BUMDes mampu mengelola sebuah objek wisata yang saat
ini sangat terkenal di Desa Bilebante yaitu objek wisata Pasar Pancingan.
mengelolan BUMDes setelah berhasil menjadi sebuah badan usaha yang maju.
mengatakan, sumber data dalam penelitian kualitatif adalah kata kata dan
tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dokumen dan lain
gejala gejala yang tampak pada objek penelitian di kondisi yang sebenarnya.
37
2. Wawancara
adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya
jawab, sehingga dapat dikontribusikan makna dalam suatu aspek tertentu. Metode
ini dilakukan dengan cara mewawancarai secara langsung dan mendalam kepada
pihak yang terlibat dan terkait langsung dengan good governance guna
tersusun secara sistematis dan lengkap dalam mengumpulkan datanya akan tetapi
yang digunakan hanyalah pertanyaan yang berhubungan dengan garis garis besar
penelitian.
3. Dokumentasi
tertulis yang berupa data sekunder yang bersumber dari peraturan, struktur
organisasi, rencana kerja, buku buku literatur lainnya. Metode ini digunakan
Pada penelitian kualitatif, validitas ini tidak memiliki konotasi yang sama
tertentu. Validitas didasarkan pada kepastian apakah hasil penelitian sudah akurat
38
dari sudut pandang peneliti, partisipan atau pembaca secara umum. Peneliti perlu
yang paling sering digunakan adalah mentriangulasi sumber sumber data yang
berbeda dengan memeriksa bukti yang berasal dari sumber tersebut dan
tema yang dibangun berdasarkan sejumlah sumber data atau persepektif dari
a. Triangulasi Sumber
cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Data
b. Triangulasi Teknik
cara mengeck data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Misal
atau kuisioner. Bila dari ketiga tenik tersebut hasilnya berbeda beda, maka peneliti
berdiskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan atau yang lain,
39
c. Triangluasi Waktu
dengan teknik wawancara pada pagi hari akan memberikan data yang lebih valid
sehingga lebih kredibel. Untuk itu dalam rangka pengujian validitas data dapat
teknik lain dala waktu atau situasi yang berbeda. Jika hasilnya berbeda, maka
dilakukan secara terus menerus sampai data yang dipeoleh jenuh. Analisis data
mengutip dari Miles dan Huberman (1984), bahwa aktivitas dalam analisa data
kualitatif terdiri dari tiga alur kegiatan yaitu reduksi data, penyajian data, dan
penarikan kesimpulan.
1. Reduksi Data
pada penyederhanaan data kasar yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara
40
2. Penyajian Data
Penyajian data dilakukan setelah data direduksi dan paling sering dalam
dengan bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan, maka
masalah tidak mengalami perubahan dari awal maka kesimpulan tersebut dapat
41
Berikut model interaktif dalam analisis data seperti gambar 3.1 dibawah
ini :
Pengumpulan Data
Penyajian Data
Reduksi Data
Penarikan
Kesimpulan/verifikasi
42
REFERENSI
Hardijono, R., Maryunani, Yustika, A.E., & Ananda, C.F., (2014). Economic
Independence of The Village Through Institutional Village Enterprises
(BUMDes). IOSR Journal of Economics and Finance (IOSR-JEF), 3(2), 21-
30.
Ramadana, C.B., Ribawanto, H., & Suwondo. (2013). Keberadaan Badan Usaha
Milik Desa (Bumdes) sebagai Penguatan Ekonomi Desa (Studi Di Desa
Landungsari, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang). Jurnal Administrasi
Publik (JAP), 1(6), 1068-1076.
43
Sa'dullah. (2016). Pentingnya Media Audio Visual dalam Pengembangan
Kawasan Perdesaan Agropolitan. Kementerian Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia. Available:
http://www.kemendesa.go.id/index. php/view/detil/1799/pentingnya-media-
audio-visual-dalam-pengembangan-kawasan-perdesaan-agropolitan.
Accessed May 2018.
Samsir, Andi. 2016 Studi Komperatif MODEL BUMDes di Kabupaten Bantaen.
Ad’ministrare, Vol. 3 No. 2, 2016
Sofyan, A. (2015). Prinsip Tata Kelola Badan Usaha Milik Desa. Keuangan
Desa: Media Referensi dan Diskusi Keuangan Desa.
http://www.keuangandesa.com/201 5/09/prinsip-tata-kelola-badan-usaha-
milik-desa/. Accessed May, 2018
44