You are on page 1of 12

SEMINAR AUDITING

DOSEN PENGAMPU :

Dr. ENGGAR DIAH PUSPA ARUM, SE.Ak. M.Si

Disusun oleh Kelompok 4 :

Wirdiya Tri Prasetia RRC1C015003

M. Anggi Puja Kusuma RRC1C015026

Sri Wahyuni RRC1C015049

Evan Adytia Nadapdap RRC1C015065

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS JAMBI

2017/2018

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Auditing dapat dianggap sebagai proses pemeriksaan, penilaian dan
evaluasi hasil laporan keuangan sebuah perusahaan/entitas yang dilakukan
oleh seorang atau lebih auditor dari pihak (internal) manajemen
perusahaan sendiri atau pihak luar perusahaan (eksternal). Cara auditor
untuk menilai laporan keuangan diperlukan standar auditing untuk
dijadikan acuan dalam pemeriksaan sebuah laporan keuangan perusahaan.
Standar Auditing dapat dikatakan sebagai aturan (kriteria) yang di
tetapkan sebagai pedoman khusus bagi auditor dalam menjalankan
tugasnya yaitu menilai dan mengevaluasi laporan keuangan perusahaan.
Standar audit dapat ditetapkan pada setiap audit laporan keuangan oleh
seorang auditor independen tanpa memandang skala ukuran kegiatan
klien, bentuk organisasi bisnis, jenis industri atau apakah tujuan entitas
adalah mencari laba atau nirlaba.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Sesuai dengan latar belakang yang dikemukakan maka permasalahan yang
akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah standar auditing?

2. Apa saja jenis-jenis standar auditing?

1.3 TUJUAN MASALAH


Adapun manfaat dan tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Menjelaskan apa itu standar audting.

2
2. Menjelaskan jenis-jenis audit

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 STANDAR AUDITING


Standar audting merupakan panduan audit atas laporan keuangan historis.
Standar auditing terdiri dari 10 standar dan dirinci dalam bentuk
Pernyataan Standar Auditing (PSA). PSA berisi ketentuan-ketentuan dan
panduan utama yang harus diikuti oleh akuntan publik dalam
melaksanakan perikatan audit (Standar Profesional Akuntan Publik,
2001:001.8). Standar auditing merupakan pedoman bagi auditor dalam
menjalankan tanggung jawab profesionalnya. Ikatan Akuntan Indonesia
(IAI) dalam Pernyataan Standar Auditing (PSA) No. 1 telah menetapkan
dan mengesahkan sepuluh standar auditing yang dibagi menjadi tiga
kelompok.
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) berpendapat bahwa audit yang dilakukan
auditor dikatakan berkualitas jika memenuhi standar auditing dan standar
pengendalian mutu (Elfarini, 2005).
Arens dkk (2008:42) menyatakan bahwa standar auditing merupakan
pedoman umum untuk membantu auditor memenuhi tanggung jawab
profesionalnya dalam audit atas laporan keuangan historis. Standar ini
mencakup pertimbangan mengenai kualitas professional seperti
kompetensi dan independensi, persyaratan pelaporan, dan bukti. Standar
Muhammad Kadhafi 56 audit adalah kriteria atau ukuran mutu minimal
untuk melakukan kegiatan audit yang wajib dipedomani oleh APIP
(PER/05/M.PAN/03/2008 pada lampiran pengertian-pengertian). Standar
audit APIP meliputi standar pelaksanaan, standar pelaporan dan standar
tindak lanjut, baik untuk prinsip-prinsip dasar dan standar umum.

4
2.2 JENIS-JENIS STANDAR AUDIT
1. Standar Umum
Standar umum berfungsi untuk mengatur syarat-syarat diri auditor.
Standar umum terdiri dari:
a) Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki
keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.
Audit hanya boleh dilakukan oleh seseorang yang memiliki
kompetensi yang memadai sebagai seorang auditor. Kantor
Akuntan Publik (KAP) dalam memilih dan menugaskan staff harus
memperhatikan standar umum ini, artinya dalam menugaskan staff
harus betul-betul yang memiliki kompetensi dalam bidang audit.
b) Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan,
independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.
Independensi dalam penugasan mengandung arti bahwa auditor
tidak boleh memihak atau tidak boleh mau untuk mendapat
tekanan dari pihak manapun. Auditor harus benar0benar
menggunakan judgement profesionalnya untuk melakukan audit
atau memberikan pendapat terhadap laporan keuangan yang di
auditnya.
c) Dalam pelaksanaan audit dan pelaporannya, auditor wajib
menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan
seksama.
Auditor tidak boleh ceroboh dalam melaksanakan auditnya,
sehingga auditor harus menggunakan kecermatan dan
profesionalitas yang tinggi dalam melaksanakan audit.Kecermatan
dan profesionalitas yang tinggi sangat penting dalam menjaga
eksistensi dan kepercayaan masyarakat terhadap profesi auditor.
Auditor sangat tergantung kepada kepercayaan masyarakat, jika
auditor tidak dipercayai masyarakat maka profesi auditor akan
berada pada jurang kehacuran.

5
2. Standar Pekerjaan Lapangan
Standar pekerjaan lapangan berfungsi untuk mengatur mutu
pelaksanaan auditing. Standar pekerjaan lapangan terdiri dari:
a) Pekerjaan harus dilaksanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan
sistem harus disupervisi dengan semestinya.
Audit harus direncanakan dengan baik, karena audit merupakan
suatu pekerjaan yang kompleks dan melibatkan banyak orang
idalamnya. Jika tidak direncanakan dengan baik maka ada
kemungkikan terabaikannya hal-hal tertentu yang akan berdampak
pada kesalahan memberikan pendapat atau opini audit. Dalam
perencanaan sebuah audit, hal yang perlu mendapat perhatian
diantaranya staff yang akan ditugaskan, termasuk didalamnya
menentukan siapa supervisor dan siapa audit juniornya. Dalam
audit, apabila dibutuhkan tenaga ahli, maka hendaknya tenaga ahli
ini disupervisi dengan semestinya. Tenaga ahli ini biasanya
dibutuhkan untuk membantu auditor dalam menilai suatu aset
spesifik yang dimiliki oleh perusahaan yang di audit, misalkan
diperlukannya tenaga ahli perminyakan untuk menilai kandungan
atau persediaan minyak bumi yang dimiliki perusahaan Pertamina.
Dalam perencanaan audit, auditor harus mempertimbangkan, antara
lain :
1) Masalah yang berkaitan dengan bisnis entitas dan industri yang
menjadi tempat usaha entitas tersebut.
2) Kebijakan dan prosedur akuntansi entitas tersebut.
3) Metode yang digunakan oleh entitas tersebut dalam mengolah
informasi akuntansi yang signifikan, termasuk penggunaan
organisasi jasa dari luar untuk mengolah informasi akuntansi
pokok perusahaan.
4) Tingkat risiko pengendalian yang direncanakan.
5) Pertimbangan awal tentang tingkat materialitas untuk tujuan
audit.

6
6) Pos laporan keuangan yang mungkin memerlukan penyesuaian
(adjustment).
7) Kondisi yang mungkin memerlukan perluasan atau pengubahan
pengujian audit, seperti resiko kekeliruan atau kecurangan yang
material atau adanya transaksi antar pihak-pihak yang
mempunyai hubungan istimewa.
8) Sifat laporan laporan auditor yang diharapkan akan diserahkan
(sebagai contoh, laporan auditor tentang laporan keuangan
konsolidasi, laporan keuangan yang diserahkan ke Bapepam,
laporan khusus untuk menggambarkan kepatuhan klien terhadap
kontrak perjanjian).
b) Pemahaman memadai atas Struktur Pengendalian Intern (SPI)
harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat,
saat dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.
Pengendalian intern terdiri dari lima komponen yang saling terkait
yaitu :
1) Lingkungan pengendalian
2) Penaksiran risiko
3) Aktivitas pengendalian
4) Informasi dan komunikasi
5) Pemantauan
Dalam semua audit, auditor harus memperoleh pemahaman
masing-masing dari lima komponen pengendalian intern yang
cukup untuk merencanakan audit dengan melaksanakan prosedur
untuk memahami desain pengendalian yang relevan dengan suatu
audit laporan keuangan, dan apakah pengendalian tersebut
dioperasikan. Dalam perencanaan audit, pengetahuan tersebut
digunakan untuk:
1) Mengidentifikasi salah saji potensial.
2) Mempertimbangkan faktor-faktor yang berdampak terhadap
risiko salah saji material.

7
3) Mendesain pengujian substantif.
c) Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi,
pengamatan, permintaan keterangan dan konfirmasi sebagai dasar
memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang
diaudit.
Bukti audit merupakan dasar bagi seorang auditor untuk melakukan
analisa dan dasar menentukan pendapat atas laporan keuangan yang
diaduti. Apabila bukti audit terbatas, maka auditor akan akan
kesulitan untuk menentukan wajar atau tidaknya suatu laporan
keuangan. Bukti audit dapat diperloeh selama proses audit dengan
cara melakukan inspeksi, pengamatan langsung ke lokasi
perusahaan selama waktu tertentu, mengajukan pertanyaan kepada
karyawan, ataupun melakukan konfirmasi kepada pihak ketiga
terkait saldo-saldo yang berhubungan dengan pihak ketiga. •
Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan
asisten harus disupervisi dengan semestinya.
Pernyataan manajemen (asersi) yang terkandung di dalam
komponen laporan keuangan dapat diklasifikasikan menjadi 5
golongan yaitu:
1) Keberadaan atau keterjadian (exitence or occurrence)
2) Kelengkapan (completeness)
3) Hak dan kewajiaban (right and obligation)
4) Penilaian (valuation)
5) Penyajian dan pengungkapan (presentation and disclosure).

3. Standar Pelaporan
Standar pelaporan berfungsi sebagai panduan bagi auditor dalam
mengkomunikasikan hasil audit melalui laporan audit kepada
pemakai informasi keuangan. Standar pelaporan terdiri dari: \

8
a) Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan
telah disusun sesuai dengan Prinsip Akuntansi yang Berlaku
Umum (PABU) di Indonesia.
Bukti audit merupakan dasar bagi seorang auditor untuk melakukan
analisa dan dasar menentukan pendapat atas laporan keuangan yang
diaduti. Apabila bukti audit terbatas, maka auditor akan akan
kesulitan untuk menentukan wajar atau tidaknya suatu laporan
keuangan. Bukti audit dapat diperloeh selama proses audit dengan
cara melakukan inspeksi, pengamatan langsung ke lokasi
perusahaan selama waktu tertentu, mengajukan pertanyaan kepada
karyawan, ataupun melakukan konfirmasi kepada pihak ketiga
terkait saldo-saldo yang berhubungan dengan pihak ketiga. •
Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan
asisten harus disupervisi dengan semestinya.
Pendapat auditor, bahwa laporan keuangan menyajikan
secara wajar posisi keuangan, hasil usaha,dan arus kas sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum harus didasarkan atas
pertimbangannya apakah:
1) Prinsip akuntansi yang dipilih dan diterapkan telah berlaku
umum di Indonesia.
2) Prinsip akuntansi yang dipilih tepat untuk keadaan yang
bersangkutan
3) Laporan keuangan beserta catatannya memberikan informasi
cukup yang dapat mempengaruhi penggunaan, pemahaman, dan
penafsirannya.
4) Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan
diklasifikasikan dan diikhtisarkan dengan semestinya, yang
tidak terlalu rinci atau ringkas.
5) Laporan keuangan mencerminkan peristiwa dan transaksi yang
mendasarinya dalam suatu cara yang menyajikan posisi

9
keuangan, hasil usaha, dan arus kas dalam batas-batas yang
layak dan praktis untuk dicapai dalam laporan keuangan.
b) Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada
ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam menyusun
laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan prinsip
akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.
Apabila perusahaan tidak menerapkan prinsip akuntansi scara
konsisten maka auditor harus menyampaikan informasi tersebut
dalam laporan audit. Hal ini dimaksudkan agar laporan audit dapat
memberikan informasi yang seakurat mungkin agar pemaakai
laporan terhindar dari informasi yang keliru.
c) Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus
dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan
auditor.
d) Laporan auditor, harus memuat suatu pernyataan pendapat
mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi
bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat
secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus
memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang
dilaksanakan, jika ada dan tingkat tanggung jawab yang dipikul
oleh auditor.

10
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Standar auditing merupakan pedoman bagi auditor dalam menjalankan


tanggung jawab profesionalnya. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam
Pernyataan Standar Auditing (PSA) No. 1 telah menetapkan dan
mengesahkan sepuluh standar auditing yang dibagi menjadi tiga
kelompok.

Jenis-jenis standar auditing:

1. Standar umum berfungsi untuk mengatur syarat-syarat diri auditor.


2. Standar pekerjaan lapangan berfungsi untuk mengatur mutu
pelaksanaan auditing.
3. Standar pelaporan berfungsi sebagai panduan bagi auditor dalam
mengkomunikasikan hasil audit melalui laporan audit kepada pemakai
informasi keuangan.

11
Daftar Pustaka

Arens, Alvin A, Randal J. Elder, dan Mark S. Beasley. 2008. Jasa Audit dan
Assurance: Pendekatan Terpadu (Adaptasi Indonesia), Pearson Education
International. Jakarta:Salemba Empat.

Elfarini, E.C. 2005. Pengaruh Kompetensi dan Independensi Auditor terhadap


Kualitas Audit. Skripsi tidak dipublikasikan. Universitas Negeri Semarang.

Ikatan Akuntan Indonesia Kompartemen Akuntan Publik, Standar Profesional


Akuntan Publik Per 1 Januari 2001. Jakarta:Salemba Empat.

Muhammad Kadhafi.2013. Pengaruh Independensi, Etika dan Standar Audit


Terhadap Kualitas Audit Inpektorat Aceh. Vol. 6 No. 1 Januari 2013 Hlm.
54- 63.

Sujana, Edy. 2010. Pengantar Audit. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.

12

You might also like