You are on page 1of 6

UTS

MANAJEMEN KEUANGAN SEKTOR PUBLIK


(Jawaban MSKP Dosen Pengampau, Prof. Dr. Bambang Triadji )

DI SUSUN OLEH :

MAUNAH
7774160074

Program Studi Magister Akuntansi


Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Tahun 2017
Universitas Sultan Ageng Tritayasa
Pasca Srajana
Soal Ujian Tengah Semester (UTS) tahun 2018

Nama : Maunah
Nim : 7774160074
Mata Kuliah : Manajemen Keuanngan Sektor Publik (MKSP)

Jawaban

1. Masalah penyerapan anggaran dikaitakna dengan kinerja pemerinth yang buruk ;


a. Maslah yang dihadapi suatu negara terkait dengan penyerapan anggaran adalah
permasalahan yang bersumber dari : (1) internal K/L, (2) proses pelaksanaan
pengadaan barang dan jasa, (3) dokumen pelaksanaan anggaran dan proses
revisi, dan (4) permasalahan lainnya, seperti adanya peningkatan alokasi belanja
K/L pada saat terjadi perubahan APBNsebagaimana tertuang dalam APBN- P.

b. Sangatlah sulit menentukan kinerja para menteri/pemerintah dengan dasar


terserap atau tidaknya anggaran. Menghubungkan uang dan kinerja dalam
pemerintahan bukan perkara gampang. Hasil akhir dari kinerja pemerintah atau
kementerian adalah outcome dan output, di mana outcome dan output tersebut
susah sekali dinilai dengan uang.
Misal dari outcome adalah warga merasa nyaman dengan teratasinya banjir di
Jakarta. Adapun contoh dari output yaitu banyaknya sumur resapan yang berhasil
dibangun di Jakarta.
Anggota Dewan memiliki kekuasaan yang besar dalam penentuan dan perubahan
anggaran. Dominasi anggota Dewan tersebut tentu akan sangat memengaruhi
ketepat waktuan penyerapan anggaran kementerian. Apabila reviu dan
persetujuan anggaran atau proyek bisa dilakukan dengan cepat, kemungkinan
keterlambatan penyerapan bisa dihindari.
Memang perlu diakui bahwa adanya siklus anggaran tahunan menjadi problem
utama dalam hal ini.Belanja anggaran tentunya tidak bisa disamaratakan tiap
bulan karena karakter belanja masing-masing pos itu sendiri bisa berbeda-beda.
Ketidakpastian menjadi satu hal yang menyebabkan susahnya penyamarataan
belanja setiap bulannya.
Dengan tidak terserapnya anggaran tersebut, sekali lagi, bukan berarti kinerja
menteri tersebut dianggap kurang. Kesimpulannya, penundaan atau budget
freezing di Dewan, rumit dan lamanya proses pengadaan barang dan jasa, dan
munculnya ketidakpastian menjadikan poin utama tidak terserapnya anggaran.
Karena itu, sudah menjadi hal yang biasa diakhir tahun pemerintah atau
kementerian ngebut menghabiskan anggaran.

c. Realisasi penyerapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2017


rendah dibandingkan dengan 2016. Data kementerian Keuangan mencatat bahwa
realisasi belanja pemerintah periode 1 Januari-20 Februari 2017 sebesar Rp
168,63 triliun atau hanya 8,1 persen dari target APBN 2017. Angka ini lebih
rendah dibandingkan dengan periode yang sama pada 2016, yakni mencapai Rp
189,41 triliun atau 9,1 persen dari APBNP 2016.

d. Saya mengusulkan agar dibentuk badan khusus yang menangani proyek-proyek


pemerintah skala besar yang langsung bertanggungjawab kepada
Presiden,disupervisi dan dimentoring secara hukum oleh kapeka dan menunjuk
langsung BUMN atau pihak lain sebagai pelaksana proyek pembangunan, ambil
alih tugas Pemimpin Proyek Pemerintah, dengan demikian infrastruktur segera
dibangun khususnya di luar Jawa sehingga perekonomian nasional lebih cepat
bergerak dan lebih cepat mensejahterakan rakyat.

2. Wacana adanya GBHN (Garis-garis Besar Halua Negara), karena adaanya


Legal Structure, jelaskan :
a. Salah satu kelemahan yang mencolok di era pembangunan reformasi adalah
koordinasi, konsolidasi dan integrasi yang simpang siur para pelaku
pembangunan. Banyak anggaran tersedot untuk membiayai pos di kementerian,
fasilitas pejabat, gaji pegawai negeri tanpa diimbangi prestasi kerja yang
sepadan. Ditambah dengan demokratisasi politik yang kebablasan, salah
satunya pejabat pemerintah merangkap sebagai pejabat politik. Presiden,
menteri, gubernur, walikota, Bupati hingga kepala desa merangkap sebagai
ketua partai atau pejabat fungsionaris partai. Kementerian menjadi pos basah
bagi partai yang kadernya menjabat disitu.
Banyaknya korupsi oleh pejabat politik yang memimpin birokrasi, mulai dari
menteri, gubernur, bupati hingga wali kota, bahkan juga anggota Dewan,
membuktikan rangkap jabatan sangat menyuburkan saluran korupsi kekayaan
negara. Belum lama berselang, berbagai kasus korupsi seperti kasus Hambalang,
impor daging sapi dan banyak lagi lainnya, diduga melibatkan partai-partai
politik besar. Kejadian tersebut tentu saja semakin meruntuhkan kepercayaan
masyarakat terhadap politik partai dan kewibawaan pemerintah pada
umumnya.

b. Setuju dengan catatan GBHN di Revitalisasi, GBHN sebagai sistem


perencanaan nasional, merupakan upaya kesinambungan dalam rangka
merealisasikan tujuan nasional. Hal itu sejalan dengan alinea keempat
pembukaan UUD 45, yaitu melindungi segenap bangsa, meningkatkan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia.
GBHN harus kembali diberlakukan, sebab tidak adil kalau digantikan konsep
Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) yang dibuat, dikontrol dan dinilai
oleh pemerintah sendiri Termasuk juga presiden harus menjalankan mandat
rakyat. Kalau presiden merencanakan sendiri, melaksanakan sendiri,
mengawasi sendiri, mengontrol sendiri dan menilai sendiri tentu itu tidak
memenuhi prinsip keadilan. Oleh karena itu, dalam rangka menerapkan kembali
GBHN tentu ada banyak pilihan jalan yang bisa ditempuh. Saya juga berharap
juga berharap, dirumuskan sebuah produk Undang-Undang yang dapat
mewajibkan partai-partai politik melaksanakan redefinisi, reorientasi dan
reaktualisasi misi mereka.
c. Yang menetapkan surat keputusan berlakunya GBHN adalah, Majelis
Permusawaratan Rakyat (MPR).
Dan GBHN harus di patuhi oleh pemerintah pusat dan daerah, GBHN sangat
diperlukan sebagai sebuah kesepakatan bersama antara pemerintah dan MPR
sebagai penjewantahan rakyat dalam melaksanakan visi, misi, tujuan dan
program pemeritahan sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945. Bahkan,
pemberlakuan kembali GBHN dapat mengoptimalkan penggunaan keuangan
negara sehingga keuangan negara dapat dipergunakan secara efektif dan efisien.

3. Reasliasai UU tentang Tax Amnesty,


Kebijakan tax amnesty belum maksimal diimplementasikan. Hingga 13
September 2016, dana tebusan baru terkumpul sebesar Rp9,31 triliun dari
target Rp165 triliun, sedangkan dari target Rp1000 triliun modal yang
direpatriasi, baru terwujud Rp19,1 triliun.
UU Tax Amnesty saat itu belumdilengkapi dengan berbagai aturan teknis
pelaksanaannya baik dalam bentuk peraturan pemerintah, peraturan Kemenkeu
atau pada tingkat Direktorat Pajak. Tidak heran program tax amnesty sempat
membuat resah kalangan menengah bawah, terkait besarnya dana tebusan yang
harus dibayarkan atas aset yang belum dilaporkan sebelumnya. Akibatnya
kontrol narasi kebijakan tax amnesty oleh pemerintah sempat tenggelam dalam
reaksi negatif.
Kesimpulan saya ta amenst belum sepenuhnya berhasil,

4. BLU adalah instansi di lingkungan Pemerintah yang dibentuk untuk memberikan


pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang
dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan
kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.

Pengelolaan PNBP pada BLU mengikuti pedoman sebagai berikut.


1. Penggunaan PNBP
a. Pada BLU Penuh
Satuan kerja berstatus BLU Penuh diberikan fleksibilitas pengelolaan keuangan,
antara lain dapat langsung menggunakan seluruh PNBP dari pendapatan
operasional dan nonopersaional, di luar dana yang yang bersumber dari APBN,
sesuai RBA tanpa terlebih dahulu disetorkan ke Rekening Kas Negara. Apabila
PNBP melebihi target yang ditetapkan dalam RBA tetapi masih dalam ambang batas
fleksibilitas, kelebihan tersebut dapat digunakan langsung mendahului
pengesahan revisi DIPA. Terhadap kelebihan PNBP yang melampaui ambang batas
fleksibilitas, dapat digunakan dalam tahun berjalan setelah mendapat
persetujuan Menteri Keuangan c.q. Dirjen Perbendaharaan atau menjadi saldo awal
tahun berikutnya.
b. Pada BLU Bertahap
Satker berstatus BLU Bertahap dapat menggunakan PNBP sebesar persentase yang
telah ditetapkan. Sedangkan PNBP yang dapat digunakan langsung adalah sebesar
persentase yang ditetapkan dalam Keputusan Menteri Keuangan tentang
penetapan satker yang menerapkan PK-BLU yang bersangkutan.
Satker berstatus BLU Bertahap menyetor penerimaan PNBP yang tidak digunakan
langsung ke Rekening Kas Negara secepatnya. PNBP yang telah disetor dapat
dipergunakan kembali sebesar selisih antara PNBP yang dapat digunakan dengan
PNBP yang telah digunakan langsung.

5. Dana pendamping adalah dana yang disediakan oleh Pemerintah dan pemerintah
daerah untuk pelaksanaan penerimaan hibah. Dana pendamping dapat berupa
uang, barang, maupun jasa yang dikelola dalam APBD. Dalam hal dana pendamping
berupa uang, maka besarannya didasarkan pada peta kapasitas fiskal daerah.

Tujuan adalah ; untuk menunjang program pembangunan sesuai dengan prioritas


dan kebijakan Pemerintah serta merupakan urusan daerah.

Contoh ;
 Bantuan islamic development bank (IDB) berupa pendanaan untuk pembangunan
gedung laboratorium kepada pemerintah indonesia melalui kementrian tertentu
yang dialokasikan dalam APBN,melalui proses penganggaran dan dituangkan dalam
dokumen anggaran.
 Bantuan IDB berupa pengadaan seperangkat alat laboratorium kepada pemerintah
indonesia melalui kementrian tertentu yang dialokasikan dalam RKAKL.
 Bantuan IDB untuk mendatangkan tenaga ahli pemasangan,uji coba dan pelatihan
tenaga teknis lokal untuk pengoperasian laboratorium pada salah satu Perguruan
Tinggi Agama Negeri (PTAN).

6. Maksud dari masing-masing tujuan SUN ;


a. Tujuan SUN dalam membiayai deficit APBN, merupakan tujan jangka panjang
yaitu untuk mengamankan kebutuhan Pembiayaan APBN melalui utang
dengan biaya minimal pada tingkat risiko terkendali, sehingga
kesinambungan fiskal dapat terpelihara
Mendukung upaya untuk menciptakan pasar surat berharga negara (SBN)
yang dalam, aktif dan likuid

b. Menutupi kekurangan kas jangka pendek, memiliki maksud untuk


Memastikan tersedianya dana untuk menutup defisit dan pembayaran
kewajiban pokok utang secara tepat waktu dan efisien
c. Mengelola portofolio utang, memiliki tujuan dengan maksud untuk
mengurangi beban belanja untuk membiayai utang dalam APBN di tahun-
tahun berikutnya

You might also like