You are on page 1of 5

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan rongga mulut merupakan bagian integral dari kesehatan dan

kesejahteraan tubuh secara umum yang sangat berpengaruh terhadap kualitas

hidup seseorang. Kesehatan rongga mulut sangat mempengaruhi fungsi bicara,

pengunyahan dan rasa percaya diri (Putri dkk., 2012). Hasil studi morbiditas

SKRT-SURKESNAS 2001 menunjukkan bahwa dari prevalensi 10 kelompok

penyakit yang dikeluhkan masyarakat, penyakit gigi dan mulut menduduki urutan

pertama dengan angka prevalensi 61% dari jumlah penduduk yang ada (DEPKES

RI, 2002). Penyakit periodontal menduduki peringkat kedua sebagai penyakit gigi

dan mulut yang menjadi masalah di Indonesia (Wahyukundari, 2009). Penyakit

periodontal diderita oleh manusia hampir diseluruh dunia dan mencapai 75% dari

jumlah populasi dewasa (Singh dkk., 2010).

Penyakit periodontal merupakan penyakit infeksi yang melibatkan jaringan

pendukung gigi yaitu gingiva, ligamen periodontal, dan tulang alveolar yang

disebabkan oleh bakteri pada plak gigi (Bascones dan Figero, 2004). Penyakit

periodontal dapat diklasifikasikan menjadi gingivitis dan periodontitis (Axelsson,

2002). Gingivitis merupakan suatu penyakit yang menyerang gingiva, ditunjukkan

dengan adanya inflamasi tanpa disertai hilangnya perlekatan gingiva pada gigi

(Newman dkk., 2006). Gingivitis yang tidak terkontrol dapat berkembang menjadi

periodontitis (Axelsson, 2002). Periodontitis adalah suatu penyakit peradangan

jaringan pendukung gigi yang disebabkan oleh kelompok mikroorganisme tertentu

1
2

yang mengakibatkan penghancuran progresif ligamentum periodontal dan tulang

alveolar dengan pembentukan poket, resesi, atau keduanya (Cotti dkk., 2010).

Menurut Rose dkk. (2004) faktor etiologi utama terjadinya penyakit

periodontal adalah plak gigi. Plak gigi merupakan deposit lunak yang melekat erat

pada permukaan gigi, terdiri atas mikroorganisme yang berkembangbiak dalam

suatu matriks interseluler yang terbentuk jika seseorang tidak mampu menjaga

kebersihan gigi dan mulutnya (Putri dkk., 2012). Plak gigi dapat di klasifikasikan

menjadi plak supragingiva dan plak subgingiva (Eley dan Manson, 2004). Salah

satu bakteri plak yang menyebabkan penyakit periodontal adalah Fusobacterium

nucleatum. Bakteri ini merupakan bakteri gram negatif berbentuk batang yang

bersifat anaerob dan dikenal sebagai salah satu mikroba yang berada pada

subgingiva (Axelsson, 2002). Fusobacterium nucleatum dapat ditemukan pada

plak subgingiva, baik pada kondisi gingivitis maupun periodontitis (Rogers,

1998). Hasil metabolisme bakteri ini berupa asam butirat, propionat dan ion

amonia dapat menghambat proliferasi fibroblas gingiva yang menyebabkan

penurunan kecepatan perbaikan luka jaringan, sehingga bakteri Fusobacteruim

nucleatum dapat berpenetrasi ke epitel gingiva dan menyebabkan kerusakan pada

jaringan periodontal (Bolstad dkk., 1996).

Pencegahan penyakit periodontal dapat dilakukan dengan kontrol plak. Kontrol

plak merupakan upaya untuk menghilangkan dan mencegah terjadinya

penumpukan plak. Upaya kontrol plak dapat dilakukan menggunakan metode

pembersihan secara mekanis dan secara kimiawi (Rose dkk., 2004). Secara

mekanis kontrol plak dapat dilakukan dengan menggunakan alat-alat fisik seperti
3

sikat gigi dan pembersih interdental, sedangkan kontrol plak secara kimiawi dapat

dilakukan dengan menggunakan pasta gigi dan agen antimikroba lainnya (Addy,

1986).

Pasta gigi merupakan salah satu bahan kosmetik yang digunakan untuk

membersihkan gigi dan mukosa mulut agar tetap pada kondisi baik (BPOM RI,

2013). Penambahan berbagai formula bahan aktif pada pasta gigi untuk tujuan

pencegahan dan pengobatan penyakit mulut saat ini mulai dikembangkan (Davies,

2010). Bahan aktif yang terkandung dalam pasta gigi tersebut dapat berupa bahan

herbal maupun nonherbal sebagai bahan antibakteri (Pratiwi, 2005). Salah satu

klaim yang dipromosikan dari berbagai produk pasta gigi yang beredar tersebut

adalah dapat mencegah penyakit periodontal (Singh, 2010).

Banyaknya produk pasta gigi yang mengandung bahan aktif herbal dan

nonherbal yang mengklaim dapat mencegah penyakit periodontal menyebabkan

perlunya dilakukan analisis secara ilmiah mengenai kemampuan produk pasta gigi

tersebut dalam mengontrol jumlah bakteri penyebab penyakit periodontal. Hal ini

menuntut para tenaga profesi gigi untuk mengevaluasi produk-produk tersebut dan

memberikan informasi ilmiah serta saran kepada masyarakat agar dapat memilih

produk pasta gigi yang mereka gunakan (Kumar dkk., 2013). Salah satu upaya

untuk mengetahui kemampuan pasta gigi dengan bahan aktif herbal dan nonherbal

dalam mencegahan penyakit periodontal adalah dengan melakukan uji daya

antibakteri terhadap pertumbuhan salah satu bakteri penyebab penyakit

periodontal yaitu Fusobacterium nucleatum.


4

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan suatu permasalahan

yaitu, apakah terdapat perbedaan daya antibakteri antara produk pasta gigi dengan

bahan aktif herbal dan nonherbal pada pertumbuhan bakteri Fusobacterium

nucleatum?

C. Keaslian Penelitian

Pada tahun 2013 Kumar dkk. telah melakukan penelitian tentang efektivitas

anti kariogenik dari pasta gigi herbal dan pasta gigi konvensional terhadap bakteri

S. mutan dan L. acidophillus dalam penelitian yang berjudul “Anti Cariogenic

Efficacy of Herbal and Conventional Tooth Pastes-A Comparative In-Vitro

Study”. Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa pasta gigi herbal memiliki

daya antibakteri yang sama dengan pasta gigi konvensional.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan daya antibakteri antara

produk pasta gigi dengan bahan aktif herbal dan nonherbal pada pertumbuhan

bakteri Fusobacterium nucleatum yang diukur melalui indikator zona hambat

pertumbuhan bakteri.
5

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan daya antibakteri antara

produk pasta gigi dengan bahan aktif herbal dan nonherbal pada pertumbuhan

bakteri Fusobacterium nucleatum.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Memberikan informasi ilmiah kepada masyarakat mengenai perbedaan daya

antibakteri antara produk pasta gigi dengan zat aktif herbal dan nonherbal

pada pertumbuhan bekteri Fusobacterium nucleatum.

2. Sebagai sumbangan informasi dalam bidang kedokteran gigi.

You might also like