Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Stroke atau penyakit serebrovaskular adalah setiap gangguan neurologik mendadak yang
terjadi akibat pembatasan atau terhentinya aliran darah melalui sistem suplai arteri otak.
Stroke digunakan sebagai istilah spesifik untuk menjelaskan infark serebrum.
Gangguan pasokan aliran darah ke otak bisa terjadi di mana saja di dalam arteri-
arteri yang membentuk Circulus Arteriosus Willisi (A. carotis interna dan A.
vertebrobasilar beserta cabang-cabangnya). Secara umum, apabila aliran darah ke
jaringan otak terputus selama 15-20 menit, akan mengakibatkan terjadinya infark atau
kematian jaringan. Proses patologik yang mendasari mungkin bisa merupakan salah satu
dari berbagai proses yang terjadi di dalam pembuluh darah yang memvasklarisasi otak.
Patologinya, bisa berupa keadaan penyakit pada pembuluh itu sendiri (misalnya pada
aterosklerosis dan thrombosis, robeknya diniding pembuluh darah, atau peradangan),
berkurangnya perfusi akibat gangguan status aliran darah (misalnya pada syok,
hiperviskositas darah), gangguan aliran darah akibat bekuan atau embolus infeksi yang
berasal dari jantung atau pembuluh ekstrakranium, dan yang terakhir adanya ruptur
vaskular di dalam jaringan otak atau pada spatium subarachnoidea.
Cerebrum adalah bagian terbesar dari otak dan terletak di fossa crania anterior dan
medius serta menempati seluruh cekungan tempurung tengkorak.
Cerebrum merupakan bagian terbesar dari otak manusia, dibagi menjadi dua
belahan yaitu hemisfer serebrum kiri dan kanan. Keduanya dihubungkan satu sama lain
oleh corpus callosum, suatu pia tebal yang mengandung sekitar 300 juta akson saraf yang
melintangi kedua hemisfer.
Setiap hemisfer terdiri dari sebuah lapisan luar yang tipis yaitu substansia grissea
(bahan abu-abu) atau korteks serebri, menutupi bagian tengah yang lebih tebal yaitu
substansia alba (bahan putih). Jauh di sebelah dalam substansia alba terdapat substansia
grissea lain yaitu nukleus-nukleus basal.
Korteks serebri sebagai suatu massa kelabu menutupi hemispherium serebri setebal
1,5 - 4 mm, terdiri dari 6 lapisan:
Stratum molekulare: mengandung pembuluh darah, sedikit sel, sebagian besar terdiri
atas serabut-serabut yang berjalan sejajar permukaan (sel horisontal dari Cajal)
Stratum granuler eksternal: banyak mengandung sel-sel neuron yang kecil sehingga
tampak granuler, terdapat sel-sel piramidal yang kecil
Stratum piramidalis eksterna, mengandung sel-sel piramid berukuran sedang
Stratum granuler internum, mengandung sel-sel neuron kecil
Stratum piramidalis interna: mengandung sel piramid raksasa yang disebut sel Betz
Stratum multiformis, mengandung bermacam-macam bentuk sel
Cerebrum terbagi menjadi 4 (empat) bagian yang disebut Lobus. Bagian lobus
yang menonjol disebut gyrus dan bagian lekukan yang menyerupai parit disebut sulcus.
Keempat Lobus tersebut masing-masing adalah:
Lobus Frontal merupakan bagian lobus yang ada di paling depan dari Otak Besar.
Lobus ini berhubungan dengan kemampuan membuat alasan, kemampuan gerak,
Otak memperoleh darah dari dua pembuluh darah besar : karotis atau sirkulasi anterior
dan vertebra atau sirkulasi posterior. Masing-masing sistem terlepas dari arkus aorta
sebagai pasangan pembuluh : karotis komunis kanan dan kiri dan vetebra kanan dan kiri.
Masing-masing karotis membentuk bifurkasi untuk membentuk arteri karotis interna dan
eksterna. Arteri vetebra berawal dari arteri subklavia. Vetebra bergabung membentuk
arteri basiler, dan selanjutnya memecah untuk membentuk kedua arteri serebral posterior
yang mensuplai permukaan otak inferior dan mediana juga bagaian lateral lobus
oksipital.
Sirkulasi Willisi adalah area dimana percabangan areti basilar dan karotis interna
bersatu. Sirkulasi terdiri atas dua arteri serebral, arteri komunikans aterior, kedua arteri
serebral posterior, dan kedua arteri komunikans arterior.
PEMBAHASAN
3.1. DEFINISI
Infark serebri adalah kematian neuron-neuron, sel glia dan sistem pembuluh darah yang
disebabkan kekurangan oksigen dan nutrisi. Infark cerebri juga di kenal sebagai stroke
iskemik, terjadi ketika pembuluh darah yang menyuplai darah ke otak terganggu
sehingga aliran darah otak terganggu.
Menurut kriteria WHO (1995), stroke secara klinis didefinisikan sebagai gangguan
fungsional otak yang terjadi mendadak dengan tanda dan gejala klinis baik fokal maupun
global, berlangsung lebih dari 24 jam, atau dapat menimbulkan kematian, disebabkan
oleh gangguan peredaran darah otak.
3.2. EPIDEMIOLOGI
Sebagai penyebab kematian dan kecacatan, penyakit peredaran darah otak menempati
angka yang tinggi, terutama pada orang tua. Di negara yang telah maju (USA)
menempati tempat ke-3 sebagai kausa kematian setelah penyakit jantung koroner dan
penyakit kanker. Dikemukakan terdapat 500.000 stroke baru setiap tahunnya dan
200.000 daripadanya meninggal dunia. Bila dihitung dari seluruh sebab kematian di
negara itu angka tersebut mendekati 11%. Diperkirakan prevalensi 20 per 1000 pada
tingkat umur 45-54, 60 per 1000 pada golongan umur 65-74 tahun dan 95 per 1000 pada
golongan umur 75-85 tahun. Sebagai penyebab morbiditas, stroke diperkirakan terdapat
pada 1,6 juta penduduk Amerika, di mana 40% memerlukan pelayanan khusus dengan
10% memerlukan perawatan total.
3.3. ETIOLOGI
Pada stroke iskemik, penyumbatan bisa terjadi di sepanjang jalur arteri yang menuju ke
otak. Misalnya suatu ateroma (endapan lemak) bisa terbentuk di dalam arteri karotis
sehingga menyebabkan berkurangnya aliran darah. Keadaan ini sangat serius karena
setiap arteri karotis dalam keadaan normal memberikan darah ke sebagian besar otak.
Endapan lemak juga bisa terlepas dari dinding arteri dan mengalir di dalam darah,
kemudian menyumbat arteri yang lebih kecil.
Stroke juga bisa terjadi bila suatu peradangan atau infeksi menyebabkan
menyempitnya pembuluh darah yang menuju ke otak. Obat-obatan (misalnya kokain dan
amfetamin) juga bisa mempersempit pembuluh darah di otak dan menyebabkan stroke.
Penurunan tekanan darah yang tiba-tiba bisa menyebabkan berkurangnya aliran darah ke
otak, yang biasanya menyebabkan seseorang pingsan. Stroke bisa terjadi jika tekanan
darah rendahnya sangat berat dan menahun. Hal ini terjadi jika seseorang mengalami
kehilangan darah yang banyak karena cedera atau pembedahan, serangan jantung atau
irama jantung yang abnormal.
3.4. PATOFISIOLOGI
Dalam kondisi normal, aliran darah otak orang dewasa adalah 50-60 ml/100 gram. Berat
otak normal rata-rata dewasa adalah 1300-1400 gram. Pada keadaan demikian, kecepatan
otak untuk memetabolisme oksigen kurang lebih 3,5 ml/100gr. Bila aliran darah otak
turun menjadi 20-25 ml/100 gr akan terjadi kompensasi berupa peningkatan ekstraksi
oksigen ke jarinagn otak sehingga fungsi-fungsi sel saraf dapat dipertahankan.
Pengurangan terus menerus ATP yang diperlukan untuk metabolisme sel. Bila
aliran darah dan ATP tidak segera dipulihkan maka akan mengakibatkan
kematian sel otak. Otak hanya bertahan tanpa penambahan ATP baru selama
beberapa menit saja.
Gejala neurologis yang timbul bergantung pada berat ringannya gangguan pembuluh
darah dan lokasinya.
Bila sumbatan pada sisi yang dominan dapat terjadi sindrom Wallenberg. Sumbatan
pada sisi yang tidak dominan seringkali tidak menimbulkan gejala.
3.6. DIAGNOSA
1. Pemeriksaan Radiologi
a. CT Scan
Akut : Low signal (hypointense) pada area T1, high signal (hyperintense)
pada spin density dan/atau T2. Biasanya diikuti distribusi vascular. Massa
parenkim berubah.
Sub akut : Low signal pada T1 , high signal pada T2 . Diikuti distribusi
vascular. Revaskularisasi dan rusaknya blood-brain barrier.
Old : Low signal pada T1 , high signal pada T2, kehilangan jaringan
dengan infark yang luas.
2. Patologi Anatomi
a. Makroskopik
6-12 jam : pucat dan lunak, struktur massa kelabu kabur, massa putih :butiran
halus (-)
48-72 jam: perlunakan dan penghancuran, pembengkakan berbentuk lingkaran
sampai ukuran tertentu—herniasi jika resolusi (10 hari);daerah infark mencair-
kista pada lesi dibatasi percabangan pembuluh darah, dikelilingi jaringan glia
padat; leptomening tebal dan keruh.
b. Mikroskopik
6-12 jam : intensitas pewarnaan jaringan menurun, pembengkakan badan sel
saraf dan kekacauan susunan sitoplasma serta kromatin inti, neuron merah,
fragmentasi axon dan kerusakan myelin oligodendrosit dan astrosit.
48 jam : pembuluh darah tampak nyata dan PMN
72-96 jam : berkelompoknya makrofag disekitar pembuluh darah minggu II :
astrositosis prominen resolusi akhir(beberapa minggu/bln):gliosis fibriler
mengganti daerah nekrosis/mengisi kista.
3.7. TERAPI
Selama keadaan akut dan kesadaran rendah harus diberikan perawatan dalam keadaan
coma. Kebersihan badan termasuk mata dan mulut harus dijaga dengan teliti, keluar
masuk cairan sebaiknya diukur, miksi dirawat sesuai dengan keadaan, defekasi diatur
dengan pemberian gliserin sekali dalam 2 - 3 hari, dekubitus dihindarkan dengan
mengubah sikap berbaring dan membersihkan kulit dengan seksama, suhu badan yang
tinggi diturunkan dengan kompres dingin, jalan pernafasan dijaga supaya tetap lapang,
bila ada lendir tertimbun ditenggorokan perlu dihisap keluar, makanan diberikan
3.8. KOMPLIKASI
Kejang biasanya muncul dalam 24 jam pertama pasca stroke dan biasanya parsial
dengan atau tanpa berkembang menjadi umum. Kejang berulang terjadi pada 20-80%
kasus. Penggunaan antikonvulsan sebagai profilaksis kejang pada pasien stroke tidak
terbukti bermanfaat. Terapi kejang pada pasien stroke sama dengan penanganan kejang
pada umumnya.
Beberapa penelitian menduga pada hampir semua kejadian infark selalu disertai
komponen perdarahan berupa petekie. Dengan menggunakan CT Scan 5% dari kejadian
infark dapat berkembang menjadi transformasi perdarahan. Lokasi, ukuran dan etiologi
stroke dapat mempengaruhi terjadinya komplikasi ini. Penggunaan antitrombotik,
3.9. PROGNOSIS
PENUTUP
4.1. KESIMPULAN
Infark serebri adalah kematian neuron-neuron, sel glia dan sistem pembuluh darah yang
disebabkan kekurangan oksigen dan nutrisi. Infark serebri juga sering disebut dengan
stroke iskemik. Kekurangan oksigen dan nutrisi dapat disebabkan akibat tersumbatnya
pembuluh darah arteri. Gejala yang ditimbulkan ini tergantung pada daerah sumbatan.
Diagnosa dapat ditegakkan dengan pemeriksaan radiologi dan prognosis tergantung pada
tingkat kesadaran, usia, jenis kelamin, tekanan darah, dan lain-lain.