You are on page 1of 8

Kenaikan harga BBM menjadi suatu alasan awal bagi kenaikan harga bahan pokok

yang terjadi saat ini. Sebagai contoh di Kabupaten Situbondo Jawa Timur, harga
telur sudah naik dari Rp.17.000 per kilogram menjadi Rp. 19.500,00 per kilogram.
Harga beras yang semula Rp. 8.500,00 per kilogram menjadi Rp. 9.500,00
perkilogram. Harga gula pasir naik menjadi Rp. 9.000,00 per kilogram, padahal
sebelumnya Rp. 8.500,00 perkilogram. Bahkan harga cabai yang semula Rp.
20.000,00 per kilogram, naik menjadi Rp. 60.000,00 per kilogram.

Kenaikan BBM
Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang memegang peranan
sangat vital dalam semua aktifitas ekonomi. Kenaikan harga BBM bukan saja
memperbesar beban masyarakat kecil pada umumnya tetapi juga bagi dunia usaha
pada khususnya. Hal ini dikarenakan terjadi kenaikan pada biaya produksi
sehingga meningkatkan biaya secara keseluruhan dan mengakibatkan kenaikan
harga pokok produksi yang akhirnya akan menaikkan harga jual produk. Multiple
efek dari kenaikan BBM ini antara lain meningkatkan biaya pabrik karena naiknya
biaya bahan baku, ongkos angkut ditambah pula tuntutan dari karyawan untuk
menaikkan upah yang pada akhirnya keuntungan perusahaan menjadi semakin
kecil.

2.2 Dampak Kenaikan BBM


Kenaikan BBM ditetapkan pemerintah pada 18 Nopember 2014, kini
dampaknya sudah mulai terasa pada kehidupan sehari-hari. Bagi masyarakat kelas
menengah keatas, mungkin belum begitu terasa secara nyata. Karena secara
ekonomi mereka masih memiliki simpanan yang cukup dalam melanjutkan hidup.
Bagi masyarakat menengah kebawah hal ini akan terasa sekali dalam kehidupan
sehari-hari.

Di bidang ekonomi, kenaikan BBM secara pasti akan menaikkan biaya


operasional sehari-hari. Pengaruh yang sangat terasa adalah kenaikan biaya
transportasi jalan raya, yang akan diikuti dengan kenaikan biaya listrik dan air,
kenaikan tarif tol. Dan pada gilirannya akan berdampak pada kenaikan sembako
(sembilan bahan pokok). Bilamana kenaikan ini tidak diserta dengan kenaikan
pendapatan, maka akan menambah jumlah penduduk miskin di Indonesia
Di bidang industri akan menambah biaya transportasi bahan baku dan pada
distibusi barang jadi kepada masyarakat luas di satu sisi. Di sisi lain, tingkat daya
beli masyarakat akan mengalami penurunan. Sehingga bisa terjadi penumpukan
barang-barang produksi.

Subsidi BBM sendiri adalah bahan bakar minyak yang


diperuntukkan kepada rakyat yang telah mengalami proses subsidi
dengan kata lain BBM yang dijual kepada rakyat telah mengalami
pengurangan harga dimana selisih harga jual dan harga asli minyak
dunia ditanggung oleh pemerintah. Misalkan harga BBM jenis premium
adalah Rp8500/liter sedangkan harga jual eceranya adalah
Rp.6500/liter maka pemerintah akan menanggung Rp2000 untuk
setiap liter BBM yang rakyat gunakan. Potongan biaya tersebut
termasuk dalam proses pengolahan minyak mentah hingga proses
distribusi bahan bakar minyak ke tangan konsumen. Pemerintah
menerapkan demikian karena BBM dinilai sebagai salah satu
komoditas primer yang harus diberikan subsidi agar daya beli
masyarakat dapat ditingkatkan [ CITATION fis14 \l 1057 ]. Hal ini juga
sesuai dengan ketentuan undang undang dasar tahun 1945 pasal 33
ayat 2 yang berbunyi “Cabang cabang produksi yang penting bagi
negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh
negara”

Pemberian subsidi bahan bakar tersebut adalah suatu niatan


baik dari pemerintah indonesia yang bertujuan untuk mempertahankan
atau meningkatkan daya beli masyarakat serta untuk mengurangi
angka inflasi setiap tahunya. Dengan subsidi bahan bakar maka
industri bisa menghemat biaya produksi sehingga harga jual produk
lebih murah dan juga masyarakat bisa menikmati biaya transportasi
yang lebih terjangkau.

Namun seiring waktu, subsidi yang dimulai sejak tahun 1970


semakin membebani keuangan negara. Hal ini dipengaruhi oleh
perkembangan industri otomotif dalam negeri sehingga makin
berkembangnya penggunaan kendaraan pribadi memperberat biaya
subsidi yang harus dibayar pemerintah. Selain meningkatnya harga
minyak dunia dan menurunya nilai tukar rupiah juga menjadi faktor
utama yang membebani APBN. Faktor utama yang mempengaruhi
naiknya harga minyak dunia yaitu :

1. Invasi Amerika Serikat ke Irak, invasi ini menyebabkan ladang


minyak Irak tidak dapat berproduksi secara optimal sehingga supply
minyak mengalami penurunan.

2. Badai Katrina dan Badai Rita yang melanda Amerika Serikat dan
merusak kegiatan produksi minyak di Teluk Meksiko.

3. Ketidakmampuan OPEC untuk menstabilkan harga minyak dunia.


Juga perbandingan harga bensin seluruh dunia.

4. Permintaan atau konsumsi minyak dunia lebih banyak dari pada


produksinya.
5. Negara produsen minyak mengurangi kuota produksinya karena
berbagai alasan.

6. cadangan minyaknya menipis atau tidak punya nilai ekonomis lagi,


sementara pencarian sumber-sumber minyak baru lebih sedikit.

7. Spekulan minyak menjadikan harga minyak dunia naik karena


minyaknya yang diperdagangkan bebas.

1. Kenaikan Harga BBM di era pemerintahan presiden Susilo


Bambang Yudhoyono

Tahun 1970 indonesia adalah negara penghasil minyak dunia


tergabung dalam organisasi negara-negara pengexport minyak dunia
(OPEC) namun sejak mei 2008 indonesia mengumumkan keluar dari
keanggotaan OPEC mengingat indonesia telah menjadi importir minyak
(sejak 2003) atau net importer dan tidak mampu memenuhi kuota
produksi yang telah ditetapkan [ CITATION Org14 \l 1057 ].
 Masa Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (20
Oktober 2004 – 20 Oktober 2009)

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang terpilih pada pemilu


2004 pun mesti mengambil kebijakan berat untuk melakukan
pengurangan subsidi BBM di tahun 2005. Hal ini adalah akibat dari
naiknya harga minya dunia yang mencapai USD 53,44/barrel atau naik
186,5% lebih tinggi dibanding harga minyak tahun 2003 sebesar USD
28,65/barrel. Sementara nilai tukar Rupiah pada tahun 2005 mencapai
Rp 9.705 atau terdepresiasi menjadi 113,15% dibanding nilai tukar
pada tahun 2003, sehingga faktor tingkat kenaikan harga bersubsidi
BBM tahun 2005 menjadi (186,5% x 113,15%) atau 211% dibanding
harga BBM tahun 2003. Pada tanggal 1 Maret 2005 Pemerintah
memutuskan menaikkan harga bersubsidi BBM dengan rincian harga
bensin premium Rp 2.400/liter (132,60% dari harga tahun 2003), harga
minyak tanah Rp 2.200/liter (314,3% dari harga tahun 2003), harga
minyak solar Rp 2.100/liter (111,11% dari harga tahun 2003) sehingga
membebani APBN untuk subsidi BBM sebesar Rp89Triliun.

Pada tanggal 1 Oktober 2005, pemerintah kembali memutuskan


kenaikan harga BBM dengan rincian harga bensin premium Rp
4.500/liter (187,5% dari harga 1 Maret 2005), harga minyak tanah Rp
2.000/liter (90,9% dari harga 1 Maret 2005), harga minyak solar Rp
4.300/liter ( 204,8% dari harga 1 Maret 2005).

Kenaikan harga bersubsidi BBM yang cukup tinggi pada bulan


Oktober tahun 2005 telah mengakibatkan inflasi pada bulan Oktober
mencapai 8,70%. Walaupun sudah menaikkan harga bersubsidi BBM
sebanyak 2 (dua) kali dengan tingkat kenaikan tertinggi dalam sejarah
kenaikan harga BBM, realisasi subsidi BBM tahun 2005 meningkat
menjadi Rp 95,6 triliun atau 138,6% dibanding realisasi subsidi BBM
tahun 2004 sebesar Rp 69 triliun. Realisasi penerimaan minyak bumi
tahun 2005 mencapai Rp 72,8 triliun sehingga setelah dikurangi
realisasi subsidi BBM terdapat defisit sebesar Rp 22,8 triliun.

Harga rata-rata minyak mentah Indonesia pada tahun 2008


mencapai USD 97,02/barrel atau 181,6% dibanding harga minyak
tahun 2005 sebesar USD 53,44/barrel. Sementara nilai tukar Rupiah
pada tahun 2008 mencapai Rp 9.706/USD atau relatif sama dengan
nilai tukar tahun 2005 sebesar Rp 9.705/USD, sehingga faktor tingkat
kenaikan harga bersubsidi tahun 2008 sebesar 181,6% dibanding
harga BBM tahun 2005. Pada tanggal 24 Mei 2008 Pemerintah
memutuskan menaikkan harga bersubsidi BBM dengan rincian harga
bensin premium Rp 6.000/liter (133,33% dibanding harga tahun 2005),
harga minyak tanah Rp 2.500/liter (125% dibanding harga tahun
2005), harga minyak solar Rp 5.500/liter (atau 127,9% dibanding harga
tahun 2005).

Kemudian pada tanggal 1 Desember 2008 dan dilanjutkan pada


tanggal 15 Desember 2008 pemerintah menurunkan harga bersubsidi
BBM, sehingga pada akhir 2008 harga bensin premium menjadi Rp
5.000/liter (turun 16,66%), harga minyak tanah tetap Rp 2.500/liter
dan harga minyak solar menjadi Rp 4.800/liter (turun 12,73%).

Penurunan harga bersubsidi BBM pada akhir tahun 2008 tersebut


diputuskan berdasarkan pada kenyataan bahwa harga minyak mentah
Indonesia yang sempat mencapai USD 135/barrel pada bulan Juli 2008
turun menjadi USD 38,45/barrel pada bulan Desember 2008.

Dengan kenaikan harga pada bulan Mei 2008 dan penurunan


harga bersubsidi BBM pada bulan Desember 2008, maka realisasi
anggaran subsidi BBM tahun 2008 mencapai 139,1 triliun. Realisasi
penerimaan minyak bumi pada tahun 2008 mencapai Rp 169,02 triliun
sehingga terdapat surplus sebesar Rp 29,92.

Untuk mengurangi ketergantungan energi rumah tangga


terhadap BBM khususnya minyak tanah maka sejak akhir tahun 2006
pemerintah memutuskan untuk melakukan pengalihan minyak tanah
ke LPG. Program ini cukup berhasil menurunkan konsumsi minyak
tanah dan menurunkan beban subsidi harga minyak tanah.

Ada fakta yang cukup menarik dari program pengalihan minyak


tanah ke LPG ini yang ditemukan setelah seluruh wilayah Jabodetabek
selesai dilaksanakan program pengalihan diketahui bahwa realisasi
pemakaian 1 liter minyak tanah setara dengan 0,25 kg LPG, padahal
berdasarkan hasil percobaan dan penelitian menunjukkan 1 liter
minyak tanah setara dengan 0,57 kg LPG. Fakta ini setidaknya
menunjukkan bahwa lebih dari 50% minyak tanah yang didistribusikan
di wilayah Jabodetabek selama ini dinikmati oleh masyarakat yang
tidak termasuk kelompok berpenghasilan rendah. Hal ini
mengkonfirmasi teori yang menyatakan bahwa suatu komoditi apabila
dijual dibawah harga pasar maka akan terjadi misalokasi sumber daya
(miss-allocation of resources).

A. Kesimpulan

Kenaikan harga adalah masalah ekonomi atau masalah kenaikan harga dapat dikatakan masalah
ekonomi makro. Kenaikan harga dapat mempengaruhi kesejahteraan konsumen dan produsen,
termasuk pemerintah. Kenaikan harga pula dapat berdampak dan menyebabkan efek buruk kepada
masyarakat, baik itu kalangan menengah ke-bawah maupun kalangan menengah ke-atas. Ketidak
setujuan masyarakatterhadap inflasi dapat disalurkan dengan beberapa cara contohnya adalah
dengan berdemokrasi. Iflasi pada bahan pokok dapat menylitkankehidupan ekonomi masyarakat
menengah ke-bawah. Jika kebutuhanpokok tidak dapat terpenuhi dengan baik, kelangsungan hidup
manusia akan terhambat.

B. Saran

Sebaiknya sebelum melakukan inflasi masyarakat terlebih dahulu harus memperimbangkan dahulu
kondisi rakyat, apakah mereka siap menerima ataukan belumnya. Jika masyarakat tidak siap atau tidak
setuju atas inflasi yang dilakukan pemerintah, masyarakat tidak akan segan – segan untuk menunjukan
ketidak setujuannya misalnya dengan berdemonstasi dan berunjukrasa bahkan sampai merusak fasilitas
umum yang seharusnya kita rawat.

You might also like