You are on page 1of 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Terlepas dari keajaiban religius dan medis, setiap kehamilan dimulai dengan
seks. Jadi mengapa sesuatu yang pada awalnya membuat anda memasuki situasi ini
sekarang menjadi salah satu masalah terbesar . Terlepas dari apakah seks menjadi
lenyap, sedikit tidak nyaman, atau lebih baik dari pada sebelumnya, hampir semua
pasangan menemukan bahwa hubungan seksual mereka mengalami sejenis
perubahan selama sembilan bulan kehamilan.
Variasi dari gairah dan respons seksual sebelum kehamilan saja sudah sangat
luas. Setelah kehamilan, variasinya menjadi lebih besar lagi. Dan kadang-kadang,
naik turunnya kondisi fisik emosional, dan seksual , membuat pasangan yang tadinya
melakukan hubungan seksual sekali sehari bisa kurang bergairah dibandingkan
pasangan yang tadinya melakukan hubungan seksual seminggu sekali, dan
sebaliknya. Meskipun ada variasi dari pasangan ke pasangan, tetapi naik turunnya
pola minat seksual memang umum terjadi selama ketiga trimester kehamilan. Tidak
mengherankan bila penurunan minat seksual terjadi diawal kehamilan (dalam suatu
kajian, 54% ibu hamil melaporkan pengurangan libido pada trimester pertama.
Meskipun tidak selalu, tetapi minat seksual meningkat selama trimester
kedua, ketika fisik dan psikologi pasangan sudah mulai beradaptasi. Pada trimester
terakhir akan sulit untuk memusatkan perhatian pada apapun kecuali menunggu
persalinan. Seperti minat seksual, kenikmatan seksual pun sepertinya menghilang
pada beberapa, meskipun tidak semua pasangan.
Sebuah kajian menemukan bahwa dalam sekelompok ibu , 21 % hanya sedikit
atau sama sekali tidak menerima kenikmatan seks sebelum pembuahan. Persentase
dari para ibu yang tidak menerima kenikmatan seksual ini meningkat menjadi 41 %
pada minggu ke-12 dari kehamilan, dan meningkat lagi menjadi 59 % ketika
memasuki bulan kesembilan. Kajian yang sama menemukan bahwa pada minggu ke -
12 , sekitar 1 dari 10 pasangan sama sekali tidak melakukan hubungan seksual. Tetapi
kajian juga menemukan bahwa lebih dari 4 dari 10 ibu masih menikmati seks pada
saat ini dan lebih dari separuhnya sama sekali tidak mempunyai masalah.

1
Itulah mengapa kelompok kami tertarik untuk mengambil judul ini untuk
menambah wawasan mahasiswa terkait dengan ibu hamil dan perubahan
seksualitasnya.

B. Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimana konsep seksualitas perempuan pada masa hamil
dan setelah melahirkan.
b. Tujuan Khusus
1) Untuk mengetahui bukti empiris konsep seksualitas pada perempuan hamil.
2) Untuk mengetahui perubahan fisiologis kehamilan dan pengaruhnya pada respon
seksualitas perempuan.
3) Untuk mengetahui bukti empiris seksualitas suami selama kehamilan dan setelah
melahirkan.
4) Untuk mengetahui bagaimana promosi kesehatan seksual selama masa kehamilan
dan setelah melahirkan.

2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

I. BUKTI EMPIRIS KONSEP SEKSUALITAS PADA PEREMPUAN HAMIL


A. Definisi Seks dalam Kehamilan
Kehamilan adalah masa dimana terdapat janin di dalam rahim seorang
perempuan. Masa kehamilan di dahului oleh terjadinya pembuahan yaitu
bertemunya sel sperma laki-laki dengan sel telur yang dihasilkan oleh indung
telur (Depkes RI, 2009).
Dorongan seksual adalah kecenderungan biologis untuk mencari tanggapan
yang berbau seksual dari seorang lain atau lebih, biasanya dari jenis yang
berlawanan. Dorongan tersebut muncul pada awal remaja dan tetap bertahan
kuat sepanjang hidup. Seksualitas meliputi perasaan dan perilaku yang berkaitan
dengan seks baik melalui biologi maupun melalui belajar sosial. Manusia
memiliki kesinambungan seksualitas biologis artinya kehidupa seks manusia
dapat berlangsung setiap saat (Horton & Hunt, 2003).
Kebutuhan seksual adalah kebutuhan dasar manusia berupa ekspresi
perasaan dua orang individu secara pribadi yang saling menghargai,
memperhatikan, dan menyayangi sehingga terjadi hubungan timbal balik antara
kedua individu tersebut (Ali mul, 2006).
Frekuensi hubungan seksual selama kehamilan sangat tergantung pada
kondisi wanita. Semakin jarang hubungan frekuensi seksual pada pasangan,
semakin tidak sehat pernikahan tersebut. Hal ini dikarenakan masing -masing
kebutuhan ada yang tidak terpenuhi dan dapat menyebabkan rasa frustasi karena
kurangnya perhatian dari pasangan tentang hal seksual. Frekuensi rata-rata
berhubungan seks pada kehamilan adalah sebagai berikut : Trimester pertama 2
kali perminggu, Trimester kedua 3 kali perminggu, Trimester ketiga1 kali
perminggu (Andik, 2007).
Jadi selama tidak menjadi beban bagi istri, hubungan intim selama hamil
tak jadi masalah. Namun jika istri kehilangan dorongan seksual dan hanya
melakukan hubungan seksual demi memuaskan suami bisa hanya akan menjadi
beban (Dianloka, 2008 ).

3
B. Manfaat Hubungan Seksual Selama Kehamilan
Menurut Pangkahila Wimpie (2006) manfaat dari hubungan seksual selama
masa kehamilan ini adalah :
 Dapat meningkatkan keharmonisan dan kehangatan cinta bagi suami-istri
karena perasaan bahagia telah hamil sehingga dapat dirasakan bersama
kebahagiaan ini melalui hubungan seksual.
 Menambah gaya dan seni baru dalam bercinta selama kehamilan.
 Dapat mempermudah kelancaran dalam proses persalinan karena dengan
hubungan seksual melatih otot-otot uterus berkontraksi.
 Dapat menghindari suami melakukan penyelewengan seksual kepada orang
lain selain istrinya.
 Meningkatkan ikatan kebersamaan antar suami-istri.
 Tidak terjadi masalah antara suami- istri yang berpangkal pada hubungan
seksual selama kehamilan.

C. Syarat-Syarat Untuk Melakukan Hubungan Seksual Selama Kehamilan


Berhubungan seks saat hamil memang kerap menjadi dilema pasangan
suami isteri. Pasalnya, saat hamil gairah seks wanita menurun, terutama saat
trimester satu dan dua, sedangkan pria tidak mengalami hal tersebut.
Berhubungan seks saat hamil boleh-boleh saja dilakukan. Hanya saja, ada
beberapa syarat yang perlu diperhatikan dalam berhubungan seks di saat hamil.
Berikut beberapa syarat berhubungan seks saat kehamilan yaitu :
 Kandungan sehat
Kandungan sehat artinya kehamilan berlangsung normal tanpa adanya
gangguan atau penyakit. Gangguan saat kehamilan dapat berupa mulut rahim
terbuka, ketuban pecah, infeksi, dan lain-lain.
 Ibu tidak pernah keguguran
Jika ada riwayat keguguran sebelumnya, sebaiknya pasangan suami istri
menghindari berhubungan seks di saat kehamilan karena dikhawatirkan akan
terjadi keguguran lagi. Keguguran dapat disebabkan oleh kelainan pada
kehamilan atau infeksi.

4
 Bukan kehamilan ganda
Wanita yang mengalami kehamilan multipel yaitu kehamilan lebih dari
kembar dua disarankan tidak berhubungan seks saat hamil.
 Posisi
Posisi berhubungan saat hamil sangat penting agar tidak membahayakan
janin. Posisi-posisi yang melibatkan tubuh pria menindih tubuh wanita
sebaiknya dihindari. Selain itu, perubahan fisik wanita saat hamil juga
membutuhkan kesabaran dari pria agar tidak melakukan gerakan-gerakan
yang terlalu cepat dan kuat.
 Hindari seks oral
Seks oral yang dilakukan pada wanita dapat membahayakan. Saat hamil,
pembuluh darah wanita terbuka karena pengaruh hormon estrogen. Pembuluh
darah yang terbuka rentan mengalami infeksi bakteri yang berasal dari liur.
Selain itu, sedikit tiupan saja dapat memicu penyumbatan pembuluh darah
yang mengakibatkan kematian mendadak.
 Orgasme
Orgasme merupakan peristiwa besar yang ditunggu-tunggu saat berhubungan
seks. Orgasme aman pada hubungan seks saat hamil. Hanya saja, orgasme
dapat memicu kontraksi rahim setelahnya. Kontraksi yang terjadi kurang satu
jam adalah hal yang normal. Yang perlu di waspadai adalah kontraksi rahim
yang sangat kuat dalam waktu lebih dari satu jam. Jika mengalami kontraksi
seperti ini, sebaiknya segera diperiksakan.

D. Akibat Hubungan Seksual Selama Kehamilan


Hubungan seksual juga tidak membahayakan janin yang ada di dalam
kandungan. Bayi didalam rahim ibu aman karena dilindungi oleh kantong
ketuban yang berfungsi untuk melindungi bayi dari infeksi dan goncangan
sehingga tidak mungkin bagi bayi untuk mengalami infeksi atau tertekan akibat
hubungan seksual. Jika hasil konsepsi berada dan menempel pada tempat yang
baik di dalam rahim, kemungkinan terjadi keguguran atau persalinan sangat
kecil. Jika terjadi keguguran atau persalinan prematur ( persalinan sebelum umur
kehamilan 37 minggu ), hal tersebut berarti terdapat penyebab lain karena
hubungan seksual tidak begitu saja menyebabkan persalinan (Astuti, 2011).

5
II. PERUBAHAN FISIOLOGIS KEHAMILAN dan PENGARUHNYA PADA
RESPON SEKSUALITAS PEREMPUAN
Adapun perubahan fisiologis selama kehamilan yang mempengaruhi respon
seksualitas perempuan diklasifikasikan dalam tiap trismester berikut :
 Trimester I
Pada trimester pertama biasanya gairah seks menurun akibat perubahan hormon
yang tidak stabil setelah konsepsi terjadi. Selain itu, kondisi ibu hamil dalam
trimester pertama seperti mual, muntah, nafsu makan yang menurun serta
kelelahan akan membuatnya lemah dan keinginan seksual menurun. Tetapi,
pada ibu hamil yang mengalami trimester pertama yang nyaman, gairah seksual
biasanya sedikit mengalami perubahan bahkan sejumlah kecil ibu mengalami
peningkatan (Mukroff, 2006).
 Trimester II
Pada trimester kedua, sekitar 80% ibu hamil mengalami peningkatan dalam
gairah seksualnya. Hal ini disebabkan oleh mual, muntah yang dialami pada
trimester pertama telah hilang dan keadaan tubuh yang telah dapat menerima
dan terbiasa dengan kondisi kehamilan, sehingga ibu nyaman dengan aktivitas
seksual (Mukroff, 2006).
 Trimester III
Pada masa ini, ibu hamil dapat mengalami penurunan gairah seksual yang
disebabkan oleh kondisi perut ibu hamil yang mulai membesar dan memberat
sehingga ibu mengalami pegal pada daerah punggung dan pinggul, nafas lebih
sesak karena pembesaran rongga uterus menekan rongga dada dan rongga
abdomen serta peningkatan cairan tubuh yang berakibat cairan pada daerah
vagina juga bertambah sehingga mengurangi kepuasan dalam berhubungan
seksual (Mukroff, 2006).

6
III. BUKTI EMPIRIS SEKSUALITAS SUAMI SELAMA KEHAMILAN
Selama kehamilan, istri mengalami perubahan dan adaptasi fisiologis dan
psikologis dalam tiap trimesternya. Perubahan-perubahan itulah yang berpengaruh
dalam aktivitas seksual seorang ibu hamil. Hasrat atau keinginan istri yang berubah-
ubah pada tiap trimester, ternyata tidak sebanding dengan hasrat atau keinginan
suami pada saat istri hamil. Hasrat suami untuk melakukan hubungan intim tidak
mengalami perubahan ketika istri hamil. Para suami merasa lebih bergairah melihat
istri yang sedang hamil sehingga motivasi dan hasrat untuk hubungan intim
meningkat (Pangkahila, 2001).
Namun, wanita hamil dapat merasakan ketidaknyamanan saat harus
berhubungan seksual selama kehamilan karena adanya penurunan gairah, frekuensi
dan respon seksual. Hal ini disebabkan karena adanya persepsi akan daya tarik
dirinya, penampakan tubuh dan ke khawatiran suami untuk melukai fetus yang
merupakan faktor yang menyebabkan turunnya respon seksual.

IV. PROMOSI KESEHATAN SEKSUAL SELAMA KEHAMILAN dan


SETELAH MELAHIRKAN
Adapun promosi kesehatan yang dapat diberikan kepada ibu selama kehamilan
diantaranya yaitu :
 Kebutuhan nutrisi ibu hamil
Selama kehamilan ibu membutuhkan tambahan asupan makanan untuk
pertumbuhan janin dan pertahanan dirinya sendiri. Sebagai tenaga kesehatan
sebaiknya melakukan upaya untuk mempromosikan tentang kebutuhan nutrisi
ibu hamil tersebut.
 Istirahat
Istirahat bagi ibu hamil untuk meringankan urat syaraf atau mengurangi
aktivitas otot. Wanita hamil butuh istirahat yang cukup, relaksasi tubuh yang
sempurna mengatasi ketegangan fisik dan psikis selama hamil terutama pada
saat melahirkan. Relaksasi sangat berguna juga bagi kesehatan ibu dan janin
yang dikandungnya.

7
 Imunisasi
Pada masa kehamilan ibu hamil diharuskan melakukan imunisasi tetanus
toksoid (TT). Gunanya pada antenatal dapat menurunkan kemungkinan
kematian bayi karena tetanus. Ia juga dapat mencegah kematian ibu yang
disebabkan oleh tetanus.
 Senam hamil
Senam hamil bukan merupakan keharusan, namun dengan melakukan senam
hamil akan memberikan banyak manfaat dalam membantu kelancaran proses
persalina, antara lain dapat melatih cara mengedan yang benar. Kesiapan ini
merupakan bakal bagi calon ibu pada saat persalinan.

Sedangkan promosi kesehatan yang dapat diberikan kepada ibu bersalin


diantaranya yaitu :
 Perubahan fisiologis
Semakin meningkat umur kehamilan, ibu semakin merasakan pergerakan-
pergerakan bayi. Perut ibu semakin besar, pergerakan ibu semakin tidak bebas,
ibu merasakan tidak nyaman. Kadang-kadang ibu mengalami gangguan
kencing, kaki bengkak. Kondisi otot –otot panggul dan otot–otot jalan lahir
mngalami pemekaran. Keluarnya bayi itu sebagian besar disebabkan oleh
kekuatan-kekuatan kontraksi otot, dan sebagian lagi oleh tekanan dari perut.
Kontraksi dari otot-otot uterus dan pelontaran bayi keluar amat dipengaaruhi
oleh : Sistem saraf simpatis, parasimpatis dan saraf lokal pada otot uterus.
 Perubahan psikologis
Pada minggu-minggu terakhir menjelang kelahiran bayinya, ibu banyak di
pengaruhi oleh perasaan-perasaan/ emosi-emosi dan ketegangan. Ibu merasa
cemas apakah bayinya dapat lahir lancar, sehat atau cacat. Ibu juga amat
bahagia menyongsong kelahiran bayinya yang di idam-idamkannya.
Disamping itu ibu merasakan takut terhadap darah, takut sakit, takut terjadi
gangguan waktu melahirkan, bahkan takut mati. Kecemasan ayah juga tidak
boleh diabaikan. Kecemasan ayah hampir sama besarnya dengan kecemasan
ibu yang melahirkan, hanya berbeda sang ayah tidak secara langsung
merasakan efeknya dari kehamilan.

8
 Persiapan persalinan
Beritahu ibu mengenai persiapan persalinan meliputi : biaya persalinan,
rencana tempat bersalin (di bidan atau rumah sakit), siapa yang akan menolong
(bidan, dokter spesialis kandungan), sarana transportasi. Dipersiapkan juga
satu buah tas yang berisi perlengkapan bayi seperti : popok, baju bayi, minyak
telon, kayu putih, talk, selimut, selendang, dan perlengkapan untuk ibu seperti
baju ganti, pakaian dalam, pembalut, kain panjang, dll.

9
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Frekuensi hubungan seksual selama kehamilan sangat tergantung pada
kondisi wanita. Semakin jarang hubungan frekuensi seksual pada pasangan, semakin
tidak sehat pernikahan tersebut. Hal ini dikarenakan masing -masing kebutuhan ada
yang tidak terpenuhi dan dapat menyebabkan rasa frustasi karena kurangnya perhatian
dari pasangan tentang hal seksual. Frekuensi rata-rata berhubungan seks pada
kehamilan adalah sebagai berikut : Trimester pertama 2 kali perminggu, Trimester
kedua 3 kali perminggu, Trimester ketiga1 kali perminggu (Andik, 2007).
Jadi selama tidak menjadi beban bagi istri, hubungan intim selama hamil
tak jadi masalah. Namun jika istri kehilangan dorongan seksual dan hanya melakukan
hubungan seksual demi memuaskan suami bisa hanya akan menjadi beban (Dianloka,
2008 ).

B. SARAN
Sebaiknya mahasiswa harus memahami dengan baik bagaimana konsep
dasar dari seksualitas perempuan pada masa hamil dan setelah melahirkan sehingga
mampu memberikan asuhan keperawatan yang sesuai kepada pasien.

10
DAFTAR PUSTAKA

Andik. 2007. Berhubungan Seks Saat Hamil.

Dianloka, 2008 . Seks kehamilan dan pasca kelahiran sehat. Jakarta.

Murkoff,Heidi.2006.Kehamilan apa yang anda hadi bulan perbulan.KDT.Jakarta

Pangkahila, W. 2002. Mitos Seks Pun Melingkupi Kehamilan. http://www.kompas/com


Diakses pada 12 April 2018

11

You might also like