You are on page 1of 9

Tatalaksana

Kasus trauma kimia merupakan salah satu kegawatdaruratan di bidang ilmu


kesehatan mata sehingga langkah awal pada kasus ini sangat menentukan prognosis
penyakit. Hal utama yang dapat dilakukan bila menemui kasus trauma pada mata
adalah memutuskan kemungkinan prognosisnya.1 Tindakan pada menit pertama
setelah paparan pada zat kimia amat penting. Irigasi segera pada mata yang terkena
dengan air seperti air kran dan air mineral, bahkan jika tidak tersedia juga dapat
digunakan minuman soft drink, kopi atau teh yang bertujuan untuk menetralkan pH.
Irigasi dengan susu harus dihindari karena dapat meningkatkan resiko penetrasi zat
lebih dalam akibat terbukanya barrier epitel.

Biasanya akibat trauma ini, akan terjadi blefarospasme yang akan


menyulitkan dilakukan irigasi. Hal lain yang harus diperhatikan adalah bila terdapat
partikel kasar di dalam mata misalnya pada kasus trauma asam (perasan jeruk) atau
trauma basa (bubuk semen) juga harus segera dibersihkan.2 Bila tindakan diatas
sudah dilakukan, pasien dapat dibawa ke rumah sakit atau klinik untuk tindakan lebih
lanjut. 1

Tindakan yang dapat dilakukan di fasilitas kesehatan selanjutnya adalah1,2,3:

1. Indicator test digunakan untuk menguji pH setiap selesai dilakukan irigasi


dengan normal saline bila pH sudah netral (pH air mata normal adalah sedikit
basa, sekitar 7,4) maka dapat dilakukan tatalaksana lebih lanjut, namun bila
pH masih belum mencapai target irigasi terus dilakukan (diperlukan beberapa
liter saline untuk sau mata yang terkena). Irigasi dapat dilakukan dengan
selang infus yang telah dipotong dan dimodifikasi.Eversikan kedua kelopak
mata, angkat dengan hati hati semua partikel ataupun residu dari zat kimia,
perhatikan dengan seksama terutama pada konjungtiva palpebra dan forniks.
2. Memberikan anestesi topikal untuk mengurangi nyeri dan mengatasi
blefarospasme
3. Mulai terapi sistemik untuk menghilangkan nyeri bila diperlukan
Bila derajat trauma berat dan diperlukan rawatan di rumah sakit, tindakan yang
dapat dilakukan adalah1:

1. Lanjutkan irigasi bila pH belum sesuai target, dan tetap dilakukan follow up
pH air mata untuk menyingkirkan kemungkinan masih adanya partikel sisa zat
kimia yang tersembunyi
2. Mulai terapi steroid topikal ( dexametason 0,1% ed dan prednisolone 1% ed)
3. Pertimbangkan pemberian steroid subkonjungtiva
4. Imobilisasi pupil dengan anestesi topikal atropin 1% atau scopolamine 0,25%
ed 2x1
5. Pemberian obat anti inflamasi seperti na diclofenac 2x100 mg atau
prednisolone 50-200 mg
6. Pemberian vitamin c baik oral maupun topikal bila tersedia untuk menetralisir
radikal yang bersifat sitotoksik
7. Asetazolamide 500 mg po untuk menurunkan TIO sebagai profilaksis
terjadinya glaukoma sekunder
8. Pemberian asam hialuronat untuk menjaga kornea dan mempercepat
reepitelisasi serta menstabilkan barrier fisiologis kornea
9. Pemberian antibiotik topikal
10. Angkat konjungtiva atau jaringan kornea yang sudah mengalami nekrosis

Pertimbangan tatalaksana berupa tindakan operatif diperlukan pada komplikasi


jangka panjang berupa:2

1. Pada penyembuhan kornea yang buruk dapat dilakukan amniotic


membrane (AM) transplantation dan limbal stem cell transplantations
yang berguna untuk meningkatkan migrasi sel epitelial dan reepitelisasi
kornea
2. Pada kasus terjadi pembentukan pseudopteregium dilakukan eksisi disertai
dengan autograft konjungtiva atau AM
3. Bedah rekonstruksi pada forniks termasuk pemisahan simblefaron dan
grafting membran amniotik
4. Bila terjadi opasifikasi kornea yang berat dapat dipertimbangkan
transplantasi stem cell dilanjutkan dengan keraoplasti.

Komplikasi Dan Prognosis

Derajat iskemia pada pembuluh darah konjungtiva dan limbus menetukan


seberapa besar kerusakan yang terjadi dan prognosis penyembuhan. Semakin besar
iskemia pembuluh darah pada konjungtiva dan limbus, semakin berat kerusakan yang
terjadi.3 Bentuk paling berat dari trauma kimia adalah cooked fish eye yang dapat
menyebabkan kebutaan.1

Komplikasi lain yang dapat terjadi pada trauma kimia derajat sedang hingga
berat bisa mengakibatkan terjadinya simbleparon (adhesi antara palpebra dan
konjungtiva bulbar). Reaksi inflamasi pada COA akibat trauma kinia juga dapat
menyebabkan terjadinya glaukoma sekunder, terutama pada trauma basa. 3

Komplikasi lain yang dapat terjadi pada trauma kimia diantaranya:

1. Opasifikasi kornea sehingga menggagu media penglihatan


2. Conjunctival burn berupa sikatrik, simbleparon, hilangnya sel goblet,
keratinisasi
3. Iskemia limbus yang dapat mengakibatkab terjadinya perubahan kornea
menjadi seperti struktur konjungtiva, terbentuk vaskularisasi dan kekeruhan
kornea
4. Full-thickness burns mengakibatkan skleritis, vitritis, retinitis, kerusakan iris
dan badan siliar yang akhirnya dapat berkembang menjadi ptisis bulbi
(prognosis sangat buruk)
5. Keterlibatan periorbital
6. Obliterasi forniks dan pembentukan pseudopterigium
Gambar. Cooked fish eye, terjadi akibat trauma zat basa pada mata1

Gambar. Simbelparon sebagai kompikasi pada trauma kimia berat1

Keparahan trauma kimia ditentukan oleh:

1. pH : agen alkali biasanya menyebabkan injury lebih berat dibanding asam


meskipun pada ksus larutan sangat asam akan memiliki keparahan yang sama
2. Lama kontak mata dengan zat
3. Keterlibatan kornea : luas kornea yang terlibat dan lama kontak dengan
kornea
4. Keterlibatan limbus: reepitelisasi kornea dipengaruhi oleh stem cell yang
terdapat pada limbus
5. Keterlibatan konjungtiva
6. Adanya trauma non-kimia lainnya seperti trauma tumpul ataupun panas1

Dalam menentukan prognosis, dibuat 2 buah klasifikasi, pertama berdasarkan


kerusakan kornea dan iskemia limbus (Roper-Hall classification) dan kedua
berdasarkan keterlibatan limbus dan konjungtiva ( Dua classification).

Tabel. Klasifikasi Roper-Hall


Tabel. Klasifikasi Dua2
Sumber :

1. Lang, Ophthalmology, 2nd Ed. 2006

2. Denniston A dan Murray P. Oxford handbook of ophthalmology 3rd edition, 2014,


Oxford Medical Publication

3. Riordan P- Eva dan Whitcher. Vaughen & Asbury’s General Ophthalmology 17th
edition.2007. The Mcgraw-Hill Company
BAB 3
KESIMPULAN
Trauma kimia pada mata dapat disebabkan oleh berbagai substansi kimia yang
bersifat asam atau basa seperti detergen, pelarut, zat perekat, atau zat iritan seperti gas
air mata. Tingkat kearahan penyakit bervariasi mulai dari iritasi ringan hingga yang
paling berat berupa kebutaan. Secara umum, pada trauma akibat zat azam terjadi
koagulasi yang mencegah penetrasi lebih dalam, sedangkan pada zat basa terjadi
proses likuefiaksi yang dapat mengakibatkan zat menembus struktur mata lebih
dalam. Hal ini menjadikan trauma karena zat asam lebih ringan dibandingkan basa
karena sifat basa.
Manajemen terapi yang cepat dan tepat menentukan prognosis. Irigasi dengan
cairan yang bersifat netral dapat dilakukan sebagai terapi awal sambil menilai pH
mata hingga mencapai normal. Terapi lain baik yang bersifat topikal maupun sistemik
dipertimbangkan sesuai klinis dan keparahan penyakit akibat papara zat kimia
tersebut. Pada keadaan berat dapat dipertimbangkan berbagai tindakan operatif sesuai
dengan indikasi yang dapat mempercepat proses penyembuhan.

You might also like