You are on page 1of 11

Hubungan Kebiasaan Merokok, Imunisasi dengan Kejadian Penyakit Pneumonia Pada Balita

di Puskesmas Pabuaran Tumpeng Kota Tangerang

HUBUNGAN KEBIASAAN MEROKO, IMUNISASI DENGAN


KEJADIAN PENYAKIT PNEUMONIA PADA BALITA DI
PUSKESMAS PABUARAN TUMPENG KOTA TANGERANG

IGK Wijaya1, Herwanti Bahar2


1,2
Fikes – Universitas Esa Unggul, Jakarta
Jln. Arjuna Utara Nomor 9, Tol Tomang Kebun Jeruk, Jakarta 11510
didagadjali@yahoo.co.id

Abstrak
Di Indonesia, 1,5 juta atau 21% anak dibawah lima tahun meninggal akibat
penyakit Pneumonia setiap tahunnya. Adapun angka kesakitan diperkirakan
mencapai 250 hingga 299 per 1000 anak balita setiap tahunnya. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui hubungan kebiasaan merokok dengan kejadian
penyakit pneumonia pada balita di Puskesmas Pabuaran Tumpeng Kota
Tangerang. Metode penelitian adalah survey cross sectional dan jumlah sampel
sebanyak 93 secara simple random sampling. Dimensi klasifikasi Pneumonia
meliputi Pneumonia dan batuk bukan pneumonia,. Dimensi perilaku kebiasaan
merokok anggota keluarga yaitu, perokok ringan menghabiskan 1-10 batang
rokok perhari, dan perokok sedang menghabiskan 11-20 batang rokok per
hari.Penelitian ini diukur menggunakan kuesioner dan dianalisis menggunakan
analisis univariat dan bivariat. Sebagian besar responden adalah berumur 12-36
bulan, lebih banyak responden perempuan, dengan status Imunisasi lengkap
84,9%, Status Gizi normal 95,7%, dan perilaku kebiasaan merokok anggota
keluarga balita adalah 100 %, dengan jumlah batang rokok yang dihisap per
hari paling banyak pada 1-10 batang atau 86%, untuk selang waktu mulai
menghisap rokok setelah bangun pagi, terbanyak adalah dalam waktu 6-30
menit setelah bangun pagi. Hasil uji Chi-Square menunjukkan hubungan yang
signifikan antara kebiasaan merokok dengan kejadian penyakit pneumonia
pada balita (OR = 1,269 ; p<0,05), hubungan Status imunisasi dengan kejadian
penyakit pneumonia pada balita (OR= 0,790, p<0,05). Perlu adanya
peningkatan kegiatan penyuluhan kepada masyarakat mengenai PHBS rumah
tanggaa terutama mengenai rokok.

Kata kunci: kebiasaan merokok, pneumonia, imunisasi

Pendahuluan meninggal karena Pneumonia, diare,


Kesehatan merupakan salah satu malaria, campak, malnutrisi, dan sering
aspek yang sangat penting dalam merupakan kombinasi dari penyakit atau
membangun unsur manusia agar memiliki keadaan tersebut diatas. Di Indonesia angka
kualitas baik seperti yang diharapkan, dan kematian Pneumonia pada balita
dapat memberikan pengaruh ke berbagai diperkirakan mencapai 21% (UNICEF,
aspek kehidupan masyarakat. Dan selama 2006).
ini masih banyak permasalahan kesehatan, Anak Balita merupakan kelompok
salah satunya seperti kematian anak umur yang rawan gizi dan rawan terhadap
sebelum mencapai usia 5 tahun atau setiap penyakit. Anak Balita harus mendapat
tahun 12 juta anak di dunia meninggal perlindungan untuk mencegah terjadinya
dunia. Dari seluruh kematian tersebut, 70% penyakit yang dapat mengakibatkan
Forum Ilmiah Volume 11 Nomor 3, September 2014 375
Hubungan Kebiasaan Merokok, Imunisasi dengan Kejadian Penyakit Pneumonia Pada Balita
di Puskesmas Pabuaran Tumpeng Kota Tangerang

pertumbuhan dan perkembangan menjadi berkembang, tetapi juga di negara maju


terganggu, atau bahkan dapat menimbulkan seperti di Amerika Serikat, Kanada dan
kematian. Salah satu penyebab kematian Negara – Negara Eropa. Di Amerika Serikat
tertinggi akibat penyakit infeksi pada anak terdapat dua juta sampai tiga juta kasus
usia Balita adalah pneumonia. (WHO,2010). Pneumonia per tahun, dengan jumlah
Pneumonia adalah peradangan atau kematian rata-rata 45.000 orang
infeksi pada bronkiolus dan alveolus di (Misnadiarly, 2008).
paru-paru yang sering terjadi pada masa Menurut data yang diperoleh dari
bayi dan anak-anak (Bindler dan Ball 2003), Profil Data Kesehatan Indonesia Tahun
sedangkan menurut Wilson, 2006, 2011, jumlah penderita Pneumonia pada
Pneumonia merupakan proses infeksi akut Balita di Indonesia ada sebanyak 480.033
yang mengenai jaringan paru-paru (Alveoli) Balita yang terdiri dari 358 anak meninggal
dan dapat dikenali berdasarkan pedoman pada umur dibawah 1 tahun, dan 251 anak
tanda-tanda klinis serta pemeriksaan meninggal pada umur 1 – 4 tahun,
penunjang seperti rontgen dan laboratorium. Sementara itu kejadian Pneumonia di
Tingginya angka kejadian Provinsi Banten diketahui terdapat 15.416
pneumonia tidak terlepas dari Faktor Risiko penderita pnuemonia pada Balita, dimana
pneumonia. Dan faktor risiko yang sudah 60 anak meninggal pada umur dibawah 1
teridentifikasi meliputi : status gizi, berat tahun, dan 55 anak meninggal pada umur 1-
lahir rendah, kurang pemberian ASI 4 tahun (Depkes.RI.Tahun 2012).
Eksklusif, kurangnya imunisasi campak Di Kota Tangerang Cakupan
pada 1 tahun pertama, polusi udara didalam Pneumonia mencapai 46,1%, tertinggi
rumah, kepadatan rumah, orang tua kejadian kasus Pneumonia se Provinsi
perokok, kelembaban udara, pendidikan ibu, Banten pada tahun 2012, sedangkan
kekurangan Vitamin A, (WHO, 2008). berdasarkan data kota Tangerang tahun
Rokok, sebagai salah satu resiko 2013, jumlah kasus pneumonia sebesar
timbulnya Pneumonia merupakan masalah 8187 kasus, itu berarti mulai tahun 2010
yang sangat sulit untuk di minimalisir, setiap tahun selalu mengalami peningkatan.
Sementara itu berdasarkan data Depkes RI, Di Kota Tangerang rokok
jumlah perokok dalam suatu keluarga cukup merupakan masalah yang susah untuk
tinggi, Dan orang yang berada di sekitar dikendalikan, sehingga Pemda Kota
seorang perokok atau perokok pasif justru Tangerang mengeluarkan Perda Kota
mempunyai resiko kesehatan yang lebih Tangerang Nomor 5 Tahun 2010 tentang
tinggi dibandingkan perokok aktif. Pusat Kawasan Tanpa Rokok dan sudah
Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal dilakukan sosialisasi PHBS di Rumah
Kementerian Kesehatan RI, memberitakan tangga, tetapi kenyataannya masih banyak
sebanyak 62 juta perempuan dan 30 juta warga yang merokok sembarang tempat.
laki-laki Indonesia menjadi perokok pasif di Hasil kunjungan rumah petugas Puskesmas
Indonesia, dan yang paling menyedihkan Pabuaran tumpeng Tahun 2013, dalam
adalah anak-anak usia 0-4 tahun yang rangka perawatan kesehatan masyarakat
terpapar asap rokok berjumlah 11,4 juta pada keluarga balita penderita pneumonia,
anak. Rokok merupakan masalah yang kian sebanyak 36 keluarga, ditemukan hampir
menjerat anak, remaja dan wanita di semua adanya anggota keluarga yang
Indonesia. merokok.
Sedangkan Pneumonia merupakan Berdasarkan hal tersebut diatas,
masalah kesehatan dunia,karena angka maka penulis tertarik untuk melakukan
kematiannya tinggi,tidak saja di Negara penelitian mengenai hubungan kebiasaan

Forum Ilmiah Volume 11 Nomor 3, September 2014 376


Hubungan Kebiasaan Merokok, Imunisasi dengan Kejadian Penyakit Pneumonia Pada Balita
di Puskesmas Pabuaran Tumpeng Kota Tangerang

merokok,Imunisasi dengan kejadian jantung, stroke) dan karsinogenesis.


penyakit Pneumonia pada Balita di (Depkes, 2009).
Puskesmas Pabuaran Tumpeng Kota Bahan berbahaya dan racun dalam
Tangerang. rokok tidak hanya mengakibatkan gangguan
kesehatan pada orang yang merokok, namun
Kebiasaan merokok, Imunisasi, dan juga kepada orang-orang disekitarnya yang
Pneumoni tidak merokok, yang sebagian besar adalah
1. Kebiasaan merokok bayi, anak-anak dan ibu-ibu yang terpaksa
Merokok merupakan kebiasaan menjadi perokok pasif oleh karena ayah atau
yang memiliki daya merusak cukup besar suami mereka merokok di rumah. Perokok
terhadap kesehatan. Hubungan antara pasif mempunyai risiko lebih tinggi untuk
merokok dengan berbagai macam menderita kanker paru-paru dan penyakit
penyakit seperti kanker paru, penyakit jantung ishkemia, sedangkan pada janin,
kardiovaskuler, risiko terjadinya neoplasma bayi dan anak-anak mempunyai resiko yang
laryng, esophagus dan sebagainya, telah lebih besar untuk menderita kejadian berat
banyak diteliti. Banyak pengetahuan tentang badan lahir rendah (BBLR), bronchitis,
bahaya merokok dan kerugian yang pneumonia, infeksi rongga telinga dan asma
ditimbulkan oleh tingkah laku merokok, (Sualangi, 2012). Asap rokok dapat merusak
meskipun semua orang tahu akan bahaya mekanisme pertahanan paru sehingga akan
merokok, perilaku merokok tampaknya memudahkan terjadinya ISPA (Prabu,
merupakan perilaku yang masih ditoleransi 2009).
oleh masyarakat (Depkes,2008)
Rokok mengandung Nikotin, dan Tipe-tipe Perokok n
kandungan dalam rokok adalah nikotin yang Menurut Mu’tadin (dalam www.e-
farmakologisnya banyak bersifat psikologi.com) tipe-tipe perokok yaitu:
rangsangan, dengan efek aktivasi 1. Perokok sangat berat
elektrokortis, jantung dan sistem endokrin. Adalah bila mengkonsumsi rokok
Nikotin yang diterima dalam tubuh melalui lebih dari 31 batang perhari dan selang
rokok, mempengaruhi hampir semua sistem merokoknya lima menit setelah bangun
neurotransmiter. Pemakaian jangka lama pagi.
nikotin melalui rokok menyebabkan 2. Perokok berat
perubahan struktural pada otak dengan Adalah merokok sekitar 21-30
peningkatan jumlah reseptor. Akibat akut batang sehari dengan selang waktu sejak
penggunaan nikotin meliputi peningkatan bangun pagi berkisar antara 6 - 30 menit.
denyut jantung, tekanan darah dan aliran 3. Perokok sedang
dari jantung dan penyempitan pembuluh Adalah bila menghabiskan rokok
darah (Depkes,2008). Pengaruh merokok 11-21 batang perhari dengan selang waktu
lainnya yang dapat ditimbulkan terutama 31- 60 menit setelah bangun pagi.
oleh komponen asap, tetapi dalam batas 4. Perokok ringan
tertentu di pengaruhi oleh nikotin juga, Adalah bila menghabiskan rokok
meliputi penurunan kadar oksigen di dalam sekitar 10 batang dengan selang waktu 60
darah karena naiknya kadar karbon menit dari bangun pagi.
monoksida, meningkatkan jumlah asam
lemak,glukosa, kortisol dan hormon lainnya Perokok pasif
di dalam darah dan peningkatan risiko Perokok pasif adalah orang yang
mengerasnya arteri dan pengentalan darah ikut menghirup asap rokok yang
(yang berkembang menjadi serangan dikeluarkan oleh perokok aktif pada saat

Forum Ilmiah Volume 11 Nomor 3, September 2014 377


Hubungan Kebiasaan Merokok, Imunisasi dengan Kejadian Penyakit Pneumonia Pada Balita
di Puskesmas Pabuaran Tumpeng Kota Tangerang

merokok. Menghirup asap rokok orang lain bercak distribusi yang terpusat pada
lebih berbahaya dibandingkan menghisap bronkiolus dan bronkus yang
rokok sendiri. Bahkan bahaya yang harus meradang disertai penyebaran ke
ditanggung perokok pasif tiga kali lipat dari alveoli sekitarnya. Ini sering terjadi
perokok aktif. Penyakit yang dapat diderita pada orang usia lanjut, bayi dan
perokok pasif ini tidak lebih baik dari penderita yang sangat lemah.
perokok aktif. (Sapphire,2009). Ggg 3. Pneumonia khusus
Adalah Pneumonia khusus dapat
2. Imunisasi disubklasifikasikan ke dalam
Imunisasi adalah pemberian vaksin kelompok yang normal (non-
untuk mencegah terjadinya penyakit imunosupresi), atau yang
tertentu. Salah satu upaya pencegahan imunosupresi.
penyakit menular adalah melalui upaya
pengebalan (imunisasi). Tujuan utama b. Pneumonia Non-Infektif
imunisasi untuk menurunkan angka 1. Aspirasi Pneumonia
kesakitan dan kematian karena berbagai Aspirasi pneumonia terjadi ketika
penyakit yang dapat dicegah dengan cairan atau makanan terhisap masuk
imunisasi. ke dalam paru, dan terjadi konsolidasi
Untuk menilai status imunisasi bagi bayi, dan radang sekunder. Keadaan klinis
biasanya dilihat dari cakupan imunisasi yang merupakan resiko bagi penderita
campak, karena imunisasi campak ialah pembiusan, operasi, koma,
merupakan imunisasi terakhir yang stupor karsinoma laring dan
diberikan pada bayi dengan harapan kelemahan hebat. Bagian paru yang
imunisasi sebelumnya sudah diberikan terkena bermacam-macam tergantung
dengan lengkap. (Depkes, 2009) posisi tubuh penderita. Bila dalam
keadaan tidur terlentang, daerah yang
3. Pneumonia terkena adalah segmen apikal lobus
Pneumonia adalah Suatu radang bawah. Bila dalam keadaan tidur
paru yang disebabkan oleh bermacam- miring ke sisi kanan, daerah yang
macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur terkena ialah segmen posterior lobus
dan benda asing (FKUI). atas. Daerah yang sering terkena
mengandung anaerobic, dan abses
Klasifikasi Pneumonia paru mengandung material yang
Pembagian pneumonia menurut membusuk.
dasar anatomis: 2. Lipid Pneumonia
a. Pneumonia Infektif Lipid Pneumonia dapat endogen
1. Pneumonia Lobaris akibat obstruksi saluran nafas yang
Adalah pneumonia Pneumokokus menyebabkan terjadinya timbunan
khas mengenai orang dewasa berumur magkrofag dan sel raksasa disebelah
antara 20 sampai 50 tahun; meskipun distal. Keadaan ini sering ditemukan
begitu pneumonia lobaris akibat disebelah distal dari karsinoma
Klebsiella mengenai individu berusia bronkus atau benda asing yang
lanjut. terhirup. Disamping itu lipid
2. Pneumonia lobularis (bronkopneu- pneumonia dapat juga disebabkan
monia) oleh faktor eksogen, akibat
Adalah Bronkopneumonia yang terhirupnya material yang
mempunyai karakteristik bercak- mengandung konsentrasi lipid yang

Forum Ilmiah Volume 11 Nomor 3, September 2014 378


Hubungan Kebiasaan Merokok, Imunisasi dengan Kejadian Penyakit Pneumonia Pada Balita
di Puskesmas Pabuaran Tumpeng Kota Tangerang

tinggi. Material seperti ini misalnya Metode Penelitian


paraffin cair atau tetes hidung Penelitian ini menggunakan metode
berbentuk minyak. Vakuola lipid pendekatan Suvey analitik, dengan desain
dicerna oleh sel raksasa benda asing; penelitian cross sectional.
dan dapat ditemukan beberapa
fibrosis .interstisial. Teknik Pengambilan Sampel
3. Eosinofilik Pneumonia Populasi dalam penelitian ini adalah
Eosinofilik Pneumonia ditandai oleh semua balita yang berobat di Puskesmas
banyak Eosinofil dalam interstisial Pabuaran Tumpen dan dinyatakan menderita
dan alveoli. Mungkin dapat Inpeksi Saluran Pernafasan Akut oleh
ditemukan sumbatan mukus pada dokter yang memeriksa atau tenaga
bagian proksimal saluran nafas, kesehatan terlatih pada Bulan Juni Tahun
seperti yang ditemukan pada asma, 2014, yaitu sebanyak 121 balita, sedangkan
atau oleh Aspergillus, seperti pada yang menjadi respondennya adalah ibu
bronkopulmoner aspergilosis. Balita yang membawa balitanya berobat ke
Kambuhnya radang bronkial dapat Puskesmas Pabuaran Tumpeng.
mengakibatkan destruksi dinding
disertai penggantian oleh jaringan
granulasi dan sel raksasa; ini disebut Teknik pengambilan sampel yang
Bronkosentrik Granulomatosis. digunakan yaitu simple random sampling,
Disamping itu, eosinofilik pneumonia dengan memakai rumus :
dapat ditemukan sewaktu mikrofilaria
pindah melalui sirkulasi paru. Ini n = N
dapat juga idiopatik, yang berkaitan 1 + N(d²)
dengan eosinofilia darah pada
sindroma Loffler. N = Besar Populasi

Klasifikasi Pneumonia menurut n = Besar Sampel


MTBS (Dep.Kes.RI, 2010 ):
1. Pneumonia Berat Atau Penyakit sangat D = Tingkat kepercayaan /
berat. ketepatan
Ditandai : yang diinginkan ( 0,05 )
a.Ada tanda bahaya umum ATAU
b.Tarikan dinding dada ke dalam ATAU 121
c.Stridor n =
2).Pneumonia 1 + 121(0,05²)
121
Nafas Cepat: n =
1,3025
a. Umur Anak 2 bulan - < 12 bulan : n = 92,89827255
50 kali atau lebih per menit. n = 93
b. Umur Anak 12 bulan - < 5 tahun : sehingga didapatkan sampel sebanyak 93
40 kali atau lebih permenit. responden.
3). Batuk bukan Pneumonia.
Tidak ada tanda tanda Pneumonia
atau penyakit sangat berat.

Forum Ilmiah Volume 11 Nomor 3, September 2014 379


Hubunngan Kebiasaan Merokok, Imuniisasi dengan Kejaadian Penyakit P
Pneumonia Pada Balita
di
d Puskesmas Pabuaran Tumpengg Kota Tangerang ng

HHasil dan Peembahasan balitaa dengan sttatus Imuniisasi tidakk


Berdasarkan hasiil penelitian yang lengk kap sebanyak 14 orang (14 % ).
ttelah dilakukan kepada balita yang dataang di
PPuskesmas Pabuaran Tumpeng, maka
ddidapatkan hasil karaakteristik Balita B
sebagai berik
kut :
Statuss Imunisaasi 
Umuur Balita 12-36 bulan ( 1-3
umlah 67 reesponden (72 %) ,
ttahun ) berju BBalita
llebih banyakk dari pada berumur 37 – 59
bbulan ( >3 – 5 tahun n) sebanyaak 26 80
10
00
rresponden (228 %) . 13
0 Series1
Lemgkap TTidak
UM
MUR  BA
ALITA Leengkap

Graffik 3. Distribuusi Status Imuunisasi Balita


100 67
6
26
50
0 Series1 Status gizii pada Balitaa yang datangg
UM
MUR UMUR berobbat ke Puske smas Pabuarran Tumpengg
12‐‐36 37‐59 lebih banyak deengan Gizi normal darii
BLLN BLN jumlaah 93 balita, ddengan statuus gizi normall
sebannyak 89 orrang (85,7%)), sedangkann
Grafik 1.Distribusi Umur
U Balita balitaa dengan stattus gizi kuraang ( kurus )
sebannyak 4 orang ( 4,3 % ).
Jenis kelamin baliita di puskesm
mas
P
Pabuaran Tummpeng, untukk Laki-laki
sebanyak 46 orang ( 49,5%
% ), dan
P
Perempuan leebih banyak satu
s orang, yaaitu Statuss Gizi Baalita
sebanyak 47 orang ( 50,5 % ).
89
10
00
Je
enis kelaamin
50
5 Series1
47 13
47 0
46.5 46
4
Normal Kurus
46
45.5 Series1
Grafik
G 4. Distrribusi Status G
Gizi Balita

Grafik 2.
2 Distribusi Jenis
J Kelamin
n Kejadian Pneumonia pada Balitaa
dari jumlah 93 balita, yanng menderitaa
Statu
us Imunisasi pada Balitaa dari Pneuumonia sebannyak 17 orangg ( 18,3 % ),,
jjumlah 93 balita,
b dengan
n status Imun
nisasi sedaangkan yan
ang tidak menderitaa
llengkap ada 80 orang (86 %), sedan ngkan Pneuumonia sebannyak 76 orangg (81,7 %).

Forum Ilmiah Volume


V 11 Nomorr 3, September 20014 380
Hubunngan Kebiasaan Merokok, Imuniisasi dengan Kejaadian Penyakit P
Pneumonia Pada Balita
di
d Puskesmas Pabuaran Tumpengg Kota Tangerang ng

merok kok sebanyaak 93 responnden berartii


jumlaah perokok ppada penelitiaan ini semuaa
Kejadiaan  sebaggai perokok atau semua mempunyaii
kebiasaan merokook. Dengan menghisapp
Pneumo
P onia rokokk terbanyak yaitu perookok ringann
dengaan menghabisskan jumlah batang rokokk
76
7 perhaari 1-10, denngan selang waktu <600
100
17 menitt setelah banggun pagi.
0 Serie
es1 Hasil tersebut menunjukann
responden atau annggota keluaarga balita dii
Puskeesmas Pabuarran Tumpengg pada bulann
Juni 2014
2 berperillaku kurang ssehat, terbuktii
Grafik 5. Distribusi
D Kejaadian Pneumo
onia dengaan hasil peenelitian sem mua anggotaa
keluarga yang meerokok. Perilaaku merokokk
merup pakan kebiassaan yang m memiliki dayaa
Kebiasaan meerokok respo onden merussak cukup bbesar terhadaap kesehatann
mmenurut jum mlah batang rokok perh hari , (Depk kes, 2008). B
Baik perokok aktif maupunn
aadalah pero okok ringan dengan ju umlah perokkok pasif (tiddak merokokk, tetapi yangg
bbatang rokok k yang dihissap perhari 11-20 ikut menghisap asap rokok)) merupakann
bbatang deng gan selang waktu
w meng ghisap factorr resiko penyyakit pneumoonia, terbuktii
rrokok sejak bangun paagi 31-60 menit, m dengaan adanya hassil penelitiann Oon Fadilahh
mmemiliki jummlah frekuensi sebesar 80 orang (20133), bahwa ada hubuungan yangg
( 86% ),sedaangkan Perokkok sedang deengan bermaakna antara balita dengaan orang tuaa
jjumlah batanng rokok yan ng dihisap peerhari perokkok didalam rumah denngan kejadiann
sebesar 1-100 batang dengan selang waktu
w penyaakit Pneumonnia pada balitaa.
mmenghisap rokok
r sejak bangun pagii >60 Hal ini menunjukan masyarakatt
mmenit ,memilliki jumlah frekuensi
fr sebaanyak belumm menyadarii bahwa merrokok bukann
13 orang ( 14
4% ). saja berbahaya bbagi perokokk itu sendiri,
tetapii juga b erbahaya bbagi orangg
disekiitarnya.
Kebia
asaan M
Merokok
Imun nisasi
100
80 Imunisasi adalah suaatu tindakann
untukk memberikann kekebalan dengan caraa
50 13
1 memaasukkan vakksin ke ddalam tubuhh
Serie
es1 (Depk kes, 2000). A
Anak di Imuunisasi berartii
0 diberiikan kekebalaan terhadap suuatu penyakitt
perokok Perokok terten
ntu. Imunisassi juga berttujuan untukk
Sedaang Ringan memb berikan kekeebalan kepadda bayi agarr
Grafik
k 6. Kebiasaaan merokok terhin
ndar dari penyyakit, dapat mmencegah darii
kecaccatan, dan m mencegah keematian padaa
KKebiasaan merokok
m anak.
Berdasarkan hasil
h penellitian, Berdasarkaan hasil penelitiann
kkebiasaan merokok
m anggota keluargga di didappatkan Statuss Imunisasi pada Balitaa
PPuskesmas Pabuaran
P Tummpeng pada bula dari jumlah 93 balita, deengan statuss
JJuni tahun 20
014, dari jum
mlah respondeen 93 Imuniisasi lengkapp ada 79 oraang (84,9 %),,
bbalita (100%
%), yang ang ggota keluarg
ganya terbannyak dari paada balita deengan statuss

Forum Ilmiah Volume


V 11 Nomorr 3, September 20014 381
Hubungan Kebiasaan Merokok, Imunisasi dengan Kejadian Penyakit Pneumonia Pada Balita
di Puskesmas Pabuaran Tumpeng Kota Tangerang

Imunisasi tidak lengkap. Menurut Hasil penelitian diatas sejalan


penelitian A. Gozali (2010) menunjukan dengan penelitian T.Susi Hartati (2011),
bahwa anak balita yang menderita dimana didapatkan bahwa balita yang
pneumonia lebih banyak pada anak dengan tinggal serumah dengan anggota keluarga
status imunisasi kurang lengkap atau tidak yang merokok mempunyai risiko
lengkap. mengalami Pneumonia 2,24 kali lebih besar
dibandingkan balita yang tidak tinggal
Kejadian Penyakit Pneumonia serumah dengan anggota keluarga yang
Hasil distribusi Frekuensi kejadian mempunyai kebiasaan merokok.
Pneumonia di Puskesmas Pabuaran Asap rokok dari orang tua atau
Tumpeng pada bulan Juni Tahun 2014 , penghuni rumah yang satu atap dengan
terdapat 17 balita penderita Pneumonia dan balita merupakan bahan pencemaran dalam
balita yang menderita Penyakit Pneumonia ruang tempat tinggal yang serius serta akan
mempunyai riwayat dari anggota keluarga menambah resiko kesakitan dari bahan
perokok. Menurut Bindler dan Ball (2003), toksik pada anak-anak. Paparan yang terus-
Pneumonia adalah peradangan atau infeksi menerus akan menimbulkan gangguan
pada bronkiolus dan alveolus di paru-paru pernapasan terutama memperberat
yang sering terjadi pada masa bayi dan timbulnya infeksi saluran pernafasan akut
anak-anak. Tingginya angka kejadian termasuk Pneumonia dan gangguan paru-
Pneumonia pada balita tidak terlepas dari paru pada saat dewasa. Semakin banyak
beberapa factor risiko, diantaranya Status rokok yang dihisap oleh keluarga semakin
Gizi kurang, kurang Imunisasi campak pada besar memberikan resiko terhadap kejadian
1 tahun pertama (Imunisasi tidak lengkap), ISPA, khususnya apabila merokok
polusi udara didalam rumah, devisiensi Vit dilakukan oleh ibu bayi (Depkes RI, 2002).
A, BBLR, pemberian ASI eksklusif, Oleh karena itu perlunya
perilaku orang tua perokok, (WHO,2008). mengadakan KIE Yang intensif kepada
masyarakat supaya PHBS (Perilaku Hidup
Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Bersih dan Sehat) membudaya dimasyarakat
kejadian Penyakit Pneumonia pada terutama yang mempunyai balita, dan
Balita. bekerja sama dengan LSM dan tokoh
Hasil uji Chi-Square menunjukan masyarakat merupakan kegiatan yang dapat
bahwa memberikan pengertian dan kesadaran
ada hubungan yang signifikan antara mengenai rokok.
kebiasaan merokok anggota keluarga
dengan kejadian penyakit pneumonia pada Hubungan Imunisasi dengan Kejadian
balita, dengan nilai Chi-Square 37,430 Penyakit Pneumonia Pada Balita.
(kejadian Penyakit Pneumonia pada balita), Hasil Uji Statistik dengan
dan nilai Chi-Square 48,269 (Kebiasaan Chi-Square menjelaskan ada hubungan yang
merokok anggota keluarga),dengan masing- signifikan antara Status Imunisasi dengan
masing df 1, Sig (p value = 0,000 < 0,05), kejadian penyakit pneumonia pada balita,
dari hasil analisis juga diperoleh nilai OR = dengan nilai Chi-Square per variable 48,269
1,269, dimana balita yang memiliki (Status Imunisasi) dan 37,430 (kejadian
keluarga dengan kebiasaan merokok, Penyakit Pneumonia pada balita), dengan df
mempunyai peluang mengalami Pneumonia masing-masing 1. Sig (p value = 0,000 <
sebanyak 1,269 kali dibanding balita yang 0,05), dari hasil analisis diperoleh juga nilai
tidak memiliki keluarga dengan kebisasaan OR = 0,790, dimana balita dengan status
merokok. Imunisasi tidak lengkap mempunyai

Forum Ilmiah Volume 11 Nomor 3, September 2014 382


Hubungan Kebiasaan Merokok, Imunisasi dengan Kejadian Penyakit Pneumonia Pada Balita
di Puskesmas Pabuaran Tumpeng Kota Tangerang

peluang mengalami Pneumonia sebanyak Terdapat hubungan yang signifikan antara


0,79 kali dibanding balita dengan status Status Imunisasi dengan kejadian Penyakit
Imunisasi lengkap. Pneumonia pada balita di Puskesmas
Penelitian ini sejalan dengan hasil Pabuaran Tumpeng Kota Tangerang
penelitian T.Susi Hartati 2011), menunjukan (p<0,05 , OR=0,790)
bahwa balita yang tidak mendapatkan
imunisasi campak mempunyai peluang Daftar Pustaka
menderita pneumonia 3,21 kali, dari pada Depkes RI, “Petunjuk Teknis Tata laksana
balita yang mendapatkan imunisasi Anak Gizi Buruk”, Direktorat Gizi
campak. Masyarakat, Jakarta, 2005.
Untuk menilai status imunisasi pada
bayi biasanya dilihat dari cakupan imunisasi Depkes RI, “Pedoman Pelaksanaan
campak, karena Imunisasi campak Stimulasi, deteksi dan intervensi
merupakan Imunisasi terakhir yang dini tumbuh kembang anak
diberikan pada bayi.dengan harapan ditingkat pelayanan kesehatan
Imunisasi campak merupakan imunisasi dasar”, Jakarta, 2006.
terakhir yang diberikan pada bayi dan
imunisasi sebelumnya sudah diberikan Depkes RI, “Pedoman Pengendalian
dengan lengkap (Depkes, 2009) Salah satu Penyakit Infeksi Saluran
upaya pencegahan penyakit menular adalah Pernafasan akut”, Jakarta, 2006.
melalui upaya pengebalan (Imunisasi). Oleh
karena itu pemberian imunisasi dasar Depkes RI, “Pedoman Tatalaksana
lengkap pada bayi merupakan usaha yang Pneumonia Balita”, Jakarta, 2007.
baik dalam rangka penanggu langan
penyakit Pneumonia. Depkes RI, “Manajemen Terpadu Balita
Sakit (MTBS)”, Jakarta, 2009.
Kesimpulan
Umur Balita yang terbayak yaitu Depkes, “Perokok Pasif Mempunyai Resiko
umur 12-36 Bulan sebanyak 66 balita,dan yang Lebih Besar”, 2009.
Jenis kelamin terbanyak adalah perempuan http://www. depkes.go .id. Diakses
yaitu 47 Balita, untuk Status Imunisasi 2 April 2014
pada balita di Puskesmas Pabuaran
Tumpeng pada bulan Juni tahun 2014 DepKes RI, “Standar Antropometri
adalah yang sudah lengkap sebanyak 80 Penilaian Status Gizi Anak”,
balita, dan status Gizi terbanyak adalah Keputusan Menteri Kesehatan RI,
normal yaitu berjumlah 89 dengan Gizi Nomo:1995/MENKES/SK/XII/2010
Normal, sedangkan hasil untuk kebiasaan
merokok menunjukan bahwa semua Dinkes Kota Tangerang, P2PL,
responden sebanyak 93 balita mempunyai “Rekapitulasi Laporan Pneumonia
anggota keluarga perokok. Tahun 2013”.
Untuk kejadian Pneumonia terdapat
17 balita yang mengalami Pneumonia. Diana Maryani R., “Hubungan antara
Terdapat hubungan yang signifikan antara Kondisi Lingkungan Rumah dan
kebiasaan merokok dengan kejadian Kebiasaan Merokok anggota
penyakit Pneumonia pada balita di keluarga dengan kejadian ISPA
Puskesmas Pabuaran Tumpeng Kota pada Balita di Kelurahan
Tangerang ( p < 0,05 , OR= 1,269).

Forum Ilmiah Volume 11 Nomor 3, September 2014 383


Hubungan Kebiasaan Merokok, Imunisasi dengan Kejadian Penyakit Pneumonia Pada Balita
di Puskesmas Pabuaran Tumpeng Kota Tangerang

Bandarharjo Kota Semarang”, pdf, diakses 22 Juni 2014


2012.
Notoatmodjo, Soekidjo, “Metodologi
Hartati, S., “Analisis Faktor risiko yang Penelitian Kesehatan”, Rineka
berhubungan dengan kejadian Cipta, Jakarta, 2010.
Pneumonia pada Anak Balita di
RSUD Pasar Rebo”, Tesis, UI, Oon Fadillah, “Hubungan Lingkungan
Jakarta. 2011. Fisik Rumah Dengan
http://repository.ui.ac.id/bitstream/1 Kejadian Penyakit Pneumonia
23456789/30801/7/.pdf, diakses 10 Pada Balita Di Puskesmas
April 2014. Rejosari Kota Pekanbaru Tahun
2013”, 2013. diakses 10 Juni 2014
Komasari, 2008.
http://www.psychologymania. “Profil Puskesmas Pabuaran Tumpeng
com/2012/06/pengertian-perilaku- Tahun 2012. Angka kesakitan
merokok.html, diakses 14 Juni ISPA di Puskesmas Pabuaran
2014 Tumpeng Kota Tangerang”,
2013.
Ita Kusumawati, “Hubungan antara
status merokok anggota Peraturan Daerah Kota Tangerang,
keluarga dengan lama 2010. Nomor 5 Tentang
pengobatan ISPA Balita di Kawasan Tanpa Rokok,
Kecamatan Jenawi”, Tesis, 2010. PublicHealthHome, 2013.
http://www.scribd.com/doc/215626 http://www.indonesianpublichealth.
311/142481208201012161, diakses com/2013/03/pemant auan-status-
10 Juni 2014 gizi.html , diakses 14 Juli 2014

Iksir jauhari, “Materi Ilmu Kesehatan Rizka Rahmin, “Faktor yang berhungan
Anak dengan ISPA dengan kejadian suspek Pneumonia
(PNEUMONIA)”, 2012. pada balita di wilayahKota Paya
http://iksirjauhari.blogspot.com/201 kumbuh Tahun 2011”, 2011.
2/11/ilmu-kesehatan-anak.html tgl
13 Agustus 2014 Sapphire, “Bahaya Perokok Pasif”, 2009.
http: //www.Send.garp.com.
Mansjaer, Arif, et.al, “Kapita Selekta diakses 1 April 2014
Kedokteran”, Aesclapius Fakultas
Kedokteran UI, Jakarta, 2002. Sutanto Prio Hastono, Luknis Sabri,
“Statistik Kesehatan”, Kharisma
Misnadiarti, “Penyakit Infeksi Saluran Putra Utama Offset, Jakarta, 2011.
Nafas Pneumonia pada anak, orang
dewasa, dan usia lanjut”, Pustaka Sugiono, Prof. Dr., “Statistik Non
Obor Popular, Jakarta, 2008. Parametrik Untuk Penelitian”,
ALFABETA, Bandung, 2010.
Mu’tadin (dalam www.e-psikologi.com)
tipe-tipe perokok Sugihartono, Nurjazuli, “Analisis Faktor
http://digilib.ump.ac.id/files/disk1/6 Risiko Kejadian Pneumonia Pada
/jhptump-a-peppyfathu-295-2-babii Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas

Forum Ilmiah Volume 11 Nomor 3, September 2014 384


Hubungan Kebiasaan Merokok, Imunisasi dengan Kejadian Penyakit Pneumonia Pada Balita
di Puskesmas Pabuaran Tumpeng Kota Tangerang

Sidorejo Kota Pagar Alam”,


Jurnal KesehatanLingkungan
Indonesia,Vol. 11 No. 1 / April
2012. diakses 10 Juni 2012.

Trisnawati dan Juwani, “Hubungan


perilaku merokok orang tua
denga kejadian ISPA pada Balita
di Wilayah Kerja Puskesmas
Rembang Kabupaten Purbalingga”,
2012.
http://kesmas.unsoed.ac.id/sites/defa
ult/files/file-
diunggah/jurnal/diakses 10 Juni
2014

Yohanna Christy Ningtyas Kaunang,


“Faktor-Faktor Risiko
Kejadian Pneumonia pada Anak
Balita di Wilayah
Kerja Puskesmas Kawangkoan
Kabupaten Minahasa”, 2012.
,fkm.unsrat.ac.id/wpcontent/uploads
/2012/jurnal-skripsi-yoan.docx.
diakses tanggal 8 September
2014.

Forum Ilmiah Volume 11 Nomor 3, September 2014 385

You might also like