Professional Documents
Culture Documents
IMUNOLOGI
IMUNOLOGI
“Imunologi Darah”
Disusun Oleh :
KELOMPOK 5
KELAS C
Universitas Jember
2016
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberi nikmat dan kasih sayang–Nya kepada kami, karena hanya dengan izin–Nya
lah kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Imunologi. Dan alasan utama
yang menjadi terciptanya makalah ini adalah guna melengkapi tugas yang diberikan
oleh dosen Mata Kuliah Imunologi. Makalah ini tidak mungkin terwujud tanpa
adanya komitmen dan kerjasama yang baik diantara para pihak yang terlibat. Oleh
karena itu, dalam kesempatan ini, kami selaku penyusun menyampaikan penghargaan
yang setinggi-tingginya kepada pihak-pihak berikut:
1. Dr. Isa Ma’rufi S. KM., M. Kes. selaku dosen Mata Kuliah Imunologi
atas segala arahan dan dukungan yang telah diberikan untuk kelancaran
proses penyempurnaan makalah ini.
2. Rekan-rekan anggota kelompok yang telah memberikan kritik, saran dan
masukan untuk penyelesaian makalah ini.
Akhirnya, tiada suatu usaha yang besar akan berhasil tanpa dimulai dari usaha
yang kecil. Oleh karena itu,kami memohon saran serta pendapat yang dapat membuat
kami menjadi lebih baik dalam melaksanakan tugas di lain waktu. Mudah-mudahan
makalah yang kami buat menjadi bermanfaat bagi seluruh civitas akademika
dilingkungan Universitas Jember. Sebagai penanggung jawab dan penulis makalah ini
dapat menjadi media untuk menambah wawasan dan pengetahuan dalam dunia ilmu
pengetahuan.
Penulis
Daftar Isi
BAB I
PENDAHULUAN
Respons imun adalah adalah suatu respons yang diberikan oleh tubuh berupa
suatu urutan kejadian yang kompleks terhadap antigen, untuk mengeliminasi suatu
antigen yang masuk ke dalamnya. Respons imun ini dapat melibatkan berbagai
macam sel dan protein, terutama sel makrofag, sel limfosit, komplemen, dan sitokin
yang saling berinteraksi secara kompleks. Mekanisme pertahanan tubuh terdiri atas
mekanisme pertahanan non spesifik dan mekanisme pertahanan spesifik.
Penyakit autoimunitas terjadi apabila respon imun yang bekerja pada suatu
antigen tertentu mengalami kegagalan, dicirikan dengan terjadinya proses imunitas
(penyerangan) pada sel atau jaringan tubuh itu sendiri. Hal ini tentu akan
mengakibatkan tubuh menstimulasi keluarnya antibodi yang disebut dengan
autoantibodi. Salah satu contoh penyakit yang berhubungan dengan terjadinya
autoimunitas pada sistem peredaran darah manusia adalah penyakit anemia hemolitik
autoimun (AHA) atau autoimmune haemolytic anmia (AIHA).
1.2 Rumusan Masalah
PEMBAHASAN
Darah merupakan suatu suspensi sel dan fragmen sitoplasma di dalam cairan yang
disebut Plasma. Secara keseluruhan darah dapat dianggap sebagai jaringan pengikat
dalam arti luas, karena pada dasarnya terdiri atas unsur-unsur sel dan substansi
interseluler yang berbentuk plasma. Fungsi utama dari darah adalah mengangkut
oksigen yang diperlukan oleh sel-sel di seluruh tubuh. Darah juga menyuplai jaringan
tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat-zat sisa metabolisme, dan mengandung
berbagai bahan penyusun sistem imun yang bertujuan mempertahankan tubuh dari
berbagai penyakit. Semua sel darah dibentuk di dalam sumsum tulang.
Darah merupakan komponen esensial makhluk hidup, mulai dari binatang primitif
sampai manusia. Dalam keadaan fisiologik, darah selalu berada dalam pembuluh
darah sehingga dapat menjalankan fungsinya sebagai: (a) pembawa oksigen (oxygen
carrier); (b) mekanisme pertahanan tubuh terhadap infeksi; dan (c) mekanisme
hemostatis.
1) Plasma darah, bagian-bagian cair darah yang sebagian besar terdiri atas air,
elektrolit, dan protein darah.
2) Butir-butir darah (blood corpuscler), yang terdiri atas:
a. Eritrosit: sel darah merah (SDM)-red blood cell (RBC)
1. Eritrosit atau korpuskel darah merah adalah yang paling banyak
diantara sel – sel darah
2. Eritrosit merupakan sel pembawa oksigen karena banyak mengandung
hemoglobin.
3. Eritrosit memiliki resptop komplemen yang dapat mengikat kompleks
imun.
4. Sel darah merah berperan dalam eliminasi kompleks imun dan
sirkulasi terutama pada infeksi yang persisten dan pada beberapa
penyakit auto imun.
b. Leukosit: sel darah putih (SDP)-Whiteblood cell (WBC)
1. Hemostasis
2. Modulasi respon inflamasi
3. Sel efektor sitotoksik
4. Penyembuhan jaringan
Peranan darah sangat penting sekali dalam proses pertahanan tubuh dari segala
macam gangguan, gangguan pada sistem kekebalan terjadi ketika:
1. Tubuh menghasilkan reaksi kekebalan melawan dirinya sendiri (gangguan
autoimun).
2. Tubuh tidak dapat menghasilkan reaksi kekebalan yang sesuai untuk
melawan serangan mikroorganisme (gangguan imunodefisiensi).
3. Reaksi kekebalan tubuh yang berlebihan meskipun terhadap antigen asing
yang tidak berbahaya hingga merusak jaringan-jaringan normal (reaksi
alergi).
Semua bahan diangkut oleh cairan limfe melalui minimal satu kelenjar getah
bening, dimana substansi asing akan disaring keluar dan dihancurkan sebelum cairan
limfe dikembalikan ke aliran darah. Pada kelenjar getah bening, sel darah putih bisa
dikumpulkan kembali, berinteraksi dengan antigen, menghasilkan reaksi kekebalan
terhadap zat-zat asing. Kelenjar getah bening memiliki jaringan seperti jala yang
penuh dengan sel-sel limfosit B, limfosit T, sel dendritik, serta makrofag.
Kelenjar getah bening merupakan salah satu tempat pertama penyebaran sel-sel
kanker. Dengan demikian, biasanya kelenjar getah bening akan diperiksa untuk
menentukan apakah kanker telah menyebar. Terkadang bakteri yang dibawa ke
kelenjar limfe tidak dapat dibunuh dan menyebabkan peradangan pada kelenjar limfe.
(Limfadenitis)
Mikroba masuk melalui jaringan epitel kulit dengan cara mengkoyaknya atau karena
terdapat luka akibat benda-benda atau material diluar tubuh. Kemudian mikroba
tersebut masuk ke jaringan dan mengeluarkan zat toksik yang membuat sel imun
(limfosit B) mengenalinya. Selain itu, mediator-mediator atau APC seperti histamine,
sitokin, dan mediator lain mampu mengaktifkan leukosit dan menarik perhatian
limfosit T melalui proses opsonin, kemotaksis.
Jika sel-sel imun tidak mampu membunuh habis mikroba tersebut, maka mereka
akan beremigrasi dan merusak dinding pembuluh darah dan ikut peredaran darah
mencapai organ sasaran.
Infeksi virus melalui peredaran darah ini dapat diatasi dengan anti toksin dalam
titer yang rendah. Dengan kata lain titer anti toksin yang rendah di dalam darah sudah
cukup untuk mengikat toksis yang berada dalam perjalanan ke sumsum syaraf pusat,
sehingga tidak lagi dapat berikatan dengan reseptor sel sasaran. Penyakit virus
dengan pola penyebaran melalui peredaran darah mempunyai periode inkubasi yang
panjang.
3. Reaksi Autoimun
Kadang-kadang sistem kekebalan tubuh mengalami gangguan fungsi dan
menghancurkan selnya sendiri karena keliru mengenalinya sebagai bahan asing
(reaksi autoimun). Jika suatu reaksi autoimun ditujukan kepada sel darah merah,
akan terjadi anemia hemolitik autoimun.
c. Mekanisme patogenesis penyakit anemia hemolitik autoimun (AHA) atau
autoimmune haemolytic anemia (AIHA)
Anemia hemolitik autoimun (AIHA) terjadi ketika terdapat autoantibodi yang
berikatan dengan eritrosit, sehingga menghancurkan sel darah merah dan berujung
pada manifestasi anemia. Anemia hemolitik autoimun menandakan adanya
kegagalan dalam mekanisme pengenalan antigen diri. Sindrom AIHA secara
umum dibagi berdasarkan hubungan antara aktivitas antibodi dan suhu. Antibodi
tipe hangat yaitu molekul IgG mempunyai afinitas maksimal pada eritrosit di suhu
tubuh. Sedangkan antibodi tipe dingin yaitu molekul IgM, mempunyai afinitas
maksimal pada eritrosit di suhu rendah. Anemia hemolitik autoimun (autoimmune
hemolytic anemia/AIHA) merupakan suatu kelainan di mana terdapat antibody
terhadap sel-sel eritrosit sehingga umur eritrosit memendek.
Antibodi abnormal ditujukan kepada eritrosit, tetapi mekanisme patogenesisnya
tidak jelas. Autoantibodi mungkin dihasilkan oleh respons imuun
yang tidak serasi terhadap antigen eritrosit atau epitop antigenik yang lain yang
mirip dengan antigen eritrosit. Atau agen infeksi dapat dengan sesuatu cara
mengubah membran eritrosit sehingga menjadi asing atau antigenik terhadap
hospes.
Perusakan sel-sel eritrosit yang diperantarai antibodi ini terjadi melalui
aktivasi sistem komplemen dan aktivasi mekanisme selular.
d. Aktivasi Sistem Komplemen
Secara keseluruhan aktivasi sistem komplemen akan menyebabkan
hancurnya membransel eritrosit dan terjadilah hemolisis intravaskular yang
ditandai dengan hemoglobinemia dan hemoglobinuria. Sistem komplemen akan
diaktifkan melalui jalur klasik ataupun jalur alternatif. Antibodi-antibodi yang
memiliki kemampuan mengaktifkan jalur klasik adalah IgM, IgG1, IgG2, IgG3
disebut sebagai agglutinin tipe dingin, sebab antibodi ini berikatan dengan
antigen polisakarida pada permukaan sel darah merah pada suhu di bawah suhu
tubuh. Antibodi IgG disebut agglutinin hangat karena bereaksi dengan antigen
permukaan sel eritrosit pada suhu tubuh.
e. Aktivasi Mekanisme Selular
Jika ada eritrosit yang tersensitisasi oleh komponen sistem imun seperti
IgG atau kompemen, namun tidak terjadi aktivasi sistem komplemen lebih lanjut,
maka ia akan difagositosis langsung oleh sel-sel retikuloendotelial. Proses ini
dikenal dg mekanisme immunoadhearance.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Darah memiliki dua komponen utama yaitu Plasma darah, bagian-bagian cair
darah yang sebagian besar terdiri atas air, elektrolit, dan protein darah dan Butir-butir
darah. Semua bahan diangkut oleh cairan limfe melalui minimal satu kelenjar getah
bening, dimana substansi asing akan disaring keluar dan dihancurkan sebelum cairan
limfe dikembalikan ke aliran darah. Pada kelenjar getah bening, sel darah putih bisa
dikumpulkan kembali, berinteraksi dengan antigen, menghasilkan reaksi kekebalan
terhadap zat-zat asing. Kelenjar getah bening memiliki jaringan seperti jala yang
penuh dengan sel-sel limfosit B, limfosit T, sel dendritik, serta makrofag.