Professional Documents
Culture Documents
Makalah Sampel Refresentatif
Makalah Sampel Refresentatif
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seorang auditor dalam menentukan sampling audit dari suatu populasi haruslah
bersifat representative. Apabila seorang auditor tidak mampu memutuskan item-item
mana saja yang akan menjadi sampling, akan sangat berpengaruh terhadap evaluasi
akhir. Untuk itulah, seorang auditor harus memikirkan, metode manakah yang tepat
dalam penetapan sampling.
Metode yang dapat dilakukan seorang auditor ada dua. Yaitu statistik dan non
statistik. Dari masing-masing setiap metode mempunyai kelebihan dan kekurangan. Dan
dalam hal ini, diperlukan insting bagi seorang auditor professional.
Demi tercapainya sampling yang representatif, perlu ditelaah mengapa dan
bagaimana penerapan dari masing-masing metode tersebut. Dan sangat dibutuhkan
perhatian lebih dalam penetapan sampling karena akan berpengaruh terhadap hasil
evaluasi terakhir.
BAB II
PEMBAHASAN
SAMPLING AUDIT UNTUK PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN
SUBSTANTIF ATAS TRANSAKSI
2.1 SAMPEL REPRESENTATIF
Sampel representative (Representative sample) adalah sampel yang
karakteristiknya hampir sama dengan yang dimiliki populasi. Ini berarti, item-item yang
dijadikan sampel serupa dengan item-item yang tidak dijadikan sampe. Sebagai
contoh, dari 1000 populasi, auditor memilih sampel sebanyak 100 lembar salinan
faktur dan menemukan 3 lampiran dokumen pengiriman barang yang hilang. sampel
tersebut sangat representatif apabila 30 dari 1000 faktur pengiriman barang hilang. Atau
cukup representative apabila terdapat minimal 20 atau maksimal 40 faktur pengiriman
barang hilang. Dan jika tidak ada atau ditemukan banyak item yang hilang, sampel
tersebut dianggap nonpresentatif.
Dalam praktiknya, auditor tidak pernah mengetahui apakah suatu sampe bersifat
representative bahkan setelah semua pengujianselesai dilakukan. (satu-satunya cara untuk
mengetahui apakah suatu sampel bersifat representative adalah dengan melakukan audit
lebih lanjut atas populasi secara keseluruhan). Akan tetapi, auditor dapat meningkatkan
kemungkinan sampel dianggap representative dengan menggunakannya secara cermat
ketika merancang proses sampling, Pemilihan sampel, dan evaluasi hasil sampel. Hasil
sampel dapat menjadi nonrepresentatif akibat kesalahan nonsampling atau kesalahan
sampling. Resiko dari kedua jenis kesalahan yang terjadi tersebut disebut sebagai resiko
nonsampling dan resiko sampling. Keduanya dapat dikendalikan.
Resiko nonsampling (nonsampling risk) adalah resiko bahwa pengujian audit tidak
menemukan pengecualian yang ada dalam sampel. Dua penyebab resiko nonsampling
adalah kegagalan auditor untuk mengendali pengecualian dan prosedur audit yang tidak
sesuai atau tidak efektif. Resiko sampling (sampling risk) adalah resiko bahwa auditor
mencapai kesimpulan yang salah karena sampel populasi tidak representative. Resiko
sampling adalah bagian sampling yang melekat akibat mengujileebih sedikit dari populasi
secara keseluruhan.
Auditor memiliki dua cara untuk mengendalikan risiko sampling:
1. Menyesuaikan ukuran sampel
2. Menggunakan metode pemilihan sampel yang tepat dari populasi
Penggunaan metode pemilihan sampel yang sesuai dapat meningkatkan
kemungkinan keterwakilan sampel bersangkutan. Hal ini tidak menghilangkan atau
bahkan mengurangi resiko sampling. Tetapi memungkinkan auditor untuk mengukur
resiko yang berkaitan dengan ukuran sampel tertentu jika metode pemilihan sampel dan
evaluasi statistic digunakan.
Mendefinisikan populasi
Populasi adalah item-item yang ingin digeneralisasikan oleh auditor. Auditor dapat
mendefenisikan populasi untuk memasukkan setiap itemyang mereka inginkan. Tetapi
ketika memilih sampel, sampel tersebut harus dipilih dari seluruh populasi. Auditor harus
menguji populasi menyangkut kelangkaan dan rincian sebelum suatu sampel dipilih untuk
memastikan bahwa semua item populasi merupakan subjek pemilihan sampel.
Mendefinisikan unit sampling
Auditor mendefinisikan unit sampling berdasarkan definisi populasi dan tujuan
pengujian audit. Unit sampling adalah unit fisik yang berhubungan dengan angka acak
yang dihasilkan auditor. Jadi sangatlah.bermanfaat memikirkan unit smpling sebagai titik
awal untuk melakukan pengujian audit.
Menetapkan tingkat pengecualian yang dapat ditoleransi
Penetapan tingkat pengecualian yang dapat ditoleransi (tolerable exception rate /TER)
untuk setiap atribut memerlukan pertimbangan professional. TER merupakan tingkat
pengecualian tertinggi yang akan diizinkan auditor dalam pengendalian yang sedang diuji
dan masih bersedia menyimpulkan bahwa pengendalian telah berjalan efektif (dan/atau
tingkat salah saji moneter dalam transaksi masih dapat diterima). TER sangat cocok
untuk masalah materialitas sehingga dipengaruhi baik oleh definisi maupun arti penting
atribut dalam rencana audit.
Mendefinisikan populasi
Sama untuk sampling atribut dan sampling nonstatistik
Mendefinisikan unit sampling.
Sama untuk sampling atribut dan sampling nonstatistik
Menetapkan resiko yang dapat diterima atas penilaian resiko pengendalian yang terlalu
rendah.
Konsep penetapan resiko sama baik untuk sampling statistik maupun nonstatistik,
tetapi biasanya metode kuantifikasinya berbeda. Untuk sampling nonstatistik, sebagian
besar auditor menggunakan resiko yang dapat diterima yang rendah, sedang, atau tinggi.
Sementara auditor yang menggunakan sampling atribut membebankan suatu jumlah
tertentu, seperti resiko 10 persen atau 5 persen. Metodenya berbeda karena auditor harus
mengevaluasi hasil secara statistik
Mengestimasi tingkat pengecualian populasi
Sama untuk sampling atribut dan sampling nonstatistik
Menganalisis pengecualian
Sama untuk sampling atribut dan sampling nonstatistik
Memutuskan akseptabilitas populasi
Untuk sampling atribut, auditor akan membandingkan CUER dengan TER bagi setiap
atribut. Sebelum populasi bisa dianggap dapat diterima, CUER yang ditentukan
berdasarkan hasil sampel aktual harus lebih kecil atau sama dengan TER jika keduanya
didasarkan pada ARACR yang sama.
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil diskusi kami, ada beberapa point penting yang dapat kami simpulkan.
Yaitu :
Sampel Representatif adalah sampel yang mampu mewakili keadaan populasi
Dalam Pemilihan sampel Probabilistik, bisa menggunakan metode statistik dan
nonstatistik
Ketika memilih ukuran sampel awal, auditor sangat tergantung pada TER dan
ARACR (memerlukan tingkat pertimbangan profesional yang tinggi) dan APER
(memerlukan estimasi yang cermat)
DAFTAR PUSTAKA
A. Arens, Alvin.2008.Auditing dan Jasa Assurance edisi kedua belas.Jakarta.Penerbit
Erlangga
J. Elder, Randal.2011.Jasa Audit dan Assurance buku 1.Jakarta.Salemba Empat