Professional Documents
Culture Documents
KELOMPOK 2-Handsanitazier (Tanin)
KELOMPOK 2-Handsanitazier (Tanin)
Disusun oleh:
KELOMPOK 02 /THP-C
UNIVERSITAS JEMBER
OKTOBER
2017
BAB 1. PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Adapun tujuan penyusunan makalah ini sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui proses pembuatan antiseptik ekstrak sabut kelapa.
2. Untuk mengetahui karakteristik antiseptik ekstrak sabut kelapa.
BAB 2. BAGIAN YANG DIOLAH DAN KARAKTERISTIK BAHAN
2.2 Tannin
Senyawa tanin merupakan senyawa yang termasuk golongan senyawa
flavonoid karena dilihat dari strukturnya yang memiliki 2 cincin aromatik yang
diikat oleh tiga atom karbon. Kedudukan gugus hidroksil fenol bebas pada inti
flavonoid dapat ditentukan dengan menambahkan pereaksi geser ke dalam larutan
cuplikan dan mengamati pergeseran puncak serapan yang terjadi (Hayati dkk.,
2010). Secara umum tanin didefinisikan sebagai senyawa polifenol dan dapat
membentuk kompleks dengan protein membentuk kopolimer yang tidak larut dalam
air. Tanin dibagi menjadi dua kelompok yaitu tanin terkondensasi atau tanin katekat
dan tanin terhidrolisis atau tanin galat. Tanin terhidrolisis dibagi menjadi dua yakni
gallotanin dan ellagitanin. Tanin memiliki peranan biologis yang kompleks, mulai
dari pengendap protein hingga pengkhelat logam. Tanin juga dapat berfungsi
sebagai antioksidan biologis (Hagerman, 2002 dalam Malanggia, dkk., 2012).
Tanin terkondensasi memiliki berat molekul 1000 – 3000, sedangkan tanin
terhidrolisis memiliki berat molekul 1000 – 1500 pada galotanin dan 1000 – 3000
pada elagitanin (Harbone, 1996). Tanin terdapat pada daun, buah yang belum
matang merupakan golongan senyawa aktif tumbuhan yang termasuk golongan
flavonoid mempunyai rasa sepat dan mempunyai kemampuan menyamak kulit
(Robinson, 1995). Tanin mempunyai beberapa khasiat yaitu sebagai astringen,
antidiare, antibakteri dan antioksidan. Tanin merupakan komponen zat organik
yang sangat kompleks, terdiri dari senyawa fenolik yang sukar dipisahkan dan sukar
mengkristal, mengendapkan protein dari larutannya dan bersenyawa dengan protein
tersebut (Desmiaty, dkk., 2008 dalam Malanggia, dkk., 2012).
Senyawa tanin merupakan senyawa yang termasuk golongan senyawa
flavonoid, karena dilihat dari strukturnya yang memiliki 2 cincin aromatik yang
diikat oleh tiga atom karbon. Kedudukan gugus hidroksil fenol bebas pada inti
flavonoid dapat ditentukan dengan menambahkan pereaksi geser ke dalam larutan
cuplikan dan mengamati pergeseran puncak serapan yang terjadi (Hayati, dkk.,
2010). Tanin merupakan bentuk kompleks dari protein, pati, selulosa dan mineral.
Tanin mempunyai struktur dengan formula empiris C72H52O46.
2.3 Karbopol
Karbopol merupakan gelling agent yang sangat umum digunakan dalam
produksi kosmetik karena kompatibilitas dan stabilitasnya tinggi, tidak bersifat
toksik jika diaplikasikan kekulit dan penyebaran di kulit lebih mudah. Gel dengan
gelling agent karbopol memiliki sifat yang baik dalam pelepasan zat aktif (Madan
and Singh, 2010). Karbopol tipe 940 rumus molekul (C3H4O2)n untuk jenis 940
mempunyai berat molekul monomer sekitar 72 gram/mol dan karbopol 940 terdiri
dari 1450 monomer (Avinash, 2006). Karbopol 940 merupakan cross-linked antara
poliakrilat dengan divinil glikol, merupakan sebuah hidrogel anionik yang
digunakan untuk meningkatkan kekentalan. (Lee, Jiseok., and Ki-Wong Song,
2011). Karbopol memiliki sifat yang cocok dengan kulit manusia dan memiliki
viskositas yang baik selama masa penyimpanan (Allen, 2002). Berdasarkan hasil
penelitian Handani (2006) sediaan gel yang menggunakan basis karbopol sebagai
gelling agent akan mempengaruhi lama penyimpanan serta berpengaruh terhadap
stabilitas fisik, dan daya sebar dari sediaan gel akan semakin luas dan pada minggu
ketiga daya lekat yang dihasilkan semakin menurun. Karbopol memiliki viskositas
yang tinggi dengan range antara 30.400-39.400 cP (Allen, 2002).
Karbopol (carbomer) merupakan salah satu gelling agent yang sering
digunakan sebagai penambah viskositas dalam sediaan farmasi. Sifat yang dimiliki
karbopol sehingga banyak digunakan yaitu karakteristiknya non-toksik dan
noniritan dalam penggunaan, serta tidak menimbulkan efek hipersensitivitas atau
alergi terhadap penggunaan secara topikal pada manusia (Gibson, 2009). Karbopol
dapat membentuk polimer dengan viskositas yang diatur penambahan elektrolit dan
pengaturan pH. Konsentrasi penyusun gelling agent dalam sediaan adalah kurang
dari 10%, biasanya 0,5-2,0% (Troy, 2006).
Gambar 3. Reaksi karbopol dengan penambahan basa (a) struktur awal karbopol
sebelum ditambahkan basa (b) struktur setelah ditambahkan basa
Karbopol dinetralkan dengan mengunakan basa karena sifatnya yang
merupakan asam lemah dengan penggunaan amina organik sebagai agen penetral,
kemungkinan partikel karbopol menjadi gel dalam berbagai cairan semipolar atau
dalam campuran dengan beberapa larutan dalam air. Pada pH asam, gugus karboksil
pada struktur molekul karbopol tidak terionisasi. Apabila pH dispersi karbopol di
netralkan dengan penambahan suatu basa, maka secara progresif gugus karboksil
akan terionisasi. Adanya gaya tolak-menolak antara gugus yang terionkan
menyebabkan ikatan hidrogen pada gugus karboksil meregang sehingga terjadi
peningkatan viskositas (Florence and Attwood, 1998 dalam Tristiana, Erawati.,
2005). Persentasi penggunaan karbopol sebagai zat pengemulsi adalah 0,1 – 0,5 %,
sebagai gelling agent 0,5 – 2,0 %, sebagai zat pensuspensi 0,5 – 1,0 %, sebagai
pengikat dalam formulasi tablet 0,75 – 3,0 %, dan sebagai controlled-release agent
5,0 – 30,0 %. (Rowe, 2009).
2.4 Trietanolamin
Trietanolamin (TEA) berbentuk larutan viskos yang bening, tidak berwarna
hingga sedikit kuning yang memiliki bau sedikit amoniak. Trietanolamin digunakan
sebagai agen pembasa dan agen pengemulsi. Trietanolmain dapat berubah menjadi
coklat ketika terpapar udara dan cahaya. Trietanolamin harus disimpan dalam
wadah bebas udara yang terlindung dari cahaya, dalam tempat dingin dan kering.
Trietanolamin dapat bercampur dengan air, metanol, karbon tetraklorida, aseton,
dapat larut dalam benzena dan etil eter dengan perbandingan 1:20 dan 1:63 dalam
suhu 20ºC. Trietanolamin banyak digunakan dalam formasi garam untuk larutan
injeksi dan preparasi analgesic topikal. TEA juga dapat digunakan dalam preparasi
sunscreen. Trietanolamin juga digunakan dalam pembuatan surfaktan,
demulsifikasi minyak, dan zat warna. Selain itu trietanolamin juga biasa digunakan
sebagai buffer, pelarut, dan plasticizer polimer atau humektan.
Sabut kelapa
Pengecilan ukuran
Langkah awal dalam pembuatan sediaan gel ekstrak sabut kelapa yaitu
melakukan perlakuan pendahuluan dengan cara menyiapkan sabut kelapa dari buah
kelapa muda. Kemudian sabut kelapa dilakukan pengeringan dengan bantuan sinar
matahari selama 10 jam. Pengeringan ini dilakukan untuk mengurangi kadar air
atau menghilangkan kadar air pada sabut agar memudahkan dalam mengekstrak
senyawa tanin yang ada tersebut.
3.2.2 Ekstraksi Tanin
Sabut Kelapa
Kering
Penyaringan Ampas
Filtrat
Ekstrak kental
Proses penyarian maserasi ini dilakukan selama 2 jam pada suhu 85°C
dengan sering dilakukan pengadukan agar merata. Proses ekstraksi menggunakan
pelarut etanol 70%. Etanol dipertimbangkan sebagai cairan penyari karena lebih
selektif dan kuman sulit tumbuh dalam etanol 20% ke atas, tidak beracun, netral,
absorbsinya baik (Depkes RI, 1986). Etanol 70% volume sangat efektif dalam
menghasilkan jumlah bahan aktif yang optimal, dimana bahan hanya sedikit turut
ke dalam cairan pengekstrak (Voigt, 1984). Rendaman tersebut disaring
menggunakan corong Buchner. Ekstrak cair sabut kelapa yang didapat dari proses
maserasi dipekatkan dengan alat rotary evaporator dengan suhu 60°C hingga
diperoleh ekstrak kental.
3.2.3 Pembuatan Sediaan Gel Ekstrak Sabut Kelapa
Campuran A Pengadukan
Campuran B
aquadest
penghomogenizer
+ TEA (Trietanolamin)
+ oleum rosae
5.2 Nilai pH
Nilai pH pada sediaan gel (handsanitizer) dipengaruhi oleh bahan sediaan
gel yaitu TEA dibandingkan karbopol. Interaksi antara kedua komponen karbopol
dan TEA memberikan pengaruh negatif yaitu mengurangi nilai pH pada produk
handsanitizer. Karbopol cenderung bersifat asam. Karbopol sebagai gelling agent
dalam gel cenderung stabil jika memiliki nilai pH 6. Stabilitas dalam sediaan akan
terganggu jika karbopol memiliki nilai pH dibawah 3. Oleh karena itu penambahan
Trietanolamin penting sebagai yaitu sebagai penstabil pH sediaan sehingga tidak
mempengaruhi stabilitas kimia sediaan selama masa penyimpanan (Rahayu, 2016).
5.3 Viskositas
Nilai viskositas pada sediaan gel (handsanitizer) dipengaruhi oleh
penambahan karbopol. Karbopol memberikan pengaruh positif dalam memperbesar
nilai vikositas gel. Sedangkan TEA memberikan pengaruh negatif yaitu tidak
memiliki pengaruh terhadap perubahan viskositas gel. Penambahan TEA dalam gel
tanpa karbopol tidak akan mempengaruhi perubahan nilai viskositas pada gel
karena fungsi TEA bukan sebagai gelling agent, namun pemberian TEA akan
berpengaruh terhadap bertambahnya viskositas gel apabila dicampur bersama
dengan karbopol (Rahayu, 2016).
Barel, O., Paye M., Maibach, H.I. 2014. Handbook of Cosmetic Scienci and
Technology Fourth Edition. United States.
Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Djide, M., Natsir, dan Sartini. 2008. Dasar- Dasar Mikrobioloi Farmasi. Makassar:
Lembaga Penerbitan Unhas.
Gad, S. 2008. Pharmacetical Handbook: Production and Process. US: John Wiley
and Sons.
Ismail, I., Haeria., dan Fitriani Fajri Ahmad. 2016. Potensi Pemanfaatan Ekstrak
Sabut Kelapa (Cocos Nucifera Linn.) Sebagai Antiseptik Dalam Bentuk
Sediaan Gel. JF Fik Uinam Vol.4 No.4.
Jugerman, E., Sontag, N. 1991. Glicerine: A Key Cosmetic Ingredients. New York:
Marcel Dekker Inc.
Rahayu, Titis., Achmad, F., Dan Annisa, F. 2016. Optimasi Formulasi Gel Ekstrak
Daun Tembakau (Nicotiana Tabacum) Dengan Variasi Kadar Karbopol940
Dan Tea Menggunakan Metode Simplex Lattice Design (Sld). Jurnal Ilmiah
Farmasi Vol. 12 No. 1 Tahun 2016.
Troy, D., Beringer, P. 2006. Remington: The Science and Practice of Pharmacy.
USA: Lippicont William and Wilkins.
Tyas S.I.S. 2000. Studi Netralisasi Limbah Serbuk Sabut Kelapa (Cocopeat)
Sebagai Media Tanam. Bogor: Institut Pertanian Bogor, Fakultas
Kehutanan.
Valkova, N., Lepine, F., Dupont, M., Labrie., Basaillon, J. 2001. Hydrolisis of 4-
HidoxybenzoicAcis Ester (parabens) and Their Aerobis Transformations
into Phenol by the Resistens Enterobacter cloacae. Strain: Applied and
Environmental Microbiology.
World Health Organization. 2005. Guidelines for Hand Hygiene in Helath Care.
USA: Global Patient Safety Challenge.