You are on page 1of 37

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS

PENETAPAN KADAR TEOFILIN DAN PARASETAMOL DENGAN


MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SIMULTAN

DISUSUN OLEH:

GOLONGAN II

KELOMPOK 7

R. BAGUS RAKA PRATAMA (1508505050)

I KETUT DUANTARA (1508505051)

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS UDAYANA

2017
PENETAPAN KADAR TEOFILIN DAN PARASETAMOL DENGAN
MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SIMULTAN

I. TUJUAN
1.1. Membuat kurva absorpsi campuran dua zat
1.2. Menentukan panjang gelombang pengukuran
1.3. Menentukan absorpsivitas molar kedua zat pada setiap panjang gelombang
pengukuran
1.4. Menentukan kadar zat campuran secara simultan
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Paracetamol
Paracetamol memiliki rumus molekul C8H9NO2 dengan bobot molekul
sebesar 151,16 gram/mol.Paracetamol mengandung tidak kurang dari 98,0
% dan tidak lebih dari 101,0% C8H9NO2, dihitung terhadap zat yang telah
dikeringkan. Serbuknya hablur atau serbuk hablur putih; tidak berbau; rasa
sedikit pahit. Kelarutannya larut dalam 70 bagian air,dalam 7 bagian
etanol (95%)P, dalam 13 bagian aseton P, dalam 40 bagian gliserol P
dandalam 9 bagian propilenglikol P; larut dalam larutan alkali hidroksida
(Depkes RI, 1995).

Gambar1.Struktur paracetamol (Rusdiana et al., 2009).


Absorbansi parasetamol pada max 245 nm dalam larutan asam adalah
sebesar 668a sedangkan dalam larutan alkali atau basa absobansinya
sebesar 715a pada max 257 nm. Kurva absorbansi parasetamol pada
larutan asam serta basa adalah sebagai berikut (Moffat et al., 2005).

2
Gambar 2. Spektrum ultraviolet paracetamol (Moffat et al., 2005).
2.2. Teofilin
Teofilin (C6H8N4O2.H2O) memiliki berat molekul 198,18.
Mengandung tidak kurang dari 97,0% dan tidak lebih dari102,0%
C7H8N4O2 dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Teofilin sukar
larut dalam air, mudah larut dalam larutan alkali hidroksida dan dalam
ammonium hidroksida; agak sukar larut dalam etanol, dalam kloroform
dan dalam eter (Depkes RI, 1995). Ciri fisik teofilin adalah berbentuk
serbuk, berwarna putih, tidak berbau, rasanya pahit, dan stabil di udara
(USP, 2003)

Gambar 3. Struktur teofilin (Agustina,2006).


Absorbansi teofilin pada max 270 nm dalam larutan asam adalah
sebesar 536a sedangkan dalam larutan alkali atau basa absobansinya
sebesar 650a pada max 275 nm. Kurva absorbansi teofilin pada larutan
asam serta basa adalah sebagai berikut (Moffat et al., 2005).

Gambar 4. Spektrum Absorbansi Teofilin (Moffat et al., 2005).

3
2.3. Spektrofotometer
Spektrofotometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri
dari spektrometer dan fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dari
spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat
pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorpsi. Jadi
spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika
energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai
fungsi dari panjang gelombang (Tipler, 1991).
2.4. Spektrofotometri UV-Vis
Spektrofotometri UV-Vis adalah anggota teknik analisis
spektroskopik yang memakai sumber REM (radiasi elektromagnetik)
ultraviolet dekat (190-380 nm) dan sinar tampak (380- 780 nm) dengan
memakai instrumen spektrofotometer. Spektroskopi UV-Vis merupakan
metode penting yang mapan, andal dan akurat (Tipler, 1991).
2.5. Pengukuran dengan Metode Simultan
Pengukuran dua senyawa berbeda secara bersama-sama dengan
spektrofotometri dapat dilakukan pada dua panjang gelombang dimana
masing-masing komponen tidak saling mengganggu atau gangguan dari
komponen yang lain yang paling kecil. Pengukuran dilakukan pada
beberapa panjang gelombang sehingga nantinya didapatkan dua panjang
gelombang maksimum (Gandjar dan Rohman, 2007).
Pengukuran campuran 2 senyawa baik pada panjang gelombang
1(1) mapun panjang gelombang 2 (2), oleh absorbansi pada kedua
panjang gelombang tersebut merupakan jumlah dari absorbansi senyawa 1
dan absorbansi senyawa 2 yang secara matematis dapat dituliskan sebagai
berikut:
A1 = (a1c1) 1 + (a2c2) 1
A2 = (a1c1) 2 + (a2c2) 2
(Gandjar dan Rohman, 2007)

4
III. ALAT DAN BAHAN
3.1. Alat :
a. Labu takar 25 mL dan 100 mL
b. Pipet volume 1 mL, 5 mL dan 10 mL
c. Pipet tetes
d. Botol vial
e. Spektrofotometer UV-Vis
f. Neraca Analitik
g. Botol vial 10 mL
h. Botol semprot
i. Beaker Glass 100 mL
j. Bulb filler
k. Kuvet
l. Kertas tisu
m. Lap
3.2 Bahan :
a. Larutan stok baku Paracetamol 1 mg/ml
b. Larutan stok baku Teofilin 1 mg/ml
c. Akuades
IV. PROSEDUR PRAKTIKUM
4.1 Perhitungan Pembuatan Larutan
a. Perhitungan Larutan Standar
Larutan Standar Parasetamol 100 µg/mL
Diketahui :
Kadar larutan stok parasetamol = 1 mg/mL = 1000 µg/mL
Kadar larutan baku parasetamol = 100 µg/mL
Volume larutan baku parasetamol = 10 mL
Ditanya :
Volume larutan stok parasetamol =…?

5
Jawab:
Cstok x Vstok = Cbaku.Vbaku
1000 µg/mL x Vstok = 100 µg/mL x 10 mL
Vstok = 1 mL
Jadi, volume larutan stok parasetamol yang diperlukan adalah 1 mL.
Larutan Standar Teofilin 100 µg/mL
Diketahui ‫׃‬
Kadar larutan stok teofilin = 1 mg/mL = 1000 µg/mL
Kadar larutan baku teofilin = 100 µg/mL
Volume larutan baku teofilin = 10 mL
Ditanya :
Volume larutan stok teofilin =...?
Jawab:
Cstok x Vstok = Cbaku x Vbaku
1000 µg/mL x Vstok = 100 µg/mL x 10 mL
Vstok = 1 mL
Jadi, volume larutan stok teofilin yang diperlukan adalah 1 mL.
b. Perhitungan Larutan Baku Siap Ukur
Larutan Parasetamol yang Menghasilkan Absorbansi 0,434
A =ƐxbxC
0,434 = 668 x 100 mL/gr.cm x 1 cm x C
0,434
C =
668 x 100 mL/gr.cm x 1 cm
= 6,5 x 10-6 gr/mL = 6,5 µg/mL
Maka dibuat larutan parasetamol dengan konsentrasi 6,5 µg/mL
Diketahui :
Kadar larutan baku parasetamol = 100 μg/mL
Kadar larutan baku siap ukur parasetamol = 6,5 µg/mL
Volume larutan baku siap ukur parasetamol = 10 mL

6
Ditanya :
Volume larutan baku parasetamol =…..?
Jawab :
Cbaku x Vbaku = Cukur x Vukur
100 µg/mL. Vbaku = 6,5 µg/mL. 10 mL
Vbaku = 0,65 mL
Jadi, volume larutan baku parasetamol yang diambil adalah 0,65 mL.
Larutan Teofilin yang Menghasilkan Absorbansi 0,434
A =ƐxbxC
0,434 = 536 x 100 mL/gr.cm x 1 cm x C
0,434
C =
536 x 100 mL/gr.cm x 1 cm
= 8,1 x 10-6 gr/mL = 8,1 µg/mL
Diketahui :
Kadar larutan baku teofilin = 100 µg/mL
Kadar larutan baku siap ukur teofilin = 8,1 µg/mL
Volume larutan baku ukur teofilin = 10 mL
Ditanya :
Volume larutan baku teofilin =…..?
Jawab :
Cbaku x Vbaku = Cukur x Vukur
100 µg/mL x Vbaku = 8,1 µg/mL x 10 mL
Vbaku = 0,81 mL
Jadi, volume larutan baku Teofilin yang diambil adalah 0,81 mL.
c. Perhitungan Larutan Uji
Larutan Parasetamol 6,5 µg/mL
Diketahui :
Kadar larutan baku parasetamol = 100 µg/mL
Kadar larutan baku ukur parasetamol = 6,5 µg/mL
Volume larutan baku ukur parasetamol dan teofilin = 10 mL

7
Ditanya :
Volume larutan baku parasetamol =…..?
Jawab :
C1 xV1 = C2 X V2
100 µg/mL x V1 = 6,5 µg/mL x 10 mL
V1 = 0,65 mL
Jadi, volume larutan baku parasetamol 100 µg/mL yang dipipet adalah
0,65 mL.
Larutan Teofilin 8,1 µg/mL
Diketahui :
Kadar larutan baku teofilin = 100 µg/mL
Kadar larutan baku ukur teofilin = 30 µg/mL
Volume larutan baku ukur parasetamol dan teofilin = 10 mL
Ditanya :
Volume larutan baku teofilin =…..?
Jawab :
C1 x V1 = C2 x V2
100 µg/mL x V1 = 30 µg/mL x 10 mL
V1 = 3 mL
Jadi, volume larutan baku Teofilin yang diambil adalah 3 mL.
4.2 Prosedur Kerja
a. Prosedur Pembuatan Larutan Standar
Larutan Baku Parasetamol 100 µg/mL
Dipipet 1 ml larutan stok parasetamol dengan konsentrasi 1 mg/mL
kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL. Dilarutkan dalam
akuades dan genapkan volume sampai tanda batas labu ukur,
kemudian digojog hingga homogen. Dimasukkan kedalam botol vial
dan diberikan label Larutan Baku Parasetamol 100 µg/mL.
Larutan Baku Teofilin 100 µg/mL
Dipipet 1 mL larutan stok teofilin dengan konsentrasi 1 mg/mL
kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL. Dilarutkan dalam

8
akuades dan genapkan volume sampai tanda batas labu ukur,
kemudian digojog hingga homogen. Dimasukkan ke dalam botol vial
dan diberikan label Larutan Baku Teofilin 100 µg/mL.
b. Prosedur Pembuatan Larutan Baku Siap Ukur
Larutan Baku Tunggal Siap Ukur Parasetamol 6,5 µg/mL
Dipipet 0,65 mL larutan baku parasetamol dengan konsentrasi 100
µg/mL kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL. Dilarutkan
dalam akuades dan genapkan volume sampai tanda batas labu ukur
kemudian digojog hingga homogen. Dimasukkan ke dalam botol vial
dan diberikan label Larutan Baku Siap Ukur Parasetamol 6,5 µg/mL.
Larutan Baku Tunggal Siap Ukur Teofilin 8,1 µg/mL
Dipipet 3 mL larutan baku teofilin dengan konsentrasi 100 µg/mL
kemudian dimaasukkan ke dalam labu ukur 10 mL. Kemudian
diarutkan dalam akuades dan genapkan volume sampai tanda batas
labu ukur. Dimasukkan ke dalam botol vial dan diberikan label
Larutan Baku Siap Ukur Teofilin 8,1 µg/mL.
c. Prosedur Pembuatan Larutan Uji (Campuran)
Dipipet 0,65 mL larutan stok parasetamol dengan konsentrasi 100
µg/mL kemudian dimasukkan ke dalam labu takar 10 mL. Dipipet
0,81 mL larutan stok teofilin dengan konsentrasi 100 µg/mL kemudian
dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL bersama dengan larutan
parasetamol sebelumnya. Dilarutkan dalam akuades dan genapkan
volume sampai tanda batas labu ukur kemudian digojog hingga
homogen. Dimasukkan ke dalam botol vial dan diberikan label
Larutan Uji.
d. Pengukuran Absorbansi
 Menghidupan Spektrofotometer UV-Vis
Hidupkan alat dengan menekan tombol “ON/OFF” (1=ON,
0=OFF)

9
 Pengukuran Absorbansi Larutan Parasetamol, Teofilin dan Larutan
Uji pada panjang gelombang 200-300 nm dengan Spektrofotometer
UV-Vis.
Dipilih menu survey scan, kemudian ditekan enter.
Dimasukkan panjang gelombang yang diinginkan yaitu 200-300
dengan cara memilih menu start wavelength dan stop
wavelength.Setelah dimasukkan rentang panjang gelombang,
ditekan speed scan, dipilih fast, kemudian ditekan run
test.Dimasukkan blanko, lalu ditekan collect baseline. Setelah
proses selesai, dikeluarkan blanko, dan dimasukkan larutan
parasetamol kemudia ditekan measure sample. Ditekan tabular
untuk menampilkan hasil absorbansi Parasetamol. Hal yang sama
dilakukan juga pada pengukuran absorbansi Teofilin.
 Pengukuran Absorbansi larutan sampel pada panjang gelombang
maksimum 239 nm dan 272 nm
Dipilih set nm, lalu dimasukkan λ239 nm. Ditekan set nm,
lalu dimasukkan larutan blanko kemudian dipilih measure
blank. Setelah proses selesai, dikeluarkan blanko dan
dimasukkan larutan sampel. Dicatat absorbansi sampel dan
dilakukan hal yang sama pada λ272nm.

V. SKEMA KERJA

a. Pembuatan Larutan Baku Paracetamol 100 µg/mL


Dipipet 1 ml larutan stok Paracetamol dengan konsentrasi 1
mg/mL

Dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL

Larutkan dalam akuades dan genapkan volume sampai tanda.

10
Dimasukkan kedalam botol vial dan diberikan label Larutan Baku
Paracetamol 100 µg/mL
b. Pembuatan Larutan Baku Teofilin 100 µg/mL

Dipipet 1 mL larutan stok Teofilin dengan konsentrasi 1 mg/mL

Dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL

Dilarutkan dalam akuades dan genapkan volume sampai tanda.

Dimasukkan kedalam botol vial dan diberikan label Larutan Baku


Teofilin 100 µg/mL

c. Pembuatan Larutan Baku Siap Ukur Paracetamol 6,5 µg/mL

Dipipet 0,65 mL larutan stok Paracetamol dengan konsentrasi


100 µg/mL.

Dimasukkan ke dalam labu ukur10 mL

Dilarutkan dalam akuades dan genapkan volume sampai tanda


batas

Dimasukkan kedalam botol vial dan diberikan label Larutan


Baku Siap Ukur Paracetamol 6,5 µg/mL

11
d. Pembuatan Larutan Baku Siap Ukur Teofilin 30 µg/mL

Dipipet 3 mL larutan stok Teofilin dengan konsentrasi 100


µg/mL.

Dimasukkan ke dalam labu ukur10 mL.

Dilarutkan dalam akuades dan genapkan volume sampai tanda.

Dimasukkan kedalam botol vial dan diberikan label Larutan


Baku Siap Ukur Teofilin 30 µg/mL.

e. Pembuatan Larutan Campuran Paracetamol (6,5 µg/mL) dan Teofilin


(30 µg/mL)

Dipipet 0,65 mL larutan stok Paracetamol dengan konsentrasi 100


µg/mL.

Dimasukkan ke dalam labu ukur10 mL

Dipipet 3 mL larutan stok Teofilin dengan konsentrasi 100 µg/mL.

Masukkan ke dalam labu ukur10 mL bersama dengan larutan


Paracetamol sebelumnya.

Dilarutkan dalam akuades dan genapkan volume sampai tanda

Dimasukkan kedalam botol vial dan diberikan label Larutan


Campuran Paracetamol dan Teofilin

12
f. Pengukuran
- Menghidupan Spektrofotometer UV-Vis
Hidupkan alat dengan menekan tombol “ON/OFF” (1=ON,
0=OFF)
- Pengukuran Absorbansi Larutan Paracetamol, Teofilin dan Larutan
Campuran pada panjang gelombang 200-300 nm dengan
Spektrofotometer UV-Vis.

Dipilih menu survey scan, lalu ditekan enter.

Dimasukkan panjang gelombang yang diinginkan (200-300 nm)


dengan memilih menu start wavelength dan stop wavelength.

Ditekan speed scan, dipilih fast, kemudian ditekan run test.

Dimasukkan larutan blanko, ditekan collect baseline.

Dikeluarkan blanko, dimasukkan Larutan Paracetamol kemudian


ditekan measure sample.

Ditekan tabular, dicatat absorbansi Paracetamol.

Hal yang sama dilakukan untuk pengukuran absorbansi Teofilin


dan larutan campuran.

Ditentukan panjang gelombang maksimum Paracetamol dan


Teofilin.

13
- Pengukuran Absorbansi larutan sampel pada panjang gelombang
maksimum 239 nm dan 272 nm.

Dipilih set nm, lalu dimasukkan  239 nm.

Ditekan set nm, larutan blanko dimasukkan lalu dipilih measure


blank.

Dikeluarkan blangko dan dimasukkan larutan sampel kedalam


kuvet.

Dicatat absorbansi sampel. Hal yang sama dilakukan pada


pengukuran  272 nm.

VI. HASIL DAN PERHITUNGAN

6.1. Data
6.1.1Tabel Absorbansi Larutan Parasetamol, Teofilin, dan Campuran
Keduanya pada Rentang Panjang Gelombang 200 – 300 nm
Panjang Absorbansi Absorbansi Absorbansi
gelombang (nm) Parasetamol Teofilin campuran
200 1,071 0,772 1,319
203 0,943 0,802 1,282
206 0,721 0,757 1,131
209 0,461 0,626 0,848
212 0,314 0,459 0,597
215 0,270 0,331 0,456
218 0,270 0,251 0,390
221 0,289 0,218 0,378
224 0,311 0,197 0,382
227 0,340 0,178 0,392
230 0,358 0,165 0,400

14
233 0,377 0,144 0,407
236 0,381 0,120 0,413
239 0,389 0,107 0,416
242 0,380 0,105 0,417
245 0,367 0,110 0,417
248 0,353 0,117 0,416
251 0,335 0,130 0,414
254 0,302 0,155 0,409
257 0,253 0,198 0,401
260 0,215 0,235 0,397
263 0,179 0,271 0,393
266 0,154 0,295 0,390
269 0,140 0,307 0,384
272 0,131 0,309 0,377
275 0,123 0,301 0,362
278 0,114 0,283 0,337
281 0,104 0,249 0,297
284 0,089 0,195 0,237
287 0,070 0,126 0,161
290 0,053 0,072 0,097
293 0,041 0,043 0,062
296 0,032 0,027 0,041
299 0,028 0,020 0,030

6.1.2 Tabel Absorbansi Larutan Campuran Parasetamol dan Teofilin,


serta Larutan Sampel

Absorbansi Absorbansi
λ (nm)
Campuran Sampel
239 0,416 0,480

15
272 0,382 0,413

6.1.3 Kurva 1. Spektrum Parasetamol (200 nm – 300 nm)

Spektrum Parasetamol
1.2

1
Absorbansi

0.8

0.6

0.4

0.2

0
200 215 230 245 260 275 290
λ (nm)

6.1.4 Kurva 2. Spektrum Teofilin (200 nm – 300 nm)

Spektrum Teofilin
0.9
0.8
0.7
Absorbansi

0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
200 215 230 245 260 275 290
λ (nm)

16
6.1.5 Kurva 3. Spektrum Campuran Parasetamol dan Teofilin
(200 nm -300 nm)

Spektrum Campuran Parasetamol dan


Teofilin
1.4
1.2
Absorbansi
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
200 215 230 245 260 275 290
λ (nm)

6.1.6 Kurva 4. Spektra Parasetamol, Teofilin, dan Campuran


Keduanya (200 nm – 300 nm)

Spektra Parasetamol, Teofilin, dan


Campurannya
1.5
Parasetamo
Absorbansi

l
1.0 Teofilin

0.5

0.0
200 215 230 245 260 275 290
λ (nm)

6.2 Perhitungan
6.2.1 Perhitungan Absorptivitas Parasetamol dan Teofilin
Diketahui: λmaks parasetamol = 239 nm
λmaks teofilin = 272nm
C parasetamol = 6,5 µg/mL
C teofilin = 8,1 µg/mL
b = 1 cm
A parasetamol pada 239 nm = 0,389
A parasetamol pada 272 nm = 0,131

17
A teofilin pada 239 nm = 0,416
A teofilin pada 272 nm = 0,377
Ditanya : a. a1%1 cm parasetamol pada 239 nm dan 272 nm =... ?
b. a1%1 cm teofilin pada 239 nm dan 272 nm =….?
Jawab : a. Parasetamol a1%1 cm parasetamol pada 239 nm
A
a1%
1 cm = b x C

0,389
a1%
1 cm =
1 cm x 6,5 µg/mL

a1%
1 cm = 0,059846 mL/µg.cm

a1%1 cm parasetamol pada 272 nm


A
a1%
1 cm =
bxC
1% 0,131
a1 cm = 1 cm x 6,5 µg/mL

a1%
1 cm = 0,02015 mL/µg.cm

b. Teofilin
a1%1 cm teofilin pada 239 nm

A
a1%
1 cm =
bxC
0,107
a1%
1 cm =
1 cm x 8,1 µg/mL
1%
a1 cm = 0,013209 mL/µg.cm
a1%1 cm teofilin pada 272 nm
A
a1%
1 cm =
bxC
0,309
a1%
1 cm =
1 cm x 8,1 µg/mL
1%
a1 cm = 0,038148 mL/µg.cm
6.2.2 Penentuan Kadar Parasetamol dan Teofilin pada Larutan Campurannya
Diketahui : A campuran pada 239 nm = 0,416
A campuran pada 272 nm = 0,382
a1%1 cm parasetamol pada 239 nm = 0,059846 mL/µg.cm
a1%1 cm parasetamol pada 272 nm = 0,02015 mL/µg.cm

18
a1%1 cm teofilin pada 239 nm = 0,013209 mL/µg.cm
a1%1 cm teofilin pada 272 nm = 0,038148 mL/µg.cm
b = 1 cm
C parasetamol = 6,5 µg/mL
C teofilin = 8,1 µg/mL
CT (dalam campuran) = kadar teofilin
CP (dalam campuran) = kadar parasetamol
Ditanya : Kadar parasetamol dan teofilin dalam campuran = …?
Jawab :
Karena nilai tebal kuvet konstan, maka pada persamaan variabel b
dihilangkan sehingga satuan absorptivitas parasetamol dan teofilin
menjadi mL/µg.
Persamaan 1 (pada panjang gelombang 239 nm)
A campuran = a1%1 cm parasetamol x CP + a1%1 cm teofilin x CT
0,416 = 0,059846 mL/µg x CP + 0,013209 mL/µg x CT
Persamaan 2 (pada panjang gelombang 272 nm)
A campuran = a1%1 cm parasetamol x CP + a1%1 cm teofilin x CT
0,382 = 0,02015 mL/µg x CP + 0,038148 mL/µg x CT

Berdasarkan kedua persamaan terseut, dilakukan substitusi


0,416 = 0,059846 mL/µg x CP + 0,013209 mL/µg x CT (x0,02015)
0,382 = 0,02015 mL/µg x CP + 0,038148 mL/µg x CT (x0,059846)
Maka diperoleh :
0,00838 = 0,001205 mL/µg x CP + 0,00026616 mL/µg x CT
0,02286 = 0,001205 mL/µg x CP + 0,002283 mL/µg x CT
-0,01448 = -0,00201684 mL/µg x CT
-0,01448
CT =
-0,00201684 mL/µg
CT = 7,179 µg/mL
CT disubstitusi ke persamaan 1, maka :
0,416 = 0,059846 mL/µg x CP + 0,013209 mL/µg x CT
0,416 = 0,059846 mL/µg x CP + 0,013209 mL/µg x 7,179 µg/mL

19
0,416 – 0,09483 = 0,059846 mL/µg x CP
0,32117 = 0,059846 mL/µg x CP
0,32117
CP =
0,05984 mL/µg
CP = 5,367 µg/mL
Jadi, kadar parasetamol dan teofilin dalam sampel sebesar 5,367
µg/mL dan 7,179 µg/mL.
Persentase rendemen terhadap parasetamol :
CP
%rendemen = x 100%
C Parasetamol
5,367 µg/mL
%rendemen = x 100%
6,5 µg/mL

%rendemen = 82,569%
Persentase rendemen terhadap teofilin :
CT
%rendemen = x 100%
C Teofilin
7,179 µg/mL
%rendemen = x 100%
8,1 µg/mL
%rendemen = 88,629%
Jadi, persentase rendemen terhadap parasetamol sebesar 82,569% dan
terhadap teofilin sebesar 88,629%.
6.2.3 Penentuan Kadar Parasetamol dan Teofilin pada Larutan
Sampel
Diketahui : A sampel pada 239 nm = 0,480
A sampel pada 272 nm = 0,413
a1%1 cm parasetamol pada 239 nm = 0,059846 mL/µg.cm
a1%1 cm parasetamol pada 272 nm = 0,02015 mL/µg.cm
a1%1 cm teofilin pada 239 nm = 0,013209 mL/µg.cm
a1%1 cm teofilin pada 272 nm = 0,038148 mL/µg.cm
b = 1 cm
C parasetamol = 6,5 µg/mL
C teofilin = 8,1 µg/mL
%rendemen parasetamol (campuran) = 82,569%
%rendemen teofilin (campuran) = 88,629%

20
CT (dalam sampel) = kadar teofilin
CP (dalam sampel) = kadar parasetamol
Ditanya : Kadar parasetamol dan teofilin dalam sampel = …?
Jawab :
Karena nilai tebal kuvet konstan, maka pada persamaan variabel
bdihilangkan sehingga satuan absorptivitas parasetamol dan teofilin
menjadi mL/µg.
Persamaan 1 (pada panjang gelombang 239 nm)
A sampel = a1%1 cm parasetamol x CP + a1%1 cm teofilin x CT
0,480 = 0,059846 mL/µg x CP + 0,013209 mL/µg x CT
Persamaan 2 (pada panjang gelombang 272 nm)
A sampel = a1%1 cm parasetamol x CP + a1%1 cm teofilin x CT
0,413 = 0,02015 mL/µg x CP + 0,038148 mL/µg x CT

Berdasarkan kedua persamaan terseut, dilakukan substitusi


0,480 = 0,059846 mL/µg x CP + 0,013209 mL/µg x CT (x0,02015)
0,413 = 0,02015 mL/µg x CP + 0,038148 mL/µg x CT (x0,059846)
Maka diperoleh :
0,00967 = 0,001205 mL/µg x CP + 0,00026616 mL/µg x CT
0,024716 = 0,001205 mL/µg x CP + 0,002283 mL/µg x CT
-0,015046 = -0,00201684 x CT
-0,015046
CT =
-0,00201684 mL/µg
CT = 7,4602 µg/mL
CT disubstitusi ke persamaan 1, maka :
0,480 = 0,059846 mL/µg x CP + 0,013209 mL/µg x CT
0,480 = 0,059846 mL/µg x CP + 0,013209 mL/µg x 7,4602 µg/mL
0,480 – 0,09854 = 0,059846 mL/µg x CP
0,38146 = 0,059846 mL/µg x CP
0,38146
CP =
0,05984 mL/µg
CP = 6,374 µg/mL

21
Jadi, kadar parasetamol dan teofilin dalam sampel sebesar 6,374
µg/mL dan 7,4602 µg/mL.
Persentase rendemen terhadap parasetamol :
CP
%rendemen = x 100%
C Parasetamol
6,374 µg/mL
%rendemen = x 100%
6,5 µg/mL
%rendemen = 98,061%
Persentase rendemen terhadap teofilin :
CT
%rendemen = x 100%
C Teofilin
7,4602 µg/mL
%rendemen = x 100%
8,1 µg/mL
%rendemen = 92,101%
Jadi, persentase rendemen terhadap parasetamol sebesar 98,061% dan
terhadap teofilin sebesar 92,101%.
VII. PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini dilakukan penetapan kadar campuran dua zat yaitu
parasetamol dan teofilin dengan menggunakan metode spektrofotometri simultan.
Kadar masing-masing komponen dalam larutan campuran tersebut dapat
ditentukan tanpa harus dipisahkan terlebih dahulu. Metode spektrofotometri
simultan didasarkan atas prinsip bahwa absorbansi larutan campuran pada panjang
gelombang pengukuran merupakan jumlah absorbansi dari masing-masing zat
tunggalnya. Penentuan kadar sampel dengan metode spektrofotometri simultan
hanya dapat dilakukan untuk campuran zat dimana masing-masing zat tersebut
mempunyai panjang gelombang maksimum yang tidak saling berhimpit.
Pengukuran dilakukan pada panjang gelombang masing-masing larutan, sehingga
diperoleh dua persamaan hubungan antara absorbansi dengan konsentrasi pada
dua panjang gelombang, sehingga konsentrasi masing-masing komponen dapat
dihitung (Gandjar dan Rohman, 2007).

Masing-masing larutan baku siap ukur parasetamol dan teofilin tersebut


diukur nilai absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer pada rentang
panjang gelombang 200-300 nm. Dipilih panjang gelombang 200 nm-300 nm

22
karena panjang gelombang maksimum kedua zat berada pada rentang tersebut.
Sebelum melakukan pengukuran absorbansi, terlebih dahulu dilakukan kalibrasi
alat dengan larutan blangko. Larutan blanko yang digunakan harus sama dengan
pelarut yang digunakan dalam melarutkan sampel, dan dalam hal ini larutan
blanko yang digunakan adalah aquadest. Larutan blangko adalah seluruh
komponen di dalam larutan selain analit. Tujuan dilakukannya kalibrasi adalah
untuk membuat absorbansi pelarut menjadi nol sehingga tidak akan terukur oleh
detektor dan tidak mengganggu pembacaan absorbansi sampel dan dengan
demikian dapat memperkecil kesalahan pengukuran (Day dan Underwood, 1981).
Setelah itu dilakukan pengukuran untuk larutan siap ukur. Sebelum dilakukan
pengukuran absorbansi larutan standar tunggal parasetamol, kuvet terlebih dahulu
harus dicuci dengan aquadest, lalu dibilas dengan sedikit sampel. Tujuan
pencucian ini adalah untuk menghilangkan pengotor yang mungkin terdapat
dalam kuvet sehingga pembacaan absorbansi sampel dapat berlangsung dengan
optimum (Sastrohamidjojo, 2007).

Dari kurva dibawah terlihat bahwa absorbansi larutan standar tunggal


parasetamol menghasilkan panjang gelombang maksimum 239 nm dengan
absorbansi maksimum 0,389. Selain itu, pada panjang gelombang 200 nm terdapat
nilai absorbansi yang sangat tinggi hal tersebut disebabkan karena pengaruh
pelarut yang terbaca pada alat atau yang juga disebut dengan UV cut-off.
Pengukuran dipilih pada panjang gelombang maksimum karena beberapa alasan
yaitu pada panjang gelombang maksimal kepekaannya juga maksimal sehingga
perubahan absorbansi untuk setiap satuan konsentrasi adalah yang paling besar
dan jika dilakukan pengukuran ulang maka kesalahan yang disebabkan oleh
pemasangan ulang panjang gelombang akan kecil ketika digunakan panjang
gelombang maksimal serta di sekitar panjang gelombang maksimal bentuk kurva
absorbansi datar dan pada kondisi tersebut hukum Lambert beer akan terpenuhi
(Gandjar dan Rohman, 2007).

23
1.400
Spektrum Parasetamol
1.200

1.000

0.800

0.600

0.400

0.200

0.000
200 220 240 260 280 300

Gambar 7.1 Spektrum Parasetamol

Pada praktikum kali ini, panjang gelombang maksimum parasetamol yang


diperoleh tidak sesuai dengan pustaka namun data yang didapat tidak
menyimpang terlalu jauh dari pustaka yang menyebutkan bahwa absorbansi
maksimum parasetamol terletak pada panjang gelombang 245 nm dalam pelarut
asam (Moffat et al., 2005). Perbedaan hasil yang diperoleh ini dapat disebabkan
karena adanya senyawa-senyawa pengotor yang mungkin masih tertinggal di
kuvet yang dapat mengganggu absorbansi larutan baku parasetamol. Penyebab
lainnya dapat diakibatkan pelarut/larutan blangko masih berpengaruh pada
pengukuran absorbansi. Pengaruh pelarut biasanya mencapai hingga 20 nm jika
digunakan pelarut senyawa-senyawa karbonil. Selain itu, penyimpangan juga
mungkin terjadi karena adanya suatu perbedaan antara kondisi larutan baku pada
literatur dengan konsentrasi larutan baku saat praktikum serta pengaruh alat yang
digunakan pada praktikum berbeda dengan pustaka.

24
Spektrum Teofilin
2.5

1.5

0.5

0
200 206 212 218 224 230 236 242 248 254 260 266 272 278 284 290 296

Gambar 7.2 Spektrum Teofilin


Teofilin menunjukan absorbansi maksimum pada panjang gelombang 272
dengan absorbansi maksimum 0,416. Data ini tidak terlalu menyimpang jauh dari
pustaka dimana absorbansi maksimum teofilin berada pada panjang gelombang
270 (Moffat, 2004) sehingga data masih bisa diterima karena pergeseran sedikit
pada panjang gelombang maksimum tidak terlalu menimbulkan perbedaan
absorbansi yang terlalu berarti (Gandjar dan Rohman, 2007).
Selanjutnya dilakukan pengukuran absorbansi larutan campuran parasetamol
dan teofilin pada panjang gelombang maksimum parasetamol (245 nm) dan
panjang gelombang maksimum teofilin (272 nm). Berdasarkan hasil pengamatan
didapatkan kurva absorbansi sebagai berikut:

25
2.500
Spektra parasetamol, teofilin, dan campuran

2.000

1.500
Parasetamol
Teofilin
1.000
Campuran

0.500

0.000
200 220 240 260 280 300

Gambar 7.3 Spektra Parasetamol, Teofilin dan Campuran


Pada kurva terlihat bahwa didapatkan nilai absorbansi larutan campuran
parasetamol dan teofilin adalah 0,416 pada panjang gelombang 239 nm dan 0,382
pada panjang gelombang 272 nm. Berdasarkan literatur absorbansi larutan
campuran pada panjang gelombang pengukuran merupakan jumlah absorpsi dari
masing-masing zat tunggalnya (Gandjar dan Rohman, 2007). Namun dari hasil
praktikum, nilai absorbansi larutan campuran tidak sama dengan nilai
penjumlahan absorbansi larutan baku parasetamol dan larutan baku teofilin. Hal
ini mungkin disebabkan karena adanya senyawa pengotor yang dapat
mengganggu dan mempengaruhi nilai absorbansi larutan parasetamol dan teofilin.
Di samping itu dapat disebabkan karena kesalahan dalam pembuatan larutan
campuran.
Berdasarkan data absorbansi parasetamol dan absorbansi teofilin pada kedua
panjang gelombang maksimum, maka dapat ditentukan harga absorbtivitas
parasetamol dan teofilin pada panjang gelombang maksimum parasetamol dan
panjang gelombang maksimum teofilin. Dari perhitungan diperoleh ε parasetamol 242
= 10302,30 ml/mol.cm; ε parasetamol 272 = 2697,67 ml/mol.cm; ε teofilin 242 =
2186,262 ml/mol.cm dan εteofilin 272 = 7926,024 ml/mol.cm.
Pengukuran absorbansi larutan campuran dilakukan pada panjang
gelombang maksimum yaitu 239 nm dan 272 nm. Absorbansi pada panjang

26
gelombang maksimum parasetamol (239 nm) adalah 0,416 dan absorbansi pada
panjang gelombang maksimum teofilin (272) nm adalah 0,382. Berdasarkan
perhitungan diketahui bahwa kadar parasetamol dan teofilin berturut-turut dalam
larutan campuran adalah 5,367 µg/mL dan 7,179 µg/mL. Berdasarkan perhitungan
rendemen, diperoleh rendemen terhadap parasetamol sebesar 82,569% dan
terhadap teofilin sebesar 88,629%.
Selanjutnya dilakukan perhitungan kadar parasetamol dan teofilin dalam
larutan sampel. Absorbansi larutan sampel yang diperoleh pada panjang
gelombang maksimum parasetamol (239 nm) adalah 0,480 dan absorbansi larutan
sampel yang diperoleh pada panjang gelombang maksimum teofilin (272 nm)
adalah 0,413. Berdasarkan perhitungan diketahui bahwa kadar parasetamol dan
teofilin berturut-turut dalam larutan sampel adalah 6,374 µg/mL dan 7,4602
µg/mL. Berdasarkan perhitungan rendemen, diperoleh rendemen terhadap
parasetamol sebesar 98,061% dan terhadap teofilin sebesar 92,101%.
Hasil ini menunjukkan bahwa kadar parasetamol dan teofilin yang terdapat
pada sampel lebih besar daripada kadar parasetamol dan teofilin dalam campuran.
Hal ini ditunjukkan dengan pembandingan rendemen larutan campuran dengan
sampel. Rendemen parasetamol pada sampel sebesar 98,061% sedangkan pada
larutan campuran sekitar 82,569%. Rendemen teofilin pada sampel sebesar
92,101% sedangkan pada larutan campuran sekitar 88,629%.

27
VIII. PENUTUP
8.1. Kesimpulan
8.1.1. Kurva absorbansi campuran paracetamol dan teofilin pada 200-300
nm sebaga berikut
2.500
Spektra parasetamol, teofilin, dan campuran

2.000

1.500
Parasetamol
Teofilin
1.000
Campuran

0.500

0.000
200 220 240 260 280 300

8.1.2. Panjang gelombang pengukuran dipilih dari panjang gelombang


yang memberikan absorbansi terbesar pada parasetamol dan
teofilin, yaitu 239 nm dan 272 nm.
8.1.3. Pada 239 nm didapatkan absorptivitas molar Paracetamol 0,059846
ml/µg.cm dan absorptivitas molar teofilin
0,013209 ml/µg.cm. Sedangkan pada 272 nm didapatkan
absorptivitas molar Paracetamol 0,02015 ml/µg.cm dan
absorptivitas molar teofilin 0,038148 ml/µg.cm.
8.1.4. Pada larutan sampel diperoleh kadar parasetamol dan teofilin
masing-masing adalah 6,374 µg/mL dan 7,4602 µg/mL.

8.2. Saran

8.2.1. Diperlukan perhitungan dan pengamatan yang teliti dalam melakukan


spektrofotometri UV-Vis, sehingga diperlukan ketelitian dari
praktikan itu sendiri.

28
DAFTAR PUSTAKA

Day, R.A. dan A.L. Underwood. 1981. Analisis Kimia Kuantitatif.Edisi Keenam.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi Keempat. Jakarta : Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Gandjar, I. G. dan A. Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Moffat, A. C., M. D. Osselton, B. Widdop and L. Y. Galichet. 2005. Clarke's
Analysis of Drugs and Poisons3rd edition. London: Pharmaceutical Press.
Tipler, P. 1991. Fisika untuk Sains dan Teknik.Bandung: Erlangga.
Sastrohamidjojo. (2007). Spektroskopi. Yogyakarta: Liberty.
[USP] United States Pharmacopeia. 2003. The United States Pharmacopeia. Ed
ke- 26. Rockville: USP.

29
LAMPIRAN

No. Gambar Keterangan


1. Kurva absorbansi
Parasetamol.

2. Kurva absorbansi Teoflin

3. Kurva absorbansi campuran


(Parasetamol + Teofilin)

30
TUGAS DAN/ATAU PERTANYAAN

1. Buat kurva absorpsi larutan baku parasetamol, teofilin, dan tentukan


panjang gelombang maksimumnya.
Jawab :
Kurva absorpsi larutan baku parasetamol dan teofilin
Diketahui :λmaks parasetamol = 239 nm
λmaks teofilin = 272 nm
A parasetamol pada 239 nm = 0,389
A teofilin pada 272 nm = 0,309
C parasetamol (dalam µg/mL) = 6,5 µg/mL
C teofilin (dalam µg/mL) = 8,1 µg/mL
Ditanya : Kurva absorpsi parasetamol dan teofilin = ….?
Jawab : Panjang gelombang maksimum parasetamol yaitu 239 nm
dengan absorbansi sebesar 0,389 (C = 6,5 µg/mL) dapat
digambarkan sebagai berikut.

Kurva Absorpsi Parasetamol


0.5

0.4
Absorbansi

0.3

0.2

0.1

0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5 6 6.5 7
Konsentrasi (µg/mL)

Panjang gelombang maksimum teofilin yaitu 272 nm dengan


absorbansi sebesar 0,309 (C = 8,1 µg/mL) dapat digambarkan
sebagai berikut.

31
Kurva Absorpsi Teofilin
0.35
0.3

Absorbansi
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5 6 6.5 7 7.5 8 8.5 9
Konsentrasi (µg/mL)

Perhitungan Absorptivitas Parasetamol dan Teofilin


Diketahui : λmaks parasetamol = 239 nm
λmaks teofilin = 272 nm
A parasetamol pada 239 nm = 0,389
A parasetamol pada 272 nm = 0,131
A teofilin pada 239 nm = 0,107
A teofilin pada 272 nm = 0,309
BM parasetamol = 151,16 g/mol
BM teofilin = 198,18 g/mol
C parasetamol (dalam µg/mL) = 6,5 µg/mL = 6,5 x 10-6 g/mL
C teofilin (dalam µg/mL) = 8,1 µg/mL = 8,1 x 10-6 g/mL
b = 1 cm
Ditanya : ε parasetamol dan teofilin pada masing-masing λmaks = …?
Jawab : a. Parasetamol
Dilakukan penghitungan molaritas parasetamol terlebih
dahulu.
kadar (gr/mL) x 1000
M=
BM (gr/mol)
6,5×10-6 g/mL x 1000
M=
151,16 g/mol

M = 4,3 x 10-5 M
- Absorptivitas molar (ε ) parasetamol pada 239 nm

32
A
ε=
b x C(M)
0,389
ε=
1 cm x 4,3 x 10-5 M
ε = 9.046,5116 M-1 cm-1
- Absorptivitas molar (ε ) parasetamol pada 272 nm
A
ε=
b x C(M)
0,131
ε=
1 cm x 4,3 x 10-5 M
ε = 3.046,5116 M-1 cm-1
b. Teofilin
Dilakukan penghitungan molaritas teofilin terlebih dahulu.
kadar (gr/mL) x 1000
M=
BM (gr/mol)
8,1×10-6 g/mL x 1000
M=
198,18 g/mol

M = 4,087 x 10-5 M
- Absorptivitas molar (ε ) teofilin pada 239 nm
A
ε=
b x C(M)
0,107
ε=
1 cm x 4,087 x 10-5 M
ε = 2.618,0572 M-1 cm-1
- Absorptivitas molar (ε ) parasetamol pada 272 nm
A
ε=
b x C(M)
0,309
ε=
1 cm x 4,087 x 10-5 M
ε = 7.560,5578 M-1 cm-1

33
2. Tentukan absorbansi setiap larutan pada masing-masing panjang
gelombang maksimumnya.
Jawab :
Parasetamol menghasilkan absorbansi terbesar pada panjang gelombang
239 nm dan Teofilin menghasilkan absorbansi terbesar pada panjang
gelombang 272nm.
APCT pada 239nm = 0,389.
ATeofilin pada 272nm = 0,309.
Asampel pada 239nm = 0,480.
Asampel pada 272nm = 0,413.
Acampuran pada 239nm = 0,416.
Acampuran pada 272nm = 0,382.
3. Hitung absortivitas molar parasetamol dan teofilin pada masing-masing
panjang gelombang maksimumnya.
Jawab :
Diketahui :
- Kadar Parasetamol Teoritis : 6,5µg/ml
- Kadar Teofilin teoritis : 8,1µg/ml
- λ1 = λmaksimum Parasetamol : 239nm
- λ2 = λmaksimum Teofilin : 272nm
- Aλ1 : 0,480
- Aλ2 : 0,413

Ditanya :

- a Parasetamol dan Teofilin pada masing-masing panjang


gelombang maksimumnya : ?

Jawab :

𝐴
aPCTλ1 = 𝑏.𝑐𝑃𝐶𝑇𝜆1
𝑃𝐶𝑇𝜆1

0,389
= 1𝑐𝑚 .6,5𝜇𝑔/𝑚𝑙

34
= 0,059846 ml/µg.cm

𝐴
aPCTλ2 = 𝑏.𝑐𝑃𝐶𝑇𝜆2
𝑃𝐶𝑇𝜆2

0,131
= 1𝑐𝑚 .6,5𝜇𝑔/𝑚𝑙

= 0,02015ml/µg.cm

𝐴
aTeoλ1 = 𝑏.𝑐𝑇𝑒𝑜𝜆1
𝑇𝑒𝑜𝜆1

0,107
= 1𝑐𝑚 .8,1𝜇𝑔/𝑚𝑙

= 0,013209ml/µg.cm

𝐴
aTeoλ2 = 𝑏.𝑐𝑇𝑒𝑜𝜆2
𝑇𝑒𝑜𝜆2

0,309
= 1𝑐𝑚 .8,1𝜇𝑔/𝑚𝑙

= 0,038148ml/µg.cm

4. Tetapkan kosentrasi masing-masing komponen pada larutan sampel yang


telah disiapkan oleh Asisten Praktikum.
Jawab :
Diketahui :
- Kadar Parasetamol Teoritis : 6,5µg/ml
- Kadar Teofilin teoritis : 8,1µg/ml
- λ1 = λmaksimum Parasetamol : 239nm
- λ2 = λmaksimum Teofilin : 272nm
- Aλ1 : 0,480
- Aλ2 : 0,413

Ditanya :

- Kadar Parasetamol dan Teofilin : ?

35
Jawab :

𝐴
aPCTλ1 = 𝑏.𝑐𝑃𝐶𝑇𝜆1
𝑃𝐶𝑇𝜆1

0,389
= 1𝑐𝑚 .6,5𝜇𝑔/𝑚𝑙

= 0,059846 ml/µg.cm

𝐴
aPCTλ2 = 𝑏.𝑐𝑃𝐶𝑇𝜆2
𝑃𝐶𝑇𝜆2

0,131
= 1𝑐𝑚 .6,5𝜇𝑔/𝑚𝑙

= 0,02015ml/µg.cm

𝐴
aTeoλ1 = 𝑏.𝑐𝑇𝑒𝑜𝜆1
𝑇𝑒𝑜𝜆1

0,107
= 1𝑐𝑚 .8,1𝜇𝑔/𝑚𝑙

= 0,013209ml/µg.cm

𝐴
aTeoλ2 = 𝑏.𝑐𝑇𝑒𝑜𝜆2
𝑇𝑒𝑜𝜆2

0,309
= 1𝑐𝑚 .8,1𝜇𝑔/𝑚𝑙

= 0,038148ml/µg.cm

Karena b konstan, maka dapat dihilangkan.

Aλ1 = aPCTλ1 . cPCT + aTeoλ1 . cTeo

0,416 = 0,059846ml/µg . cPCT + 0,013209ml/µg . cTeo

Aλ2 = aPCTλ2 . cPCT + aTeoλ2 . cTeo

0,382 = 0,02015ml/µg . cPCT + 0,038148ml/µg . cTeo

36
0,480 = 0,059846ml/µg . cPCT + 0,013209ml/µg . cTeo | x 0,02015
0,413 = 0,02015ml/µg . cPCT + 0,038148ml/µg . cTeo | x 0,59846

0,00967 = 0,001205ml/µg . cPCT + 0,00026616ml/µg . cTeo

0,024716 = 0,001205ml/µg . cPCT + 0,002283ml/µg . cTeo

-0,015046 = -0,00201684ml/µg . cTeo


−0,015046
cTeo =
−0,00201648𝑚𝑙/𝜇𝑔

= 7,4602µg/ml

0,480 = 0,059846ml/µg . cPCT + 0,013209ml/µg . cTeo

0,480 = 0,059846ml/µg . cPCT + 0,013209ml/µg . 7,4602µg/ml

0,480 = 0,059846ml/µg . cPCT + 0,09854

0,048 – 0,09854 = 0,059846ml/µg . cPCT

0,38146 = 0,059846ml/µg . cPCT


0,38146
cPCT = 0,059846ml
µg

= 6,374µg/ml

37

You might also like