Professional Documents
Culture Documents
BAB IV Dkit Ok
BAB IV Dkit Ok
4.1 Spesifikasi Tenaga Kerja Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit PT. Bio
Nusantara Teknologi
Pelaksanaan proses pengolahan kelapa sawit di PMKS PT. Bio Nusantara
Teknologi didukung oleh sumber daya manusia yang terlatih dan secara
struktural organisasi PMKS PT. Bio Nusantara Teknologi sudah cukup baik
dimana unit dari manajemen organiasi berfungsi sesuai dengan tugas yang
ditetapkan oleh perusahaan dan jalur perintah sesuai dengan garis
komando/instruksi dan garis koordinasi sehingga terdapat pembatas antara atasan
dan bawahan. Struktur organisasi apat dilihat dibawah ini :
Mill Manager
Karyawan Karyawan
1
Jumlah tenaga kerja pada PMKS PT. Bio Nusantara Teknologi adalah 157 orang
terdiri dari 10 orang staf, 86 orang karyawan bulanan tetap (KBT), 41 orang
karyawan harian tetap (KHT), dan 20 orang karyawan harian lepas (KHL). Data
spesifikasi tenaga kerja pada PMKS PT. Bio Nusantara Teknologi disajikan pada
tabel berikut :
Status Karyawan Jumlah
No Bagian Bulan
KBT KHT KH Ini
I. STAFF
1 Manager PMKS - - - 1
2 KTU - - - 1
3 Asisten Kepala Proses - - - 1
4 Asisten Proses - - - 3
5 Asisten Accounting - - - 1
6 Asisten Sortasi - - - 2
TOTAL - - - 9
II. Pengawas
1 Sortasi 3 - - 3
2 Pengolahan 0 - - 0
Qualiti Asurance dan
3 1 - - 1
Umum
4 Tata Gaji dan Personalia 1 - - 1
5 Administrasi Produk 1 - - 1
TOTAL 6 - - 6
III. Pengolahan
A. Produksi A
1 Sortasi 1 2 4 7
2 Loading Ramp 0 6 0 6
3 Sterilizer 2 0 0 2
4 Rail Track - 2 1 3
5 Thereser dan Pressan 3 0 0 3
6 Bunch Press 0 0 1 1
7 Clarifikasi 0 0 2 2
8 St.Inti 1 1 0 2
9 Boiler 2 1 - 3
10 WTP 1 0 0 1
11 Operator Loader 2 0 - 2
Pembangkit
12 1 0 0 1
tenaga/mesin
13 Ship Piter 0 1 0 1
Sub Jumlah 13 13 8 34
B. Produksi B
1 Sortasi 1 2 4 7
2 Loading Ramp 2 2 2 6
2
3 Sterilizer 2 0 0 2
4 Rail Track 0 2 1 3
5 Thereser dan Pressan 1 2 0 3
6 Bunch Press 0 0 1 1
7 Clarifikasi 1 0 1 12
8 St.Inti 0 1 1 2
9 Boiler 2 1 0 3
10 WTP 1 0 0 1
11 Operator Loader 2 0 0 2
Pembangkit
12 1 0 0 1
tenaga/mesin
13 Ship Piter 1 0 0 1
Sub Jumlah 14 10 10 34
C. Produksi C
1 Sortasi 2 2 4 8
2 Loading Ramp 1 3 2 6
3 Sterilizer 2 0 0 2
4 Rail Track 0 1 2 3
5 Thereser dan Pressan 3 0 0 3
6 Bunch Press 0 0 1 1
7 Clarifikasi 0 1 1 2
8 St.Inti 2 0 0 2
9 Boiler 1 2 0 3
10 WTP 1 0 0 1
11 Operator Loader 2 0 0 2
Pembangkit
12 2 0 0 2
tenaga/mesin
13 Ship Piter 0 0 0 -
Sub Jumlah 16 9 10 35
IV. Administrasi
Umum
1 Administrasi 0 0 1 1
2 Umum 2 2 3 7
3 Driver 0 0 1 1
Sub Jumlah 2 2 5 9
V. Quality Control
A. Uji Varitas 3 3 3 9
B. Timbangan 2 4 - 6
C. Labolatorium 5 5 5 15
D. Limbah 5 2 3 10
E. Kantor QC 1 1 - 2
Sub Jumlah 16 15 11 42
TOTAL KARYAWAN 67 49 44 169
Tabel 6. Spesifikasi tenaga kerja PMKS PT. Bio Nusantara Teknologi
Sumber : PT Bio Nusantara Teknologi
3
1.1 Diagram Alir dan Proses Pengolahan Kelapa Sawit PT. Bio Nusantara
Teknologi
Proses pengolahan tandan buah segar (TBS) menjadi bahan setengah jadi berupa
Crud Palm Oil (CPO) dan kernel (inti Sawit) secara umum dapat dilihat pada
gambar dibawah ini. Tahapan pengolahan ini berlangsun cukup panjang dan
memerlukan control yang cermat guna mendapatkan minyak kelapa sawit dengan
mutu yang baik yaitu kadar asam lemak bebas yang rendah. Proses pengolahan
TBS di PMKS PT. BNT dibagi menjadi empat bagian, bagian depan, bagian
tengah, bagian belakang dan bagian pengolahan inti. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat diagram alir dan tahapan proses pengolahan setiap bagian pada gambar 15
dan gambar 16.
PT. Bio Nusantara Teknologi memiliki pabrik pengolahan kelapa sawit
dengan kapasitas 45 ton/jam. Jarak pabrik dengan kantor induk ± 50 m.
Menurut Iyung Pahan stasiun proses pengolahan TBS menjadi Minyak
kelapa sawit (MKS) dan Inti Kelapa Sawit (IKS) umumnya terdiri dari stasiun
utama dan stasiun pendukung
1.2 Stasiun Pendukung Proses Pengolahan TBS Menjadi Minyak Kelapa
Sawit (MKS) dan Inti Kelapa Sawit (IKS)
1.2.1 Stasiun Utama
4.3.1.1 Stasiun Penerimaan Buah
1) Timbangan
Tujuan penimbangan yaitu untuk mengetahui jumlah bahan baku yang
diterima, maka akan diketahui rendemen pengolahan dari perbandingan antara
bahan baku yang diterima dengan bahan yang diolah. Penimbangan dilakukan
dua kali untuk setiap angkutan TBS yang masuk ke pabrik, yaitu pada saat masuk
(berat truk dan TBS) serta pada saat keluar (berat truk). Dari selisih timbangan
saat truk masuk dan keluar, diperoleh berat bersih TBS yang masuk ke pabrik.
Timbangan atau jembatan timbang yang dimiliki oleh PT. Bio Nusantara
Teknologi memiliki kapasitas 30 ton, jembatan timbang dioperasikan secara
elektronis. Truk yang keluar masuk timbangan harus berjalan perlahan-lahan
karena perangkat elektronik jembatan timbang sangat sensitif terhadap gerak.
4
TBS
Kondensat
Loading Ramp
Sterilizer
Daur Ulang USB
TBS masak
Thresher Janjangan Kosong
Bunch Press
Digester
WATER DELUTION
Pressing
Crude Oil Press Cake
Sand Trap Tank
Fiber
Vibrating Screen Depericarper
Nut
Cracked Mixture
CPO
CST Tank
Cangkang
LTDS NO.1
TDS NO.2
Oil Tank
Vibrating Screen
Solid LTDS NO.2 Cangkang
Purifier
Sludge Tank Claybath Cangkang
Vacuum
Drier
Sand
Sand Cyclon
Kernel Drier
RLM Sludge Separator
Tank
TDS NO.2
FatPit
Storage Kernel
Pengiriman Final
Minyak Effluent
5
Adapun diagram kesetimbangan materi untuk pengolahan minyak kelapa sawit adalah
sebagai berikut :
6
2) Loading Ramp
TBS yang telah ditimbang akan dibongkar di tempat penimbunan
sementara (Loading Ramp). Loading Ramp merupakan suatu bangunan dengan
lantai berupa kisi-kisi plat besi berjarak 10 mm dengan kemiringan 270. Kisi-kisi
tersebut berfungsi untuk memisahkan kotoran berupa pasir, kerikil, dan sampah
yang terikut dalam TBS. Loading ramp dilengkapi pintu-pintu keluaran (terdiri
dari 11 pintu) yang digerakkan secara hidrolis sehingga memudahkan dalam
pengisian TBS kedalam lori untuk proses selanjutya. PT. Bio Nusantara
Teknologi mempunyai loading ramp dengan kapasitas 1500 ton.
4.3.1.2 Stasiun Perebusan (Sterilizer)
Lori-lori yang telah berisi TBS dimasukan kedalam rebusan dengan cara
ditarik menggunakan capstand yang digerakkan oleh motor listrik. Sterilizer
yang digunakan oleh PT. Bio Nusantara Teknologi adalah tipe horizontal dan
mampu menampung 11 lori untuk satu unit sterilizer. Kapasitas sterilizer ini
adalah 30 ton per jam.
1) Lori
Merupakan alat perebusan TBS yang terbuat dari besi berlubang-lubang
(lubang ini berfungsi mengeluarkan kondensate dan meratakan steam pada saat
perebusan) yang berjumlah 40 buah dengan kapasitas masing-masing 2,7 ton.
2) Sterilizer
Sterilisasi merupakan tahapan dalam perebusan buah atau sering di sebut
pemasakkan buah. Sterilisasi dilakukan dengan mengalirkan uap panas kedalam
sterilizer melalui pipa penghantar uap selama 90 menit. Tujuan dari sterilisasi
yaitu :
1. Untuk mengurangi kadar air 12-20 % dari buah
2. Mempermudah pelepasan daging buah dari nut (biji)
3. Mempermudah pelepasan cangkang dari inti
4. Menghentikan aktifitas enzim lipase
5. Melepaskan serat dari biji
6. Melepaskan buah dari tandan buah
7
Metode yang digunakan untuk perebusan ada dua yaitu pembuangan uap
steam sebanyak 2 kali pada tekanan yang sudah dicapai (double peak) dan
pembuangan steam sebanyak 3 kali dengan tekanan yang sudah dicapai (triple
peak). Hal ini disesuaikan dengan kondisi TBS yang diterima (kematangan
buahnya). Namun umumnya digunakan metode triple peak karena lebih
memudahkan proses selanjutnya. Lama waktu yang digunakan unutk melakukan
proses perebusan adalah sekitar 90 menit yang terbagi menjadi 16 langkah
perlakuan.
Merebus tandan sawit dilakukan dengan uap bertekanan 1–3 kg/cm2
dengan grafiknya sebagai berikut:
3.5
3
Tekanan (Kg/Cm2)
2.5
2
1.5
1 Steam
0.5
0
100
110
5
30
10
15
25
35
40
50
55
60
65
70
75
80
90
95
Waktu (Menit)
8
4.3.1.3 Stasiun Pemipilan (Thressher)
TBS berikut lori yang telah direbus dikirim kebagian pemipilan dan
dituangkan kealat pemipil (Thresher) dengan bantuan hoisting crane. Thresher
berfungsi untuk memisahkan buah dari tandan yang telah direbus. Meskipun
telah direbus pada uap bertekanan buah atau brondolan masih banyak menempel
atau terselip pada janjang, sehingga perlu dikeluarkan. Keberhasilan perebusan
jika tidak didukung dengan pemipilan yang baik maka kehilangan minyak akan
tinggi. Oleh sebab itu perlu dilakukan pemipilan yang lebih sempurna. Dan
keberhasilan pemipilan juga tergantung pada proses perebusan.
Thressing merupakan proses pemisahan TBS yang telah direbus menjadi
brondolan dan janjang kosong dengan sistem diputar dan dibanting. Operasi
utama pada stasiun ini adalah :
1) Pengisian Umpan
Umpan yang berupa tandan rebus diisi dengan menggunakan hoisting
crane. Kontiniuitas pengisian umpan pada hopper akan mempengaruhi daya pipil
stipper maka dalam pengaturan umpan perlu memperhatikan kapasitas alat.
Waktu rata-rata yang dibutuhkan untuk menuang atau mengumpan lori berisi
TBS rebus ke hopper (Hoisting cycle) untuk kapasitas alat 30 ton perjam adalah
5 menit perlori.
2) Pemisahan brondolan dari janjangan
Setelah proses perebusan selesai, lori yang berisi buah tersebut
dikeluarkan dengan cara ditarik menuju stasiun thressher, lori tersebut satu-
persatu akan di angkat, dan dimasukkan kedalam autofeeder pada bagian drum
thresser dengan menggunakan hoisting crane. Selanjutnya buah akan
dirontokkan dengan mengguanakan sistem bantingan yang terjadi akibat gerak
memutar oleh alat thresher, sehingga buah terpisah dari janjang. Ketinggian
bantingan adalah 1,2 meter dengan jumlah bantingan sebanyak 6 kali untuk
masing-masing janjang
3) Penanganan material yang telah dipisahkan
Berondolan yang jatuh dari kisi-kisi thresser dibawa oleh threshing screw
conveyor dan bucket conveyor menuju ke distributing conveyor untuk di
9
masukkan ke digester dan janjang kosong dibawa oleh horizontal empty bunch
conveyor. PMKS PT. BNT memiliki 2 unit thresher yang memilki kapasitas
masing-masing 30 ton/jam. Dari kedua thresher tersebut yang dioperasikan
hanya satu dan pengopersian ini dilakukan secara bergantian.
Alat ini dirancang untuk melepaskan brondolan dari tandannya.
Keberhasilan alat ini sangat tergantung pada jumlah putaran trombol permenit
(rpm). Sehingga rpm telah diprogramkan untuk keadaan yang optimal yaitu 22-
24 rpm. Buah tidak optimal yang turut direbus akan menghasilkan buah rebus
yang tidak sempurna, sehingga sulit membrondol pada saat penebahan
berlangsung. Biasanya buah-buah yang tidak dapat ditebah dikembalikan ke
sterilizer untuk direbus kembali. Pengembalian ke sterilizer ini akan mengurangi
kapasitas sterilisasi dan kapasitas unit thresser. Sedangkan terhadap mutu,
dengan bertambahnya kontak dengan udara, memungkinkan buah-buah tersebut
untuk teroksidasi.
Jika buah yang tidak tertebah sempurna tidak dikembalikan ke stasiun
sterilisasi, maka brondolan yang masih berada pada tandan akan ikut terbuang,
dengan kata lain losses menjadi tinggi selanjutnya akan menurunkan rendemen.
Tandan yang terlalu matang akan mengkibatkan kehilangan minyak, karena
selama penebahan serat-serat tandan akan menyerap minyak yang keluar terlalu
cepat dari buah yang terlalu matang. Akibatnya losses minyak pada janjangan
kosong dapat menurunkan rendeman.
10
diperlukan suhu panas (water delution) yang konstan, umumnya 90-1000C.
Selain suhu beberapa faktor yang perlu diperhatikan yaitu kondisi drain keluaran
(aliran kusaran) dan ampere yang harus tetap diatas 20 A.
Penggunaan digester harus disesuaikan dengan kapasitas screw press agar
tidak terjadi perubahan masa aduk, yang dapat menurunkan efisiensi ekstraksi
atau tingkat kehilangan minyak dalam ampas. Untuk mengoptimalkan proses
pelumatan maka volume digester harus terisi sampai penuh, apabila tidak terisi
penuh buah tidak terajang sempurna dan akan menyebabkan kehilangan minyak
dalam ampas yang semakin tinggi. Pengisian yang tidak penuh sering terjadi
pada awal pengoperasian pabrik dan pada saat loading ramp kekurangan pasokan
bahan baku atau kerusakan pada stasiun sterilizer, namun hal ini sering
dipaksakan karena persediaan bahan bakar di boiler yang semakin menipis.
Dalam keadaan seperti ini efesiensi pengutipan minyak pada umumnya sangat
rendah.
Untuk meningkatkan efektivitas alat maka perlu dilakukan pengaturan
suhu, suhu adonan dalam digester perlu diberi panas dalam bentuk pemanasan
mantel dengan uap. Suhu adonan yang dikehendaki adalah 950 C dengan alasan
bahwa pada suhu tersebut minyak sudah mencair dan mudah keluar dari kantong-
kantong minyak, sedangkan yang masih berbentuk emulsi akan pecah menjadi
minyak dan cairan lainya, dan kerusakan minyak seperti oksidasi dan hidrolisis
relatif belum terjadi.
Umumnya digester dipanasi dengan menggunakan uap yang bertekanan 3
kg/cm2, dan pada beberapa pabrik diberikan uap langsung. Pemakaian tekanan 3
kg/cm2 dalam jaket mantel dapat menyebabkan pemanasan yang berlebihan
terhadap buah yang kontak dengan dinding bejana. Oleh sebab itu tekanan pada
mantel perlu diturunkan setara dengan suhu 132,90C.
Pada beberapa pabrik juga dirancang dengan menggunakan uap langsung
kedalam bejana. Pengggunaan uap langsung dalam bejana digester akan dapat
menyebabkan pengaruh negatif yaitu :
1. Menambah jumlah air yang terkandung dalam adonan yang dapat
menurunkan daya gesekan antara pisau dengan adonan.
11
2. Menurunkan tekanan uap pada boiler. Hal ini akan menurunkan kebutuhan
uap pada turbin uap.
3. Menyebabkan kerusakan mutu yaitu pemanasan yang berlebihan yang
merangsang proses oksidasi pada minyak dan akan menurunkan derajat
pemucatan yang dikenal dengan penurunan DOBI.
4. Menyebabkan kegosongan pada inti sehingga lebih dari 50% produksi inti
berwarna coklat yang tidak disukai oleh konsumen. Biji yang gosong pada
umumnnya sulit dipecah dalam creaker, walaupun pecah inti masih melekat
pada cangkang.
Oleh sebab itu, upaya penggunaan uap langsung pada bejana digester
perlu dihindari. Lama pemanasan yang terbaik adalah 30 menit, tergantung dari
kecepatan mencapai suhu 900C.
Upaya lain yang dilakukan untuk meningkatkan efesiensi pengadukan
adalah dengan mengalirkan minyak melalui lubang-lubang yang ada dibagian
bawah digester. Minyak tersebut juga dapat berpengaruh terhadap kapasitas olah
kempah. Minyak yang keluar melalui saringan yang ada dibagian bawah bejana
juga mengandung Non Oil Solid yang rendah, jika dibandingkan dengan minyak
yang keluar dari screw press, dan akan menurunkan losses dalam serat atau biji.
Dengan pemisahan minyak tersebut dapat menurunkan jumalah biji yang pecah
di dalam screw press dan efesiensi penekanan dalam screw press dapat
meningkat yaitu bertambah besarnya nilai perbandingan biji terhadap adonan.
Karena semakin tinggi rasio biji terhadap adonan maka daya ekstraksi minyak
lebih baik.
4.3.1.5 Stasiun Pengempaan Buah (Press)
Setelah buah lumatan keluar dari digester secara kontinyu masuk ke
dalam screw press untuk dilakukan pengepresan sehingga diperoleh minyaknya.
Pengepresan bertujuan untuk memisahkan minyak dengan serabut dan biji sawit.
Kemudian buah lumat masuk ke screw press dengan tekanan 40-50 bar dan
diberi air panas. Screw press memiliki lubang-lubang seperti saringan dengan
dua ulir (screw) yang berputar secara berlawanan dan bergerak mundur secara
hidrolik. Setelah minyak terpisah dari serabut atau fiber dan biji maka minyak
12
kasar akan diolah di stasiun klarifikasi, sedangkan fiber dan biji (nut) akan diolah
di stasiun depericarper, selanjutnya biji akan diolah pada stasiun pengolahan
kernel dan fiber menuju ke boiler sebagai bahan bakar. Ada 4 unit presser yang
dimiliki oleh PT. BNT, masing-masing memiliki kapasitas terpasang sebesar 12
ton per jam, namun press yang digunakan hanya 3 unit sedangkan 1 unit
digunakan sebagai cadangan.
13
selanjutnya akan kembali didialirkan ke dalam pressan karena masih
mengandung minyak.
3) Crude Oil Tank (COT)
Crude oil tank merupakan alat untuk menampung dan memanaskan
minyak yang telah dikutip dari Vibrating screen melalui pipa-pipa
penyalur. Alat ini juga berfungsi untuk mengendapkan partikel-partikel
yang tidak larut dan lolos dari ayakan getar. Di dalam alat ini minyak
diberikan panas 90 0C selama 30–45 menit dengan tujuan agar prosesnya
lebih sempurna.
4) Sand Cyclon
Sand Cyclon merupakan alat yang dapat memisahkan pasir dan padatan
kasar secara gravitasi dengan bantuan pompa.
5) Continuous Sattling Tank (CST)
Berfungsi memisahkan minyak lumpur dan air dengan cara pengendapan.
Minyak yang berasal dari COT akan dipompakan menuju ke CST. Di
dalam CST minyak tetap diperlakukan dengan suhu panas untuk
memudahkan proses pengutipan dan diaduk dengan stirer secara perlahan
sehingga kotoran dan minyak terpisah. Minyak yang terpisah dari kotoran
akan naik dan dikutip setelah minyak memilki jarak 40 cm dari kotoran
atau setelah 40 menit berada di dalam alat ini yang selanjutnya akan
disalurkan ke buffer tank untuk dihomogenkan. Continuous Settling Tank
yang ada di pabrik PT Bio Nusantara Teknologi memiliki volume 100 ton
minyak, merupakan tabung silinder yang terbuat dari baja dengan lapisan
diluarnya agar suhu tidak turun dan bagian bawahnya berbentuk kerucut
yang dilengkapi dengan coil-coil berisi steam.
6) Sludge Vibrating Screen
Merupakan alat untuk mengutip minyak yang masih tersisa dalam sludge.
Prinsip kerja alat ini adalah digerakkan dengan cara digetarkan sehingga
minyak dan sludge akan terpisah dan sludge akan masuk ke sludge tank.
Alat ini hanya memiliki satu saringan dengan kerapatan 50 mesh.
7) Sludge Tank
14
Berfungsi untuk menampung sementara lumpur yang akan diolah oleh
sludge sparator. Sludge tank hampir sama dengan COT yaitu menimbun
sludge dengan steam panas yang diberikan secara kontinyu. Alat ini
memilki volume 20 ton.
8) Sludge Separator
Berfungsi untuk mengutip minyak yang masih tertinggal pada lumpur
dengan cara sentrifugal. Alat ini memilki kapasitas 6 ton/jam dan
berjumlah 2 unit. Sludge Heavy Phase yang terpisah dari minyak dan
akan menjadi limbah dan Light Phase akan masuk dalam CST untuk
diolah kembali karena kandungan minyaknya masih cukup tinggi.
9) Oil Tank
Merupakan wadah yang digunakan untuk menampung minyak yang
diperoleh dari Continuous Settling Tank. Dalam oil tank minyak tetap
dipanaskan dengan steam pada suhu 90-95 0C hal ini ditujukkan untuk
mempertahankan mutu minyak dan mempermudah proses pemisahan atau
pemurnian minyak.
10) Oil Purifier (Oil Separator)
Berfungsi untuk memurnikan minyak dari kotorandan air dengan cara
sentrifugal. Kapasitas alat ini adalah 4 ton/jam. Pemurnian minyak
dilakukan dalam alat ini selama 90 menit. Alat ini menggunakan gaya
sentrifugal dalam memisahkan minyak yang bergerak dengan kecepatan
tinggi.
11) Vacuum Dryer
Berfungsi untuk mengurangi kadar air dalam minyak sehingga sesuai
dengan standar mutu yang ditetapkan yaitu 0,1 %. Caranya yaitu minyak
dipompa dan di semprotkan melalui nozel-nozel yang ada dalam
pengering vacum, kemudian injektor akan menghisap air yang
terkandung dalam minyak sawit tersebut.
12) Storage Tank
Storage Tank merupakan tempat terakhir atau penyimpanan sementara
minyak sebelum minyak dikirim atau dipasarkan. Di dalam storage tank,
15
minyak tetap dikondisikan dalam keadaan hangat dengan suhu 45- 500C.
Hal ini di lakukan untuk mempertahan kan mutu minyak.
4.3.1.7 Stasiun Pemisahan Biji dan Kernel (Kernel Station)
Proses pemecahan biji dilakukan untuk mendapatkan kernel. Setelah
melewati stasiun depericarper, serabut terpisah dengan biji. Serabut menuju ke
stasiun boiler untuk dijadikan bahan bakar dan bijinya akan masuk ke nut silo
sebagai tempat penampungan sementara biji sebelum masuk pada tahap
pengeringan. Pengurangan kadar air ini untuk memudahkan pemecahan nut pada
alat pemecah yaitu ripple mill. Proses pengolahan biji sawit ini adalah sebagai
berikut :
16
3) Proses Pemecahan Biji
Biji atau nut yang dikeluarkan dari polishing drum melalui lubang-
lubangnya selanjutnya akan dihisap oleh blower dan ditampung dalam
nut silo. Nut silo merupakan tempat penampungan sementara dan
pengurangan kadar air, sehingga akan memudahkan dalam proses
pemecahan biji tersebut. Di dalam nut silo biji sawit berada selama 30
0
menit dengan suhu 70 C. Nut atau biji yang telah kering akan
dipecahkan bijinya menggunakan Ripple Mill, yang bekerja dengan gaya
gerusan yang dilakukan oleh 2 silinder agar dapat memecahkan biji
tersebut. Ripple Mill yang dimiliki oleh PT. BNT ada 2 unit yang
bekerja secara bersamaan dengan kapasitas 4 ton/jam atau 18 % dari TBS
olah. Hasil pemecahan biji disebut dengan crackerd mixture yang terdiri
dari cangkang dan kernel.
17
5) Pengeringan Kernel
Setelah dilakukan pemisahan antara cangkang dengan inti, maka langkah
selanjutnya adalah proses pengeringan kernel. Adapun dalam proses
pengeringannya dibuat suhu yang berbeda-beda, yaitu suhu atas, tengah
dan bawah. Untuk pengeringan inti basah suhu yang digunakan adalah
70, 80 dan 60 0C. sedangkan untuk pengeringan inti kering suhu yang
digunakan adalah 70, 70 dan 60 0C.
Pengeringan inti yang baik ialah pengeringan dengan suhu rendah dengan
tujuan agar penguapan berjalan lambat dan merata untuk permukaan dan
bagian dalam inti, jika pengeringannya dengan suhu tinggi,maka akan
terjadi kerusakan inti. Pengeringan yang terlalu cepat dengan suhu yang
tinggi dapat menyebabkan case hardening atau mutu minyak inti
menurun (Naibaho, 1996).
Wet kernel I, II, dan III dialirkan melalui wet kernel conveyor menuju ke
wet kernel elevator dan di distribusikan oleh wet kernel distributing
conveyor ke kernel silo. ada 3 unit kernel silo yang berfungsi untuk
mengeringkan kernel sehingga kadar air sesuai dengan standar yang
diinginkan. Suhu rata-rata yang digunakan berkisar 700C selama 16 jam.
4.3.2 Stasiun Pendukung
Selain stasiun utama sebagai inti proses pengolahan sebuah PKS
memerlukan dukungan stasiun penunjang demi kelancaran operasional. Stasiun-
stasiun pendukung diantaranya :
4.3.2.1 Stasiun Pembangkit Tenaga
Sebagai unit produksi PMKS memerlukan sumber energi untuk
menggerakkan mesin-mesin dan peralatan lain yang memerlukan tenaga dalam
jumlah besar. Kebutuhan energi di PMKS dipasok dari 2 sumber, yaitu ketel uap
(boiler) yang menghasilkan tenaga uap dan diesel (genset). Pada pabrik kelapa
sawit tenaga uap yang dihasilkan oleh boiler pertama-tama dikonversi menjadi
energi listrik melalui turbin. Kemudian, uap keluaran dari turbin ditampung
dalam sebuah bejana tekan dan dimanfaatkan untuk proses perebusan buah dan
18
keperluan proses pengolahan seperti pemanasan minyak, sludge, kernel, dan lain-
lain.
Diesel genset merupakan sumber tenaga pembantu yang digunakan pada
saat PMKS akan memulai operasi atau pada saat PMKS tidak beroperasi.
4.3.2.2 Laboratorium
Laboratorium berfungsi sebagai pusat pengendalian terhadap proses dan
kualitas yang dihasilkan selama dan setelah proses produksi berlangsung. Hasil-
hasl analisis laboratorium digunakan sebagai umpan balik bagi perbaikan dan
peningkatan proses produksi.
4.3.2.3 Stasiun Pengolahan Air
Air merupakan kebutuhan vital bagi sebuah PMKS karena sebagian besar
proses pengolahan memerlukan air. Air yang digunakan harus memenuhi syarat-
syarat tertentu, seperi kesadahan dan kadar silica. Jika kurang memenuhi syarat
air harus diolah sebelum digunakan. Pada umumnya air diperoleh dari air hujan,
sungai, sumur bor, dan lain-lain belum memenuhi persyaratan teknis untuk
keperluan PMKS dan persyaratan higienies untuk keperluan air minum.
Pengolahan untuk kebutuhan PMKS dimulai dari penampungan air
hingga berbagai sumber pada sebuah waduk. Kemudian air pada waduk
dipompakan ke tangki pengendapan (clarifier tank). Sebelum sampai ke tanki
pengendapan ditambahkan bahan kimia (soda ash dan alum) hal ini untuk
mempercepat pengendapan partikel-partikel padat yang terdapat di dalam air.
Setelah itu, air dikirim ke bak pegendapan untuk mendapat pengendapan lebih
lanjut kemudian air dari bak pengendapan disaring dengan saringan bertekanan
(sand filter) untuk menyaring zat tersuspensi. Hasil saringan kemudian dikirim
ke manara air (water tower) dan siap untuk digunakan.
Untuk kebutuhan boiler, diperlukan air yang bebas dari kandungan
mineral atau mendekati murni (kadar silica dan hardness rendah). Silica
menyebabkan terbentuknya kerak-kerak pada pipa boiler yang menurunkan
kemampuan pemindahan panas pipa-pipa boiler sehingga efisiensi boiler
menurun. Unsur - unsur kesadahan seperti Mg, Ca, dan lain-lain menyebabkan
erosi pada sudut-sudut turbin. Dengan demikian diperlukan proses pelunakan air,
19
yaitu dimineralisi (softener) untuk menghilangkan unsur-unsur perusak tersebut.
Pemilihan metode tergantung pada kondisi air yang tersedia di water tower.
4.3.2.4 Stasiun Limbah
Air buangan pabrik merupakan factor penyebab pencemaran untuk
mengatasi pencemaran, air limbah pabrik harus diproses dan dinetralisir sebelum
dibuang ke lingkungan. Pengendalian limbah pabrik (raw effluent) yang berasal
dari stasiun rebusan dan klarifikasi dimulai dari penampungan limbah tersebut
pada fat pit dengan tujuan untuk mengurangi kadar minyak melalui prinsip
pengendapan. Setelah itu, limbah didinginkan dengan cara mengalirkan limbah
ke menara pendingin atau dapat juga dilakukan melalui aliran panjang dan
terbuka kemudian ditampung ke kolam limbah. Pada kolam mini, limbah
dikendalikan dengan proses fermentasi anaerobic maupun aerobic. System ini
dikenal dengan ponding system.
4.3.2.5 Stasiun Penimbunan Produk
Proses penimbunan CPO dilakukan untuk menunggu produk dijual.
Penimbunan produk dilakukan di Tanki Timbun. Untuk menjaga dan menjamin
kualitas dari produk yang berada ditanki timbun maka dilakukan pemanasan pada
suhu 450C. CPO yang berada di tanki timbun dilakukan pengukuran volume dan
kualitas setiap pagi. Hal ini dilakukan untuk mengetahui jumlah CPO yang
dihasilkan serta mutu CPO itu sendiri.
4.3.2.5 Bengkel PMKS
Proses pengolahan kelapa sawit di PMKS sangat tergantung dari jumlah
dan kualitas TBS yang dihasilkan dari kebun. Produksi TBS tinggi
mengharuskan PMKS beroperasi dengan jam olah yang tinggi karena TBS yang
dibiarkan terlalu lama restan akan mengakibatkan peningkatan kadar ALB.
Ekstraksi minyak dan inti sawit selain dipengaruhi oleh kualitas TBS, juga sangat
tergantung dari proses pengolahan dan kondisi alat pengolahan. Untuk mencapai
jam olah yang tinggi dan kualitas produk yang baik, PMKS harus didukung oleh
sebuah bengkel yang mempunyai bagian mekanikal dan elektrikal.
1). Bagian Mekanikal
20
Bagian mekanikal melakukan peeliharaan umum terhadap semua
peralatan pabrik. Jenis pekerjaan yang dilakukan antara lain lubrikasi, perbaikan
alat-alat, pembuatan suku cadang maupun modifikasi peralatan sesuai kondisi
dilapangan. Bagian mekanikal didukung oleh peralatan bengkel, seperti mesin
bubut, mesin scrap, mesin gerinda, mesin bor, mesin las, mesin pengerolan,
mesin potong, mesin gergaji besi, seta peralatan bengkel umumnya.
2). Bagian Elektrikal
Bagian elektrikal melakukan pemeliharaan terhadap seluruh peralatan
listrik di PMKS, terutama motor listrik. Jenis pekerjaan yang dilakukan antara
lain perawatan panel-panel listrik, pembuatan atau modifikais sirkuit listrik, dan
pembuatan gulungan kawat bagi motor-motor listrik yang telah terbakar.
4.4 Realisasi Pengolahan PMKS PT. Bio Nusantara Teknologi pada
Bulan Juli 2015 Sampai Bulan Juni 2016
4.4.1 Jumlah Pasokan TBS, TBS yang Diolah dan Target PT. Bio
Nusantara Teknologi
PT Bio Nusantara Teknologi mendapat pasokan TBS pada bulan Juli-
Agustus 2016 ( dua bulan terakhir ) perolehan TBS dilakukan sebanyak 5 ksli
dalam satu bulan. Jumlah pasokan TBS dua bulan terakhir sebanyak 35.137.360
kg atau rata-rata sebesar 3.513.736 kg. Dari pasokan TBS tersebut TBS yang
diolah adalah 35.182.840 kg atau atau rata-rata 3.518.284 kg. Target yang
ditetapkan oleh PT. Bio Nusantara Teknologi pada Juli dan Agustus, Juli 2016
yaitu 17.157.342 kg (minggu 1), 1.462.253 kg (minggu 2), 0 kg (minggu 3),
5.020.462 kg (minggu 4) 5.020.462 kg (minggu 5) 5.654.165 kg dan pada bulan
Agustus 2016 yaitu 19.882.051 kg (minggu 1) 3.963.751 kg, (minggu 2)
4.504.910 kg, (minggu 3) 4.385.445 kg, (minggu 4) 4.504.910 kg dan (minggu 5
) 2.523.035 kg . Data realisasi pasokan TBS, TBS olah dan target bulan juli
2016 yang ditetapkan PT. Bio Nusantara Teknologi dapat dilihat pada grafik
berikut.
21
6,000,000
5,000,000
4,000,000
Pasokan
3,000,000
olah
2,000,000
Target
1,000,000
0
Minggu Minggu minggu 3 Minggu Minggu
1 2 4 5
6,000,000
5,000,000
4,000,000
3,000,000
2,000,000
1,000,000
0
Minggu 1
Minggu 2
minggu 3
Minggu 4
Minggu 5
22
Namun pada bulan Juli 2016 minggu ke dua. Kurangnya TBS olah dikarenakan
hari libur panjang baik itu karyawan PT BNT maupun para petani karena
bertepatan dengan haari raya Idul Fitri..
TBS olah yang paling rendah terjadi pada Juli 2016 pada minggu kedua
yaitu 0 kg ,angka ini sangat jauh dibawah target yang ditetapkan. Hal ini terjadi
akibat efek dari Hari Raya Idul Fitri, dimana para karyawan banyak mengambil
libur. Sedangkan TBS olah tertinggi terjadi pada Juli minggu keempat yaitu
sebesar 5.432.510 kg. Hal ini terjadi karena pasokan bahan baku yang melimpah
setelah tidak dipanen saat cuti karyawan dan tenaga panen, TBS yang belum di
panen selama hari raya Idul Fitri secara serentak di panen oleh petani maupun PT
Bio Nusantara Teknologi sendiri.
4.4.2 Produksi Hasil Pengolahan PT. Bio Nusantara Teknologi
4.4.2.1 Produksi CPO
Selama Juli-Agustus 2016 jumlah CPO yang dihasilkan oleh pabrik
minyak kelapa sawit (PMKS) PT. Bio Nusantara Teknologi adalah 6.671.830 kg
dengan produksi rata-rata 667.183 Kg per 5 kali dalam sebulan. Produksi CPO
tertinggi dicapai pada minggu ke-4 yaitu 1.027.690 kg hal ini dikarenakan pada
minggu tersebut TBS yang diolah cukup banyak dan merupakan masa panen
puncak serta didukung oleh efisiensi ekstraksi minyak yang cukup tinggi (diatas
rata-rata) walaupun belum mencapai target produksi. Sedangkan produksi CPO
terendah pada minggu ke-2 bulan juli yaitu 0 kg.
1,200,000
1,000,000
800,000
600,000 CPO
400,000 Target
200,000
0
Minggu 1 Minggu 2 minggu 3 Minggu 4 Minggu 5
Gambar 19. Grafik Jumlah CPO yang Dihasilkan PMKS PT Bio Nusantara Teknologi
bulan Juli 2016
23
1,200,000
1,000,000
800,000
600,000 CPO
Target
400,000
200,000
0
Minggu 1 Minggu 2 minggu 3 Minggu 4 Minggu 5
Gambar 20. Grafik Jumlah CPO yang Dihasilkan PMKS PT Bio Nusantara Teknologi
bulan Agustus 2016
Jumlah CPO yang dihasilkan dipengaruhi pada jumlah TBS yang diolah
dan kemampuan pabrik untuk mengekstraksi minyak dari TBS. Dalam
pengolahan buah sawit diharapkan pengolahan berlangsung seefektif mungkin,
sehingga rendemen yang didapatkan maksimal. Hal ini sangat dipengaruhi oleh
faktor-faktor berikut :
1. Kualitas buah/panen, yaitu fraksi buah yang dipanen
2. Jenis buah/TBS/bibit sawit berupa tenera, dura, dan pesifera. Buah tenera
menghasilkan 23-24 % rendemen CPO.
3. Disiplin transportasi, ditandai dengan ada tidaknya losses berondolan.
Karena berondolan masak mengandung minyak sekitar 32 %.
4. Faktor hama di kebun. Biasanya berondolan sawit sangat disukai oleh jenis
hewan babi, tikus, dan sebagainya.
5. Faktor cuaca, semakin sering hujan kadar air akan semakin banyak
sehingga TBS berat sedangkan minyaknya sangat sedikit.
4.4.2.2 Rendemen CPO
24
25
20
15 Rendemen
10 Target
5
0
Minggu 1 Minggu 2 minggu 3 Minggu 4 Minggu 5
Gambar 21. Grafik Perbandingan Target dan Realisasi Rendemen CPO PMKS
PT Bio Nusantara Teknologi pada bulan Juli 2016
20.5
20
19.5
Rendemen
19
Target
18.5
18
Minggu Minggu minggu 3 Minggu Minggu
1 2 4 5
Gambar 22. Grafik Perbandingan Target dan Realisasi Rendemen CPO PMKS
PT Bio Nusantara Teknologi pada bulan Agustus 2016
Rendemen tertinggi terjadi pada minggu ke-3 bulan agustus yaitu (19,24
%) dan terendah pada Juli 2016 minggu ke-2 (0%). Rendemen tertinggi terjadi
karena TBS yang diolah banyak dari kebun sendiri (saat panen raya) dengan
tingkat kematangan/fraksi terbaik yang diinginkan pabrik. Sedangkan rendemen
terendah terjadi karena pada minggu tersebut tidak ada TBS yang diolah.
Gambaran rendemen CPO (target dan realisasi) PT. Bio Nusantara Teknologi
selama Juli dan Agustus 2016 adalah seperti tampak pada grafik di atas.
Rendemen CPO yang dapat dihasilkan tergantung kepada kemampuan
pabrik untuk mengektraksi minyak dari TBS (efesiensi ekstraksi). Tingkat
efesiensi ekstraksi minyak tergantung kepada kemampuan peralatan dan kualitas
25
TBS yang diolah. Jadi rendemen yang tinggi disebabkan oleh mutu TBS yang
diterima cukup baik.
4.4.2.3. Produksi Inti Sawit ( Kernel)
Selama bulan Agustus 2014 jumlah kernel (inti) yang dihasilkan oleh
PMKS PT Bio Nusantara Teknologi adalah 760.669 Kg dengan rata-rata
190.167,25 Kg/minggu. Inti Sawit tertinggi dihasilkan oleh PT Bio Nusantara
Teknologi pada minggu ke-2 yaitu 266.050 Kg dan terendah pada minggu ke-1
yaitu 0 Kg. Gambaran perbandingan produksi inti yang dihasilkan dengan target
yang ditetapkan PMKS PT. BNT pada bulan Agustus 2014 dapat dilihat pada
grafik dibawah ini.
300,000
250,000
200,000 Kernel
150,000 Target
100,000 Series 3
50,000
0
Minggu 1 Minggu 2 minggu 3 Minggu 4 Minggu 5
Gambar 23. Grafik Inti Sawit yang dihasilkan PMKS PT Bio Nusantara Teknologi pada
bulan Agustus 2014
250,000
200,000
150,000 Kernel
100,000 Target
50,000
0
Minggu 1 Minggu 2 minggu 3 Minggu 4 Minggu 5
Gambar 24. Grafik Inti Sawit yang dihasilkan PMKS PT Bio Nusantara Teknologi
pada bulan Agustus 2016
26
5
4
3 Rendemen
2 Target
1
0
Minggu Minggu minggu Minggu Minggu
1 2 3 4 5
Gambar 25. Grafik Rendemen Inti Sawit Pabrik PT. Bio Nusantara Teknologi pada
bulan Juli 2016
4.9
Rendemen
4.8 Target
4.7
Minggu 1 Minggu 2 minggu 3 Minggu 4 Minggu 5
Gambar 26. Grafik Rendemen Inti Sawit Pabrik PT. Bio Nusantara Teknologi pada
bulan Agustus 2016
Rendemen Inti pada PMKS PT Bio Nusantara Teknologi pada bulan Juli-
Agustus 2016 berdasarkan data yang diperoleh dari laporan mingguan produksi
belum berjalan baik karena sangat minim yang mencapai target.
Seperti halnya produksi CPO, jumlah inti yang dihasilkan PMKS dapat
dipengaruhi atau tergantung pada jumlah TBS yang diolah dan kemampuan
pabrik untuk mengekstraksi inti. Tingkat efesiensi ekstraksi inti pabrik minyak
kelapa sawit ditentukan oleh kemampuan peralatan cara pengolahan untuk
memisahkan inti dari serat dan meminimalkan kehilangan inti. Salah satu faktor
yang menentukan keberhasilan pemisahan inti adalah perebusan. Adanya
kerusakan pada sterilizer dapat mengganggu fungsi perebusan sehingga proses
pengutipan inti tidak dapat berlangsung dengan baik.
4.4.2.5 Kapasitas Olah
27
40
30
Kapasitas Olah
20
Target
10
0
Minggu 1 Minggu 2 minggu 3 Minggu 4 Minggu 5
Gambar 27. Grafik Kapasitas Olah Pabrik PT. Bio Nusantara Teknologi pada bulan juli
2016
35.5
35
34.5
34
33.5
Kapasitas Olah
33
32.5 Target
32
31.5
31
30.5
Minggu 1 Minggu 2 minggu 3 Minggu 4 Minggu 5
Gambar 28. Grafik Kapasitas Olah Pabrik PT. Bio Nusantara Teknologi pada bulan
Agustus 2016
160
150.17 150.42 151.33
140
120 122.52 123.82
104.83 107.67
100
80 85.5 Juli 2016
60 Agustus
40
20 22.17
0 0
Minggu 1 Minggu 2 minggu 3 Minggu 4 Minggu 5
Gambar 29. Grafik Jam Olah Pabrik PT. Bio Nusantara Teknologi pada bulan Juli-
Agustus 2016
29
adalah 1008,43 jam dan berhasil memproduksi CPO sebanyak 6.671.830 kg.
Nilai tersebut belum dapat memenuhi target yang ditetapkan oleh pihak
perusahaan (7.431.994 kg). Jumlah rata-rata produksi CPO per minggu adalah
sebesar 667.183 kg/minggu. Sedangkan rendemen CPO target yang ditetapkan
perusahaan sebesar 20,11% sementara PT. Bio Nusantara Teknologi hanya
mampu menghasilkan rendemen CPO perharinya sebesar 20,08% atau sedikit di
bawah target yang ditentukan perusahaan. Produksi Inti selama bulan Juli
Agustus sangat tidak stabil, rata-rata produksi inti perminggunya adalah 169.966
Kg dan rendemen rata-rata adalah 4,318 % hanya memenuhi 86,36 % dari target
yang ditetapkan, sedangkan target rendemen yang ditetapkan adalah 5%.
Melihat kenyataan tersebut diatas, maka dapat dikatakan bahwa kinerja
sistem proses produksi PMKS PT. BNT masih sangat perlu untuk ditingkatkan.
Kinerja sistem proses produksi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya
organisasi pabrik pengolahan, sumber bahan baku, sumber air, tenaga kerja dan
faktor mesin. PMKS PT. Bio Nusantara Teknologi memiliki organisasi yang
berfungsi sesuai dengan tugasnya masing-masing yang telah ditetapkan oleh
perusahaan dan jalur perintah berjalan sesuai dengan garis komando dan garis
koordinasi sehingga terdapat batasan antara atasan dan bawahan. Selain itu,
dekatnya sumber air yang digunakan dalam proses pengolahan yaitu dari Sungai
Air Lubuk Banyau dengan jarak ± 200 m dari areal pabrik seharusnya dapat
mendukung kinerja sistem proses produksi.
Bahan baku TBS PT. Bio Nusantara Teknologi yang bersumber tidak
hanya dari kebun sendiri tetapi juga dari kebun masyarakat sebagai mitra
perusahaan seharusnya dapat mendukung terpenuhinya pasokan TBS untuk
pengolahan di pabrik. Namun kenyataannya persentase keberhasilan dari target
hanya sekitar 80 an%. hal ini sangat berpengaruh terhadap keberhasilan capaian
produksi CPO dan Inti. Hal ini terjadi diperkirakan sebagai dampak dari kemarau
panjang pada tahun 2014.
Dalam melakukan proses produksi, PMKS PT. Bio Nusantara Teknologi
mengikuti alur maju sehingga alat-alat proses diletakkan sesuai dengan tahapan-
tahapan proses. Hal ini dimaksudkan untuk memaksimalkan efisiensi alat
30
sehingga diharapkan dapat memperoleh rendemen yang tinggi. Efisiensi
kapasitas pabrik sudah baik, dan alat-alat yang digunakan pada PMKS Bio
Nusantara Teknologi pun tergolong masih baru yaitu kurang lebih sudah berjalan
3-4 tahun sehingga belum banyak terjadi kerusakan. Namun dalam
pelaksanaanya sering muncul kendala-kendala misalnya terjadi kerusakan pada
beberapa stasiun sehingga efisiensi tidak maksimal, seperti blower pada stasiun
kernel tidak berfungsi, stasiun presser yang tidak berfungsi dengan optimal, dan
stasiun boiler yang sering mengalami kekurangan bahan bakar. Kapasitas olah
pabrik juga akan berkurang akibat umur alat dan mesin yang sudah tua, sehingga
perlu diadakan pembaharuan untuk beberapa peralatan yang tidak bekerja
maksimal lagi.
31