You are on page 1of 6

PENGUJIAN AKTIVITAS ENZIM

Santo Chiwoso (2101634155)


Azmier Adib / Lisa Carolina / Shierly Chandra
Departemen Teknologi Pangan
Fakultas Teknik BINUS UNIVERSITY

1. Hasil dan Pembahasan


Volume Titrasi (ml) Aktivitas Enzim
No (µmol / ml enzim
Blanko Sampel
menit)
1 5,9 8,1 11
2 5,6 6,8 6
3 5 5,3 1,5
4 3,5 4,7 6

Perhitungan nomor 3:
M NaOH = 0,1M
Volume Enzim = 2 ml
Menit = 10 menit
ts (titrasi sampel) = 5,3 ml
tb (titrasi blanko) = 5 ml
𝑡𝑠 − 𝑡𝑏 𝑥 𝑀 𝑁𝑎𝑜𝐻 𝑥 1000
𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐸𝑛𝑧𝑖𝑚 =
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑒𝑛𝑧𝑖𝑚 𝑥 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝑡𝑠 − 𝑡𝑏 𝑥 𝑀 𝑁𝑎𝑜𝐻 𝑥 1000
= = 1,5
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑒𝑛𝑧𝑖𝑚 𝑥 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

Enzim merupakan katalisator pilihan yang diharapkan dapat mengurangi


dampak pencemaran lingkungan dan pemborosan energi karena reaksinya tidak
membutuhkan energi, bersifat spesifik dan tidak beracun. Enzim telah dimanfaatkan
secara luas pada berbagai industri produk pertanian, kimia dan industri obat-obatan.
Tiga sifat utama dari biokatalisator adalah menaikkan kecepatan reaksi, mempunyai
kekhususan dalam reaksi dan produk serta kontrol kinetik (Tucker, 2012).

Enzim adalah molekul biopolimer yang tersusun dari serangkaian asam amino
dalam komposisi dan susunan rantai yang teratur dan tetap. Enzim memegang peranan
penting dalam berbagai reaksi di dalam sel. Sebagai protein, enzim diproduksi dan
digunakan oleh sel hidup untuk mengkatalisis reaksi, antara lain konversi energi dan
metabolisme pertahanan sel. Amilase mempunyai kemampuan untuk memecah
molekul-molekul pati dan glikogen Molekul pati yang merupakan polimer dari alfa-D-
glikopiranosa akan dipecah oleh enzim pada ikatan alfa-1,4- dan alfa-l,6-glikosida.
Enzim digolongkan menurut reaksi yang diikutinya, sedangkan masing-masing enzim
diberi nama menurut nama substratnya, misalnya urease, arginase dan lain-lain. Di
samping itu ada pula beberapa enzim yang dikenal dengan nama lama misalnya pepsin,
tripsin dan lain-lain (Tucker, 2012)

1
Teori pembentukan enzim substrat
Menurut (Miller, 2010) ada dua teori
pembentukan kompleks enzim substrat yaitu teori lock and key dan teori induced-fit. Di
mana substrat yang spesifik akan terikat pada daerah spesifik di molekul enzim yang
disebut sisi aktif. Substrat mempunyai daerah polar dan non polar pada sisi aktif yang
baik bentuk maupun muatannya merupakan pasangan substrat. Hal ini terjadi karena
adanya rantai peptida yang mengandung rantai residu yang menuntun substrat untuk
berinteraksi dengan residu katalitik. Ketika katalisis berlangsung, produk masih terikat
pada molekul enzim. Kemudian produk akan bebas dari sisi aktif dengan terbebasnya
enzim. 

Teori induced-fit (ketetapan induksi). Teori ini menerangkan bahwa enzim bersifat
fleksibel. Dimana sebelumnya bentuk sisi aktif tidak sesuai dengan bentuk substrat,
tetapi setelah substrat menempel pada sisi aktif, maka enzim akan terinduksi dan
menyesuaikan dengan bentuk substrat. 

Enzim dapat digolongkan berdasarkan tempat bekerjanya, substrat yang
dikatalisis, daya katalisisnya, dan cara terbentuknya.
1. Penggolongan enzim berdasarkan tempat bekerjanya
a) Endoenzim
Endoenzim disebut juga enzim intraseluler, yaitu enzim yang bekerjanya di
dalam sel. Umumnya merupakan enzim yang digunakan untuk proses sintesis di
dalamsel dan untuk pembentukan energi (ATP) yang berguna untuk proses
kehidupan sel,misal dalam proses respirasi.
b) Eksoenzim
Eksoenzim disebut juga enzim ekstraseluler, yaitu enzim yang bekerjanya di luar
sel. Umumnya berfungsi untuk “mencernakan” substrat secara hidrolisis, untuk
dijadikan molekul yang lebih sederhana dengan BM lebih rendah sehingga dapat
masuk melewati membran sel. Energi yang dibebaskan pada reaksi pemecahan
substrat di luar sel tidak digunakan dalam proses kehidupan sel.
2. Penggolongan enzim berdasarkan daya katalisis
a) Oksidoreduktase
Enzim ini mengkatalisis reaksi oksidasi-reduksi, yang merupakan
pemindahan elektron, hidrogen atau oksigen. Sebagai contoh adalah enzim
elektron transfer oksidase dan hidrogen peroksidase (katalase). Ada beberapa
macam enzim electron transfer oksidase, yaitu enzim oksidase, oksigenase,
hidroksilase dan dehidrogenase.
b) Transferase
Transferase mengkatalisis pemindahan gugusan molekul dari suatu molekul ke
molekul yang lain. Sebagai contoh adalah beberapa enzim sebagai berikut:
1. Transaminase adalah transferase yang memindahkan gugusan amina.
2. Transfosforilase adalah transferase yang memindahkan gugusan fosfat.
3. Transasilase adalah transferase yang memindahkan gugusan asil.
c) Hidrolase
Enzim ini mengkatalisis reaksi-reaksi hidrolisis, dengan contoh enzim adalah:
1. Karboksilesterase adalah hidrolase yang menghidrolisis gugusan ester
karboksil.
2. Lipase adalah hidrolase yang menghidrolisis lemak (ester lipida).

2
3. Peptidase adalah hidrolase yang menghidrolisis protein dan polipeptida.
d) Liase
Enzim ini berfungsi untuk mengkatalisis pengambilan atau penambahan
gugusan dari suatu molekul tanpa melalui proses hidrolisis, sebagai contoh
adalah:
1. L malat hidroliase (fumarase) yaitu enzim yang mengkatalisis reaksi
pengambilan air dari malat sehingga dihasilkan fumarat.
2. Dekarboksiliase (dekarboksilase) yaitu enzim yang mengkatalisis reaksi
pengambilan gugus karboksil.
e) Isomerase
Isomerase meliputi enzim-enzim yang mengkatalisis reaksi isomerisasi, yaitu:
1. Rasemase, merubah l-alanin D-alanin
2. Epimerase, merubah D-ribulosa-5-fosfat D-xylulosa-5-fosfat
3. Cis-trans isomerase, merubah transmetinal cisrentolal
4. Intramolekul ketol isomerase, merubah D-gliseraldehid-3-fosfatdihidroksi
aseton fosfat
5. Intramolekul transferase atau mutase, merubah metilmalonil-CoA suksinil-
CoA
f) Ligase
Enzim ini mengkatalisis reaksi penggabungan 2 molekul dengan dibebaskannya
molekul pirofosfat dari nukleosida trifosfat
3. Enzim lain dengan tatanama berbeda
Ada beberapa enzim yang penamaannya tidak menurut cara di atas, misalnya
enzim pepsin, triosin, dan sebagainya serta enzim yang termasuk enzim
permease. Permease adalah enzim yang berperan dalam menentukan sifat
selektif permiabel dari membran sel.
4. Penggolongan enzim berdasar cara terbentuknya
a) Enzim konstitutif
Di dalam sel terdapat enzim yang merupakan bagian dari susunan sel
normal, sehingga enzim tersebut selalu ada umumnya dalam jumlah tetap pada
sel hidup. Walaupun demikian ada enzim yang jumlahnya dipengaruhi kadar
substratnya, misalnya enzim amilase. Sedangkan enzim-enzim yang berperan
dalam proses respirasi jumlahnya tidak dipengaruhi oleh kadar substratnya.
b) Enzim adaptif
Perubahan lingkungan mikroba dapat menginduksi terbentuknya enzim
tertentu. Induksi menyebabkan kecepatan sintesis suatu enzim dapat dirangsang
sampai beberapa ribu kali. Enzim adaptif adalah enzim yang pembentukannya
dirangsang oleh adanya substrat. Sebagai contoh adalah enzim beta
galaktosidase yang dihasilkan oleh bakteri E. coli yang ditumbuhkan di dalam
medium yang mengandung laktosa. Mulamula E. coli tidak dapat menggunakan
laktosa sehingga awalnya tidak nampak adanya pertumbuhan (fase lag/fase
adaptasi panjang) setelah beberapa waktu baru menampakkan pertumbuhan.
Selama fase lag tersebut E. coli membentuk enzim beta galaktosidase yang
digunakan untuk merombak laktosa.
Enzim diklasifikasikan berdasarkan tipe reaksi dan mekanisme reaksi yang
dikatalisis. Pada awalnya hanya ada beberapa enzim yang dikenal, dan

3
kebanyakan mengkatalisis reaksi hidrolisis ikatan kovalen. Semua enzim ini
diidentifikasi dengan menambahkan akhiran –ase pada nama substansi atau
substrat yang dihidrolisis. Contoh: lipase menghidrolisis lipid, amilase
menghidrolisis amilum, protease menghidrolisis protein. Pemakaian penamaan
tersebut terbukti tidak memadai karena banyak enzim mengkatalisis substrat
yang sama tetapi dengan reaksi yang berbeda. Contohnya ada enzim yang
megkatalisis reaksi reduksi terhadap fungsi alkohol gula dan ada pula yang
mengkatalisis reaksi oksidasi pada substrat yang sama.
Sistem penamaan enzim sekarang tetap menggunakan –ase, namun
ditambahkan pada jenis reaksi yang dikatalisisnya. Contoh: enzim
dehidrogenase mengkatalisis reaksi pengeluaran hidrogen, enzim transferase
mengkatalisis pemindahan gugus tertentu. Untuk menghindari kesulitan
penamaan karena semakin banyak ditemukan enzim yang baru,
maka International Union of Biochemistry (IUB) telah mengadopsi sistem
penamaan yang kompleks tetapi tidak meragukan berdasarkan mekanisme
reaksi. Namun sampai sekarang masih banyak buku-buku yang masih
menggunakan sistem penamaan lama yang lebih pendek (Tucker, 2012).

Enzim mempercepat terjadinya reaksi kimia pada suatu sel hidup. Dalam batas-
batas suhu tertentu, kecepatan reaksi yang dikatalisis enzim akan naik bila suhunya
naik. Reaksi yang paling cepat terjadi pada suhu optimum

Perubahan kereaktifan enzim diperkirakan merupakan akibat dari perubahan pH


lingkungan. Perubahan pH dapat mempengaruhi asam amino kunci pada sisi aktif,
sehingga menghalangi sisi aktif enzim membentuk kompleks dengan substratnya

Konsentrasi enzim secara langsung mempengaruhi kecepatan laju reaksi


enzimatik dimana laju reaksi meningkat dengan bertambahnya konsentrasi enzim. Laju
reaksi tersebut meningkat secara linier selama konsentrasi enzim jauh lebih sedikit
daripada konsentrasi substrat

Kecepatan reaksi enzimatis pada umumnya tergantung pada konsentrasi


substrat. Kecepatan reaksi akan meningkat apabila konsentrasi substrat meningkat.
Peningkatan kecepatan reaksi ini akan semakin kecil hingga tercapai suatu titik batas
yang pada akhirnya penambahan konsentrasi substrat hanya akan sedikit meningkatkan
kecepatan reaksi

Beberapa enzim memerlukan aktivator dalam reaksi katalisnya. Aktivator adalah


senyawa atau ion yang dapat meningkatkan kecepatan reaksi enzimatis. Komponen
kimia yang membentuk enzim disebut juga kofaktor. Kofaktor tersebut dapat berupa ion-
ion anorganik seperti Zn, Fe, Ca, Mn, Cu, Mg atau dapat pula sebagai molekul organik
kompleks yang disebut koenzim. Inhibitor merupakan suatu zat kimia tertentu yang
dapat menghambat aktivitas enzim. Pada umumnya cara kerja inhibitor adalah dengan
menyerang sisi aktif enzim sehingga enzim tidak dapat berikatan dengan substrat dan
fungsi katalitik enzim tersebut akan terganggu. (Rodwell, 2011)

4
Kacang tanah memiliki beberapa enzim yaitu enzim kitinase, enzim urease,
enzim lipoksigenase. Enzim kitinase untuk menentukan substrat kromogenik yang
sesuai kemudian mengelompokannya sebagai endo-kitinase dan ekso-kitinase, dan
tujuan yang lain adalah menganalisi aktivitas enzim tersebut pada jaringan leher, akar,
batang, dan daun (Adisarwanto, 2008).

Berdasarkan hasil praktikum penentuan aktifitas lipase serum didapatkan besar


aktivitas lipase yaitu 1,1 unit/ ml serum. Menurut Kurnia (2010), Satu unit Aktivasi lipase
sama dengan 1 µmol asam lemak bebas yang dihasilkan dari hidrolisis substrat yang
dikatalisis oleh lipase tiap satuan menit. Aktivitas enzim dapat ditentukan secara
kualitatif dengan reaksi kimia yaitu dengan substrat yang dapat dikatalisis oleh enzim
tersebut, dan secara kuantitatif ditentukan dengan mengukur laju reaksinya. Dengan
demikian jumlah enzim lebih banyak dinyatakan dalam satuan atau unit enzim.
Menurut Brownlee et. al. (2010), enzim lipase mampu mempertahankan aktivitas
dibawah kondisi fisiologinya, namun beberapa enzim pencernaan lebih
menunjukan resistensi yang lebih besar mengalami denaturasi.
Hal ini sesuai dengan pendapat Sumardjo (2008) yang menyatakan bahwa
semakin banyak asam lemak yang dibebaskan maka, semakin banyak larutan NaOH
yang dibutuhkan untuk menetralisir.

2. KESIMPULAN

Dari praktikum ini dapat diketahui bahwa enzim adalah protein yang berfungsi sebagai
biokatalisator, senyawa yang meningkatkan kecepatan reaksi kimia. Enzim hanya
mengubah kecepatan reaksi, bekerja secara spesifik, Enzim merupakan protein,
diperlukan dalam jumlah sedikit, bekerja secara bolak-balik, dan enzim dipengaruhi oleh
faktor lingkungan. Penggolongan enzim berdasarkan tempat
bekerjanya (endoenzimdan eksoenzim) ; berdasarkan daya katalisis (oksidoreduktase,
transferase, hidrolase, liase, isomerase, dan ligase) ; enzim lain dengan tatanama
berbeda (enzim pepsin, triosin, dan sebagainya serta enzim yang termasuk enzim
permease) ; berdasarkan cara terbentuknya (enzim konstitutif dan adaptif). Faktor-faktor
yang mempengaruhi kerja enzim adalah suhu, pH, aktivator (pengaktif), dan inhibitor
(penghambat) serta konsentrasi substrat. Cara kerja enzim juga dijelaskan dengan dua
teori, yaitu teori gembok dan anak kunci, dan teori kecocokan yang terinduksi.

3. Daftar Pustaka

Adisarwanto, T. 2008. Budidaya Kedelai Tropika. Cetakan 10. Penebar Swadaya.


Jakarta. 76 hlm.

Brownlee, Iain A., Forster, Deborah J., Wilcox, Matthew D., Dettmar, Peter W., Seal,
Chris J., and Pearson, Jeff P. 2010. Physiological parameters governing the
action of pancreatic lipase. Newcastle University.

Gregory A. Tucker, L. W. 2012. Enzyme in Food Processing. Berlin: Springer Science


& Business Media.

5
Frederic P. Miller, A. F. 2010. Enzyme Substrate: Enzyme, Catalysis, Active Site,
Chymosin, Rennet, Catalase, Hydrogen Peroxide, FAAH, Limiting Factor, In
Vitro, 2- Arachidonoylglycerol, Anandamide, In Vivo, Enzyme Kinetics, Enzyme
Assay. Jakarta. Alphascript Publishing.

Kurnia. 2010. Studi Aktivitas Enzim Lipase dari Aspergillus niger sebagai Biokatalis pada
Proses Gliserolisis untuk Menghasilkan Monoasilgliserol. Universitas
Diponegoro. Semarang.

Murray RK , Granner DK, Mayes PA, Rodwell VW. 2011. Biokimia Harper. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC

Sumardjo, D. 2008. Pengantar Kimia. Penerbit Buku Kedokteran EGC.


Jakarta.

You might also like