You are on page 1of 14

MAKALAH

PROSES KONSELING DALAM KEGIATAN ASUHAN


KEBIDANAN

DI SUSUN OLEH:
INDAH FITRIANI
NIM:NH0417038
KELAS A

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


NANI HASANUDDIN MAKASSAR
2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-
Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini yang alhamdulillah tepat
pada waktunya yang berjudul “Proses dan Praktek Konseling dalam Pelayanan Kebidanan”

Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang Proses dan
Praktek Konseling dalam Pelayanan Kebidanan. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu
kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala
usaha kita. Amin.

Makassar, januari 2018

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………………………………………

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………..

DAFTAR ISI………….…………………………………………………………………………...

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang …………………………………………………………………………….

Tujuan ……………………………………………………………………………………...

BAB II PEMBAHASAN

1.1 Proses kondeling dalam kegiatan asuhan kebidanan


a. Perbedaan konseling dan pemberian nasehat……………………………………….......
b. Proses konseling……...…………………………………………………………………
1.2 Praktek konseling dalam kegiatan asuhan krbidanan……….……………………………...
a. Langkah-langkah praktek dan proses konseling dalam asuhan kebidanan…………….
1.3 Kegiatan kelompok………………………………………………………………………...
a. Pengolongan kelompok sosial…………………………………………………………..
b. Karakteristik kelompok…………………………………………………………………
c. Manfat komunikasi kegiata kelompok………………………………………………….
d. Factor yang mempengaruhi keaktifan kelompok……………………………………….
e. Ciri-ciri kelompok efektif………………………………………………………………

BAB III PENUTUP

Kesimpulan ………………….…………………………………………………………….

Saran ……………………………………………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Dalam praktik kebidanan, pemberian asuhan kebidanan yang berkualitas sangat dibutuhkan.

Kualitas kebidanan ditentukan dengan cara bidan membina hubungan, baik sesame rekan sejawat
ataupun dengan orang yang diberi asuhan. Upaya meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan
juga ditentukan oleh keterampilan bidan untuk berkomunikasi secara efektif dan melakukan
konseling yang baik kepada klien. Karena melalui komunikasi yang efektif serta konseling yang
berhasil, kelangsungan dan kesinambungan penggunaan jasa pelayanan bidan untuk kesehatan
perempuan selama siklus kehidupan akan tercapai.

Konseling kebidanan adalah suatu proses pembelajaran,pembinaan hubungan baik,pemberian


bantuan, dan bentuk kerja sama yang dilakukan secara professional (sesuai dengan bidangnya)
oleh bidan kepada klien untuk memecahkan masalah, mengatasi hambatan perkembangan, dan
memenuhi kebutuhan klien.

TUJUAN

- Meningkatkan kemampuan kllien untuk menciptakan dalam memelihara hubungan

- Memberikan pelayanan untuk membantu masalah klien

- Mengembangkan keefektifan dan kemampuan klien untuk memecahkan masalah

- Meningkatkan kemampuan klien untuk membuat keputusan


BAB II

PEMBAHASAN

1.1 PROSES KONSELING DALAM KEGIATAN ASUHAN KEBIDANAN


a. Pengertian
Komunikasi Interpersonal adalah interaksi yang dilakukan antara orang ke orang, dua
arah, verbal dan non verbal. Saling berbagi informasi dan perasaan antara individu
dengan individu atau antar individu di dalam kelompok kecil.
Konseling kebidanan adalah pertolongan dalam bentuk wawancara yang menuntut
adanya komunikasi interaksi yang mendalam, dan usaha bersama bidan dengan
pemecahan masalah, pemenuhan kebutuhan, ataupun perubahan tingkah laku atau sikap
dalam ruang lingkup pelayanan kebidanan.
Konselor adalah orang yang memberi nasehat, memberi arahan kepada orang lain
(klien) untuk memecahkan masalahnya. Sedangkan konseli adalah orang yang mencari
(membutuhkan) advis atau nasehat.

b. Tujuan Konseling
Tujuan konseling meliputi:
1. Mencapai kesehatan psikologi yang positif.
2. Memecahkan masalah meningkatkan efektifitas pribadi individu.
3. Membantu perubahan pada diri individu yang bersangkutan.
4. Membantu mengambil keputusan secara tepat dan cermat.
5. Adanya perubahan prilaku dari yang tidak menguntungkan menjadi
menguntungkan

c. Hal-hal yang Harus Diperhatikan BidaN


Hal-hal yang harus diperhatikan bidan sebagai konselor adalah:
1. Membentuk kesiapan konseling.
Faktor yang mempengaruhi kesiapan konseling adalah motivasi memperoleh
bantuan, pengetahuan klien tentang konseling, kecakapan intelektual, tingkat
tilikan terhadap masalah dan harapan terhadap peran konselor.

d. Faktor Penghambat Konseling


1. Faktor individual
Keterikatan budaya merupakan faktor individual yang dibawa seseorang dalam
melakukan interaksi. Orientasi ini merupakan gabungan dari:
a. Faktor fisik atau kepekaan panca indera, usia dan seks
b. Sudut pandang terhadap nilai-nilai
c. Faktor sosial pada sejarah keluarga dan relasi, jaringan sosial, peran dalam
masyarakat, status social
d. Bahasa

2. Faktor yang berkaitan dengan interaksi, antara lain:


a. Tujuan dan harapan terhadap komunikasi
b. Sikap terhadap interaksi
c. Pembawaan diri terhadap orang lain
d. Sejarah hubungan.
3. Faktor situasional
4. Kompetensi dalam melakukan percakapan

Komunikasi dikatakan efektif bila ada sikap perilaku kompeten dari kedua belah
pihak. Keadaan yang dapat menyebabkan putusnya komunikasi adalah:

a. Kegagalan informasi penting

b. Perpindahan topik bicara

c. Komunikasi idak lancer

d. Salah pengertian.

A. Perbedaan konseling dan pemberian nasehat


1. Nasehat
Nasehat itu adalah suatu kata untuk menerangkan satu pengertian, yaitu keinginan
kebaikan bagi yang dinasehati.
Nasehat dilakukan dengan lembut dan sabar untuk meningkatkan perbaikan demi
kebaikan orang yang dinasehati tanpa mengabaikan harga diri dari keduanya. Nasehat
meningkatkan cara berfikir mejadi lebih baik, baik bagi orang yang menasehati dan
orang yang dinasehati, sehingga nasehat juga akan meningkatkan kecerdasan
emosional. Nasehat menimbulkan rasa kasih sayang dari orang yang dinasehati
kepada orang yang menasehati, atau sebaliknya. Sehingga bisa disimpulkan nasehat
akan memberikan manfaat dan kebaikan baik orang yang menasehati dan orang yang
dinasehati.

2. Konseling
Konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara
dan teknik-teknik bimbingan yang lain oleh seorang ahli (konselor) kepada individu
atau kelompok individu yang sedang mengalami masalah (klien) yang bertujuan pada
teratasinya masalah yang dihadapi oleh klien.
Konseling adalah suatu proses memberi bantuan yang dilakukan melalui
wawancara konseling oleh seorang ahli (yang disebut konselor) kepada individu yang
sedang mengalami suatu masalah yang dihadapi oleh klien (Mugiarso, 2009: 5)
Konseling adalah kontak antara dua orang (yaitu konselor dan konseli) untuk
menangani masalah konseli, dalam suasana keahlian yang laras dan terintegrasi,
berdasarkan norma-norma yang berlaku, untuk tujuan-tujuan yang berguna bagi
konseli (Sukardi, 2008: 6).
B. Proses konseling
Proses konseling menyangkut proses perilaku individu di dalam sistem, sehingga
yang menjadi target intervensi konseling bukanlah individu yang terlepas dari sistem,
melainkan individu di dalam sistem, sehingga kepedulian utamanya terletak pada
interaksi individu dalam sistem.
Proses konseling pada dasarmya proses perilaku individu dalam sistem, individu
dalam sistem mempunyai tujuan yang ingin dicapai melalui konseling. Perubahan yang
ingin dicapai adalah perubaha perilaku pada diri individu, baik dalam bentuk pandangan,
sikap, sifat maupun keterampilan yang lebih memungkinkan individu dapat menerima,
mewujudkan diri, mengembangkan diri, mencegah dan mampu mengatasi permasalahan
secara optimal sebagai wujud dari individu yang memiliki pribadi mandiri.
Secara umum, proses konseling terdiri dari tiga tahapan yaitu: (1) tahap awal (tahap
mendefinisikan masalah); (2) tahap inti (tahap kerja); dan (3) tahap akhir (tahap
perubahan dan tindakan).
1. `Tahap Awal
Tahap ini terjadi dimulai sejak klien menemui konselor hingga berjalan sampai
konselor dan klien menemukan masalah klien. Pada tahap ini beberapa hal yang perlu
dilakukan, diantaranya :
Membangun hubungan konseling yang melibatkan klien (rapport). Kunci
keberhasilan membangun hubungan terletak pada terpenuhinya asas-asas bimbingan
dan konseling, terutama asas kerahasiaan, kesukarelaan, keterbukaan; dan kegiatan.
Memperjelas dan mendefinisikan masalah. Jika hubungan konseling sudah terjalin
dengan baik dan klien telah melibatkan diri, maka konselor harus dapat membantu
memperjelas masalah klien. Langkah ini dimaksudkan untuk mengenal kasus beserta
gejala-gejala yang nampak. Dalam langkah ini pembimbing mencatat kasus-kasus
yang perlu mendapat bimbingan dan memilih kasus mana yang akan mendapat
bantuan terlebih dahulu.
Membuat penaksiran dan perjajagan. Konselor berusaha menjajagi atau menaksir
kemungkinan masalah dan merancang bantuan yang mungkin dilakukan, yaitu
dengan membangkitkan semua potensi klien, dan menentukan berbagai alternatif
yang sesuai bagi antisipasi masalah. Langkah prognosa ini ditetapkan berdasarkan
kesimpulan dalam diagnosa, yaitu setelah ditetapkan masalah beserta latar
belakangnya.
2. Inti (Tahap Kerja)
Setelah tahap Awal dilaksanakan dengan baik, proses konseling selanjutnya
adalah memasuki tahap inti atau tahap kerja.
Pada tahap ini terdapat beberapa hal yang harus dilakukan, diantaranya;
Menjelajahi dan mengeksplorasi masalah klien lebih dalam. Penjelajahan
masalah dimaksudkan agar klien mempunyai perspektif dan alternatif baru terhadap
masalah yang sedang dialaminya.
Langkah selanjutnya adalah terapi terhadap masalah klien yaitu langkah
pelaksanaan bantuan atau bimbingan. Langkah ini merupakan pelaksanaan apa-apa
yang ditetapkan dalam langkah prognosa. Pelaksanaan ini tentu memakan banyak
waktu dan proses yang kontinu dan sistematis serta memerlukan adanya pengematan
yang cermat.
Konselor melakukan reassessment (penilaian kembali), bersama-sama klien
meninjau kembali permasalahan yang dihadapi klien.

3. Akhir (Tahap Tindakan)


Pada tahap akhir ini terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan, yaitu:
Konselor bersama klien membuat kesimpulan mengenai hasil proses konseling.
Menyusun rencana tindakan yang akan dilakukan berdasarkan kesepakatan yang
telah terbangun dari proses konseling sebelumnya.
Mengevaluasi jalannya proses dan hasil konseling (penilaian segera). Langkah ini
dimaksudkan untuk menilai atau mengetahui sampai sejauh manakah langkah terapi
yang telah dilakukan telah mencapai hasilnya.
Membuat perjanjian untuk pertemuan berikutnya
Pada tahap akhir ditandai beberapa hal, yaitu:
a. Menurunnya kecemasan klien
b. Perubahan perilaku klien ke arah yang lebih positif, sehat dan dinamis
c. Pemahaman baru dari klien tentang masalah yang dihadapinya, dan
d. Adanya rencana hidup masa yang akan datang dengan program yang jelas.

1.2 PRAKTEK KONSELING DALAM KEGIATANASUHAN KEBIDANA


a. Pengertian
Komunikasi Interpersonal adalah interaksi yang dilakukan antara orang ke orang,
dua arah, verbal dan non verbal. Saling berbagi informasi dan perasaan antara
individu dengan individu atau antar individu di dalam kelompok kecil.
Konseling kebidanan adalah pertolongan dalam bentuk wawancara yang menuntut
adanya komunikasi interaksi yang mendalam, dan usaha bersama bidan dengan
pemecahan masalah, pemenuhan kebutuhan, ataupun perubahan tingkah laku atau
sikap dalam ruang lingkup pelayanan kebidanan.
Konselor adalah orang yang memberi nasehat, memberi arahan kepada orang lain
(klien) untuk memecahkan masalahnya. Sedangkan konseli adalah orang yang
mencari (membutuhkan) advis atau nasehat.
b. Tujuan Konseling
Tujuan konseling meliputi:
1. Mencapai kesehatan psikologi yang positif.
2. Memecahkan masalah meningkatkan efektifitas pribadi individu.
3. Membantu perubahan pada diri individu yang bersangkutan.
4. Membantu mengambil keputusan secara tepat dan cermat.
5. Adanya perubahan prilaku dari yang tidak menguntungkan menjadi
menguntungkan.

A. Langkah-Langkah Konseling
Langkah-langkah konseling terbagi menjadi tiga bagian yaitu :
a. Pendahuluan
Merupakan kegiatan untuk menciptakan kontak, melengkapi data klien untuk
merumuskan penyebab masalah dan menentukan jalan keluar.
b. Bagian Inti/ Pokok
Bagian ini mencakup kegiatan mencari jalan keluar, memilih salah satu jalan keluar
dan melaksanakan jalankeluar tersebut.
c. Bagian Akhir
Merupakan kegaitan akhir dari konseling yang meliputi penyompulan dari seluruh
aspek kegiatan. Langkah ini merupakan langkah penutupan dari pertemuan dan
penetapan untuk pertemuan berikutnya.

1.3 KEGIATA KELOMPOK

A. Pengertian
Kelompok adalah sekumpulan orang-orang yang terdiri dari tiga orang atau lebih.
Kelompok memiliki hubungan yang intensif diantara satu sama lainnya, terutama
kelompok primer.
Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang dilakukan oleh lebih dari dua
orang, tetapi dalam jumlah terbatas dan materi komunikasi hanya diakes oleh kalangan
kelompok tersebut.
Kelompok kecil adalah sekumpulan perorangan yang relatif kecil yang masing-
masing dihubungkan oleh beberapa tujuan yang sama dan mempunyai derajat organisasi
tertentu diantara mereka.
B. Penggolongan Kelompok Sosial (Charles H. Cooley)
a. Primary group
Kelompok primer lebih intensif dan lebih erat antara anggotanya (face to face).
Kelompok primer menjadi sangat penting karena merupakan kerangka untuk
mengembangkan sifat-sifat sosial. Sifat komunikasi kelompok bercorak pada
kekeluargaan dan simpati.
b. Secondary group
Komunikasi kelompok sekunder merupakan komunikasi dalam hubungan yang tidak
langsung, tidak akrab, kurang bersifat kekeluargaan dan bersifat formal, lebih
objektif.
Prinsip yang ada dalam kelompok sekunder agar efektif adalah : suasana; rasa aman
dan kesadaran berkelompok.

C. Karakteristik Komunikasi Kelompok


a. Kepribadian kelompok
Kelompok memiliki kepribadian kelompok sendiri, berbeda dengan kepribadian
individu para anggotanya.
b. Norma kelompok
Norma didalam kelompok mengidentifikasikan anggota kelompok berperilaku.
Tiap kelompok menetapkan sistem nilai dan konsep perilaku normatif mereka sendiri.
Norma kelompok ini akan menjadi norma individu.
Napier dan Gershenfeld mengemukakan bahwa para anggota kelompok akan
menerima norma kelompok apabila : (1) Anggota kelompok menginginkan
keanggotaan yang kontinyu dalam kelompok; (2) Pentingnya keanggotaan kelompok;
(3) Kelompok bersifat kohesif, yaitu anggotanya berhubungan erat satu sama lain dan
dapat memenuhi kebutuhan anggotanya; (4) Pelanggaran kelompok dihukum dengan
reaksi negatif dari kelompok.
Efektivitas kelompok dilihat dari aspek produktivitas, moral, dan kepuasan para
anggotanya. Produktivitas kelompok dapat dilihat dari keberhasilan mencapai tujuan
kelompok. Moral diamati dari semangat dan sikap para anggotanya. Kepuasan dilihat
dari keberhasilan anggota dalam mencapai tujuan pribadinya.
c. Pemenuhan tujuan
Individu memiliki tujuan yang paralel dengan tuuan kelompok. Oleh karena itu, para
anggota kelompok berusaha untuk mencapai keberhasilan tujuan kelompok dan
menghindari kegagalan tujuan kelompok.
d. Pergeseran risiko
Keputusan yang diambil kelompok akan lebih besar beresiko daripada keputusan itu
diambil oleh satu kelompok. Hal ini disebabkan adanya penyebaran tanggung jawab
yang terjadi di dalam proses pengambilan keputusan kelompok.
D. Manfaat Komunikasi Kelompok
Komunikasi kelompok digunakan untuk saling bertukar informasi, menambah
pengetahuan, memperteguh atau mengubah sikap dan perilaku. Kelompok menjadi
kerangka rujukan (frame of reference) dalam berkomunikasi. Kelompok menentukan cara
berkata, berpakaian, bekerja, dll. Oleh karena itu, komunikasi kelompok tidak terlepas
dari kehidupan sehari-hari.
Menurut Handy (1985), kegunaan komunikasi kelompok adalah: (1) Memenuhi
kebutuhan sosial; (2) Membentuk konsep diri; (3) Memberi/ menerima dukungan dan
bantuan; (4) Berbagi dengan orang lain.

E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keefektifan Komunikasi Kelompok


The input – process – out put model
 Input adalah sesuatu yang mempengaruhi kelompok. Proses adalah sesuatu yang
terjadi dalam kelompok dan Out put adalah sesuatu yang dihasilkan kelompok.
 The structural perspective
Ada tiga teori komunikasi kelompok yang diperkenalkan dalam aliran input-proses-
out put model : (a) A general organizing model, menekankan pada bagaimana
kelompok memiliki energi yang digunakan untuk aktivitas pengambilan keputusan.
(b) The funcional tradition, menekankan pada kualitas kelompok, membahas
kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh kelompok pada waktu pengambilan keputusan.
(c) The interactional tradition, menekankan pada aspek komunikasi yang terjadi di
dalam kelompok. Bahwa ouput kelompok sangat ditentukan oleh interaksi yang
terjadi dalam kelompok.

F. Kepimpinan Kelompok
Ciri-ciri kepimpinan kelompok harus mengacu pada kepentingan bersama. Syarat yang
harus dipenuhi antara lain: (a) Berorientasi pada tugas; (b) Menggunakan waktu secara
efektif; (c) Berorientasi pada orang; (d) Peduli pada perasaan dan masalah anggota
kelompok.
Gaya kepimpinan dalam komunikasi kelompok yaitu:
1. Gaya tunggal yaitu berdasarkan pencapaian tugas yang telah ditentukan bagi
kelompok
2. Gaya eklektik yaitu berdasarkan gaya-gaya yang berpusat pada anggota kelompok
atau berdasarkan pembagian pada tugas.

G. Ciri-Ciri Kelompok yang Kompak


Ciri-ciri kelompok yang kompak adalah organisasi baik, hubungan yang baik dan riwayat
keberhasilan yang baik.
Dasar pelaksanaan sumbang saran yang harus ditaati antara lain:
1. Tidak boleh melakukan penilaian ide-ide sebelum acara selesai
2. Kelompok harus beranggapan sebagai penghasil ide dan tidak merasa khawatir
dengan kualitas idenya.
3. Anggota kelompok dibiarkan berpikir dengan bebas.
4. Ide-ide yang ditawarkan anggota kelompok harus dihargai dan dikembangkan.
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Masalah merupakan sesuatu yang tidak menyenangkan bagi setiap manusia yang
mengalaminya.masalah tidak akan pernah hilang apabila tidak diusahakan untuk hilang.

Menyelesaikan masalah memerlukan bantuan oranglain,bantuan tersebut bukan hanya


sebatas mendengarkan dan menerima segala keluhan yang ada dalam pikiran dan perasaan orang
bermasalah,melainkan membutuhkan pengetahuan tentang masalah itu sendiri, mempunyai
tujuan untuk memberikan bantuan,menggunakan pendekatan pendekatan,menerapkan langkah-
langkah dan tahapan dalam memberikan bantuan, serta mengetahui masa-masa sulit dalam
pemberian bantuan dan upaya untuk mengatasi nya.

Kualitas konselor yang baik sangat dibutuhkan dan membantu dalam proses
penyelesaian suatu permasalahan.

SARAN :

Diharapkan untuk menjadi seorang bidan (konselor ) yang baik, kita harus memiliki
kualitas pribadi serta pengetahuan yang luas,perilaku yang baik,dan keterampilan
yang terapeutik agar dapat memegang peranan penting dalam proses KIP/K (komunikasi
interpersonal/konseling) didalam menjalankan profesi untuk menjadi seorang BIDAN
PROFESIONAL.
DAFTAR PUSTAKA

Yulifah,yuswanto.2009.Komunikasi dan Konseling dalam Kebidanan.Jakarta:Salemba Medika.

Baraja,Abubakar.2006.Psikologi Konseling dan Teknik Konseling.Jakarta:StudiaPress.

Taylor,Carol dkk.1997.FundamentalsofNursing.Philadelphia:J.B.LipinconttCompany.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia.2002.Komunikasi Efektif.Jakarta:Depkes RI.

You might also like