You are on page 1of 21

1.

PEMERIKSAAN FISIK ANTENATAL CARE (ANC)


Definisi Asuhan antenatal adalah suatu program yang terencana berupa observasi, edukasi dan penanganan
medik pada ibu hamil, untuk memperoleh suatu proses kehamilan dan persalinan yang aman dan
memuaskan.
(pada beberapa kepustakaan disebut sebagai Prenatal Care)
Ante Natal Care adalah merupakan cara penting untuk memonitoring dan mendukung kesehatan ibu hamil
normal dan mendeteksi ibu dengan kehamilan normal, ibu hamil sebaiknya dianjurkan mengunjungi bidan
atau dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan dan asuhan
antenatal (Prawirohardjo. S, 2006 :52).
Pelayanan antenatal.
Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga profesional (dokter spesialis kebidanan, dokter
umum, bidan, pembantu bidan dan perawat bidan) untuk ibu selama masa kehamilannya, sesuai dengan
standard minimal pelayanan antenatal yang meliputi 5T yaitu timbang berat badan, ukur tinggi badan, ukur
tekanan darah, pemberian imunisasi TT, ukur tinggi fundus uteri dan pemberian tablet besi minimal 90
tablet selama masa kehamilan.
Tujuan:
1. menjaga agar ibu sehat selama masa kehamilan, persalinan dan nifas serta mengusahakan bayi yang
dilahirkan sehat.
2. memantau kemungkinan adanya risiko-risiko kehamilan, dan merencanakan penatalaksanaan yang
optimal terhadap kehamilan risiko tinggi.
3. menurunkan morbiditas dan mortalitas ibu dan perinatal.
Status generalis / pemeriksaan umum.
Penilaian keadaan umum, kesadaran, komunikasi/kooperasi. Tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu,
pernapasan), tinggi/berat badan. Kemungkinan risiko tinggi pada ibu dengan tinggi < 145 cm, berat badan
75 kg. Batas hipertensi pada kehamilan yaitu 140/90 mmHg (nilai diastolik lebih bermakna untuk prediksi
sirkulasi plasenta). Kepala ada/tidaknya nyeri kepala (anaemic headache nyeri frontal, hypertensive / tension
headache nyeri suboksipital berdenyut). Mata konjungtiva pucat / tidak, sklera ikterik / tidak.
Mulut / THT ada tanda radang / tidak, lendir, perdarahan gusi, gigi-geligi. Paru / jantung / abdomen inspeksi
palpasi perkusi auskultasi umum. Ekstremitas diperiksa terhadap edema, pucat, sianosis, varises, simetri
(kecurigaan polio, mungkin terdapat kelainan bentuk panggul). Jika ada luka terbuka atau fokus infeksi lain
harus dimasukkan menjadi masalah dan direncanakan penatalaksanaannya.
Status obstetricus / pemeriksaan khusus obstetric
Abdomen
Inspeksi : membesar/tidak (pada kehamilan muda pembesaran abdomen mungkin belum nyata).
Palpasi : tentukan tinggi fundus uteri (pada kehamilan muda dilakukan dengan palpasi bimanual dalam,
dapat diperkirakan ukuran uterus - pada kehamilan lebih besar, tinggi fundus dapat diukur dengan pita
ukuran sentimeter, jarak antara fundus uteri dengan tepi atas simfisis os pubis).
Pemeriksaan palpasi Leopold dilakukan dengan sistematika :
· Leopold I
Menentukan tinggi fundus dan meraba bagian janin yang di fundus dengan kedua telapak tangan.
· Leopold II
Kedua telapak tangan menekan uterus dari kiri-kanan, jari ke arah kepala pasien, mencari sisi bagian
besar (biasanya punggung) janin, atau mungkin bagian keras bulat (kepala) janin.
· Leopold III
Satu tangan meraba bagian janin apa yang terletak di bawah (di
atas simfisis) sementara tangan lainnya menahan fundus untuk fiksasi.
· Leopold IV
Kedua tangan menekan bagian bawah uterus dari kiri-kanan, jari ke arah kaki pasien, untuk konfirmasi
bagian terbawah janin dan menentukan apakah bagian tersebut sudah masuk / melewati pintu atas
panggul (biasanya dinyatakan dengan satuan x/5) Jika memungkinkan dalam palpasi diperkirakan juga
taksiran berat janin (meskipun kemungkinan kesalahan juga masih cukup besar). Pada kehamilan aterm,
perkiraan berat janin dapat menggunakan rumus cara Johnson-Tossec yaitu : tinggi fundus (cm) -
(12/13/14)) x 155 gram. Auskultasi : dengan stetoskop kayu Laennec atau alat Doppler yang
ditempelkan di daerah punggung janin, dihitung frekuensi pada 5 detik pertama, ketiga dan kelima,
kemudian dijumlah dan dikalikan 4 untuk memperoleh frekuensi satu menit. Sebenarnya pemeriksaan
auskultasi yang ideal adalah denyut jantung janin dihitung seluruhnya selama satu menit. Batas frekuensi
denyut jantung janin normal adalah 120-160 denyut per menit. Takikardi menunjukkan adanya reaksi
kompensasi terhadap beban / stress pada janin (fetal stress), sementara bradikardi menunjukkan
kegagalan kompensasi beban / stress pada janin (fetal distress/gawat janin).
Genitalia eksterna
Inspeksi luar : keadaan vulva / uretra, ada tidaknya tanda radang, luka / perdarahan, discharge, kelainan
lainnya. Labia dipisahkan dengan dua jari pemeriksa untuk inspeksi lebih jelas. Inspeksi dalam
menggunakan spekulum (in speculo) : Labia dipisahkan dengan dua jari pemeriksa, alat spekulum Cusco
(cocorbebek) dimasukkan ke vagina dengan bilah vertikal kemudian di dalam liang vagina diputar 90o
sehingga horisontal, lalu dibuka. Deskripsi keadaan porsio serviks (permukaan, warna), keadaan ostium,
ada/tidaknya darah/cairan/ discharge di forniks, dilihat keadaan dinding dalam vagina, ada/tidak tumor,
tanda radang atau kelainan lainnya. Spekulum ditutup horisontal, diputar vertikal dan dikeluarkan dari
vagina.
Genitalia interna
Palpasi : colok vaginal (vaginal touché) dengan dua jari sebelah tangan dan bimanual dengan tangan lain
menekan fundus dari luar abdomen. Ditentukan konsistensi, tebal, arah dan ada/tidaknya pembukaan
serviks. Diperiksa ada/tidak kelainan uterus dan adneksa yang dapat ditemukan. Ditentukan bagian terbawah
(JANGAN LUPA, SELALU PALPASI BIMANUAL PADA PEMERIKSAAN VAGINAL !!!!)
Pada pemeriksaan di atas 34-36 minggu dilakukan perhitungan pelvimetri klinik untuk memperkirakan
ada/tidaknya disproporsi fetopelvik/sefalopelvik.
Kontraindikasi relatif colok vaginal adalah :
1. perdarahan per vaginam pada kehamilan trimester ketiga, karena kemungkinan adanya plasenta previa,
dapat menjadi pencetus perdarahan yang lebih berat (hanya boleh dilakukan di meja operasi,
dilakukan dengan cara perabaan fornices dengan sangat hati-hati).
2. ketuban pecah dini - dapat menjadi predisposisi penjalaran infeksi (korioamnionitis). Pemeriksaan
dalam (vaginal touché) seringkali tidak dilakukan pada kunjungan antenatal pertama, kecuali ada
indikasi. Umumnya pemeriksaan dalam yang sungguh bermakna untuk kepentingan obstetrik
(persalinan) adalah pemeriksaan pada usia kehamilan di atas 34-36 minggu, untuk memperkirakan
ukuran, letak, presentasi janin, penilaian serviks uteri dan keadaan jalan lahir, serta pelvimetri klinik
untuk penilaian kemungkinan persalinan normal pervaginam. Alasan lainnya, pada usia kehamilan
kurang dari 36 minggu, elastisitas jaringan lunak sekitar jalan lahir masih minimal, akan sulit dan
sakit untuk eksplorasi.
Pemeriksaan rektal (rektal touché) : dilakukan atas indikasi.
Pemeriksaan lanjutan
Jadwal kunjungan
Idealnya seperti di atas (sampai 28 minggu 1 kali setiap bulan, 29-36 minggu setiap 2 minggu sekali dan di
atas 36 minggu setiap minggu sekali).
Pada kunjungan pemeriksaan lanjutan, diperiksa :
1. Keluhan ibu, tekanan darah, berat badan, dan tinggi fundus uteri.
2. Terhadap janin diperiksa perkiraan besar / berat janin, presentasi dan letak janin, denyut jantung janin,
aktifitas janin, perkiraan volume cairan amnion dan letak plasenta (jika memungkinkan dengan
USG).
Laboratorium
Jika terdapat kelainan, ditatalaksana dan diperiksa ulang terus sampai mencapai normal. Jika sejak awal
laboratorium rutin dalam batas normal, diulang kembali pada kehamilan 32-34 minggu. Periksa juga infeksi
TORCH (Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus, Hepatitis / HIV). Periksa gula darah pada kunjungan
pertama, bila normal, periksa ulang pada kunjungan minggu ke 26-28, untuk deteksi dini diabetes mellitus
gestasional.
Lain-lain
Pelvimetri radiologik (akhir trimester 3), jika diperlukan, untuk perhitungan jalan lahir. Pada trimester 3
akhir, pembentukan dan pematangan organ janin sudah hampir selesai, sehingga kemungkinan mutasi /
karsinogen jauh lebih kecil dibandingkan pada trimester pertama / kedua. Tetap harus digunakan dosis
radiasi sekecil-kecilnya. Ultrasonografi (USG) tidak berbahaya karena menggunakan gelombang suara.
Frekuensi yang digunakan dari 3.5, 5.0, 6.5 atau 7.5 MHz. Makin tinggi frekuensi, resolusi yang dihasilkan
makin baik tetapi penetrasi tidak dapat dalam, karena itu harus disesuaikan dengan kebutuhan.
Nasehat untuk perawatan umum / sehari–hari
Aktifitas fisik
Dapat seperti biasa (tingkat aktifitas ringan sampai sedang), istirahat minimal 15 menit tiap 2 jam. Jika
duduk/berbaring dianjurkan kaki agak ditinggikan. Jika tingkat aktifitas berat, dianjurkan untuk dikurangi.
Istirahat harus cukup. Olahraga dapat ringan sampai sedang, dipertahankan jangan sampai denyut nadi
melebihi 140 kali per menit.
Jika ada gangguan / keluhan yang mencurigakan dapat membahayakan (misalnya, perdarahan per vaginam),
aktifitas fisik harus dihentikan.
Pekerjaan
Hindari pekerjaan yang membahayakan atau terlalu berat atau berhubungan dengan radiasi / bahan kimia,
terutama pada usia kehamilan muda.
Imunisasi
Terutama tetanus toksoid. Imunisasi lain sesuai indikasi.
Bepergian dengan pesawat udara
Tidak perlu kuatir bepergian dengan menumpang pesawat udara biasa, karena tidak membahayakan
kehamilan. Tekanan udara di dalam kabin kapal penumpang telah diatur sesuai atmosfer biasa.
Mandi dan cara berpakaian
Mandi cukup seperti biasa. Pemakaian sabun khusus / antiseptik vagina tidak dianjurkan karena justru dapat
mengganggu flora normal vagina. Selain itu aplikasi sabun vaginal dengan alat semprot dapat menyebabkan
emboli udara atau emboli cairan yang dapat berbahaya. Berpakaian sebaiknya yang memungkinkan
pergerakan, pernapasan dan perspirasi yang leluasa.
Sanggama / coitus
Dapat seperti biasa, kecuali jika terjadi perdarahan atau keluar cairan dari kemaluan, harus dihentikan
(abstinentia). Jika ada riwayat abortus sebelumnya, coitus ditunda sampai usia kehamilan di atas 16 minggu,
di mana diharapkan plasenta sudah terbentuk, dengan implantasi dan fungsi yang baik. Beberapa
kepustakaan menganjurkan agar coitus mulai dihentikan pada 3-4 minggu terakhir menjelang perkiraan
tanggal persalinan. Hindari trauma berlebihan pada daerah serviks / uterus. Pada beberapa keadaan seperti
kontraksi / tanda-tanda persalinan awal, keluar cairan pervaginam, keputihan, ketuban pecah, perdarahan
pervaginam, abortus iminens atau abortus habitualis, kehamilan kembar, penyakit menular seksual,
sebaiknya coitus jangan dilakukan.
Perawatan mammae dan abdomen
Jika terjadi papila retraksi, dibiasakan papillla ditarik manual dengan pelan. Striae / hiperpigmentasi dapat
terjadi, tidak perlu dikuatirkan berlebihan.
Hewan piaraan
Hewan piaraan dapat menjadi carrier infeksi (misalnya, bulu kucing / burung, dapat mengandung parasit
toxoplasma). Dianjurkan menghindari kontak.
Merokok / minuman keras / obat-obatan
Harus dihentikan sekurang-kurangnya selama kehamilan dan sampai persalinan, nifas dan menyusui selesai.
Obat-obat depresan adiktif (narkotik dsb.) mendepresi sirkulasi janin dan menekan perkembangan susunan
saraf pusat pada janin.
Gizi / nutrisi.
Makanan sehari-hari dianjurkan yang memenuhi standar kecukupan gizi untuk ibu hamil (detail cari/baca
sendiri ya). Untuk pencegahan anemia defisiensi, diberi tambahan vitamin dan tablet Fe.

ANTENATAL CARE
Definisi
Antenatal Care/ Asuhan antenatal adalah suatu program yang terencana berupa observasi, edukasi dan penanganan medik pada ibu
hamil, untuk memperoleh suatu proses kehamilan dan persalinan yang aman dan memuaskan (pada beberapa kepustakaan disebut
sebagai Prenatal Care).
Pelayanan antenatal
Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga profesional (dokter spesialis kebidanan, dokter umum, bidan, pembantu
bidan dan perawat bidan) untuk ibu selama masa kehamilannya, sesuai dengan standard minimal pelayanan antenatal yang meliputi 5T
yaitu timbang berat badan, ukur tinggi badan, ukur tekanan darah, pemberian imunisasi TT, ukur tinggi fundus uteri dan pemberian
tablet besi minimal 90 tablet selama masa kehamilan.
Asuhan antenatal HARUS dimulai sedini mungkin.
Perencanaan
Jadwal pemeriksaan (usia kehamilan dari hari pertama haid terakhir) :
- sampai 28 minggu : 4 minggu sekali
- 28 – 36 minggu : 2 minggu sekali
- di atas 36 minggu : 1 minggu sekali
KECUALI jika ditemukan kelainan / faktor risiko yang memerlukan penatalaksanaan medik lain, pemeriksaan harus lebih sering dan
intensif.
Kunjungan pertama
Mayoritas wanita mendapatkan pemeriksaan pra-kehamilan mereka yang pertama dan terlama pada usia kehamilan sekitar 8 hingga 12
minggu. Semakin awal melakukan pemeriksaan, semakin baik. Ibu harus meluangkan banyak waktu untuk berkonsultasi dengan dokter
atau bidan, bahkan ibu mungkin akan ditawari untuk menjalani pemeriksaan ultrasonografi (USG) oleh dokter.
Pertanyaan yang harus diajukan pada ibu
ibu harus ditanyai banyak hal mengenai kesehatan dan sejarah keluarga ibu, seperti:
 Penyakit yang ibu derita (sebagai contoh, apakah ibu sedang menjalani pengobatan terhadap penyakit kronis seperti diabetes
atau hipertensi)
 Operasi yang pernah ibu jalani
 Apakah pernah terjadi komplikasi dalam kehamilan sebelumnya seperti keguguran, kelahiran prematur, atau pre-eklampsia?
 Jika ibu pernah melahirkan bayi abnormal, sebagai contoh spina bifida ?
 Apakah ada riwayat keluarga mengenai penyakit keturunan seperti talasemia atau fibrosis kistik?
 Apakah ada yang kembar dalam keluarga ibu.
 Etnis ibu, karena beberapa kondisi turunan tertentu yang memerlukan perhatian pada masa-masa awal kehamilan umum
ditemui pada beberapa kelompok etnis tertentu.
Bidan atau dokter ingin mengetahui tanggal hari pertama dari menstruasi terakhir ibu, untuk memperkirakan kapan kira-kira sang bayi
akan dilahirkan. Ibu sendiri mungkin ingin mengajukan banyak pertanyaan. Ini merupakan kesempatan yang tepat, dan akan lebih
bagus bila ibu menuliskan lebih dahulu apa yang ingin ibu tanyakan.
Pemeriksaan
Selama kunjungan, periksalah:
 Berat badan ibu. Mayoritas wanita bertambah berat badannya sebesar 10-12,5 kg selama kehamilan, kebanyakan terjadi setelah
minggu ke-20.
 Tinggi badan ibu. Karena tinggi badan merupakan gambaran kasar mengenai ukuran luas panggul.
 Pemeriksaan fisik menyeluruh –jantung dan paru-paru untuk memastikan bahwa secara umum ibu berada dalam keadaan
sehat.
 Air seni – mintalah ibu menyerahkan contoh air seninya setiap kali mengadakan kunjungan. Contoh air seni ini akan
digunakan untuk mencek beberapa hal termasuk :
1.
1. Gula – sebagian wanita menderita sejenis diabetes selama masa kehamilan yang dikenal sebagai ‘diabetes gestasional’
yang biasanya dapat dikontrol lewat perubahan diet dan, kemungkinan, insulin. Kondisi ini biasanya hilang begitu
sang bayi lahir;
2. Protein, atau ‘albumin’ dalam air seni ibu dapat menunjukkan apakah ada infeksi yang memerlukan perawatan. Kadar
protein juga dapat menjadi pertibu hipertensi (tekanan darah tinggi) akibat kehamilan.
 Tekanan darah – ukurlah tekanan darah ibu setiap kali kunjungan. Kenaikan tekanan darah pada akhir-akhir masa kehamilan
dapat menjadi pertibu pre-eklampsia.
Tes darah
tawari ibu untuk melakukan pemeriksaan darah untuk memeriksa :
 Golongan darahnya
 Apakah darahnya mempunyai rhesus negatif atau positif – sebagian kecil ibu memiliki rhesus negatif. Sebagian ibu yang
rhesus negatif akan memerlukan suntikan setelah kelahiran bayi pertama mereka untuk melindungi bayi berikutnya dari
anemia.
 Apakah ibu penderita anemia – jika ibu penderita anemia, ibu diberikan tablet besi dan asam folat.
 Daya tahan tubuh ibu terhadap rubela (campak Jerman) – jika ibu mendapat rubela di awal-awal masa kehamilan, penyakit ini
dapat menyebabkan konsekuensi serius bagi bayi dalam kandungan ibu.
 Sifilis – deteksi dan perawatan sedini mungkin bagi wanita penderita penyakit yang ditularkan lewat hubungan seks ini
merupakan sesuatu yang vital.
 Hepatitis B – ini merupakan virus yang menyebabkan penyakit hati dan dapat menular pada bayi. Sang bayi dapat diimunisasi
pada saat lahir untuk mencegah penularan.
Tes Khusus
Sejumlah tes harus dilakukan pada kunjungan pertama ibu. Bicarakan alasan tes tersebut dengan ibu sehingga ibu dapat menentukan
pilihan apakah harus melakukan tes tersebut atau tidak berdasarkan informasi lengkap. Terangkanlah hasil tes tersebut jika ibu
memutuskan untuk menjalaninya.
 Tes darah HIV – HIV merupakan virus yang menyebabkan AIDS. Jika ibu berpendapat bahwa ibu berada dalam risiko
mendapat HIV, berilah kesempatan pada ibu untuk membahas tes HIV dan konseling. Jika ibu positif mengidap HIV, ibu
bisa berkonsultasi dengan organisasi yang berhubungan dengan wanita dan HIV serta AIDS.
 Penyakit anemia sel sabit dan talasemia – penyakit sel sabit merupakan sebuah kondisi darah yang terutama menyerang orang-
orang Afrika dan India Barat serta, lebih jarang, orang-orang India, Timur Tengah, dan Mediterania. Talasemia, sebuah
kondisi darah lainnya, terutama menyerang orang-orang Mediterania dan Asia.
 Pemeriksaan dalam – kadang-kadang, dokter menganggap perlu untuk melakukan pemeriksaan dalam.
 Apusan mulut rahim – ibu ditawari sebuah tes apusan mulut rahim sekarang jika ibu belum pernah melakukannya dalam tiga
tahun terakhir. Tes ini mendeteksi perubahan awal pada bagian mulut rahim yang bisa menjadi kanker di kemudian hari jika
tidak dirawat.
 Herpes – jika ibu, atau pasangan ibu, pernah menderita herpes pada organ reproduksi, atau ibu mendapat serangan pertama
selama masa kehamilan. Hal ini penting karena herpes dapat berbahaya bagi bayi yang baru dilahirkan yang mungkin
memerlukan perawatan khusus
Kunjungan berikutnya
Setelah kunjungan pra-kelahiran pertama ibu, pengecekan biasanya dilakukan setiap 4 minggu selama 28 minggu, tiap 2 minggu selama
36 minggu, dan setiap minggu hingga sang bayi lahir. Air seni dan tekanan darah ibu, dan seringkali berat ibu, akan dicek. Perut ibu
akan diraba untuk mencek posisi serta pertumbuhan bayi. Dan dokter atau bidan ibu akan mendengarkan detak jantung janin ibu.
EDUKASI UNTUK PERAWATAN SEHARI-HARI
Aktifitas Fisik
 Dapat seperti biasa (tingkat aktifitas ringan sampai sedang), istirahat minimal 15 menit tiap 2 jam.
 Jika duduk/berbaring dianjurkan kaki agak ditinggikan.
 Jika tingkat aktifitas berat, dianjurkan untuk dikurangi. Istirahat harus cukup.
 Olahraga dapat ringan sampai sedang, dipertahankan jangan sampai denyut nadi melebihi 140 kali per menit.
 Jika ada gangguan / keluhan yang mencurigakan dapat membahayakan (misalnya, perdarahan per vaginam), aktifitas fisik
harus dihentikan.
Pekerjaan
 Hindari pekerjaan yang membahayakan atau terlalu berat atau berhubungan dengan radiasi / bahan kimia, terutama pada usia
kehamilan muda.
Imunisasi
Terutama tetanus toksoid. Imunisasi lain sesuai indikasi.

Mandi dan cara berpakaian


 Mandi cukup seperti biasa.
 Pemakaian sabun khusus / antiseptik vagina tidak dianjurkan karena justru dapat mengganggu flora normal vagina.
 Aplikasi sabun vaginal dengan alat semprot dapat menyebabkan emboli udara atau emboli cairan yang dapat berbahaya.
 Berpakaian sebaiknya yang memungkinkan pergerakan, pernapasan dan perspirasi yang leluasa.
Sanggama / coitus
 Dapat seperti biasa, kecuali jika terjadi perdarahan atau keluar cairan dari kemaluan, harus dihentikan (abstinentia).
 Jika ada riwayat abortus sebelumnya, coitus ditunda sampai usia kehamilan di atas 16 minggu, di mana diharapkan plasenta
sudah terbentuk, dengan implantasi dan fungsi yang baik.
 Beberapa kepustakaan menganjurkan agar coitus mulai dihentikan pada 3-4 minggu terakhir menjelang perkiraan tanggal
persalinan. Hindari trauma berlebihan pada daerah serviks / uterus.
 Pada beberapa keadaan seperti kontraksi / tanda-tanda persalinan awal, keluar cairan pervaginam, keputihan, ketuban pecah,
perdarahan pervaginam, abortus iminens atau abortus habitualis, kehamilan kembar, penyakit menular seksual, sebaiknya
coitus jangan dilakukan.
Perawatan mammae dan abdomen
 Jika terjadi papila retraksi, dibiasakan papillla ditarik manual dengan pelan. Striae / hiperpigmentasi dapat terjadi, tidak perlu
dikuatirkan berlebihan.
Hewan piaraan
 Hewan piaraan dapat menjadi carrier infeksi (misalnya, bulu kucing / burung, dapat mengandung parasit toxoplasma).
Dianjurkan menghindari kontak.
Gizi / nutrisi
 Makanan sehari-hari dianjurkan yang memenuhi standar kecukupan gizi untuk ibu hamil
 Untuk pencegahan anemia defisiensi, diberi tambahan vitamin dan tablet Fe
2. PENGERTIAN UMUM USG
Saat ini perkembangan dunia teknologi sangat berkembang pesat terutama dalam dunia IT (Informatic
Technology). Perkembangan dunia IT berimbas pada perkembangan berbagai macam aspek kehidupan manusia. Salah
satu aspek yang terkena efek perkembangan dunia IT adalah kesehatan. Dewasa ini dunia kesehatan modern telah
memanfaatkan perkembengan teknologi untuk meningkatkan efisiensi serta efektivitas di dunia kesehatan. Salah satu
contoh pengaplikasian dunia IT di dunia kesehatan adalah penggunaan alat-alat kedokteran yang mempergunakan
aplikasi komputer, salah satunya adalah USG (Ultra sonografi). USG adalah suatu alat dalam dunia kedokteran yang
memanfaatkan gelombang ultrasonik, yaitu gelombang suara yang memiliki frekuensi yang tinggi (250 kHz – 2000
kHz) yang kemudian hasilnya ditampilkan dalam layar monitor. Pada awalnya penemuan alat USG diawali dengan
penemuan gelombang ultrasonik kemudian bertahun-tahun setelah itu, tepatnya sekira tahun 1920-an, prinsip kerja
gelombang ultrasonik mulai diterapkan dalam bidang kedokteran. Penggunaan ultrasonik dalam bidang kedokteran ini
pertama kali diaplikasikan untuk kepentingan terapi bukan untuk mendiagnosis suatu penyakit.
Dalam hal ini yang dimanfaatkan adalah kemampuan gelombang ultrasonik dalam menghancurkan sel-sel atau
jaringan “berbahaya” ini kemudian secara luas diterapkan pula untuk penyembuhan penyakit-penyakit lainnya.
Misalnya, terapi untuk penderita arthritis, haemorrhoids, asma, thyrotoxicosis, ulcus pepticum (tukak lambung),
elephanthiasis (kaki gajah), dan bahkan terapi untuk penderita angina pectoris (nyeri dada). Baru pada awal tahun
1940, gelombang ultrasonik dinilai memungkinkan untuk digunakan sebagai alat mendiagnosis suatu penyakit, bukan
lagi hanya untuk terapi. Hal tersebut disimpulkan berkat hasil eksperimen Karl Theodore Dussik, seorang dokter ahli
saraf dari Universitas Vienna, Austria. Bersama dengan saudaranya, Freiderich, seorang ahli fisika, berhasil
menemukan lokasi sebuah tumor otak dan pembuluh darah pada otak besar dengan mengukur transmisi pantulan
gelombang ultrasonik melalui tulang tengkorak. Dengan menggunakan transduser (kombinasi alat pengirim dan
penerima data), hasil pemindaian masih berupa gambar dua dimensi yang terdiri dari barisan titik-titik berintensitas
rendah. Kemudian George Ludwig, ahli fisika Amerika, menyempurnakan alat temuan Dussik.
Teknologi transduser digital sekira tahun 1990-an memungkinkan sinyal gelombang ultrasonik yang diterima
menghasilkan tampilan gambar suatu jaringan tubuh dengan lebih jelas. Penemuan komputer pada pertengahan 1990
jelas sangat membantu teknologi ini. Gelombang ultrasonik akan melalui proses sebagai berikut, pertama, gelombang
akan diterima transduser. Kemudian gelombang tersebut diproses sedemikian rupa dalam komputer sehingga bentuk
tampilan gambar akan terlihat pada layar monitor. Transduser yang digunakan terdiri dari transduser penghasil gambar
dua dimensi atau tiga dimensi. Seperti inilah hingga USG berkembang sedemikian rupa hingga saat ini.
Ultrasonography adalah salah satu dari produk teknologi medical imaging yang dikenal sampai saat ini Medical
imaging (MI) adalah suatu teknik yang digunakan untuk mencitrakan bagian dalam organ atau suatu jaringan sel
(tissue) pada tubuh, tanpa membuat sayatan atau luka (non-invasive). Interaksi antara fenomena fisik tissue dan diikuti
dengan teknik pendetektian hasil interaksi itu sendiri untuk diproses dan direkonstruksi menjadi suatu citra (image),
menjadi dasar bekerjanya peralatan MI.
SKEMA CARA KERJA USG
1. Transduser

Transduser adalah komponen USG yang ditempelkan pada bagian tubuh yang akan diperiksa, seperti dinding perut
atau dinding poros usus besar pada pemeriksaan prostat. Di dalam transduser terdapat kristal yang digunakan untuk
menangkap pantulan gelombang yang disalurkan oleh transduser. Gelombang yang diterima masih dalam bentuk
gelombang akusitik (gelombang pantulan) sehingga fungsi kristal disini adalah untuk mengubah gelombang tersebut
menjadi gelombang elektronik yang dapat dibaca oleh komputer sehingga dapat diterjemahkan dalam bentuk gambar.
2.Monitor Monitor yang digunakan dalam USG

3. Mesin USG
Mesin USG merupakan bagian dari USG dimana fungsinya untuk mengolah data yang diterima dalam bentuk
gelombang. Mesin USG adalah CPUnya USG sehingga di dalamnya terdapat komponen-komponen yang sama seperti
pada CPU pada PC CARA USG MERUBAH GELOMBANG MENJADI GAMBAR
PEMERIKSAAN USG (ULTRA SONOGRAPHY)
Aman, kok. Tapi mengapa sebagian orang masih ragu?
USG atau Ultrasonografi dalam dunia kedokteran memang bukan barang baru. Toh, kehadirannya terkadang masih
menimbulkan kekhawatiran pada sebagian orangtua tentang penggunaan dan manfaatnya. Misalnya, kekhawatiran
akan radiasi yang ditimbulkan dari alat tersebut. Beberapa orang bahkan menyangsikan manfaat alat ini mengingat ada
satu dua kasus kelainan bayi yang dianggap tak terdeteksi oleh pemeriksaan USG. Belum lagi soal biaya. Beberapa
klinik/rumah sakit memang sudah memasukkan biaya USG dalam biaya pemeriksaan kehamilan. Namun cukup
banyak juga yang menagih pemeriksaan ini sebagai biaya tersendiri. Kalau pasien yang meminta, mungkin enggak
jadi soal. Tapi jika dokter melakukan pemeriksaan USG setiap kali pasien kontrol dan ada biaya tambahan untuk itu,
tampaknya ini tidak fair bagi pasien.
TAK ADA RADIASI
Pemeriksaan USG merupakan pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada ibu hamil. Sebelum ada alat ini, denyut
jantung janin baru dapat didengar pada usia kehamilan 16-18 minggu. Sementara dengan USG, pada usia kehamilan
6-7 minggu sudah dapat dideteksi. USG juga dapat mendeteksi kelainan-kelainan bawaan di usia kehamilan yang
lebih awal.
CARA PEMERIKSAAN
Pemeriksaan USG dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
1. Pervaginam
- Memasukkan probe USG transvaginal/seperti melakukan pemeriksaan dalam.
- Dilakukan pada kehamilan di bawah 8 minggu.
- Lebih mudah dan ibu tidak perlu menahan kencing.
- Lebih jelas karena bisa lebih dekat pada rahim.
- Daya tembusnya 8-10 cm dengan resolusi tinggi.
- Tidak menyebabkan keguguran.
2. Perabdominan
- Probe USG di atas perut.
- Biasa dilakukan pada kehamilan lebih dari 12 minggu.
- Karena dari atas perut maka daya tembusnya akan melewati otot perut, lemak baru menembus rahim.
JENIS PEMERIKSAAN USG
1. USG 2 Dimensi
Menampilkan gambar dua bidang (memanjang dan melintang). Kualitas gambar yang baik sebagian besar keadaan
janin dapat ditampilkan.
2. USG 3 Dimensi
Dengan alat USG ini maka ada tambahan 1 bidang gambar lagi yang disebut koronal. Gambar yang tampil mirip
seperti aslinya. Permukaan suatu benda (dalam hal ini tubuh janin) dapat dilihat dengan jelas. Begitupun keadaan janin
dari posisi yang berbeda. Ini dimungkinkan karena gambarnya dapat diputar (bukan janinnya yang diputar).
3. USG 4 Dimensi
Sebetulnya USG 4 Dimensi ini hanya istilah untuk USG 3 dimensi yang dapat bergerak (live 3D). Kalau gambar yang
diambil dari USG 3 Dimensi statis, sementara pada USG 4 Dimensi, gambar janinnya dapat “bergerak”. Jadi pasien
dapat melihat lebih jelas dan membayangkan keadaan janin di dalam rahim.
4. USG Doppler
Pemeriksaan USG yang mengutamakan pengukuran aliran darah terutama aliran tali pusat. Alat ini digunakan untuk
menilai keadaan/kesejahteraan janin. Penilaian kesejahteraan janin ini meliputi:
- Gerak napas janin (minimal 2x/10 menit).
- Tonus (gerak janin).
- Indeks cairan ketuban (normalnya 10-20 cm).
- Doppler arteri umbilikalis.
- Reaktivitas denyut jantung janin.
SAAT TEPAT PEMERIKSAAN
Pemeriksaan dengan USG wajib semasa kehamilan sebetulnya hanya dua kali, yaitu:
* Saat pertama kali pemeriksaan kehamilan (usia kehamilan berapa pun namun biasanya pada usia kehamilan 10-12
minggu). Pemeriksaan ini dilakukan sebagai skrining awal. Gambaran janin yang masih sekitar 8 cm akan terlihat
tampil secara utuh pada layar monitor.
* Usia kehamilan 20-24 minggu sebagai skrining lengkap. Setelah usia kehamilan lebih dari 12 minggu gambaran
janin pada layar monitor akan terlihat sebagian-sebagian/tidak secara utuh. Karena alat scan USG punya area yang
terbatas, sementara ukuran besar janin sudah bertambah atau lebih dari 8 cm. Jadi, untuk melihat kondisi janin dapat
per bagian, misalnya detail muka, detail jantung, detail kaki dan sebagainya.
Selain itu, penggunaan alat USG dapat dilakukan atas dasar indikasi yakni:
* Pemeriksaan USG serial untuk mengukur pertumbuhan berat badan janin.
* Bila perlu pada usia kehamilan 38-42 minggu untuk melihat bagaimana posisi bayi apakah melintang, kepala turun,
dan lainnya.
MANFAAT
Trimester I
- Memastikan hamil atau tidak.
- Mengetahui keadaan janin, lokasi hamil, jumlah janin dan tanda kehidupannya.
- Mengetahui keadaan rahim dan organ sekitarnya.
- Melakukan penapisan awal dengan mengukur ketebalan selaput lendir, denyut janin, dan sebagainya.
Trimester II:
- Melakukan penapisan secara menyeluruh.
- Menentukan lokasi plasenta.
- Mengukur panjang serviks.
Trimester III:
- Menilai kesejahteraan janin.
- Mengukur biometri janin untuk taksiran berat badan.
- Melihat posisi janin dan tali pusat.
- Menilai keadaan plasenta.
TAK 100% AKURAT
Perlu diketahui, akurasi/ketepatan pemeriksaan USG tidak 100%, melainkan 80%. Artinya, kemungkinan ada kelainan
bawaan/kecacatan pada janin yang tidak terdeteksi atau interpretasi kelamin janin yang tidak tepat. Hal ini dipengaruhi
beberapa faktor antara lain:
* Keahlian/kompetensi dokter yang memeriksanya.
Tak semua dokter ahli kandungan dapat dengan baik mengoperasikan alat USG. Sebenarnya untuk pengoperasian alat
ini diperlukan sertifikat tersendiri.
* Posisi bayi
Posisi bayi seperti tengkurap atau meringkuk juga menyulitkan daya jangkau/daya tembus alat USG. Meski dengan
menggunakan USG 3 atau 4 Dimensi sekalipun, tetap ada keterbatasan.
* Kehamilan kembar
Kondisi hamil kembar juga menyulitkan alat USG melihat masing-masing keadaan bayi secara detail.
* Ketajaman/resolusi alat USG-nya kurang baik.
* Usia kehamilan di bawah 20 minggu.
* Air ketuban sedikit.
* Lokasi kelainan, seperti tumor di daerah perut janin saat usia kehamilan di bawah 20 minggu agak sulit dideteksi.

III.KESIMPULAN
Melihat fungsi dan cara kerja USG, dapat dikatakan bahwa kinerja USG identik dengan scanner secara umum yang
membedakan hanyalah data yang diterima, USG menerima data berupa gelombang sedangkan scanner menerima data
berupa barang

3. Kelainan Kongenital janin

Kelainan bawaan atau kelainan kongenital atau cacat bawaan adalah kelainan dalam pertumbuhan
struktur bayi yang timbul sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur. Kelainan bawaan dapat dikenali
sebelum kelahiran, pada saat kelahiran atau beberapa tahun kemudian setelah kelahiran. Kelainan
bawaan dapat disebabkan oleh keabnormalan genetika, sebab-sebab alamiah atau faktor-faktor
lainnya yang tidak diketahui.

Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur bayi yang timbul sejak kehidupan
hasiI konsepsi sel telur. Kelainan kongenital dapat merupakan sebab penting terjadinya abortus, lahir mati
atau kematian segera setelah lahir. Kematian bayi dalam bulan-bulan pertama kehidupannya sering
diakibatkan oleh kelainan kongenital yang cukup berat, hal ini seakan-akan merupakan suatu seleksi alamu
terhadap kelangsungan hidup bayi yang dilahirkan. Bayi yang dilahirkan dengan kelainan kongenitaI besar,
umumnya akan dilahirkan sebagai bayi berat lahir rendah bahkan sering pula sebagai bayi kecil untuk masa
kehamilannya. Bayi berat lahir rendah dengan kelainan kongenital berat, kira-kira 20% meninggal dalam
minggu pertama kehidupannya. Disamping pemeriksaan fisik, radiologik dan laboratorik untuk menegakkan
diagnose kelainan kongenital setelah bayi lahir, dikenal pula adanya diagnosisi pre/- ante natal kelainan
kongenital dengan beberapa cara pemeriksaan tertentu misalnya pemeriksaan ultrasonografi, pemeriksaan
air ketuban dan darah janin

Kelainan kongenital pada bayi baru lahir dapat berupa satu jenis kelainan saja atau dapat pula berupa
beberapa kelainan kongenital secara bersamaan sebagai kelainan kongenital multipel. Kadang-kadang suatu
kelainan kongenital belum ditemukan atau belum terlihat pada waktu bayi lahir, tetapi baru ditemukan
beberapa waktu setelah kelahiran bayi. Sebaliknya dengan kermajuan tehnologi kedokteran,kadang- kadang
suatu kelainan kongenital telah diketahui selama kehidupan fetus. Bila ditemukan satu kelainan kongenital
besar pada bayi baru lahir, perlu kewaspadaan kemungkian adanya kelainan kongenital ditempat lain.
Dikatakan bahwa bila ditemukan dua atau lebih kelainan kongenital kecil, kemungkinan ditetemukannya
kelainan kongenital besar di tempat lain sebesar 15% sedangkan bila ditemukan tiga atau lebih kelainan
kongenital kecil, kemungkinan ditemukan kelainan kongenital besar sebesar 90%.

Angka kejadian kelainan kongenital yang besar berkisar 15 per i000 kelahiran angka kejadian ini akan
menjadi 4-5% biIa bayi diikuti terus sampai berumur 1 tahun. Di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo
(I975-1979), secara klinis ditemukan angka kejadian kelainan kongenital sebanyak 225 bayi di antara 19.832
kelahiran hidup atau sebesar 11,6I per 1000 kelahiran hidup, sedangkan di Rumah Sakit Dr. Pirngadi,
Medan (1977-1980) sebesar 48 bayi (0,33%) di antara 14.504 kelahiran bayi dan di Rumah Sakit Universitas
Gadjah Mada (1974-1979) sebesar 1.64da tri 4625 kelahiran bayi. Angka kejadian dan jenis kelainan
kongenital dapat berbeda-beda untuk berbagai ras dan suku bangsa, begitu pula dapat tergantung pada cara
perhitungan besar keciInya kelainan kongenital.

Etiologi

Penyebab langsung kelainan kongenital sering kali sukar diketahui. Pertumbuhan embryonal dan fetaI
dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti faktor genetik, faktor lingkungan atau kedua faktor secara
bersamaan.

Beberapa faktor etiologi yang diduga dapat mempengaruhi terjadinya kelainan kongenital antara lain:

 Kelainan Genetik dan Khromosom. Kelainan genetik pada ayah atau ibu kemungkinan besar akan
berpengaruh atas kelainan kongenital pada anaknya. Di antara kelainan-kelainan ini ada yang
mengikuti hukum Mendel biasa, tetapi dapat pula diwarisi oleh bayi yang bersangkutan sebagai
unsur dominan (“dominant traits”) atau kadang-kadang sebagai unsur resesif. Penyelidikan daIam hal
ini sering sukar, tetapi adanya kelainan kongenital yang sama dalam satu keturunan dapat membantu
langkah-langkah selanjutya. Dengan adanya kemajuan dafam bidang teknologi kedokteran, maka
telah dapat diperiksa kemungkinan adanya kelainan kromosom selama kehidupan fetal serta telah
dapat dipertimbangkan tindakan-tindakan selanjutnya. Beberapa contoh kelainankhromosom
autosomai trisomi 21 sebagai sindroma Down (mongolism) kelainan pada kromosom kelamin
sebagai sindroma Turner.
 Faktor mekanik Tekanan mekanik pada janin selama kehidupan intrauterin dapat menyebabkan
kelainan hentuk organ tubuh hingga menimbulkan deformitas organ cersebut. Faktor predisposisi
dalam pertumbuhan organ itu sendiri akan mempermudah terjadinya deformitas suatu organ. Sebagai
contoh deformitas organ tubuh ialah kelainan talipes pada kaki sepcrti talipes varus, talipes valgus,
talipes equinus dan talipes equinovarus (clubfoot)
 Faktor infeksi. Infeksi yang dapat menimbulkan kelainan kongenital ialah infeksi yang terjadi pada
periode organogenesis yakni dalam trimester pertama kehamilan. Adanya infeksi tertentu dalam
periode organogenesis ini dapat menimbulkan gangguan dalam pertumbuhan suatu organ rubuh.
Infeksi pada trimesrer pertama di samping dapat menimbulkan kelainan kongenital dapat pula
meningkatkan kemungkinan terjadinya abortus. Sebagai contoh infeksi virus pada trimester pertama
ialah infeksi oleb virus Rubella. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang menderita infeksi Rubella pada
trimester pertama dapat menderita kelainan kongenital pada mata sebagai katarak, kelainan pada
sistem pendengaran sebagai tuli dan ditemukannya kelainan jantung bawaan. Beberapa infeksi lain
pada trimester pertama yang dapat menimbulkan kelainan kongenital antara lain ialah infeksi virus
sitomegalovirus, infeksi toksoplasmosis, kelainan-kelainan kongenital yang mungkin dijumpai ialah
adanya gangguan pertumbuhan pada system saraf pusat seperti hidrosefalus, mikrosefalus, atau
mikroftalmia.
 Faktor Obat Beberapa jenis obat tertentu yang diminum wanita hamil pada trimester pertama
kehamilan diduga sangat erat hubungannya dengan terjadinya kelainan kongenital pada bayinya.
Salah satu jenis obat yang telah diketahui dagat menimbulkan kelainan kongenital ialah thalidomide
yang dapat mengakibatkan terjadinya fokomelia atau mikromelia. Beberapa jenis jamu-jamuan yang
diminum wanita hamil muda dengan tujuan yang kurang baik diduga erat pula hubungannya dengan
terjadinya kelainan kongenital, walaupun hal ini secara laboratorik belum banyak diketahui secara
pasti. Sebaiknya selama kehamilan, khususnya trimester pertama, dihindari pemakaian obat-obatan
yang tidak perlu sama sekali; walaupun hal ini kadang-kadang sukar dihindari karena calon ibu
memang terpaksa harus minum obat. Hal ini misalnya pada pemakaian trankuilaiser untuk penyakit
tertentu, pemakaian sitostatik atau prepaat hormon yang tidak dapat dihindarkan; keadaan ini perlu
dipertimbangkan sebaik-baiknya sebelum kehamilan dan akibatnya terhadap bayi.
 Faktor umur ibu Telah diketahui bahwa mongoIisme lebih sering ditemukan pada bayi-bayi yang
dilahirkan oleh ibu yang mendekati masa menopause. Di bangsal bayi baru lahir Rumah Sakit Dr
Cipto Mangunkusumo pada tahun 1975-1979, secara klinis ditemukan angka kejadian mongolisme
1,08 per 100 kelahiran hidup dan ditemukan resiko relatif sebesar 26,93 untuk kelompok ibu
berumur 35 tahun atau lebih; angka keadaan yang ditemukan ialah 1: 5500 untuk kelompok ibu
berumur < 35 tahun, 1: 600 untuk kelompok ibu berumur 35-39 tahun, 1 : 75 untuk kelompok ibu
berumur 40 – 44 tahun dan 1 : 15 untuk kelompok ibu berumur 45 tahun atau lebih.
 Faktor hormonal Faktor hormonal diduga mempunyai hubungan pula dengan kejadian kelainan
kongenital. Bayi yang dilahirkan oleh ibu hipotiroidisme atau ibu penderita diabetes mellitus
kemungkinan untuk mengalami gangguan pertumbuhan lebih besar bila dibandingkan dengan bayi
yang normal.
 Faktor radiasi Radiasi ada permulaan kehamiIan mungkin sekali akan dapat menimbulkan kelainan
kongenital pada janin. Adanya riwayat radiasi yang cukup besar pada orang tua dikhawatirkan akan
dapat mengakibatkan mutasi pada gene yang mungkin sekali dapat menyebabkan kelainan
kongenital pada bayi yang dilahirkannya. Radiasi untuk keperluan diagnostik atau terapeutis
sebaiknya dihindarkan dalam masa kehamilan, khususnya pada hamil muda.
 Faktor gizi Pada binatang percobaan, kekurangan gizi berat dalam masa kehamilan dapat
menimbulkan kelainan kongenital. Pada manusia, pada penyelidikan-penyelidikan menunjukkan
bahwa frekuensi kelainan kongenital pada bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu yang kekurangan
makanan lebih tinggi bila dibandingkan dengan bayi-bayi yang lahir dari ibu yang baik gizinya. Pada
binatang percobaan, adanya defisiensi protein, vitamin A ribofIavin, folic acid, thiamin dan lain-Iain
dapat menaikkan kejadian &elainan kongenital.
 Faktor-faktor lain Banyak kelainan kongenital yang tidak diketahui penyebabnya. Faktor janinnya
sendiri dan faktor lingkungan hidup janin diduga dapat menjadi faktor penyebabnya. Masalah sosial,
hipoksia, hipotermia, atau hipertermia diduga dapat menjadi faktor penyebabnya. Seringkali
penyebab kelainan kongenitai tidak diketahui.

4. Dasar anatomi
Definisi Anatomi
Istilah anatomi berasal dari bahasa Yunani yaitu ana dan tomos. Ana berarti habis atau ke atas dan tomos
berarti memotong atau mengiris. Jadi anatomi berarti memotong sampai habis dan mengangkat ke atas.
Maksudnya anatomi adalah ilmu yang mempelajari struktur tubuh (manusia) dengan cara menguraikan
tubuh (manusia) menjadi bagian-bagian yang lebih kecil sampai kebagian yang paling kecil. Cara
menguraikan tubuh manusia tersebut adalah dengan memotong atau mengiris tubuh (manusia) menggunakan
skalpel atau mikrotom, kemudian diangkat, dipelajari, dan diperiksa dengan menggunakan mata biasa atau
dengan bantuan mikroskop atau alat optik lain.
Cabang-cabang Anatomi
Anatomi dibagi menjadi 2 bagian besar, yaitu :
1. anatomi makroskopik
2. anatomi mikroskopik
Anatomi makroskopik mempelajari struktur dan bentuk bagian-bagian yang dapat terlihat mata biasa. Yang
termasuk dalam lingkup ini adalah :
1. anatomi deskriptif/sistematika : uraian disajikan secara sistem persistem. Anatomi deskriptif memuat :
a. Osteologia (sistem skletale) yang membahas bentuk, susunan dan fungsi tulang dan tulang rawan
b. Arthrologia (sistem articulare) yang membahas bentuk, susunan dan peranan hubungan antar tulang
termasuk persendian
c. Myologia (sistem musculare) yang membahas bentuk, susunan dan peranan otot-otot
d. Angiologia (sistem vasculare) membahas sitem sirkulasi dan limfe
e. Neurologia (sistem nervosum) membahas sistem saraf pusat dan saraf tepi
f. Apparatus digestoria (sistem digestive) membahas sistem pencernaan makanan
g. Apparatus respiratorius (sistem respirasi) membahas saluran-saluran udara pernafasan dari hidung sampai
paru
h. Apparatus urogenitalis (sistem urogenitale) membahas sistem perkemihan dan reproduksi
i. Glandula endokrin membahas kelenjar-kelenjar hormon
j. Integumentum commune membahas sistem pelindung permukaan tubuh yaitu kulit dan alat-alat yang
terdapat padanya sepertirambut dan kuku.
2. Anatomi topographica/regional : mempelajari kedudukan suatu alat tertentu terhadap alat lainnya, terdiri
dari :
a. Sintopia : mempelajari suatu letak alat tubuh terhadap alat tubuh lainnya
b. Skletopia : mempelajari suatu letak alat tubuh terhadap tulang atau kerangka
c. Holotopia : mempelajari letak sebenarnya suatu alat tubuh
3. Anatomi terapan : anatomi yang uraiannya lebih dikhususkan pada kepentingan diagnosa dan terapi
4. Anatomi permukaan : anatomi yang mediskripsikan tanda-tanda pada permukaan tubuh sebagai penentu
kedudukan alat-alat dalam.
Anatomi mikroskopik adalah anatomi yang mempelajari struktur dan bentuk bagian-bagian tubuh dengan
menggunakan bantuan alat optik (misal mikroskop). Yang dipelajari adalah sel (cytologi), jaringan
(histologi) dan organ (organologi).
Terminologi Anatomi
Posisi anatomis adalah posisi tubuh tertentu, yaitu :
- posisi badan berdiri tegak
- kepala, mata dan jari kaki menghadap ke depan
- anggota badan atas berada di samping dan merapat sehingga telapak tangan menghadap ke depan
- arah ibu jari menjauhi bidang median
kata-kata istilah yang menunjukkan bidang anatomis :
- bidang median : bidang vertikal yang berjalan longitudinal melalui tubuh dan membagi tubuh menjadi dua
bagian kiri dan kanan secara simetris
- bidang sagittal : bidang vertikal yang sejajar bidang median
- bidang frontal : bidang vertikal yang tegak lurus bidang median dan membagi tubuh menjadi bagian depan
dan belakang
- bidang coronal : bidang frontal yang khusus digunakan pada kepala
- bidang horizontal : bidang yang tegak lurus terhadap bidang median dan frontal dan membagi tubuh atas
dan bawah.
Garis anatomis adalah suatu garis khayal yang terletak pada tubuh pada posisi tertentu, antara lain :
- linea mediana anterior : merupakan garis potong anatara bidang median dengan permukaan tubuh
- linea mediana posterior : garis potong antara bidang median dengan permukaan belakang tubuh
- linea sternalis : garis khayal pada tepi lateral sternum
- linea medioclavicularis : sejajar linea mediana dan melalui pertengahan clavicula
- linea mammilaris : sejajar garis media dan melalui papilla mammae
Istilah yang menunjukkan arah dan posisi :
- medial : lebih dekat ke bidang median
- lateral : lebih jauh dari bidang median
- anterior (ventral) : ke arah muka
- posterior (dorsal) : ke arah belakang, lebih dekat dengan punggung
- superior (cranial) : ke arah atas (ke arah tengkorak)
- inferior (caudal) : ke arah bawah (ke arah ekor, di bawah)
Istilah yang berlaku bagi lengan, tungkai dan tengkorak :
- proximal : ke arah pangkal, pada pangkal
- distal : ke arah ujung, menjauhi pagkal, di ujungnya
- volar atau palmar : kearah yang sama dengan telapak tangan
- plantar : ke arah yang sama dengan telapak kaki
- radial : ke arah letak radius
- ulnar : ke arah letak ulnar
- tibial : ke arah letak tibia
- fibular : ke arah letak fibula
- frontal : ke arah muka, berlaku bagi kepala
- oksipital : ke arah belakang/disebelah belakang, berlaku di kepala
SEL DAN JARINGAN TUBUH MANUSIA
Komponen – komponen sel
Sel terdiri atas dua bagian utama : sitoplasma dan nukleus
Membran plasma : semua sel eukaryotik dibungkus oleh membran pembatas yang terdiri dari fosfolipid,
protein dan polisakarida. Berfungsi sebagai barrier yang mengatur secara selektif zat-zat yang kedalam dan
ke luar sel.
Retikulum endoplasmikum dan ribosom, tampak sebagai vesikel pipih atau bundar atau tubuler yang sering
beranastomosis satu dengan yang lain
Apparatus golgi, tampak sebagai vesikel pipih yang bertumpuk-tumpuk
Lisosom, vesikel yang dibungkus membranyang mengandung semacam enzim litik yang fungsi utamanya
berhubungan dengan pencernaan intrasitoplasmik.
Mitokondria, umumnya disusun oleh suatu membran luar dan dalam mempunyai lipatan-lipatan ke bagian
dalam, membentuk krista. Berperan membentuk energi.
Nukleus, merupakan bagian bulat atau oval, biasanya di bagian tengah sel. Terdiri dari bungkus, kromatin,
nukleolus dan nukleoplasma.
JARINGAN
Jaringan adalah struktur yang dibentuk oleh kumpulan sel-sel yang sering mempunyai sifat morfologik dan
fungsi yang sama. Meskipun sangat kompleks, tubuh manusia hanya terdiri dari 4 jaringan utama : EPITEL,
PENYAMBUNG, OTOT DAN SARAF.
Jaringan penyambung ditendai dengan banyaknya bahan intrasel yang dihasilkan oleh sel-selnya.
Jaringan otot terdiri atas sel panjang yang mempunyai fungsi khusus yaitu kontraksi.
Jaringan saraf terdiri dari sel-sek dengan prosessus panjang yang menonjol dari badan sel dan berfungsi
khusus yaitu menerima, membangkitkan, dan menghantarkan rangsang saraf.
Jaringan epitel berfungsi :
1. menutupi dan melapisi permukaan
2. absorpsi/penyerapan
3. sekresi/pengeluaran misal epitel kelenjar
4. sensoris misal neuroepitel
5. kontraktil misal mioepitel
SYSTEMA SKELETALE
DEFINISI
Istilah osteologi berasal dari bahasa yunani : osteon dan logos. Osteon berarti tulang dan logos berarti ilmu.
Jadi osteologi adalah cabang anatomi yang mempelajari tulang. Tulang sebagai suatu sistem dipelajari dalam
systema skletale; istilah ini berasal dari bahasa latin skeleton yang berarti kerangka.
STRUKTUR DAN JARINGAN TULANG
Skeleton terdiri dari 2 bagian yaitu bagian tulang (pars ossea) dan bagian tulang rawan (pars cartilagenosa).
Pars ossea. Berdasarkan bentuk dan ukuran tlang dapat diklasifikasikan menjadi os longum (tulang panjang),
os breve (tulang pendek), os planum (tulang pipih), os irregulare (tulang tidak beraturan), dan os
pneumaticum (tulang berongga).
Os longum mempunyai ukuran panjang melebihi lebar dan tebalnya, misal os humerus dan os femur. Terdiri
dari 3 bagian :
1. diaphysis : bagian batang
2. epiphysis : bagian ujung, dipisahkan dari diaphysis oleh jaringan cartilago yang disebut discus
epiphysialis
3. metaphysis, bagian diaphysis yang berdekatan dengan epiphysis, memgandung zona pertumbuhan
struktur os longum terdiri atas :
- periosteum : jaringan pengikat yang melapisi tulang dari sebelah luar
- endosteum : jaringan pengikat yang melapisi tulang dari sebelah dalam
- substantia compacta : bagian yang padat
- susbstantia spongiosa : bagian yang berongga
- cavitas medullaris : ronga dalam tulang yang berisi medulla ossium rubra dan medulla ossium flava
Os breve, mempunyai ukuran panjang, lebar dan tebal seimbang, contoh os carpi
Os planum, memiliki tebal lebih kecil dari panjang dan lebarnya, misal os costae dan sternum.
Os irregulare, punya bentuk tidak beraturan, contoh os coxae dan os sphenoidale
Os pneumaticum, tulang yang dalamnya empunyai rongga dan berisi udara, contoh os frontale dan
ethmoidale.
Pars cartilaginosa. Cartilago adalah jaringan ikat yang ulet, lenting yang disusun oleh sel-sel dan serabut-
serabut dan dikelilingi oleh matrik interseluler serupa gel yang keras. Berdasarkan jenis dan jumlah jaringan
ikat penyusun matriksnya cartalago dapat diklasifikasikan menjadi :
1. cartilago hyalin
2. cartilago fibrosa
3. cartilago elastica
cartilago hyalin mempunyai karakteristik sebagai berikut :
- paling banyak dijumpai
- matriks jernih, tembus cahaya
- indeks bias matrik dan kolagen sama
- dapat dijumpai pada cartilago articularis, costalis, trachea, larynx dan septum nasi
Cartilago fibrosa mempunyai karakteristik :
- serabut-serabut yg ada dalam matriks adalah kolagen
- jumlah matriks lebih sedikit
- terdapat pada articulatio cartilaginea misal pada artic. Temporomandibularis
Cartilago elastica mempunyai karakteristik :
- matriks penyusunnya adalah elastik
- jarang mengalami pengapuran
- terdapat pada auricula, tuba auditiva, larynx
SKELETON HUMANUM (KERANGKA MANUSIA)
Terdiri dari :
1. Cranium (tulang tengkorak)
2. skeleton trunci (kerangka badan)
3. cingulum superius (gelang bahu)
4. skeleton extremitas superior (anggota gerak atas)
5. cingulum inferius (gelang panggul)
6. skeleton extremitas inferius (anggota gerak bawah
CRANIUM
Terdiri atas dua :
a. neurocranium (yang meliputi otak)
1. os frontale (dahi)
2. os parietale
3. os temporale (pelipis)
4. os sphenoidale
5. os occipitale (tulang belakang kepala)
6. os ethmoidale
b. viscerocranium (yang membentuk muka) :
1. os maxillare (rahang atas)
2. os palatinum (langit-langit
3. os nasale (hidung)
4. os lacrimale (air mata)
5. os zygomaticum (pipi)
6. concha nasalis inferior
7. vomer (sekat hidung)
8. os mandibulare (rahang bawah)
SKELETON TRUNCI
1. columna vertebralis (tulang belakang) :
- vertebra cervicalis (leher) 7 ruas
- vertebra thoracalis (punggung) 12 ruas
- vertebra lumbalis (pinggang) 5 ruas
- os sacrum 5 ruas
- os cocygeus (ekor) 3-4 ruas
Lengkung ke ventral lordosis, ke belakang kyphosis, ke lateral skoliosis.
2. Costa (tulang iga/rusuk), ada yang berbentuk tulang disebut os costae dan ada yang berbentuk tulang
rawan atau cartilago costalis, pada manusia berjumlah 12 pasang
3. os sternum (tulang dada) terdiri dari
- manubrium sterni
- corpus sterni
- processus xypoideus
CINGULUM SUPERIUS
1. clavicula (tulang selangka, 1 pasang)
2. scapula (tulang belikat, 1 pasang)
SKELETON EXTREMITAS SUPERIOR, terdiri dari :
1. os humerus (lengan atas) 1 pasang
2. os radius (pengumpil) 1 pasang
3. os ulna (hasta) 1 pasang
4. ossa carpalia (pergelangan tangan) 8 pasang
5. ossa metacarpalia (telapak tangan) 5 pasang
6. os phalanges (jari tangan)
CINGULUM INFERIUS atau TULANG PELVIS, terdiri dari :
a. os sacrum
b. os cocygeus
c. os coxae, terdiri dari os illium, os ischii, os pubis
rongga yang dibatasi oleh kedua os coxae, sacrum dan cocygeus disebut cavitas(rongga pelvis), cavitas
pelvis dibagi oleh linea terminalis menjadi dua bagian :
1. pelvis major disebelah atas
2. pelvis minor disebelah bawah
pintu masuk ke dalam pelvis minor disebut aditus pelvis (apertura pelvis superior/pintu atas panggul/PAP),
pintu keluar dari pelvis minor disebut exitus pelvis (apertura pelvis inferior/pintu bawah panggul/PBP)
Menurut bentuk aditus pelvis, pelvis wanita dapat dibagi menjadi :
1. pelvis gynecoid, bentuk hampir bulat, tedapat pada 50% wanita
2. pelvis android, seperti gambaran jantung
3. pelvis anthropoid, bentuk oval, sempit dan memanjang dengan sumbu panjang ke arah anteroposterior
4. pelvis platypelloid, bentuk ellips, sumbu panjang ke arah transversal
Perbedaan pelvis wanita dan laki-laki :
1. arcus pubis pada wanita lebih besar (>90 derajat)
2. aditus pelvis wanita hampir bulat laki-laki seperti jantung
3. ala ossis illi wanita lebih lebar
4. os sacrum pada wanita lebih pendek, lebar dan kurang melengkung
5. spina ischiadica wanita tidak menonjol
Pelvimetri (ukuran-ukuran pada pelvis)
1. conjugata anatomica : jarak antara promontorium dan tepi atas simpisis pubis
2. conjugata obstetrica (gynaecologica) : jarak antara promontorium dan dinding posterior simpisis pubis
3. conjugata diagonalis : jarak antara promontorium dan tepi bawah simpisis pubis
4. diameter transversa : ukuran transversal terbesar pada aditus pelvis
5. diameter obliqua I : jarak antara artic. Sacroiliaca dexta dan eminentia iliopectinea sin
6. diameter obliqua II : jarak antara artic. Sacroiliaca sin dan eminentia iliopectinea dextra
SKELETON EXTREMITAS INFERIOR, terdiri dari :
1. os femur (paha) 1 pasang
2. os patella (lutut) 1 pasang
3. os tibia (tulang kering) 1 pasang
4. os fibula (tulang betis) 1 pasang
5. ossa tarsi (pergelangan kaki) 7 pasang
6. ossa metatarsi (telapak kaki) 5 pasang
7. phalanges (tulang jari kaki)
SYSTEMA ARTICULARE (ARTHROLOGI)
DEFINISI
Berasal dari bahasa yunani arthron yang berarti sendi dan logos yang berati ilmu. Jadi arthrologi adalah ilmu
yang mempelajari tentang sistem hubungan antara dua atau lebih komponen kerangka.
KLASIFIKASI
BERDASARKAN STRUKTUR
1. articulatio fibrosa (syanarthrosis), terdiri atas :
a. gomphosis, hubungan tonjolan dengan kantong. Contoh persendian gigi dengan alveolus tulangnya
b. sutura, permukaan tulang yang berhubungan berkelok saling sesuai, tidak ada gerakan. Contoh sutura
coronalis pada kepala
c. syndesmosis, jaringan ikat fibrosa banyak, gerakan sedikit. Contoh syndesmosis tibiofibularis
2. articulatio cartilaginea, disatukan oleh cartilago hyalin, contoh simpisis pubis
3. articulatio synovialis (diarthrosis), mempunyai ruang, cairan sinovia, permukaan (facies articularis)
ditutupi cartilago hyalin, disatukan oleh capsula articularis atau ligamenta
BERDASARKAN GERAKAN
Articulatio sinovialis dibagi menjadi subklas :
1. artic. Monoaxialis, jumlah axis 1 buah, contoh : arti trochoidea dan ginglimus
2. artic. Biaxialis , jumlah axis 2 buah, contoh artic. Ellipsoidea dan sellaris
3. artic. Triaxialis, jumlah axis 3 buah, contoh : artic. Spheroidea
berdasarkan gerakan yang dapat dilakukan, dibagi menjadi :
1. articulatio plana, facies articularis melengkung ringan, memungkinkan penggelincirian keberbagai arah
atau pemutaran tulangv yang satu terhadap tulang yang lain
2. gynglimus (sendi engsel) : facies articularis berbentuk silinder, kemungkinan gerak dalam satu bidang
yaitu flexi dan extensi, contoh artic interphalanges
3. artic condylaris, punya dua facies artic, gerakan mirip ginglimus, contoh artic genu
4. artic spheroidea (enarthrosis), facies articularis berbentuk spheris/bulan sabit, gerakan yang mungkin
anteflexio, retroflexio, exorotatio, endorotatio, abductio, adductio, sircumductio, contoh : artic humeri
5. artic ellipsoidea, facies artic berbentuk ellips, contoh radiocarpea
6. artic sellaris (sendi pelana), facies artic berbentuk pelana, contoh artic carpometacarpalis 1
7. artic trochoidea (sendi poros), facies artic seperti cincin, contoh artic radioulnaris
Range of movement (luas gerakan), pada sendi mempunyai variasi individu dan dibatasi oleh adanya :
1. otot-otot yang bekerja pada sendi
2. bentuk tulang dan facies articularis
3. ligamentum dan capsula articularis

You might also like