You are on page 1of 40

Laporan Kasus

BENDA ASING (SERANGGA) AURIKULA


DEKSTRA

Disusun oleh :
Frischa Trirosalia, S.Ked
Ray Suga Aulia Sentani, S.Ked

Pembimbing :
dr. Denny Satria Utama, Sp. THT-KL (K). M.Si, Med, FICS

BAGIAN ILMU KESEHATAN THT-KL


RUMAH SAKIT UMUM MOHAMMAD HOESIN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2017

1
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Kasus
BENDA ASING (SERANGGA) AD

Oleh:
Frischa Trirosalia, S.Ked
Ray Suga Aulia Sentani, S.Ked

Bagian Ilmu Kesehatan THT-KL Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya/


Rumah Sakit Umum Mohammad Hoesin Palembang periode Oktober 2017–
November 2017

Palembang, Oktober 2017

dr. Denny Satria Utama, Sp. THT-KL (K). M.Si, Med, FICS

2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nyalah, penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan kasus
ini dengan judul ” Benda Asing (Serangga) AD”. Pada kesempatan ini, penulis
juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dr. Puspa Zuleka,
Sp.THT-KL (K) selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk
membimbing dan memberikan pengarahan dalam penyusunan laporan kasus ini.
Dalam penyusunan laporan kasus ini, penulis menyadari sepenuhnya
bahwa laporan kasus ini masih terdapat kekurangan, baik dari isi maupun teknik
penulisan. Sehingga apabila ada kritik dan saran dari semua pihak untuk
kesempurnaan laporan kasus, penulis ucapkan banyak terimakasih.
Demikianlah penulisan laporan kasus ini, semoga dapat berguna bagi kita
semua.

Palembang, Oktober 2017

Penulis

3
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL.................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii
DAFTAR ISI ...........................................................................................................iv
PENDAHULUAN ...................................................................................................1
TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................................2
LAPORAN KASUS ............................................................................................... 15
DISKUSI ................................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................31

4
BAB I
PENDAHULUAN

Benda asing adalah benda yang berasal dari luar tubuh atau dari dalam
tubuh, yang dalam keadaan normal tidak ada. Kasus Benda asing paling banyak
berlokasi di telinga (64,4 %), diikuti oleh hidung (19,5 %) dan orofaring (8,9 %).
Benda asing pada telinga, hidung dan tenggorok sering terjadi pada anak dan 50,1
% pasien berumur 8 tahun kebawah. 1
Benda asing pada telinga dapat berupa benda mati atau benda hidup.
Benda asing telinga yang cukup sering pada anak-anak adalah potongan kertas,
kapas cotton bud, atau serangga kecil. Kadang seseorang menjadi panik bila
telinga kemasukan benda asing, sebab mendadak nyeri atau pendengaran
terganggu. Diagnosis terlambat ditegakkan karena gejala yang tidak khas, atau
saat kejadian anak tidak dalam pengawasan orang tua.1
Benda asing pada meatus akustikus eksternus merupakan kasus yang
sering terjadi dan terkadang menjadi kasus yang sulit ditangani. Berbagai jenis
benda asing dapat ditemukan pada meatus akustikus eksternus. Benda asing pada
telinga diklasifikasikan menjadi benda hidup seperti serangga kecil dan benda
mati. Benda mati dibagi menjadi organik seperti kacang-kacangan, padi dan
anorganik seperti manik-manik, lipatan kertas dan peluru mainan.2,3
Benda asing sering terjebak di dalam liang telinga dikarenakan terdapat
dua area sempit secara anatomis didalamnya yaitu daerah yang menghubungkan
bagian kartilago dan bagian tulang, kemudian daerah isthmus dari bagian tulang.4
Keberhasilan mengeluarkan benda asing biasanya tergantung kondisi
pasien yang kooperatif, pemakaian alat yang tepat, benda asing terlihat jelas dan
keterampilan dokter yang menanganinya. Penatalaksanaan pada benda asing
telinga luar hidup berbeda dengan benda asing telinga luar mati, namun
prinsipnya sama yaitu benda asing harus keluar dari liang telinga luar.1

5
BAB II
STATUS PASIEN

I. Identifikasi
Nama : Tn. DS
TTL/Umur : 27 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Bangsa : Indonesia
Alamat : Plaju, Palembang
Pekerjaan : Wiraswasta
Status Poliklinik : THT-Otologi

II. Alloanamnesis (bapak pada tanggal 10 Oktober 2017, pukul 11.00 WIB)
Keluhan Utama : Telinga kanan kemasukan serangga sejak 1 jam
sebelum masuk rumah sakit

Riwayat Perjalanan Penyakit:


± 1 jam yang lalu, penderita mengeluh kemasukan serangga ditelinga
kanan, penderita merasa ada benda yang bergerak-gerak diliang telinga
kanannya. Penderita juga mengeluh terasa penuh dan nyeri di telinga kanan.
Keluar darah dari telinga (+), telinga berdenging (-), penurunan pendengaran
(-), rasa gatal di telinga (-), keluar cairan dari telinga (-), demam (-), batuk (-),
pilek (-), sakit kepala (-), rasa berputar (-). Penderita kemudian berusaha
mengeluarkan benda tersebut dengan jari telunjuknya, namun tidak berhasil,
penderita berobat ke poli THT RSMH Palembang.

Riwayat Penyakit Dahulu


- Riwayat hidung tersumbat tidak ada, bersin lebih dari 5 kali bila terkena
debu dan cuaca dingin tidak ada, keluar cairan dari hidung tidak ada,
gangguan penghidu tidak ada

6
- Nyeri tenggorok tidak ada, nyeri dan sulit menelan tidak ada, dahak di
tenggorok tidak ada, rasa sumbatan di leher tidak ada, suara serak tidak
ada.
- Nyeri kepala tidak ada, nyeri daerah sekitar muka tidak ada, penglihatan
ganda tidak ada, muntah menyemprot tidak ada
- Riwayat pengobatan sebelumnya disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga


 Riwayat alergi tidak ada
 Riwayat asma tidak ada
 Riwayat pilek berulang tidak ada
 Riwayat bersin di pagi hari tidak ada
 Keluhan yang sama pada keluarga tidak ada

Riwayat Imunisasi
 Imunisasi lengkap

Riwayat Kebiasaan
 Kebiasaan memasukkan benda asing ke telinga (-)
 Kebiasaan mengorek telinga dengan kapas cotton bud (+)

III. Pemeriksaan Fisik (di Bagian POLI THT-KL RSMH, 10 Oktober 2017,
pukul 11.00 )
a. Status Generalikus
Keadaan Umum : Tampak Sakit Ringan
Kesadaran : Compos Mentis
Gizi : Normoweight
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 89 kali/menit
Pernafasan : 21 kali/menit
Suhu : 36,8 0C

7
Jantung : HR 89x/menit, BJ I-II Normal, Murmur Gallop (-)
Paru-paru : Vesikuler (+) Normal, Ronkhi (-), Wheezing (-)
Abdomen : Datar, Lemas Hepar: Tidak teraba, Lien: Tidak
Teraba
Ekstremitas : Akral hangat, Edema (-)

b. Status Lokalis
Telinga
I. Telinga Luar Kanan Kiri
Regio Retroaurikula
- Abses Tidak ada Tidak ada
- Sikatrik Tidak ada Tidak ada
- Pembengkakan Tidak ada Tidak ada
- Fistula Tidak ada Tidak ada
- Jaringan granulasi Tidak ada Tidak ada

Regio Zigomatikus
- Kista Brankial Klep Tidak ada Tidak ada
- Fistula Tidak ada Tidak ada
- Lobulus Aksesorius Tidak ada Tidak ada

Aurikula
- Mikrotia Tidak ada Tidak ada
- Efusi perikondrium Tidak ada Tidak ada
- Keloid Tidak ada Tidak ada
- Nyeri tarik aurikula Tidak ada Tidak ada
- Nyeri tekan tragus Tidak ada Tidak ada

Meatus Akustikus Eksternus


- Lapang/sempit Lapang Lapang
- Oedema Ada Tidak ada
- Hiperemis Ada Tidak ada
- Pembengkakan Tidak ada Tidak ada
- Erosi Tidak ada Tidak ada
- Krusta Tidak ada Tidak ada
- Sekret Tidak ada Tidak ada
(serous/seromukus/mukopus/pus)
- Perdarahan Ada Tidak ada
- Bekuan darah Tidak ada Tidak ada
- Cerumen plug Tidak ada Tidak ada
- Epithelial plug Tidak ada Tidak ada
- Jaringan granulasi Tidak ada Tidak ada

8
- Debris Tidak ada Tidak ada
- Benda asing Ada, serangga Tidak ada
- Sagging Tidak ada Tidak ada
- Exostosis Tidak ada Tidak ada
II. Membran Timpani
- Warna Sulit dinilai Putih
(putih/suram/hiperemis/hematoma)
- Bentuk (oval/bulat) Sulit dinilai Oval
- Pembuluh darah Sulit dinilai Normal
- Refleks cahaya Sulit dinilai (+) arah jam 7
- Retraksi Sulit dinilai Tidak ada
- Bulging Sulit dinilai Tidak ada
- Bulla Sulit dinilai Tidak ada
- Ruptur Sulit dinilai Tidak ada
- Perforasi Sulit dinilai Tidak ada
(sentral/perifer/marginal/attic)
(kecil/besar/ subtotal/ total)
- Pulsasi Sulit dinilai Normal
- Sekret Sulit dinilai Tidak ada
(serous/seromukus/ mukopus/ pus)
G - Tulang pendengaran Sulit dinilai Normal
a - Kolesteatoma Sulit dinilai Tidak ada
m - Polip Sulit dinilai Tidak ada
b - Jaringan granulasi Sulit dinilai Tidak ada

Gambar Membran Timpani

Benda Asing (Serangga)

9
Gambar 2. Telinga Kanan Pasien

III. Tes Khusus Kanan Kiri


1. Tes Garpu Tala
- Tes Rinne + +
- Tes Weber _ _
- Tes Scwabach normal normal
2. Tes Audiometri Tidak dilakukan Tidak dilakukan

3. Tes Fungsi Tuba Kanan Kiri


- Tes Valsava Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- Tes Toynbee

10
4. Tes Kalori Kanan Kiri
- Tes Kobrak Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Hidung
I.Tes Fungsi Hidung Kanan Kiri
-Tes aliran udara Normal Normal
-Tes penciuman
Teh Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Kopi
Tembakau

II.Hidung Luar Kanan Kiri


-Dorsum nasi Normal Normal
-Akar hidung Normal Normal
-Puncak Hidung Normal Normal
-Sisi hidung Normal Normal
-Ala nasi Normal Normal
-Deformitas - -
-Hematoma - -
-Pembengkakan - -
-Krepitasi - -
-Hiperemis - -
-Erosi kulit - -
-Vulnus - -
-Ulkus - -
-Tumor - -
-Duktus nasolakrimalis (tersumbat/tidak - -
tersumbat)

III.Hidung Dalam Kanan Kiri


1. Rinoskopi Anterior
a.Vestibulum nasi
-Sikatrik - -
-Stenosis - -
-Atresia - -
-Furunkel - -
-Krusta - -
-Sekret (serous/seromukus/mukopus/pus) - -
b.Kolumela
-Utuh/tidakutuh Utuh Utuh
-Sikatrik - -
-Ulkus - -
c. Kavum nasi
-Luasnya (lapang/cukup/sempit) Luas Luas

11
-Sekret (serous/seromukus/mukopus/pus) - -
-Krusta - -
-Bekuan darah - -
-Perdarahan - -
-Benda asing - -
-Rinolit - -
-Polip - -
-Tumor - -
d. Konka Inferior
-Mukosa (erutopi/ hipertropi/atropi) Eutropi Eutropi
(basah/kering) Basah Basah
(licin/tak licin) Licin Licin
-Warna (merah muda/hiperemis/pucat/livide) Merah Merah
-Tumor Muda Muda
- -
e. Konka media
-Mukosa (erutopi/ hipertropi/atropi) Sulit Dinilai Sulit Dinilai
(basah/kering)
(licin/tak licin)
-Warna (merah muda/hiperemis/pucat/livide)
-Tumor
f.Konka superior
-Mukosa (erutopi/ hipertropi/atropi) Sulit Dinilai Sulit Dinilai
(basah/kering)
(licin/tak licin)
-Warna (merah muda/hiperemis/pucat/livide)

-Tumor
g. Meatus Medius
-Lapang/ sempit Sulit Dinilai Sulit Dinilai
-Sekret (serous/seromukus/mukopus/pus)
-Polip
-Tumor
h. Meatus inferior
-Lapang/ sempit Sulit Dinilai Sulit Dinilai
-Sekret (serous/seromukus/mukopus/pus)
-Polip
-Tumor
i. Septum Nasi
-Mukosa (eutropi/ hipertropi/atropi) Eutropi Eutropi
(basah/kering) Basah Basah
(licin/tak licin) Licin Licin
-Warna (merah muda/hiperemis/pucat/livide) Merah Merah
-Tumor Muda Muda

12
-Deviasi (ringan/sedang/berat) - -
(kanan/kiri) Normal Normal
(superior/inferior) - -
(anterior/posterior) - -
(bentuk C/bentuk S) - -
-Krista - -
-Spina - -
-Abses - -
-Hematoma - -
-Perforasi - -
-Erosi septum anterior - -
- -

Gambar Dinding Lateral Hidung Dalam (Dalam Batas Normal)

Gambar Hidung Dalam Potongan Frontal (Dalam Batas Normal)

13
2.Rinoskopi Posterior Kanan Kiri
-Postnasal drip - -
-Mukosa (licin/tak licin)
(merah muda/hiperemis) Licin Licin
-Adenoid - -
-Tumor - -
-Koana (sempit/lapang) Lapang Lapang
-Fossa Russenmullery (tumor/tidak) Tumor (-) Tumor (-)
-Torus tobarius (licin/tak licin) Licin Licin
-Muara tuba (tertutup/terbuka) Terbuka Terbuka
(sekret/tidak)

Gambar Hidung Bagian Posterior (Dalam Batas Normal)

IV.Pemeriksaan Sinus Paranasal Kanan Kiri


-Nyeri tekan/ketok
-infraorbitalis - -
-frontalis - -
-kantus medialis - -
-Pembengkakan - -
-Transiluminasi
-regio infraorbitalis - -
-regio palatum durum - -
Tenggorok
I.Rongga Mulut Kanan Kiri
-Lidah (hiperemis/udem/ulkus/fissura) Normal Normal
(mikroglosia/makroglosia)
(leukoplakia/gumma)

14
(papilloma/kista/ulkus)
-Gusi (hiperemis/udem/ulkus) Normal Normal
-Bukal (hiperemis/udem)
(vesikel/ulkus/mukokel)
-Palatum durum (utuh/terbelah/fistel) Utuh Utuh
(hiperemis/ulkus) - -
(pembengkakan/abses/tumor) - -
(rata/tonus palatinus) - -
-Kelenjar ludah (pembengkakan/litiasis) Normal Normal
(striktur/ranula) - -
-Gigi geligi (mikrodontia/makrodontia) Normal Normal
(anodontia/supernumeri) - -
(kalkulus/karies) - -

II.Faring Kanan Kiri


-Palatum molle Normal Normal
(hiperemis/udem/asimetris/ulkus) Simetris Simetris
-Uvula (udem/asimetris/bifida/elongating) Normal Normal
-Pilar anterior (hiperemis/udem/perlengketan)
(pembengkakan/ulkus) Normal Normal
-Pilar posterior (hiperemis/udem/perlengketan)
(pembengkakan/ulkus) Normal Normal
-Dinding belakang faring (hiperemis/udem) - -
(granuler/ulkus) - -
(secret/membran) Tidak Tidak
-Lateral band (menebal/tidak) menebal menebal
-Tonsil Palatina (derajat pembesaran) T1/ T2/ T3 T1/ T2/ T3
(permukaan rata/tidak) Rata Rata
(konsistensi kenyal/tidak) Kenyal Kenyal
(lekat/tidak) - -
(kripta lebar/tidak) Tidak Tidak
(dentritus/membran) Lebar Lebar
(hiperemis/udem) - -
(ulkus/tumor) - -
- -

15
Gambar rongga mulut dan faring

Rumus gigi-geligi

III.Laring Kanan Kiri


1.Laringoskopi tidak langsung (indirect)
-Dasar lidah (tumor/kista) Normal Normal
-Tonsila lingualis (eutropi/hipertropi)
-Valekula (benda asing/tumor)
-Fosa piriformis (benda asing/tumor)
-Epiglotis
(hiperemis/udem/ulkus/membran)
-Aritenoid
(hiperemis/udem/ulkus/membran)
-Pita suara (hiperemis/udem/menebal)
(nodus/polip/tumor)
(gerak simetris/asimetris)
-Pita suara palsu (hiperemis/udem)

16
-Rima glottis (lapang/sempit)
-Trakea
2.Laringoskopi langsung (direct) Tidak Tidak
Dilakukan Dilakukan

Gambar laring (laringoskopi tidak langsung) (Dalam BatasNormal)

Pemeriksaan Laboratorium
 Darah
Tidak Dilakukan
 Urine
Tidak dilakukan
 Feces
Tidak dilakukan
 Mikrobiologi (kultur dan tes resistensi)
Tidak dilakukan
 Tes alergi (prick test)
Tidak Dilakukan
 Pemeriksaan Radiologik
Tidak Dilakukan

Diagnosa banding
-

17
Diagnosa kerja
Benda Asing (Serangga) Aurikula Dekstra

Pengobatan
I. Non Medikamentosa
- Ekstraksi Manual
- Istirahat
- Diet
- KIE
- Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakit disebabkan oleh
serangga
- Setelah tindakan, apabila ada tanda-tanda peradangan seperti
nyeri, kemerahan pada telinga atau adan sekret yang keluar dari
teringa segera kembali ke dokter.
- Pasien sebaiknya menjaga kebersihan telinga untuk mencegah
penyakit menjadi lebih parah dan diberitahu untuk tidak sering
mengorek telinga.
- Minum obat secara teratur sesuai petunjuk dokter, antibiotik
dihabiskan
II. Medikamentosa
a. Lokal
- Tetes telinga : Rivanol Ear Drop 2 gtt VI AD

b. Sistemik
o Antibiotik
o Analgetika

VI. Pemeriksaan Anjuran


Tidak Dilakukan

VII. Prognosis
Quo Ad Vitam : Dubia Ad Bonam
Quo Ad Functionam : Dubia Ad Bonam
Quoa Ad Sanationam : Dubia Ad Bonam

18
Resep yang diberikan

Rumah Sakit Umum Pusat


Jalan Jenderal Sudirman Km 3,5Telpon 354088
Palembang 30126

Instalasi THT
Dokter…………………………………
Residen/ko-ass………………………
Palembang,…………………………….

R/ Cefadroxil tab 500 mg no. X


S2dd tab 1 pc
R

R/ Asam Mefenamat tab 500 mg no X


S3dd tab 1 pc
R

Pro : Tn. D.S

Usia : 27 Tahun

Alamat : Plaju, Palembang

19
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Anatomi Telinga


Telinga adalah alat indra yang berfungsi untuk mendengar suara di
sekitar kita sehingga kita dapat mengetahui/ mengidentifikasi yang terjadi di
sekitar kita tanpa melihat. Orang yang tidak bisa mendengar disebut tuli. Telinga
terdiri atas tiga bagian yaitu bagian luar, tengah, dan dalam. 1,4

Gambar 1. Telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam

3.1.1 Telinga Luar


Telinga luar terdiri atas auricula dan meatus akustikus eksternus.
Auricula berbentuk khas dan berfungsi mengumpulkan getaran udara, auricula
terdiri atas lempeng tulang rawan elastis tipis yang ditutupi kulit. Auricula juga
mempunyai otot intrinsik dan ekstrinsik, yang keduanya dipersarafi oleh
N.facialis.5,6
Auricula (daun telinga) terdiri dari antihelix yang membentuk huruf Y,
dengan bagian crux superior di sebelah kiri dari fossa triangularis, crux inferior

20
pada sebelah kanan dari fossa triangularis, antitragus berada di bawah tragus,
sulcus auricularis merupakan sebuah struktur depresif di belakang telinga di dekat
kepala, concha berada di dekat saluran pendengaran, angulus conchalis yang
merupakan sudut di belakang concha dengan sisi kepala, crus helix yang berada di
atas tragus, cymba conchae merupakan ujung terdekat dari concha, meatus
akustikus eksternus yang merupakan pintu masuk dari saluran pendengaran, fossa
triangularis yang merupakan struktur depresif di dekat anthelix, helix yang
merupakan bagian terluar dari daun telinga, incisura anterior yang berada di antara
tragus dan antitragus, serta lobus yang berada di bagian paling bawah dari daun
telinga, dan tragus yang berada di depan meatus akustikus eksternus.1,4,5,6

Gambar 2. Bagian-bagian dari auricula telinga luar.

Meatus akustikus eksternus (liang telinga luar) merupakan sebuah tabung


berkelok yang menghubungkan auricula dengan membran timpani. Pada orang
dewasa panjangnya lebih kurang 1 inchi atau kurang lebih 2,5 cm, dan dapat
diluruskan untuk memasukkan otoskop dengan cara menarik auricula ke atas dan
belakang. Pada anak kecil auricula ditarik lurus ke belakang, atau ke bawah dan
belakang. Bagian meatus yang paling sempit adalah kira-kira 5 mm dari membran
timpani.1,5,6
Rangka sepertiga bagian luar meatus adalah kartilago elastis, dan dua
pertiga bagian dalam adalah tulang yang dibentuk oleh lempeng timpani. Meatus
dilapisi oleh kulit, dan sepertiga luarnya mempunyai rambut, kelenjar sebasea, dan

21
glandula seruminosa. Glandula seruminosa ini adalah modifikasi kelenjar keringat
yang menghasilkan sekret lilin berwarna coklat kekuningan. Rambut dan lilin ini
merupakan barier yang lengket, untuk mencegah masuknya benda asing.1,4,5,6
Saraf sensorik yang melapisi kulit pelapis meatus berasal dari
n.auriculotemporalis dan ramus auricularis n. vagus. Sedangkan aliran
limfemenuju nodi parotidei superficiales, mastoidei, dan cervicales
superficiales.5,6

3.1.2 Telinga Tengah


Telinga tengah adalah ruang berisi udara di dalam pars petrosa ossis
temporalis yang dilapisi oleh membrana mukosa. Ruang ini berisi tulang-tulang
pendengaran yang berfungsi meneruskan getaran membran timpani (gendang
telinga) ke perilympha telinga dalam. Kavum timpani berbentuk celah sempit
yang miring, dengan sumbu panjang terletak lebih kurang sejajar dengan bidang
membran timpani. Di depan, ruang ini berhubungan dengan nasopharing melalui
tuba auditiva dan di belakang dengan antrum mastoid.5,6
Telinga tengah mempunyai atap, lantai, dinding anterior, dinding
posterior, dinding lateral, dan dinding medial. Atap dibentuk oleh lempeng tipis
tulang, yang disebut tegmen timpani, yang merupakan bagian dari pars petrosa
ossis temporalis. Lempeng ini memisahkan kavum timpani dan meningens dan
lobus temporalis otak di dalam fossa kranii media. Lantai dibentuk di bawah oleh
lempeng tipis tulang, yang mungkin tidak lengkap dan mungkin sebagian diganti
oleh jaringan fibrosa. Lempeng ini memisahkan kavum timpani dari bulbus
superior V. jugularis interna. Bagian bawah dinding anterior dibentuk oleh lem-
peng tipis tulang yang memisahkan kavum timpani dari a. carotis interna. Pada
bagian atas dinding anterior terdapat muara dari dua buah saluran. Saluran yang
lebih besar dan terletak lebih ba- wah menuju tuba auditiva, dan yang terletak
lebih atas dan lebih kecil masuk ke dalam saluran untuk m. tensor tympani.
Septum tulang tipis, yang memisahkan saluran-saluran ini diperpanjang ke bela-
kang pada dinding medial, yang akan membentuk tonjolan mirip selat. Di bagian
atas dinding posterior terdapat sebuah lubang besar yang tidak beraturan, yaitu

22
auditus antrum. Di bawah ini terdapat penonjolan yang berbentuk kerucut, sempit,
kecil, disebut pyramis. Dari puncak pyramis ini keluar tendo m. stapedius.
Sebagian besar dinding lateral dibentuk oleh membran timpani.1,4,5,6
Membran timpani adalah membrana fibrosa tipis yang berwarna kelabu
mutiara. Membran ini terletak miring, menghadap ke bawah, depan, dan lateral.
Permukaannya konkaf ke lateral. Pada dasar cekungannya terdapat lekukan kecil,
yaitu umbo, yang terbentuk oleh ujung manubrium mallei. Bila membran terkena
cahaya otoskop, bagian cekung ini menghasilkan "refleks cahaya" yang memancar
ke anterior dan inferior dari umbo.5,6
Membran timpani berbentuk bulat dengan diameter lebih-kurang 1 cm.
Pinggirnya tebal dan melekat di dalam alur pada tulang. Alur itu, yaitu sulcus tim-
panicus, di bagian atasnya berbentuk incisura. Dari sisi-sisi incisura ini berjalan
dua plica, yaitu plica mallearis anterior dan posterior, yang menuju ke processus
lateralis mallei. Daerah segitiga kecil pada membran timpani yang dibatasi oleh
plika-plika tersebut lemas dan disebut pars flaccida. Bagian lainnya tegang disebut
pars tensa. Manubrium mallei dilekatkan di bawah pada permukaan dalam
membran timpani oleh membran mucosa. Membran tympan sangat peka terhadap
nyeri dan permukaan luarnya dipersarafi oleh n.auriculotemporalis dan ramus
auricularis n. vagus.5,6
Dinding medial dibentuk oleh dinding lateral telinga dalam. Bagian
terbesar dari dinding memperlihatkan penonjolan bulat, disebut promontorium,
yang disebabkan oleh lengkung pertama cochlea yang ada di bawahnya. Di atas
dan belakang promontorium terdapat fenestra vestibuli, yang berbentuk lonjong
dan ditutupi oleh basis stapedis. Pada sisi medial fenestra terdapat perilympha
scala vestibuli telinga dalam. Di bawah ujung posterior promontorium terdapat
fenestra cochleae, yang berbentuk bulat dan ditutupi oleh membran timpani
sekunder. Pada sisi medial dari fenestra ini terdapat perilympha ujung buntu scala
timpani.5,6
Tonjolan tulang berkembang dari dinding anterior meluas ke belakang
pada dinding medial di atas promontorium dan di atas fenestra vestibuli. Tonjolan
ini menyokong m. tensor timpani. Ujung posteriornya melengkung ke atas dan

23
membentuk takik, disebut processus cochleariformis. Di sekeliling takik ini tendo
m. tensor timpani membelok ke lateral untuk sampai ke tempat insersionya yaitu
manubrium mallei.1,4,5,6
Sebuah rigi bulat berjalan secara horizontal ke belakang, di atas
promontorium dan fenestra vestibuli dan dikenal sebagai prominentia canalis
nervi facialis. Sesampainya di dinding posterior, prominentia ini melengkung ke
bawah di belakang pyramis.6

Gambar 3. Membran Timpani

Tuba eustachius terbentang dari dinding anterior kavum timpani ke


bawah, depan, dan medial sampai ke nasopharynx. Sepertiga bagian posteriornya
adalah tulang dan dua pertiga bagian anteriornya adalah cartilago. Tuba
berhubungan dengan nasopharynx dengan berjalan melalui pinggir atas m.
constrictor pharynges superior. Tuba berfungsi menyeimbangkan tekanan udara di
dalam cavum timpani dengan nasopharing.5,6
Antrum mastoid terletak di belakang kavum timpani di dalam pars
petrosa ossis temporalis, dan berhubungan dengan telinga tengah melalui auditus
ad antrum, diameter auditus ad antrum lebih kurang 1 cm.6
Dinding anterior berhubungan dengan telinga tengah dan berisi auditus
ad antrum, dinding posterior memisahkan antrum dari sinus sigmoideus dan
cerebellum. Dinding lateral tebalnya 1,5 cm dan membentuk dasar trigonum
suprameatus. Dinding medial berhubungan dengan kanalis semicircularis
posterior. Dinding superior merupakan lempeng tipis tulang, yaitu tegmen

24
timpani, yang berhubungan dengan meninges pada fossa kranii media dan lobus
temporalis cerebri. Dinding inferior berlubang-lubang, menghubungkan antrum
dengan cellulae mastoideae.6

3.1.3 Telinga Dalam


Telinga dalam terletak di dalam pars petrosa ossis temporalis, medial
terhadap telinga tengah dan terdiri atas (1) telinga dalam osseus, tersusun dari
sejumlah rongga di dalam tulang; dan (2) telinga dalam membranaceus, tersusun
dari sejumlah saccus dan ductus membranosa di dalam telinga dalam osseus. 5,6

Gambar 4. Telinga Dalam

Telinga dalam osseus terdiri atas tiga bagian: vestibulum, canalis


semicircularis, dan cochlea. Ketiganya merupakan rongga-rongga yang terletak di
dalam substantia kompakta tulang, dan dilapisi oleh endosteum serta berisi cairan
bening, yaitu perilympha, yang di dalamnya terdapat labyrinthus membra-
naceus.4,5
Vestibulum, merupakan bagian tengah telinga dalam osseus, terletak
posterior terhadap cochlea dan anterior terhadap canalis sennicircularis. Pada
dinding lateralnya terdapat fenestra vestibuli yang ditutupi oleh basis stapedis dan
ligamentum annularenya, dan fenestra cochleae yang ditutupi oleh membran
timpani sekunder. Di dalam vestibulum terdapat sacculus dan utriculus telinga
dalam membranaceus. 4,5

25
Ketiga canalis semicircularis, yaitu canalis semicircularis superior,
posterior, dan lateral bermuara ke bagian posterior vetibulum. Setiap canalis
mempunyai sebuah pelebaran di ujungnya disebut ampulla. Canalis bermuara ke
dalam vestibulum melalui lima lubang, salah satunya dipergunakan bersama oleh
dua canalis. Di dalam canalis terdapat ductus semicircularis. 1,4,5
Canalis semicircularis superior terletak vertikal dan terletak tegak lurus
terhadap sumbu panjang os petrosa. Canalis semicircularis posterior juga vertikal,
tetapi terletak sejajar dengan sumbu panjang os petrosa. Canalis semicircularis
lateralis terletak horizontal pada dinding medial aditus ad antrum, di atas canalis
nervi facial is.4,5
Cochlea berbentuk seperti rumah siput, dan bermuara ke dalam bagian
anterior vestibulum. Umumnya terdiri atas satu pilar sentral, modiolus cochleae,
dan modiolus ini dikelilingi tabung tulang yang sempit sebanyak dua setengah
putaran. Setiap putaran berikutnya mempunyai radius yang lebih kecil sehingga
bangunan keseluruhannya berbentuk kerucut. Apex menghadap anterolateral dan
basisnya ke posteromedial. Putaran basal pertama dari cochlea inilah yang tampak
sebagai promontorium pada dinding medial telinga tengah.1,4,5
Modiolus mempunyai basis yang lebar, terletak pada dasar meatus
acusticus internus. Modiolus ditembus oleh cabang-cabang n. cochlearis. Pinggir
spiral, yaitu lamina spiralis, mengelilingi modiolus dan menonjol ke dalam canalis
dan membagi canalis ini. Membran basilaris terbentang dari pinggir bebas lamina
spiralis sampai ke dinding luar tulang, sehingga membelah canalis cochlearis
menjadi scala vestibuli di sebelah atas dan scala timpani di sebelah bawah.
Perilympha di dalam scala vestibuli dipisahkan dari cavum timpani oleh basis
stapedis dan ligamentum annulare pada fenestra vestibuli. Perilympha di dalam
scala tympani dipisahkan dari cavum timpani oleh membrana tympani secundaria
pada fenestra cochleae. 1,5
Telinga dalam membranaceus terletak di dalam telinga dalam osseus, dan
berisi endolympha dan dikelilingi oleh perilympha. telinga dalam membranaceus
terdiri atas utriculus dan sacculus, yang terdapat di dalam vestibulum osseus; tiga
ductus semicircularis, yang terletak di dalam canalis semicircularis osseus; dan

26
ductus cochlearis yang terletak di dalam cochlea. Struktur-struktur ini sating
berhubungan dengan bebas.4,5,6
Utriculus adalah yang terbesar dari dua buah saccus vestibuli yang ada,
dan dihubungkan tidak langsung dengan sacculus dan ductus endolymphaticus
oleh ductus utriculosaccularis.5
Sacculus berbentuk bulat dan berhubungan dengan utriculus, seperti
sudah dijelaskan di atas. Ductus endolymphaticus, setelah bergabung dengan
ductus utriculosaccularis akan berakhir di dalam kantung buntu kecil, yaitu saccus
endolymphaticus. Saccus ini terletak di bawah duramater pada permukaan
posterior pars petrosa ossis temporalis.4
Pada dinding utriculus dan sacculus terdapat receptor sensorik khusus
yang peka terhadap orientasi kepala akibat gaya berat atau tenaga percepatan
lain.5
Ductus semicircularis meskipun diameternya jauh lebih kecil dari canalis
semicircularis, mempunyai konfigurasi yang sama. Ketiganya tersusun tegak lurus
satu terhadap lainnya, sehingga ketiga bidang terwakili. Setiap kali kepala mulai
atau berhenti bergerak, atau bila kecepatan gerak kepala bertambah atau
berkurang, kecepatan gerak endolympha di dalam ductus semicircularis akan
berubah sehubungan dengan hal tersebut terhadap dinding ductus semicircularis.
Perubahan ini dideteksi oleh receptor sensorik di dalam ampulla ductus
semicircularis.5
Ductus cochlearis berbentuk segitiga pada potongan melintang dan
berhubungan dengan sacculus melalui ductus reuniens. Epitel sangat khusus yang
terletak di atas membrana basilaris membentuk organ Corti (organ spiralis) dan
mengandung receptor-receptor sensorik untuk pendengaran. 5,6

3.2 Benda Asing pada Telinga


3.2.1 Definisi
Benda asing dalam suatu organ ialah benda yang berasal dari luar tubuh
atau dari dalam tubuh, yang dalam keadaan normal tidak ada. Benda asing di

27
telinga merupakan masalah yang sering ditemukan oleh dokter THT, dokter anak
dan dokter layanan primer terutama di pelayanan gawat darurat.6,7,8
Benda asing yang ditemukan di liang telinga dapat sangat bervariasi, baik
berupa benda mati atau benda hidup, seperti binatang, komponen tumbuh-
tumbuhan, atau mineral. Selain itu, benda asing pada telinga merupakan salah satu
kasus gawat darurat yang utama. Kejadian tersering adalah pada telinga bagian
luar. Jika tidak ditatalaksana dengan baik, maka dapat menyebabkan berbagai
macam komplikasi seperti perforasi membran timpani, gangguan pendengaran dan
edema pada liang telinga.7,8,9

3.2.2 Epidemiologi
Benda asing di telinga merupakan kasus yang sering ditemukan pada
instalasi gawat darurat THT. Benda asing di telinga pada anak lebih sering terjadi
dibandingkan pada dewasa. Benda asing di liang telinga paling sering terjadi pada
anak usia < 10 tahun, sedangkan pada dewasa lebih jarang terjadi.7,9,10
Dari 827 pasien yang dilibatkan dalam penelitian, 386 adalah perempuan
(46,7%) dan 441 adalah laki-laki (53,3%), dengan rasio perempuan dan laki-laki
1,14 : 1,00. Kebanyakan benda asing (94,8%) terletak di telinga, hidung atau
tenggorokan. Lokasi benda asing pada kelompok pasien sebagian besar berada di
telinga (64,4%), diikuti oleh fossae hidung (19,5%), dan orofaring (8,9%). Lokasi
benda asing yang sulit di tentukan adalah sebanyak 2,9% kasus.

Grafik 1. Lokasi benda asing tersering

28
3.2.3 Etiopatogenesis
Benda asing yang masuk ke liang telinga dapat berupa benda mati organik
dan non organik, atau benda hidup.12 Pada anak kecil sering ditemukan kacang
hijau, manik, mainan, karet penghapus dan terkadang baterai. Pada orang dewasa
yang relatif sering ditemukan adalah kapas cotton bud yang tertinggal, potongan
korek api, patahan pensil, kadang-kadang ditemukan serangga kecil seperti kecoa,
semut atau nyamuk.8
Faktor-faktor yang berperan dalam masuknya benda asing di liang telinga
adalah keinginan untuk mengeksplorasi rongga-rongga tubuh (orifisium) terutama
pada anak. Hal ini terjadi akibat kurangnya pengawasan orang tua terhadap anak
dari benda-benda yang berisiko masuk ke liang telinga. Faktor lainnya antara lain
rasa ingin tahu (curiosity), ketertarikan pada benda-benda kecil, keinginan untuk
bersenang-senang (fun making), retardasi mental dan ADHD.9,15 Sementara pada
dewasa biasanya disebabkan karena kecelakaan/ ketidaksengajaan atau karena
gangguan jiwa.10

3.2.4 Manifestasi Klinis


Pasien dewasa pada umumnya dapat mengatakan kepada pemeriksa bahwa
ada sesuatu dalam telinganya. Sementara pada anak, berdasarkan usianya,
mungkin dapat mengetahui bahwa ada benda asing dalam telinganya atau muncul
dengan keluhan nyeri telinga atau telinga berair. Pasien mungkin dapat merasakan
ketidak nyamanan dan keluhan mual atau muntah jika ada serangga yang hidup di
liang telinga. Gejala lainnya dapat berupa gangguan pendengaran atau rasa penuh
di liang telinga.11
Pada pemeriksaan fisik, temuan dapat bervariasi tergantung benda dan
lama waktu benda tersebut sudah berada di liang telinga. Benda asing yang baru
saja masuk ke dalam telinga biasanya muncul tanpa kelainan selain adanya benda
asing tersebut yang terlihat secara langsung atau dengan otoskopi. Nyeri atau
perdarahan dapat terjadi pada benda yang melukai liang telinga atau jika terjadi
ruptur membran timpani, atau akibat usaha pasien yang memaksakan pengeluaran
benda tersebut. Jika sudah terlambat, dapat ditemukan eritema, pembengkakan

29
dan sekret berbau dalam liang telinga. Serangga dapat merusak liang telinga atau
membran timpani melalui gigitan atau sengatan.11

3.2.5 Diagnosis
Diagnosis ditegakkan dari anamnesis dan pemeriksaan fisik. Tidak ada
pemeriksaan laboratorium ataupun radiologi yang direkomendasikan sebagai
pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan fisik adalah alat diagnostik yang utama.
Otoskop dapat digunakan sambil menarik pinna ke arah posterosuperior. Pada
pasien yang dicurigai terdapat gangguan pendengaran dapat dilakukan
pemeriksaan audiometri nada murni. CT scan dapat dilakukan untuk menentukan
lokasi dan komplikasi akibat benda asing.11,12

3.2.6 Penatalaksanaan

Benda asing di liang telinga harus dikeluarkan. Liang telinga luar terdiri
dari bagian tulang rawan dan bagian tulang yang dilapisi oleh lapisan tipis dari
kulit dan periosteum. Bagian tulang sangat sensitif karena kulit hanya
memberikan sedikit bantal yang melapisi periosteum. Dengan demikian, upaya
mengeluarkan benda asing dapat sangat menyakitkan. Selain itu, liang telinga luar
menyempit di bagian perhubungan antara bagian tulang rawan dan bagian tulang.
Benda asing dapat menjadi tersangkut di tempat tersebut sehingga meningkatkan
kesulitan pada saat dikeluarkan. Upaya untuk mengeluarkan benda asing dapat
mendorongnya lebih jauh ke dalam liang telinga dan tersangkut di titik yang
sempit tersebut. Selain itu, membran timpani dapat rusak akibat penekanan benda
asing yang terlalu dalam atau akibat peralatan yang digunakan selama proses
pengangkatan. Oleh sebab itu, visualisasi yang adekuat, peralatan yang memadai,
pasien yang kooperatif, dan kemampuan dokter adalah kunci untuk mengangkat
benda asing.13

Pengeluaran benda asing di telinga merupakan suatu prosedur umum yang


dilakukan di departemen emergensi. Pengeluaran benda asing menjadi terindikasi
harus segera dilakukan tiap ditemukan benda asing yang tampak jelas terlihat pada

30
pemeriksaan liang telinga dan tidak dtemukan komplikasi lain. Adanya perforasi
membran timpani, kontak benda asing dengan membran timpani, atau visualisasi
inkomplit dari liang telinga menjadikan kasus benda asing ditelinga harus segera
dikonsulkan ke departemen emergengi dari THT-KL untuk pengeluaran benda
asing melalui prosedur operasi mikroskopik dan spekulum.14
Pada kasus-kasus tertentu, seperti baterai, konsultasi ke konsul cito ke
departemen THT-KL harus segera dilakukan karena time-sensitive berkaitan
dengan nekrosis likuefaksi dapat menyebabkan perforasi membrane timpani dan
komplikasi-komplikasi lain lebih lanjut. Irigasi pada kasus seperti ini tidak
direkomendasikan karena dapat mempercepat proses nekrosis.14
Tidak ada indikasi khusus pasien dengan benda asing di telinga untuk
dirawat inap. Kadang-kadang, tatalaksana untuk atasi nyeri atau mual diperlukan.
Pada pasien dengan benda asing di telinga berupa serangga memerlukan perhatian
khusus. Iritasi serta komplikasi lain seperti sengatan atau gigitan dapat terjadi jika
serangga masih hidup di liang telinga. Oleh karenanya serangga tersebut harus
dimatikan dulu dengan meneteskan mineral oil atau lidokain 2% ke liang telinga.
Penggunaan krim EMLA dilaporkan memberikan hasil yang efektif sama dengan
anastesi lokal untuk membunuh serangga di liang telinga.11,14
Pasien dengan benda asing di telinga diharapkan menghindari makan dan
minum selama 8 jam. Beberapa kasus benda asing di telinga memerlukan sedasi
untuk mengeluarkan benda asing tersebut dengan aman. Sedasi lebih aman
diberikan jika pasien puasa selama 8-12 jam.14
Alat-alat yang perlu dipersiapkan untuk tatalaksana benda asing di telinga yaitu:13
- Otoskop (dengan lensa yang removeable)
- Otoskop mikroskopik
- Spekulum telinga
- Lampu kepala
- Forsep Bayonet
- Forsep Aligator
- Right-angle hook
- Spuit

31
- Angiokateter nomor 20 gauge
- Basin
- Peralatan suction
- Magnet untuk benda asing berupa logam

Untuk tatalaksana, pasien dewasa diposisikan dalam keadaan duduk. Pina ditarik
superior-posterior meluruskan liang telinga untuk visualisasi optimal benda asing.
Pada pasien anak, orang tua memangku anaknya dengan mengapit kedua kakinya
dan menahan tangan serta kepalanya agar pada anak yang tidak koperatif tidak
terjadi trauma ketika pengeluaran benda asing. Pina pada pasien bayi ditarik
posterior bahkan inferior untuk visualisasi liang telinga.13
Anastesi lokal tidak rutin dilakukan dan juga tidak dianjurkan pada kasus
tanpa komplikasi karena bersifat invasif dan innervasi yang kompleks di dalam
liang telinga. Lokal anastesi diperlukan untuk kasus dengan benda asing berupa
serangga di telinga untuk mematikannya.11,12
Teknik-teknik untuk mengeluarkan benda asing di telinga yaitu melalui
teknik ekstraksi mekanis, irigasi, dan suction. Teknik yang digunakan pada pasien
dapat variatif pada tiap pasien tergantung dengan jenis benda asing pada pasien,
lokasi, serta riwayat kesehatan telinga pasien. Benda asing organik yang mampu
menyerap air, riwayat telinga berair pada pasien adalah beberapa kontraindikasi
dari metode irgasi. Serangga, materi organik, serta benda asing yang berpotensi
rapuh dan pecah menjadi beberapa bagian lebih sering dikeluarkan dengan
metode suction dibandingkan dengan forsep. Serangga yang masih hidup harus
dimatikan terlebih dahulu dengan mineral oil, lidokain 2%, atau krim EMLA.11,13
1. Ekstraksi Mekanis
Pada pasien dengan benda asing yang keras dan bundar di liang telinga dan
pasien kooperatif serta mampu mempertahankan posisinya, benda asing dapat
dikeluarkan dengan ekstraksi mekanis. Pemeriksa telinga dengan otoskop
sebelum melakukan tindakan untuk menilai lokasi benda asing serta untuk menilai
liang telinga. Gunakan hook melalui spekulum telinga dan fiksasi tangan yang
melakukan tindakan pada kepala pasien untuk meminimalisir trauma apabila

32
pasien melakukan gerakan yang tiba-tiba, capai benda asing dengan melewatkan
hook di celah antara benda asing dan liang telinga. Secara gentle, perlahan-lahan
tarik hook untuk mengeluarkan benda asing dari telinga.13,15
Penggunanan forsep Aligator atau forsep Bayonet sangat efektif untuk benda
asing di telinga yang lunak seperti kapas atau kertas. Masukkan forsep melalui
otoskop dengan lensa yang telah dilepas. Usahakan forsep tidak menyentuh
dinding liang telinga Setelah mencapai kapas atau kertas, secara gentle cengkram
dengan forsep, tahan selama 10 detik, lalu tarik ke luar perlahan-lahan. Kadang-
kadang modifikasi forsep dengan memberikan beberapa tetes cyanoacrylate (lem
super) memberikan hasil efektif untuk mengeluarkan benda asing yang lunak,
bersih, dan kering. Cyanoacrylate dapat dikeluarkan secara manul setelah 24-48
jam setelah terjadi deskuamasi epitel liang telinga. Jika lengket dan melekat pada
membran timpani, segera rujuk ke spesialis THT-KL untuk tatalaksana lebih
lanjut. Untuk benda asing yang keras dan besar, penggunaan forsep Aligator tidak
dianjurkan karena malah akan mendorong benda asing semakin dalam.11,13,15
Jika benda asing itu logam, instrument yang kita gunakan dapat
dimagnetisasi dahulu. Hal ini untuk mempermudah menggapai logam tersebut dan
stabil ketika dikeluarkan.14
Setiap selesai tindakan nilai kembali liang telinga tersebut dengan otoskop.
Penilaian ini penting untuk mendeteksi adanya komplikasi paska tindakan.13

Salah
Benar

33
Gambar 2. Ekstraksi mekanis benda asing di telinga.16

2. Irigasi
Irigasi merupakan metode terbaik untuk mengeluarkan benda asing yang
tidak teralu lengket dengan dinding liang telinga. Metode ini juga minimal invasif.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan irigasi adalah
ada/tidak perforasi pada membran timpani pasien (keluhan telinga berair), cairan
yang digunakan untuk mengirigasi, serta tindakan irigasi dan posisi pasien.
Tindakan irigasi menjadi kontraindikasi pada pasien dengan riwayat perforasi
pada membrane timpani. Cairan yang digunakan dapat berupa air steril atau saline
yang telah dihangatkan sesuai suhu tubuh pasien agar tidak memicu vertigo.13,15
Tindakan irigasi menggunakan spuit yang telah dihubungkan dengan
angioakateter nomor 20 gauge. Posisikan pasien secara aman dan nyaman.
Lindungi lokasi sekitar telinga dengan benda asing dengan kain agar tetap kering.
Tempatkan basin di bawah telinga dengan benda asing untuk mengumpulkan
cairan atau benda asing yang diharapkan keluar. Secara gentle, posisikan ujung
angiokateter tadi pada liang telinga luar (jangan terlalu dalam) dan injeksikan
cairan sampai benda asing tersebut keluar. Setelah keluar evaluasi kembali liang
telinga.13,15,18

34
Foreign body

Irrigation bottle

Gambar 3. Ekstraksi benda asing dengan metode irigasi.16


3. Suction
Suction adalah pilihan yang tepat untuk mengekstraksi benda asing di telinga
yang rapuh dan mudah terpecah menjadi beberapa bagian seperti serangga kecil
yang telah mati atau beberapa materi organic. Setelah mesin suction dihidupkan,
kateternya dimasukkan perlahan melalui otoskop dengan lensa removable dan
lakukan terus sampai benda asing tersedot atau jika lebih besar benda asing
tersebut melekat pada ujung kateter. Setelah itu keluarkan kateter dan evaluasi
liang telinga, apakah masih ada benda asing atau komplikasi yang terjadi setelah
tindakan tadi.13
Ketika sedang melakukan salah satu dari tindakan di atas terjadi komplikasi
seperti benda asing terdorong lebih ke dalam, ada perdarahan, edem, atau nyeri
pada telinga semakin bertambah, maka hentikan tindakan dan segera konsulkan
pasien kepada Spesialis THT-KL. Pengulangan tindakan pada kasus-kasus dengan
komplikasi seperti yang disebutkan di atas cendrung akan menimbulkan infeksi,
perforasi, ada comorbid lainnya.13
Tidak ada indikasi pemberian antiobiotik profilak untuk pasien yang
diekstraksi benda asing tanpa komplikasi. Jika ada tanda-tanda infeksi atau abrasi
liang telinga pasien dapat diberikan obat tetes telinga yang mengandung antibiotik

35
dan kortikosteroid seperti kortisporin (hidrokortison/neomisin/polimiksin) 5
tetes/hari selama 5-7 hari.11,13

3.2.8 Komplikasi

Komplikasi berat dapat terjadi di sebanyak 22% dari kasus yang di


temukan, dan morbiditas terkait dengan benda asing oleh karena itu, benda asing
harus di tangani secara benar. Komplikasi yang sering ditemukan adalah laserasi
liang telinga, perforasi membran timpani dan otitis eksterna.1,9

Penanganan yang tidak tepat akan dapat menimbulkan pendarahan, trauma


pada liang telinga, trauma pada membran timpani dan tulang-tulang pendengaran.
Hal ini akan menambah angka kesakitan pada pasien, sehingga akan memerlukan
tindakan eksplorasi dalam general anastesi untuk mengangkat benda asing
tersebut. Marques seperti dikutip Figueiredo menyatakan kurangnya pengalaman
dalam manajemen benda asing di telinga merupakan salah satu faktor yang
menyebabkan terjadinya komplikasi iatrogenik.9

Perforasi membran timpani tanpa kelainan di telinga tengah akan


menyebabkan dua efek berbeda pada pendengaran. Pertama adalah pengurangan
luas membran timpani yang merupakan pusat pengerahan tenaga ke telinga tengah
sehingga mengurangi gerakan tulang pendengaran. Makin besar perforasi makin
berkurang permukaan membran sebagai pengumpul tenaga suara, akhirnya suara
hanya ditampung di kuadran posterior sisa membran timpani tempat tulang-tulang
pendengaran atau sisa tulang-tulang pendengaran berada. Efek kedua terhadap
pendengaran oleh perforasi adalah akibat energi suara yang lansung ke tingkap
bulat tanpa dihambat oleh membran timpani. Efek itu akan semakin besar
sebanding dengan besarnya perforasi.17

Tidak semua komplikasi terjadi secara tiba-tiba setelah ekstraksi benda asing.
Biasanya tanda-tanda komplikasi dapat muncul dalam 1 minggu setelah ekstraksi.

36
Edukasi pasien untuk segera kembali ke dokter jika ada tanda-tanda seperti nyeri
pada telinga, kemerahan, demam, atau ada sekret yang keluar.13,14

37
BAB IV

ANALISIS KASUS

Seorang laki-laki berusia 27 tahun datang ke poliklinik THT-KL RSMH


dengan keluhan utama ± 1 jam yang lalu, penderita mengeluh kemasukan
serangga ditelinga kanan, penderita merasa ada benda yang bergerak-gerak diliang
telinga kanannya. Penderita juga mengeluh terasa penuh dan nyeri di telinga
kanan, keluar darah dari telinga. Pada anamnesis pasien dewasa pada umumnya
dapat mengatakan kepada pemeriksa bahwa ada sesuatu dalam telinganya. Gejala
lainnya dapat berupa gangguan pendengaran atau pasien mungkin dapat
merasakan ketidaknyamanan dan keluhan mual atau muntah jika ada serangga
yang hidup di liang telinga.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum dan vital sign dalam
batas normal. Dari pemeriksaan telinga didapatkan aurikula dekstra tampak benda
asing (serangga) di 2/3 dalam liang telinga bagian anterior. Disertai dengan
hiperemis, edema, dan perdarahan pada liang telinga kanan. Pada pemeriksaan
telinga kiri tidak didapatkan kelainan. Pemeriksaan garpu tala menunjukkan tidak
ada gangguan pendengaran. Pada pemeriksaan fisik untuk benda asing ditelinga
biasanya ditemukan benda asing saja atau disertai dengan tanda tanda peradangan
atau perdarahan.
Pengobatan berupa non medikamentosa dan medikamentosa. Non
medikamentosa berupa ekstraksi manual, sebelum dilakukan ekstraksi benda
asing, serangga dimatikan dulu dengan rivanol. Pada kasus benda asing berupa
serangga dapat dilakukan penetesan alkohol, obat anestesi lokal atau minyak
mineral selama ± 10 menit untuk membuat serangga tidak bergerak, setelah
serangga mati, serangga dipegang dan dikeluarkan dengan aligator atau irigasi
menggunakan air sesuai suhu tubuh. Pengobatan medikamentosa berupa antibiotik
dan analgetik.

38
DAFTAR PUSTAKA

1. Ballantyne J and Govers J : Scott Brown’s Disease of the Ear, Nose, and
Throat.Publisher: Butthworth Co.Ltd. : 1987, vol. 5
2. Gomes et al.,. ENT Foreign Bodies: Profile of The Cases Seen at A
Tertiary Hospital Emergency Care Unit. Brazil Journal Otorhinolaringology.
2013; 79(6) : 699-703.
3. Ogunleye AOA and Sogebi R. Otic Foreign Bodies In Children In Ibadan,
Nigeria. Nigerian journal of surgical Research. 2005; Vol 7 (3-4):305-308.
4. Shrestha I, Shrestha BL, Amatya RCM. Analysis of Ear, Nose and Throat
Foreign Bodies in Dhulikhel Hospital. Kathmandu University Medical
Journal. 2012; Vol 11 (2); 4-8
5. Moore, keith L. Anatomi Klinis Dasar.EGC. Jakarta .2002
6. Snell Richard : Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Edisi 6.
Penerbit: EGC. Jakarta 2006.
7. Gomes et al.,. ENT Foreign Bodies: Profile of The Cases Seen at A
Tertiary Hospital Emergency Care Unit. Brazil Journal Otorhinolaringology.
2013; 79(6) : 699-703.
8. Fornazieri MA, Cutolo D, Moreira JH, et al. Foreign-body in External
Auditory Meatus: Evaluation of 462 Cases. Intl. Arch. Otorhinolaryngol.,
São Paulo – Brazil. 2010;14(1):45-49.
9. Hafil AF, Sosialisman, Helmi. Kelainan Telinga Luar. Dalam Soepardi EA,
dkk. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala &
Leher. Edisi 7. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2012; hal.53.
10. Soetirto I, Hendarmin H, Bashiruddin J. Gangguan Pendengaran (Tuli).
Dalam Soepardi EA, dkk. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Kepala & Leher. Edisi 7. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. 2012; hal.10-13.
11. Adam, George L. BOIES Buku Ajar Penyakit Telinga, Hidung,
Tenggorokan THT Edisi 6. 1997; hal.57-59.
12. Yaroko AA, Irfan M. An Annual Audit of the Ear Foreign Bodies in
Hospital Universiti Sains Malaysia. Malaysian Family Physician.
2012;7(1):2-5.
13. Shresta I, Shrestha BL, Amatya RCM. Analysis of Ear, Nose and Throat
Foreign Bodies in Dhulikhel Hospital. Kathmandu Univ Med J.
2012;38(2):4-8
14. Edwad Y, Fitria H. Trauma pada Tingkap Lonjong Akibat Ekstraksi Benda
Asing di Liang Telinga. 2013. Diakses
dari http://repository.unand.ac.id/17151/1/Ruptur_
tingkap_lonjong.pdf pada tanggal 5 Juli 2014.
15. Sloane E. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Penerbit Buku Kedokteran
EGC. 2010;hal.189.
16. Adam, George L. BOIES Buku Ajar Penyakit Telinga, Hidung,
Tenggorokan THT Edisi 6. 1997; hal.57-59.

39
17. Soetirto I, Hendarmin H, Bashiruddin J. Gangguan Pendengaran (Tuli).
Dalam Soepardi EA, dkk. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Kepala & Leher. Edisi 7. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. 2012; hal.10-13.
18. Yaroko AA, Irfan M. An Annual Audit of the Ear Foreign Bodies in
Hospital Universiti Sains Malaysia. Malaysian Family Physician.
2012;7(1):2-5.

40

You might also like