You are on page 1of 12

MODUL 3 (KUALITAS AIR DAN BIOTIS)

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Laporan Pendahuluan


Praktikum Aplikasi Lingkungan Semester 5 Tahun Akademik 2015/2016

Hari Praktikum : Rabu / 09.00-12.00


Shift 1 / Kelompok 1

ROMADINA 10070312012
HAFIZ ASWAN 10070313072
DINA MADINAH SUMAATMAJA 10070313073
SYILFAH SYARIFAH 10070313078
DWI MAY MENTARI 10070313086
ANDIKA PAHLEVI 10070313094

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2015 M/1437 H
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji dan syukur kehadirat Illahi Rabbi dan salawat serta salam penyusun
panjatkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga dan
para sahabatnya, bahwasannya Laporan Pendahuluan ini yang merupakan salah
satu syarat dalam mengikuti praktikum Aplikasi Lingkungan pada semester ganjil
tahun akademik 1436 H / 2015 M ini yang berbentuk Laporan Pendahuluan
dengan judul “KUALITAS AIR DAN BIOTIS” dapat diselesaikan tepat pada
waktunya.
Proses penyusunan Laporan ini tidak lepas dari peranan dan arahan dari
berbagai pihak baik akademis maupun non akademis, untuk itu dengan segala
kerendahan hati penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya
atas keterlibatan pihak-pihak yang telah memberikan sumbangsih saran dan
kritikan selama proses penyusunan laporan ini.
Akhir kata, semoga penyusunan laporan ini dapat bermanfaat bagi civitas
akademika, wilayah pengembangan dan khalayak umum.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Bandung, 16 Desember 2015

Penyusun

DAFTAR ISI

i
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i
DAFTAR ISI....................................................................................................................... i
A. Cara Pengelolaan dalam Penghematan Air ........................................................ 1
B. Konsep Penghematan Air di Lingkungan Perumahan...................................... 1
C. Carrying Capacity (CC) ......................................................................................... 4
D. Green Product ........................................................................................................ 5
E. Keberlanjutan ....................................................................................................... 6
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 9

ii
MODUL 3
KUALITAS AIR DAN BIOTIS

A. Cara Pengelolaan dalam Penghematan Air


Krisis ketersediaan air ini jelas akan berakibat secara langsung terhadap
pemenuhan kebutuhan air, baik untuk rumah tangga, pertanian maupun industri. Dalam
bidang pertanian kelangkaan air akan berakibat pada menurunnya produksi pertanian,
yang selanjutnya bisa mengakibatkan terjadinya kelangkaan atau krisis pangan. Ancaman
berikutnya adalah munculnya kelaparan atau penyakit akibat kekurangan pangan dan
kekurangan air.
Pada standarnya setiap penduduk tiap harinya menggunakan air bersih sebanyak
80 liter/hari. Jika tiap penduduk/jiwa atau keluarga bisa melakukan penghematan
pemakaian air sebanyak 5 liter/hari saja, maka dalam satu bulan sudah bisa dihemat
sekitar 150 liter. Maka untuk 1 juta (sejuta) penduduk di sebuah kabupaten atau kota di
negara kita, air yang bisa dihemat adalah 150 juta liter perbulannya. Suatu jumlah yang
cukup besar, karena jumlah ini kira-kira sama dengan kapasitas 100 (seratus) mata air
yang selalu mengalirkan air dengan debit 500 liter/menit selama satu bulan. Ini baru
dalam kurun waktu 1 bulan. Jika penghematan ini bisa dilakukan selama 4-5 bulan
(selama musim kemarau misalnya) maka betapa banyak air yang bisa dihemat. Kita bisa
menghitung pula berapa banyak air yang bisa dihemat oleh 100-150 juta penduduk yang
tinggal di perkotaan di di Jawa, Sumatera, Nusatenggara, dan Kalimantan dan di pulau-
pulau lainnya.

B. Konsep Penghematan Air di Lingkungan Perumahan


Penghematan air di lingkungan perumahan dapat dilakukan oleh siapa saja yang
sedang atau akan menggunakan air, mulai dari kanak-kanak hingga orang dewasa.
Kampanye penghematan air juga harus dilakukan kepada petani, instansi (pemerintah dan
swasta), perhotelan dan perusahaan/industri yang banyak menggunakan air. Berikut
adalah konsep-konsep penghematan air di lingkungan perumahan:
1. Diluar rumah
 Memperbaiki kran atau sambungan pipa di rumah anda atau di kantor anda
atau pipa air irigasi anda yang bocor. Tindakan ini akan bisa menghemat air
sekitar 20 galon (80 liter) perhari.

1
2

 Memberi mulsa (penutup) pada permukaan tanah dikebun atau lahan


pertanian bisa menghemat air hingga 1-2 mm/hari. Untuk setiap lahan seluas
1 Ha, akan menghemat air sebanyak 0.002 m/hari x 10.000 m2 = 20 m3/hari.
 Tutup kolam renang dengan penutup (cover) dari lembaran plastik pada saat
tak digunakan, akan bisa menghambat penguapan sekitar 1 mm/hari. Jika
luas kolam renang anda = 300m2, maka akan bisa menghemat air sebanyak
0.001 m x 300 m2 = 0.3 m3/hari.
 Gunakan gembor tangan atau sprinkler head yang hemat air untuk menyiram
tanaman dikebun atau lahan (tidak mengguyur tanaman dengan ember) lebih
efektif dan menghemat air.
 Jangan membiarkan kran air terus mengucur pada saat mencuci mobil atau
sepeda motor. Gunakan ember untuk menampung air. Cara ini bisa
menghemat air sekitar sekitar 500 liter setiap kali mencuci.
 Beritahu anak-anak untuk tidak bermain-main dengan kran atau slang air di
halaman atau di kamar mandi, bermain-main dengan air dapat memboroskan
air sekitar 50-150 liter.
 Memilih tanaman-tanaman hias, perkebunan atau tanaman pangan yang tidak
rakus air.
 Berikan air irigasi pada tanaman dilahan (untuk tanaman non-padi) dengan
cara irigasi tetes atau sprinkler atau alur yang lebih hemat air daripada cara
irigasi dengan penggenangan (basin).
 Mengairi tanaman di lahan sebaiknya dilakukan pada waktu pagi atau sore
hari pada waktu suhu udara tidak terlalu panas dan tiupan angin tak terlalu
kencang, sehingga bisa mengurangi kehilangan air melalui evaporasi
(1mm/hari).
 Memilih menggunakan pupuk organik untuk tanaman daripada pupuk buatan.
Pupuk organik disamping lebih sehat, lebih hemat air untuk prosesnya.
Sedangkan pupuk buatan (pupuk kimia) prosesnya memerlukan air yang
lebih banyak per kg berat pupuk, merusak tanah dan menjadi sumber polusi.
 Sisakan halaman rumah kita untuk resapan air hujan. Jangan menutup seluruh
halaman rumah dengan pengerasan (aspal dan beton) karena air hujan tidak
akan bisa meresap kedalam tanah untuk menambah cadangan air tanah.
Arahkan kucuran air hujan dari atap rumah untuk bisa masuk ke sumur
peresapan di halaman rumah, jangan dibuang ke jalan atau selokan.
3

 Buat lubang-lubang pembuangan sampah organik di halaman rumah (jika


masih memungkinkan). Sampah organik akan bisa memperbaiki struktur
tanah sehingga memudahkan air hujan meresap kedalam tanah serta
memperbaiki kesuburan tanah.
2. Didalam rumah.
 Periksa slang/pipa dan kran air di dalam rumah yang bocor dan segera
dibetulkan. Tindakan ini dapat menghemat air sekitar 60-80 liter/hari.
 Periksa tendon air pada kloset dirumah atau dikantor/tempat kerja anda. Jika
terdapat bocor/rembes segera diperbaiki dengan mengganti pipa atau stop
kran yang rusak dengan yang baru. Tindakan ini bisa menghemat air sekitar
40- 60 liter/hari
 Jangan gunakan kloset anda sebagai tempat puntung rokok atau tempat
pembuangan kertas tisu, karena setiap anda mengguyur abu rokok atau tisu
tersebut diperlukan lebih banyak air (lebih dari 20-30 liter setiap kali guyur)
 Pilih mandi dengan shower daripada dengan bath tub karena akan
menghemat air sekitar 400-800 liter untuk setiap kali mandi. Gunakan kepala
shower (shower head) yang lebih hemat air serta tangki pemanas air yang
lebih kecil. Tutup kran shower pada waktu anda sedang menyabun tubuh dan
mandi secukupnya, jangan terlalu lama membuka kran shower.
 Ganti tangki tandon air kloset yang kapasitasnya terlalu besar (18-25 liter)
dengan yang lebih kecil (8-12 liter), akan bisa menghemat air hingga 70%.
 Gunakan gelas penampung air atau tutup kran air dan tidak membiarkan air
terus mengalir pada waktu anda sedang menggosok gigi. Tindakan ini dapat
menghemat air sekitar 2-3 liter setiap kali menggosok gigi.
 Pada waktu mencuci piring, gelas dan perlengkapan dapur lainnya dengan
tangan. Matikan air kran pada waktu anda sedang memberi sabun peralatan
dapur yang dicuci, dan gunakan 2/3 bukaan air kran pada waktu membilas.
Jika menggunakan mesin cuci, operasikan mesin cuci pada waktu bahan yang
akan dicuci sudah cukup banyak sesuai dengan kapasitas mesin, sehingga
bisa menghemat air dan energi (listrik).
 Pada waktu mencuci pakaian (pakai tangan atau pakai mesin cuci), pilihlah
detergen yang ringan dan ramah lingkungan, sehingga tidak memerlukan
banyak air untuk membilas.
4

 Tampung air kucuran kran dan bekas air wudhu. Air ini masih bisa
digunakan untuk menyiram tanaman atau untuk memelihara ikan dikolam
dan keperluan lain.
 Gunakan peralatan dapur yang terbuat dari bahan alamiah (kayu, bambu,
daun tanaman dan sebagainya) daripada menggunakan bahan yang terbuat
dari plastik. Pilihan ini disamping lebih berwawasan lingkungan, juga lebih
sehat dan menghemat air. Bahan-bahan peralatan atau perlengkapan dapur
dan perlengkapan rumah tangga yang terbuat dari plastik, memerlukan air
yang cukup banyak per kg bahan dalam proses pembuatannya.
 Hindari tumpahnya minyak (goreng atau minyak lain) kedalam tampungan
atau sumber air. Untuk memurnikan atau membilas satu galon minyak
mentah yang mencemari air, diperlukan paling sedikit 44 galon air.
3. Diwaktu belanja dan di luar rumah
 Jika berbelanja ke pasar, supermarket atau ke toko, usahakan membawa
keranjang atau tas belanja dari rumah untuk mengurangi pemakaian tas
plastik (tas kresek). Tas plastik dalam proses pembuatannya memerlukan
banyak air dan tidak bisa didegradasi sehingga menjadi bahan polusi
lingkungan.
 Pilih bahan makanan dan minuman yang yang proses pembuatannya tidak
memerlukan banyak air. Satu kg daging sapi yang sudah diproses menjadi
daging olahan (burger, steak, bakso dll) memerlukan air sekitar 500 galon air
untuk memprosesnya.
 Memilih membuat jus buah sendiri daripada membeli jus buah siap saji. Cara
ini disamping lebih sehat juga bisa menghemat air. Satu kotak jus tomat, jus
apel, jeruk atau jus buah lainnya yang siap konsumsi (0.5 liter) memerlukan
air sebanyak 8-12 liter untuk memprosenya. Sedangkan satu kotak susu (0.8
liter) memerlukan sekitar 48 galon untuk memprosesnya. Delapan (8 ons)
ayam siap masak memerlukan air sekitar 330 galon untuk memprosesnya.

C. Carrying Capacity (CC)


Carrying capacity atau daya dukung adalah jumlah maksimum individu yang
dapat didukung atau dilayani oleh sumber daya yang ada di dalam suatu ekosistem. Atau,
kemampuan lingkungan (ekosistem) dalam mendukung kehidupan semua makhluk yang
ada di dalamnya secara berkelanjutan.
5

Konsep ini diperkenalkan oleh Thomas Robert Malthus yang di dalam essaynya
berjudul the Principle of Population menyatakan bahwa pertumbuhan penduduk akan
melebihi produksi makanan sehingga akan terjadi kelaparan di mana-mana. Sebuah
pernyataan lain yang diutarakan oleh Thomas Robert Malthus adalah: “The power of
population is indefinitely greater than the power in the earth to produce subsistence for
man” (Kekuatan penduduk lebih besar dibandingkan kekuatan bumi untuk memproduksi
kebutuhan/nafkah untuk manusia). Setiap individu di dalam satu area (ekosistem) yang
sama memiliki carrying capacity yang berbeda. Carrying capacity dipengaruhi oleh tiga
faktor:
1. jumlah sumber (makanan) yang tersedia di dalam ekosistem tersebut
2. jumlah populasi
3. jumlah sumber (makanan) yang dikonsumsi oleh setiap individu
Karenanya, carrying capacity suatu ekosistem akan mempengaruhi semua yang
berada atau hidup di dalam ekosistem tersebut.

D. Green Product
Kasali (2005) memberikan definisi dari produk hijau (green product) sebagai
ilustrasi dari barang atau produk yang dihasilkan oleh produsen yang terkait dengan rasa
aman dan tidak menimbulkan dampak bagi kesehatan manusia serta tidak berpotensi
merusak lingkungan hidup. Di samping itu, produk bersih juga dikaitkan dengan
penggunaan bahan baku yang senantiasa memperhatikan generasi mendatang, produk
bersih juga bertujuan untuk mengurangi sampah (waste) baik dari prosesnya maupun dari
daur hidup produk tersebut. Lebih jauh, Nugrahadi (2002) menyatakan bahwa produk
bersih (green product) selalu berorientasi pada lingkungan.
Menurut Ottman (1998:89) menyatakan bahwa produk hijau secara prinsip dapat
bertahan dalam periode waktu yang cukup lama, tidak mengandung racun, terbuat dari
bahan yang bersahabat dengan lingkungan dan dapat didaur ulang, atau dikemas secara
sederhana dan minimalis. Green product tersebut dibuat, disebarluaskan, dan digunakan
untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan seperti kerusakan dan
pencemaran pada lingkungan.
Pengertian dari green product yaitu barang-barang yang salah satu cirinya
menggunakan material yang baik dengan ramah lingkungan serta tidak merusak
sekeliling kita dan bisa untuk didaur ulang, dan proses pembuatan green product itu
sendiri menggunakan manajemen pembuangan yang baik, dimana setiap kita memiliki
tanggung jawab akan kebersihan lingkungan. Kita juga dapat mengelolah sampah yang
6

dilakukan dengan dasar tanggung jawab, dasar berkelanjutan, dasar manfaat, dasar
keadilan, dasar kesadaran, dasar kebersamaan, dasar keselamatan, dasar keamanan dan
dasar nilai ekonomi sehingga secara keseluruhan menggunakan green product yang
berarti menggurangi emisi karbon dan turut membantu menggurangi dampak dari
pemanasan global.
Dalam dunia produksi memiliki kebijakan baru dalam memanfaatkan sumber
daya disekitar semaksimal mungkin dan dapat membuang limbah seminimal dalam
konsep green product dapat disebut juga eco-labeling. Terdapat beberapa kendala dalam
penerapan green product di Indonesia, seperti:
1. Minimnya kesadaran pada produsen
2. Keraguan terhadap produk yang berlabel green product.
3. Produk yang berlabel green product relatif lebih mahal.
Pada beberapa negara maju telah mengaplikasikan regulasi lingkungan tentang
green product. Produk bersih dalam proses produksi memiliki konsep yang sangat
signifikan dalam negeri agar produk lokal dapat bersaing di luar negeri dimana pemasok,
produsen, maupun konsumen dapat memahami konsep ini, karena mengingat sejak lama
produsen-produsen dari negara maju sudah menerapkannya. Penerapan hal ini akan
berpotensi memberikan dampak penambahan biaya anggaran bagi produsen, akan tetapi
di masa mendatang akan memberikan manfaat yang cukup signifikan pula.

E. Keberlanjutan
Keberlanjutan (sustainability) secara umum berarti kemampuan untuk menjaga
dan mempertahankan keseimbangan proses atau kondisi suatu sistem, yang terkait dengan
sistem hayati dan binaan. Dalam konteks ekologi, keberlanjutan dipahami sebagai
kemampuan ekosistem menjaga dan mempertahankan proses, fungsi, produktivitas, dan
keanekaragaman ekologis pada masa mendatang.
Dalam perkembangannya seiring dengan kebutuhan menjaga keberlanjutan
kehidupan manusia di bumi, masyarakat dunia diperkenalkan pada pemahaman mengenai
pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Walaupun hingga kini secara
ilmiah belum terbukti adanya kehidupan manusia yang tidak berkelanjutan, namun pada
prinsipnya pembangunan berkelanjutan memiliki tujuan agar pemanfaatan sumberdaya
alam dipertahankan pada laju dimana kelangkaan dan kepunahan sumberdaya alam
bersangkutan tidak dihadapi oleh generasi mendatang. Dalam prinsip tersebut terkandung
makna adanya batas atau limitasi keberlanjutan.
7

Beberapa premis lain menyatakan bahwa walaupun keberlanjutan merupakan


konsep yang penting, namun relatif tidak fokus, cenderung bias, dan memiliki substansi
yang sangat terbatas. Bahkan jika dikaitkan dengan kegiatan pembangunan (development)
yang secara harfiah dapat diartikan sebagai aktifitas penggunaan atau bahkan
menghabiskan sumberdaya alam serta berpotensi merusak lingkungan, maka
pembangunan berkelanjutan sebagai suatu konsep dianggap menjadi kurang tepat.
Pandangan tersebut pada dasarnya bermaksud memposisikan lingkungan sebagai ekstrim
yang berbeda dari kegiatan pembangunan, sehingga konsep keberlanjutan lingkungan
(ecological sustainability) dianggap lebih tepat.
Dalam berbagai konteks kepentingan, pengertian berkelanjutan menjadi semakin
kompleks terkait dengan beragamnya sistem kehidupan, baik yang terkait dengan
karakteristik lingkungan hayati, lingkungan fisik, dan lingkungan binaan, termasuk
diantaranya pengertian dan pemaknaan mengenai kota berkelanjutan (sustainable cities)
dan ecomunicapilities.
Dalam konteks yang lebih spesifik, kota yang berkelanjutan (sustainable city)
diartikan sebagai kota yang direncanakan dengan mempertimbangkan dampak
lingkungan yang didukung oleh warga kota yang memiliki kepedulian dan tanggung-
jawab dalam penghematan sumberdaya pangan, air, dan energy, mengupayakan
pemanfaatan sumberdaya alam terbarukan, dan mengurangi pencemaran terhadap
lingkungan.
Graham Haughton and Colin Hunter (1994) menekankan tiga prinsip dasar
pembangunan kota berkelanjutan, yakni:
1. Prinsip kesetaraan antar generasi (intergeneration equity) yang menjadi asas
pembangunan berkelanjutan dengan orientasi masa mendatang.
2. Prinsip keadilan sosial (social justice) dalam kesenjangan akses dan distribusi
sumberdaya alam secara intragenerasi untuk mengurangi kemiskinan yang
dianggap sebagai faktor degradasi lingkungan.
3. Prinsip tanggung-jawab transfrontier yang menjamin pergeseran geografis
dampak lingkungan yang minimal dengan upaya-upaya kompensasi. Dalam
konteks perkotaan diharapkan tidak terjadi pemanfaatan sumberdaya alam dan
penurunan kualitas lingkungan pada wilayah di luar perkotaan bersangkutan
secara berlebihan yang berdampak terhadap laju pertumbuhannya.
8

Sesuai dengan karakteristik suatu kota, maka pembangunan kota berkelanjutan


dapat diartikan sebagai upaya terus-menerus untuk meningkatkan kualitas kehidupan
warga kota melalui peningkatan produktivitas di sektor sekunder dan tersier dan
penyediaan prasarana dan sarana perkotaan yang layak dengan mempertimbangkan
dampak invasi dan intensifikasi kawasan terbangun terhadap kerusakan lingkungan kota
serta mensyaratkan keterlibatan yang tinggi dari warga kota terhadap upaya penghematan
konsumsi sumberdaya alam dan pengendalian penurunan kualitas lingkungan.
Oleh karena kawasan perkotaan cenderung didominasi kawasan terbangun dan
bukan merupakan kawasan pertanian dalam arti luas, maka secara implisit memiliki
ketergantungan terhadap pasokan sumberdaya alam dari kawasan lainnya. Dengan
demikian, pembangunan kota berkelanjutan relevan dengan pengertian upaya mengurangi
ketergantungan terhadap pasokan sumber daya alam dari luar tersebut.
Karakteristik di atas dapat dirangkum sebagai ciri-ciri kehidupan kota yang
mendasari kepentingan untuk mewujudkan keberlanjutan kehidupan warga kota, yakni :
1. Merupakan konsentrasi penduduk, dalam arti jumlah, kepadatan, dan
pertambahan penduduk yang lebih tinggi.
2. Merupakan kawasan terbangun yang lebih masif.
3. Merupakan pusat produksi dan produktivitas barang dan jasa.
4. Bukan merupakan kawasan pertanian dalam arti luas.
5. Didominasi oleh permukiman kota, bangunan komersial, bangunan industri,
bangunan pemerintahan, dan bangunan sosial.
6. Dilengkapi oleh prasarana dan sarana transportasi, ekonomi, dan sosial
perkotaan.
7. Dilengkapi oleh utilitas air bersih, drainase, air kotor, persampahan, telepon, dan
listrik.
8. Penduduk kota cenderung berlatarbelakang heterogen, berpendidikan relatif lebih
tinggi, berstatus ekonomi dan sosial lebih baik, bersifat rasional dan
individualistik, dan memiliki inovasi dan kreativitas lebih maju.
DAFTAR PUSTAKA

Rimanto. 2015. Pengertian Produk Bersih Green Product.


(http://rimantho.blogspot.co.id/2015/04/pengertian-produk-bersih-green-
product.html diakses pada tanggal 13 Desember 2015 pukul 20.45)
Mawardi, Muhjiddin. 2015. Gerakan Hemat Air. (http://aimyaya.com/id/lingkungan-
hidup/cara-mudah-dan-sederhana-untuk-menghemat-pemakaian-air-bersih-
rumah-tangga/ diakses pada tanggal 13 Desember 2015 pukul 18.43)
Prasetya. 2008. Seminar Nasional Green Product.
(http://prasetya.ub.ac.id/berita/Seminar-Nasional-Green-Product-4519-id.html
diakses pada tanggal 13 Desember 2015 pukul 20.12)
Wardhono, Fitri. 2012. Pembangunan Kota Berkelanjutan.
(https://fitriwardhono.wordpress.com/2012/04/14/pembangunan-kota-
berkelanjutan/ diakses pada tanggal 13 Desember 2015 pukul 21.15)
Alamendah. 2010. Cara Hemat Air di Rumah. (http://alamendah.org/2010/10/10/cara-
hemat-air-di-rumah/ diakses pada tanggal 13 Desember 2015 pukul 19.25)
Anonim. 2012. Carrying Capacity.
(https://ekodukasi.wordpress.com/2012/03/09/carrying-capacity/ diakses pada
tanggal 13 Desember 2015 pukul 19.43)

You might also like