Dividen Bab 15

You might also like

You are on page 1of 22

KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur saya panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena
atas rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan tugas yang berjudul “Manajemen Keuangan,
Kebijakan Dividen”. Saya berharap tugas ini dapat diterima dengan baik oleh ibu dosen
dan para pembacanya karena saya sudah berusaha untuk menyelesaikan tugas ini
semaksimal mungkin.
Saya menyadari bahwa tugas ini jauh dari kata sempurna. Untuk itu, bila
terdapat kesalahan dan kekurangan pada tugas ini saya mohon maaf yang sebesar-
besarnya, seperti kata pepatah tak ada gading yang tak retak. Kritik dan saran yang
bersifat membangun terbuka untuk pengembangan lebih lanjut. Akhir kata, saya
mengucapkan terima kasih.

Denpasar, 29 November 2017

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................2
BAB II LANDASAN TEORI..................................................................................3
2.1 Prosedur Pembayaran Dividen...................................................................3
2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen............................4
2.3 Dana yang Bisa Dibagikan Sebagai Dividen.............................................5
2.4 Jenis- Jenis Pembayaran Dividen..............................................................6
2.5 Teori Kebijakan Dividen............................................................................7
2.6 Information Content Hypothesis................................................................9
2.7 Clintile Effect...........................................................................................10
2.8 Stock Dividend dan Stock Split...............................................................11
2.9 Repurchase Of Stock...............................................................................13
BAB III KASUS DAN PEMBAHASAN..............................................................16
3.1 Kasus dan Pembahasan 1.........................................................................16
3.2 Kasus dan Pembahasan 2.........................................................................17
3.3 Kasus dan Pembahasan 3.........................................................................17
3.4 Kasus dan Pembahasan 4.........................................................................18
3.5 Kasus dan Pembahasan 5.........................................................................19
3.6 Kasus dan Pembahasan 6.........................................................................20
BAB IV PENUTUP...............................................................................................22
4.1 Simpulan..................................................................................................22
4.2 Saran........................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................25
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kebijakan dividen adalah keputusan keuangan yang dilakukan oleh perusahaan


setelah perusahaan beroperasi dan memperoleh laba. Kebijakan dividen menyangkut
masalah penggunaan laba yang menjadi hak para pemegang saham atau keputusan
apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham
sebagai dividen atau ditahan guna pembiayaan investasi di masa yang akan datang.

Kebijakan dividen berpengaruh terhadap aliran dana, struktur finansial,


likuiditas perusahaan dan perilaku investor. Dengan demikian kebijakan dividen
merupakan salah satu keputusan penting dalam kaitannya dengan usaha untuk
memaksimumkan nilai perusahaan. Sebagaimana diketahui bahwa nilai perusahaan
dipengaruhi oleh keputusan investasi, keputusan pembiayaan, dan kebijakan dividen
itu sendiri. Ketiga keputusan tersebut saling berinteraksi satu sama lain, karena
keputusan investasi dipengaruhi oleh tersedianya dana dan biaya modal. Biaya
modal dan ketersediaan dana dipengaruhi oleh besar kecilnya laba yang ditahan.

1.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari makalah ini yaitu

1. Bagaimana prosedur pembayaran dividen ?


2. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen ?
3. Apa saja dana yang bisa dibagikan sebagai dividen ?
4. Apa jenis-jenis pembayaran dividen ?
5. Apa yang dimaksud dengan teori kebijakan dividen ?
6. Apa yang dimaksud dengan information content hypothesis ?
7. Apa yang dimaksud dengan clintile effect ?
8. Apa yang dimaksud dengan stock dividend dan stock split ?
9. Apa yang dimaksud dengan repurchase of stock ?
1.3. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu:

1. Mengetahui tentang prosedur pembayaran dividen.


2. Mengetahui tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen.
3. Mengetahui tentang dana yang bisa dibagikan sebagai dividen.
4. Mengetahui tentang jenis-jenis pembayaran dividen.
5. Mengetahui tentang teori kebijakan dividen.
6. Mengetahui tentang information content hypothesis.
7. Mengetahui tentang clintile effect.
8. Mengetahui tentang stock dividend dan stock split.
9. Mengetahui tentang repurchase of stock.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Prosedur Pembayaran Dividen

Pada umumnya pembayaran dividen dilakukan secara tunai. Keputusan


pembayaran dividen di Indonesia berbeda dengan di Negara Amerika Serikat
yang menyatakan bahwa keputusan pembagian dividen berada di tangan
board of director. Di Indonesia keputusan pembagian dividen melalui Rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS) berdasarkan UU No.1 Tahun 1995, pasal 62
ayat (1) dan (2). Apabila RUPS telah memutuskan untuk membagikan dividen,
maka tanggal tersebut merupakan declaration date.

Para pemegang saham yang namanya tercantum dalam Daftar Pemegang


Saham (DPS) pada tanggal tertentu dinyatakan berhak menerima dividen.
Tanggal tersebut dinyatakan sebagai date of record.

Lima hari kerja sebelum date of record, ditentukan tanggal ex-dividend. Pada
tanggal ini dan sesudahnya pembeli saham tidak berhak untuk memperoleh
dividen yang akan dibagikan. Pada hari tersebut dan sesudahnya, dikatakan
saham diperdagangkan ex-dividend date, sedangkan sebelumnya dikatakan
saham diperdagangkan cum-dividend date.

Awal Januari 25 Januari 31 Januari 15 Februari


Declaration date Ex-dividend date Record date Payment date

Gambar tersebut dapat diuraikan bahwa keputusan untuk membagikan dividen


dilakukan pada awal Januari. Saham yang dibeli tanggal 20 atau sebelumnya
masih berhak memperoleh dividen. Tetapi apabila saham tersebut dibeli pada
tanggal 24 Januari sesudahnya, pemegang saham tersebut tidak berhak
memperoleh dividen. Para pemegang saham yang namanya tercantum pada
daftar pemegang saham pada tanggal 31 Januari berhak memperoleh dividen
yang akan dibagikan pada tanggal 15 Februari.

Pembayaran dividen dilakukan melalui pemindahan atau pengalihan hak atas


saham ditutup pada saat pembayaran dividen. Jika pemindahan hak dilakukan
sebelum pembayaran dividen, maka pemegang saham yang baru akan
menerima pembayaran dividen. Perusahaan mengirimkan cek kepada
pemegang saham pada tanggal pembayaran.

Peraturan yang mempengaruhi kebijakan dividen meliputi dividen harus


dibayarkan dari laba ditahan saat ini atau periode yang lalu. Selain itu dividen
tidak dapat dibayarkan dari modal saham. Pembayaran dividen tidak dapat
dilakukan apabila perusahaan dalam keadaan insolvency.

2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen

Faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen pada umumnya meliputi:

1. Posis kas atau likuiditas perusahaan mempengaruhi kemampuan perusahaan


untuk membayarkan dividen. Bagi perusahaan yang memiliki laba ditahan
yang cukup, tetapi manajemen memutuskan untuk menginvestasikan ke
dalam aktiva riil, maka perusahaan tidak dapat membayar dividen dalam
bentuk kas.

2. Kebutuhan pembayaran kembali utang perusahaan juga berpengaruh


terhadap kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. Adanya batasan
dalam perjanjian pinjaman kepada kreditur, seperti misalnya pembayaran
dividen hanya dapat dilakukan setelah laba yang tersedia bagi pemegang
saham dikurangi dengan angsuran pinjaman atau apabila modal kerja
mencapai tingkat tertentu. Di samping itu persetujuan pemegang saham
preferen dimana menuntut hak pembayaran dividen sebelum pembayaran
dividen kepada pemegang saham biasa.

3. Tingkat ekspansi yang tinggi memerlukan dana yang besar, sehingga laba
yang diperoleh lebih baik ditahan. Stabilitas earning memungkinkan
perusahaan untuk mempertahankan payout ratio yang tinggi.
4. Akses perusahaan di pasar modal juga berpengaruh terhadap kebijakan
dividen. Aksesibilitas perusahaan ini dipengaruhi oleh usia dan skala
perusahaan, bagi perusahaan yang sudah established lebih mudah
mempertahankan payout ratio yang tinggi dibandingkan dengan perusahaan
yang kecil.

5. Posisi pemegang saham dalam kelompok pajak juga berpengaruh terhadap


kebijakan dividen. Kepemilikan perusahaan oleh investor yang kecil
cenderung untuk memiliki payout yang tinggi. Sedangkan kepemilikan
perusahaan oleh pemegang saham yang termasuk dalam kelompok
pembayar pajak besar akan lebih menyukai untuk mempertahankan payout
yang rendah. Lebih lanjut posisi pembayaran pajak perusahaan berpengaruh
pula terhadap kebijakan dividen. Kemungkinan adanya penalti atas
kelebihan akumulasi laba ditahan mungkin akan mendorong untuk memilih
payout yang lebih tinggi.

2.3 Dana yang Bisa Dibagikan Sebagai Dividen

Prakteknya pembagian dividen dikaitkan dengan laba yang diperoleh


perusahaan tersedia bagi pemegang saham. Laba ini ditunjukkan dalam
laporan laba rugi yang disebut sebagai laba setelah pajak (Earning after
Taxes).

Besarnya dana yang bisa dibagikan sebagai dividen (atau diinvestasikan


kembali) sama dengan laba setelah pajak. Dana yang diperoleh dari hasil
operasi selama satu periode tersebut adalah sebesar laba setelah pajak
ditambah pnyusutan. Meskipun demikian, bukan berarti bahwa kita bisa
membagikan jumlah ini sebagai dividen. Karena kalau seluruh dana tersebut
dibagikan sebagai dividen, maka perusahaan tidak akan bisa melakukan
penggantian aktiva tetap di masa yang akan datang. Kalau ini terjadi maka
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba akan berkurang.

Berdasarkan teori keuangan, jumlah dana yang bisa dibagikan sebagai dividen
bisa dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut:

Dividen = EAT + Penyusutan – Investasi A.T. – Penambahan M.K.


Dimana:
EAT : Laba setelah pajak
AT : Aktiva Tetap
MK : Modal Kerja

Persamaan tersebut menunjukkan bahwa dana yang bisa dibagikan sebagai


dividen merupakan kelebihan dana yang diperoleh dari operasi perusahaan
(EAT + Penyusutan) di atas keperluan investasi untuk menghasilkan laba di
masa yang akan datang (investasi pada aktiva tetap dan modal kerja). Hanya
saja untuk menyederhanakan analisis sering diasumsikan bahwa investasi pada
aktiva tetap akan diambil dari penyusutan, dan modal kerja dianggap tidak
berubah. Sehingga dengan asumsi seperti itu maka besarnya dividen
ditentukan oleh EAT.

Maksimum Dividen = EAT

Apabila dividen yang dibagikan (Dividend Payout Ratio) misalnya hanya 40%
dari EAT, maka ini berarti bahwa yang 60% dipergunakan untuk menambah
dana untuk penyusutan yang mana digunakan untuk investasi pada aktiva tetap
dan penambahan modal kerja.

2.4 Jenis-jenis Pembayaran Dividen

Seperti telah diuraikan bahwa maksimum besarnya dividen yang dibagikan


sebesar laba setelah pajak, maka besarnya dividen akan dipengaruhi oleh ada
tidaknya kesempatan investasi. Berikut akan diuraikan jenis-jenis alternatif
pembagian dividen.

1. Pembayaran dividen yang stabil

Perusahaan yang menganut kebijakan untuk membayarkan dividen per


lembar saham dalam jumlah yang stabil cenderung untuk memiliki
payout ratio yang rendah pada saat profit tinggi dan memiliki payout
ratio yang tinggi pada saat profit mengalami penurunan. Alasan untuk
memberikan dividen yang stabil dengan cara membiarkan payout ratio
berfluktuasi adalah agar harga pasar saham lebih tinggi. Hal ini mudah
dipahami karena:
(a). Dividen yang berfluktuasi lebih berisiko daripada dividen yang
stabil, oleh karena itu tingkat discount rate yang lebih rendah
akan diterapkan pada dividen yang stabil sehingga nilai saham
lebih tinggi.

(b).Pemegang saham yang mengharapkan pendapatan dari


penerima dividen akan lebih suka untuk menerima dividen
dalam jumlah yang stabil (dividen minimum) dan
mengharapkan adanya premium atas saham itu.

(c). Persyaratan listing surat berharga mensyaratkan dividen yang


stabil dan tidak sempurna.

2. Residual Decision of Dividend

Penentuan besarnya dividen dipengaruhi oleh ada tidaknya kesempatan


investasi yang menguntungkan. Sejauh terdapat investasi yang
menguntungkan maka dana yang diperoleh dari oeprasi perusahaan
akan digunakan untuk investasi tersebut. Kalau terdapat sisa barulah
sisa tersebut dibagikan sebagai dividen. Apabila pendapat ini dianut
maka kita akan mengamati pola pembayaran dividen yang sangat
erratic. Suatu perusahaan membagikan dividen sangat banyak karena
tidak ada investasi yang menguntungkan, pada saat lain tidak
membagikan dividen sama sekali karena seluruh dana digunakan untuk
investasi.

3. Payout Ratio yang konstan

Beberapa perusahaan memilih untuk mempertahankan persentase


payout atas laba yang konstan. Dengan demikian apabila laba yang
diperoleh berfluktuasi, maka dividen yang dibayarkan juga akan
berfluktuasi. Kebijakan ini cenderung tidak akan memaksimumkan
nilai saham perusahaan.

4. Pembayaran dividen reguler yang rendah disertai pembayaran


ekstra.
Kebijakan yang terakhir merupakan kebijakan yang moderat yaitu
merupakan kompromi atas dua kebijakan satu dan tiga yang lebih
fleksibel.

2.5 Teori Kebijakan Dividen

2.5.1. Dividen Tidak Relevan

Teori dividen tidak relevan dikemukakan oleh Miller dan Modigliani


(1961), yang selanjutnya disebut MM, yang berpendapat bahwa di dalam
kondisi bahwa keputusan investasi yang given, pembayaran dividen tidak
berpengaruh terhadap kemakmuran pemegang saham, lebih lanjut MM
berpendapat bahwa nilai perusahaan ditentukan oleh earning power dari
aset perusahaan. Dengan demikian nilai perusahaan ditentukan oleh
keputusan investasi. MM membuktikan pendapatnya dengan asumsi:

1. Pasar modal yang sempurna di mana semua investor bersikap rasional

2. Tidak terdapat pajak

3. Tidak terdapat biaya emisi saham

4. Leverage tidak berpengaruh terhadap biaya modal

5. Para investor dan manajer mempunyai informasi yang sama

6. Distribusi pendapatan diantara dividen dengan laba ditahan tak


berpengaruh terhadap biaya ekuitas

7. Kebijakan capital budgeting terlepas dari kebijakan dividen

Hal penting dari pendapat MM bahwa pengaruh pembayaran dividen


terhadap kemakmuran pemegang saham akan diimbangi dengan
jumlah yang sama dengan cara pembelanjaan atau pemenuhan dana
yang lain. Jadi yang penting adalah apakah investasi yang tersedia
diharapkan akan memberikan NPV yang positif, tidak peduli apakah
dana yang dipergunakan untuk membiayai berasal dari perusahaan
(laba ditahan) ataukah dari luar perusahaan (menerbitkan saham baru).
Dampak keputusan tersebut sama saja bagi kekayaan pemodal. Atau
keputusan dividen adalah tidak relevan.

2.5.2. Bird-in-the Hand Theory


Teori ini dikemukakan oleh Gordon (1962) dan Lintner (1956, 1963),
dimana beliau berpendapat bahwa biaya ekuitas (Ke) perusahaan akan
mengalami kenaikan disebabkan oleh penurunan pembayaran dividen,
karena investor lebih yakin terhadap penerimaan dan pembagian dividen
dibandingkan dengan kenaikan nilai modal (capital gain) yang
dihasilkan laba tersebut

Gordon-Lintner beranggapan bahwa investor memandang satu burung di


tangan lebih berharga dari pada seribu burung di udara. Beliau juga
perpendapat bahwa kemungkinan capital gains yang diharapkan adalah
lebih risikonya dibandingkan dengan dividend yield yang pasti. Sehingga
investor akan meminta tingkat keuntungan yang lebih tinggi dan semakin
tinggi jika Ke dipergunakan untuk mensubsidi dividen. Dengan tegas
Gordon-Lintner berpendapat bahwa investor akan meminta tingkat
keuntungan yang lebih tinggi untuk setiap pengurangan dividend yield.

2.5.3. Tax Differential Theory

Tax differential theory dikemukakan oleh Lizenberger dan Ramaswamy


(1979)berpendapat bahwa dalam kaitannya dengan pajak pendapatan
seseorang, pendapat yang relevan bagi investor adalah pendapatan
setelah pajak, sehingga keuntungan yang disyaratkan juga setelah pajak.
Kalau kita kembali perhatikan model penilaian saham yang mempunyai
tingkat pertumbuhan konstan Ke = D1/Po + g ; dimana tingkat
keuntungan yang diharapkan (Ke) terdiri dari unsur dividend yield
(D1/Po) dan capital gain (g) yang diharapkan, maka kedua komponen
harus disesuaikan dengan pajak.

Investor lebih suka untuk menerima capital gain yang tinggi dibanding
dengan dividen tinggi. Dengan kata lain investor mengehndaki
perusahaan untuk menahan laba setelah pajak dan dipergunakan untuk
pembaiayaan investasi dari pada pembayaran dividen dalam bentuk kas.
Untuk itu dapat disimpulkan bahwa investor akan meminta tingkat
keuntungan setelah pajak yang lebih tinggi terhadap saham yang
memiliki dividen yield yang rendah. Oleh karenanya kelompok ini
cenderung menyarankan bahwa perusahaan sebaiknya menentukan
dividend payout ratio yang rendah atau bahkan tidak membagikan
dividen.

2.6 Information Content Hypotehesist

Manajer kenyataannya cenderung memiliki informasi yang lebih baik tentang


prospek perusahaan dibanding dengan investor atau pemegang shaam,
akibatnya investor menilai bahwa capital gain lebih berisiko dibanding
dengan dividen dalam bentuk kas. Kenyataan tersebut berakibat sering terjadi
bahwa pembayaran dividen selalu diikuti dengan kenaikan harga saham
sedangkan penurunan dividen akan diikuti dengan penurunan harga saham.
Hal ini menunjukkan investor secara keseluruhan lebih menyukai pembayaran
dividen dibandingkan capital gain. MM berpendapat bahwa kenaikan dividen
oleh investor dilihat sebagai tanda atau signal bahwa prospek di masa datang
lebih baik. Sebaliknya penurunan dividen akan dilihat sebagai tanda bahwa
prospek perusahaan menurun.

MM berkesimpulan bahwa reaksi investor terhadap perubahan dividen tidak


berarti sebagai indikasibahwa investor lebih menyukai dividen dibanding
dengan laba ditahan. Kenyataan bahwa harga saham mengikuti perubahan
dividen semata-mata karena adanya Information Content dalam pengumuman
dividen. Banyak penelitian telah dilakukan untuk menguji hipotesis ini, namun
demikian hingga saat ini untuk menentukan apakah perubahan harga saham
yang mengikuti perubahan dividen disebabkan karena: (a) kebijakan dividen
satu tanda bagi investor disebut juga dengan signaling , (b) karena memang
investor lebih menyukai dividen daripada Capital gain disebut juga dengan
preference effect, (c) atau karena kombinasi keduanya.

2.7 Clintile Effect

Kita mengetahui bahwa terdapat banyak kelompok investor dengan berbagai


kepentingan. Ada investor yang lebih menyukai pendapatan saat ini dalam
bentuk dividen seperti halnya individu yang sudah pensiun sehingga investor
ini menghendaki perusahaan membayar dividen yang tinggi. Tetapi ada pula
investor yang menyukai untuk menginvestasikan kembali pendapatan mereka,
karena kelompok investor ini berada dalam tarif pajak yang cukup tinggi.

Jika perusahaan menahan laba setelah pajak yang diperoleh, investor yang
menyukai pembayaran dividen akan kecewa. Memang para investor tersebut
akan menerima capital gain, tetapi untuk memenuhi kebutuhannya mereka
terpaksa harus menjual kembali sahamnya. Sementara investor yang memilih
untuk menginvestasikan kembali pendapatannya, menghendaki perusahaan
untuk membayar dividen yang rendah, karena bagi mereka pembayaran
dividen yang besar berarti pajak dibayar juga semakin besar. Ini terjadi karena
mungkin kenaikan dividen mengakibatkan kenaikan tarif pajak pendapatan
sehinggadividen tidak begitu menguntungkan dibandingkan dengan kenaikan
pajak yang harus dibayar. Dengan demikian paling tidak terdapat dua
kelompok investor dengan dua kepentingan yang bertentangan.

Dengan adanya dua kelompok investor tersebut, perusahaan dapat menentukan


kebijakan dividen yang oleh manajemen dianggap paling baik. Kemudian
biarkan investor yang tidak menyukai kebijakan dividen perusahaan menjual
saham mereka. Dengan kata lain biarlah melakukan pemindahan investasi dari
satu perusahaan ke perusahaan lain. Tetapi perlu diingat bahwa transaksi ini
berlangsung efisien karena adanya biaya transaksi dan pembayaran sebagai
akibat penjualan saham.

2.8 Stock Dividend dan Stock Split

Kadang-kadang perusahaan memutuskan utnuk membagikan stock dividend


atau pembayaran dividen dalam bentuk saham. Kondisi ini mengakibatkan
jumlah lembar saham akan bertambah sebesar jumlah lembar saham yang
dibagikan sebagai dividen. Misalnya stock dividend 20%, ini berarti bahwa
setiap pemilik sepuluh lembar saham akan memperoleh tambahan saham
sebanyak dua lembar, atau dengan kata lain jumlah lembar saham akan
meningkat sebesar 20%.

Stock dividend tidak mengakibatkan kekayaan pemegang saham meningkat,


karena meningkatnya jumlah lembar saham diimbangi dengan turunnya harga
saham dengan proporsi yang sama. Tetapi jika pemegang saham berpendapat
bahwa dana yang dibagikan dalam bentuk dividen diinvestasikan kembali dan
diharapkan memberikan hasil yang menguntungkan sehingga price earning
ratio (PER) perusahaan meningkat, maka profitabilitas perusahaan akan
meningkat.

Kadang-kadang perusahaan melakukan pemecahan saham (stock split),


sehingga mengakibatkan jumlah lembar saham menjadi bertambah/berkurang.
Tujuan utama perusahaan melakukan stock split adalah untuk meningkatkan
likuiditas dalam perdagangan perusahaan (saham perusahaan lebih sering
diperdagangkan). Tidak likuidnya saham seringkali disebabkan oleh: (1) harga
saham terlalu mahal dan jumlah lembar saham terlalu sedikit; (2) harga saham
terlalu murah sehingga investor mempersepsikan perusahaan kurang memiliki
prospek. Dengan memecah saham, misalnya dari satu menjadi tiga, maka
harga saham akan turun menjadi sepertiganya (kalau prospek dan risiko tidak
berubah), jumlah lembar saham akan meningkat tiga kali. Demikian juga
sebaliknya dengan menggabungkan tiga menjadi satu maka harga saham akan
naik tiga kali, sehingga jumlah lembar saham akan berkurang sepertiganya.

Berikut diuraikan persamaan, perbedaan serta identifikasi karakteristik antara


stock dividend dengan stock split.

Perbedaan antara stock dividend dan stock split:

(a). Stock dividend adalah hanya merupakan pemindahbukuan saja dari


rekening laba ditahan ke dalam rekening modal saham. Stock dividend
merupakan pembayaran dividen dengan saham.

(b).Stock split merupakan pemecahan nilai saham ke dalam nilai nominal


yang lebih kecil sehingga jumlah lembar saham yang beredar
meningkat.

Persamaan antara stock dividend dan stock split:

(a). Tidak ada pendistribusian kas dalam kedua bentuk tersebut.

(b).Keduanya mengakibatkan jumlah lembar saham yang beredar


meningkat.

(c). Total modal sendiri (net worth) tidak mengalami perubahan, tetapi
hanya komposisinya saja.
Identifikasi karakteristik:

(a).Stock split tidak mempengaruhi rekening modal tetapi stock dvidend


meningkatkan rekening modal dan mengurangi laba ditahan.

(b).Stock split mungkin akan merubah par value tetapi stock dividend tidak
merubah par value.

(c). Banyak bukti yang mendukung bahwa stock split dan stock dividend
meningkatkan kemakmuran pemegang saham.

2.9 Repurchase of Stock

Perusahaan sering harus melakukan Repurchase of stock atau pembelian


kembali sahamnya karena memiliki kelebihan kas, dan tidak ada kesempatan
investasi yang menguntungkan. Alasan lain mungkin karena perusahaan akan
melakukan penggabungan usaha dengan perusahaan lain. Dalam kondisi tidak
ada kesempatan investasi yang menguntungkan, maka pemberian dividen atau
pembelian saham ― tidak ada pajak dan biaya transaksi ― bagi investor akan
sama saja. Dengan pembelian kembali maka jumlah lembar saham yang
beredar akan berkurang dan dividen per lembar saham akan lebih besar,
akhirnya harga pasar saham akan meningkat.
BAB III
KASUS DAN PEMBAHASAN

3.1 Kasus dan Pembahasan 1

PT MEWAH mempunyai struktur modal :

Saham Biasa (Rp 7.000x700.000 lb) Rp 4.900.000.000

Capital Surplus Rp 3.000.000.000

Laba Ditahan Rp 5.100.000.000

Modal Sendiri Rp 13.000.000.000

Perusahaan menentukan stock dividen 7%, harga pasar saham Rp 11.000-/lb

Jadi ada tambahan saham sebesar : 7% x 700.000 lb = 49.000 lb. Setiap 20 lb saham
mendapatkan 1 lb saham baru.

Setelah stock dividen, maka struktur modal perusahaan sebagai berikut:

Saham Biasa (Rp 7.000x749.000 lb) Rp 5.243.000.000

Capital Surplus Rp 3.196.000.000

Laba Ditahan Rp 4.561.000.000

Modal Sendiri Rp 13.000.000.000

Stock dividen = Rp 11.000 x 49.000 lb

= Rp 539.000.000

Di transfer dari laba ditahan ke saham biasa dan capital surplus

Ke saham biasa = 49.000 x Rp 7.000

= Rp 343.000.000

Sisanya Rp 196.000.000 ke capital surplus.

Misalkan investor semula memiliki 11.000 lb saham, maka nilai saham = 11.000 x
Rp 11.000 = Rp 121.000.000. Setelah stock dividen, maka nilai pasar saham akan turun
sebesar = Rp 11.000 x (1 – 11.000/11.770 lb) = Rp 719,62. Dengan demikian nilai
keseluruhan saham yang dimiliki adalah :

= 11.770 lb x (Rp 11.000 – Rp 719,62) = Rp 121.000.000.

Jadi kemakmuran pemegang saham tidak berubah.

3.2 Kasus dan Pembahasan 2

Pemecahan nilai nominal saham ke dalam nilai nominal yang lebih kecil. Jumlah
lembar saham meningkat proporsional dengan penurunan nilai nominal saham.

Misalkan : PT. MEWAH menerbitkan stock split 1 lembar saham menjadikan 4


lembar saham, maka perhitungannya sebagai berikut :

Sebelum Pemecahan Setelah Pemecahan


Saham biasa Saham biasa
(Rp 7.000 x 700.000 lb) = Rp 4.900.000.000 (Rp 1.750 x 2.800.000 lb) = Rp 4.900.000.000
Cap Surplus Rp 3.000.000.000 Cap Surplus Rp 3.000.000.000
Laba Ditahan Rp 5.100.000.000 Laba Ditahan Rp 5.100.000.000
Modal sendiri Rp 13.000.000.000 Modal sendiri Rp 13.000.000.000

Setelah stock split nilai nominal saham berkurang dari Rp 7.000 menjadi Rp 1.750,
jumlah lembar saham meningkat dari 700.000 lembar menjadi 2.800.000 lembar, capital
surplus dan laba ditahan tidak berubah.

3.3 Kasus dan Pembahasan 3

PT DWI CIPTA mempertimbangkan untuk membagikan labanya sebesar Rp


250.000.000,- dalam bentuk dividen atau melakukan pembelian kembali sahamnya.

Informasi keuangan perusahaan sbb :

EAT Rp 300.000.000,-
Jumlah saham beredar 500.000 lb
Laba per lb saham/EPS
(Rp 300.000.000/500.000) Rp 600,-
Harga pasar saham
sekarang Rp 6.500,-
Dividen per lb saham
(Rp 250.000.000/500.000) Rp 500,-

Nilai saham = Rp 500,- + Rp 6.500,-


= Rp 7.000,-

Misalkan perusahaan memilih membeli kembali sebagian sahamnya, perusahaan


mampu membeli sebanyak : 250.000.000/Rp 7.000 = 35.714 lb

EPS = Rp 300.000.000 : (500.000 – 35.714)

= Rp 646,-

Apabila perusahaan memilih membayar dividen kas, PER setelah dividen = Rp


6.500,- : Rp 600,- = 10 kali

Harga per lb saham = 10 x Rp 646,-

= Rp 6.460,-

Kedua alternative itu sama dan distribusi kepada pemegang saham Rp 500,- per lb, baik
pembagian dividen kas maupun pembelian kembali saham (capital gain)

3.4 Kasus dan Pembahasan 4

Perusahaan Aphrodite sedang merencanakan untuk memperluas sarana produksinya


tahun depan dengan investasi Rp 18.000.000,-. Rasio hutang terhadap total asset saat ini
adalah 25% dan itu dianggap merupakan struktur modal yang optimum, laba setelah
pajak saat ini adalah Rp 12.000.000,-. Jika Perusahaan Aphrodite berharap untuk
mempertahankan 75% dividen payout rasionya, berapa banyak eksternal equity yang
diperlukan untuk mebiayai ekspansi tersebut ?

Pembahasan :

Laba setelah pajak Rp 12.000.000,-


Dividen payout 75%
Dividen Rp 9.000.000,-
Laba yang ditahan Rp 3.000.000,-
Capital budget Rp 18.000.000,-
Debt to total assets 25%
Total utang Rp 4.500.000,-
Total equity 70% Rp 13.500.000,-
Laba yang ditahan Rp 3.000.000,-
Eksternal equity Rp 10.500.000,-

3.5 Kasus dan Pembahasan 5

Perusahaan Rama memperoleh laba setelah pajak sebesar Rp 15.000.000,- tahun


yang lalu dan membagikannya dalam bentuk dividen sebesar Rp 6.000.000,-. Dividen
tersebut telah tumbuh dengan tingkat pertumbuhan sebesar 10% per tahun selama 10
tahun. Pada tahun ini perusahaan memperoleh laba sebesar Rp 20.000.000,-.
Kesempatan investasi yang tersedia sebesar Rp 15.000.000,-. Hitunglah dividen untuk
tahun ini di bawah setiap kebijakan berikut ini :

a) Payout yang konstan ?


b) Pertumbuhan dividen yang stabil ?
c) Residual dividend policy (anggap perusahaan berharap akan mempertahankan
debt to total assets ratio 30%)

Pembahasan :

a) Payout ratio = Rp 6.000.000,-/Rp 15.000.000,-


= 40%
= 40% (Rp 20.000.000)
= Rp 8.000.000,-
b) Pertumbuhan 10%, sehingga dividen yang dibayarkan
= (1 + 10%) (Rp 6.000.000,-)
= Rp 6.600.000
c) Residual dividend policy

Investaasi Rp 15.000.000,-
Persentase equity financing 70%
Equity financing Rp 10.500.000,-
Laba yang diperoleh Rp 20.000.000,-
Dividen yang dibagikan Rp 9.500.000,-

3.6 Kasus dan Pembahasan 6

Suatu perusahaan akan membagikan stock dividen sebesar 25%. Saat ini posisi
keuangan perusahaan sebagai berikut :

Harga saham per lembar Rp 12.000

Jumlah lembar saham beredar 12 juta lembar

Laba per lembar saham (EPS) Rp 1.000

Apa yang terjadi dengan harga saham, apabila pemodal berpendapat bahwa prospek
dan risiko perusahaan tidak berubah ?

Pembahasan :

Sebelum membagi stock dividen :


EAT (1.000 x 12 juta) Rp 12.000 juta

PER (harga saham/EPS) 12 x

Keadaan tersebut diperkirakan sama. Maka setelah stock dividen posisinya menjadi :

EAT Rp 12.000 juta

Jumlah lembar saham 15 juta lembar

EPS Rp 800

Harga saham (12 x 800) Rp 9.600/lembar

Ini berarti bahwa harga saham turun 25%, karena penambahan lembar saham
sebesar 25%.

BAB IV
PENUTUP

4.1 Simpulan
Prosedur pembayaran dividen meliputi : declaration date yaitu merupakan
keputusan RUPS untuk membagikan dividen; ex-dividend date, adalah merupakan
hari/tanggal dimana pembeli saham tidak berhak memperoleh dividen yang dibagikan,
record date, adalah hari/tanggal daftar pemegang saham; dan payment date, merupakan
tanggal pembayaran dividen.

Factor-faktor yang mempengaruhi kebijakan perusahaan membayar dividen pada


umumnya meliputi : posisi kas atau likuiditas perusahaan, kebutuhan pembayaran
kembali utang perusahaan, tingkat ekspansi perusahaan, akses perusahaan di pasar
modal dan posisi pemegang saham dalam kelompok pajak.

Berdasrkan teori keuangan, jumlah dan yang bisa dibagikan sebagai dividen adalah
laba setelah pajak ditambah penyusutan dikurangi investasi aktiva tetap dikurangi
penambahan modal kerja. Hanya saja untuk menyederhanakan analisis sering
diasumsikan bahwa investasi pada aktiva tetap akan diambil dari penyusutan, dan
modal kerja dianggap tidak berubah. Sehingga dengan asumsi seperti itu maka besarnya
dividen ditentukan oleh EAT.
Jenis-jenis Pembayaran Dividen meliputi :
(1) Pembayaran dividen yang stabil, dimana alasan perusahaan yang menganut
kebijakan ini adalah agar harga pasar saham yang lebih tinggi, karena dividen
yang berfluktuasi lebih berisiko daripada dividen yang stabil, pemegang saham
yang mengharapkan pendapatan dari penerimaan dividen akan lebih suka untuk
menerima dividen dalam jumlah yang stabil (dividen minimum) dan
mengharapkan adanya premium atas saham itu, dan persyaratan listing surat
berharga mensyaratkan dividen yang stabil dan tidak terputus.
(2) Residual decision of dividend, penentuan besarnya dividen dipengaruhi oleh ada
tidaknya kesempatan investasi yang menguntungkan. Sejauh terdapat investasi
yang menguntungkan maka dana yang diperoleh dari operasi perusahaan akan
digunakan untuk investasi tersebut. Kalau terdapat sisa barulah sisa tersebut
dibagikan sebagai dividen.
(3) Payout ratio yang konstan, apabila laba yang diperoleh berfluktuasi, maka
dividen yang dibayarkan juga akan berfluktuasi. Kebijakan ini cenderung tidak
akan memaksimumkan nilai saham perusahaan.
(4) Pembayaran dividen regular yang rendah disertai pembayaran ekstra, kebijakan
ini merupakan kebijakan yang moderat yaitu merupakan kompromi atas dua
kebijakan satu dan tiga yang lebih fleksibel.

Teori kebijakan dividen : (1) Dividen adalah Tidak Relevan, dikemukakan oleh
Modigliani-Miller (MM), dengan asumsi pasar dalam keadaan efisien, berpendapat
bahwa di dalam kondisi bahwa keputusan investasi yang given, pembayaran dividen
tidak berpengaruh terhadap kemakmuran pemegang saham, nilai perusahaan ditentukan
oleh earning power dari asset perusahaan. (2) Bird-in-the Hand Theory, beranggapan
kemungkinan capital gains yang diharapkan adalah lebih tinggi risikonya disbanding
dengan dividend yieldi, sehingga investor akan meminta tingkat keuntungan yang lebih
tinggi untuk setiap pengurangan dividen yieldi. (3) Tax Differential Theory,
dikemukakan oleh Lizenberger dan Ramaswamy, mengemukakan bahwa dalam
kaitannya dengan pajak pendaatan perseorangan adalah pendapatan setelah pajak,
investor lebih suka untuk menerima capital gain yang tinggi disbanding dengan dividen
yang tinggi, sehingga investor akan meminta tingkat keuntungan setelah pajak yang
lebih tinggi terhadap saham yang memilki dividend yieldi yang tinggi dari pada saham
dengan dividend yieldi yang rendah.
Kadang-kadang perusahaan memutuskan untuk membagikan stock dividend dan
stock split. Stock dividend dan mengakibatkan jumlah lembar saham akan bertambah
sebesar jumlah saham yang dibagikan sebagai dividen, stock split mengakibatkan
jumlah lembar saham menjadi bertambah/berkurang, tujuannya dalah untuk
meningkatkan likuiditas dalam perdagangan perusahaan (artinya saham perusahaan
lebih sering diperdagangkan). Perusahaan sering harus melakukan pembelian kembali
sahamnya (repurchase of stock) karena memiliki kelebihan kas, dan tidak ada
kesempatan investasi yang menguntungkan, atau alasan lain karena perusahaan akan
melakukan penggabungan usaha dengan perusahaan lain.

4.2 Saran
Dalam materi kebijakan dividen , sebaiknya perusahaan berpedoman pada teori-
teori yang telah dijelaskan diatas agar dapat mencapai tujuannya yaitu meningkatkan
kesejahteraan pemegang saham.

DAFTAR PUSTAKA

Wiagustini, Ni Luh Putu. 2014. Manajemen Keuangan. Denpasar: Udayana


University Press

You might also like