You are on page 1of 7

Via Fitria : Formulasi Dan Evaluasi Sediaan Kapsul Ekstrak Daun Bayam

(Amaranthus Hybridus L.) Berdasarkan Keseragaman Bobot Dan Waktu Hancur

FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN KAPSUL


EKSTRAK DAUN BAYAM (AMARANTHUS HYBRIDUS L.)
BERDASARKAN
KESERAGAMAN BOBOT DAN WAKTU HANCUR

VIA FITRIA, Davit Nugraha, Ririn Risnanita


Prodi DIII Farmasi Stikes Muhammadiyah Ciamis
Email: silmiazzahra@gmail.com

ABSTRAK

Metode ekstraksi yang digunakan yaitu ekstraksi maserasi dengan menggunakan pelarut etanol
70%. Setelah didapat ekstrak kemudian dilakukan pembuatan serbuk ekstrak daun bayam (
Amaranthus hybridus L.). Untuk membuat formulasi dan optimasi bahan tambahan menggunakan
Vivapur 101 dalam formulasi sediaan kapsul ekstrak daun bayam ( Amaranthus hybridus L.). Setelah
didapat serbuk ekstrak kering dibuat granul dengan cara granulasi basah. Setelah granul kering
kemudian formula dimasukkan ke dalam cangkang kapsul. Sediaan kapsul ekstrak daun bayam (
Amaranthus hybridus L.) di evaluasi meliputi ; uji keseragaman bobot dan uji waktu hancur. Tujuan
dilakukan evaluasi adalah untuk mengetahui sediaan kapsul yang sesuai dengan persyaratan yang ada
di farmakope Indonesia edisi III. Dari hasil evaluasi uji keseragaman bobot diperoleh rata – rata berat
tiap isi kapsul 267,07 mg. Pada hasil uji waktu hancur untuk kontrol replikasi I rata – rata 9 menit,
replikasi II rata – rata 10 menit 33 detik, replikasi III rata – rata 10 menit 51 detik. Sedangakan
untuk kapsul replikasi I rata – rata 4 menit 56 detik, kapsul replikasi II rata – rata 9 menit 27 detik,
kapsul replikasi III rata – rata 4 menit 14 detik. Dari hasil evaluasi formulasi kapsul dengan uji
keseragaman bobot dan waktu hancur telah memenuhi persyaratan.

Kata Kunci : ekstrak daun bayam (Amaranthus hybridus L.), formulasi kapsul

FORMULATION AND EVALUATION OF SUPPLIES OF LEAF EXTRACT


CALCULATIONS (Amaranthus Hybridus L.) BASED ON WEIGHT AND
DURABILITY DESCRIPTION
Via Fitria, Davit Nugraha, Ririn Risnanita
Prodi DIII Farmasi Stikes Muhammadiyah Ciamis

ABSTRACT

Extraction method used is the extraction of maceration by using 70% ethanol solvent. After extract
obtained then made the powder of spinach leaf extract (Amaranthus hybridus L.). To prepare the formulation and
optimization of additives using Vivapur 101 in a formulation of spinach leaf extract capsules (Amaranthus
hybridus L.). After obtained powder extract of dried granules made by granulation wet. After the granules are dry
then the formula is put into the capsule shell. Spinach leaf extract capsules (Amaranthus hybridus L.) in the
evaluation include; weight uniformity test and time test destroyed. The purpose of the evaluation is to find out the
capsule preparations in accordance with the requirements in pharmacopoeia Indonesia edition III. From the
evaluation result of weight uniformity test, the average weight of each capsule content is 267,07 mg. In the crushed
timing test for replication control I average 9 minutes, replication II averaged 10 minutes 33 seconds, replication
III averaged 10 minutes 51 seconds. While for replication capsule I average 4 minutes 56 second, capsule
replication II average 9 minute 27 second, replication cap III average 4 minute 14 second. From the evaluation
of capsule formulation with weight uniformity test and crushed time have fulfilled the requirement.

Keywords: spinach leaf extract (Amaranthus hybridus L.), capsule formulation

Volume 2 | Nomor 1 | Februari 2015 ISSN:2089-3906 64


Via Fitria : Formulasi Dan Evaluasi Sediaan Kapsul Ekstrak Daun Bayam
(Amaranthus Hybridus L.) Berdasarkan Keseragaman Bobot Dan Waktu Hancur

PENDAHULUAN misalnya jagung, bunga matahari,


A. Latar Belakang kedelai, dan kacang tanah. Sedangkan
Rossidy (2008) menyatakan tanaman yang digunakan secara
bahwa ayat 99 surat Al - An’am empiris untuk menangani anemia
menggambarkan tentang bentuk luar adalah bayam duri, tapak liman,
dari tumbuhan yang merupakan obyek lempuyang wangi, daun kacang
kajian morfologi tumbuhan. Kami panjang, dan kacang hijau.
keluarkan dari tumbuhan – tumbuhan Di Indonesia prevalensi anemia
itu tanaman yang menghijau pada ibu hamil menurut SKRT tahun
menggambarkan tentang tanaman yang (2001) masih cukup tinggi yaitu
memiliki daun berwarna hijau. 40,1%. Hasil Riset Kesehatan Dasar
Mayang kurma yang mengurai dan Riskesdas (2010) menunjukkan 80,7%
tangkai yang menjulai adalah ciri – ciri perempuan usia 10 – 59 tahun telah
morfologi tumbuhan kurma. Setiap mendapatkan tablet tambah darah yang
tumbuhan memiliki ciri – ciri mengandung besi – asam folat tetapi
morfologi tersendiri yang berbeda anemia ibu hamil mencapai 40 – 50%,
antara tumbuhan satu dengan yang artinya 5 dari 10 ibu hamil di Indonesia
lainnya. Bayam merupakan tanaman mengalami anemia. Resiko anemia
yang memiliki morfologi yang berbeda akan meningkat seiring dengan
– beda antar jenisnya. Menurut pertambahan usia kehamilan
Rukmana (2006) bayam merupakan (Kementerian Kesehatan RI, 2010).
tanaman perdu dan tinggi kurang lebih Penelitian yang telah dilakukan
1,5 meter. Sistem perakarannya oleh Siti Fatimah (2009) membuktikan
menyebar pada kedalaman antara 20 – bahwa pemberian ekstrak daun bayam
40 cm dan berakar tunggang karena jenis Amaranthus hybridus L. pada
termasuk tanaman berbiji keping dua tikus putih anemia mampu
Bayam (Amaranthus hybridus meningkatkan jumlah eritrosit sebesar
L.) telah terbukti secara empiris dapat 6,46 juta. Berdasarkan kadar klorofil
digunakan untuk penderita anemia. dan zat besi menunjukan bahwa bayam
Banyak makan bayam akan Amaranthus hybridus L. lebih dapat
meningkatkan kadar hemoglobin memberikan pengaruh yang nyata, hal
dalam darah. Peningkatan ini ini disebabkan kadar klorofil
dipengaruhi oleh zat besi yang sangat Amaranthus hybridus L. lebih tinggi
besar jumlahnya pada bayam. Bayam dan zat besi yang seimbang dengan
adalah sayuran yang memiliki gizi kadar klorofilnya. Dalam memenuhi
lengkap bagi penderita anemia. Bayam kebutuhan zat besi, seseorang biasanya
mengandung vitamin C yang cukup mengkonsumsi suplemen, akan tetapi
tinggi. Vitamin C memiliki peran suplemen memiliki beberapa efek
penting dalam penyerapan zat besi, samping, misalnya kegagalan hati.
sehingga zat besi yang ada dapat Permasalahan ekstrak atau
dimanfaatkan secara optimal. Ada bahan alam adalah cenderung memiliki
beberapa jenis tanaman obat yang juga rasa yang tidak enak dan bau yang
bisa dimanfaatkan untuk mengatasi khas. Oleh karena itu, untuk menutupi
anemia. Tanaman tersebut terutama kekurangan bahan alam tersebut
yang mengandung vitamin B12, sediaan dibuat dalam bentuk kapsul. Isi

Volume 2 | Nomor 1 | Februari 2015 ISSN:2089-3906 65


Via Fitria : Formulasi Dan Evaluasi Sediaan Kapsul Ekstrak Daun Bayam
(Amaranthus Hybridus L.) Berdasarkan Keseragaman Bobot Dan Waktu Hancur

kapsul dapat berupa serbuk atau 2007). Untuk mendapatkan massa


granul. Formulasi serbuk sering kapsul dengan laju alir yang baik maka
membutuhkan penambahan zat dapat ditambahkan pengisi yang sesuai
pengisi, lubrikan, dan glidan pada dan dapat meningkatkan laju alirnya,
bahan aktif untuk mempermudah seperti Vivapur 102. Vivapur luas
proses pengisian kapsul (Ditjen POM, digunakan dalam farmasetik terutama
1979). sebagai pengisi pada formulasi kapsul
Formulasi kapsul yang dan tablet. Vivapur juga memiliki sifat
mengandung ekstrak kental dengan lubrikan dan disintegran (Wade, 1994).
kadar air cukup tinggi memerlukan Vivapur 102 memiliki ukuran partikel
perlakuan khusus untuk menghasilkan yang lebih besar sehingga berguna
kapsul yang baik. Oleh karena itu perlu untuk meningkatkan sifat aliran
adanya eksipien yang mampu (Agoes, 2008).
mengadsorpsi serta eksipien yang Maka dari itu, peneliti ingin
dapat meningkatkan sifat alirnya. membuat sediaan kapsul dari ekstrak
Vivapur 101 adalah eksipien yang daun bayam (Amaranthus hybridus L.)
dapat digunakan sebagai adsorbent. untuk memberikan pilihan terapi
Penambahan aerosil pada formulasi kepada pasien anemia. Karena
diharapkan dapat menjaga penggunaan suplemen zat besi lebih
higroskopisitas sediaan kapsul (Agoes, beresiko terkena efek samping.

METODOLOGI PENELITIAN
Alat : dipilih daun bayam yang masih segar
dan berwarna hijau muda. Setelah
Timbangan Analitik, disortir cuci bersih 50 kg daun bayam
Desintegrator tester, Beker gelas, yang masih segar dikeringkan dengan
Stopwatch, Lemari Pengering, cara dioven dalam suhu 50ºC selama 1
Waterbath, Kompor Listrik, Pipet jam hingga mendapatkan simplisia
Tetes, Ayakan, Loyang, Batang kering sebanyak 1 kg. Setelah itu di
Pengaduk, Spatel, Mortir dan stamper. blender hingga menjadi serbuk.
Bahan : 2. Ekstraksi
Vivapur 101, Amillum Jagung, Proses ektraksi dengan menggunakan
Aerosil, Talk, Magnesium Stearat, etanol 70% dengan perendaman
Simplisia Daun Bayam, Etanol 70%, sebanyak 1000 gr serbuk dengan 10
Aquadest, kertas perkamen, Kertas Liter etanol 70% selama 3 x 24 jam
Saring. dengan beberapa kali pengadukan,
Prosedur Penelitian simpan dalam suhu kamar. Selama
melakukan perendaman pelarut diganti
1. Pembuatan Serbuk Simplisia untuk mendapatkan zat yang masih
Daun Bayam (Amaranthus hybridus tertinggal diperendaman sebelumnya.
L.) diambil dari UD Juragan Jamu Setelah 3 x 24 jam saring filtrat dengan
Yogyakarta. Prosedur pembuatan kertas saring, kemudian filtrat
simplisia telah terstandarisasi dan dipekatkan dengan waterbath. Ekstrak
memiliki sertifikat. Pada proses sortir hasil maserasi dikentalkan
menggunakan waterbath kemudia

Volume 2 | Nomor 1 | Februari 2015 ISSN:2089-3906 66


Via Fitria : Formulasi Dan Evaluasi Sediaan Kapsul Ekstrak Daun Bayam
(Amaranthus Hybridus L.) Berdasarkan Keseragaman Bobot Dan Waktu Hancur

ekstrak dikentalkan kembali didalam kapsul lalu tutup. Bersihkan kapsul


oven dengan suhu 80ºC sampai dengan tisu.
diperoleh ekstrak yang kental. 2. Evaluasi sediaan Kapsul
meliputi :
3. Pembuatan granul a. Uji keseragaman bobot
Formulasi kapsul ekstrak daun bayam Timbang saksama 20 kapsul, satu per
dengan bahan pengisi vivapur 101 satu beri identitas tiap kapsul,
serta bahan tambahan lainnya. Untuk keluarkan isi tiap kapsul dengan
formulasi dibuat 70 sediaan kapsul. cara yang sesuai. Timbang saksama
tiap
Formulasi Sediaan Kapsul : cangkang kapsul kosong dan hitung
Serbuk Ekstrak Daun Bayam 150 mg, bobot
Amilum Jagung 132 mg, Aerosil 9 mg, netto dari isi tiap
Talk 6 mg, Magnesium Stearat 3 mg, kapsul dengan cara mengurangkan
Bobot Kapsul 300mg, bobot
Komposisi dalam satu kapsul cangkang kapsul dari masing-masing
terdiri dari serbuk ekstrak daun bayam bobot
sebanyak 150 mg, amilum jagung 132 kapsul. Dari
mg, aerosil 9 mg, talk 6 mg dan hasil penetapan kadar, seperti tertera
magnesium stearat 3 mg. Timbang pada
masing - masing bahan. Buat larutan masing – masing monografi, hitung
pengikat dengan cara melarutkan jumlah
amilum jagung dalam 23 ml aquadest zat aktif dalam
yang telah dipanaskan. Campurkan tiap kapsul, dengan anggapan bahwa
serbuk ekstrak daun bayam aduk zat aktif
sampai homogen. Tambahkan aerosil, terdistribusi secara homogen.
aduk sampai homogen. Setelah
homogen tambahkan sedikit demi Untuk kriterianya kecuali dinyatakan
sedikit larutan pengikat hingga kalis. lain dalam masing-masing monografi,
Ayak adonan menggunakan ayakan persyaratan keseragaman bobot
nomor mesh 18. Keringkan dalam dipenuhi jika tidak kurang dari 9 dari
lemari pengering dengan suhu 50ºC 10 satuan sediaan seperti ditetapkan
selama 1 jam. Setelah kering keluarkan dari cara keseragaman bobot terletak
granul dari lemari pengering. dalam rentang 85% hingga 115% dari
Campurkan granul dengan talk dan yang tertera pada etiket dan tidak ada
magnesium stearat hingga homogen. satuan terletak di luar rentang 75%
Lalu ayak kembali menggunakan hingga 125% yang tertera pada etiket
ayakan dengan nomor mesh 20. dan simpangan baku relatif dari 10
1. Pengisian Cangkang Kapsul satuan sediaan kurang dari atau sama
Cara pengisian kapsul ekstrak bayam dengan 6% (Ditjen POM, 1995).
dilakukan tanpa bantuan alat lain atau b. Uji waktu hancur
dengan tangan. Siapkan cangkang Sejumlah 6 kapsul, dimasukkan pada
kapsul sesuai dengan jumlah yang masing – masing tabung pada
dibutuhkan. Serbuk dibagi menjadi dua keranjang, yang dibawahnya terdapat
bagian besar kemudian bagi lagi kasa baja berukuran 10 mesh.
menjadi beberapa bagian kecil. Digunakan media air bersuhu 37 ± 2ºC.
Masukkan serbuk dalam cangkang Dilakukan pengamatan terhadap

Volume 2 | Nomor 1 | Februari 2015 ISSN:2089-3906 67


Via Fitria : Formulasi Dan Evaluasi Sediaan Kapsul Ekstrak Daun Bayam
(Amaranthus Hybridus L.) Berdasarkan Keseragaman Bobot Dan Waktu Hancur

kapsul, semua kapsul harus hancur, Warna sampel setelah ditambahkan


kecuali bagian dari cangkang kapsul. etanol 70% adalah hijau pekat. Filtrat
Bila 1 atau 2 kapsul tidak hancur yang didapat sebanyak 3 liter 250 ml
sempurna, pengujian diulangi dengan dan berwarna hijau pekat. Remaserasi
12 kapsul lainnya, tidak kurang dari 16 sebanyak 3 liter dengan perlakuan
dari 18 kapsul yang diuji hancur yang sama. Filrat yang didapat
sempurna. Dicatat waktu yang sebanyak 2 liter 658 ml dan berwarna
diperlukan kapsul untuk hancur hijau pekat. Remaserasi sebanyak 2
sempurna (Ditjen POM, 1995). liter dengan perlakuan yang sama.
Filtrat yang didapat sebanyak 1 liter
640 ml dan berwarna hijau pekat.
HASIL DAN PEMBAHASAN Ekstrak cair yang didapat sebanyak
Ekstrak Etanol Daun Bayam 7548 ml.
Metode maserasi dipilih karena Hasil ekstraksi lalu dipekatkan
merupakan metode ekstraksi yang di atas waterbath pada suhu 80ºC
sederhana. Kelebihan dari metode ini sampai didapat ekstrak sebanyak
adalah alat yang digunakan sederhana 168,204 gram. Dengan rendemen
dan dapat digunakan untuk zat yang sebesar 16,8%
tidak tahan terhadap pemanasan A. Formulasi Sediaan Kapsul
sehingga dapat menghindari kerusakan Berdasarkan hasil pengeringan
kandungan kimia dari simplisia. serbuk ekstrak diperoleh hasil
Maserasi dilakukan selama 3 x sebanyak 58,8 gram. Setelah didapat
24 jam, dengan cara serbuk simplisia serbuk ekstrak daun bayam kemudian
sebanyak 1000 gram, direndam dengan dibuat granul dengan cara granulasi
5 liter etanol 70% dalam bejana basah. Formula akan ditambahkan
maserasi selama 1 hari. Kemudian aerosil sebagai adsorben, talkum dan
diaduk dengan menggunakan batang magnesium stearat sebagai glidan.
pengaduk searah jarum jam dengan Komposisi dalam satu kapsul
kecepatan 1 putaran per detik selama 1 terdiri dari serbuk ekstrak daun bayam
menit. Tujuan dilakukan pengadukan sebanyak 150 mg, amilum jagung 132
untuk memaksimalkan kontak antara mg, aerosil 9 mg, talcum 6 mg dan
sampel dengan pelarut. bejana tersebut magnesium stearat 3 mg. Kemudian
ditutup dengan menggunakan dibuat sediaan kapsul sebanyak 70
alumunium foil agar tidak ada kotoran kapsul, menggunakan kapsul no 2
yang masuk selama proses ekstraksi (dipilih karena dapat menampung isi
berlangsung dan disimpan di tempat kapsul sebanyak 0,296 mg).
yang terlindung dari cahaya matahari.
B. Evaluasi Sediaan Kapsul homogen. Untuk kriterianya kecuali
1. Uji Keragaman Bobot dinyatakan lain dalam masing –
Uji keseragaman bobot, masing monografi, persyaratan
dilakukan pada 20 kapsul, Uji keseragaman bobot dipenuhi jika
keragaman bobot dilakukan untuk tidak kurang dari 9 dari 10 satuan
memastikan bahwa bobot yang sediaan seperti ditetapkan dari cara
terdapat didalam kapsul pada suatu keseragaman bobot terletak dalam
formula memiliki jumlah yang sama rentang 85% hingga 115% dari yang
dan zat aktif yang sama dengan tertera pada etiket dan tidak ada
anggapan serbuk formula terdistribusi satuan terletak diluar rentang 75%

Volume 2 | Nomor 1 | Februari 2015 ISSN:2089-3906 68


Via Fitria : Formulasi Dan Evaluasi Sediaan Kapsul Ekstrak Daun Bayam
(Amaranthus Hybridus L.) Berdasarkan Keseragaman Bobot Dan Waktu Hancur

hingga 125% yang tertera pada etiket menyimpang lebih dari persyaratan.
dan simpangan baku relative dari 10 Untuk makna dari adalah untuk
satuan sediaan kurang dari atau sama mengetahui nilai rata – rata dari hasil
dengan 6%. evaluasi uji keseragaman bobot
Berdasarkan persyaratan kapsul yang dibuat. Sedangkan
Farmakope Indonesia Edisi IV bahwa makna dari SD adalah untuk
kapsul dengan bobot rata – rata 120 menggambarkan tingkat penyebaran
mg tidak boleh memiliki perbedaan data dari nilai rata – rata.
dalam persen bobot isi tiap kapsul
terhadap bobot rata – rata isi kapsul Berdasarkan sediaan kapsul yang
lebih dari 85% – 115%. Berdasarkan dibuat telah memenuhi persyaratan
penimbangan kapsul pada formula evaluasi waktu hancur. Karena
untuk uji keseragaman bobot keseluruhan kapsul yang di uji
menunjukkan tidak ada yang mempunyai rentang waktu 15 menit.
hancur sediaan tablet atau kapsul. 2. Berdasarkan hasil uji
Untuk memberikan efek terapi, tablet keseragaman bobot dan uji
harus hancur terlebih dahulu hancur waktu hancur telah memenuhi
menjadi partikel yang lebih kecil, persyaratan Farmakope
begitu pula untuk kapsul agar isi Indonesia Edisi IV. Perbedaan
kapsul dapat terabsorpsi pada saluran dalam persen bobot isi tiap
cerna menggambarkan tingkat kapsul terhadap bobot rata-rata
penyebaran data dari nilai rata – rata. tiap isi kapsul tidak lebih dari
85% hingga 115%. Waktu
2.uji waktu hancur hancur kapsul tidak lebih dari
Uji waktu hancur penting 15 menit.
dilakukan untuk mengetahui waktu
Sediaan dinyatakan hancur sempurna Saran
bila sisa sediaan, yang tertinggal pada Hasil penelitian yang telah
kasa alat uji merupakan masa lunak dilakukan, perlu dilakukan
yang tidak mempunyai inti yang jelas, pengembangan metode evaluasi
kecuali bagian dari penyalut atau sediaan kapsul meliputi evaluasi
cangkang kapsul yang tidak larut. terhadap massa kapsul dan evaluasi
Kecuali dinyatakan lain, waktu yang terhadap sediaan jadi serta uji
diperlukan untuk menghancurkan higroskopitas
kelima kapsul tidak boleh lebih dari 15
menit. DAFTAR PUSTAKA
Berdasarkan sediaan kapsul yang
dibuat telah memenuhi persyaratan Arief, A., (1990), Hortikultura.
evaluasi waktu hancur. Karena Yogyakarta : Penerbit Andi
keseluruhan kapsul yang di uji Offset.
mempunyai rentang waktu 15 menit.
Agoes, G., (2007), Teknologi Bahan
KESIMPULAN DAN SARAN Alam. Bandung : Penerbit ITB.
Kesimpulan
1. Formulasi yang dibuat telah Agoes, G., (2008), Pengembangan
memenuhi persyaratan sediaan Sediaan Farmasi. Bandung :
kapsul. Penerbit ITB.

Volume 2 | Nomor 1 | Februari 2015 ISSN:2089-3906 69


Via Fitria : Formulasi Dan Evaluasi Sediaan Kapsul Ekstrak Daun Bayam
(Amaranthus Hybridus L.) Berdasarkan Keseragaman Bobot Dan Waktu Hancur

Pada Beberapa Jenis Bayam


Anonim, (1995),. Farmakope Terhadap Jumlah Eritrosit
Indonesia Edisi IV. Jakarta : Tikus Putih (Rattus rvegicus)
Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. Lachman, L. (1994) Teori dan Praktek
Farmasi Industri Ed. 3, jilid 2.
Ansel, H. C. (1989) Pengantar Bentuk Depok : UI Press.
Sediaan Farmasi Ed.4 Jakarta
: UI Press. Lailis, S. (2010) Isolasi dan
Identifikasi Senyawa Tanin
Augsburger, L. L. (2000) Modern dari Daun Belimbing Wuluh
Pharmaceutics : Hard and Soft (Averrhoa Billimbi L. ).
Gelatin Capsules. Ed. 2. New Malang : UIN.
York : Mercel Dekker.
Lieberman, H. A., Lachman, L. &
Ditjen POM. (1979) Farmakope Schwartz, J. B. (1989).
Indonesia edisi III. Jakarta : Pharmaceutical Dosage Forms
Departemen Kesehatan (volume 1). New York : Marcel
Republik Indonesia. Dekker, Inc.

Ditjen POM. (1995) Farmakope Roselyndiar. (2012) Formulasi Kapsul


Indonesia edisi IV. Jakarta : Kombinasi Ekstrak Herba Seledri
Departemen Kesehatan (Apium Graveolens L.) Dan Daun
Republik Indonesia. Tempuyung (Sonchus Arvensisl.)

Ditjen POM. (2000) Parameter


Standar Umum Ekstrak
Tumbuhan Obat. Jakarta :
Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.

Fatimah, Siti. (2009) Studi Kadar


Klorofil Dan Zat Besi (Fe)
Anemia. Malang : Universitas
Islam Negeri (UIN) Maulana
Malik Ibrahim.

Kementerian Kesehatan RI, (2010)


Rencana Strategis
Kementerian Kesehatan Tahun
2010-2014. Jakarta.

Volume 2 | Nomor 1 | Februari 2015 ISSN:2089-3906 70

You might also like