You are on page 1of 28

Rencana Kerja Dan Syarat-Syarat

SPESIFIKASI TEKNIS

PEKERJAAN : PEMBANGUNAN TERMINAL AKAP TANGKOKO


LOKASI : KOTA BITUNG, SULAWESI UTARA

A. PERSYARATAN UMUM

Pasal 1
LINGKUP PEKERJAAN

Lingkup pekerjaan adalah pelaksanaan pembangunan fasilitas seperti pada gambar


dan RAB yang meliputi :

1. PEKERJAAN PERSIAPAN

2. PEKERJAAN MEDIAN JALAN DAN TAMAN

3. PEKERJAAN ASPAL DAN PEDESTRIAN

4. PEKERJAAN GERBANG MASUK - KELUAR

5. PEKERJAAN POS JAGA MASUK - KELUAR

6. PEKERJAAN TALUD DAN PAGAR

7. PEKERJAAN LAIN - LAIN

Pasal 2
SETTING OUT

1. Untuk menentukan posisi dan ketinggian rencana bangunan di lapangan


pemborong harus melakukan pengukuran di lapangan secara teliti dan
benar, sesuai dengan referensi Bench Mark atau titik tetap di lapangan
seperti ditunjukkan dalam gambar atau atas petunjuk Direksi.
2. Pengukuran untuk penentuan posisi dilakukan dengan metode Triangulasi
dan hasilnya disampaikan ke Direksi untuk mendapatkan persetujuan.
3. Dalam hal terdapat perbedaan antara rencana dalam gambar dengan hasil
pengukuran yang dilaksanakan pemborong dengan kenyataan yang ada di
lapangan, maka sebelum melanjutkan pekerjaan yang mungkin dipengaruhi
Rencana Kerja Dan Syarat-Syarat

perbedaan tesebut, pemborong harus melaporkan hal ini kepada Direksi


untuk mendapatkan keputusan dan dinyatakan dalam Berita Acara.
4. Keputusan akan hasil pengukuran oleh Pemborong akan didasarkan atas
keamanan konstruksi dan kelancaran operasional penggunaan bangunan
tersebut.

Pasal 3
PATOK-PATOK REFERENSI, BOUWPLANK DAN PENGUKURAN.

1. Direksi akan menetapkan dua “Bench Marks” sebagai referensi yang


ditetapkan di lapangan. Bila Bench Mark belum ada maka pemborong
berkewajiban membuat Bench Mark sesuai dengan petunjuk Direksi.
2. Semua paras ketinggian (elevasi) dinyatakan dalam satuan Metrik.. Sedang
ukuran-ukurannya dinyatakan dalam satuan metrik, kecuali bila dinyatakan
lain.
3. Pemborong harus atau wajib membuat Bouw Plank dan memasang patok-
patok pembantu, sebagai pedoman pelaksanaan pekerjaan untuk menjamin
ketelitian bentuk, posisi, arah elevasi dan lain-lain yang harus dipelihara
keutuhan letak dan ketinggiannya selama pekerjaan berlangsung.
4. Sebelum pekerjaan dimulai patok-patok pembantu/bouw plank harus
disetujui Direksi. Patok-patok dan referensi lainnya tidak boleh disingkirkan
sebelum diperintahkan oleh Direksi.
Rencana Kerja Dan Syarat-Syarat

Pasal 4
PEKERJAAN PERSIAPAN

1. Pembuatan Papan Nama Proyek


Papan nama proyek merupakan informasi kegiatan kepada masyarakat.papan
nama proyek dipasang pada lokasi kegiatan dan mudah dilihat oleh umum
2. Penyediaan Air Kerja
Pemborong diwajibkan menyiapkan sumber air yang diperlukan untuk
melaksanakn dan menyelesaikan pekerjaan
3. Penerangan dan Keselamatan Kerja
Pemborong diwajibkan menyediakan penerangan di daerah kerja, Dan
Pemborong berkewajiban menyiapkan segala sesuatu apabila terjadi
kecelakaan, kebakaran, menjaga kesehatan pekerja, kebersihan lingkungan.
Pengamanan Kegiatan dengan cara penjagaan, penerangan malam, membuat
pemagaran sementara di sekeliling lokasi kerja dan menyediakan tanda-tanda
pengaman yang diperlukan.
4. Pembersihan Lokasi Kerja
Pembersihan Lokasi Pekerjaan untuk mempermudah dan memperjelas
pengukuran dan pematokan, dan ntuk tempat kerja, penumpukan bahan-
bahan,, Direksi keet dan lain-lain pemborong harus membersihkan dan
membenahi lapangan.
5. Mobilisasi Dan Demobilisasi
Pemborong harus bias memperhitungkan semua yang diperlukan dalam
rangka kegiatan untuk mendatangkan peralatan dan mengembalikannya
nanti bilapekerjaan telah selesai ke tempat semula

Pasal 5
DAERAH KERJA DAN JALAN MASUK

Pemborong akan diberikan daerah kerja untuk pelaksanaan pekerjaan ini. Lokasi
tersebut dapat diperoleh dengan cara sewa/pinjam berdasarkan ketentuan yang
berlaku. Pemborong harus membatasi operasinya di lapangan yang betul-betul
diperlukan untuk pekerjaan tersebut. Tata letak yang meliputi jalan masuk, lokasi
penyimpanan bahan bangunan dan jalur pengangkutan material dibuat oleh
Pemborong dengan persetujuan Direksi.

Pasal 6
MATERIAL

1. Material yang dipakai dalam pekerjaan-pekerjaan ini diutamakan produksi


dalam Negeri yang memenuhi persyaratan teknis yang ditentukan.
Rencana Kerja Dan Syarat-Syarat

2. Jika Pemborong mengajukan bahan lain yang akan digunakan selain yang
disyaratkan, maka mutunya minimal harus sama dengan yang disyaratkan,
maka mutunya minimal harus sama dengan yang diisyaratkan dalam
Dokumen Tender, sebelum pemesanan bahan harus diberitahukan pada
Direksi yang meliputi jenis, kualitas, dan kuantitas bahan yang dipesan,
untuk mendapat persetujuan.

Pasal 7
KODE, STANDARD, SERTIFIKAT & LITERATUR DARI PABRIK

Pemborong harus menyediakan di lapangan, antara lain foto copy persyaratan,


standard bahan, katalog, rekomendasi, dan sertifikat dari pabrik dan informasi
lainnya yang diperlukan untuk semua material yang dipergunakan dalam proyek
ini serta petunjuk pemasangan barang-barang tersebut harus mengikuti prosedur
yang direkomendasikan oleh pabrik.

Pasal 8
LALU LINTAS

Dalam melaksanakan pekerjaan dan pengangkutan bahan-bahan keperluan


pekerjaan, Pemborong harus berhati-hati sedemikian sehingga tidak mengganggu
kelancaran lalu lintas atu menimbulkan kerusakan terhadap jalan yang telah ada
dan prasarana lainnya. Bila terjadi kerusakan, Pemborong berkewajiban untuk
memperbaiki/mengganti.

Pasal 9
CUACA

Pekerjaan harus diberhentikan apabila cuaca tidak mengijinkan yang


mengakibatkan penurunan mutu suatu pekerjaan.

Pasal 10
SERVICE SEMENTARA

Pemborong harus menyediakan air dan listrik yang diperlukan selama pelaksanaan
pekerjaan berlangsung.
Rencana Kerja Dan Syarat-Syarat

Pasal 11
PERALATAN SURVEY

Pemborong harus menyediakan peralatan yang sewaktu-waktu akan dipakai oleh


Direksi dan staf, Alat-alat tersebut harus disetujui Direksi. Selama pelaksanaan
pekerjaan Pemborong wajib menyediakan Operator dari peralatan tersebut dan
setelah pekerjaan selesai seluruh peralatan tersebut akan dikembalikan kepada
pemborong.
Alat-alat yang diperlukan minimal terdiri dari :
1. 1 buah theodolit – wild T IA atau yang sejenis;
2. 1 buah level – wid NA2, atau yang sejenis;
3. 1 buah leveling rods, panjang 3 dan 5 M dibuat dari aluminum atau kayu;
4. 1 buah 7,5 M tag line, 6 MM diameter polypropilene dan 1 M diameter reel.

B. PERSYARATAN BAHAN-BAHAN

Pasal 1
UMUM

1. Semua bahan-bahan yang akan dipakai dalam pekerjaan ini harus memenuhi
ketentuan-ketentuan umum yang berlaku di Indonesia, mengenai bahan
bangunan serta persyaratan yang dicantumkan di bawah ini.
2. Bilamana akibat satu dan lain hal bahan yang disyaratkan tidak dapat
diperoleh, Pemborong boleh mengajukan usul perubahan kepada Direksi
sepanjang mutunya paling tidak sama atau lebih tinggi apa yang disyaratkan.
3. Direksi akan menilai dan memberikan persetujuannya secara tertulis
sepanjang memenuhi persyaratan teknis dan Pemborong diwajibkan untuk
sejauh mungkin mempergunakan bahan-bahan produksi Dalam Negeri.

Pasal 2
BAHAN AGREGAT BETON

1. Agregat halus atau pasir untuk pekerjaan beton dan adukan harus berbutir
keras, bersih dari kotoran-kotoran dan zat-zat kimia (organic dan un-
organik) dan yang dapat merugikan mutu beton ataupun baja tulangan dan
bersudut tajam. Susunan pembagian butir harus memenuhi persyaratan
seperti tabel di bawah ini :
Rencana Kerja Dan Syarat-Syarat

Tabel Presentase Lewat Saringan

Saringan (mm)
Uk.
10 5 2,5 1,2 0,6 0,3 0,15
% 100 90-100 80-100 50-90 25-65 10-25 2-10

2. Presentase berat fraksi butiran yang lebih halus dari 0,7 mm, kotoran atau
Lumpur tidak boleh lebih dari 5 % terhadap berat keseluruhan, kecuali
ketentuan diatas, semua ketentuan mengenai agregat halus beton (pasir) pada
PBI 1971 harus dipenuhi.
3. Agregat kasar adalah batu pecah (split) dengan ukuran maximum 3 cm yang
mempunyai bidang pecah minimal 4 buah dan mempunyai bentuk lebih
kurang seperti kubus.
4. Batu pecah diperoleh dari batu yang keras sesuai dengan persyaratan PBI,
bersih serta bebas dari kotoran-kotoran yang dapat mengurangi kekuatan
dan mutu beton maupun baja. Pembagian butir harus memenuhi ketentuan
seperti di bawah ini.

Saringan (mm)
Uk.
30 25 20 15 10 5 2,5
% 100 95-100 - 30-70 - 0-10 0-5

5. Bilamana diperlukan Pemborong harus mengadakan percampuran-


percampuran butir untuk memperoleh pembagian butir (grainsize
distribution) seperti yang disyaratkan pada butir 1 dan butir 4 pada pasal 14.

Pasal 3
BAJA TULANGAN

1. Besi untuk tulangan beton yang akan digunakan dalam pekerjaan ini adalah
baja dengan mutu U-24 (minimum Yield-Stresss 2400 kg/cm2) dengan
diameter pengenal seperti ditetapkan pada gambar kerja.
2. Setiap pengiriman sejumlah besi tulangan ke proyek harus dalam keadaan
baru dan disertai dengan sertifikat dari pabrik pembuat dan bila Direksi
memandang perlu, contoh akan diuji ke Laboratorium atas beban Pemborong.
Jumlahnya akan ditentukan kemudian sesuai kebutuhan.
3. Penyimpangan/penumpukan harus sedemikian hingga baja tulangan
terhindar dari pengotoran-pengotoran minyak, udara lembab lingkungan
yang dapat mengakibatkan baja berkarat dan lain-lain pengaruh luar yang
mempengaruhi mutunya, sebaliknya baja terlindung atau ditutup dengan
Rencana Kerja Dan Syarat-Syarat

terpal-terpal sebelum dan setelah pembengkokkan. Baja tulangan ditumpuk


diatas balok-balok kayu agar tidak langsung berhubungan dengan tanah.

Pasal 4
SEMEN

1. Jenis semen yang dipakai untuk beton dan adukan dalam pekerjaan ini
adalah Portland Semen Type I yang memenuhi ketentuan dan syarat-syarat
dalam SII 0013 – 81.
2. Semen yang didatangkan ke proyek harus dalam keadaan utuh dan baru,
kantong-kantong pembungkus harus utuh dan tidak ada sobekan-sobekan.
3. Penyimpanan semen harus dilakukan di dalam gudang tertutup dan
terlindung dari pengaruh hujan dan lembab udara dan tanah.Semen
ditumpuk didalamnya di atas lantai panggung kayu minimal 30 cm di atas
tanah.
Tinggi penumpukan maksimum adalah 15 lapis, semen yang kantongnya
pecah tidak boleh dipakai dan harus disingkirkan keluar proyek.
4. Semen yang dipakai harus selalu diperiksa oleh Direksi sebelumnya. Semen
yang mulai mengeras harus segera dikeluarkan dari proyek. Urutan
pemakaian semen harus mengikuti urutan tibanya semen tersebut di
lapangan sehingga untuk itu pemborong diharuskan menumpuk semen
berkelompok menurut urutannya tiba di lapangan.
5. Semen yang umurnya lebih dari tiga bulan sejak keluarnya dari pabrik tidak
diperkenankan dipakai untuk pekerjaan-pekerjaan yang sifatnya struktural.
6. Bilamana Direksi memandang perlu, pemborong harus melakukan
pemeriksaan laboratorium untuk memeriksa dan melihat apakah mutu
semen memenuhi syarat, atas Biaya Pemborong.

Pasal 5
AIR KERJA

1. Air yang dipakai untuk adukan beton dan aduk spesi harus bersih, bebas dari
zat-zat organik atau un-organik yang terkandung dalam air yang dapat
mempengaruhi kekuatan dan keawetan dari beton.
Mutu air tersebut sedapat mungkin bermutu air minum.
2. Air yang akan dipakai untuk pekerjaan beton, membilas membasahi dan lain-
lain harus mendapat persetujuan dari Direksi sebelum dipakai.
3. Pemborong harus menyediakan tempat-tempat penampungan air kerja di
lapangan untuk menjamin kelancaran kerja.
Rencana Kerja Dan Syarat-Syarat

4. Untuk memenuhi kebutuhan air kerja, apabila dipandang perlu pihak


pemborong diperbolehkan membuat sumur air bersih dalam daerah kerja ,
sepanjang memenuhi persyaratan, atas beban biaya pihak pemborong.

Pasal 6
KAYU BEKISTING

1. Kayu yang dipakai untuk cetakan beton adalah kayu mutu klas II bila
menurut ketentuan PPKI 1970 atau kayu lapis (plywood) ataupun kayu lokal
yang memenui persyaratan.
2. Ukuran tebal papan bekesting minimal 3 cm dan toleransi perbedaaan tebal
minimal adalah  2 mm. Bila untuk papan bekesting dipakai plywood tebal
minimum adalah 16 mm. Papan bekesting harus kering udara agar tidak
menyusut pada waktu dipakai.
3. Apabila kayu yang akan digunakan sesuai gambar, jenis dan ukurannya tidak
dapat diperoleh di pasaran, Pemborong boleh mengajukan usul perobahan
kepada Direksi dengan jenis dan ukuran kayu yang berbeda namun mutunya
minimal sama atau lebih tinggi dari yang disyaratkan. Direksi akan menilai
dan memberikan persetujuan secara tertulis.
4. Untuk konstruksi gelagar/rusuk-rusuk penguat dipakai kayu sejenis atau
kayu-kayu yang lebih baik dengan ukuran yang memadai sesuai
perhitungan. Bilamana akan dipergunakan dolken, diameter minimal harus
12 cm, lurus, tidak banyak cacat dan diameter terkecil pada salah satu
ujungnya harus lebih besar.

Pasal 7
BATU

1. Batu yang akan dipakai untuk berbagai keperluan dalam pekerjaan ini
haruslah pecah/belah yang ukurannya disesuaikan dengan keperluan atau
gambar kerja.
2. Batu yang diperlukan untuk konstruksi talud, harus dari batu yang bersifat
keras, spesific gravity (Gs), minimum 2,5 ton/m3, tidak menunjukkan tanda-
tanda lapuk, berbentuk persegi panjang tak beraturan, bergradasi baik,
dengan ukuran sesuai persyaratan, berupa batu belah yang berasal dari batu
kali atau batu gunung. Batu yang tidak bersudut sama sekali tidak
diperbolehkan untuk dipakai.
3. Untuk konstruksi pasangan batu-kosong bentuk batu halus sedemikian rupa
mengingat pemasangannya tidak menggunakan perekat, sehingga celah-
Rencana Kerja Dan Syarat-Syarat

celah yang kosong dapat dan harus diisi dengan batu yang berukuran lebih
kecil, dan disesuaikan dengan gambar design/kerja

C. PEKERJAAN BETON TULANG

1. Bagian-bagian yang dibuat dari beton bertulang ialah yang tertera pada
gambar konstruksi serta bagian-bagian lain yang digambarkan pada gambar
konstruksi bertulang.
2. Persyaratan pelaksanaan pekerjaan beton bertulang:
a. Sebelum pekerjaan dimulai pelaksana wajib meneliti dimensi /ukuran.
b. Pelaksanaan pekerjaan berpedoman pada Peraturan Beton Indonesia (PBI)
N.1.2. dengan mutu beton K 110 s/d K 225 dan Mutu Baja U.24.
c. Diameter dan jumlah Tulangan setiap komponen sesuai tabel atau sesuai
gambar.
d. Untuk konstruksi ini disyaratkan memakai pasir campuran (pasir halus dan
kasar), tidak diperkenankan menggunakan pasir halus.
e. Masa pengeringan beton minimal 28 hari, namun terhadap bekisting
penahan sisi vertikal dapat dilepas 3 hari sesudah pengecoran atau
menurut petunjuk direksi.
f. Bahan bekisting harus cukup kuat terhadap cuaca. Sistem pemasangan
dibuat mudah lepas dan tidak mempengaruhi konstruksi tersebut.
g. Pengecoran dapat dilakukan setelah pemasangan pembesian diperiksa dan
disetujui oleh direksi/pemimpin proyek.
h. Setelah pengecoran, beton harus selalu dibasahi dengan air minimal 2 kali
sehari selang 7 hari kalender.
i. Kualifikasi bahan untuk beton bertulang maupun tak bertulang
menggunakan:
- Agregat kerikil padat/keras, tanpa rongga, tidak berlumut/licin, berat,
tidak berkarang/bukan kerikil laut dan bebas dari segala kotoran.
Kerikil karang tidak boleh digunakan.
- Pasir kali/gunung yang padat keras yang bersih dari kotoran, tidak
diperkenankan memakai pasir laut.
- Air yang bersih, bebas dari kotoran organik dan lumpur.

E. PEKERJAAN ATAP RUMAH GENSET

a. Rangka Atap adalah material Baja Ringan dengan komposisi Alumunium 55 %,


Zincalum 43,5 % dan Silikon 1,5 %, Pipa Galvanis diameter 2” serta Besi
Hollow 6x6, 4x6 dan 2x4.
Rencana Kerja Dan Syarat-Syarat

b. Rangka Atap terdiri dari Profil CT.75 ( C. TRUST 75 mm ) ukuran 75 X 35 X


0,75 merupakan rangka utama dengan Rengnya menggunakan Proil RT.12 (
RENG U 12) dengan ukuran 34 X 18 X 12 yang panjangnya sama dengan
CT.75 yaitu 4 meter.
c. Penutup atap adalah SPANDEK dengan komposisi Alumunium 60 %, Zincalum
38,5 % Silikon 1,5% dengan ukuran panjang variatif sesuai ukuran lapangan
dan lebar efektif 70 cm serta ONDULINE.

F. PEKERJAAN PLAFOND DROP OFF & RG. TUNGGU

a. Rangka Atap adalah material Baja Ringan dengan komposisi Alumunium 55 %,


Zincalum 43,5 % dan Silikon 1,5 %, Pipa Galvanis diameter 2” serta Besi
Hollow 4x4 dan 2x2.
b. Penutup plafond menggunakan tipe Sunda Plafond atau yang setara.

G. PEKERJAAN PENGECATAN

a. Lingkup Pekerjaan
1. Persiapan permukaan yang akan diberi cat
2. Pengecatan permukaan dengan bahan-bahan yang telah ditentukan
3. Pengecatan permukaan Besi dan kayu dengan cat minyak, serta beton
dengan cat tembok / Air, dengan warna yang ditentukan oleh user.
b. Standar Pekerjaan
1. Sebelum pengecatan yang dimulai, Pemborong harus melakukan percobaan
pengecatan pada bidang untuk tiap warna dan jenis cat yang diperlukan
dimana bidang-bidang tersebut akan dijadikan contoh pilihan warna,
texture, material dan cara pekerjaan. Bidang-bidang akan dipakai sebagai
mock up ini akan ditentukan oleh direksi Lapangan.
2. Jika masing-masing bidang tersebut telah disetujui oleh Direksi lapangan,
bidang-bidang ini akan dipakai sebagai standard minimal keseluruhan
pekerjaan pengecatan.
c. Contoh Dan Bahan Untuk Perawatan
1. Pemborong harus menyiapkan contoh pengecatan tiap warna dan jenis cat
pada bidang-bidang tersebut harus dicantumkan dengan jelas warna,
formula cat, jumlah lapisan dan jenis lapisan (dari dasar sampai dengan
lapisan akhir).
2. Semua bidang contoh tersebut harus diperlihatkan kepada Direksi
Lapangan dan disetujui secara tertulis, setelah itu barulah pemborong
melanjutkan dengan pembuatan mock up
Rencana Kerja Dan Syarat-Syarat

3. Pemborong harus menyerahkan kepada Direksi Lapangan, untuk kemudian


akan diteruskan kepada pemberi tugas, minimal 5 galon tiap warna dan
jenis cat yang dipakai. Kaleng-kaleng cat tersebut harus tertutup rapat dan
mencantumkan dengan jelas Identitas cat yang ada di dalamnya.

G. PEKERJAAN PENGASPALAN

1. Pekerjaan Finishing Lahan


a. Stripping Lahan
2. Pekerjaan Pengaspalan
a. Sub Grade 30CM
b. Lapis Permukaan Aspal AC - BC 5 Cm
c. Lapis Pondasi Kelas B (LPB) - 25 Cm
d. Lapis Pondasi Klas A (LPA) - 15 Cm

PEKERJAAN TANAH (Striping Lahan)


a. Pekerjaan Striping lahan menggunakan pralatan mekanis berupa Excavator,
Bulldozer, Motor Grader dan Dump Truck.
b. Volume pekerjaan mengikuti yang tercantum dalam Rencana Anggaran Biaya,
atau sesuai petunjuk Direksi.
c. Area striping lahan mengikuti gambar kerja Pembangunan Terminal AKAP
Liwas Tahap V yang telah di sahkan oleh pejabat terkait.
d. Pembuangan tanah hasil striping lahan dilakukan dengan menggunakan
peralatan mkanis Excavator, Dump Truck.
e. Penentuan lokasi pembuangan dilakukan berdasarkan persetujuan Kontraktor
Pelaksana, Konsultan Pengawas dan Direksi.

PEKERJAAN ASPAL
Batu pecah kelas B untuk bahu jalan
1. Pekerjaan ini sudah mencakup penyiapan lokasi, penyediaan bahan,
pengangkutan, pemasangan, pemadatan bahan untuk bahu pada tanah dasar.
2. Pelaksanaan pekerjaan harus mendapat persetujuan direksi teknik dan sesuai
dengan gambar rencana.
3. Perbaikan pekerjaan yang belum memuaskan
Semua pekerjaan bahu jalan yang tidak memuaskan direksi teknik harus
diperbaiki sesuai dengan petunjuk direksi teknik dengan biaya kontraktor
sendiri.
4. Material
Rencana Kerja Dan Syarat-Syarat

Sifat agregat kelas B adalah :

Persen lolos agregat


Ukuran sampingan
kelas B

Abrasi dari agregat kasar (AASTHO T96-74) 0-50

Indeks plastisitas (AASHTO T90-70) 4-10

CBR (AASHTO T193) 60 minimum

Rongga dalam agregat mineral pada kepadatan


10 minimum
maksimum

Batu pecah dapat berupa batu gunung, batu kali dan batu kapur yang dipecah
sesuai ukuran yang ditetapkan dalam gambar rencana atau sesuai perintah
pengguna barang / jasa.
Persyaratan kualitas lainnya yaitu bahwa fraksi harus tertahan saringan 4,75
mm harus terdiri dari bahan yang keras, awet, terbuat dari batu alam atau
pecahan dari kerikil (ukuran maksimal 50,0 mm)

Agregat lapis pondasi


1. Pekerjaan meliputi pengadaan material, penghamparan dan pemadatan yang
dilaksanakan pada permukaan tanah dasar yang telah disiapkan.
2. Toleransi dimensi

a. Permukaan dan ketinggian permukaan akhir setelah pemadatan harus


sesuai dengan ketinggian yang telah diencanakan.
b. Permukaan lapis pondasi atas harus rata dan mempunyai kelandaian yang
cukup sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan dalam dokumen
kontrak
Material dan lapisan pondasi
agregat Toleransi tinggi permukaan

Sirtu / pitrun kelas A digunakan +0 cm


sebagai lapis pondasi bawah - 2 cm

Batu pecah kelas B digunakan +1 cm


Rencana Kerja Dan Syarat-Syarat

sebagai
lapis pondasi atas - 1 cm

c. Permukaan-permukaan agregat lapis pondasi dari semua konstruksi harus


dapat mengalirkan air dengan kemiringan permukaan sesuai dengan
tercantum dalam gambar rencana. Untuk permukaan lapis pondasi atas
dimana akan dilaksanakan pelapisan resap pengikat atau pelaburan
permukaan, maka semua bahan yang terlepas dibuang dengan penyikat
keras. Deviasi maksimum yang diijinkan untuk kerataan permukaan harus
1 cm.

H. PEKERJAAN LANDSCAPE

1. Pekerjaan Canstein
 Pekerjaan Canstein dilaksanakan pada sekeliling pekerjaan paving yang
berfungsi sebagai penahan paving. Canstein yang digunakan adalah kanstin
beton. Canstein beton dibuat dengan campuran beton yang dicetak dengan
ukuran (20x40 cm) K-225.
 Galian tanah untuk kanstein disesuaikan dengan gambar rencana. Dibawah
Canstein diberi pasir urug padat setebal 5 cm.
 Pemasangan antara Canstein satu dengan kanstin lainnya diberi perekat
dengan spesi 1 PC : 4 Pasir.
2. Pekerjaan Penanaman Pohon Rumput dan Bunga
 Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi semua pekerja, bahan-bahan dan lain-lain pekerjaan
yang diperlukan untuk pekerjaan landscaping sesuai dengan spesifikasi dan
gambar. Secara lebih terinci pekerjaan ini antara lain, ialah :
- Perataan, peninggian dan penurunan tanah untuk keperluan
landscaping.
- Pembuangan kelebihan tanah dan sampah-sampah
- Penyediaan dan penanaman macam-macam tanaman
- Perawatan tanaman
- Penanaman rumput
- Penanaman Bunga
 Syarat-syarat
- Kontraktor harus mengunjungi lapangan dan memperhatikan pekerjaan
saluran pekerjaan untuk syarat-syarat pekerjaan tanah.
- Semua bahan-bahan dan pekerjaan harus diawasi sampai mendapat
persetujuan dari Konsultan Pengawas.
Rencana Kerja Dan Syarat-Syarat

 Persyaratan Bahan
1. Contoh dari semua bahan-bahan dan tanaman harus diberikan kepada
Konsultan Pengawas guna mendapatkan persetujuan sebelum pekerjaan
ini dimulai.
2. Pupuk - Pupuk buatan : harus dipakai pupuk yang khusus untuk jenis
tanaman seperti yang tercantum dalam gambar dan spesifikasi.
- Pupuk kandang : harus dipakai pupuk yang sudah berumur 6 bulan,
bebas dari hama / bakteri-bakteri yang merusak tanaman.
- Tanaman : Untuk jenis dan ketinggian minimum tanaman dan pohon
yang akan dipakai sesuai petunjuk gambar.
- Lokasi : Tempat dan jumlah tanaman seperti yang tercantum dalam
gambar.
- Syarat : Pohon harus sehat, akarnya tidak rusak tanaman dijamin
hidup dengan kondisi baik sampai serah terima ke 2.
- Rumput : Jenis, tempat dan jumlahnya seperti yang tercantum dalam
dalam gambar. Rumput harus sehat, akar-akarnya tidak rusak bebas
dari hama, mempunyai daun-daun yang cukup guna menutupi
lapisan tanah. Sebagian rumput di tanam pada bidang grass block.
 Tata Kerja
Pekerjaan Tanah :
- Sebelum diberi pupuk dan ditanami, tanah harus diolah hingga lapisan
atas setebal 15 cm menjadi gembur.
- Rumput dan tanaman hias setiap daerah seluas 100 m² diberi pupuk
sebanyak 2,25 m3 pupuk kandang dan 5 kg pupuk buatan.
- Pohon : harus dibuat lubang 60 cm dengan kedalaman 75 cm. Pada saat
menanam taburkan campuran pupuk kandang, tanah asli dan 20 gram
pupuk buatan disekitar akar sampai rata dengan tanah.
Cara menanam :
- Umum : penanaman baru boleh dimulai setelah pekerjaan perataan,
peninggian dan penurunan tanah selesai dan disetujui Konsultan
Pengawas.
- Daerah yang ditanami rumput : ditanam dengan jarak seperti yang
tercantum dalam gambar.
- Pohon-pohon : sesudah ditanam, pohon ditopang dan ditimbun tanah
setinggi 30 cm
 Perawatan
1. Umum : perawatan dimulai sesaat sesudah penanaman harus terus-
menerus dilakukan sampai berakhirnya masa pemeliharaan dari
bangunan atau sampai berakhirnya masa pemeliharaan dari bangunan
atau sampai penyerahan berakhir.
Rencana Kerja Dan Syarat-Syarat

2. Rawatlah rumput dan tanaman dengan menyiram air, menyemprot anti


hama dan lain-lain yang diperlukan.
3. Tanaman yang mati harus diganti.
4. Rawatlah rumput sedemikian rupa hingga tumbuh dengan baik. Bagian
yang tidak tumbuh dengan baik harus diolah dan ditanami lagi.
 Pelaksanaan
a. Sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai, Kontraktor harus menyerahkan
contoh bahan yang bersangkutan untuk mendapatkan persetujuannya.
b. Pemasangan bahan-bahan yang ada harus mengikuti gambar
pelaksanaan dan petunjuk Konsultan Pengawas.

I. SYARAT UMUM & TEKNIS PEKERJAAN ELEKTRIKAL

a. PERSYARATAN UMUM PEKERJAAN ELEKTRIKAL


1. Pemborong harus menawarkan seluruh lingkup pekerjaan yang
dijelaskan baik dalam spesifikasi ini ataupun yang tertera dalam
gambar-gambar,diman bahan-bahandanperalatan yang digunakan
sesuai dengan ketentuan ketentuan pada spesifikas ini.Bila ternyata
terdapat perbedaan antara spesifikasi bahan dan atau peralatan yang
dipakai dengan spesifikasi yang dipakai pada bab ini,merupakan
kewajiban Pemborong untuk mengganti bahan atau peralatan tersebut
sehingga sesuai dengan ketentuan pada BAB ini tanpa adanya ketentuan
tambahan biaya.
2. Pada dasarnya semua bahan dan peralatan harus sesuai dengan
ketentuan yang tertera pada peraturan-peraturan seperti :
 Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) 2000, atau yang terbaru.
 Peraturan Instalasi Listrik (PIL),
 Syarat-Syarat Penyambungan Listrik (SBL),
 Standard lain: AVE Belanda, VDE/DIN Jerman, IEC Standard, JIS
Jepang,NFC,Perancis, NEMA USA,
 Petunjuk dari pabrik pembuat peralatan,
 Peraturan lainnya yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang
danPemerintah daerah.
3. Pekerjaan instalasi ini harus dilaksanakan oleh perusahaan yang
memiliki surat ijin instalasi dari instalasi yang berwenang dan telah
biasa mengerjakannya dan suatu daftar referensi pemasangan harus
dilampirkan dalam surat penawaran.
4.
Rencana Kerja Dan Syarat-Syarat

b. PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ELEKTRIKAL


1. Gambar-gambar
 Gambar-gambar rencana dan spesifikasi (persyaratan) ini
merupakan suatu kesatuan yang saling melengkapi dan sama
mengikatnya.
 Gambar-gambar Sistem ini menunjukkan secara umum tata letak
dari peralatan, sedang pemasangan harus dikerjakan dengan
memperhatikan kondisi dari bangunan yang ada.
 Gambar-gambar arsitek dan struktur/sipil harus dipakai sebagai
referensi untuk pelaksanaan dan detail "finishing" instalasi.
 Sebelum pekerjaan dimulai, Pemborong harus mengajukan gambar
kerja dan detail kepada pengawas untuk dapat diperiksa dan
disetujui terlebih dahulu.Pengajuangambar-gambar tersebut,
pemborong dianggap telah mempelajari situasi dari instalasi yang
berhubungan dengan instalasi ini.
 Pemborong instalasi ini harus membuat gambar-gambar instalasi
terpasang yang disertai dengan dokumen asli operating and
maintenance instruction,technical instruction, spare part instruction
dan harus diserahkan kepada pengawas pada saat
penyerahan pertama dalam rangkap 5 (lima). (Construction detail,
electrical wiring diagram, control diagram dll).
2. Koordinasi
 Pemborong instalasi ini hendaknya bekerja sama dengan pemborong
instalasi lainnya, agar seluruh pekerjaan dapat berjalan dengan
lancer sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.
 Koordinasi yang baik perlu ada, agar instalasi yang satu tidak
menghalangi kemajuan instalasi yang lain.
 Apabila pelaksanaan instalasi ini menghalangi instalasi yang lain,
makasemua akibatnya menjadi tanggung jawab pemborong.
3. Pelaksanaan Pemasangan
 Sebelum pelaksanaan pemasangan instalasi ini dimulai, pemborong
harus menyerahkan gambar kerja dan detailnya kepada pengawas
dalam rangkap 3(tiga) untuk disetujui.
 Pemborong harus mengadakan pemeriksaan ulang atas segala
ukuran dan kapasitas peralatan yang akan dipasang, apabila ada
sesuatu yang diragukan, pemborong harus segera menghubungi
direksi.Pengambilan ukuran dan atau pemilihan kapasitas peralatan
yang salah akan menjadi tanggung jawab pemborong.
4. Testing & Commissioning
Rencana Kerja Dan Syarat-Syarat

 Pemborong instalasi ini harus melakukan semua testing dan


pengukuran yang dianggap perlu untuk mengetahui apakah
keseluruhan instalasi dapat berfungsi dengan baik dan dapat
memenuhi semua persyaratan yang ada.
 Testing/pengujian meliputi: Uji isolasi minimal 10 M (Mega Ohm)
dan uji beban penuh.
 Test elektrikal beban penuh selama 3 x 24 jam, harus disaksikan
oleh Direksi atau Pengawas dan bila terjadi kerusakan atau
kesalahan harus diperbaiki atas tanggung jawab pemborong.
 Semua bahan dan perlengkapannya yang diperlukan untuk
mengadakan testing tersebut merupakan tanggung jawab
pemborong.
 Hasil pengujian dituangkan dalam berita acara sebagai syarat
penyerahan pertama.
5. Masa Pemeliharaan dan Serah Terima Pekerjaan
 Peralatan instalasi ini harus digaransi selama satu tahun terhitung
sejak saat penyerahan pertama.
 Masa pemeliharaan untuk instalasi ini adalah selama tiga bulan
terhitung sejak saat penyerahaan pertama.
 Selama masa pemeliharaan, pemborong instalasi ini diwajibkan
mengatasi dan mengganti segala kerusakan yang terjadi tanpa
adanya tambahan biaya.
 Selama masa pemeliharaan ini, seluruh instalasi yang telah selesai
dilaksanakan masih merupakan tanggung jawab pemborong
sepenuhnya.
 Selama masa pemeliharaan ini, apabila pemborong instalasi ini tidak
melaksanakan teguran dari pengawas atas perbaikan /penggantian
/penyetelan yang diperlukan,maka pengawas berhak menyerahkan
perbaikan/penggantian/penyetelantersebutkepada pihak lain atas
biaya pemborong instalasi ini.
 Selama masa pemeliharaan ini, pemborong instalasi ini harus
melatih petugaspetugas yang ditunjuk oleh pemilik sehingga dapat
mengenali system instalasi dan dapat melaksanakan
pemeliharaannya.
 Serah terima pertama dari instalasi ini harus dapat dilaksanakan
setelah ada bukti pemeriksaan dengan hasil yang baik yang ditanda
tangani oleh pemborong dan pengawas serta dilampir surat ijin
pemakaian dari jawatan keselamatan kerja.
Rencana Kerja Dan Syarat-Syarat

 Apabila diperlukan oleh pemberi tugas, pemborong harus bersedia


dating kelokasi proyek untuk mengatasi dan memperbaiki
kerusakan-kerusakan yang terjadi.Petugas yang ditunjuk oleh
pemborong harus sudah hadir paling lambat 3jam setelah
dihubungi oleh pemberi tugas.
6. Penambahan/Pengurangan/Perubahan Instalasi
 Pelaksanaan instalasi yang menyimpang dari rencana yang
disesuaikan dengan kondisi lapangan, harus dikonsultasikan
terlebih dahulu dengan pihak direksi.
 Pemborong instalasi ini harus menyerahkan setiap gambar
perubahan yang ada kepada pihak pengawas dalam rangkap 3
(tiga).
 Perubahan material dan lain-lainnya, harus diajukan oleh
pemborongkepadapengawas secara tertulis. Pekerjaan
tambah/kurang/perubahan yang ada harus disetujui oleh Pengawas
secara tertulis.
7. Ijin – Ijin.
Pengurusan ijin-ijin yang diperlukan untuk pelaksanaan instalasi ini
serta seluruh biaya yang diperlukannya menjadi tanggung jawab
pemborong.
8. Pembobokan, Pengelasan dan Pengeboran
 Pembobokan tembok, lantai, dinding dan sebagainya yang
diperlukandalampelaksanaan instalasi ini serta mengembalikan
seperti kondisi semula,menjadi lingkup kerja instalasi ini.
 Pembobokan/pengelasan/pengeboran hanya dapat dilaksanakan
apabila ada persetujuan dari pihak pengawas secara tertulis.

c. RUANG LINGKUP PEKERJAAN ELEKTRIKAL


1. Prinsip Penyediaan Daya Listrik
Sumber daya listrik diperoleh dari jaringanPLN tegangan rendah (TR)
220/380V. Besar daya yang diperoleh dari PLN adalah 105 kVA, 3 phasa.
Sebagai sumber daya cadangandigunakan satu unit diesel generator set
berkapasitas100kVA, dilengkapi dengan panel AMF (Automatic Main
Failure) dan ATS (AutomaticTransferSwitch) dengan dilengkapi
fasilitasinterlock. Panel utama (MDP) dilengkapi meter-meter besaran
listrik dan kWhmeter untuk mengetahui pemakaian daya. Setelah dari MDP
selanjutnya suplai listrik didistribusikan ke panel-panel lantai.
a. Sebagai tertera dalam gambar-gambar rencana, pemborong pekerjaan
instalasi listri kini harus melakukan pengadaan dan pemasangan serta
Rencana Kerja Dan Syarat-Syarat

menyerahkan dalam keadaan baik dan siap untuk dipergunakan. Garis


besar scope pekerjaan yang dimaksud adalah sebagai berikut:
 Pengadaan dan pemasangan generator set dan instalasinya
 Pengadaan dan pemasangan kabel toevoer dari jaringan PLN.
 Pengadaan dan pemasangan kabel-kabel toevoer dari MDP ke SDP
(Main Distribution Panel) dan selanjutnya ke panel-panel lantai.
 Pengadaan dan pemasangan Panel MDP
 Pengadaan dan pemasangan Panel-Panel Lantai
b. Pengadaan dan pemasangan Instalasi Tata Cahaya/Penerangan Umum
bangunan
c. Pengadaan dan pemasangan Instalasi Kotak Kontak bangunan.
d. Pengadaan dan pemasangan Instalasi Sistem Fire Alarm.
e. Pengadaan dan pemasangan Instalasi Sistem Telepon.
f. Pengadaan dan pemasangan Instalasi Sistem Komunikasi Data/LAN.
g. Pengadaan dan pemasangan Instalasi Kabel Tray.
h. Pengadaan dan pemasangan Instalasi penangkal petir tipe streamer pada
bangunan.
i. Mengurus ijin-ijin pekerjaan elektrikal sampai selesai hingga instalasi ini
dapat
berfungsi dengan baik.

d. PERSYARATAN TEKNIS, BAHAN & PELAKSANAAN INSTALASI LISTRIK


1. Panel-Panel
 Kabinet
1) Konstruksi dalam panel serta tata letak komponen dan piranti
lainnyaharusdiatur sedemikian rupa, bila perlu diadakan
perbaikan sehingga penyambungan pada komponen/piranti dapat
mudah dilaksanakan dan tidak sesak.
2) Frame / rangka panel harus digrounding/ditanahkan.
Kabinet dengan kabel kabel trought feeder harus diatur
sedemikianrupa,sehingga ada saluran yang lebarnya sesuai
persyaratan untuk branch circuit panel board.
4) Semua kabinet harus dicat dengan warna ditentukan kemudian.
5) Semua kabinet harus dibuat tahan karat, selain itu harus dilapisi
bahan anti karat
 Pemasangan Panel
Panel dipasang sedemikian rupa sehingga setiap
peralatan/komponen dalam panel masih mudah dijangkau.
Tergantung pada macam/tipe panel, bila dibutuhkan
Rencana Kerja Dan Syarat-Syarat

alas/pondasi/penumpu/penggantung, maka pemborong harus


menyediakan dan memasangnya walaupun tidak tertera pada
gambar.
 Panel Distribusi Utama Tegangan Rendah (LVMDP). Panel Distribusi
Utama adalah Jenis “Indoor“ terbuat dari plat baja minimal 2
mm. Konstruksi harus terbuat dari rangka baja struktur kaku yang
dapat tahan terhadap tekanan mekanis pada waktu terjadi hubung
singkat. Seluruh Assembly termasuk Housing, Busbar, alat-alat
pengaman harus direncanakan, dibuat dan dicoba. Plat penutup
harus ada “louver“ yang cukup untuk ventilasi sesuai dengan
persyaratan PUIL/VDE untuk peralatan yang tertutup. Menggunakan
komponen MG atau setara.
 Label Nama : Setiap pemutus daya (Circuit Breaker) harus dilengkapi
label nama pada pintu atau dekat komponen komponen yang dapat
dilihat dengan mudah. Pemberian nama harus menunjukkan secara
jelas rangkaian Pemutus daya atau alat-alat yang
tersambung.
 Busbar/ Rel Tembaga : Busbar harus terbuat dari tembaga dengan
kemampuan arus minimal 150 % arus beban terpasang atau
disesuaikan dengan aturan PUIL 2000 atau peraturan yang berlaku.
Semua busbar dicat yang warnanya disesuaikan dengan yang
disebutkan pada PUIL. Cat harus tahan sampai temperatur 75  C.
Busbar ditumpu oleh isolator dan disusun dengan baik setiap panel
harus mempunyai 5 jalur busbar, terdiri dari 3 jalur busbar phase
(R,S,T) 1 jalur busbar Netral dan 1 jalur busbar Grounding yang
dihubungkan secara listrik dengan Frame Panel. Gambar Pelaksanaan
(shop drawing) harus menunjukkan ukuran dan susunan busbar.
 Cadangan
Bila dalam gambar dinyatakan adanya cadangan maka panel tsb
harusdilengkapiterminal pemasangan, pendukung dan sebagainya
untuk mengantisipasi pemasangan peralatan dikemudian hari.
Peralatan dapat berupa Equipment busbar, switch, Circuit Breaker
dan lain-lain.
 Terminal dan Mur Baut : Semua terminal cabang harus diberi lapis
tembaga (vertin) dan disekrup menggunakan mur baut ring dari
bahan tembaga atau yang diberi nikel (stainless)
 Alat Ukur : 1) Alat ukur yang digunakan ukuran 144 x 144 mm atau
96x96mm,dipasang secara rata terhadap permukaan atau semi (flush
Rencana Kerja Dan Syarat-Syarat

atau semi flush), tahan getar. 2) Ketelitian alat ukur 0,5 - 1,5 %, skala
linear. 3) Sekitar switch untuk Voltmeter harus jelas tandanya.
 Transformator Arus : Transformator arus yang dipakai adalah tipe
jendela dengan ketelitian 0,3 dengan burden sesuai dengan Standar VDE.
Pemasangan harus kuat dan dapat menahan gaya mekanis pada bila
terjadi hubung singkat.
 Kabel Kontrol : 1) Kabel kontrol panel harus di set di bengkel/pabrik
secara lengkap dan dibundel dan dilindungi dari kerusakan akibat
tekanan mekanis. 2) Ukuran minimum kabel 1,5 mm2, 600 V, fleksibel,
isolasi PVC.
 Pilot Lamp : 1) Semua panel harus dilengkapi pilot lamp untuk
menyatakan adanya tegangan R,S, dan T. Pengadaan pilot lamp
merupakan suatu keharusan, walaupun pada gambar tidak tertera.
 Warna-warna pilot lamp : phase R : warna merah; phase S : warna
kuning; phase T: warna hitam 3) untuk menyatakan sistem telah diatur
dengan push button atau dengan saklar: 4) Sistem On : warna merah;
Sistem Off : warna hijau.
 Circuit Breaker : 1) Circuit Breaker yang digunakan adalah MCB
(Miniatur Circuit Breaker), NFB (No Fuse Breaker) dan MCCB (Moulded
Case Circuit Breaker), ACB yang sesuai tertera pada gambar rencana. 2)
Circuit Breaker harus tipeautomatic trip dengan kombinasi thermal dan
instantaneous magnetic.
a. Kabel-Kabel Toevoer
Kabel-kabel toevoer yang dipakai harus dapat dipergunakan untuk
tegangan 600Volts. Kabel-kabel toevoer antara saluran distribusi PLN
menuju LVMDP yangditanamdalam tanah melintasi jalan, mempergunakan
jenis NYFGbY,sedang kabel yang ditanam dari MDP menuju sub-sub panel
dalam gedung dan kabel-kabelyang menghubungkan antar panel
menggunakan jenis NYY. Menghubungkan kabel pada terminal busbar
panel harus menggunakan schoen kabel yang dipres. Kabel-kabel toevoer
ke panel-panel distribusi yang berada di atas selasar dan plafon harus
dipasang di atas rak kabel (trunking). Kabel toevoer yang diajukan untuk
dipasang adalah buatan pabrik Kabel Metal, Kabelindo atau Supreme yang
memenuhi standar SII dan PLN.
b. Kabel Penerangan dan Conduit
Kabel pada instalasi daya dan penerangan bertegangan rendah meliputi
kabeltegangan rendah, kabel kontrol, accessories, peralatan-peralatan dan
barang-barang lain yang diperlukan untuk melengkapi dan
menyempurnakan pemasangan serta operasi dari semua sistem dan
peralatan. Syarat kabel instalasi tegangan rendah (sampai 600 V).
Rencana Kerja Dan Syarat-Syarat

1) Kabel tegangan rendah yang digunakan harus memenuhi persyaratan


PUIL,IEC,VDE, SPLN, dan LMK untuk penggunaan sebagai kabel instalasi
dan peralatan(mesin) kecuali untuk perelatan khusus seperti disyaratkan
atau dianjurkan oleh pabrik pembuatnya.
2) Semua kabel dengan luas penampang 6 sqmm ke atas harus berurat
banyak dan dipilin (stranded).Ukuran kabel daya/instalasi terkecil yang
diijinkan adalah2,5sqmm , kecuali untuk pemakaian kotrol pada remote
cotrol yang kurang dari 30 meter panjangnya bisa menggunakan 1,5
sqmm.
3) Kecuali disyaratkan lain, kabel tanah harus dari jenis NYFGbY dan kabel
instalasi didalam bangunan dari jenis NYA, NYY, NYM, dan NYMHY (untuk
kabel control)
4) Semua kabel dalam bangunan harus berada didalam konduit (tubing)
atau dipasang diatas cable tray/cable rack dan diklem/diikat dengan
pengikat kabelsesuai dengan kebutuhan.
5) Semua konduit, kabel-kabel dan sambungan elektrikal untuk instalasi di
dalam bangunan harus diadakan secara lengkap. Faktor pengisian konduit
oleh kabelkabel maksimum adalah sebesar 40%
6) Untuk penerangan, penampang kabel minimum yang dapat dipakai
adalah 2,5 mm2. menggunakan NYM jika dipasang diatas plafon. Kabel
yang terpasang pada dak beton menggunakan jenis NYA di dalam pipa PVC
5/8", atau disesuaikan dengan kabel yang dipakai.
c. Kabel Tanah Tegangan Rendah
Kabel tanah tegangan rendah yang digunakan harus memenuhi
persyaratan PUIL, IEC, VDE, SPLN, dan LMK untuk penggunaan sesuai kabel
instalasi yang ditanamlangsung di dalam tanah. Semua kabel dengan luas
penampang 6 sqmm keatas harus berurat banyak dan dipilin. Ukuran kabel
daya/instalasi terkecil yang diijinkan adalah 2,5 sqmm, kecuali untuk
pemakaian kotrol pada sistem remote cotrol yang kurang dari 30 m
panjangnya, bisa menggunakan ukuran 1,5 sqmm. Cara penanaman kabel
secara langsung didalam tanah (direct burrial) harus sesuai dengan gambar
rencana,termasuk cara persilangan dengan pipa air, kabel telekomunikasi,
dankabeltegangan menengah 20kV.Apabila diperlukan penyambungan
kabeldidalamtanah,harus dilakukan dengan alat penyambung khusus
(jointingkit)teganganrendahjenisepoxyresin-coldpoursystem.
Penyambungan kabel dalam tanah harus dilakukan oleh tenaga yang
benar-benar ahli dengan cara dan metode penyambungan mengikuti
anjuran pabrik pembuat jointing kit yang digunakan sehingga
diperolehhasil penyambungan yang handal, tahan terhadap
Rencana Kerja Dan Syarat-Syarat

kelembaban,mempunyai isolasi yang tinggi dan mempunyai kekuatan


mekanis yang tinggi.
d. Instalasi Kabel Penerangan dan Stop Kontak
Kabel-kabel listrik untuk penerangan dan stop kontak untuk extension dan
dayaharus diadakan dan dipasang lengkap, mulai dari sambungan panel
dayakesaklardan titik cahaya serta stop kontak, sebagaimana ditunjukan
dalam gambar.Kabel yang digunakan dalam kabel instalasi penerangan dan
stopkontak harus dari jenis NYM atau NYA yang diletakan di dalam konduit
PVC(tubingwhiteconduit).Luaspenampang kabel NYM yang digunakan
minimum2,5sqmm(kapasitashantar maksimal 20A). Stop kontak tunggal &
ganda 1 phase yang dipakai adalah tipe pasang rata (flush mounting) 250
Volt, 10 Amp. Saklar dinding yang dipakai adalah Flush mounting, rating
250 V, 10 Ampere, single gang, double gangs, atau muliti gangs (grid
switch), dipasang 125 cm di atas lantai. Stop kontak dan saklar diruang
basah/lembab menggunakan jenis WD (Water Dich).
e. Splice/ percabangan
Tidak diperkenankan adanya percabangan (splice) ataupun sambungan
didalam pipa konduit. Sambungan atau percabangan harus dilakukan
didalam kotak-kotak cabang atau kotak sambung, yang mudah dicapai
serta kotak saklar dan stop kontak. Sambungan pada panel harus dibuat
secara mekanis dan harus kuat secara elektrik dengan solderless connector
jenis tekan, jenis compression atau soldered. Dalam membuat percabangan
atau sambungan konektor harus dihubungkan dengan konduktor-
konduktor dengan baik sedemikian sehingga semua konduktor tersambung
dan tidak ada konduktor telanjang yang kelihatan dan tidak bisa lepas oleh
getaran.Setiap kabel turun menuju armature harus malalui kotak
sambung/doos. Penyambuangan antara kabel catu dengan kabel dari
armatur dilakukan melalui blok terminal yang ditempatkan didalam kotak
tersebut.
f. Kabel Kontrol
Ditempat-tempat yang ditunjuk pada gambar atau disyaratkan, kabel
kontro lmotor,stater dan peralatan lain harus terbuat dari tembaga jenis
strandedannealed copper yang fleksibel. Isolasi harus dari PVC, tahan
lembab,dengan rating tegangan sampai 600V. Ukuran koduktor harus
sesuai dengan yang diperlukan (minimum2,5 sqmm untuk panjang lebih
dari 30m) untuk mendapatkan operasi yang memuaskan dari peralatan
yang dikontrol, dengan pertimbagan-pertimbangan mengenai panjang
circuit dan sebagainya.
g. Bahan Isolasi
Rencana Kerja Dan Syarat-Syarat

Semua bahan isolasi untuk splice, connection dan lain-lain seperti karet,
PVC, varnished cambric dan lain-lain harus dari tipe yang disetujui untuk
penggunaan, lokasi, tegangan kerja, dan lain-lain yang tertentu dan harus
dipasang dengan cara yang disetujui, menurut aturan yang berlaku atau
pabrik pembuatnya.
h. Pemasangan Kabel
Pemasangan mendatar (horizotal) : Kabel instalasi daya dan penerangan
didalam bangunan.Semua kabel harus dipasang dalam koduit. Kabel Daya
Penghubung antar panel
1) Kabel-kabel daya diruang exposed ceilling diletakkan didalam konduit
yangditanam di plat lantai, sedangkan untuk ruangan yang berplafon,
kabel
dilewatkan diatas cable tray, diklem pada cable tray dengan pita besi
yang dicat anti karat.
2) Harus digunakan sekrup-sekrup yang digalvanisir dengan ring-ring dari
fibre diantara pita besi dengan cable tray. Pemasangan cable tray harus
mengikuti jalur yang direncanakan secara rapi dan digantung atau
disangga secara kokoh dengan penggantung/ penyangga besi yang
diklem ke pelat beton.
3) Untuk keperluan pemasangan kabel, kontraktor harus menyediakan
sendiri peralatan penunjang seperti tray, klem, besi penunjang,
penggantung danperalatan lainya, baik untuk kabel yang dipasang
horisontal maupun vertikal.Peralatan penunjang tersebut harus sudah
diperhitungka npada biaya pemasangan kabel tersebut.

K. PEKERJAAN PEMASANGAN PAGAR BRC

1. Jenis pondasi yang digunakan untuk pagar BRC adalah pondasi setempat
dengan cor beton. Pondasi beton cor menggunakan campuran 1PC : 2Ps :
3Kr.
2. Ukuran pondasi beton cor adalah 50 cm x 50 cm dan 85 cm x 50 cm dengan
tinggi masing-masing pondasi 65 cm. Pondasi dengan ukuran 50 cm x 50
cm digunakan pada kondisi tanpa tiang penyangga (skur), sedangkan
pondasi dengan ukuran 85 cm x 50 cm digunakan pada kondisi dengan
tiang penyangga (skur). Pondasi tersebut diletakkan diatas urugan pasir
setebal 5 cm sebagai alas pondasi.
3. Untuk mengantisipasi adanya hewan yang menerobos melewati bawah BRC,
maka diperlukan pondasi lajur/memanjang yang tertanam ke dalam tanah
sedalam 20 cm. Pondasi diletakkan diatas urugan pasir setebal 5 cm.
4. Pagar terbuat dari besi dengan material besi U50 yang dilapisi galbani
dengan cara hot dip (celup panas 465°C) dengan ukuran sesuai gambar.
5. BRC yang dipakai adalah jenis hot dip galvanized (Bristish Standard 443
1982) dan produksi pabrik (mesin).
Rencana Kerja Dan Syarat-Syarat

6. Tiang besi pagar panjang 2940 mm diameter 2“ Hot Dipped Galavanized.


7. Tiang besi pagar ditanam 50 cm kedalam pondasi beton cor ukuran 50 cm x
50 cm dan 85 cm x 85 cm.
8. Tiang yang tertanam kedalam pondasi beton cor masing-masing harus di
pasang anker 2 buah dengan diameter 12 mm dan panjang 15 cm. Masing-
masing ujung anker ditekuk.
9. Skur/penyangga pagar dipasang setiap 5,04 meter jarak horizontal atau
dipasang selang seling pada setiap tiang pagar dan disetiap tiang pada
belokan pagar.
10. Diatas kawat BRC dipasang kawat duri setinggi 44 cm.
11. Mutu baja yang digunakan harus dapat dibuktikan dengan test laboratorium.
12. Setiap hubungan antara besi disekrup dengan baut.
13. Sedangkan hubungan tiang besi pagar dan BRC dapat disekrup / diklem
dengan u-clip.
14. Bahan harus dalam keadaan baru dan tidak boleh ada karat-karat sebelum
pekerjaan dilaksanakan dan harus ditest sebelum dipasang.
15. Diameter baja minimal : 6 mm
16. Jarak maksimal kawat vertikal BRC : 80 mm
17. Tinggi maksimum BRC : 1500 mm
18. Panjang BRC : 2400 mm
19. Typical coat galvanized minimal 60 micron, life time 10 th (minimum).
20. Pagar Bandar Udara dari BRC harus memenuhi standar spesifikasi diatas
dengan jaminan mutu ( factory sertificate ).
21. Jarak bebas pagar dengan bagian luar maupun dalam pagar adalah 3 M.
Dalam radius 3 M keluar ataupun kedalam pagar tidak boleh ada benda atau
sesuatu yang tinggi.

L. PERSYARATAN LAIN- LAIN

1. Pelaksana diwajibkan membuat gambar-gambar revisi, bila diperlukan, dan


gambar-gambar detail dari pekerjaan yang akan dilaksanakan. Gambar-
gambar tersebut diajukan kepada Direksi untuk disetujui. Gambar revisi atau
gambar-gambar detail harus dibuat dalam rangkap dua dan diserahkan
kepada Direksi. Pemborong wajib membuat gambar pelaksanaan (As Built
Drawings) yang harus diserahkan pemborong kepada Direksi pada waktu
penyerahan Pekerjaan Pertama.
2. Pengukuran ijin-ijin yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan
pemasangan instalasi sementara untuk air dan listrik, bila diperlukan sampai
berfungsi dengan baik serta seluruh biaya yang diperlukan adalah tanggung
jawab pemborong.
3. Pemborong dan Direksi tidak terlepas dari tanggung jawab terhadap hal-hal
yang tidak diinginkan pada pekerjaan yang dilaksanakan atau yang diawasi
akibat pelaksanaan dan gambar/design yang salah.
4. Selama masa pelaksanaan kegiatan proyek, pihak Pemborong harus
memenuhi kewajibannya kepada pihak sebagai berikut :
Rencana Kerja Dan Syarat-Syarat

a. Membayar uang pas untuk bagi semua tenaga kerja yang terlibat dalam
pelaksanaaan proyek selama untuk kepentingan pribadi masing-masing
, kecuali pada areal kerja lokasi kegiatan proyek.
b. Membayar uang pas kendaraan, baik kendaraan roda dua, roda empat,
atau jenis lainnya sesuai ketentuan yang berlaku, kecuali pada areal
kerja/lokasi kegiatan proyek.
c. Membangun pagar sementara pada batas lahan yang disediakan
.disarankan untuk sementara selama pelaksanaan proyek kepada pihak-
pihak proyek/pemborong pelaksana atas beban pemborong. Pagar
sementara harus dibersihkan kembali dan menyingkirkan bahan-bahan
bekas bongkarannya ketempat yang ditentukan atas beban pemborong.
d. Lahan yang diserahkan kepada pemborong untuk lokasi kegiatan
proyek termasuk untuk lokasi direksi keet kantor pemborong, kantor
pemborong, gudang bahan dan lapangan penumpukan dibebaskan dari
kewajiban pembayaran sewa tanah dan lapangan penumpukan oleh
pihak pemborong.

M. PERUBAHAN-PERUBAHAN
1. Semua ketentuan-ketentuan dalam RKS ini dan gambar-gambar kerja dapat
dirubah, ditambah, dihilangkan sesuai kebutuhan dimana perlu, akan tetapi
semua hal tersebut harus dilakukan pada waktu pemberian penjelasan dari
pekerjaan ini (aanwizjing) dan dituangkan dalam berita acara.
2. Perubahan-perubahan pada waktu pelaksanaan apabila menurut Direksi
diperlukan, akan diproses sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Rencana Kerja Dan Syarat-Syarat

N. PEKERJAAN PENYELESAIAN DAN PEMBERSIHAN AKHIR

Pasal 1
Pemborong wajib meneliti kembali pekerjaan-pekerjaan yang telah diselesaikan
serta mengerjakan pembetulan-pembetulan kekurangan, perbaikan-perbaikan dan
lain-lain yang mungkin ada.

Pasal 2
Setelah selesai seluruh pekerjaan, Pemborong harus membersihkan daerah kerja
antara lain membongkar konstruksi-konstruksi penolong, perlengkapan-
perlengkapan pembantu, bahan-bahan bekas tak terpakai sampai bersih
seluruhnya sesuai dengan petunjuk Direksi.

Pasal 3
Sisa-sisa bahan bangunan, peralatan dan bangunan yang dibeli dengan biaya dari
Proyek adalah menjadi milik Proyek/Pemberi Tugas.

O. PERATURAN PENUTUP

Pasal 1
Apabila terdapat pekerjaan yang tidak memenuhi ketentuan yang tercantum dalam
Spesifikasi Teknis & Gambar, tidak sesuai dengan gambar dan tidak sesuai dengan
petunjuk-petunjuk Direksi maupun Staf Teknik/Pemimpin Proyek, maka pekerjaan
tersebut harus dibongkar dan pembuatannya kembali seluruhnya menjadi
tanggungan pemborong.
Pasal 2
Sebelum dilaksanakan Serah Terima Pertama dan Kedua Pekerjaan, Pemborong
diharuskan membersihkan kotoran-kotoran yang berada di dalam maupun di luar
bangunan sampai bersih.
Pasal 3
Jika dalam Spesifikasi Teknis dan Gambar ini tidak disebut perkataan “yang dilever
Pemborong” atau yang dipasang Pemborong, maka perkataan tersebut dianggap
telah dicantumkan apabila ternyata pekerjaan tersebut jelas-jelas termasuk
pekerjaan pemborong dan tidak diterangkan sebaliknya.
Pasal 4
Kalau dianggap perlu maka Pemborong diwajibkan membuat gambar-gambar
revisi pada gambar-gambar bestek dan detail yang telah dilaksanakan.
Rencana Kerja Dan Syarat-Syarat

Gambar-gambar revisi tersebut harus dibuat dalam rangkap 4 (empat) dan


diserahkan kepada Pengawas Proyek/Direksi dan Pemimpin Proyek pada waktu
penyerahan pertama pekerjaan.
Pasal 5
Jika dalam Spesifikasi Teknis & Gambar ini belum tercakup beberapa jenis
pekerjaan ataupun persyaratan lainnya, maka hal tersebut akan diatur dalam
Addendum-Addendum dan Berita Acara Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing) serta
perintah tertulis dari Pengawas Proyek/Direksi atas persetujuan Pemimpin Proyek
pada waktu pelaksanaan pekerjaan berlangsung.

P. GAMBAR RENCANA
Terlampir.
Demikianlah spesifikasi teknis ini, dan jika ada yang kurang jelas dapat
ditanyakan atau didiskusikan dengan PPK dan KPA untuk dapat mencapai target
pekerjaan yang diharapkan.

Manado, Januari 2018


Menyetujui,

You might also like