You are on page 1of 13

LIMBAH DAN ENERGI TERBARUKAN

TUGAS
“PAMERAN TEKNOLOGI LINGKUNGAN”

Disusun Oleh :

25-2015-0
25-2015-0
Vine Valenia David 25-2015-085
25-2015-0

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
2018
Panas Bumi
1. Dasar – Dasar Panas Bumi

Energi panas bumi atau energi geothermal merupakan sumber energi panas yang terkandung
di dalam air panas, uap air, dan batuan bersama mineral gas. Sumber energi geothermal berasal dari
panas di dalam bumi. Energi geothermal secara langsung ada di dalam bumi, akan tetapi bumi telah
mengalami banyak revolusi sejak awal mula terbentuk hingga saat ini.

Awalnya, bumi memiliki temperatur yang sangat panas. Setelah permukaan bumi mengalami
pendinginan selama milyaran tahun, akhirnya bumi terbagi menjadi 3 bagian yang terdiri atas inti
bumi, mantel bumi, dan kerak bumi. Inti merupakan lapisan terdalam bumi yang terdiri dari material
padat dan cair yang mengandung energi panas yang luar biasa. Inti bumi diselimuti oleh mantel yang
terdiri dari berbagai material padat dan cair bertekanan tinggi dan batuan berpori. Mantel bumi
memiliki temperatur yang lebih rendah dibanding inti bumi. Lapisan terakhir adalah kerak bumi yang
memiliki temperatur yang cukup dingin. Manusia, hewan, dan tumbuhan hidup di lapisan ini.

Konveksi pada mantel bumi membawa energi panas dan kinetik yang cukup ke kerak bumi
sehingga menyebabkan aktivitas tektonik atau penggeseran lempengan bumi dan menyebabkan celah
di lapisan mantel bumi. Air tanah yang terjebak dalam reservoir yang terletak di atas dapur magma
atau batuan yang panas karena kontak langsung dengan magma otomatis akan memanaskan air tanah
yang terletak di atasnya sampai suhu yang cukup tinggi antara 100-250°C.

Air tanah yang terpanaskan akan mengalami proses penguapan dan akan berusaha keluar
melalui celah-celah di kerak bumi. Dengan ketersediaan yang sangat berlimpah, energi panas bumi
ini bisa dijadikan sebagai sumber energi alternatif yang sangat ramah lingkungan. Pemanfaatan energi
yang bersih ini akan sangat menghemat dan mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar
minyak. Daerah yang memiliki kekayaan energi ini biasanya terdapat di zona-zona geothermal yaitu
area panas bertekanan tinggi di kerak bumi yang lapisannya relatif tips, retak, atau berada di jalur
patahan. Dengan kata lain, daerah-daerah yang memiliki banyak gunung vulkanik, seperti area cincin
api pasifik merupakan pusat dari energi geothermal ini.

2. Geothermal di Indonesia
Di Indonesia usaha pencarian sumber energi panasbumi pertama kali dilakukan di daerah
Kawah Kamojang pada tahun 1918. Pada tahun 1926 hingga tahun 1929 lima sumur eksplorasi dibor
dimana sampai saat ini salah satu dari sumur tersebut, yaitu sumur KMJ‐3 masih memproduksikan uap
panas kering atau dry steam. Pecahnya perang dunia dan perang kemerdekaan Indonesia mungkin
merupakan salah satu alasan dihentikannya kegiatan eksplorasi di daerah tersebut.
Kegiatan eksplorasi panasbumi di Indonesia baru dilakukan secara luas pada tahun 1972.
Direktorat Vulkanologi dan Pertamina, dengan bantuan Pemerintah Perancis dan New Zealand
melakukan survey pendahuluan di seluruh wilayah Indonesia. Sistim panas bumi di Indonesia
umumnya merupakan sistim hidrothermal yang mempunyai temperatur tinggi (>225oC), hanya
beberapa diantaranya yang mempunyai temperatur sedang (150‐225oC).
Terjadinya sumber energi panasbumi di Indonesia serta karakteristiknya dijelaskan oleh
Budihardi (1998) sebagai berikut. Ada tiga lempengan yang berinteraksi di Indonesia, yaitu
lempeng Pasifik, lempeng India‐Australia dan lempeng Eurasia. Tumbukan yang terjadi antara ketiga
lempeng tektonik tersebut telah memberikan peranan yang sangat penting bagi terbentuknya sumber
energi panas bumi di Indonesia.

Gambar 1 Proses lempengan tektonik


Sumber: geothermal.itb.ac.id

Tumbukan antara lempeng India‐Australia di sebelah selatan dan lempeng Eurasia di sebelah
utara mengasilkan zona penunjaman (subduksi) di kedalaman 160 ‐ 210 km di bawah Pulau Jawa‐
Nusatenggara dan di kedalaman sekitar 100 km (Rocks et. al, 1982) di bawah Pulau Sumatera. Hal ini
menyebabkan proses magmatisasi di bawah Pulau Sumatera lebih dangkal dibandingkan dengan di
bawah Pulau Jawa atau Nusatenggara. Karena perbedaan kedalaman jenis magma yang dihasilkannya
berbeda. Pada kedalaman yang lebih besar jenis magma yang dihasilkan akan lebih bersifat basa dan
lebih cair dengan kandungan gas magmatik yang lebih tinggi sehingga menghasilkan erupsi gunung api
yang lebih kuat yang pada akhirnya akan menghasilkan endapan vulkanik yang lebih tebal dan terhampar
luas. Oleh karena itu, reservoir panas bumi di Pulau Jawa umumnya lebih dalam dan menempati
batuan volkanik, sedangkan reservoir panas bumi di Sumatera terdapat di dalam batuan sedimen dan
ditemukan pada kedalaman yang lebih dangkal.
Sistim panas bumi di Pulau Sumatera umumnya berkaitan dengan kegiatan gunung api
andesitis‐ riolitis yang disebabkan oleh sumber magma yang bersifat lebih asam dan lebih kental,
sedangkan di Pulau Jawa, Nusatenggara dan Sulawesi umumnya berasosiasi dengan kegiatan vulkanik
bersifat andesitis‐basaltis dengan sumber magma yang lebih cair. Karakteristik geologi untuk daerah
panas bumi di ujung utara Pulau Sulawesi memperlihatkan kesamaan karakteristik dengan di Pulau Jawa.
Akibat dari sistim penunjaman yang berbeda, tekanan atau kompresi yang dihasilkan oleh
tumbukan miring (oblique) antara lempeng India‐Australia dan lempeng Eurasia menghasilkan sesar
regional yang memanjang sepanjang Pulau Sumatera yang merupakan sarana bagi kemunculan
sumber‐ sumber panas bumi yang berkaitan dengan gunung‐gunung api muda.
Dengan banyaknya gunung vulkanik yang dimiliki, diperkirakan Indonesia memiliki
kandungan 40% panas bumi dari total panas bumi di dunia. Energi geothermal ini tersebar hampir di
seluruh daerah di Indonesia, mulai dari Sumatera sampai ke Papua. Saat ini, Indonesia merupakan
pengguna energi geothermal terbesar ke-3 setelah Amerika Serikat dan Filipina. Eksploitasi sumber
panas bumi telah diaukan di 50 titik potensial yang dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik
geothermal dan telah menghasilkan listrik 1.341 MW dan jika dimaksimalkan akan mampu
menghasilkan listrik hingga 9.076 MW. Tidak hanya itu, Indonesia masih memiliki 299 daerah
berpotensi yang masih dalam tahap pengembangan. Dengan pemanfaatan yang maksimal,
diperkirakan sumebr energi panas bumi ini akan dapat menghasilkan listrik lebih dari 28GW yang
cukup ntuk pasokan listrik bagi lebih dari 21 milyar rumah.
Gambar 2 Penyebaran potensi sumber energi panas bumi Indonesia

Sumber : geothermal.itb.ac.id

Pemanfaatan energi geothermal dapat dibagi menjadi 3 menurut yaitu, untuk menghasilkan
energi listrik, penggunaan geothermal secara langsung, dan pemanfaatan geothermal untuk pompa
panas. Dari 3 manfaat tersebut, kita akan fokuskan pemanfaatan energi geothermal untuk
menghasilkan energi listrik pada pembahasan selanjutnya.

Di Indonesia pemanfaatan energi geothermal ini masih dibilang rendah. Menurut data dari
detik.com, sebagian besar listrik di Indonesia 88% lebih dipasok lewat pembangkit listrik berbahan
bakar fosil, 42 % batubara, 23% BBM, dan 21% gas alam (geothermal). Sungguh miris melihat situasi
ini dimana Indonesia merupakan Negara yang memiliki sumber energi geothermal yang sangat
melimpah, yaitu sebesar 40% panas bumi di dunia. Potensi Indonesia dari panas bumi ini untuk
pembangkit listrik hampir 30.000 megawatt (MW) atau 4 % saja yang masih dimanfaatkan oleh
bangsa Indonesia.

Pemanfaatan geothermal untuk pembangkit listrik secara garis besar dilakukan dengan cara
melihat resource dari geothermal tersebut. Apabila suatu daerah yang memiliki panas bumi tersebut
mengeluarkan uap air (steam), maka steam tersebut langsung dapat digunakan. Steam tersebut secara
langsung diarahkan menuju turbin pembangkit listrik untuk menghasilkan energi listrik. Setelah
selesai steam tersebut diarahkan menuju condenser sehingga steam tersebut terkondensasi menjadi
air. Air ini selanjutnya di recycle untuk menjadi uap lagi secara alami. Kemudian apabila suatu daerah
itu penghasil air panas (hot water), maka air panas tersebut harus di ubah terlebih dahulu menjadi uap
air (steam). Proses perubahan ini membutuhkan peralatan yang disebut dengan heat exchanger,
dimana air panas ini dialirkan menuju heat exchanger sehingga terbentuk uap air. Dari uap air (steam)
ini proses selanjutnya sama dengan penjelasan sebelumnya.

2.1 Sistem Hidrotermal

Sistim panas bumi di Indonesia umumnya merupakan sistim hidrothermal yang mempunyai
temperatur tinggi (>225oC), hanya beberapa diantaranya yang mempunyai temperatur sedang (150‐
225oC). Pada dasarnya sistim panas bumi jenis hidrothermal terbentuk sebagai hasil perpindahan
panas dari suatu sumber panas ke sekelilingnya yang terjadi secara konduksi dan secara konveksi.
Perpindahan panas secara konduksi terjadi melalui batuan, sedangkan perpindahan panas secara konveksi
terjadi karena adanya kontak antara air dengan suatu sumber panas.

Gambar 3 Sistem Hdrotermal

Sumber: geothermal.itb.ac.id

Perpindahan panas secara konveksi pada dasarnya terjadi karena gaya apung (bouyancy). Air karena
gaya gravitasi selalu mempunyai kecenderungan untuk bergerak kebawah, akan tetapi apabila air
tersebut kontak dengan suatu sumber panas maka akan terjadi perpindahan panas sehingga temperatur
air menjadi lebih tinggi dan air menjadi lebih ringan. Keadaan ini menyebabkan air yang lebih panas
bergerak ke atas dan air yang lebih dingin bergerak turun ke bawah, sehingga terjadi sirkulasi air atau
arus konveksi.

Adanya suatu sistim hidrothermal di bawah permukaan sering kali ditunjukkan oleh adanya
manifestasi panasbumi di permukaan (geothermal surface manifestation), seperti mata air panas,
kubangan lumpur panas (mud pools), geyser dan manifestasi panasbumi lainnya, dimana beberapa
diantaranya, yaitu mata air panas, kolam air panas sering dimanfaatkan oleh masyarakat setempat
untuk mandi, berendam, mencuci, masak dll. Manifestasi panasbumi di permukaan diperkirakan
terjadi karena adanya perambatan panas dari bawah permukaan atau karena adanya rekahan‐
rekahan yang memungkinkan fluida panasbumi (uap dan air panas) mengalir ke permukaan.

Berdasarkan pada jenis fluida produksi dan jenis kandungan fluida utamanya, sistim
hidrotermal dibedakan menjadi dua, yaitu sistim satu fasa atau sistim dua fasa. Sistim dua fasa dapat
merupakan sistem dominasi air atau sistem dominasi uap. Sistim dominasi uap merupakan sistim
yang sangat jarang dijumpai dimana reservoir panas buminya mempunyai kandungan fasa uap
yang lebih dominan dibandingkan dengan fasa airnya. Rekahan umumnya terisi oleh uap dan pori‐
pori batuan masih menyimpan air. Reservoir air panasnya umumnya terletak jauh di kedalaman di
bawah reservoir dominasi uapnya. Sistim dominasi air merupakan sistim panas bumi yang umum
terdapat di dunia dimana reservoirnya mempunyai kandungan air yang sangat dominan walaupun
“boiling” sering terjadi pada bagian atas reservoir membentuk lapisan penudung uap yang
mempunyai temperatur dan tekanan tinggi.

3. Teknologi Pemanfaatan Tidak Langsung


Energi geothermal ini juga sangat menguntungkan karena dapat dimanfaatkan secara
langsung maupun tidak langsung. Pemanfaatan energi geothermal secara tidak langsung yaitu sebagai
pembangkit listrik tenaga panas bumi. Pemberdayaan ini menggunakan sebuah sistem yang
memanfaatkan uap panas dan air panas dari dalam tanah untuk diubah menjadi tenaga listrik. Proses
ini perlu melalui beberapa tahap.
Pertama, pengeboran sumur dilakukan di kawasan yang memiliki sumber daya panas bumi
yang cukup dengan kedalaman 700-2.500 m sampai menyentuh permukaan air panas. Kawasan
sumber panas bumi ini disebut sebagai reservoir geothermal yang berfungsi untuk menampung dan
mengeluarkan uap dan air panas dari dalam bumi. Air panas dan uap akan dengan sendirinya naik ke
permukaan karena tekanan air yang ada.
Berikutnya, uap dan air dialirkan dengan pipa menuju kepala sumur pemisah yang disebut
dengan well heat separator dan tekanannya akan berkurang. Pada proses ini, sebagian air akan
berkurang menjadi uap bertekanan tinggi. Air yang tidak berubah akan dialirkan menuju standard
pressure crystalizer untuk menghasilkan uap bertekanan standar. Kemudian, air yang masih tersisa
akan dialirkan menuju lower pressure crystalizer untuk menghasilkan uap bertekanan rendah. Semua
uap yang terbentuk kemudian dialirkan ke turbin untuk menggerakan generator listrik. Muatan listrik
yang terbentuk langsung dialirkan menuju transformer untuk dinaikkan tegangannya dan kemudian
dialirkan ke kabel listrik. Dari kabel-kabel listrik ini, listrik didistribusikan ke rumah-rumah di sekitar
pembangkit listrik. Air dingin yang tidak berubah menjadi uap akan dialirkan kembali ke reservoir
bawah tanah untuk kemudian dipanaskan ulang secara alami dan digunakan kembali.
Saat ini terdapat tiga teknologi untuk menghasikan listrik dari sumur panas bumi yang dibor
ke dalam tanah, yaitu dry steam power plant technology, flash steam power plant technology, dan
binary cycle power plant technology.
Pertama, dry steam power plant technology yang merupakan teknologi pembangkit listrik
tenaga panas bumi yang paling umum digunakan saat ini. Uap panas bumi mengalir langsung ke
turbin untuk menggerakkan generator pembangkit listrik. Teknologi ini relative sederhana karena
hanya membutuhkan pipa injeksi uap, kondensat, dan perangkat pembersih uap yang sederhana.
Berikut adalah gambar skema dari dry steam power plant technology:

Gambar 4 Dry Steam Power Plant Technology


Sumber : Geo-Heat Center

Dari gambar diatas diketahui bahwa uap panas langsung diambil dari dalam bumi, dan
digunakan untuk menggerakan turbin pada generator sehingga mengalirkan listrik. Selanjutnya uap-
uap yang telah melewati turbin dialirkan melewati kondensat sehingga berubah fasanya menjadi cair.
Air yang melewati kondensat akan dialirkan ke luar bumi atau masuk kembali ke dalam bumi.
Teknologi selanjutnya disebut dengan flash steam power plant technology. Teknologi ini
memanfaatkan air panas dari dalam bumi yang disalurkan ke tangki di permukaan untuk mengalami
pendinginan. Setelah itu, cairan akan dengan cepat berubah menjadi uap yang menggerakkan turbin
dan generator. Berikut adalah gambar skema dari flash steam power plant technology:
Gambar 5 Flash Steam Power Plant Technology
Sumber: Geo-Heat Center

Pada prinsipnya, teknologi ini mengambil campuran air dan uap cair yang dihasilkan dari
sumur tambang energi panas bumi. Air yang panas dari dalam bumi ini digerakan dari permukaan
bumi yang lebih dalam ke tingkat yang dangkal, sehingga ia dengan cepat akan kehilangan
tekanannya. Fenomena ini menyebabkan secepat kilat dia berubah dari fasa cair ke gas. Hal ini yang
dimanfaatkan untuk memutarkan turbin. Terdapat dua jenis pada teknologi ini yaitu flash steam
power plant ganda dan flash steam power plant tunggal. Pada umumnya, flash steam power plant
ganda lebih efektif dibandingkan yang tunggal karena sebagian besar sumber daya yang digunakan.
Selanjutnya, binary cycle power plant technology yang memiliki cara kerja paling rumit. Air
panas dari dalam bumi dialirkan melalui mesin penukar panas untuk memanaskan cairan kedua yang
memiliki titik didih lebih rendah daripada cairan pertama. Cairan kedua ini disebut dengan cairan
perpindahan panas. Setelah panas, cairan kedua akan menghasilkan uap yang akan menggerakkan
turbin dan generator.

Gambar 6 Binary Cycle Power Plant Technology


Sumber: Geo-Heat Center
Perbedaan yang terlihat jelas dengan teknologi lainnya yaitu hampir tidak ada uap air atau air
yang dipancarkan ke atmosfer. Selain itu, aliran air atau uap yang berasal dari sumur produksi tidak
pernah sama sekali berkontak langsung dengan turbin.

4. Teknologi Pemanfaatan Langsung


Penggunaan energi panas bumi secara langsung sudah dilakukan sejak ribuan tahun yang
lalu. Pemanfaatannya selain untuk pemandian air panas, juga untuk memasak bahan makanan.
Sedangkan untuk pemanfaatan panas bumi untuk pengering bahan pangan skala industri pertama kali
dilakukan di Amerika Serikat, Nevada. Penggunaan energi panas bumi secara langsung sudah
dilakukan sejak ribuan tahun yang lalu. Pemanfaatannya selain untuk pemandian air panas, juga untuk
memasak bahan makanan. Sedangkan untuk pemanfaatan panas bumi untuk pengering bahan pangan
skala industri pertama kali dilakukan di Amerika Serikat, Nevada.
Negara Indonesia memiliki peluang yang sangat besar di bidang panas bumi. Potensi
cadangan energi panas bumi di Indonesia sebesar 40% dari total cadangan energi panas bumi seluruh
dunia, atau setara dengan 28.000 MWe. Potensi panas bumi ini tersebar dari Aceh sampai Sulawesi.
Untuk memanfaatkan kesempatan ini perlu dilakukan kajian yang mendalam agar perkembangan
pemanfaatan panas bumi untuk pembangkit listrik juga diimbangi dengan kajian pemanfaatan
langsung fluida panas bumi, seperti untuk pertanian, perikanan, pariwisata dan bahkan untuk proses
kimia.

Mengacu Undang-Undang (UU) Nomor 21 tahun 2014 tentang panas bumi, ada dua cara
pemanfaatan sumber energi tersebut. Pemanfaatan secara langsung dan pemanfaatan tidak langsung.
Adapun pemanfaatan langsung seperti untuk sektor pariwisata, agrobisnis dan industri contohnya di
Ciwidey, Jawa Barat, dan Lejja Soppeng di Sulawesi. Berbeda dengan pemanfaatan tidak langsung,
pengaturan pemanfaatan langsung panas bumi lambat lantaran pedoman pelaksanaannya tidak ada.
Padahal, hal ini sudah diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 27 tahun 2003 yang kemudian
direvisi menjadi UU Nomor 21 tahun 2014. Contoh pemanfaatan panas bumi secara langsung adalah
sebagai berikut:

1. Energi panas bumi di sektor pariwisata dapat memanfaatkan air panas maupun uap airnya
sebagai obyek wisata pemandian air panas. Manfaat air panas untuk pemandian yang baik untuk
tubuh, dijadikan pengelola pariwisata sebagai daya tarik untuk mengembangkan bisnis pariwisata
(PT. Geo Dipa Energi).
Gambar 7 Geothermal untuk Sektor Wisata
Sumber : Adrianda,2013

2. Energi panas bumi yang diaplikasikan pada sektor agroindustri dimanfaatkan untuk proses

pengeringan hasil pertanian. Hanya membutuhkan teknologi yang sederhana dengan menggunakan

alat heat exchanger. Energi panas berupa air panas dengan suhu yang sangat tinggi kemudian

dialirkan melalui heat exchanger, kemudian alat ini akan mengalirkan panas yang berguna untuk

proses pengeringan. Pelaku industri hanya perlu menyediakan ruangan pengering untuk

mengeringkan hasil pertanian, perkebunan atau perikanan.

Gambar 8 Proyek Percobaan Pemanfaatan Panas Bumi untuk Budi Daya Jamur
Sumber : Adrianda,2013
Gambar 9 Pemanfaatan Panas Bumi untuk Mengeringkan Hasil Tani

Sumber : Adrianda,2013

3. Selain bisa dimanfaatkan untuk Industri Argoindustri, sektor pariwisata dan menghasilkan
pembangkit tenaga listrik, energi panas ini juga sering dimanfaatkan berbagai pihak sebagai sumber
pemanas bagi ruangan, gedung, perkantoran atau tempat yang membutuhkan panas.

Gambar 10 Geothermal untuk Pemanas Skala Rumahan

Sumber : Adrianda,2013
Referensi
Adrianda, R. 2013. Pemanfaatan Langsung Panas Bumi.

HMTM ITB. (2017). Pemanfaatan Panas Bumi Indonesia dan Permasalahan. Diunduh dari
http://patra.itb.ac.id/karya/pemanfaatan-panas-bumi-indonesia-dan-permasalahan/

http://www.geo-energy.org/reports/Geothermal%20Technology%20%20Part%20II%20(Surface).pdf

https://www.energy.gov/eere/geothermal/electricity-generation
https://www.youtube.com/watch?v=iQYh9ELefWY
https://www.kompasiana.com/gigihkurniawan/pemanfaatan-panas-bumi-geothermal-di-
indonesia_552c683d6ea834df0e8b458b
http://patra.itb.ac.id/karya/pemanfaatan-panas-bumi-indonesia-dan-permasalahan/

PT. Geo Dipa Energi. Energi Panas Bumi. Diunduh dari https://www.geodipa.co.id/bisnis-
kami/energi-panas-bumi/

You might also like