Professional Documents
Culture Documents
Abstract Abstrak
This study is motivated by the rampant violence Penelitian ini dilatar belakangi oleh maraknya
among students. Islamic Education (PAI) as part tindak kekerasan yang dilakukan oleh para pelajar.
of character education is seen to give a hand in Pendidikan Agama Islam (PAI) sebagai bagian dari
influencing students’ attitudes and actions. This pendidikan karakter dipandang ikut memberikan
study aims to answer the question on how to shape andil dalam mempengaruhi sikap dan tindakan
the potential radicalism in the material books of siswa. Penelitian ini dimakudkan untuk menjawab
PAI for Elementary Schools. Through qualitative permasalahan bagaimana bentuk potensi
approach with library research method, the radikalisme dalam materi buku Ajar PAI Sekolah
study found the value of radicalism in the Islamic Dasar. Melalui pendekatan kualitatif dengan
education material. The radical value which may metode library recearch, penelitian ini menemukan
affect the attitude of the students is the attitude adanya nilai radikalisme dalam materi pembejaran
of religious militancy driven by the spirit of jihad pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar. Nilai
and towards other group / faiths, as well as narrow radikal yang dapat mempengaruhi sikap siswa
religious understanding. yaitu sikap militansi keagamaan, yang didorong
oleh ajaran jihat dan anti terhadap kelompok/
Keywords: Radicalism, Pluralism, Islamic Edu penganut agama lain, serta pemahaman
cation, Elementary School keagamaan yang sempit.
Kata Kunci: Radikalisme, Pluralisme, Pendidikan
Agama Islam, Sekolah Dasar,
Naskah diterima 29 Juni 2015. Revisi pertama, 15 Juli 2015. Revisi kedua, 21 Juli 2015 dan revisi terahir 29 Agustus 2015
pula kekerasan remaja yang didasari oleh Disadari atau tidak, bahwa pendidikan
pengaruh sikap radikal dalam beragama. agama memberikan peran penting dalam
Hasil survei Lembaga Kajian Islam dan membentuk kepribadian siswa. Akan tetapi
Perdamaian (LKIP) selama Oktober 2010 secara kuantitatif, jumlah jam pengajaran
hingga Januari 2011 juga menunjukkan bahwa pendidikan agama mendapatkan porsi
49 persen siswa di Jabodetabek (Jakarta, sangat kurang memadai, dan dengan materi
Bogor, Tanggerang dan Bekasi) cenderung pendidikan agama yang lebih menekankan
setuju menempuh aksi kekerasan untuk pengetahuan dari aspek kognitif semata.
menyelesaikan masalah agama dan moral.1 Akibatnya siswa tidak memikili kesempatan
Lebih ironisnya, menurut pandangan Ketua untuk mempraktekkan pendidikan agama
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) yang mereka peroleh melalui perilaku
bahwa kekerasan yang dilakukan remaja keseharian di sekolah, dengan pengawasan,
khususnya siswa usia sekolah didasari oleh pengarahan dan evaluasi seorang guru.
keterlibatan ajaran agama yang diberikan. Dilihat dari sisi kurikulum, materi PAI
Sekolah disenyalir telah mengajarkan yang selama ini diajarkan pada siswa perlu
intoleransi dan mengarahkan siswa untuk juga di tengok kembali. Kurikulum sebagai
memiliki fanatisme terhadap ajaran agama acuan dalam pembelajaran berisi pedoman
tertentu. Indoktrinasi pendidikan agama materi yang akan disampaikan kepada
terjadi disemua level pendidikan melalui peserta didik. PAI sebagai sumber ajaran
kegiatan yang sistematis, dan anak-anak moral bagi siswa adalah patron nilai-nilai
telah menjadi korban. 2 positif. Materi pendidikan agama diyakini
Maraknya kasus kekerasan dengan mengandung kebenaran, akan menjadi
melibatkan anak usia sekolah, menandakan kontrol perilaku. Oleh karena itu, maraknya
bahwa perilaku bermoral atau akhlak siswa tidak kekerasan yang dilakukan siswa
sedang dalam kondisi yang memprihatiankan. usia sekolah yang mengarah pada bentuk
Akhlak sebagai pengendali perilaku telah radikalisme beragama, patut menjadi dasar
sirna dari kepribadian siswa, sehingga keraguan, dugangan tidak terserapnya
perilaku anak menjadi tidak terkontrol. nilai-nilai agama secara baik. Sehingga
Anak tidak lagi mampu membedakan mana merebaknya kekerasan yang mengarah
tindakan yang bermoral dan mana yang pada tindakan radikal dikalangan pelajar,
tidak. Nilai-nilai kemanusiaan, penghargaan perlu di tindaklanjuti dengan upaya untuk
terhadap hak individu lain, penghormatan melakukan telaah kritis terhadap buku ajar
terdapat orang lain, rasa saling menyayangi Pendidikan Agama Islam.
tidak lagi menjadi pedoman dalam berbuat Upaya meninjau kembali materi pen
dan bertingkah laku. didikan agama harus dimulai dari tingkat
sekolah dasar. Karena pada pendidikan
dasar, anak belum memiliki kemampuan
Nastiti Cayono. 2015. Ancaman Radikalisme Pada
1
menalar secara baik, dan dengan mudah
Dinamika Kehidupan Generasi Muda. www.compasiana. menyerap apa saja informasi pengetahuan
com.
2
Voaindonesia. 2012. KPAI Desak Pemerintah Atasi
yang mereka peroleh, termasuk indoktrinasi
Radikalisme Agama. www.voaindonesia.com. ajaran agama yang kurang sesuai nilai-
tatanan ideal kehidupan bermasyarakat Islam: Radikalisme Agama dan Implikasinya terhadap
berdasarkan agama. Radikalisme agama Jaminan Kebebasan Beragama/Bekeyakinan
di Dejabotek dan jawa Barat. Jakarta: Pustaka
memandang bahwa pemahaman terhadap Masyarakat Setara; Hamami Zada. 2004. Islam
doktrin agama harus dipahami secara apa Radikal: Pegulatan Ormas-Ormas Islam Garis Keras di
adanya(tekstual) tanpa melihat konteks Indonesia. Jakarta: Teraju. Baca juga: Zuly Qodir. 2014.
Radikalisme Agama di Indonesia. Yogyakarta: Pustaka
sosial, dan amalkan, dipatuhi tanpa ada Pelajar; Wahid Khozin. 2013. “Sikap Keagamaan dan
Potensi Radikalisme Agama Mahasiswa Perguruan
Richard T Antoun. 2001.Understanding funda
5 Tinggi Agama”. Edukasi Jurnal Pendidikan Agama
mentalism: Christian, Islamic, and Jewish. Walnut dan Keagamaan, 11 (3): 294.
Creek. CA: Alta Mira Press; Muhammad Imarah. 1999.
7
Al-Zastrouw Ngatawi. 2006. Gerakan Islam
Fundamentalisme Dalam Perspektif Barat dan Islam. Simbolik: Politik Kepentingan FPI. Yogyakarta: LkiS.
Terj. Abdul Hayyie al-Kattani. Jakarta: Gema Insani 8
Yusuf Al-Qordawi. 2001. Ekstrimisme Dalam
Press. h. 11-21. Baca juga: Endang Turmudzi dan Riza Wacana Islam, Islam Liberal, Pemikiran Islam Kontemporer
Sihbudi. 2005. Islam dan Radikalisme di Indonesia. Tentang Isu-Isu Global. Charterkhurzman (ed). Jakarta:
Jakarta: LIPI Press. Paramadina.
usung menunjukkan masih sebatas pada Pertama, mengenalkan konsep kafir se
pengetahuan tentang ajaran agama yang bagai lawan dengan konsep muslim. Muslim
membangun kesalehan personal seperti diidentikkan dengan perilaku kebe naran
materi tentang fiqh ibadah, kemanpuan yang mendapatkan ridlo dan pujian dari
baca dan tulis al-qur’an, pengetahuan Tuhan. Sedangkan kafir adalah musuh Allah
tentang ajaran tauhid, sejarah Islam, dan yang lebih pantas masuk dalam neraka.
akhlak. Sementara itu tema-tema akhlak Muslim dan kafir dihadapkan pada sisi
sendiri masih sangat universal, belum yang berlawanan tanpa ada penjelasan
mengarah pada pembentukan kepribadian yang cukup. Sedangkan dalam ajaran Islam,
yang plural dan menghormati perbedaan konsepsi tentang kafir memiliki penjabaran
keyakinan agama. Tema-tema akhlak yang yang sangat luas seperti Kafir zimmi, yaitu
disampaikan dalam buku PAI secara umum kafir yang wajib dilindungi.
yaitu bertemakan tentang sabar, ikhlas, Dapat dijadikan contoh misalnya, dalam
hemat, tekun dll. buku Pendidikan Agama kelas lima penerbit
Nilai-nilai moral yang sangat dibutuhkan A hal 6, dalam penjelasan surat Al-Kafirun
dalam menghadapi radikalisme beragama disebutkan:
yaitu bagaimana mensikapi perbedaan
keyakinan sebagai sebuah berkah, yang “sebagai arang Islam kita harus meng
ambil pelajaran bahwa kita tidak boleh
diberikan Tuhan. Agama hadir tidak
menyembah selain Allah. Allah ialah Tuhan
dalam rangka menciptakan perbedaan dan
semesta alam, tidak ada sekutu baginya,
permusuhan, tetapi sebagai rahmat yang tidak beranak dan tidak diperanakkan.
membangun jalan kedamaian. Ajaran moral Orang-orang kafir Quraisy akan masuk
keagamaan yang ditumbuhkan adalah untuk neraka selama-lamanya, karena berbuat
mengarahkan pemeluk beragama hidup syirik (musyrik). Yaitu menyekutukan
berdampingan secara damai, bekerjasama selain Allah.
dalam membangun kehidupan sosial. Tidak
Kemudian dalam buku PAI, penerbit B
sebaliknya, menonjolkan pemahaman ajar
kelas V hal 5 sebagai berikut :
an keagamaan tertentu secara doktrinal,
memberikan klaim kebenaran sendiri, tidak “Surat ini diturunkan karena orang
mengakui kebenaran agama lain. kafir membuat berhala dan menyem
Menghadapi perubahan sosial dan bahnya, serta memaksa nabi untuk turut
tututan masyarakat saat sekarang ini, menyembah berhala yang mereka buat.
Surat Al-Kafirun berisi tentang pernyataan
terutama dalam menghadapi maraknya
bahawa Tuhan yang disembah Nabi
aksi kekerasan dengan mengatasnamakan Muhamamad SAW dan sahabatnya bukan
agama, Di antara ketiga buku tersebut lah apa yang disembah oleh orang kafir”.
masih syarat dengan muatan materi yang
bisa memancing pemahaman agama yang Pernyataan seperti tersebut tentu
kurang toleran. Potensi materi PAI SD belum mengarah pada esensi penghormatan
yang dimungkinkan akan memancing pada perbedaan keyakinan, tetapi justru
pemahaman radikal dalam beragama Di lebih menekankan pada penilaian bahwa
antaranya : penyembahan terhadap esistensi Tuhan
tentang terorisme. Nabi sendiri pernah lalu. Para pelaku BOM sebagai pengantin
mengatakan bahwa sebenarnya jihad yang dengan bangga menyiapkan dirinya untuk
paling berat adalah jihad menahan hawa mati dengan keyakinan akan hidup bahagia
nafsu. Hal ini mengartikan bahwa jihat di surga, mati sebagai syahid. Padahal
itu pada hakekatnya adalah melakukan dibalik kekejian yang mereka lakukan,
perbuatan yang baik, tidak menurutkan terdapat orang-orang yang tidak berdosa
hawa nafsu atau keinginan yang rendah ikut menjadi kurban.Tentu hal ini tidak bisa
dalam rangka mengikuti perintah Allah. 13 dibenarkan oleh ajaran agama.
Jihad dalam buku PAI SD ini, jihat Dengan penyajian materi tentang model
digambarkan sebagi sebuah pengorbanan jihad seperti itu, maka pemahaman ajaran
jiwa untuk kepentingan agama. Jihat tidak agama seperti yang digambarkan pada
dimaknai secara luas, tetapi disempitkan cerita Dewi Masyitoh, dan sahabat Aswad,
menjadi pengorbanan diri untuk membela akan membawa pemahaman keagamaan
agama. Makna jihat seperti ini jelas siswa tentang perjuangan Islam dalam
tergambarkan dalam kisah sahabat Aswad bentuk pengorbanan diri. Jihad dengan
yang tertulis dalam buku PAI penerbit A mengorbankan nyawa untuk menyebarkan
kelas 2 hal 44-45. Jihad diidentikkan dengan agama seolah dapat dibenarkan dan
kematian atas nama agama. akan mendapatkan pahala surga. Jihad
Dalam buku tersebut disebutkan tentang diidentikkan dengan perang, kerelaan
kesahidan seorang budak yang bernama menyerahkan nyawa untuk perjuangan
Aswad. Aswad adalah seorang pengembala agama. Jihad tidak dimaknai sebagai upaya
kambing milik Yahudi. Dalam perang khubar, untuk menegakkan perintah allah dalam
Aswad masuk Islam dan ikut membantu arti yang luas.
nabi dalam peperangan. Aswad gugur Konsep jihad inilah yang selama
dalam pertempuran, dan ketika jenazahnya ini disalah gunakan untuk memberikan
tergeletak bersama muslim yang gugur, legalitas untuk membunuh kelompok lain
nabi memalingkan muka melihat jenazah agama. Tentunya bagi anak-anak pemberian
aswad. Para sahabat bertanya, “ya Rasulullah, materi jihad sangat riskan (rawan) dan bisa
mengapa anda membuang muka, melempar menumbuhkan benih-benih intoleransi/
pandangan ketempat lain?” Nabi menjawab: radikalimse dalam beragama. Benih
“Kulihat Aswad sedang duduk bersanding dan radikalisme itu akan terpupuk manakala
bercengkrama dengan seorang bidadari yang sikap militansi dalam beragama (revivalis)
menjadi istrinya, “Jawab Rasulullah tersipu. ditempatkan pada posisi yang salah.
Kisah aswad yang dalam kematiannya Keberagamaan seseorang memang di tutut
bertemu dengan bidadari sebagai istrinya untuk tidak hanya sekedar manis dimulud,
akan mengingatkan pada istilah “pengantin” tetapi dibutuhkan sikap pengorbanan dan
dalam kejadian terorisme beberapa tahun bukti nyata. Akan tetapi, militansi yang
mengarah pada sikap fundamentalisme bisa
dengan mudah dimasuki oleh faham radikal.
M Habib Chirzin. 2005. Penafsiran Rasyid Ridla
13
Dan radikalisme merupakan pintu masuk yang berbeda agama dengan agama yang
menuju terorisme. 14 diyakni harus diberikan hak-hak kehidupan
Materi penghormatan perbedaan keya secara adil.
kinan ini sebenarnya juga ada dan jelas Dalam konsep ajaran, mempertahankan
didalam buku Penerbit A kelas 5, yaitu ketika keyakinan beragama adalah sah dan menjadi
Nabi Muhamamd tidak memaksa pamannya konsekwensi keimanan. Akan tetapi, dalam
Abu Tholib untuk beriman kepada Allah. konteks sekarang, penyantuman konsep
Sangatlah disayangkan materi PAI yang perang, jihad, militansi beragama,dan kafir
sudah mengajarkan bentuk penghormatan akan sangat mengganggu psikologi siswa.
pada agama lain masih bercampur dengan Dengan adanya materi perang sebagai
materi yang berpotensi membentuk salah satu cara dakwah penyebaran agama,
kepribadian yang mendukung terhadap secara tidak langsung akan menggiring
kekerasan dalam penegakkan kebenaran. siswa pada sebuah pemahaman bahwa
Materi PAI Dalam Teks PAI Penerbit A Kelas perang adalah tindakan yang sah dilakukan
V halaman 8 di sebutkan: untuk menegakkan keyakinan keagamaan.
Pemahaman tentang perang tanpa
“Demikian contoh saling menghormati diimbangi dengan penjelasan kultural pada
hak beragama satu sama lain. Nabi
esensi perang yang terjadi pada waktu
Muhammad saw. Pun tidak memaksa
itu (sejarah) secara detail, akan semakin
pamannya Abu Talib agar beriman kepada
Allah dan memeluk agama Islam. mengaburkan konsep toleransi (moderat)
dan mengarahkan siswa pada pandangan
Oleh karena itu, penyajian materi pen radikal dalam beragama.
didikan agama seperti surat al-Kafirun Alwi Syihab berpendapat, bahwa untuk
harus di imbangi dengan penjelasan pen bisa tumbuh sikap-sikap menghargai agama
tingnya pemahaman Islam secara inklusif. kelompok lain dibutuhkan pemahaman
Dalil Qur’an lakum dînukum waliadîn, dapat keagamaan yang inklusif (terbuka). Sikap
dijadikan dasar dalam memumbuhkan inklusif adalah sikap bergama yang mampu
sikap beragama secara terbuka dengan menempatan kebenaran agama yang
saling menghormati, bukan menonjolkan diyakini sebagai keyakinan pribadi yang
berbedaan antara kafir dengan muslim. bersifat mutlak. Akan tetapi, pada sisi
Selain itu, pemahaman adanya sikap hidup lain, keberanan agama yang diyakini itu
beragama secara multikultural, yaitu juga dibarengi dengan sikap menghargai
sikap bahwa keberadaan kita tidak lepas keyakinan keagamaan orang lain. Sikap
dari perbedaaan dengan kelompok lain. menghargai dalam beragama ini dalam
Perbedaaan-perbedaan ini adalah sebuah konsep Islam dikenalkan dalam dalil-dalil
keniscayaan yang alami dan tidak mungkin qur’an seperti tertera dalam surat AL-
untuk di paksaan. Sehingga masyarakat Baqoroh ayat 256 yang artinya: “Tidak ada
paksaan untuk (memasuki) agama Islam;
Tim Setara Institut. 2012. Dari Radikalisme
14
sesungguhnya telah jelas jalan yang benar orang yang paling bertakwa. Sungguh Allah
dari pada jalan yang sesat”.15 Maha Mengetahui, dan Mahateliti”.
Konsep Islam dalam beragama seperti Esensi ayat ini yaitu memuat nilai
tersebut sangatlah jelas menunjukkan multikultural dan teloransi, nilai menghargai
larangan untuk memaksa orang lain dalam perbedaan sebagai manusia yang diciptakan
beragama. Pemaksaan sebagai bentuk Allah berbangsa-bangsa dan bersuku-suku.
tindakan radikal sangat bertentangan dengan Berbedaan adalah sebuah kenyataan alami
prinsip Islam. Konsep bagiku agamaku yang inhern (sunnatullah). Keragamaan
dan bagimu agamamu adalah bangunan harus dipahami sebagai rahmat, bukan
toleransi sebagai bentuk kesepakatan untuk sebagai perbedaan yang mendatangkan
tidak mencampuradukkan ajaran agama, permusuhan.
agama yang disembah oleh orang lain adalah
hak bagi mereka, dan agama yang disembah
KESIMPULAN
oleh orang-orang muslim juga hak bagi
orang muslim. Konsep bagimu agamamu Nilai-nilai moral pendidikan agama
dan bagiku agamaku, harus dipahami dalam Islam yang diterbitkan oleh penerbit A
kerangka teloransi bukan perbedaan. dan B, berpedoman pada standar isi yang
Sangatlah tepat kiranya, upaya deradi dikeluarkan oleh kementerian pendidikan
kalisasi pendidikan agama melaui kurikulum dan kebudayaan. Nilai-nilai moral secara
pendidikan agama mutlak diperlukan. Dalam umum menyangkut aspek aqidah, syariah
kurikulum pendidikan dasar memberikan dan ahlak. Akan tetapi materi-materi terebut
penjelasan mengenai makna Surat Al- secara umum masih membangun kesalehan
Hujurat sangat tepat untuk dikembangkan pribadi semata, belum membangun
pada sebagai basis pendidikan Agama kesalehan sosial yang sangat dibutuhkan
di Sekolah Dasar. Dari kedua buku baik dalam rangka membangun kerukunan dan
penerbit A maupun B telah memuat materi teloransi beragama.
tersebut sebagai materi pendidikan agama Dalam buku PAI SD terdapat materi
kelas 6. Dengan penjelasan makna yang yang mengandung unsur radikalisme dalam
terkandung dalam surat Al-Hujurat ayat beragama dan juga terdapat nilai-nilai
13, akan tertanam nilai untuk membangun moral yang menghargai perbedaan dalam
kerukunan dalam beragama. Surat Al- beragama. Materi PAI yang berpotensi
Hujurat ayat 13, yang artinya berikut: dapat menumbuhkan sikap radikal dalam
beragama seperti materi yang menjelaskan
“wahai manusia! Sungguh, Kami telah tentang konsep kafir, kisah militansi
menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan beragama, jihad, pertentangan ajaran antar
seorang perempuan, kemudian kami jadikan
agama, dan kisah-kisah perang pada zaman
kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang sahabat.
paling mulia Di antara kamu di sisi Allah ialah