You are on page 1of 14

POTENSI RADIKALISME DI SEKOLAH

Studi Terhadap Buku Pendidikan Agama Islam Sekolah Dasar

RADICALISM POTENTIAL IN SCHOOL


Study Islamic Education Books in Primary Schools
Moh. Hasim
Balai Litbang Agama Semarang
Jl. Untung Suropati Kav. 70 Bambankerep Ngaliyan Semarang
Telp. 024-7601327 Fax. 024. 7611386
Email: hasimlitbang@yahoo.co.id

Abstract Abstrak
This study is motivated by the rampant violence Penelitian ini dilatar belakangi oleh maraknya
among students. Islamic Education (PAI) as part tindak kekerasan yang dilakukan oleh para pelajar.
of character education is seen to give a hand in Pendidikan Agama Islam (PAI) sebagai bagian dari
influencing students’ attitudes and actions. This pendidikan karakter dipandang ikut memberikan
study aims to answer the question on how to shape andil dalam mempengaruhi sikap dan tindakan
the potential radicalism in the material books of siswa. Penelitian ini dimakudkan untuk menjawab
PAI for Elementary Schools. Through qualitative permasalahan bagaimana bentuk potensi
approach with library research method, the radikalisme dalam materi buku Ajar PAI Sekolah
study found the value of radicalism in the Islamic Dasar. Melalui pendekatan kualitatif dengan
education material. The radical value which may metode library recearch, penelitian ini menemukan
affect the attitude of the students is the attitude adanya nilai radikalisme dalam materi pembejaran
of religious militancy driven by the spirit of jihad pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar. Nilai
and towards other group / faiths, as well as narrow radikal yang dapat mempengaruhi sikap siswa
religious understanding. yaitu sikap militansi keagamaan, yang didorong
oleh ajaran jihat dan anti terhadap kelompok/
Keywords: Radicalism, Pluralism, Islamic Edu­ penganut agama lain, serta pemahaman
cation, Elementary School keagamaan yang sempit.
Kata Kunci: Radikalisme, Pluralisme, Pendidikan
Agama Islam, Sekolah Dasar,

PENDAHULUAN penyiraman air keras di bus sekolah, bentrok


Akhir-akhir ini, dikalangan remaja usia antar pelajar atau perkelahian antar pelajar
sekolah muncul bentuk kenakalan remaja yang mengakibatkan hilangnya nyawa,
yang mengarah pada tindak kekerasan. aksi brutal remaja dalam geng motor,
Beberapa media menampilkan aksi kekerasan keterlibatan remaja dalam berbagai tindak
yang dilakukan oleh remaja, seperti aksi kejahatan obat-obat terlarang, dan termasuk

Naskah diterima 29 Juni 2015. Revisi pertama, 15 Juli 2015. Revisi kedua, 21 Juli 2015 dan revisi terahir 29 Agustus 2015

Volume 13, Nomor 2, Agustus 2015 255

EDUKASI V13_n2_2015 (A4) isi set6.indd 255 06/09/15 6:45:07


M o h . H a si m

pula kekerasan remaja yang didasari oleh Disadari atau tidak, bahwa pendidikan
pengaruh sikap radikal dalam beragama. agama memberikan peran penting dalam
Hasil survei Lembaga Kajian Islam dan membentuk kepribadian siswa. Akan tetapi
Perdamaian (LKIP) selama Oktober 2010 secara kuantitatif, jumlah jam pengajaran
hingga Januari 2011 juga menunjukkan bahwa pendidikan agama mendapatkan porsi
49 persen siswa di Jabodetabek (Jakarta, sangat kurang memadai, dan dengan materi
Bogor, Tanggerang dan Bekasi) cenderung pendidikan agama yang lebih menekankan
setuju menempuh aksi kekerasan untuk pengetahuan dari aspek kognitif semata.
menyelesaikan masalah agama dan moral.1 Akibatnya siswa tidak memikili kesempatan
Lebih ironisnya, menurut pandangan Ketua untuk mempraktekkan pendidikan agama
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) yang mereka peroleh melalui perilaku
bahwa kekerasan yang dilakukan remaja keseharian di sekolah, dengan pengawasan,
khususnya siswa usia sekolah didasari oleh pengarahan dan evaluasi seorang guru.
keterlibatan ajaran agama yang diberikan. Dilihat dari sisi kurikulum, materi PAI
Sekolah disenyalir telah mengajarkan yang selama ini diajarkan pada siswa perlu
intoleransi dan mengarahkan siswa untuk juga di tengok kembali. Kurikulum sebagai
memiliki fanatisme terhadap ajaran agama acuan dalam pembelajaran berisi pedoman
tertentu. Indoktrinasi pendidikan agama materi yang akan disampaikan kepada
terjadi disemua level pendidikan melalui peserta didik. PAI sebagai sumber ajaran
kegiatan yang sistematis, dan anak-anak moral bagi siswa adalah patron nilai-nilai
telah menjadi korban. 2 positif. Materi pendidikan agama diyakini
Maraknya kasus kekerasan dengan mengandung kebenaran, akan menjadi
melibatkan anak usia sekolah, menandakan kontrol perilaku. Oleh karena itu, maraknya
bahwa perilaku bermoral atau akhlak siswa tidak kekerasan yang dilakukan siswa
sedang dalam kondisi yang memprihatiankan. usia sekolah yang mengarah pada bentuk
Akhlak sebagai pengendali perilaku telah radikalisme beragama, patut menjadi dasar
sirna dari kepribadian siswa, sehingga keraguan, dugangan tidak terserapnya
perilaku anak menjadi tidak terkontrol. nilai-nilai agama secara baik. Sehingga
Anak tidak lagi mampu membedakan mana merebaknya kekerasan yang mengarah
tindakan yang bermoral dan mana yang pada tindakan radikal dikalangan pelajar,
tidak. Nilai-nilai kemanusiaan, penghargaan perlu di tindaklanjuti dengan upaya untuk
terhadap hak individu lain, penghormatan melakukan telaah kritis terhadap buku ajar
terdapat orang lain, rasa saling menyayangi Pendidikan Agama Islam.
tidak lagi menjadi pedoman dalam berbuat Upaya meninjau kembali materi pen­
dan bertingkah laku. didikan agama harus dimulai dari tingkat
sekolah dasar. Karena pada pendidikan
dasar, anak belum memiliki kemampuan
Nastiti Cayono. 2015. Ancaman Radikalisme Pada
1
menalar secara baik, dan dengan mudah
Dinamika Kehidupan Generasi Muda. www.compasiana. menyerap apa saja informasi pengetahuan
com.
2
Voaindonesia. 2012. KPAI Desak Pemerintah Atasi
yang mereka peroleh, termasuk indoktrinasi
Radikalisme Agama. www.voaindonesia.com. ajaran agama yang kurang sesuai nilai-

256 EDUKASI: Jurnal Penelitian Pendidikan Agama dan Keagamaan

EDUKASI V13_n2_2015 (A4) isi set6.indd 256 06/09/15 6:45:07


Potensi Radikalisme di Sekolah

nilai kebebasan dan terbukaan beragama. Kerangka Teori


Bertolak dari alasan tersebut, maka
Menurut kamus besar bahasa Indonesia,
penelitian tentang buku ajar PAI Sekolah
radikalisme berakar dari kata radikal yang
Dasar sangat penting dilakukan. Upaya
memiliki beberapa pengertian yaitu: a).
ini dimaksudkan agar materi pengajaran
Paham atau alian yang radikal dalam politik,
pendidikan agama terbebas dari muatan
b). paham atau aliran yang menginginkan
ajaran yang melegalkan tindakan kekerasan
perubahan atau pembaharuan sosial dan
melalui ideologi radikal.
politik dengan cara kekerasan atau drastis,
Deradikalisasi potensi pendidikan ke­ c). Sikap ekstrem dalam aliran politik.
agamaan yang bersumber dari ajaran Sedangkan kata radikal sendiri dimaknai
agama di sekolah, perlu untuk dilakukan. sebagai kata sifat yang memiliki makna secara
Sekecil apapun potensi kekerasan yang menyeluruh, habis-habisan; perubahan
bersumber pada ajaran agama perlu untuk yang amat keras menuntut perubahan
digantikan dengan nilai-nilai moral yang (undang-undang pemerintah dsb), maju
menghargai dan menghormati perbedaan dalam berfikir dan atau bertindak.3
keyakinan, melalui internalisasi pandangan
Pengertian baku terkait dengan definisi
multikultural sebagaimana diharapkan
radikalisme Di antara para pemikir belum ada
oleh tujuan pembangunan pendidikan di
titik temu yang mampu memuaskan semua
Indonesia.
kalangan. Kalau dilihat dari makna dasar kata
Permasalahan yang diajukan dalam radikal dan atau radikalisme adalah konsep
penelitian ini yaitu, bagaimana bentuk yang netral, tidak mengandung konotasi
potensi radikalisme dalam materi pendidikan negatif.4 Akan tetapi dalam pemikiran
Agama Islam di Sekolah Dasar. Oleh karena sosial keagamaan, radikalisme sering
itu, penelitian ini dimaksudkan untuk disandingkan dengan gerakan revivalisme
mengetahui bentuk radikalisme yang ada dan fundamentalism. Revivalisme yaitu
dalam buku Pendidikan Agama Islam (PAI) sebuah istilah yang digunakan untuk
yang diajarkan di Sekolah Dasar. Penelitian menggambarkan tren kebangkitan Islam
ini akan sangat bermanfaat sebagai bentuk secara umum dilihat dari sisi pemikiran dan
telaah kritis terhadap buku teks PAI memiliki makna dengan konotasi positif.
yang menjadi bahan pengajaran untuk Sedangkan fundamentalisme muncul karena
menanamkan nilai-nilai pendidikan moral diilhami oleh semangat dari penganut
keagamaan disekolah agar sesuai dengan kristen konservatif untuk mencari pokok-
tujuan pendidikan nasional. Sehingga upaya pokok ajaran fundamental, yang menjadi
ini dapat bahan pertimbangan pemerintah dasar penting sebuah agama.
untuk melakukan upaya pengembangan
kurikulum PAI sesuai dengan dinamika 3
Departemen Pendidikan dan Kebu­dayaan.1989.
perubahan sosial masyarakat dan kebutuhan Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka,
penanaman moral yang humanis dalam h. 718-719.
beragama. 4
Wahid Khozin. 2013. “Sikap Keagamaan dan
Potensi Radikalisme Agama Mahasiswa Perguruan
Tinggi Agama”. Edukasi Jurnal Pendidikan Agama dan
Keagamaan, 11 (3): h.294.

Volume 13, Nomor 2, Agustus 2015 257

EDUKASI V13_n2_2015 (A4) isi set6.indd 257 06/09/15 6:45:07


M o h . H a si m

Fundamentalisme ini kemudian diguna­ bantahan, modifikasi, atau penyesuaian


kan penganut agama untuk memahami dengan kondisi sosial budaya masyarakat. 6
persoalan sosial, politik, maupun hukum- Dalam konteks radikalisme Islam, al-
hukum syariah. Akan tetapi, konotasi Zastrouw membagi gerakan radikal Islam
positif makna fundamentalisme ini kepada dua tipologi: Pertama, gerakan
kemudian dirusak oleh media (pers) Barat. Islam radikal-kritis. Gerakan ini muncul
Fundamentalisme digunakan oleh para karena adanya tekanan sosial, kesewenang-
pemikir barat untuk memberikan gambaran wenangan, dan ketidakadilan sosial yang
gerakan kebangkitan Islam kontemporer dilakukan kolonial terhadap golongan
dengan maksud sebagai sikap radikal pribumi. Kedua, Gerakan Islam Radikal-
yang mengarah pada tindakan terorisme. Fundamentalis yaitu gerakan radikal yang
Fundamentalisme dimaknai sebagai neo- ideologis, anti dialog, eksklusif dan tidak
fundamentalis yaitu gerakan Islam politik mengenal kompromi, tidak memberikan
yang berkonotasi ekstrem, militan dan non kesempatan dan ruang pada tradisi dan nilai-
toleran serta anti barat/Amerika, dan lebih nilai lokal, karena dianggap membelokkan
dekat dengan teorisme. 5 ajaran Islam (bid’ah).7
Pada dataran konsep ideologis, radi­ Kemudian terkait dengan ciri-ciri
kalisme agama adalah cara pandang yang gerak­an radikal, Yusuf al-Qordawi 8 (2001)
melihat bahwa keyakinan keagamaan mengungkapkan bahwa kelompok funda­
sebagai sesuatu yang memiliki kebenaran mentalis radikal yang fanatik dapat dicirikan
mutlak dan harus ditegakkan dalam praktek oleh beberapa karakter, sebagai berikut:
sosial. Radikalisme beragama memandang pertama, Memberikan klaim kebenaran
bahwa untuk menegakkan agama tunggal pada keyakinan keagamaan tertettu.
dibutuhkan sebuah upaya dalam bentuk Sehingga kelompok fundamentalis radikal
konsep amar ma’ruf nahi munngkar tanpa cenderung dengan mudah menyesatkan
ada kompromi. Dalam dataran praktek, kelompok lain yang tak sependapat. Mereka
radikalisme beragama membenarkan cara–
cara kekerasan unntuk mewujudkan sebuah Tim Setara Intitute. 2010. Wajah Para “Pembela”
6

tatanan ideal kehidupan bermasyarakat Islam: Radikalisme Agama dan Implikasinya terhadap
berdasarkan agama. Radikalisme agama Jaminan Kebebasan Beragama/Bekeyakinan
di Dejabotek dan jawa Barat. Jakarta: Pustaka
memandang bahwa pemahaman terhadap Masyarakat Setara; Hamami Zada. 2004. Islam
doktrin agama harus dipahami secara apa Radikal: Pegulatan Ormas-Ormas Islam Garis Keras di
adanya(tekstual) tanpa melihat konteks Indonesia. Jakarta: Teraju. Baca juga: Zuly Qodir. 2014.
Radikalisme Agama di Indonesia. Yogyakarta: Pustaka
sosial, dan amalkan, dipatuhi tanpa ada Pelajar; Wahid Khozin. 2013. “Sikap Keagamaan dan
Potensi Radikalisme Agama Mahasiswa Perguruan
Richard T Antoun. 2001.Understanding funda­
5 Tinggi Agama”. Edukasi Jurnal Pendidikan Agama
mentalism: Christian, Islamic, and Jewish. Walnut dan Keagamaan, 11 (3): 294.
Creek. CA: Alta Mira Press; Muhammad Imarah. 1999.
7
Al-Zastrouw Ngatawi. 2006. Gerakan Islam
Fundamentalisme Dalam Perspektif Barat dan Islam. Simbolik: Politik Kepentingan FPI. Yogyakarta: LkiS.
Terj. Abdul Hayyie al-Kattani. Jakarta: Gema Insani 8
Yusuf Al-Qordawi. 2001. Ekstrimisme Dalam
Press. h. 11-21. Baca juga: Endang Turmudzi dan Riza Wacana Islam, Islam Liberal, Pemikiran Islam Kontemporer
Sihbudi. 2005. Islam dan Radikalisme di Indonesia. Tentang Isu-Isu Global. Charterkhurzman (ed). Jakarta:
Jakarta: LIPI Press. Paramadina.

258 EDUKASI: Jurnal Penelitian Pendidikan Agama dan Keagamaan

EDUKASI V13_n2_2015 (A4) isi set6.indd 258 06/09/15 6:45:08


Potensi Radikalisme di Sekolah

memposisikan diri seolah-olah sebagai keyakinannya dianggap sebagai kelompok


“nabi” yang diutus oleh Tuhan untuk me­ yang salah atau “kafir”. Sikap eksklusif
luruskan kembali manusia yang tak sepaham ini menumbuhkan sikap tidak diakuinya
dengannya. kebenaran lain diluar kebenaran keyakinan
Kedua, Cenderung mempersulit agama agamanya.
dengan menganggap ibadah sunnah seakan- Pemahaman eksklusif memberikan
akan wajib dan hal yang makruh seakan- imbas pada pola dakwah yang dilakukan,
akan haram. Berupaya mencontoh atau yaitu ajaran dari teks suci (kitab) harus
pengembalikan ajaran agama sesuai dengan disebarkan (dakwah) dengan cara-cara
perilaku yang diconothkan oleh nabi, radikal sebagai bentuk pengorbanan kepada
tanpa melihat konteks perubahan sosial di Tuhan. Buntutnya pemaknaan tentang
masyarakat. Sebagai contoh ialah fenomena jihat adalah suatu yang indah. Bahkan
memanjangkan jenggot dan meninggikan sebagai bentuk pengabdian pada Tuhan,
celana di atas mata kaki. Bagi mereka ini seorang yang mengikuti pafam radikal tidak
adalah hal yang wajib. segan-segan mengorbankan harta benda
Ketiga, Mereka yang fundamentalis dan nyawa, sehingga berbagai cara dapat
radikal kebanyakkan mengalami overdosis dilakukan untuk mewujudkan perintah
agama yang tidak pada tempatnya. Misal­­ kebenaran dari Tuhan. 9
nya, dalam berdakwah mereka menge­ Oleh karena itu, dapat di garis bawahi
sampingkan metode gradual, “step by bahwa apa yang dimaksud radikalisme
step”, yang digunakan oleh Nabi. Sehingga yaitu sikap keras dalam menerapkan
bagi orang awam, mereka cenderung kasar ajaran agama tanpa mempedulikan cara
dalam berinteraksi, keras dalam berbicara pandang agama lain. Radikalisme berupaya
dan emosional dalam menyampaikan. memperjuangkan keyakinan keagamaan
Keempat, Mudah mengkafirkan orang yang dianutnya dilakukan dengan tanpa
lain yang berbeda pendapat. Mereka kompromi dan bila perlu dilakukan dengan
mudah berburuk sangka kepada orang cara kekerasan dan anarkisme. Agama
lain yang tak sepaham dengan pemikiran dipahami secara parsial, teks-teks agama
serta tindakkannya. Mereka cenderung dipisahkan dari konteksnya, dan akibat dari
memandang dunia ini hanya dengan dua pengalaman ajaran agama kering dari nilai-
warna saja, yaitu hitam dan putih. nilai spiritualitas.
Dari sifat-sifat dasar pemahaman agama
maka sikap radikal muncul dari pemahaman Metode Penelitian
keagamaan eksklusif, yaitu pemahaman
Penelitian ini menggunakan pendekatan
keagamaan yang menganggap bahwa tidak
kualitatif yaitu dengan menggunakan
ada kebenaran agama yang lain, kecuali
studi pustaka (library recearch), dengan
keyakinan keagaman yang bersangkutan.
Keyakinan keagamaan adalah absolud, 9
Alwi Shihab. 1997. Islam Inklusif Menuju Sikap
yang tertinggi dan muntak. Kelompok Terbuka Dalam Beragama.: Penerbit Mizan; Baca Juga:
atau penganut agama yang berada diluar Mun’in A. 2003. Membendung Militansi Agama: Iman dan
Politik Dalam Masyarakat Modern. Jakarta: Erlangga.

Volume 13, Nomor 2, Agustus 2015 259

EDUKASI V13_n2_2015 (A4) isi set6.indd 259 06/09/15 6:45:08


M o h . H a si m

pokok kajian pada buku-buku pendidikan • No ISBN 978-XXX-01X-016-4


agama Islam yang digunakan di sekolah • Buku xxxxx Agama Islam untuk Sekolah
dasar di Daerah Istimewa Yogyakarta. Dasar kelas V, Penerbit B,
Data diperoleh dengan cara mendatangi • No ISBN 978-XXX-01X-017-1
mendatangi dan menanyakan kepada guru
• Buku xxxxx Agama Islam untuk Sekolah
Agama Islam di sebagian Sekolah Dasar
Dasar kelas VI, Penerbit B,
Negeri di Yogyakarta, tentang buku acuan
pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang • No ISBN 978-XXX-01X-018-8
di gunakan.
Penggalian data di fokuskan pada 12 buku Data yang diperoleh dengan menelaah
pendidikan agama Islam yang digunakan di melalui membaca secara seksama. Data
Sekolah Dasar Negeri di Yogyakarta yang yang diperoleh kemudian dicacat dan
dikeluarkan oleh 2 penerbit utama. Dalam di kelompokkan sesuai dengan tema.
artikel ini identitas penerbit dirahasiakan Data yang mengandung nilai-nilai moral
untuk menjaga privasinya, yaitu : ini kemudian di kembangkan dalam
telaah analisis kritis untuk melihat
• Buku Pendidikan Agama Islam 1, Penerbit materi pelajaran PAI yang mengandung
A, No ISBN 978-XXX-09X928-1-5 muatan ajaran radikal. Pendidikan agama
• Buku Pendidikan Agama Islam 2, Penerbit yang dipandang berpotensi nilai-nilai
A, No ISBN 978-XXX-09X928-2-2 radikalisme yaitu mengajarkan sikap
• Buku Pendidikan Agama Islam 3, Penerbit militansi beragama yang dibarengi dengan
A, No ISBN 978-XXX-09X928-3-9 penolakan terhadap ajaran agama lain;
• Buku Pendidikan Agama Islam 4, Penerbit mengunakan cara-cara kekerasan dalam
A, No ISBN 978-XXX-09X928-4-6 berdakwah seperti memberikan labelisasi
• Buku Pendidikan Agama Islam 5, Penerbit kafir kepada kelompok diluar keyakinannya,
A, No ISBN 978-XXX-09X928-5-3 menempatkan jihat sebagai jalan terakhir
dalam menegakkan ajaran Tuhan; tidak
• Buku Pendidikan Agama Islam 6, Penerbit
menghormati perbedaan keyakinan dan
A, No ISBN 978-XXX-09X928-6-0
menerbarkan kebencian pada kelompok
• Buku xxxxx Agama Islam untuk Sekolah agama lain, dan memberikan klaim atas
Dasar kelas I, Penerbit B, kebenaran ajaran agama tertentu.
• No ISBN 978-XXX-01X-013-3
• Buku xxxxx Agama Islam untuk Sekolah HASIL DAN PEMBAHASAN
Dasar kelas II, Penerbit B,
Sesuai dengan tujuan pendidikan
• No ISBN 978-XXX-01X-018-8 nasional yaitu pendidikan nasional memiliki
• Buku xxxxx Agama Islam untuk Sekolah orientasi menciptakan perserta didik
Dasar kelas III, Penerbit B, agar menjadi manusia yang beriman dan
• No ISBN 978-XXX-01X-015-7 bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
• Buku xxxxx Agama Islam untuk Sekolah berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
Dasar kelas IV, Penerbit B, kreatif mandiri, dan menjadi warga negara

260 EDUKASI: Jurnal Penelitian Pendidikan Agama dan Keagamaan

EDUKASI V13_n2_2015 (A4) isi set6.indd 260 06/09/15 6:45:08


Potensi Radikalisme di Sekolah

yang demokratis serta bertanggungjawab sosial, dan dimungkinkan karena pengaruh


(UU Sisdiknas). Untuk mewujudkan tujuan ideologi/faham keagamaan global. 11
tersebut tentu bukan hal yang mudah, Sisi pendidikan merupakan bagian
tetapi membutuhkan upaya dan usaha keras kecil dari faktor yang membentuk perilaku
semua pihak baik unsur masyarakat maupun seoarang anak. Sehingga, seorang anak meski
pemerintah. tidak mendapatkan pendidikan agama yang
Pendidikan sangat dibutuhkan oleh memadai, tetapi hidup dalam lingkungan
peserta didik untuk membekali kemampuan yang baik, maka dapat dimungkinkan akan
dalam bentuk ketrampilan, pengetahuan dan memiliki perilaku yang baik. Demikian juga,
nilai-nilai. Ketrampilan dan pengetahuan dengan daya dukung lingkungan yang baik,
digunakan untuk memenuhi kebutuhan memungkinkan siswa yang memiliki naluri
hidupnya, sedangkan pemahaman akan kekerasan dapat di ubah kerarah sikap
nilai-niai sangat berguna untuk kontrol yang lebih toleran, menghargai perbedaan,
perilaku. Dengan memahami nilai baik atau lembut, dan memiliki akhlak yang mulia.
buruk seorang anak dapat memilih jalan Oleh karena itu, mencari sumber
hidup yang bermartabat, tidak membabi munculnya gerakan radikal dalam beragama
buta, menghalalkan segala cara. dengan hanya melihat pada sumber bacaan
Dalam dunia pendidikan terkait studi siswa merupakan langkah kecil dari upaya
perilaku manusia, W Stern dengan teori untuk melihat sebuah potensi kemungkinan
hukum konvergensi, menyebutkan per­ munculnya tindakan radikal dari sebab di
kembangan perilaku manusia ditentukan satu sisi saja. Pada sisi yang lain tentu masih
oleh dua faktor secara bersamaan, yaitu banyak faktor yang bisa mempengaruhi
faktor internal berupa sifat-sifat pembawaan sesorang anak melakukan sebuah tindakan
yang diperoleh secara alami dan faktor kekerasan atas nama agama. Bagaimana
lingkungan tempat tumbuh kembangnya.10 peran guru dalam memberikan penjelasan,
Terkait dengan maraknya tindakan peran orang tua, pengaruh lingkungan
radikalisme beragama dikalangan siswa pertemanan, dan juga pengaruh dari media
tentu tidak semata-mata disebabkan oleh innformasi lainnya, ikut menentukan sikap
faktor tunggal. Radikalisme tidak serta merta dan tindakan seorang anak.
muncul karena sifat pembawaan lahir, atau Kalau dilihat secara teknis, Ketiga
karena kesalahan dalam proses pendidikan buku PAI yang dikeluarkan oleh penerbit
agama. Radikalisme adakarena sebab yang dari hasil analisa peneliti, nampak telah
multi dimensi seperti karena pengaruh memenuhi standar isi yang dikeluarkan
persoalan politik, ekonomi, ketidakadilan oleh Kementerian Pendidikan Nasional.
Oleh karena itu, secara formal, ketiga
buku tersebut telah memenuhi tuntutan
kurikulum yang di tetapkan oleh pemerintah.
Akan tetapi, tema-tema materi yang di
Ngalim Purwanto. 2003. Ilmu Pendidikan Teo­
10

retis dan Praktis. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. h. 11


Muhammad Asfar, ed. 2003. Islam Lunak Islam
58-61. Radikal. Surabaya: JP Press. h. 45-63.

Volume 13, Nomor 2, Agustus 2015 261

EDUKASI V13_n2_2015 (A4) isi set6.indd 261 06/09/15 6:45:08


M o h . H a si m

usung menunjukkan masih sebatas pada Pertama, mengenalkan konsep kafir se­
pengetahuan tentang ajaran agama yang bagai lawan dengan konsep muslim. Muslim
membangun kesalehan personal seperti diidentikkan dengan perilaku kebe­ naran
materi tentang fiqh ibadah, kemanpuan yang mendapatkan ridlo dan pujian dari
baca dan tulis al-qur’an, pengetahuan Tuhan. Sedangkan kafir adalah musuh Allah
tentang ajaran tauhid, sejarah Islam, dan yang lebih pantas masuk dalam neraka.
akhlak. Sementara itu tema-tema akhlak Muslim dan kafir dihadapkan pada sisi
sendiri masih sangat universal, belum yang berlawanan tanpa ada penjelasan
mengarah pada pembentukan kepribadian yang cukup. Sedangkan dalam ajaran Islam,
yang plural dan menghormati perbedaan konsepsi tentang kafir memiliki penjabaran
keyakinan agama. Tema-tema akhlak yang yang sangat luas seperti Kafir zimmi, yaitu
disampaikan dalam buku PAI secara umum kafir yang wajib dilindungi.
yaitu bertemakan tentang sabar, ikhlas, Dapat dijadikan contoh misalnya, dalam
hemat, tekun dll. buku Pendidikan Agama kelas lima penerbit
Nilai-nilai moral yang sangat dibutuhkan A hal 6, dalam penjelasan surat Al-Kafirun
dalam menghadapi radikalisme beragama disebutkan:
yaitu bagaimana mensikapi perbedaan
keyakinan sebagai sebuah berkah, yang “sebagai arang Islam kita harus meng­
ambil pelajaran bahwa kita tidak boleh
diberikan Tuhan. Agama hadir tidak
menyembah selain Allah. Allah ialah Tuhan
dalam rangka menciptakan perbedaan dan
semesta alam, tidak ada sekutu baginya,
permusuhan, tetapi sebagai rahmat yang tidak beranak dan tidak diperanakkan.
membangun jalan kedamaian. Ajaran moral Orang-orang kafir Quraisy akan masuk
keagamaan yang ditumbuhkan adalah untuk neraka selama-lamanya, karena berbuat
mengarahkan pemeluk beragama hidup syirik (musyrik). Yaitu menyekutukan
berdampingan secara damai, bekerjasama selain Allah.
dalam membangun kehidupan sosial. Tidak
Kemudian dalam buku PAI, penerbit B
sebaliknya, menonjolkan pemahaman ajar­
kelas V hal 5 sebagai berikut :
an keagamaan tertentu secara doktrinal,
memberikan klaim kebenaran sendiri, tidak “Surat ini diturunkan karena orang
mengakui kebenaran agama lain. kafir membuat berhala dan menyem­
Menghadapi perubahan sosial dan bah­­nya, serta memaksa nabi untuk turut
tututan masyarakat saat sekarang ini, menyembah berhala yang mereka buat.
Surat Al-Kafirun berisi tentang per­nyataan
terutama dalam menghadapi maraknya
bahawa Tuhan yang disembah Nabi
aksi kekerasan dengan mengatasnamakan Muhamamad SAW dan sahabatnya bu­kan­
agama, Di antara ketiga buku tersebut lah apa yang disembah oleh orang kafir”.
masih syarat dengan muatan materi yang
bisa memancing pemahaman agama yang Pernyataan seperti tersebut tentu
kurang toleran. Potensi materi PAI SD belum mengarah pada esensi penghormatan
yang dimungkinkan akan memancing pada perbedaan keyakinan, tetapi justru
pemahaman radikal dalam beragama Di lebih menekankan pada penilaian bahwa
antaranya : penyembahan terhadap esistensi Tuhan

262 EDUKASI: Jurnal Penelitian Pendidikan Agama dan Keagamaan

EDUKASI V13_n2_2015 (A4) isi set6.indd 262 06/09/15 6:45:08


Potensi Radikalisme di Sekolah

selain dalam konsep Allah adalah sesuatu Kedua, memunculkan pertentangan


yang salah dan pantas masuk neraka. ajaran antar agama. Pertentangan ajaran
Sehingga terminologi kafir bisa memicu atau antar agama ini yang bersumber dari
memberikan pemahaman pada siswa akan konsep kafir dan muslim, akan semakin
adanya konsep permusuhan dengan orang menguat ketika materi pendidikan agama
berbeda keyakinan keagamaan, karena bertentangan dengan konsep-konsep agama
mereka tidak menyembah Allah. Akibatnya lain. Seperti materi yang yang menjelaskan
akan menimbulkan persepsi anak bahwa mengenai Nabi Isa. Bagi kalangan Islam
orang-orang yang berbeda agama, tidak menilai bahwa, Nabi Isa tidaklah mati disalib
layak mendapatkan kebahagiaan di surga, tapi diselamatkan oleh Allah dan akan
tetapi lebih pantas masuk neraka. diturunkan kembali kebumi sebagai Imam
Konsep kafir ini akan membangun Mahdi. Pemahaman ini berbeda dengan umat
sebuah dasar permusuhan. Hal ini muncul Nasrani, mereka menyakini bahwa Isa telah
ketika seorang anak menghadapi lingkungan mati sebagi bentuk tebusan terhadap dosa
pertemanan dengan orang lain yang beda pengikut-pengikutnya. Dalam teks buku PAI
agama. Anak tidak akan bisa menemukan terbitan A kelas 5 hal 36 disebutkan:
dalam realitas sekarang, konsep penyambah
“Ajaran Isa pada dasarnya sama dengan
berhala dalam pengertian patung-patung.
Islam yaitu mempercayai tidak ada Tuhan
Akan tetapi yang ditemukan adalah pemeluk- selain Alllah dan Alah tidak beranak dan
pemeluk agama lain yang nota bebenya dipernanakkan...sewaktu pengikut nabi Isa
adalah saudara-saudara mereka sendiri. a.s. masih 12 orang salah satu muridnya
Sedangkan orang yang tidak menyembah bernama Yahuda (Yudas Iskariat murtad).
Allah termasuk melakukan perbuatan syirik, Yahuda bertekat akan membunuh Isa a.s. Ia
sama dengan orang-orang kafir yang hanya ditunjuk sebagai pemimpin pembunuhan.
Atas kehendak dan kekuasaan Allah swt.
pantas masuk neraka.
Yahuda wajahnya diubah serupa nabi Isa a.s
Keteguhan dalam menyakini keimanan, ia ditangkap lalu di salin di bukit Golgota,
tentu bisa dibenarkan dalam kacamata sedangkan Nabi Isa a.s. diselamatkan oleh
internal agama. Akan tetapi dalam mem­ Allah swt.
bangun sikap hidup dalam ranah sosial,
Informasi yang sama juga ada pada buku
konsep kafir yang di terapkan pada institusi
B kelas 5 halaman 34.
pendidikan sekolah dasar (bukan sekolah
agama) akan menimbulkan perselisihan Perbedaan padangan semacam ini jika
Di antara peserta didik. Karena lembaga tidak dijelaskan secara lebih luas- konteks
pendidikan umum memungkinkan adanya pemahaman pluralisme-sesuai dengan
peserta didik yang beda agama. Apa pandangan masing-masing agama baik Islam
jadinya, seandainya seorang anak yang mapun Nasrani, maka akan menumbuhkan
kritis menanyakan pada pemeluk agama sikap saling bermusuhan antar agama.
lain mengenai Tuhannya, kemudian anak Masing-masing agama akan memberikan
itu memberikan persepsi bahwa temannya klaim bahwa ajarannya yang paling benar,
itu adalah seorang kafir karena tidak dan menurut pikiran sehat, tidak mungkin
menyembah Allah. kedua-duanya benar.

Volume 13, Nomor 2, Agustus 2015 263

EDUKASI V13_n2_2015 (A4) isi set6.indd 263 06/09/15 6:45:08


M o h . H a si m

Benih-benih pertentangan masalah selain dirinya. Untuk mempertahankan


kematian Nabi Isa yang dipertentangkan keimanannya, masyitoh rela mati dalam
ini sudah muncul. Dalam sebuah artikel bejana panas penuh minyak.
yang dikelola oleh komunitas bloqer Kisah Masyitoh ini akan memberikan
Kristen dengan judul Bagimu Agamamu- inspirasi pada siswa tentang semangat
Bagiku Agamamku. Komunitas kristen ini Jihat dalam membela kebenaran agama.
menunjukkan sikap menolak terhadap Keyakinan agama adalah sesuatu yang final
konsep ini. Bagi mereka, Islam dipandang dan harus dipertahankan sampai titik darah
tidak konsisten, karena Islam masih penghabisan. Bisa saja semangat jihat dengan
dipandang mengurusi keyakinan orang mengorbankan nyawa adalah sesuatu
lain dalam kisah nabi Isa. Dalam tulisan yang prinsip dalam ajaran agama. Akan
blog dengan jelas mereka menolak kisah Isa tetapi dalam konteks sosial (kenyataannya)
yang tertera dalam buku tersebut. Mereka dalam negara pancasila ini tidak ada upaya
menyebutkan: untuk pemaksaan dalam menyakini sebuah
keyakinan keagamaan.
“yang lucu lagi, dengan mengatakan
bagimu agamamu dan bagiku agamaku Keempat, memuat materi tentang kisah-
mereka (peneliti :Islam ) mengatakan kisah perang. PAI memberikan ulasan
Yesus Kristus tidak disalib dan digantikan sejarah Islam tentang perang yang dilakukan
oleh seorang yang bernama Yahuda yang para sahabat. Peperangan dilakukan dalam
kita kenal dengan Yudas Iskariot. Kalimat rangka perluasan wilayah kekuasaan,
tersebut diajarkan dalam pelajaran agama mengadili orang-orang yang murtad dan
mereka ...” 12
menumpas nabi-nabi palsu.Kisah perang
Ketiga, memuat materi yang menggugah terdapat pada buku PAI penerbit B Kelas V
se­mangat militansi beragama secara sem­ hal 94-95; Buku PAI Penerbit A kelas V hal
pit. Materi menumbuhkan sikap mili­ 116.
tansi beragama yang sempit bahkan yang Kisah-kisah peperangan ini akan mem­
mengarah pada semanngat jihat Di antara­ berikan rangsangan pada otak anak me­
nya terdapat dalam kisah Dewi Masyitah. ngenal kekerasan dan pemusuhan. Apa­
Materi tentang kepahlawanan Dewi bila hal ini dilakukan tanpa ada pen­jelasan
Masyitah terdapat dalam pelajaran PAI kelas yang memadai, dan informasi ini diterima
I Penerbit A. Dikisahkan Dewi Masyitoh anak secara terus menerus, maka akan
adalah tukang sisir putri raja Firaun. Ketika memimbulkan pemahaman bahwa kekerasan
Masyitoh sedang menjalankan tugasnya, dapat dibenarkan dalam menyelesakan
secara tidak sengaja sisir yang digunakan sebuah masalah, atau dalam rangka
terjatuh, dengan spontan dia menyebut menegakkan syari’at Tuhan.
asma Allah. Sejak itulah, keimanan Dewi Kelima, mengenalkan konsep jihad. Jihad
Masyitoh dipertanyakan oleh Fir’aun, sang sebenarnya memiliki makna positif. Akan
raja yang mengaku sebagai Tuhan. Fir’aun tetapi saat ini makna jihad telah bergeser
sangat murka, karena ada Tuhan lain kearah makna negatif, akibat dari trereotipe
yang dibangun media dari pemberitaan
12
http://www.sabdaspace.org.

264 EDUKASI: Jurnal Penelitian Pendidikan Agama dan Keagamaan

EDUKASI V13_n2_2015 (A4) isi set6.indd 264 06/09/15 6:45:08


Potensi Radikalisme di Sekolah

tentang terorisme. Nabi sendiri pernah lalu. Para pelaku BOM sebagai pengantin
mengatakan bahwa sebenarnya jihad yang dengan bangga menyiapkan dirinya untuk
paling berat adalah jihad menahan hawa mati dengan keyakinan akan hidup bahagia
nafsu. Hal ini mengartikan bahwa jihat di surga, mati sebagai syahid. Padahal
itu pada hakekatnya adalah melakukan dibalik kekejian yang mereka lakukan,
perbuatan yang baik, tidak menurutkan terdapat orang-orang yang tidak berdosa
hawa nafsu atau keinginan yang rendah ikut menjadi kurban.Tentu hal ini tidak bisa
dalam rangka mengikuti perintah Allah. 13 dibenarkan oleh ajaran agama.
Jihad dalam buku PAI SD ini, jihat Dengan penyajian materi tentang model
digambarkan sebagi sebuah pengorbanan jihad seperti itu, maka pemahaman ajaran
jiwa untuk kepentingan agama. Jihat tidak agama seperti yang digambarkan pada
dimaknai secara luas, tetapi disempitkan cerita Dewi Masyitoh, dan sahabat Aswad,
menjadi pengorbanan diri untuk membela akan membawa pemahaman keagamaan
agama. Makna jihat seperti ini jelas siswa tentang perjuangan Islam dalam
tergambarkan dalam kisah sahabat Aswad bentuk pengorbanan diri. Jihad dengan
yang tertulis dalam buku PAI penerbit A mengorbankan nyawa untuk menyebarkan
kelas 2 hal 44-45. Jihad diidentikkan dengan agama seolah dapat dibenarkan dan
kematian atas nama agama. akan mendapatkan pahala surga. Jihad
Dalam buku tersebut disebutkan tentang diidentikkan dengan perang, kerelaan
kesahidan seorang budak yang bernama menyerahkan nyawa untuk perjuangan
Aswad. Aswad adalah seorang pengembala agama. Jihad tidak dimaknai sebagai upaya
kambing milik Yahudi. Dalam perang khubar, untuk menegakkan perintah allah dalam
Aswad masuk Islam dan ikut membantu arti yang luas.
nabi dalam peperangan. Aswad gugur Konsep jihad inilah yang selama
dalam pertempuran, dan ketika jenazahnya ini disalah gunakan untuk memberikan
tergeletak bersama muslim yang gugur, legalitas untuk membunuh kelompok lain
nabi memalingkan muka melihat jenazah agama. Tentunya bagi anak-anak pemberian
aswad. Para sahabat bertanya, “ya Rasulullah, materi jihad sangat riskan (rawan) dan bisa
mengapa anda membuang muka, melempar menumbuhkan benih-benih intoleransi/
pandangan ketempat lain?” Nabi menjawab: radikalimse dalam beragama. Benih
“Kulihat Aswad sedang duduk bersanding dan radikalisme itu akan terpupuk manakala
bercengkrama dengan seorang bidadari yang sikap militansi dalam beragama (revivalis)
menjadi istrinya, “Jawab Rasulullah tersipu. ditempatkan pada posisi yang salah.
Kisah aswad yang dalam kematiannya Keberagamaan seseorang memang di tutut
bertemu dengan bidadari sebagai istrinya untuk tidak hanya sekedar manis dimulud,
akan mengingatkan pada istilah “pengantin” tetapi dibutuhkan sikap pengorbanan dan
dalam kejadian terorisme beberapa tahun bukti nyata. Akan tetapi, militansi yang
mengarah pada sikap fundamentalisme bisa
dengan mudah dimasuki oleh faham radikal.
M Habib Chirzin. 2005. Penafsiran Rasyid Ridla
13

dan Sayyid Quthb Tentang Jihad. Jakarta: Departemen


Agama. h. 13-15.

Volume 13, Nomor 2, Agustus 2015 265

EDUKASI V13_n2_2015 (A4) isi set6.indd 265 06/09/15 6:45:08


M o h . H a si m

Dan radikalisme merupakan pintu masuk yang berbeda agama dengan agama yang
menuju terorisme. 14 diyakni harus diberikan hak-hak kehidupan
Materi penghormatan perbedaan keya­ secara adil.
kinan ini sebenarnya juga ada dan jelas Dalam konsep ajaran, mempertahankan
didalam buku Penerbit A kelas 5, yaitu ketika keyakinan beragama adalah sah dan menjadi
Nabi Muhamamd tidak memaksa pamannya konsekwensi keimanan. Akan tetapi, dalam
Abu Tholib untuk beriman kepada Allah. konteks sekarang, penyantuman konsep
Sangatlah disayangkan materi PAI yang perang, jihad, militansi beragama,dan kafir
sudah mengajarkan bentuk penghormatan akan sangat mengganggu psikologi siswa.
pada agama lain masih bercampur dengan Dengan adanya materi perang sebagai
materi yang berpotensi membentuk salah satu cara dakwah penyebaran agama,
kepribadian yang mendukung terhadap secara tidak langsung akan menggiring
kekerasan dalam penegakkan kebenaran. siswa pada sebuah pemahaman bahwa
Materi PAI Dalam Teks PAI Penerbit A Kelas perang adalah tindakan yang sah dilakukan
V halaman 8 di sebutkan: untuk menegakkan keyakinan keagamaan.
Pemahaman tentang perang tanpa
“Demikian contoh saling menghormati diimbangi dengan penjelasan kultural pada
hak beragama satu sama lain. Nabi
esensi perang yang terjadi pada waktu
Muhammad saw. Pun tidak memaksa
itu (sejarah) secara detail, akan semakin
pamannya Abu Talib agar beriman kepada
Allah dan memeluk agama Islam. mengaburkan konsep toleransi (moderat)
dan mengarahkan siswa pada pandangan
Oleh karena itu, penyajian materi pen­ radikal dalam beragama.
didikan agama seperti surat al-Kafirun Alwi Syihab berpendapat, bahwa untuk
harus di imbangi dengan penjelasan pen­ bisa tumbuh sikap-sikap menghargai agama
tingnya pemahaman Islam secara inklusif. kelompok lain dibutuhkan pemahaman
Dalil Qur’an lakum dînukum waliadîn, dapat keagamaan yang inklusif (terbuka). Sikap
dijadikan dasar dalam memumbuhkan inklusif adalah sikap bergama yang mampu
sikap beragama secara terbuka dengan menempatan kebenaran agama yang
saling menghormati, bukan menonjolkan diyakini sebagai keyakinan pribadi yang
berbedaan antara kafir dengan muslim. bersifat mutlak. Akan tetapi, pada sisi
Selain itu, pemahaman adanya sikap hidup lain, keberanan agama yang diyakini itu
beragama secara multikultural, yaitu juga dibarengi dengan sikap menghargai
sikap bahwa keberadaan kita tidak lepas keyakinan keagamaan orang lain. Sikap
dari perbedaaan dengan kelompok lain. menghargai dalam beragama ini dalam
Perbedaaan-perbedaan ini adalah sebuah konsep Islam dikenalkan dalam dalil-dalil
keniscayaan yang alami dan tidak mungkin qur’an seperti tertera dalam surat AL-
untuk di paksaan. Sehingga masyarakat Baqoroh ayat 256 yang artinya: “Tidak ada
paksaan untuk (memasuki) agama Islam;
Tim Setara Institut. 2012. Dari Radikalisme
14

Menuju Terorisme: Studi Relasi dan Transformasi


Organisasi Islam Radikal di Jawa Tengah dan D.I.
Yigyakarta. Jakarta: Pustaka Masyarakat Setara.

266 EDUKASI: Jurnal Penelitian Pendidikan Agama dan Keagamaan

EDUKASI V13_n2_2015 (A4) isi set6.indd 266 06/09/15 6:45:08


Potensi Radikalisme di Sekolah

sesungguhnya telah jelas jalan yang benar orang yang paling bertakwa. Sungguh Allah
dari pada jalan yang sesat”.15 Maha Mengetahui, dan Mahateliti”.
Konsep Islam dalam beragama seperti Esensi ayat ini yaitu memuat nilai
tersebut sangatlah jelas menunjukkan multikultural dan teloransi, nilai menghargai
larangan untuk memaksa orang lain dalam perbedaan sebagai manusia yang diciptakan
beragama. Pemaksaan sebagai bentuk Allah berbangsa-bangsa dan bersuku-suku.
tindakan radikal sangat bertentangan dengan Berbedaan adalah sebuah kenyataan alami
prinsip Islam. Konsep bagiku agamaku yang inhern (sunnatullah). Keragamaan
dan bagimu agamamu adalah bangunan harus dipahami sebagai rahmat, bukan
toleransi sebagai bentuk kesepakatan untuk sebagai perbedaan yang mendatangkan
tidak mencampuradukkan ajaran agama, permusuhan.
agama yang disembah oleh orang lain adalah
hak bagi mereka, dan agama yang disembah
KESIMPULAN
oleh orang-orang muslim juga hak bagi
orang muslim. Konsep bagimu agamamu Nilai-nilai moral pendidikan agama
dan bagiku agamaku, harus dipahami dalam Islam yang diterbitkan oleh penerbit A
kerangka teloransi bukan perbedaan. dan B, berpedoman pada standar isi yang
Sangatlah tepat kiranya, upaya de­radi­ dikeluarkan oleh kementerian pendidikan
kalisasi pendidikan agama melaui kuri­kulum dan kebudayaan. Nilai-nilai moral secara
pendidikan agama mutlak diperlukan. Dalam umum menyangkut aspek aqidah, syariah
kurikulum pendidikan dasar memberikan dan ahlak. Akan tetapi materi-materi terebut
penjelasan mengenai makna Surat Al- secara umum masih membangun kesalehan
Hujurat sangat tepat untuk dikembangkan pribadi semata, belum membangun
pada sebagai basis pendidikan Agama kesalehan sosial yang sangat dibutuhkan
di Sekolah Dasar. Dari kedua buku baik dalam rangka membangun kerukunan dan
penerbit A maupun B telah memuat materi teloransi beragama.
tersebut sebagai materi pendidikan agama Dalam buku PAI SD terdapat materi
kelas 6. Dengan penjelasan makna yang yang mengandung unsur radikalisme dalam
terkandung dalam surat Al-Hujurat ayat beragama dan juga terdapat nilai-nilai
13, akan tertanam nilai untuk membangun moral yang menghargai perbedaan dalam
kerukunan dalam beragama. Surat Al- beragama. Materi PAI yang berpotensi
Hujurat ayat 13, yang artinya berikut: dapat menumbuhkan sikap radikal dalam
beragama seperti materi yang menjelaskan
“wahai manusia! Sungguh, Kami telah tentang konsep kafir, kisah militansi
menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan beragama, jihad, pertentangan ajaran antar
seorang perempuan, kemudian kami jadikan
agama, dan kisah-kisah perang pada zaman
kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang sahabat.
paling mulia Di antara kamu di sisi Allah ialah

Alwi Shihab. 1997. Islam Inklusif Menuju Sikap


15

Terbuka Dalam Beragama. Bandung: Penerbit Mizan.

Volume 13, Nomor 2, Agustus 2015 267

EDUKASI V13_n2_2015 (A4) isi set6.indd 267 06/09/15 6:45:08


M o h . H a si m

SUMBER BACAAN Purwanto, Ngalim. (2003): Ilmu Pendidikan


Teoretis dan Praktis. Bandung, PT Remaja
Rosdakarya.
Ngatawi, Al-Zasrouw (2006): Gerakan Qodir, Zuly. (2014): Radikalisme Agama di
Islam Simbolik: PolitikKepentingan FPI. Indonesia. Yogyakarta, Pustaka Pelajar.
Yogyakarta, LkiS.
Shihab, Alwi. (1997): Islam Inklusif Menuju
Antoun, Richard T. (2001): Understanding Sikap Terbuka Dalam Beragama. Bandung,
fundamentalism: Christian, Islamic, and Penerbit Mizan.
Jewish. Walnut Creek. CA, AltaMira Press
Tim Setara Institut. (2012): Dari Radikalisme
Asfar, Muhammad ed. (2003): Islam Lunak Menuju Terorisme: Studi Relasi dan
Islam Radikal. Surabaya, JP Press. Transformasi Organisasi Islam Radikal di
Cahyono, Nastiti (2015): Ancaman Radikalisme Jawa Tengah dan D.I. Yigyakarta. Jakarta,
Pada Dinamika Kehidupan Generasi Muda. Pustaka Masyarakat Setara.
www.compasiana.com. Tim Setara Intitute. (2010): Wajah Para
Chirzin, M Habib (2005): Penafsiran Rasyid “Pembela” Islam: Radikalisme Agama dan
Ridla dan Sayyid Quthb Tentang Jihad. Implikasinya terhadap Jaminan Kebebasan
Jakarta, Departemen Agama. Beragama/Bekeyakinan di Dejabotek dan
jawa Barat. Jakarta, Pustaka Masyarakat
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Setara.
(1989): Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta, Balai Pustaka. Turmudzi, Endang dan Riza Sihbudi. (2005):
Islam dan Radikalisme di Indonesia.
Imarah, Muhammad (1999): Fundamentalisme Jakarta, LIPI Press.
Dalam Perspektif Barat dan Islam. Terj.
Abdul Hayyie al-Kattani. Jakarta, Gema Voaindonesia. (2012): KPAI Desak Pemerintah
Insani Press. Atasi Radikalisme Agama. www.
voaindonesia.com.
Khozin, Wahid (2013): “Sikap Keagamaan
dan Potensi Radikalisme Agama Maha­ Yusuf Al-Qordawi (2001): Ekstrimisme Dalam
siswa Perguruan Tinggi Agama”. Edukasi Wacana Islam, Islam Liberal, Pemikiran
Jurnal Pendidikan Agama dan Keagamaan, Islam Kontemporer Tentang Isu-Isu
11 (3). Global. Charles Khurzman (ed): Jakarta,
Paramadina.
Miun, Abdul. Dkk. (2007): Pendidikan Pesantren
dan Potensi Radikalisme. Jakarta, CV. Zada, Hamami (2004): Islam Radikal: Pegulatan
Prasasti. Ormas-Ormas Islam Garis Keras di Indo­
nesia. Jakarta, Teraju.
Mun’in, A. (2003): Membendung Militansi
Agama: Iman dan Politik Dalam Masyarakat
Modern. Jakarta, Erlangga.

268 EDUKASI: Jurnal Penelitian Pendidikan Agama dan Keagamaan

EDUKASI V13_n2_2015 (A4) isi set6.indd 268 06/09/15 6:45:09

You might also like