You are on page 1of 10

A.

DEFINISI
Ada beberapa pengertian kejang demam menurut para ahli, diantaranya :
1. Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu
rektal di atas 38 ˚C) tanpa adanya infeksi susunan saraf pusat, gangguan elektrolit
atau metabolik lain (Saharso et al., 2009).
2. Definisi kejang demam menurut National Institutes of Health Consensus Conference
adalah kejadian kejang pada bayi dan anak, biasanya terjadi antara usia 3 bulan
sampai 5 tahun, berhubungan dengan demam tanpa adanya bukti-bukti infeksi atau
sebab yang jelas di intrakranial.

B. KLASIFIKASI

1. Kejang demam sederhana (simple febrile seizures).

Bila kejang berlangsung kurang dari 15 menit dan tidak berulang pada hari yang

sama. Kejang demam sederhana tidak menyebabkan kelumpuhan, meninggal, atau

mengganggu kepandaian. Risiko untuk menjadi epilepsi di kemudian hari juga sangat

kecil. Sekitar 2% hingga 3%. Risiko terbanyak adalah berulang kejang demam, yang

dapat terjadi pada 30 – 50% anak. Risiko-risiko tersebut lebih besar pada kejang

demam kompleks.

Kejang demam kompleks bila bersifat fokal, berlangsung lama (>10 – 15

menit), atau multiple (> 1 kali serangan selama 24 jam demam).

2. Kejang demam kompleks (complex febrile seizures/ complex partial seizures).

Bila kejang hanya terjadi pada satu sisi tubuh, berlangsung lebih lama dari 15

menit atau berulang dua kali atau lebih dalam satu hari.

Kejang demam sederhana adalah kejang yang berlangsung satu kali, singkat ,

dan bersifat umum.


C. TANDA DAN GEJALA
1. Tanda kejang

Kejang pada anak biasanya sangat sulit untuk diidentifikasi dibandingkan dengan
kejang pada orang dewasa. Umumnya kejang disertai dengan gangguan kesadaran
dan tingkah laku, anak tidak merespon bila dipanggil atau dicubit (rangsang nyeri).
Pada anak seringkali terjadi gerak bola mata abnormal. Bibir juga dapat terlihat
sianosis (kebiruan) akibat gangguan oksigenasi jaringan.

2. Gejala kejang

Dapat terjadi biasanya dimulai dengan demam dengan terjadinya kontraksi otot-
otot di kedua sisi tubuh anak, hal ini biasanya disertai dengan tanda atau gejala seperti
anak menangis atau mengerang, dan kontraksi otot dapat berlangsung dalam beberapa
detik atau bahkan lebih. Selain itu, anak mungkin tiba tiba terjatuh jika ia sedang
terduduk atau berdiri, buang air besar, muntah atau mungkin menggigit lidah.
Terkadang anak yang mengalami kejang demam tidak bernapas serta tubuhnya dapat
membiru, serta tidak tanggap dengan suara orang tua.
Untuk kejang demam kompleks, kejang dapat berlangsung lebih dari 15 menit, ini
hanya salah satu bagian dari tubuh, dan bisa berulang selama 24 jam.

D. ETIOLOGI

Penyebab yang pasti dari terjadinya kejang demam tidak diketahui. Kejang
demam biasanya berhubungan dengan demam yang tiba-tiba tinggi dan kebanyakan
terjadi pada hari pertama anak mengalami demam.
Kejang berlangsung selama beberapa detik sampai beberapa menit. kejang demam
cenderung ditemukan dalam satu keluarga, sehingga diduga melibatkan faktor keturunan
(faktor genetik). Kadang kejang yang berhubungan dengan demam disebabkan oleh
penyakit lain, seperti keracunan, meningitis atau ensefalitis. Roseola atau infeksi oleh
virus herpes pada manusia juga sering menyebabkan kejang demam pada anak-anak.
Shigella pada Disentri juga sering menyebakan demam tinggi dan kejang demam pada
anak-anak (Mediacastore, 2011: 8).
Kejang dapat terjadi pada setiap orang yang mengalami hipoksemia (penurunan
oksigen dalam darah) berat, hipoglikemia, asodemia, alkalemia, dehidrasi, intoksikasi air,
atau demam tinggi. Kejang yang disebabkan oleh gangguan metabolik bersifat reversibel
apabila stimulus pencetusnya dihilangkan (Corwin, 2001).
Penyebab kejang demam belum dapat dipastikan. Pada sebagian besar anak,
tingginya suhu tubuh, bukan kecepatan kenaikan suhu tubuh, menjadi faktor pencetus
serangan kejang demam. Biasanya suhu demam lebih dari 38°C dan terjadi saat suhu
tubuh naik dan bukan pada saat setelah terjadinya kenaikan suhu yang lama. (Dona
L.Wong, 2008).

Penyebab kejang mencakup faktor-faktor perinatal, malformasi otak kogenital,


faktor genetik, penyakit infeksi (ensefalitis, meningitis), penyakit demam, gangguan
metabolisme, trauma, neuplasma toksin, sirkulasi, dan penyakit degeneratif sususnan
syaraf. Kejang disebut ideopatik bila tidak dapat ditemukan penyebabnya.(Cecily L. Betz
dan A.sowden, 2002).

Kondisi yang dapat menyebabkan kejang demam antara lain; infeksi yang
mengenai jaringan ekstrakranial seperti tonsilitis, otitis, media akut, bronkitis. (Riyadi
dan sujono, 2009).

E. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi kejang demam melalui beberapa fase, mulai dari proses perjalanan
penyakit, hingga penderita mengalami kejang demam. Berikut patofisiologi kejang
demam:
a. Proses Perjalanan Penyakit
Infeksi yang terjadi pada jaringan di luar kranial seperti tonsilitis, otitis media
akut, bronkitis penyebab terbanyaknya adalah bakteri yang bersifat toksik. Toksis
yang di hasilkan oleh mikro organisme dapat menyebar ke seluruh tubuh melalui
hematogen maupun limfogen.
b. Penyebaran toksis ke seluruh tubuh akan direspon oleh hipotalamus dengan
menaikkan pengaturan suhu di hipotalamus sebagai tanda tubuh dalam bahaya
secara sistemik. Naiknya pengaturan suhu di hipotalamus akan merangsang
kenaikan suhu di bagian tubuh yang lain seperti otot, kulit sehingga terjadi
peningkatan kontraksi otot.
c. Naiknya suhu dihipotalamus, otot, kulit, dan jaringan tubuh yang lain akan di sertai
pengeluaran mediator kimia sepeti epinefrin dan prostagladin. Pengeluaran
mediator kimia ini dapat merangsang peningkatan potensial aksi pada neuron.
Peningkatan potensial inilah yang merangsang perpindahan ion Natrium, ion Kalium
dengan cepat dari luar sel menuju ke dalam sel. peristiwa inilah yang diduga dapat
menaikan fase depolarisasi neuron dengan cepat sehingga timbul kejang.
d. Serangan yang cepat itulah yang dapat menjadikan anak mengalami penurunan
respon kesadaran, otot ekstremitas maupun bronkus juga dapat mengalami
spasme sehingga anak beresiko terhadap injuri dan kelangsungan jalan nafas oleh
penutupan lidah dan spasme bronkus. (Riyadi dan sujono, 2009).
F. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Pengobatan
a. Pengobatan fase akut
Obat yang paling cepat menghentikan kejang demam adalah diazepam yang
diberikan melalui interavena atau indra vectal.
1) Dosis awal : 0,3 – 0,5 mg/kg/dosis IV (perlahan-lahan).
2) Bila kejang belum berhenti dapat diulang dengan dosis yang sama setelah
20 menit.
b. Turunkan panas
1) Anti piretika : parasetamol / salisilat 10 mg/kg/dosis.
2) Kompres air Hangat
c. Mencari dan mengobati penyebab
Pemeriksaan cairan serebro spiral dilakukan untuk menyingkirkan
kemungkinan meningitis, terutama pada pasien kejang demam yang pertama,
walaupun demikian kebanyakan dokter melakukan pungsi lumbal hanya pada
kasus yang dicurigai sebagai meningitis, misalnya bila aga gejala meningitis atau
bila kejang demam berlangsung lama.
d. Pengobatan profilaksis
Pengobatan ini ada dalam cara : profilaksis intermitten / saat demam dan
profilaksis terus menerus dengan antikanulsa setiap hari. Untuk profilaksis
intermitten diberikan diazepim secara oral dengan dosis 0,3 – 0,5 mg/hgBB/hari.
e. Penanganan sportif
1) Bebaskan jalan napas
2) Beri zat asam
3) Jaga keseimbangan cairan dan elektrolit
4) Pertahankan tekanan darah

2. Pencegahan
a. Pencegahan berkala (intermitten) untuk kejang demam sederhana. Beri diazepam
dan antipiretika pada penyakit-penyakit yang disertai d emam.
b. Pencegahan kontinu untuk kejang demam komplikata
Dapat digunakan :

1) Fero barbital : 5-7 mg/kg/24 jam dibagi 3 dosis

2) Fenitorri : 2-8 mg/kg/24 jam dibagi 2-3 dosis

3) Klonazepam : (indikasi khusus)


G. PATHWAYS ANAK KEJANG DEMAM

Infeksi bakteri Rangsangan mekanik dan biokimia gangguan


Virus dan Parasit keseimbangan cairan dan elektrolit

Perubahan konsentrasi Ion diruang


Reaksi Inflamasi
ekstraseluler

Ketidakseimbangan
Proses Demam potensial membran Kelainan Neurologis
ATP ASE perinatal/parental

Difusi Na” dan Ka”


Hipertermia

Kejang

Resiko kejang
demam Kurang dari
15 menit
Pengobatan perawatan
kondisi, prognosis, lanjut
dan diit Tidak menimbulkan
gejala sisa
Kurang pengetahuan/Infeksi
penatalaksanaan kejang
cemas
Cemas
H. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
1) Riwayat Keperawatan
a. Adanya riwayat kejang demam pada pasien dan keluarga
b. Adanya riwayat suhu tubuh
c. Adanya riwayat trauma kepala
2) Pengkajian Fisik
a. Adanya peningkatan : suhu tubuh, nadi, dan pernafasan, kulit teraba hangat
b. Ditemukan adanya anoreksia, mual, muntah, dan penurunan berat badan
c. Adanya kelemahan dan keletihan
d. Adanya kejang
e. Pada pemeriksaan laboratorium darah ditemukan adanya peningkatan kalium,
jumlah cairan cerebrospiral meningkat dan berwarna kuning
3) Riwayat Psikososial atau Perkembangan
a. tingkat perkembangan anak terganggu
b. adanya kekerasan penggunaan obat-otbatan seperti obat penurun panas
c. pengalaman tentang perawatan sesudah atau sebelum mengenai anaknya pada
waktu sakit
4) Pengetahuan Keluarga
a. meningkatkan pengetahuan keluarga yang kurang
b. keluarga kurang mengetahui tanda dan gejala demam
c. ketidakmampuan keluarga dalam mengontrol suhu tubuh
d. keterbatasan menerima keadaan penyakitnya
I. DIAGNOSA
2. Jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan menumpuknya sekret pada jalan nafas.
3. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit (terganggunya sistem termogulasi)
4. Risiko terjadinya kejang berulang berhubungan dengan adanya peningkatan suhu
tubuh.
5. Risiko cedera berhubungan dengan adanya kejang
6. Kurangnya pengetahuan keluarga tentang penanganan penderita selama kejang
berhubungan dengan kurangnya informasi.
J. PERENCANAAN
NO DIAGNOSA INTERVENSI TUJUAN ATAU HASIL
DX KEPERAWATAN (NIC) (NOC)
1 Jalan nafas tidak Letak posisi klien dengan posisi Jalan nafas bersih dalam
efektif berhubungan kepala ekstensi. waktu 1 X 24menit.
dengan Observasi gejala kardinal Jalan nafas bersih
menumpuknya terutama pernapasan selama Penderita tidak sesak
sekret pada jalan penderita kejang. Sekret tidak ada
nafas. Berikan penjelasan pada klien dan Respirasi normal 20 – 26
keluarganya. X / menit
2 Hipertermi Berikan cairan elektrolit sesuai dengan Rasa nyaman terpenuhi.
berhubungan dengan kebutuhan. Cairan tubuh tetap
proses penyakit Beri minum yang banyak. seimbang antara intake dan
(terganggunya Kolaborasi dengan tim medis output.

sistem termogulasi) (dokter) dalam pemberian cairan Membran mukosa basah.


infus. Turgor kulit baik.
Klien tidak merasa haus.
Tanda-tanda vital
normal.
3 Risiko terjadinya
Berikan kompres basah pada daerah Tidak terjadi kejang
kejang berulang axilla dan lipatan paha berulang
berhubungan dengan Berikan baju tipis Tidak kejang
adanya peningkatan Berikan penjelasan kepada klien Suhu tubuh normal
suhu tubuh. dan keluarga Tanda-tanda vital kembali
Kolaborasi dengan tim medis normal
(dokter) dalam pemberian obat
antipiretik
4 Risiko cedera
SS Sediakan lingkungan yang aman Risiko cedera dapat
berhubungan dengan Identifikasi kebutuhan keamanan terkontrol
adanya kejang pasien sesuai kondisi fisik Pasien terbebas dari cedera
Menghindarkan lingkungan yang Keluarga pasien mampu
berbahaya menjelaskan cara/metode
Memasang side rail tempat tidur untuk mencegah cedera
Membatasi pengunjung
5 Kurangnya Informasi keluarga tentang kejadian Keluarga mengerti maksud
pengetahuan kejang dan dampak masalah, serta dan tujuan dilakukan
keluarga tentang beritahukan cara perawatan dan tindakan perawatan selama
penanganan pengobatan yang benar. kejang.
penderita selama Informasikan juga tentang Keluarga mengerti cara
kejang berhubungan bahaya yang dapat terjadi akibat penanganan kejang.
dengan kurangnya pertolongan yang salah. Keluarga tanggap dan

informasi. Ajarkan kepada keluarga untuk dapat melaksanakan


memantau perkembangan yang peawatan kejang.
terjadi akibat kejang. Keluarga mengerti
Kaji kemampuan keluarga penyebab tanda yang dapat
terhadap penanganan kejang. menimbulkan kejang.
DAFTAR PUSTAKA

Betz Cecily L, Sowden Linda A. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta : EGC
Corwin, E. J. (2001). Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Medicastore, (2011). Kejang Demam (Febrile Convulsion), Juli 20 2013 From
http://medicastore.com/penyakit/400/Kejang_Demam_Febrile_Convulsion. html
Rendle John. 1999. Ikhtisar Penyakit Anak. Edisi ke 6. Jakarta: Binapura Aksara
Riyadi dan Sujono, 2009. Buku Saku Pediatri. Jakarta: EGC
Riyadi & Sukarmin. (2009). Asuhan keperawatan pada anak. Edisi pertama.
Yogyakarta : Graha ilmu.
Saharso, D., et al, (2009). Kejang demam. Dalam: Pedomen pelayanan medis.
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI): 150-153.
Wong, D.L,dkk. 2008. Pedoman Klinik Keperawatan Pediatrik. Jakarta. Buku
Kedokteran

You might also like