You are on page 1of 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit infeksi sekarang ini yang banyak menimbulkan kematian adalah
saluran pernafasan baik itu pernafasan atas maupun bawah, yang bersifat akut atau
kronis salah satunya penyakit bronchitis.
Bronchitis pada anak berbeda dengan bronchitis dengan yang dialami orang
dewasa. Pada anak bronchitis merupakan bagian dari berbagai penyakit saluran nafas
lain, namun dapat juga merupakan penyakit tersendiri. Bronkitis akut timbul karena
flu atau infeksi lain pada saluran nafas dan dapat membaik dalam beberapa hari atau
beberapa pekan. Walaupun diagnosis bronchitis akut seringkali dibuat, namun pada
anak-anak keadaan ini mungkin tidak dijumpai sebagai wujud klinis tersendiri.
Bronchitis kronis yang merupakan iritasi atau radang menetap pada saluran napas
harus ditangani dengan lebih serius. Walaupun bronchitis kronis disebabkan atau
didefinisikan sebagai batuk produktif selama 3 bulan atau lebih dalam satu tahun
selama 2 tahun berturut turut atau lebih lama, namun tidak ada standar demikian yang
dapat diterima pada anak-anak karena bronchitis pada anak-anak dan dewasa berbeda.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi Bronkhitis?

2. Bagaimanakah patofisiologi Bronkhitis?

3. Bagaimanakah Etiologi Bronkhitis?

4. Apa sajakah Klasifikasi Bronkhiti ?

5. Bagaimana manifestasi klinis pada Bronkhitis?

6. Bagaimana faktor-faktor yang mengakibatkan Bronkitis?

7. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien Bronkhitis Kronis?

C. Tujuan
Mengetahui definisi Bronkhitis
Mengetahui patofisiologi Bronkhitis

1
Mengetahui Etiologi Bronkhitis

Mengetahui Klasifikasi Bronkhiti

Mengetahui manifestasi klinis pada Bronkhitis

Mengetahui faktor-faktor yang mengakibatkan Bronkitis

Mengetahui asuhan keperawatan pada klien Bronkhitis

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Bronkitis
Bronkitis adalah suatu peradangan bronkhioli, bronchus dan trachea oleh
berbagai sebab. Bronkitis biasanya lebih sering disebabkan oleh virus seperti
Rhinovirus, Respiratory Syncitial virus (RSV), virus influenza, virus parainfluenza,
dan coxsackie virus. Bronkitis akut juga dapat dijumpai pada anak yang sedang
menderita morbili, pertusis, dan infeksi Mycoplasma pneumonia. Penyebab bronchitis
lainnya bisa jugaoleh bakteri seperti Staphylococcus, Streptococcus, Pneumococcus,
Haemophylus influenza. Selain itu, bronchitis dapat juga disebabkan oleh parasit
seperti seperti askariasis dan jamur (Arif Muttaqin,2008).

B. Patofisiologi
Virus dan bakteri biasa masuk melalui port d’entrée mulut dan hidung
“droplet infection” yang selanjutnya akan menimbulkan viremia/ bakteremia dan
gejala atau reaksi tubuh untuk melakukan perlawanan. Asap mengiritasi jalan napas,
mengakibatkan hipersekresi lendir dan inflamasi. Adanya iritasi yang terus-menerus
menyebabkan kelenjar-kelenjar mensekresi lendir sehingga lendir yang diproduksi
semakin banyak, peningkatan jumlah sel goblet dan penurunan fungsi silia. Hal ini
menyebabkan terjadinya penyempitan dan penyumbatan pada bronkiolus. Alveoli
yang terletak dekat dengan bronkiolus dapat mengalami kerusakan dan membentuk
fibrosis sehingga terjadi perubahan fungsi bakteri. Proses ini menyebabkan klien
menjadi lebih rentan terhadap infeksi pernapasan. Penyempitan bronkhial lebih lanjut
dapat terjadi perubahan fibrotik yang terjadi dalam jalan napas. Pada waktunya dapat
terjadi perubahan paru yang irreversible. Hal tersebut kemungkinan mangakibatkan
emfisema dan bronkiektatis (manurung, 2008)
C. Etiologi
1. Bronkitis Akut

3
Bronkitis akut timbul karena flu atau infeksi lain pada saluran napas, atau
akibat cedera bahan kimia secara langsung dari polutan udara, seperti asap, sulfur
dioksida dan klorin dan dapat membaik dalam beberap hari atau beberapa pekan.
Penyebab yang paling sering adalah virus seperti virus influenza,
parainfluenza, adenovirus, serta rhinovirus. Bakteri yang sering menjadi penyebab
adalah Mycoplasma pneumoniae, tetapi biasanya bukan merupakan infeksi primer.
Penyakit ini biasanya sembuh dengan sendirinya, namun jika dilatar belakangi oleh
penyakit kronik seperti emfisema, bronkitis kronik, serta bronkiektasis, infeksi bakteri
ini harus mendapat perhatian serius.

2. Bronkitis kronik
Bronkitis kronik merupakan iritasi atau radang menetap pada saluran napas
harus ditangani dengan lebih serius. Sering kali, bronchitis kronis disebabkan karena
rokok. Faktor risiko yang paling penting adalah merokok sigaret.komponen asap
rokok menstimulus perubahan pada sel-sel penghasil mukus bronkus dan silia.
Penyebab lain meliputi pemaparan dalam pekerjaan terhadap iritan seperti debu batu
bara.
D. Klasifikasi Bronkitis
1. Bronkitis Akut
Bronkitis akut merupakan proses radang akut pada mukosa bronkus beserta cabang-
cabangnya yang disertai dengan gejala batuk dengan atau tanpa sputum yang dapat
berlangsung sampai 3 minggu. Tidak dijumpai kelainan radiologi pada bronkitis akut.
Gejala batuk pada bronkitis akut harus dipastikan tidak berasal dari penyakit saluran
pernapasan lainnya. (GonzalesR,sande M,2008)
2. Bronkitis Kronik
Bronkitis kronik dibagi menjadi 3 antara lain:
1. Bronkitis kronis ringan (simple chronic bronchitis) ditandai dengan batuk
berdahak dan keluhan lain yang ringan.
2. Bronkitis kronik mukopurulen (chronic mucupurulen bronchitis) ditandai
dengan batuk berdahak kental,purulen (berwarna kekuningan)
3. Bronkitis kronis dengan penyempitan saluran nafas (chronik bronkitis with
obstruction) ditandai dengan batuk berdahak yang disertai sesak nafas berat
dan duara mengi. Untuk membedakan ketiganya didasarkan pada riwayat
penyakit dan pemeriksaan klinis oleh dokter disertai pemeriksaan penunjang
(jika diperlukan), yakin radiologi (rontgen), faal paru, EKG, analisa gas darah.

4
5
E. WOC (Web of Cautions)
Paparan Iritan Merokok Paparan Debu Paparan Gas Berbahaya

Terhirup dalam waktu lama

Inflamasi pada percabangan tracheobronkial

BRONKITIS

Inflamasi meluas Hipertropi & Hiperplasia kelenjar mukosa

Akumulasi Degranulasi sel mast Merangsang mukosa bronkus


monosit,
makrofag, sel
Th, dan Pelepasan histamin Bronkospasme Jumlah sel goblet ↑
fibroblas

Permeabilitas kapiler ↑ Produksi mukus ↑


Pelepasan
sitokinin
Vaskularisasi ↑ Ketidakefektifan bersihan jalan napas

Merangsang
saraf vagus Oedema

Bronkus menyempit dan tersumbat


Pembentukan
prostaglandin
otak Udara pernapasan tertangkap pada
bagian distal paru

Merangsang
hipotalamus Fase ekspirasi memanjang
meningkatkan
titik patokan
suhu (sel point) Ketidakefektifan pola napas

Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
Menggigil,
meningkatkan
suhu basal
Penurunan oksigenasi darah arteri

Hipertermia Hipoksemia Ketidakefektifan perfusi


jaringan perifer

Metabolisme anaerob

Penumpukan asam laktat

Keletihan otot
6
Intoleransi Aktivitas
F. Manifestasi Klinis
Gejala utama bronkitis adalah timbulnya batuk produktif (berdahak). Dalam keadaan
normal saluran pernapasan kita memproduksi mukus kira-kira beberapa sendok teh setiap
harinya. Apabila saluran pernapasan utama paru (bronkus) meradang, bronkus akan
menghasilkan mukus dalam jumlah yang banyak yang akan memicu timbulnya batuk.
Selain itu karena terjadi penyempitan jalan nafas dapat menimbulkan shortness of breath.
Berikut gejala umum bronchitis lainnya:
Gejala Umum Bronkitis
1. Batuk berdahak (dahaknya bisa berwarna kemerahan)

2. Sesak napas ketika melakukan olahraga atau aktivitas ringan

3. Sering menderita infeksi pernapasan (misalnya: flu)

4. Napas berat

5. Mudah lelah

6. Pembengkakan pergelangan kaki, dan tungkai kiri dan kanan

7. Wajah, telapak tangan atau selaput lendir yang berwarna kemerahan

8. Pipi tampak kemerahan

9. Sakit kepala

Perbedaan Gejala menderita bronkitis akut atau kronis


a. Pada bronkitis akut yaitu :

1. Terasa sakit pada sendi-sendi

2. Lemas seperti saat flu

3. Demam ringan atau demam tinggi

4. Dada terasa tidak nyeri terutama di belakang tulang dada

5. Napas berbunyi: adanya lendir di saluran pernapasan sehingga udara harus


bergesekan dengan lendir

6. Sering diiringi batuk keras dan kering yang hamper terus-menerus

7
7. Terdapat lendir kental/ ludah dalam tenggorokan. Apabila ludah yang
dikeluarkan berwarna kuning ketika batuk, hal tersebut menandakan adanya
infeksi

8. Kulit mungkin menjadi tampak kebiruan karena kekurangan suplai oksigen

Penderita bronchitis akut harus lebih banyak istirahat dan menghindari kelelahan,
serta mengonsumsi makanan yang bergizi, hindarkan debu, dan zat-zat kimia yang
merangsang, hentikan menghisap rokok, dan gunakan antibiotic untuk memberantas
infeksi bacteria.

b. Pada bronkitis kronis yaitu :


1. Ditandai dengan tersumbatnya saluran pernapasan secra kronis. Terjadi secara
lamban dan lama-lama menjadi parah.

2. Napa pendek-pendek dan berbunyi

3. Penurunan stamina.

4. Sering batuk-batuk

5. Keadaan 1 dan 2 akan semakin parah sejalan dengan bertambahnya usia dan
perkembangan penyakit sehingga menyebabkan kesukaran bernapas. Kurangnya
oksigen dalam darah, dan kelainan fungsi paru-paru.

6. Jika semakin parah dapat menyebabkan terjadinya pembengkakan jantung,


kelumpuhan, kegagalan pernapasan yang parah, serta kematian.

Oleh karena itu, untuk mengurangi berlanjutnya penyakit agar tidak menjadi
parah dan sebelum kerusakan paru-paru semakin meluas, perlu menghentikan
merokok dan hal-hal yang mengganggu pernapasan, menghindari cuaca yang
terkena polusi. Menjaga agar ruangan tetap hangat dan tidak pengap/ lembab,
mengonsumsi makanan yang bergizi dengan diet yang seimbang. Istirahat yang
cukup, gunakan antibiotic untuk mengobati infeksi bacteria.

G. Faktor Resiko
Beberapa faktor resiko yang berbeda yang dapat memicu bronchitis adalah sebagai
berikut:
1. Virus

8
2. Bakteri
3. Alergi
4. Iklim
5. Polusi udara
6. Infeksi kronis saluran napas atas terutama sinusitis

H. Komplikasi
 Pneumonia dengan atau tanpa atelektaksis, bronchitis sering mengalami infeksi
berulang biasanya sekunder terhadap infeksi pada saluran nafas bagian atas. Hal
ini sering terjadi pada mereka drainase sputumnya kurang baik.
 Pleuritis.
Komplikasi ini dapat timbul bersama dengan timbulnya pneumonia. Umumnya
pleuritis sicca pada daerah yang terkena.
 Efusi pleura atau empisema
 Abses metastasis diotak, akibat septikemi oleh kuman penyebab infeksi supuratif
pada bronkus. Sering menjadi penyebab kematian.
 Haemaptoe terjadi kerena pecahnya pembuluh darah cabang vena (arteri
pulmonalis), cabang arteri (arteri bronchialis) atau anastomisis pembuluh darah.
Komplikasi haemaptoe hebat dan tidak terkendali merupakan tindakan bedah
gawat darurat.
 Sinusitis merupakan bagian dari komplikasi bronchitis pada saluran nafas.
 Kor pulmonal kronik pada kasus ini bila terjadi anastomisis cabang-cabang arteri
dan vena pulmonalis pada dinding bronkus akan terjadi arterio-venous shunt,
terjadi gangguan oksigenasi darah, timbul sianosis sentral, selanjutnya terjadi
hipoksemia. Pada keadaan lanjut akan terjadi hipertensi pulmonal, kor pulmoner
kronik,. Selanjutnya akan terjadi gagal jantung kanan.
 Kegagalan pernafasan merupakan komplikasi paling akhir pada bronchitis yang
berat dan luas.
 Amiloidosis keadaan ini merupakan perubahan degeneratif, sebagai komplikasi
klasik dan jarang terjadi. Pada pasien yang mengalami komplikasi ini dapat
ditemukan pembesaran hati dan limpa serta proteinurea.
I. Prognosis
Bila tidak ada komplikasi prognosis bronkitis akut pada anak umumnya baik.
Pada bronkitis akut yang berulang dan bila anak merokok (aktif atau pasif) maka dapat

9
terjadi kecenderungan untuk menjadi bronkitis kronik kelak pada usia dewasa
(Ngastiyah; 1997; 37).
J. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Bronkitis kronis dilakukan secara berkesinambungan untuk
mencegah timbulnya penyulit, meliputi:

 Edukasi, yakni memberikan pemahaman kepada penderita untuk mengenali gejala


dan faktor-faktor pencetus kekambuhan Bronkitis kronis.

 Sedapat mungkin menghindari paparan faktor-faktor pencetus.

 Rehabilitasi medik untuk mengoptimalkan fungsi pernapasan dan mencegah


kekambuhan, diantaranya dengan olah raga sesuai usia dan kemampuan, istirahat
dalam jumlah yang cukup, makan makanan bergizi.

 Oksigenasi (terapi oksigen)

 Obat-obat bronkodilator dan mukolitik agar dahak mudah dikeluarkan.

 Antibiotika. Digunakan manakala penderita Bronkitis kronis mengalami


eksaserbasi oleh infeksi kuman ( H. influenzae, S. pneumoniae, M. catarrhalis).
Pemilihan jenis antibiotika (pilihan pertama, kedua dan seterusnya) dilakukan oleh
dokter berdasarkan hasil pemeriksaan.
 Untuk mengurangi demam dan rasa tidak enak badan, kepada penderita dewasa
bisa diberikan aspirin atau asetaminofen; kepada anak-anak sebaiknya hanya
diberikan asetaminofen. Dianjurkan untuk beristirahat dan minum banyak cairan.
Para penderita Bronkitis kronis seyogyanya periksa dan berkonsultasi ke dokter
manakala mengalami keluhan-keluhan batuk berdahak dan lama, sesak napas,
agar segera mendapatkan pengobatan yang tepat.
K. Pemeriksaan Diagnostik
1. Foto thorax : tidak tampak adanya kelainan atau hanya hyperemia
2. Laboratorium : leukosit > 17.500
Pemeriksaan lainnya yang biasa dilakukan
1. Tes fungsi paru
VEP1 (Volume ekspirasi paksa 1 detik) : menurun.

10
KV (kapasitas vital) : menurun (normal 3,1 liter - 4,8 liter)
VR (volume residu) : bertambah (normal 1,1 liter - 1,2 liter)
KTP (kapasitas total paru) : normal (normal 4,2 liter - 6,0 liter)
KRF (kapasitas residu fungsional) : sedikit naik/normal (normal 1,8ltr - 2,2
ltr)
2. Analisa gas darah arteri
Pa O2 : rendah (normal 25 – 100 mmHg)
Pa CO2 : tinggi (normal 36 – 44 mmHg).
Saturasi hemoglobin menurun
Eritropoesis bertambah.
3. Rontgen dada
4. Pemeriksaan laboratorium : sputum

11
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Kasus
Tn. Q berusia 36 tahun, MRS sejak 4 hari yang lalu. Diagnosa masuk : Bronkitis
kronis. TTV , TD 130/90 mmHg, Nadi 123 x/menit, RR 40 x/menit, suhu 399ͦ C. Saat ini,
Tn Q mengeluh sesak napas, napas terasa berat. Tenggorokan sakit, badan terasa nyeri,
batuk produktif, sputum berwarna kuning. Riwayat pasien merokok aktif sejak SMA.
Pasien bekerja di perusahaan pupuk. Pasien belum pernah masuk RS sebelum ini.
B. Pengkajian

Data demografi

Nama : Tn. Q

Usia : 36 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Alamat : Dharmawangsa, Surabaya

Agama : Islam

Pekerjaan : Swasta

Suku bangsa : Jawa

Keluhan Utama : Tn. Q memiliki keluhan utama yaitu sesak nafas

Riwayat kesehatan sekarang : Tn. Q berusia 36 tahun, MRS sejak 4 hari yang lalu.
Diagnosa masuk : Bronkitis kronis. Saat ini, Tn Q mengeluh sesak napas, napas terasa
berat. Tenggorokan sakit, badan terasa nyeri, batuk produktif, sputum berwarna kuning.

Riwayat kesehatan masa lalu :

Tn. Q sebelumnya tidak memiliki penyakit sebelumnya

Riwayat kesehatan keluarga :

Tn. Q tidak memiliki riwayat penyakit tertentu yang diturunkan/ditularkan.

Riwayat Psikososial : Tn. Q seorang perokok aktif sejak SMA. Pasien bekerja di
perusahaan pupuk. Pasien belum pernah masuk RS sebelum ini.

Pemeriksaan Fisik :

B1 (Breath)

12
Terjadi retraksi otot-otot interkostalis, terjadi penggunaan otot bantu pernapasan
(otot-otot abdomen), peningkatan frekuensi pernapasan (takipnea), batuk
produktif, sputum berwarna kuning kental, ada pernapasan cuping hidung, RR 40
x/menit, terdapat bunyi hyperresonansi pada kedua daerah paru, Terdapat
whezzing pada RU dan LU paru, fase ekspirasi memanjang
B2 (Blood)
Suara jantung S1/S2 irama tunggal, nadi = 123x/menit, tekanan darah = 130/90
mmHg, CRT = 4 detik, takikardi, akral dingin, konjungtiva berwarna pucat, ada
tanda-tanda anemis, terdapat sianosis, demam tinggi, suhu 399ͦ C
B3 (Brain)
Kesadaran compos mentis GCS 4-5-6, pupil isokor, sklera berwarna agak merah
karena Tn. Q kurang tidur, dan lingkaran hitam dibawah mata.
B4 (Bladder)
Pola eliminasi urin = 2x/hari, volume output = 800cc/hari, warna urin kuning
pekat, intake 1.600 cc/hari.
B5 (Bowel)
BB sebelum sakit= 64 kg, BB paska sakit = 54 kg. TB Tn. Q = 168 cm, terjadi
penurunan berat badan, turgor kulit buruk,
B6 (Bone)
Terjadi kelemahan otot pada Tn. Q

Pemeriksaan Analisa Gas Darah


Pemeriksaan Hasil Range normal

Ph 6.00 7.35 - 7.45


PCO2 50 mmHg 35-45 mmHg
PO2 75 mmHg 80-100 mmHg
SaO2 83% 95% - 100%
HCO3 20 mEq/L 22-26 mEq/L

13
C. Analisa Data
No Data Analisa Data Diagnosa
1. DS : Merokok Ketidakefektifan
Tn Q mengeluh sesak bersihan jalan napas
Terhirup dalam waktu lama
napas, napas terasa (00031)
Inflamasi pada percabangan
berat, Tenggorokan Domain 11: keamanan/
bronkhial
sakit, sputum perlindungan
Bronkitis
berwarna kuning Kelas 2 : cedera fisik
DO : Hiperplasia & hipertropi
kelenjar mukosa
Terjadi retraksi otot-
otot interkostalis, Merangsang mukosa
bronkus
terjadi penggunaan
otot bantu pernapasan Jumlah sel goblet ↑
(otot-otot abdomen),
Produksi mukus ↑
peningkatan frekuensi
Ketidakefektifan bersihan
pernapasan
jalan nafas
(takipnea), batuk
produktif, sputum
berwarna kuning
kental, ada
pernapasan cuping
hidung, RR 40
x/menit, terdapat
bunyi hyperresonansi
pada kedua daerah
paru, Terdapat
whezzing pada RU
dan LU paru, fase
ekspirasi memanjang.

2. DS : Merokok Ketidakefektifan perfusi


Tidak ada jaringan perifer (00204)
Terhirup dalam waktu lama
DO : Domain 4 : aktifitas /
Inflamasi pada percabangan
Suara jantung S1/S2 istirahat
bronkhial
irama tunggal, nadi = Kelas 6 : respon

14
123x/menit, tekanan Bronkitis kardivaskuler/
darah = 130/90 pulmonal
Bronkospasme
mmHg, CRT = 4
Udara pernafasan tertangkap
detik, takikardi, akral
pada distal paru
dingin, konjungtiva
Ketidakseimbangan
berwarna pucat, ada
ventilasi-perfusi
tanda-tanda anemis,
Penurunan oksigenasi dalam
terdapat sianosis
arteri

Hipoksemia

Ketidakefektifan perfusi
jaringan perifer

3. DS : Merokok Hipertermia (00007)


Tn. Q mengeluh Domain 11 :
Terhirup dalam waktu lama
badanya terasa nyeri keamanan/perlindunga
Inflamasi pada percabangan
DO : n
bronkhial
demam tinggi, suhu Kelas 6 : termoregulasi
Bronkitis
399ͦ C, Terjadi
kelemahan otot pada Inflamasi meluas
Tn. Q, sklera
Degranulasi sel mast
berwarna agak merah
karena Tn. Q kurang Pelepasan histamin

tidur, dan lingkaran Permeabilitas kapiler ↑


hitam dibawah mata.
Akumulasi monosit,
makrofag, sel Th, dan
fibroblas

Pelepasan sitokinin

Merangsang saraf vagus

Pembentukan prostaglandin
otak

Merangsang hipotalamus
meningkatkan titik patokan

15
suhu (sel point)

Menggigil, meningkatkan
suhu basal

Hipertermia

D. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefetifan bersihan jalan napas berhubungan dengan mukus berlebihan,
bronkospasme
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan merokok
3. Hipertermia berhubungan dengan bronkitis

E. Intervensi Keperawatan

16
Diagnosa :

Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas (00031)

Domain 11. Keamanan/Proteksi

Kelas 2. Cedera Fisik

NOC NIC

Dalam waktu 2x24 jam klien dapat Manajemen Jalan Napas (3140)
meningkatkan kualitas kebersihan jalan
1. Melakukan fisioterapi dada pada
nafas denganoutcomes:
klien
Status Pernafasan : Kepatenan Jalan
2. Posisikan pasien untuk
Nafas (0410)
memaksimalkan ventilasi
1. Klien mempunyai frekuensi
3. Menginstruksikan kepada klien
pernafasan yang normal (16-
untuk melakukan batuk efektif
20x/menit)
4. Membantu klien dalam mengatur
2. Klien mempunyai irama pernafasan
asupan cairan
yang normal (Normal = teratur)
Diagnosa : 5. Kelola pemberian bronkodilator,
3. Klien mempunyai kedalaman
sebagaimana mestinya
Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer (00204)
inspirasi yang normal (Inspirasi :
Domain 4 aktifitas / istirahat 6. Kelola pengobatan aerosol
Ekspirasi = 1:2)
Kelas 6 respon kardivaskuler/ pulmonal sebagaimana mestinya
4. Klien mampuNOC mengeluarkan sekret NICpernapasan dan
7. Monitor status
Manajemen Asam Basa (1910)
oksigenasi klien
Pengetahuan:
Perfusi Manajemen
jaringan bronkitis
: perifer (0407) 1. Pertahankan kepatenan jalan
(1861)
1. Pengisian kapiler jari klien CRT < napas
1. Klien 2. Pertahankan
mampu melakukan prosedur Fisioterapi kepatenan akses
Dada (3230)
3 detik
2.postural
Klien menunjukkan
drainase sesuaiakral hangat
dengan yang selang IV
1. Menggunakan bantal untuk
3. Klien menunjukkan denyut nadi 3. Monitor pH arteri, PaCO2, dan
dianjurkan dengan baik dan benar menopang posisi klien
dalam batas normal HCO3
2. 4.Klien mampu mempertahankan
Klien menunjukkan tidak adanya 4. Melakukan
2. Monitor gas darah arteri (ABGs)
fisioterapi dada
intake 5. Monitor pola pernapasan
nyericairan secara adekuat
dan kelemahan otot
6. minimal
Monitor 2konsumsi
jam setelah makan
oksigen
5. Klien menunjukkan tidak adanya
7. Menginstruksikan
3. Monitor output dan kepada
input klien
Keparahan Infeksi (0703)
sianosis 8. Berikan terapi oksigen
1. 6.Klien
Klientidak
menunjukkan tekanansputum
menunjukkan darah 9. untuk mengeluarkan
Berikan pengobatan napas
nyeri dengan
dalam batas normal yaitu 120/80 dengan
tepat teknik napas dalam
yang purulen
10.Monitor kehilangan asam
mmHg
2. Klien menunjukkan suhu tubuh yang
Kontrol Infeksi muntah,
(misalnya (6540) diare,
stabil (Normal = 36oC – 37oC) 1. Mendorong klien untuk
melakukan batuk efektif dan
17
bernafas dalam dengan tepat
diuresis)

Manajemen Elektrolit/Cairan
(2080)
1. Pantau kadar serum elektrolit
yang abnormal
2. Berikan cairan yang sesuai
3. Tingkatkan intake/cairan per oral
4. Monitor tanda-tanda vital

Manajemen Nutrisi (1100)


1. Tentukan status gizi pasien dan
kemampuan pasien untuk
memenuhi kebutuhan gizi
2. Tentukan jumlah kalori dan jenis
nutrisi yang dibutuhkan untuk
memenuhi persyaratan gizi
3. Atur diet yang diperlukan

Manajemen Nyeri (1400)


1. Lakukan pengkajian
komperehensif meliputi lokasi,
karakteristik, onset, kualitas,
intensitas nyeri dan faktor
pencetus
2. Pastikan perawatan analgesik
bagi pasien dilakukan dengan
pemantauan ketat
3. Ajarkan teknik nofarmakologi
untuk mengurangi nyeri
(misalnya hypnosis, relaksasi,
biofeedback)
4. Dorong pasien untuk memonitor
nyeri dan menangani nyeri
dengan tepat
5. Dukung istirahat/tidur yang
adekuat untuk membantu

18
penurunan nyeri.

Diagnosa :

Hipertermia(00006)

Domain 11. Safety/Perlindungan

Kelas 6. Termoregulasi

NOC NIC

Dalam waktu 2x24 jam klien dapat Perawatan Demam (3740)


mengatasi hipertermia dengan outcomes: 1. Memandikan klien dengan spons

Termoregulasi (0800) hangat dengan berhati-hati

1. Klien menunjukkan penurunan suhu 2. Memasangkan selimut hangat

kulit (36o – 37oC) atau memberikan pakaian ringan


kepada klien

Kontrol Risiko : Hipertermia (0802)

1. Klien dapat mengidentifikasi tanda Pengaturan Suhu (3900)

dan gejala hipertermia 1. Memberikan medikasi yang tepat


2. Klien dapat mengidentifikasi faktor untuk mencegah dan mengontrol
risiko hipertermia menggigil
3. Klien dapat melakukan tindakan 2. Memberikan pengobatan
mandiri untuk mengontrol suhu antipiretik
tubuh 3. Menyesuaikan suhu lingkungan
4. Klien dapat menghindari aktivitas untuk kebutuhan klien
yang berlebihan untuk menghindari 4. Memberikan Jumlah cairan yang
hipertermia sesuai dengan kebutuhan tubuh.
Evaluasi

Diagnosa Evaluasi
Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas S = klien mengatakan dapat bernafas dengan
(00031)
lega, klien juga mengatakan dapat
mengeluarkan sekret dengan mudah
O = klien mengatakan frekuensi pernafasan
yang normal (16-20x/menit), irama
pernafasan yang normal

19
A = masalah teratasi
P = intervensi dihentikan
Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer S = klien mengatakan nyeri dada mulai
(00204) berkurang atau menghilang
O = klien menunjukkan CRT < 3 detik, akral
hangat, tidak adanya sianosis, TD = 120/80
mmHg, denyut nadi normal
A = masalah teratasi
P = intervensi dihentikan
Hipertermia(00006) S = klien mengatakan tubuh mulai kembali
normal/ tidak panas kembali
O = klien menunjukkan penurunan suhu
tubuh (36o – 37oC), tidak mengalami
kelemahan otot.
A = masalah teratasi
P = intervensi dihentikan

BAB 4

PENUTUP

A. Kesimpulan
Bronkitis adalah suatu penyakit yang terjadi karena adanya peradangan pada
bronkus, gejala yang biasanya timbul batuk yang utama dan dominan, dan biasanya
penyakit ini disebabkan oleh Bakteri, Virus maupun menghirup zat iritan. Bronkitis
dapat bersifat akut dan kronik.
Gejala utama bronchitis kronis adalah timbulnya batuk produktif (berdahak),
Dyspnea (sesak napas), nyeri otot, hidung tersumbat. Dalam keadaan normal saluran

20
pernapasan kita memproduksi mukus kira-kira beberapa sendok teh setiap harinya.
Apabila saluran pernapasan utama paru (bronkus) meradang, bronkus akan
menghasilkan mukus dalam jumlah yang banyak yang akan memicu timbulnya batuk.
Seseorang didiagnosis bronkitis kronik ketika mengalami batuk berdahak
selama paling sedikit tiga bulan selama dua tahun berturut-turut. Pada bronkitis kronik
mungkin saja seorang penderita mengalami bronkitis akut diantara episode kroniknya,
dan batuk mungkin saja hilang namun akan muncul kembali.
Untuk menghindari terjadinya bronchitis kronis dapat mencegah melalui
faktor berikut seperti virus, bakteri, polutan udara, dan kebersihan saluran pernapasan
jangan sampai penumpukan lendir yang meningkat. Asuhan keperawatan bronchitis
bertujuan agar hasil yang di berikan kepada klien bisa terpenuhi pada jalan napas
klien, pola napas kembali efektif dan pertukaran gas adekuat.

21
Daftar Pustaka

Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan.
Jakarta: Salemba Medika.
Potter&Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik.
Jakarta: EGC
Manurung, Santa dkk. 2008. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika

Bulechek, G.M. dkk. (2013). Nursing Interventions Classification (NIC), sixth edition.
USA: ELSEVIER.

Bulechek, G.M. dkk. (2013). Nursing Outcomes Classification (NOC), sixth edition. USA:
ELSEVIER.

Herdman, T.H & Kamitsuru, S. (2015). NANDA International Nursing Diagnoses:


Definitions and Classification, 2015-2017. Oxford: Wiley Blackwell.

22

You might also like