You are on page 1of 20

TUGAS MATA KULIAH EKSPLORASI KELISTRIKAN

BUMI

JUDUL LAPORAN
LAPORAN PENGOLAHAN DATA GEOLISTRIK METODE RESISTIVITAS
KONFIGURASI WENNER DAN SCHLUMBERGER MENGGUNAKAN SOFTWARE
RES2DINV, IPI2WIN, DAN PROGRESS

Diusulkan oleh :
Irda Mulya Rozika 01111540000095

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER


SURABAYA
2018
A. TINJAUAN PUSTAKA
1. Sifat Kelistrikan Batuan
Batuan merupakan suatu jenis materi, sehingga batuan mempunyai sifat-sifat kelistrikan.
Sifat listrik batuan adalah karakteristik batuan jika dialirkan arus listrik ke dalamnya. Arus
listrik ini dapat berasal dari alam itu sendiri akibat adanya ketidakseimbangan atau arus listrik
yang sengaja diinjeksikan ke dalam lapisan.
1.1. Titik di Permukaan Bumi
Permukaan yang dialiri arus I adalah luas setengah bola = 2r2 (gambar 1), sehingga
I V
V (r )  dimana   2r
2r I
power
c2
C1

Uniform
resistivity

Current flow

equipotensial

Gambar 1. Titik sumber arus pada permukaan media yang homogen.


1.2. Dua Titik Arus Yang Berlawanan di Permukaan Bumi
Arus yang diinjeksikan melalui dua elektroda sebagai sumber di permukaan bumi yang
merupakan perluasan dari model satu elektroda. Ilustrasi garis ekuipotensial yang terjadi akibat
injeksi arus ditunjukkan dalam gambar 2.

Gambar 2. Garis kerja ekuipotensial akibat dua sumber di permukaan bumi.


Beda potensial yang terjadi antara MN yang disebabkan oleh injeksi arus pada AB adalah:
V  VM  VN
I  1 1   1 1 
V      
2  AM BM   AN BN 

1
 1 1   1 1  V
  2      V  K
 AM BM   AN BN  I
1
 1 1   1 1 
K  2     
 AM BM   AN BN 
dimana K merupakan faktor koreksi geometri dari konfigurasi elektrode potensial dan elektroda
arus.
2. Konsep Tahanan Jenis Semu
Jika diasumsikan bumi bersifat homogen isotropis, maka tahanan jenis yang terukur
merupakan tahanan jenis yang sebenarnya dan tidak tergantung spasi elektrodanya. Pada
kenyataaanya, bumi terdiri atas lapisan-lapisan dengan tahanan jenis yang berbeda-beda sehingga
potensial yang terukur merupakan pengaruh dari lapisan-lapisan tersebut dan tidak hanya dari satu
lapisan, terutama untuk spasi elektroda yang lebar.

1 h1
a
ha
2 h2

3 3

Gambar 3. Konsep Tahanan Jenis Semu


3. Konfigurasi Pengukuran Metode Tahanan Jenis
3.1. Konfigurasi Wenner
Konfigurasi Wenner bertujuan mencatat perbedaan potensial antara dua elektroda pengukur
yang berjarak a m (gambar 4).
I

ΔV

A a M a N a B
Gambar 4. Konfigurasi Wenner.
Pada konfigurasi Wenner, elektroda arus dan potensial diletakkan seperti pada gambar 4. Dalam
hal ini, baik elektroda arus maupun elektroda potensial diletakkan secara simetris terhadap titik
sounding. Jarak antar elektroda arus adalah tiga kali jarak antar elektroda potensial. Jadi, jika jarak
masing-masing potensial terhadap titik sounding adalah a/2, maka jarak masing-masing arus
terhadap titik sounding adalah 3a/2. Perlu diingat bahwa keempat elektroda dengan titik sounding
harus membentuk satu garis. Pada metode mapping ini jarak spasi elektroda tersebut tidak
berubah-ubah untuk setiap titik sounding yang diamati (besarnya a tetap).
3.2. Konfigurasi Schlumberger
Konfigurasi Schlumberger bertujuan mencatat gradien potensial atau intensitas medan
listrik dengan menggunakan pasangan elektroda pengukur yang berjarak rapat (gambar 5).
Tidak seperti halnya pada konfigurasi Wenner, pada konfigurasi Schlumberger jarak
elektroda potensial relatif jarang diubah-ubah meskipun jarak elektroda arus selalu diubah-ubah.
Hanya harus diingat bahwa jarak antar elektroda arus harus jauh lebih besar dibanding jarak antar
elektroda potensial selama melakukan perubahan spasi elektroda. Misalnya untuk kasus aturan
elektroda Schlumberger jarak r harus lebih besar dari pada b/2, optimumnya adalah r > 5b/2. Dalam
hal ini, selama pembesaran jarak elektroda arus, jarak elektroda potensial tidak perlu diubah.
Hanya jika jarak elektroda arus relatif sudah cukup besar maka jarak elektroda potensial perlu
diubah.
I

ΔV

A M b N B
a a
Gambar 5. Konfigurasi Schlumberger.
Elektroda pengukur (M dan N) diam pada titik tengah antara elektroda arus (A dan B), dan kedua
elektroda arus digerakkan secara simetris keluar (menjauhi elektroda pengukur) dengan spasi
pengukuran tertentu. Sebagai contoh : pada awal pengukuran diambil jarak MN adalah l m,
pembacaan dilakukan untuk setiap perpindahan AB dengan spasi pengukuran 10, 20, 30, 40, 70,
100, … m. Apabila tegangan yang tercatat pada elektroda pengukur terlalu kecil, maka jarak
elektroda MN diperbesar menjadi 3 m dan pengukuran dilakukan kembali.
Dipandang dari sudut pelaksanaan, metode Schlumberger lebih mudah dilakukan. Pada
metode ini, hanya elektroda arus saja yang dipindahkan, sedangkan elektroda pengukur tetap.
Deppermann telah menunjukkan secara teoritis bahwa metode Wenner lebih dipengaruhi oleh
ketidakhomogenan secara lateral lapisan dekat permukaan karena soil weathering, daripada
metode Schlumberger. Sehingga pengukuran dengan metode Schlumberger menunjukkan kurva
yang regular.

B. METODE PERCOBAAN
Dalam melakukan pengolahan data resistivitas pada laporan kali ini digunakan tiga software,
yaitu Res2Dinv, Ipi2Win, dan Progress. Ketiga software ini memiliki kegunaan yang berbeda.
Untuk software Res2Dinv digunakan untuk mengetahui topografi 2-dimensi suatu lapisan tanah
yang diukur dengan metode pengukuran mapping sehingga didapat bentuk data yang lateral dan
tidak terlalu dalam. Sedangkan untuk software Ipi2Win dan Progress digunakan untuk mengolah
data yang didapat menggunakan metode vertical sounding dan didapatkan data 1-dimensi suatu
lapisan tanah yang arahnya menuju kedalaman tanah bukan lateral. Sehingga dapat disimpulkan
dalam mengolah data resistivitas dari konfigurasi wenner digunakan software Res2Dinv dan dalam
mengolah data resistivitas dari konfigurasi schlumberger digunakan software Ipi2Win dan
Progress. Untuk data resistivitas konfigurasi schlumberger, hasil pengolahan data dari kedua
software lalu dibandingkan.
Dalam menggunakan software Res2Dinv, pertama-tama memasukkan data input yang berisi
data jenis konfigurasi, datum point, spasi elektroda, dan nilai ρ (resistivitas) yang telah dikoreksi
dengan faktor geometri. Dalam pegolahan data pada laporan kali ini, digunakan metode inversi
least square dengan beberapa kali iterasi sampai didapat error data yang cukup kecil. Bila nilai
error yang didapatkan belum cukup kecil, kita dapat melakukan penghapusan data yang dirasa
kurang bagus sehingga error yang didapatkan bisa semakin mengecil Kemudian didapatkanlah
data topografi lapisan tanah daerah pengukuran.
Dalam menggunakan software Ipi2Win, pertama-tama dimasukkan data-data berupa data nilai
AB/2 (spasi elektroda terluar dengan titik tengah), nilai MN (spasi elektroda potensial), dan nilai
ρ (resistivitas) yang telah dikoreksi dengan faktor geometri. Bila dari data-data yang dimasukkan
ternyata terdapat data-data yang menyebabkan regresi linear yang dihasilkan menjadi kurang
bagus, kita dapat menghapus data-data tersebut. Setelah data-data diatas telah dimasukkan, dapat
dilanjutkan ke proses berikutnya dimana kita menentukan kedalam suatu lapisan dan besar
resistivitas lapisan tersebut sampai didapatkan nilai error data yang cukup kecil. Lalu dapat kita
lanjutkan dengan melakukan inversi sampai beberapa kali iterasi dan didapatkan data berupa
penampang lapisan-lapisan tanah beserta besar resistivitasnya. Setelah kita dapatkan data-data
untuk tiap line, kita bisa melanjutkan processing data untuk mendapatkan nilai resistivitas daerah
pengukuran dalam bentuk penampang 2-dimensi dengan cara menggabungkan data-data yang
didapatkan pada tiap line menggunakan software yang sama.
Metode penggunaan software progress hampir sama dengan metode penggunaan software
Ipi2win, yang membedakan adalah input data berupa nilai spasi elektroda dan nilai resistivitas.

C. HASIL PERCOBAAN
Dari pengolahan data yang telah dilakukan, didapatkan data sebagai berikut:
1. Hasil pengolahan data resistivitas konfigurasi wenner menggunakan software
Res2Dinv

Gambar 6. Pengolahan data line 1 dengan nilai error 4%


Gambar 7. Pengolahan data line 2 dengan nilai error 4.9%

Gambar 8. Pengolahan data line 3 dengan nilai error 3.8%


Gambar 9. Pengolahan data line 4 dengan nilai error 4.9%

Gambar 10. Pengolahan data line 5 dengan nilai error 2.2%


2. Hasil pengolahan data resistivitas konfigurasi schlumberger menggunakan software
Ipi2Winx

Gambar 11. Pengolahan data line 1 dengan nilai error 4.4%

Gambar 12. Pengolahan data line 2 dengan nilai error 2.8%


Gambar 13. Pengolahan data line 3 dengan nilai error 4.9%

Gambar 14. Pengolahan data line 4 dengan nilai error 2.7%


Gambar 15. Pengolahan data line 5 dengan nilai error 2.6%

Gambar 16. Pengolahan data line 6 dengan nilai error 2.4%


Gambar 17. Pengolahan data line 7 dengan nilai error 3.4%

Gambar 18. Pengolahan data line 8 dengan nilai error 4.2%


3. Hasil pengolahan data resistivitas konfigurasi schlumberger menggunakan software
Progress
Gambar 19. Pengolahan data line 1 dengan nilai error 8.6%
Gambar 20. Pengolahan data line 2 dengan nilai error 7.3%
Gambar 21. Pengolahan data line 3 dengan nilai error 3.7%
Gambar 22. Pengolahan data line 4 dengan nilai error 2.5%
Gambar 23. Pengolahan data line 5 dengan nilai error 2.6%
Gambar 24. Pengolahan data line 6 dengan nilai error 2.5%
Gambar 25. Pengolahan data line 7 dengan nilai error 3.7%
Gambar 26. Pengolahan data line 8 dengan nilai error 4.1%
4. Hasil korelasi data resistivitas konfigurasi schlumberger menggunakan software
IPI2win

Gambar 27. Pseudo Cross-section hasil korelasi data

Gambar 28. Resistivity Cross-section hasil korelasi data

D. KESIMPULAN
Dari pengolahan data yang telah dilakukan, dapat kita ketahui beberapa hal, yaitu:
1. Software Res2Dinv digunakan ketika kita ingin mengetahui topografi lateral 2-dimensi
lapisan tanah pada suatu daerah pengukuran yang diukur dengan metode mapping.
2. Dari pengolahan data resistivitas konfigurasi wenner menggunakan software Res2Dinv,
didapatkan nilai error pada line 1 sebesar 4%, line 2 sebesar 4.9%, line 3 sebesar 3.8%,
line 4 sebesar 4.9%, dan line 5 sebesar 2.2%.
3. Software Ipi2Win dan Progress digunakan ketika kita ingin mengetahui besar resistivitas
tiap lapisan-lapisan tanah pada suatu daerah pengukuran yang diukur dengan metode
vertical sounding dalam 1-dimensi.
4. Dari pengolahan data resistivitas konfigurasi schlumberger menggunakan software
Ipi2Win, didapatkan nilai error pada line 1 sebesar 4.4%, line 2 sebesar 2.8%, line 3
sebesar 4.9%, line 4 sebesar 2.7%, line 5 sebesar 2.6%, line 6 sebesar 2.4%, line 7
sebesar 3.4%, dan line 8 sebesar 4.2%.
5. Dari pengolahan data resistivitas konfigurasi schlumberger menggunakan software
Progress, didapatkan nilai error pada line 1 sebesar 8.6%, line 2 sebesar 7.3%, line 3
sebesar 3.7%, line 4 sebesar 2.5%, line 5 sebesar 2.6%, line 6 sebesar 2.5%, line 7
sebesar 3.7%, dan line 8 sebesar 4.1%.
6. Dengan membandingkan hasil pengolahan data yang dilakukan menggunakan software
Ipi2Win dan Progress, dapat disimpulkan bahwa pengolahan data menggunakan software
Ipi2Win menghasilkan error yang lebih kecil daripada menggunakan software Progress.
7. Software IPI2win dapat digunakan untuk mengkorelasikan data-data pengukuran vertical
electrical sounding dari suatu daerah pengukuran sehingga didapatkan penampang nilai
resistivitas daerah tersebut dalam bentuk 2 dimensi.

You might also like