You are on page 1of 8

PELATIHAN KADER POSYANDU DALAM DETEKSI

PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI


Nur Hayati, Muthmainnah, Arumi Savitri Fatimaningrum
PAUD FIP Universitas Negeri Yogyakarta
nurhayati@uny.ac.id, diwan_nafil@yahoo.co.id, arumi.fatimaningrum@yahoo.com

Abstrak
Upaya pemantauan tumbuh kembang anak usia dini secara pokok merupakan tugas keluarga
dan dibantu oleh kader Posyandu melalui kegiatan Posyandu. Program Posyandu dilakukan di setiap
desa oleh kader yang telah diberi pengetahuan dan pelatihan oleh para petugas kesehatan untuk
memasyarakatkan pengetahuan tentang kesehatan, terutama pertumbuhan dan perkembangan anak
pada para orang tua. Umumnya kegiatan Posyandu meliputi kegiatan penimbangan balita dan
pemberian nutrisi, sehingga sebagai sasaran utama Posyandu lebih tertuju pada tahap pertumbuhan
fisik saja. Oleh karena itu, perlu adanya pemberian pengetahuan pada kader Posyandu tentang deteksi
dini perkembangan anak, sehingga tindakan preventif dapat dilakukan untuk mengatasi adanya
gangguan perkembangan pada balita. Pada program pelatihan peran kader Posyandu ini dapat
terlaksana dengan melibatkan 80% kader Posyandu di kecamatan Pleret Bantul yang diikuti oleh 23
orang pada hari pertama dan 30 orang pada hari kedua. Kegiatan ini dilakukan dengan ceramah,
diskusi, dan tanya jawab. Kegiatan pelatihan dilaksanakan selama dua hari Jumat 28 Juni 2013 dan 29
Juni 2013. Kegiatan ini terbagi ke dalam 4 (empat) sesi. Kegiatan Pelatihan Peran Kader Posyandu
dalam Deteksi Perkembangan Anak Usia Dini ini mampu memberikan beberapa alternatif
penyelesaian masalah yang terjadi ketika kegiatan Posyandu berlangsung di wilayah Kecamatan
Pleret Bantul.

Kata Kunci: pelatihan, kader Posyandu, deteksi perkembangan, anak

Abstract
The efforts to observe the early child’s growth and development were the main duty of family
and helped by the Posyandu. Posyandu held on each village by the officer or cadre that already given
the knowledge and training to socialized health knowledge for the parents, especially about child’s
growth and development. The common activities on Posyandu were weight scaling and nutrition
supplementation, that’s why Posyandu usually focused on physical growth. Thereby, there were some
needs to give more knowledge about early detection of child’s development, so that prevention action
could be given to solve the obstacles of development. This training followed by 23 participants on the
first meeting and 30 participants on the second meeting. The training methods were speech,
discussion, and debriefing. The training activity held twice on 28-29 June 2013. This activity divided
into four sessions. This activity could give some alternatives to solve the problems that occurred on
some Posyandu at Kecamatan Pleret Bantul.
Keywords: training, Posyandu cadre, growth detection, child

PENDAHULUAN dengan anggota keluarga. anak belajar


Upaya pemantauan tumbuh kembang tentang lingkungan terdekatnya dimulai
anak usia dini secara pokok merupakan dari mengamati perilaku anggota keluarga.
tugas keluarga. Hal ini karena keluarga Namun, tidak semua keluarga dapat
merupakan lingkungan terdekat dengan melaksanakan tugas pemantauan tumbuh
anak yang mengetahui dengan pasti kembang anak secara optimal. Kesibukan,
perjalanan tumbuh kembang anak. kurangnya pengetahuan, dan keadaan
Keluarga juga merupakan lingkungan ekonomi-sosial keluarga dapat menjadi
tempat anak menghabiskan waktu. Sejak faktor yang tidak mendukung upaya
anak dilahirkan pertama kali bersentuhan pemantauan tumbuh kembang anak usia

651
Jurnal Pendidikan Anak, Volume IV, Edisi 2, Desember 2015

dini. Oleh karena itu, selama ini 1. Kegiatan Posyandu yang dilaksanakan
pemantauan pertumbuhan dan selama ini masih monoton pada
perkembangan anak dikoordinasi melalui pemantauan pertumbuhan anak.
peran masyarakat melalui program 2. Kegiatan Posyandu yang dilaksanakan
Posyandu. selama ini tidak memperhatikan
Program Posyandu dilakukan di perkembangan psikologis anak.
setiap desa oleh kader yang telah diberi
pengetahuan dan pelatihan oleh para Perumusan Masalah
petugas kesehatan. Tujuan penggunaan Perumusan masalah dalam kegiatan ini
kader sebagai pelaksana Posyandu adalah adalah:
untuk memasyarakatkan pengetahuan 1. Bagaimana meningkatkan pengetahuan
tentang kesehatan, terutama pertumbuhan kader Posyandu mengenai tumbuh
dan perkembangan anak. Umumnya kembang anak usia dini?.
kegiatan Posyandu meliputi kegiatan 2. Bagaimana meningkatkan pengetahuan
penimbangan balita dan pemberian nutrisi, dan keterampilan kader Posyandu
sehingga sebagai sasaran utama Posyandu dalam stimulasi tumbuh kembang anak
lebih tertuju pada tahap pertumbuhan fisik usia dini ?.
saja. Deteksi dini untuk mengetahui 3. Bagaimana meningkatkan pengetahuan
hambatan perkembangan anak juga belum dan keterampilan kader Posyandu
diberikan, sehingga tindakan preventif dalam deteksi dini terhadap hambatan
untuk mengatasi adanya gangguan tumbuh kembang anak usia dini ? .
perkembangan pada balita belum
dilakukan. Di sisi lain, perkembangan Anak Usia Dini
psikis anak juga masih kurang Usia dini berawal dari akhir masa
diperhatikan, misalnya cara orang tua bayi (2 tahun) sampai usia 5 atau 6 tahun
memberikan penguatan pada anak, pola (Santrock, 2007). Pada usia ini, anak
asuh terhadap anak dan sebagainya. mengalami pertumbuhan dan
Padahal aspek fisik dan psikis saling perkembangan yang mempersiapkan
mempengaruhi dalam proses tumbuh mereka pada usia akademik atau usia
kembang anak. Terganggunya salah satu sekolah. Mereka mengembangkan
faktor akan mempengaruhi faktor lainnya. kemandirian, bermain dengan teman,
Selain itu, pemberian pengetahuan pada mengenal huruf, dan mengalami
orang tua tentang cara menstimulasi pertumbuhan motorik halus dan kasar.
perkembangan anak juga belum diberikan Oleh karena itu, usia dini disebut juga
di Posyandu. Padahal sebagian orang tua ‘preschool years’.
belum mampu memberikan stimulasi pada Seluruh aspek pada diri anak
anak. Orang tua beranggapan “yang berkembang pada usia dini. Aspek-aspek
penting anak diam dan tidak rewel”. Tanpa tersebut adalah:
adanya stimulasi yang tepat, dapat 1. Perkembangan Kognitif
menghambat proses tumbuh kembang Jean Piaget, seorang pakar
anak. Oleh karena itu untuk psikologi yang terkenal dengan teori
mengoptimalkan pemantauan perkembangan kognitifnya, menyebut
perkembangan anak perlu diadakan usia dini dengan tahap pra-operasional
pelatihan bagi para kader Posyandu dalam (pre-operational stage). Karakteristik
deteksi tumbuh kembang anak usia dini. dari tahap pra-operasional oleh
Papalia, dkk. (2002) disimpulkan
Identifikasi Masalah terdiri dari dua wilayah karakteristik,
Identifikasi masalah dalam kegiatan ini yaitu kelebihan dan kekurangan.
adalah: Kelebihan pada tahap berpikir pra-

652
Jurnal Pendidikan Anak, Volume IV, Edisi 2, Desember 2015

operasional meliputi berkembangnya: beberapa emosi yang berhubungan


a) fungsi simbolik yang diiringi oleh langsung dengan diri sendiri seperti malu
tumbuhnya pemahaman terhadap dan bangga. Selain itu, anak usia dini
ruang, kausalitas, identitas, menemui kesulitan untuk mendamaikan
kategorisasi dan angka; b) beberapa emosi yang berlawanan, seperti
Pemahaman terhadap identitas, yakni merasa bahagia mendapatkan sepeda baru,
anak dapat memahami bahwa tetapi merasa kecewa karena warnanya
penggantian penampakan sesuatu tidak sesuai yang diinginkan (Kestenbaum
tidak mengubah hakikat benda & Gelman dalam Papalia, dkk., 2002).
tersebut yang sesungguhnya.; c) Menurut Papalia, dkk. (2002), emosi-
Pemahaman terhadap sebab dan emosi yang langsung berhubungan dengan
akibat: anak mengerti bahwa setiap diri sendiri seperti malu dan bangga,
kejadian memiliki penyebab; d) berkembang selama tahun ketiga, setelah
Kemampuan untuk membuat anak memiliki kesadaran diri (self-
klasifikasi: anak mampu mengatur awareness). Emosi-emosi ini tergantung
objek, orang, dan kejadian ke dalam pada penanaman standar perilaku oleh
kategorisasi yang berarti; e) orangtua.
Pemahaman terhadap angka: anak Penelitian yang dilakukan oleh
mampu berhitung dan berhubungan Harter (dalam Papalia, dkk., 2002)
dengan kuantitas; f) Empati: anak menemukan bahwa perkembangan emosi
menjadi lebih mampu untuk pada anak-anak terjadi secara bertahap.
membayangkan bagaimana Penelitian tersebut melibatkan anak yang
kemungkinan perasaan orang lain dan; berusia antara 4 sampai 8 tahun, anak-anak
g) Teori Akal: anak menjadi lebih tersebut dibacakan dua buah cerita. Cerita
sadar terhadap aktivitas mental dan pertama, seorang anak mengambil
fungsi pikiran. beberapa uang receh dari kotak setelah
Adapun kekurangan pada tahap diberitahu ia tidak boleh mengambil uang
pra-operasional meliputi perhatiannya receh tersebut. Cerita kedua, seorang anak
yang terpusat, irreversibilitas atau menampilkan sebuah atraksi senam yang
kegagalan memahami fakta yang sulit, yaitu salto di atas sebuah papan.
berkebalikan, fokus pada keadaan Masing-masing cerita ditampilkan dengan
yang tetap daripada perubahan bentuk, dua versi, salah satunya orangtua melihat
penalaran transduktif atau melompat aksi anak tersebut dan versi lain tidak ada
dari satu fakta ke fakta lain, seorang pun yang melihat perilaku anak
egosentrisme, animisme, dan tersebut. Anak-anak dalam penelitian
ketidakmampuan untuk membedakan tersebut diminta menyatakan bagaimana
penampakan dengan kenyataan. perasaannya dan perasaan orangtua pada
2. Perkembangan Emosi masing-masing keadaan tersebut.
Anak usia dini mulai belajar untuk Anak usia 4-5 tahun tidak
mengenali emosinya. Saarni, dkk. (seperti menyatakan apakah dirinya atau orangtua
dikutip oleh Papalia, dkk., 2002) merasa bangga atau malu. Mereka justru
menyatakan bahwa anak usia dini dapat menggunakan istilah seperti “cemas” atau
membicarakan perasaan mereka dan dapat “takut” (pada insiden anak mengambil
melihat perasaan orang lain. Anak usia koin) dan “menyenangkan” atau “bahagia”
dini dapat memahami bahwa emosi-emosi ( pada atraksi senam). Anak usia 5-6 tahun
tersebut berhubungan dengan pengalaman- menyatakan bahwa orangtua mereka akan
pengalaman dan keinginan-keinginan. merasa malu atau bangga, tetapi anak-anak
Namun demikian, mereka masih belum tidak mengetahui apakah mereka sendiri
dapat memahami secara utuh terhadap merasakan emosi tersebut. Anak usia 6-7

653
Jurnal Pendidikan Anak, Volume IV, Edisi 2, Desember 2015

tahun menyatakan bahwa mereka akan bersama dibawah koordinasi mata


merasa bangga atau malu, hanya jika (Santrock, 1999).
mereka diamati. Anak usia 7-8 tahun
memahami bahwa ada atau tidak orang Deteksi Perkembangan Anak Usia Dini
lain yang mengamati mereka, mereka akan Deteksi perkembangan anak usia
merasa malu atau bangga. dini atau deteksi dini merupakan upaya
3. Perkembangan Psikososial penjaringan yang dilaksanakan secara
Menurut Erik H. Erikson, tahap komprehensif untuk menemukan
psikososial yang terjadi pada anak usia penyimpangan tumbuh kembang dan
dini karakteristiknya adalah inisiatif lawan mengetahui serta mengenal faktor resiko
perasaan bersalah. Pada usia dini, inisiatif (fisik, biomedik, psikososial) pada balita,
anak berkembang pesat, banyak hal yang yang disebut juga anak usia dini (Tim
anak-anak ingin lakukan. Tetapi orangtua Dirjen Pembinaan Kesmas, 1997).
dan orang dewasa lainnya menyatakan Kegunaan deteksi dini adalah untuk
bahwa anak-anak tidak dapat melakukan mengetahui penyimpangan tumbuh
segala sesuatu yang mereka inginkan. Pada kembang anak secara dini, sehingga upaya
kondisi seperti inilah, menurut Erikson, pencegahan, upaya stimulasi, dan upaya
muncul krisis antara inisiatif lawan penyembuhan serta pemulihan dapat
perasaan bersalah, yaitu pada satu sisi ada diberikan dengan indikasi yang jelas sedini
hal-hal yang ingin dilakukan, tetapi pada mungkin pada masa-masa kritis proses
sisi lain terdapat larangan dari orang tumbuh kembang. Upaya-upaya tersebut
dewasa di sekitar anak-anak (Steinberg, diberikan sesuai dengan umur
dkk., 1991). perkembangan anak, dengan demikian
4. Perkembangan Motorik dapat tercapai kondisi tumbuh kembang
Perkembangan motorik kasar anak yang optimal ((Tim Dirjen Pembinaan
usia dini sangat pesat. Mereka senang Kesmas, 1999).
menjelajah sejalan dengan perkembangan Alat untuk deteksi dini berupa tes
motoriknya yang semakin baik. Anak-anak skrining yang telah distandardisasi untuk
usia dini sangat aktif, lebih aktif dibanding menjaring anak yang mempunyai kelainan
tahap-tahap perkembangan lainnya dari mereka yang normal ((Tim Dirjen
(Santrock, 1999). Adapun motorik halus Pembinaan Kesmas, 1997). Tes skrining
juga berkembang secara substantif pada yang peka, dapat meramalkan keadaan
tahap usia dini. Anak usia 3 tahun telah anak dikemudian hari. Oleh sebab itu
dapat memegang benda-benda ramping diperlukan kepekaan dari petugas yang
diantara ibu jari dan telunjuknya, tetapi melakukan deteksi dini, dalam hal ini
mereka masih kikuk. Ketika anak usia 3 kader Posyandu. Menurut Pedoman
tahun bermain puzzle sederhana, mereka Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita
akan menempatkan kepingan-kepingan (Tim Dirjen Pembinaan Kesmas, 1997)
puzzle secara kasar. Anak usia 4 tahun macam-macam tes skrining yang
mengalami perkembangan motorik halus digunakan adalah: pengukuran Berat
secara substantif lebih meningkat. Badan menurut Umur (BB/ U);
Misalnya anak mengalami kesulitan untuk Pengukuran Lingkaran Kepala Anak
membangun balok-balok menjadi sebuah (PLKA); Kuesioner Pra Skrining
menara, mereka mungkin mengalami Perkembangan (KPSP) yang ditujukan
kesulitan karena ingin membuatnya secara pada orangtua; Kuesioner Perilaku Anak
sempurna dan merasa putus asa. Anak usia Prasekolah (KPAP); Tes Daya Lihat
5 tahun memiliki perkembangan motorik (TDL); dan Tes Kesehatan Mata (TKM)
halus yang lebih meningkat. Tangan, bagi Anak Prasekolah.
lengan dan tubuh, semuanya bergerak

654
Jurnal Pendidikan Anak, Volume IV, Edisi 2, Desember 2015

Peran Kader Posyandu dalam Deteksi Khalayak Sasaran


Perkembangan Anak Khalayak sasaran yang dituju dalam
Posyandu merupakan suatu kegiatan pelatihan ini adalah kader Posyandu di
masyarakat, oleh masyarakat, dan untuk wilayah Kecamatan Pleret Bantul
masyarakat dengan memakai sistem lima berjumlah 30 kader.
meja (Meja 1: Pendaftaran, Meja 2:
Penimbangan, Meja 3: Pencatatan Hasil METODE KEGIATAN
Penimbangan, Meja 4: Penyuluhan, Meja Kegiatan dilaksanakan dalam bentuk
5: Pelayanan Kesehatan dan Keluarga ceramah, diskusi, studi kasus, dan
Berencana) yang memberikan lima simulasi. Metode ceramah digunakan
pelayanan yaitu: Pelayanan Gizi, dalam mentransfer pemahaman peserta
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Keluarga tentang perkembangan anak usia dini,
Berencana (KB), Penanggulangan Diare, stimulasi perkembangan dan deteksi
dan Pelayanan Imunisasi. kebutuhan khusus pada anak usia dini.
Saat ini berkembang menjadi Metode diskusi dilaksanakan untuk
Posyandu Plus yang merupakan rujukan memperkuat pemahaman anak selama
mitra keluarga yang menghasilkan lima ceramah. Metode studi kasus digunakan
pelayanan di Posyandu dengan untuk menelaahan kasus yang ditemukan
penambahan (plus) pada pelayanan oleh Kader Posyandu di wilayah kerja
konseling mitra keluarga serta pengaturan masing-masing. Adapun metode simulasi
waktu buka (pelayanan) yang fleksibel digunakan untuk materi yang berkenaan
sesuai dengan kebutuhan masyarakat. dengan praktik, seperti stimulasi dan
Sasaran dari Posyandu Plus adalah seluruh deteksi dini.
anggota keluarga yang terdiri dari: 1)
Keluarga baru; 2) Keluarga ibu hamil, Langkah-Langkah Kegiatan
melahirkan, dan menyusui; 3) Keluarga Langkah-langkah kegiatan
bayi dan balita; 4) Keluarga anak usia meliputi:
sekolah dan remaja; 5) Keluarga usia 1. Program Studi Pendidikan Anak Usia
subur; dan 6) Keluarga usia lanjut (Tim Dini (PGPAUD) bekerjasama dengan
Pengembangan Posyandu Plus Propinsi Jurusan Pendidikan Luar Biasa dan
DIY, 2006). Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Menurut Tim Konsep Pengembangan Negeri Yogyakarta. Beberapa dosen
Posyandu Plus Propinsi DIY (2006), terkait dilibatkan sebagai narasumber,
Posyandu diselenggarakan oleh trainer, atau instruktur dalam
masyarakat sendiri dengan bimbingan dan pelatihan ini.
pembinaan dari petugas lintas sektor 2. Puskesmas Pleret Kabupaten Bantul
terkait. Anggota masyarakat yang dilatih yang mengkoordinasi Kader Posyandu
dan dibina ini disebut dengan istilah kader. se kecamatan Pleret Kabupaten
Selama ini pelatihan dan pembinaan kader Bantul, yang berperan dalam fasilitasi
dilakukan oleh Dinas Kesehatan melalui forum.Peserta merupakan delegasi
Puskesmas setempat, dengan demikian kader Posyandu dari tiap desa.
fokus pelatihan dan pembinaan hanya 3. Mahasiswa Program Studi PGPAUD
ditekankan pada bidang kesehatan. Dalam FIP UNY dilibatkan dalam bentuk
pengembangannya menjadi Posyandu partisipasi dalam membantu
Plus, pelatihan dan pembinaan kader tidak pelaksanaan kegiatan.
hanya akan difokuskan pada bidang
kesehatan saja tetapi juga akan meliputi HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN
bidang hukum, sosial, ekonomi, Program Pelatihan Peran Kader
pendidikan, dan psikologi. Posyandu ini dilaksanakan dengan

655
Jurnal Pendidikan Anak, Volume IV, Edisi 2, Desember 2015

melibatkan kader Posyandu di wilayah aspek perkembangan anak usia dini


Kecamatan Pleret Bantul telah diikuti oleh yaitu aspek kognitif, fisik, bahasa dan
21 orang pada hari pertama dan 30 orang sosial emosional.
pada hari kedua. Kegiatan ini dilakukan 3. Sesi Ketiga
dengan ceramah, diskusi, studi kasus dan Pelaksanaan sesi ketiga
simulasi. Kegiatan pelatihan dilaksanakan dilaksanakan pada hari Sabtu 29 Juni
selama dua hari yaitu hari Jumat 28 Juni 2013. Kegiatan ini diisi dengan
2013 dan Sabtu 29 Juni 2013. Kegiatan ini ceramah yang berjudul “Deteksi
terbagi ke dalam 3 (tiga) sesi. Adapun Kebutuhan Khusus pada AUD”.
deskripsi pelaksanaan kegiatan pelatihan Ceramah ini disampaikan oleh Ibu Aini
sebagai berikut: Mahabbati, M.A yang memang
1. Sesi Pertama memiliki keahlian di bidang terkait.
Pelaksanaan sesi pertama ini Perlunya diberikan penyuluhan ini agar
dilaksanakan pada tanggal 28 Juni kader Posyandu memahami tentang
2013 diisi dengan ceramah yang kondisi khusus yang terjadi pada anak
berjudul Perkembangan Anak Usia terutama yang berkebutuhan khusus
Dini. Ceramah ini disampaikan oleh pada anak usia dini. Pengetahuan ini
Ibu Muthmainnah, M.Pd., yang dapat dijadikan landasan untuk
memang memiliki keahlian di bidang mendeteksi apakah ada anak
terkait. Perlunya diberikan pelatihan berkebutuhan khusus yang perlu
ini agar kader Posyandu memahami mendapatakan perhatian serta
hakikat tumbuh kembang anak sebagai penanganan ahli. Dengan pengetahuan
landasan dalam memberikan layanan sedini mungkin, maka anak
Posyandu. Dengan memahami berkebutuhan khusus yang ada di
perkembangan anak usia dini, lingkungan Posyandu dapat tertangani
diharapkan kader Posyandu mampu dengan baik dan optimal.
memberikan layanan tumbuh kembang 4. Sesi Keempat
anak secara optimal. Strategi dan Kegiatan sesi keempat ini diisi
metode yang dipilih dapat digunakan dengan simulasi tumbuh kembang
untuk mengoptimalkan potensi kader anak serta diskusi tentang penanganan
Posyandu mengenai tahap anak berkebutuhan khusus. Kegiatan
perkembangan anak. simulasi tumbuh kembang berpedoman
2. Sesi Kedua pada tes Denver untuk mencermati
Pelaksanaan sesi kedua ini diisi perkembangan anak tiap tahap usia dan
dengan ceramah yang berjudul dilanjutkan deteksi awal anak
“Stimulasi Perkembangan Anak Usia berkebutuhan khusus. Kegiatan ini
Dini”. Ceramah ini disampaikan oleh dipandu oleh Ibu Aini Mahabbati, M.A
Ibu Nur Hayati, M.Pd yang memang dan Ibu Nur Hayati, M.Pd. Kegiatan
memiliki keahlian di bidang terkait. ini dibagi ke dalam beberapa termin
Perlunya diberikan penyuluhan ini agar pertanyaan. Antusiasme peserta dalam
kader Posyandu memahami tentang kegiatan ini cukup baik. Beberapa
stimulasi yang tepat sesuai peserta yang hadir sebagai kader
perkembangan anak usia dini. Posyandu serta kader PAUD merasa
Pengetahuan ini dapat dijadikan kesulitan untuk menerapkan stimulasi
landasan untuk meningkatkan perkembangan AUD dan deteksi anak
kemampuan kader Posyandu dalam berkebutuhan khusus. Keterbatasan
memantau perkembangana anak. tersebut cukup wajar, karena banyak
Prinsip stimulasi yang diberikan kader Posyandu yang memberikan
dengan bermain melibatkan semua layanan tumbuh kembangan anak tidak

656
Jurnal Pendidikan Anak, Volume IV, Edisi 2, Desember 2015

berdasarkan pada teori perkembangan perkembangan anak, perlahan setelah


anak. Sehingga banyak yang mendapatkan materi mereka dapat
memberikan layanan dengan caranya mempelajari dan mengimplementasikan
sendiri dan dengan keterbatasan ilmu stimulasi bagi anak usia dini. Kader
serta pengalaman. Setelah melalui Posyandu juga memahami dalam
beberapa diskusi, mulai ditemukan memperlakukan anak yang berkebutuhan
beberapa cara efektif untuk khusus sesuai dengan kondisi anak serta
memberikan stimulasi yang tepat pada standar yang telah ditentukan.
anak usia dini secara bertahap. Dari Berdasarkan hasil penyebaran angket
kegiatan ini diharapkan masalah- tentang perkembangan anak usia dini serta
masalah yang dihadapi peserta deteksi anak berkebutuhan khusus dapat
kegiatan pelatihan ini dapat disimpulkan bahwa 57 % kader Posyandu
terselesaikan berdasarkan penjelasan sudah memahami tentang stimulasi
dari narasumber. perkembangan anak usia dini. 46% Kader
Posyandu memahami deteksi awal tentang
PEMBAHASAN anak berkebutuhan khusus. Hasil angket
Peran kader Posyandu di setiap desa berikutnya menyatakan 90% peserta
sangat penting dalam memantau tumbuh merasa puas dan memahami materi yang
kembang anak usia dini. Pengetahuan disampaikan oleh pemateri. Namun
tentang perkembangan anak usia dini demikian pengembangan pemantauan
menjadi bekal dalam melaksanakan tumbuh kembang anak akan berhasil jika
kegiatan Posyandu. Kader Posyandu dapat mendapatkan dukungan dan kerjasama
mengamati perkembangan anak setiap dari masyarakat dan puskesmas.
bulan sehingga dapat memberikan Kerjasama yang masif dari semua pihak
stimulasi yang tepat bagi anak yang datang terkait dapat mengoptimalkan peran
ke Posyandu. Stimulasi yang diberikan Posyandu yang ada di setiap desa
kader Posyandu dalam bentuk kegiatan khususnya di wilayah Kecamatan Pleret.
bermain ketika anak menunggu giliran Adapun faktor pendukung kegiatan
untuk di timbang maupun setelah ini adalah adanya kerjasama antar anggota
ditimbang. Setelah mempunyai bekal TIM PPM serta adanya kerja sama dengan
pengetahuan mengenai perkembangan Puskesmas Pleret serta kader Posyandu di
anak usia dini berta stimulasi yang tepat, wilayah Kecamatan Pleret Bantul. Kader
maka kader Posyandu dapat mengetahui Posyandu yang kami undang adalah
adanya penyimpangan tumbuh kembang delegasi dari Posyandu-Posyandu yang ada
anak secara dini, sehingga upaya di setiap desa sekecamatan Pleret Bantul.
pencegahan, upaya stimulasi, dan upaya Tempat serta fasilitas kegiatan didukung
penyembuhan serta pemulihan dapat sepenuhnya oleh Kepala Puskesmas Pleret
diberikan dengan indikasi yang jelas sedini yang bekerja sama dengan Fakultas Ilmu
mungkin pada masa-masa kritis proses Pendidikan UNY dalam hal ini diwakili
tumbuh kembang. oleh dosen PGPAUD dan dosen PLB FIP
Para kader Posyandu di Kecamatan UNY selaku tim pelaksana kegiatan PPM.
Pleret awalnya belum mempunyai Sedangkan faktor penghambat kegiatan ini
pengetahuan yang banyak mengenai adalah jumlah peserta yang hadir ketika
perkembangan anak usia dini. Beberapa acara penyuluhan berlangsung tidak sesuai
hari setelah mengikuti pelatihan dapat dengan yang diperkirakan tim PPM semula
memberikan stimulasi yang sesuai dengan 30 orang pada hari pertama yang hadir
tahapan perkembangan anak usia dini. hanya 21 orang karena banyak kader
Kader Posyandu yang awalnya belum Posyandu yang ada acara bersamaan
mengerti jika ada standar pengamatan

657
Jurnal Pendidikan Anak, Volume IV, Edisi 2, Desember 2015

dengan pelaksanaan PPM. Namun pada Kembang Balita. Jakarta: Departemen


hari kedua bisa hadir 30 orang peserta. Kesehatan RI.

Tim Pengembangan Posyandu Plus


PENUTUP Propinsi DIY. (2006). Konsep
Pengembangan Posyandu Plus.
Kegiatan Pelatihan Peran Kader Yogyakarta: Pemerintah Propinsi DIY.
Posyandu dalam Deteksi Perkembangan
Anak Usia Dini ini mampu memberikan
beberapa alternatif penyelesaian masalah
yang terjadi ketika kegiatan Posyandu
berlangsung di wilayah Kecamatan Pleret
Bantul. Dengan adanya pelatihan ini dapat
memberikan wawasan tentang pentingnya
stimulasi yang tepat pada anak khususnya
jika dideteksi ada anak berkebutuhan
khusus.

DAFTAR PUSTAKA

Hurlock, E. B. (1980). Psikologi


Perkembangan: Suatu Pendekatan
Sepanjang Rentang Kehidupan. Edisi
Kelima. (Alih Bahasa: Istiwidayati &
Soejarwo. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Papalia, D.E., Olds, S.W. & Feldman,


R.D. (2002). A Child’s World: Infancy
through Adolescence. 9th ed. New
York: McGraw-Hill Companies, Inc.

Santrock, J. W. (2007). Child Development


(11 ed.). (M. Rachmawati, & A.
Kuswanti, Trans.) Jakarta:
Penerbit Erlangga.

Santrock, J.W. (1999). Life-Span


th
Development. 7 ed. Boston: McGraw-
Hill College.

Steinberg, L., Belsky, J. & Meyer, R.B.


(1991). Infancy, Childhood &
Adolescence: Development in Context.
New York: McGraw-Hill, Inc.

Tim Dirjen Pembinaan Kesmas. (1997).


Pedoman Deteksi Dini Tumbuh

658

You might also like