You are on page 1of 7

Kelelahan Otot Akibat Mekanisme Kerja Otot yang Berlebih

Adelita Ayu Karlinawati- 102013080

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jalan Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510

e-mail: adelita.2013fk080@civitas.ukrida.ac.id

Abstrak : Otot sendiri terdiri dari tiga jenis yaitu: otot polos, otot jantung, dan otot
rangka atau otot lurik. Dari ketiga otot tersebut, otot yang memiliki andil besar dalam
pergerakan tubuh manusia adalah otot rangka. Otot rangka yang bekerja secara sadar
(dipengaruhi saraf) akan melakukan mekanisme gerak otot yaitu kontraksi dan relaksasi. Otot
rangka sangat mudah lelah, kelelahan otot tersebut dapat terjadi dikarena penumpukan asam
laktat akibat kurangnya pasokan oksigen untuk melakukan glikolisis.
Kata kunci : Jenis otot, kontraksi dan relaksasi

Abstract : Muscle itself consists of three types: smooth muscle, heart muscle, and
skeletal muscle or striated muscle. Of the three muscles, the muscles that have a big part in
the movement of the human body is skeletal muscle. Skeletal muscles that work consciously
(influenced nerves) will perform the mechanism of muscle movement that is contraction and
relaxation. Skeletal muscle is very tired, muscle fatigue can occur due to the buildup of lactic
acid due to lack of oxygen supply to do glycolysis.
Keywords : Muscle type, contraction and relaxation

Pendahuluan
Otot sering dikenal juga sebagai ”daging” tubuh yang beratnya dapat mencapai 50% dari
berat tubuh. Otot sendiri terdiri dari tiga jenis yaitu: otot polos, otot jantung, dan otot rangka
atau otot lurik. Dari ketiga otot tersebut, otot yang memiliki andil besar dalam pergerakan
tubuh manusia adalah otot rangka. Gerakan-gerakan yang dilakukan oleh tubuh, mulai dari
gerak yang sederhana hingga gerakan yang kompleks, dilakukan oleh otot rangka. Otot
rangka yang bekerja secara sadar (dipengaruhi saraf) akan melakukan mekanisme gerak otot
yaitu kontraksi dan relaksasi. Untuk melakukan gerak otot dibutuhkan energi yang akan
didapat dari proses metabolisme otot dengan melibatkan glukosa.

1
Namun perlu selalu diingat bahwa otot rangka sangat mudah lelah. Kelelahan otot tersebut
dapat terjadi dikarena penumpukan asam laktat akibat kurangnya pasokan oksigen untuk
melakukan glikolisis. Banyak orang yang ketika melakukan pekerjaan yang terlalu berat,
tubuhnya menjadi lelah dan lemas. Seperti pada kasus ini, ada seorang perempuan yang
mengalami lelah dan lemas pada sekujur tubuhnya. Ia adalah seorang pedagang keliling yang
sering menggunakan otot (terutama otot bagian bawah tubuh).

Mekanisme Kerja Otot


Otot rangka melakukan kerja otot yaitu kontraksi dan relaksasi. Akibat dari aktivitas
kontraksi dan relaksasi ini, akan timbul pergerakan pada rangka tubuh. Otot tidak pernah
bekerja sendiri, walaupun hanya untuk melakukan gerak paling sederhana. Misalnya saja saat
mengambil pensil, memerlukan gerakan jari dan ibu jari, pergelangan tangan, siku, bahu dan
mungkin juga batang tubuh ketika membungkuk ke depan. Setiap otot harus berkontraksi dan
setiap otot antagonis harus rileks untuk menghasilkan gerakan yang halus. Kerja harmonis
otot-otot disebut koordinasi otot.1
Tentu saja, kerja otot tidak lepas dari peran saraf. Otot dipersarafi oleh 2 serat saraf
pendek yaitu saraf sensorik dan saraf motorik. Saraf sensorik yang membawa impuls dari otot
menuju ke saraf pusat, sementara saraf motorik membawa impuls ke serat otot dari saraf
pusat untuk memicu kontraksi otot. Korpus sel dari sel-sel saraf motorik terdapat dalam komu
anterior substansia grisea dalam medula spinalis.2

Kontraksi Otot
Kontraksi otot dapat terjadi akibat impuls saraf. Impuls saraf yang sifatnya elektrik,
dihantar ke sel-sel otot secara kimiawi oleh sambungan otot-saraf. Impuls sampai ke
sambungan otot-saraf yang mengandung gelembung-gelembung kecil asetikolin yang
kemudian akan dilepaskan ke dalam ruang antara saraf dan otot (celah sinaps). Ketika
asetikolin yang dilepaskan menempel pada sel otot, ia akan menyebabkan terjadinya
depolarisasi dan aktivitas listrik akan menyebar ke seluruh sel otot.
Proses ini kemudiaan diikuti dengan pelepasan ion Ca2+ (kalsium) yang berada diantara
sel otot. Ion kalsium akan masuk ke dalam otot dan kemudian mengangkut troponin dan
tropomiosin ke aktin, sehingga posisi aktin berubah. Impuls listrik yang menyebar akan
merangsang kegiatan protein aktin dan miosin hingga keduanya akan bertempelan
membentuk aktomiosin. Aktin dan miosin yang saling bertemu akan menyebabkan otot

2
memendek dan terjadilah peristiwa kontraksi. Kejadian ini akan menyebabkan pergeseran
filamen (sliding filamen) yang berujung pada peristiwa kontraksi.2
Sel otot memerlukan energi yang di dapat dari oksidasi makanan, terutama karbohidrat.
Pada proses pencernaan karbohidrat akan dipecah menjadi gula sederhana yang disebut
glukosa. Glukosa yang tidak di perlukan dengan segera oleh tubuh, akan di konversi menjadi
glikogen dan di simpan di hati dan di otot. Glikogen otot merupakan sumber panas dan energi
bagi aktivitas otot. Selama oksidasi glikogen menjadi karbondioksida dan air, terbentuk suatu
senyawa yang kaya akan energi. Senyawa ini disebut Adenosine Trifosfat (ATP). Apabila
otot harus melakukan kontraksi, energi ATP akan di lepas seiring dengan perubahannya
menjadi adenosine difosfat (ADP). Selama oksidasi glikogen, akan terbentuk asam piruvat.
Bila terdapat banyak oksigen, asam piruvat akan diubah menjadi karbondioksida, energi dan
air seperti yang terjadi pada gerakan umum,.dan bila terdapat oksigen, asam piruvat diubah
menjadi asam laktat, yang bila menumpuk akan menyebabkan kelelahan otot.2

Gambar 1. Mekanisme kontraksi dan relaksasi otot

Gambar 2: Biokimia kontraksi dan relaksasi otot

3
Relaksasi Otot
Apabila berlangsung normal, kontraksi otot akan selalu diikuti dengan relaksasi, yaitu
proses pemulihan sel otot ke keadaan istirahat. Relaksasi otot akan segera terjadi apabila
pemberian rangsangan atau penjalaran impuls ke sel otot dihentikan. Mekanisme relaksasi
pada sel otot mirip dengan proses repolariasi pada sel saraf.
Secara sederhana, peristiwa relaksasi otot akan terjadi apabila ATP pada kepala miosin telah
habis sehingga miosin tidak lagi dapat berikatan dengan aktin. Relaksasi otot diawali dengan
pengaktifan pompa kalsium yang akan membuat jumlah kalsium turun karena ion kalsium
kembali ke dalam plasma. Dengan kembalinya ion kalsium, maka ia tidak lagi berikatan
dengan troponin dan tropomiosin. Hal ini menyebabkan aktin dan miosin kembali berpisah,
otot kembali memanjang, terjadilah relaksasi.3

Metabolisme otot
Kontraksi otot sangat bergantung pada produksi ATP dari salah satu dari tiga sumber, yaitu:
kretinin fosfat yang disimpan di otot, fosforilasi oksidatif bahan makanan yang disimpan di
atau ke otot, dan glikolisis aerob maupun anaerob.
Karena ATP yang tersimpan dalam otot biasanya akan habis setelah sepuluh kali kontraksi,
maka ATP harus dibentuk kembali untuk kelangsungan aktivitas otot melalui sumber lain.4

Kreatin Fosfat (CP)

Senyawa yang berenergi tinggi lainnya, merupakan sumber energy yang langsung tersedia
untuk memperbaharui ATP dari ADP (CP+ADPATP+keratin). CP memungkinkan
kontraksi otot tetap berlangsung saat ATP tambahan dibentuk melalui glukosa secara anaerob
dan aerob. CP menyediakan energy untuk sekita 100 kontraksi dan harus disintesis ulang
dengan cara memproduksi lebih banyak ATP (ATP+keratinADP+CP). ATP tambahan
terbentuk dari metabolism glukosa dan asam lemak melalui reaksi aerob dan anaerob.4

Reaksi Anaerob (jalur glikolisis)

Otot dapat berkontraksi secara singkat tanpa memakai oksigen dengan menggunakan ATP
yang dihasilkan melalui glikolisis anaerob, langkah pertama dalam respirasi selular. Glikolisis
berlangsung dalam sarkoplasma, tidak memerlukan oksigen dan melibatkan pengubahan satu
molekul glukosa menjadi dua molekul asam piruvat.4

4
Glikolisis anaerob berlangsung cepat tetapi tidak efisien karena hanya menghasilkan dua
molekul ATP per molekul glukosa. Glikolisis dapat memenuhi kebutuhan ATP untuk
kontraksi otot dalam waktu singkat jika persediaan oksigen tidak mencukupi.4

Pembentukan asam laktat dalam glikolisis anaerob. Tanpa oksigen, asam piruvat diubah
menjadi asam laktat. Jika aktivitas yang dilakukan sedang dan singkat, persediaan oksigen
yang ada menghalangi akumulasi asam laktat. Asam laktat berdifusi ke luar otot dan dibawa
ke hati untuk disintesis ulang menjadi glukosa.4

Gambar 3: Metabolisme anaerob

Reaksi Aerob (memakai oksigen)

Saat aktivitas berlangsung, asam piruvat yang terbentuk melalui glikolisis anaerob mengalir
ke mitokondria sarkoplasma untuk masuk dalam siklus asam sitrat untuk oksidasi. Jika ada
oksigen, glukosa terurai dengan sempurna menjadi karbondioksida, air dan energy (ATP).
Reaksi aerob berlangsung lambat tetapi efisien, menghasilkan energy sampai 36 ATP per mol
glukosa.4

Gambar 4: Metabolisme Aerob

5
Oxygen Debt ( Hutang Oksigen)

Saat terjadi aktivitas berat yang singkat, penguraian ATP berlangsung dengan cepat sehingga
simpanan energy anaerob menjadi cepat habis. System respiratorik dan pembuluh darah tidak
dapat menghantar cukup oksigen ke otot untuk membentuk ATP melalui reaksi aerob. Asam
laktat berakumulasi, mengubah PH, dan menyebabkan keletihan serta nyeri otot.4

Oksigen ekstra yang harus dihirup setelah aktivitas berat disebut Oxygen Debt. Volume
oksigen yang dihirup tetap berada di atas volume normal sampai semua asam laktat
dikeluarkan, baik dioksidasi ulang menjadi asam piruvat dalam otot atau disintesis ulang
menjadi glukosa dalam hati.4

Kelelahan Otot
Kelelahan otot dapat diakibatkan oleh beberapa faktor, diantaranya: waktu istirahat otot yang
kurang, kontraksi yang terus-menerus, meningkat, atau berlangsung dalam waktu lama, asam
laktat yang meningkat, sumber energi berkurang, dan kerja enzim yang berkurang.
Apabila waktu istirahat otot terlalu sedikit padahal kerja otot (kontrasi) berlangsung dalam
waktu yang cukup lama, maka otot dapat kehabisan energy (ATP). Otot tidak memiliki waktu
yang cukup untuk memproduksi ATP yang baru, jika terus berlangsung hal demikian, maka
produksi ATP akan dialihkan dengan cara anaerob. Produksi dengan cara anaerob akan
membuat penimbunan asam laktat semakin banyak. Asam laktat yang merupakan hasil
sampingan peristiwa dari pemecahan glikogen dapat menyebabkan “pegal linu” dalam otot
ataupun dapat menyebabkan “kelelahan” otot. Kecapaian atau kelelahan otot biasanya
ditandai dengan tubuh yang menjadi lemas dan juga lelah.
Asam laktat dapat diubah lagi menjadi glukosa dengan bantuan enzim-enzim yang ada di
hati. Akan tetapi hanya sekitar 70% asam laktat yang dapat diubah kembali menjadi glukosa
oleh enzim-enzim dalam hati. Cara lain untuk mengurangi penimbunan asam laktat adalah
dengan menambah pasokan oksigen ke dalam darah. Kebutuhan oksigen yang tinggi akan
mengakibatkan seseorang bernapas dengan terengah-engah.5

Kesimpulan
Kejadian yang terjadi pada skenario tersebut merupakan akibat dari dampak penimbunan
asam laktat yang terjadi pada otot, hal ini menyebabkan kelelahan terjadi pada ibu tersebut
akibat aktivitas yang dilakukannya terlalu berat baginya. Kontrasi otot yang banyak harus di

6
imbangi dengan relaksasi otot yang banyak juga, jadi dengan kata lain mereka harus memili
porsi 1 : 1 agar tidak terjadi kelelahan pada otot. Kelelahan otot yang terjadi pada ibu ini
diakibatkan sumber energi pada otot yang belum terpenuhi, untuk dapat mengola asam laktat
dibutuhkan O2 lebih banyak ketimbang dengan pengolahan energi secara aerob. Proses
anaerob ini banyak membawa efek samping dan kerugian walaupun hal ini juga bermanfaat
bagi tubuh dikala tidak lagi tersedia pasokan energi yang dimana hal ini menjadi energi
cadangan bagi tubuh. Namun komposisi yang tidak berbanding seimbang dengan pengolahan
aerob membuat pengolahan energi secara anaerob cukup merugikan dan membawa efek
samping yang lebih besar dari aerob.

Daftar Pustaka
1. Watson R. Anatomi dan Fisiologi untuk Perawat. Ed. 10. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 2002
2. Cambrigde Communication Limited. Anatomi fisiologi: sistem lokomotor dan penginderaan. Ed
2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2002.h.13
3. Isnaeni W. Fisiologi hewan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius; 2010.h.104-5
4. Veldman J. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC; 2004.h.119-28.
5. Guyton AC, Hall JE. Bukuajarfisiologikedokteran. Ed 11. Jakarta: EGC; 2008.h.74-81.

You might also like