You are on page 1of 42

SELASA, 05 OKTOBER 2010

Luka Bakar
BAGIAN ILMU BEDAH

FAKULTAS KEDOKTERAN

2010

BAB I

PENDAHULUAN

Luka bakar atau combustio merupakan cedera yang cukup sering dihadapi para dokter. Luka bakar
adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber
panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi. Luka bakar merupakan suatu jenis trauma
dengan morbiditas dan mortalitas tinggi. Biaya yang dibutuhkan untuk penanganannya pun tinggi.1

Hal ini disebabkan karena pada luka bakar terdapat keadaan sebagai berikut :

1. terdapat kuman dengan patogenitas tinggi

2. terdapat banyak jaringan mati

3. mengeluarkan banyak air, serum dan darah

4. terbuka untuk waktu yang lama (mudah terinfeksi dan terkena trauma)

5. memerlukan jaringan untuk menutup 1

Luka bakar yang lebih luas dan dalam memerlukan perawatan lebih intensif dibandingkan luka
bakar yang hanya sedikit dan superfisial. .

Di Indonesia, luka bakar masih merupakan problem yang berat. Perawatan dan rehabilitasinya
masih sukar dan memerlukan ketekunan, biaya mahal, tenaga terlatih dan terampil. Oleh karena itu,
penanganan luka bakar lebih tepat dikelola oleh suatu tim trauma yang terdiri dari spesialis bedah
(bedah anak, bedah plastik, bedah thoraks, bedah umum), intensifis, spesialis penyakit dalam, ahli gizi,
rehabilitasi medik, psikiatri, dan psikologi 2.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ANATOMI DAN HISTOLOGI KULIT

Kulit adalah organ tubuh terluas yang menutupi otot dan mempunyai peranan dalam
homeostasis. Kulit merupakan organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar
16 % berat tubuh, pada orang dewasa sekitar 2,7 – 3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5 – 1,9 meter persegi.
Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5 mm sampai 6 mm tergantung dari letak, umur dan jenis kelamin.
Kulit tipis terletak pada kelopak mata, penis, labium minus dan kulit bagian medial lengan atas.
Sedangkan kulit tebal terdapat pada telapak tangan, telapak kaki, punggung, bahu dan bokong. Secara
embriologis kulit berasal dari dua lapis yang berbeda, lapisan luar adalah epidermis yang merupakan
lapisan epitel berasal dari ectoderm sedangkan lapisan dalam yang berasal dari mesoderm adalah
dermis atau korium yang merupakan suatu lapisan jaringan ikat 2.

2.1.1 EPIDERMIS

Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler. Terdiri dari epitel berlapis gepeng
bertanduk, mengandung sel melanosit, Langerhans dan Merkel. Tebal epidermis berbeda-beda pada
berbagai tempat di tubuh, paling tebal pada telapak tangan dan kaki. Ketebalan epidermis hanya
sekitar 5 % dari seluruh ketebalan kulit. Terjadi regenerasi setiap 4-6 minggu. Fungsi Epidermis :
Proteksi barier, organisasi sel, sintesis vitamin D dan sitokin, pembelahan dan mobilisasi sel,
pigmentasi (melanosit) dan pengenalan alergen (sel Langerhans). Epidermis terdiri atas lima lapisan
(dari lapisan yang paling atas sampai yang terdalam) :

1. Stratum Korneum : Terdiri dari sel keratinosit yang bisa mengelupas dan berganti.
2. Stratum Lusidum : Berupa garis translusen, biasanya terdapat pada kulit tebal telapak
kaki dan telapak tangan. Tidak tampak pada kulit tipis.
3. Stratum Granulosum : Ditandai oleh 3-5 lapis sel polygonal gepeng yang intinya
ditengah dan sitoplasma terisi oleh granula basofilik kasar yang dinamakan granula
keratohialin yang mengandung protein kaya akan histidin. Terdapat sel Langerhans.
4. Stratum Spinosum : Terdapat berkas-berkas filament yang dinamakan tonofibril,
dianggap filamen-filamen tersebut memegang peranan penting untuk mempertahankan
kohesi sel dan melindungi terhadap efek abrasi. Epidermis pada tempat yang terus mengalami
gesekan dan tekanan mempunyai stratum spinosum dengan lebih banyak tonofibril. Stratum
basale dan stratum spinosum disebut sebagai lapisan Malfigi. Terdapat sel Langerhans.
5. Stratum Basale (Stratum Germinativum) : Terdapat aktifitas mitosis yang hebat dan
bertanggung jawab dalam pembaharuan sel epidermis secara konstan. Epidermis
diperbaharui setiap 28 hari untuk migrasi ke permukaan, hal ini tergantung letak, usia dan
faktor lain. Merupakan satu lapis sel yang mengandung melanosit 2.

2.1.2 DERMIS
Terdiri atas jaringan ikat yang menyokong epidermis dan menghubungkannya dengan jaringan
subkutis. Tebalnya bervariasi, yang paling tebal pada telapak kaki sekitar 3 mm. Dermis terdiri dari dua
lapisan :

 Lapisan papiler; tipis : mengandung jaringan ikat jarang.


 Lapisan retikuler; tebal : terdiri dari jaringan ikat padat.

Serabut-serabut kolagen menebal dan sintesa kolagen berkurang dengan bertambahnya usia. Serabut
elastin jumlahnya terus meningkat dan menebal, kandungan elastin kulit manusia meningkat kira-kira
5 kali dari fetus sampai dewasa. Pada usia lanjut kolagen saling bersilangan dalam jumlah besar dan
serabut elastin berkurang. Hal ini menyebabkan kulit terjadi kehilangan kelemasannya dan tampak
mempunyai banyak keriput. Dermis mempunyai banyak jaringan pembuluh darah. Dermis juga
mengandung beberapa derivat epidermis yaitu folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar keringat.
Kualitas kulit tergantung banyak tidaknya derivat epidermis di dalam dermis. Fungsi Dermis : struktur
penunjang, mechanical strength, suplai nutrisi, menahan shearing forces dan respon inflamasi . 2

2.1.3 SUBKUTIS

Merupakan lapisan di bawah dermis atau hipodermis yang terdiri dari lapisan lemak. Lapisan
ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan kulit secara longgar dengan jaringan di bawahnya.
Jumlah dan ukurannya berbeda-beda menurut daerah di tubuh dan keadaan nutrisi individu. Berfungsi
menunjang suplai darah ke dermis untuk regenerasi.

Fungsi Subkutis / hipodermis : melekat ke struktur dasar, isolasi panas, cadangan kalori,
kontrol bentuk tubuh dan mechanical shock absorber 2.

Gambar 2.1 Anatomi Kulit

Gambar 2.2 Histologi Kulit

2.2 DEFINISI

Luka bakar adalah luka yang terjadi akibat sentuhan permukaan tubuh dengan benda-benda
yang menghasilkan panas (api secara langsung maupun tidak langsung, pajanan suhu tinggi dari
matahari, listrik, maupun bahan kimia, air, dll) atau zat-zat yang bersifat membakar (asam kuat, basa
kuat) 1.

2.3 PATOGENESIS
Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan. Pembuluh kapiler yang
terpajan suhu tinggi rusak dan permeabilitas meninggi. Sel darah yang ada di dalamnya ikut rusak
sehingga dapat terjadi anemia. Meningkatnya permeabilitas menyebabkan oedem dan menimbulkan
bula yang banyak elektrolit. Hal itu menyebabkan berkurangnya volume cairan intravaskuler.
Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan kehilangan cairan akibat penguapan yang berlebihan,
masuknya cairan ke bula yang terbentuk pada luka bakar derajat dua dan pengeluaran cairan dari
keropeng luka bakar derajat tiga.

Bila luas luka bakar kurang dari 20%, biasanya mekanisme kompensasi tubuh masih bisa
mengatasinya, tetapi bila lebih dari 20% akan terjadi syok hipovolemik dengan gejala yang khas,
seperti gelisah, pucat, dingin, berkeringat, nadi kecil, dan cepat, tekanan darah menurun, dan produksi
urin berkurrang. Pembengkakkan terjadi pelan-pelan, maksimal terjadi setelah delapan jam.

Pada kebakaran dalam ruang tertutup atau bila luka terjadi di wajah, dapat terjadi
kerusakan mukosa jalan napas karena gas, asap, atau uap panas yang terhisap. Oedem laring yang
ditimbulkannya dapat menyebabkan hambatan jalan napas dengan gejala sesak napas, takipnea,
stridor, suara serak dan dahak bewarna gelap akibat jelaga.

Dapat juga keracunan gas CO dan gas beracun lainnya. Karbon monoksida akan mengikat
hemoglobin dengan kuat sehingga hemoglobin tak mampu lagi mengikat oksigen. Tanda keracunan
ringan adalah lemas, bingung, pusing, mual dan muntah. Pada keracunan yang berat terjadi koma.
Bisa lebih dari 60% hemoglobin terikat CO, penderita dapat meninggal. Setelah 12 – 24 jam,
permeabilitas kapiler mulai membaik dan mobilisasi serta penyerapan kembali cairan edema ke
pembuluh darah. Ini di tandai dengan meningkatnya diuresis 3

2.4 PENILAIAN DERAJAT LUKA BAKAR

Luka bakar dibagi menjadi 4 derajat

1. Luka bakar grade I


 Disebut juga luka bakar superficial
 Mengenai lapisan luar epidermis, tetapi tidak sampai mengenai daerah
dermis. Sering disebut sebagai epidermal burn
 Kulit tampak kemerahan, sedikit oedem, dan terasa nyeri.
 Pada hari ke empat akan terjadi deskuamasi epitel (peeling).

Gambar 2.3. Luka bakar derajat I

2. Luka bakar grade II


 Superficial partial thickness:
o Luka bakar meliputi epidermis dan lapisan atas dari dermis
o Kulit tampak kemerahan, oedem dan rasa nyeri lebih berat daripada luka bakar
grade I
o Ditandai dengan bula yang muncul beberapa jam setelah terkena luka
o Bila bula disingkirkan akan terlihat luka bewarna merah muda yang basah
o Luka sangat sensitive dan akan menjadi lebih pucat bila terkena tekanan
o Akan sembuh dengan sendirinya dalam 3 minggu ( bila tidak terkena infeksi
), tapi warna kulit tidak akan sama seperti sebelumnya.
 Deep partial thickness
o Luka bakar meliputi epidermis dan lapisan dalam dari dermis
o disertai juga dengan bula
o permukaan luka berbecak merah muda dan putih karena variasi dari
vaskularisasi pembuluh darah( bagian yang putih punya hanya sedikit
pembuluh darah dan yang merah muda mempunyai beberapa aliran darah
o luka akan sembuh dalam 3-9 minggu.

Gambar 2.4 . Luka bakar derajat II

3. Luka bakar grade III


 Menyebabkan kerusakan jaringan yang permanen
 Rasa sakit kadang tidak terlalu terasa karena ujung-ujung saraf dan pembuluh darah
sudah hancur.
 Luka bakar meliputi kulit, lemak subkutis sampai mengenai otot dan tulang 1
Gambar 2.5 . Luka bakar derajat III

4. Luka Bakar grade IV


Berwarna hitam.
2.5 PENILAIAN LUAS LUKA BAKAR

Beberapa cara penentuan derajat luka bakar.

1. Palmar surface
Luas permukaan pada telapak tangan pasien (termasuk jari-jari)secara kasar adalah 0,8% dari
seluruh luas permukaan tubuh. Permukaan telapak tangan dapat digunakan untuk mengukur
luka bakar yang kecil (<15%>85% luas permukaan tubuh). Untuk luka bakar dengan ukuran
sedang, pengukuran dengan cara ini tidak akurat.

2. Wallace rule of nines


Merupakan cara yang baik dan cepat untuk mengukur luas luka bakar pada orang dewasa.
Tubuh dibagi menjadi area 9%, dan total daerah yang terkena luka bakar dapat dihitung.
Tetapi cara ini tidak akurat pada anak-anak.

Pada anak dan bayi digunakan rumus lain karena luas relatif permukaan kepala anak jauh lebih
besar dan luas relatif permukaan kaki lebih kecil. Karena perbandingan luas permukaan bagian
tubuh anak kecil berbeda, dikenal rumus 10 untuk bayi dan rumus 10-15-20 untuk anak. Untuk
anak, kepala dan leher 15 %, badan depan dan belakang masing-masing 20 %, ekstremitas atas
kanan dan kiri masing-masing 10 %, ekstremitas bawah kanan dan kiri masing-masing 15 % 9

Gambar 2.6 Rule of nine

Gambar 2.7 Rule of nine pada bayi

3. Lund and Bowder chart


Tabel ini, apabila digunakan dengan benar, merupakan cara yang paling akurat. Tabel ini
mengkompensasi variasi bentuk tubuh dengan umur, sehingga dapat memberikan
perhitungan luas luka bakar yang akurat pada anak-anak 7

Gambar 2.7 Lund and Bowder Chart

2.6 SEBAB – SEBAB LUKA BAKAR


 Api
 Luka bakar kontak (terkena rokok, solder atau alat-alat memasak)
 air panas
 uap panas
 gas panas
 listrik
 semburan panas
 ter 4

2.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG

 Terutama untuk luka bakar yang berat


 Lab darah
 Hitung jenis
 Kimia darah
 Analisa gas darah dengan carboxyhemoglobin
 Analisis urin
 Creatinin Phosphokinase dan myoglobin urin ( Luka bakar akibat listrik)
 Pemeriksaan factor pembekuan darah ( BT, CT)
 Radiologi
 Foto thoraks : untuk mengetahui apakah ada kerusakan akibat luka bakar inhalasi atau
adanya trauma dan indikasi pemasangan intubasi
 CT scan : mengetahui adanya trauma
 Tes lain : dengan fiberoptic bronchoscopy untuk pasien dengan luka bakar inhalasi. 5

2.8 EFEK DARI LUKA BAKAR

Efek lokal

 Kerusakan jaringan

Pembuluh kapiler yang terpajan suhu tinggi rusak dan sel darah yang ada di dalamnya ikut
rusak sehingga dapat terjadi anemia. Luka bakar menyebabkan rupturnya sel atau nekrosis
sel. Sel yang di perifer masih dapat hidup tapi sebagian ada yang rusak. Akibat rusaknya
mikrosirkulasi perifer lapisan kolagen akan berubah bentuk dan rusak. Pembuluh kapiler yang
mengalami trombosis, padahal pembuluh ini membawa sistem pertahanan tubuh atau
antibiotik., permeabilitas kapiler akan meningkat mengakibatkan kebocoran cairan
intravaskuler sehingga terjadi oedem. Luka bakar derajat tiga yang dibiarkan sembuh sendiri
akan mengalami kontraktur. Bila ini terjadi di persendian, fungsi sendi dapat berkurang atau
hilang.

 Inflamasi

Reakasi infalamasi yang paling awal terlihat adalah erythema, yang disebabkan karena respon
neurovaskular mengakbibatkan vasodilatasi pembuluh darah. Makin berat kerusakan
jaringan, respon inflamasi yang muncul akan makin lama bertahan. Makrofag akan
menghasilkan mediator inflamasi seperti cytokine dan sel fagosit nekrotik. Netrofil dan
limfosit akan menghalangi terjadinya infeksi.

 Infeksi

Luka bakar merupakan media yang baik untuk pertumbuhan mikroorganisme, biasanya akan
menyebabkan infeksi dalam 24-48 jam. Dalam kondisi yang lebih berat akan muncul
bakteriemi atau septikemi yang kemudian akan tejadi penyebaran infeksi ke tempat yang lain.
Bakteriemi merupakan penyebab kematian tersering pada luka bakar mulai dari 24 jam
pertama sampai pada luka bakar yang sudah sembuh. Streptococcus β-hemolitikus dan
pseudomonas memproduksi enzym protease yang dapat mencegah penempelan dari skin
graft. Infeksi ringan dan noninvasif ditandai dengan keropeng yang mudah terlepas dengan
nanah yang banyak. Infeksi yang invasive ditandai dengan keropeng yang mula-mula kering
dengan perubahan jaringan di tepi keropeng yang mula-mula sehat menjadi nekrotik,
akibatnya luka bakar yang mula-mula derajat dua menjadi derajat tiga. Infeksi kuman
menimbulkan vaskulitis pada pembuluh kapiler di jaringan yang terbakar dan menimbulkan
trombosis.

Efek regional

 Sirkulasi

Jika terdapat oedem yang luas, maka akan terjadi pembengkakkan, aliran darah dari
extremitas dapat mengalami obstruksi. Sirkulasi untuk otot tangan intrinsic dapat terganggu
akibat oedem, dapat terjadi nekrosis yang lama kelamaan menjadi kontraktur. Akumulasi
cairan interstitial dalam tangan menyebabkan jaringan kolagen menggembung maksimal
sehinggga terbentuk posisi “claw” ( metacarpalphalangeal extensi, dan proximal
interphalangeal flexi ). Dapat juga terjadi muscle compartement syndrome yang mengenai
otot flexor dan extensor extremitas bagian atas maupun bawah.

Efek sistemik

 Kehilangan cairan

Meningkatnya permeabilitas menyebabkan udem dan menimbulkan bula yang banyak


elektrolit. Hal itu menyebabkan berkurangnya volume cairan intravaskuler. Kerusakan kulit
akibat luka bakar menyebabkan kehilangan cairan akibat penguapan yang berlebihan,
masuknya cairan ke bula yang terbentuk pada luka bakar derajat dua dan pengeluaran cairan
dari keropeng luka bakar derajat tiga.

Bila luas luka bakar kurang dari 20%, biasanya mekanisme kompensasi tubuh masih bisa
mengatasinya, tetapi bila lebih dari 20% akan terjadi syok hipovolemik dengan gejala yang
khas, seperti gelisah, pucat, dingin, berkeringat, nadi kecil, dan cepat, tekanan darah
menurun, dan produksi urin berkurrang. Pembengkakan terjadi pelan-pelan, maksimal terjadi
setelah delapan jam.

 Multiple organ failure dan Sepsis

Kegagalan progresif dari ginjal dan hepar di akibatkan karena kehilangan cairan, toxemia
karena infeksi, sepsis. Ganguan sirkulasi ke ginjal menyebabkan iskemia ginjal ( tubulus)
berlanjut dengan Akut Tubular Necrosis yang akhirnya terjadi gagal ginjal (ARF). Gangguan
sirkulasi perifer meneybabkan iskemia otot-otot dengan dampak pemecahan glikoprotein
yang meningkatkan produksi Nitric Oxide (NO). NO ini diketau berperan sebagai modulator
sepsis. Ganguan sirkulasi ke kulit dan system integum menyebabkan gangauan system imun
karena penurunan produksi limfosit dan penurunan fungsi barier kulit. 1

 Luka bakar inhalasi


Pada kebakaran dalam ruang tertutup atau bila luka terjadi di wajah, dapat terjadi
kerusakanmukosa jalan napas karena gas, asap, atau uap panas ayang terrisap. Udem laring
yang ditimbulkannya dapat menyebabkan hambatan jalan napas dengan gejala sesak napas,
takipnea, stridor, suara serak dan dahak bewarna gelap akibat jelaga.

Gambar 2.8 . Luka bakar inhalasi

Dapat juga keracunan gas CO dan gas beracun lainnya. Karbon monoksida akan mengikat
hemoglobin dengan kuat sehingga hemoglobin tak mampu lagi mngeikat oksigen. Tanda
keracuna ringan adalah lemas, bingung, pusing, mual dan muntah. Pada keracunan yang berat
terjadi koma. Bila lebih dari 60% hemoglobin terikat CO, penderita dapat meninggal.

Gambar 2.9 .Luka bakar inhalasi

 Komplikasi sistemik

Stress atau beban faali yang terjadi pada penderita luka bakar berat dapat menimbulkan tukak
di mukosa lambung atau duodenum dengan gejala yang sama dengan tukak peptic. Kelainan ini
disebut tukak Curling. Yang khawatirkan pada tukak curling ini adalah penyulit perdarahan yang
tampil sebagai hematemesis dan atau melena.

Fase permulaan luka bakar merupakan fase katabolisme sehingga keseimbangan protein
menjadi negatif. Protein dalam tubuh banyak hilang karena eksudasi, metabolisme tinggi, dan
infeksi. Penguapan berlebihan dari kulit yang rusak juga memerlukan kalori tambahan. Tenaga
yang diperlukan pada fase ini terutama didapat dari pembakaran protein dari otot skelet. Oleh
karena itu penderita menjadi sangat kurus, otot mengecil dan berat badan menurun. 7

2.9 PERTOLONGAN PERTAMA PADA PASIEN DENGAN LUKA BAKAR

 Segera hindari sumber api dan mematikan api pada tubuh, misalnya dengan menyelimuti dan
menutup bagian yang terbakar untuk menghentikan pasokan oksigen pada api yang menyala

 Singkirkan baju, perhiasan dan benda-benda lain yang membuat efek Torniket, karena jaringan
yang terkena luka bakar akan segera menjadi oedem

 Setelah sumber panas dihilangkan rendam daerah luka bakar dalam air atau menyiramnya
dengan air mengalir selama sekurang-kurangnya lima belas menit. Proses koagulasi protein
sel di jaringan yang terpajan suhu tinggi berlangsung terus setelah api dipadamkan sehingga
destruksi tetap meluas. Proses ini dapat dihentikan dengan mendinginkan daerah yang
terbakar dan mempertahankan suhu dingin ini pada jam pertama sehingga kerusakan lebih
dangkal dan diperkecil.

Akan tetapi cara ini tidak dapat dipakai untuk luka bakar yang lebih luas karena bahaya
terjadinya hipotermi. Es tidak seharusnya diberikan langsung pada luka bakar apapun. 9

 Evaluasi awal

Prinsip penanganan pada luka bakar sama seperti penanganan pada luka akibat trauma yang
lain, yaitu dengan ABC (Airway Breathing Circulation) yang diikuti dengan pendekatan khusus
pada komponen spesifik luka bakar pada survey sekunder

Gambar 2.10. Penatalaksanaan pada pasien luka bakar

Saat menilai ‘airway” perhatikan apakah terdapat luka bakar inhalasi. Biasanya ditemukan
sputum karbonat, rambut atau bulu hidung yang gosong. Luka bakar pada wajah, oedem
oropharyngeal, perubahan suara, perubahan status mental. Bila benar terdapat luka bakar
inhalasi lakukan intubasi endotracheal, kemudian beri Oksigen melalui mask face atau
endotracheal tube.

Luka bakar biasanya berhubungan dengan luka lain, biasanya dari luka tumpul akibat
kecelakaan sepeda motor. Evaluasi pada luka bakar harus dikoordinasi dengan evaluasi pada luka-
luka yang lain. Meskipun perdarahan dan trauma intrakavitas merupakan prioritas utama
dibandingkan luka bakar, perlu dipikirkan untuk meningkatkan jumlah cairan pengganti.

Anamnesis secara singkat dan cepat harus dilakukan pertama kali untuk menentukan
mekanisme dan waktu terjadinya trauma. Untuk membantu mengevaluasi derajat luka bakar
karena trauma akibat air mendidih biasanya hanya mengenai sebagian lapisan kulit (partial
thickness), sementara luka bakar karena api biasa mengenai seluruh lapisan kulit (full
thickness) 5,6.

2.10 RESUSITASI CAIRAN

Sebagai bagian dari perawatan awal pasien yang terkena luka bakar, Pemberian cairan intravena
yang adekuat harus dilakukan, akses intravena yang adekuat harus ada, terutama pada bagian
ekstremitas yang tidak terkena luka bakar.

Adanya luka bakar diberikan cairan resusitasi karena adanya akumulasi cairan edema tidak hanya
pada jaringan yang terbakar, tetapi juga seluruh tubuh. Telah diselidiki bahwa penyebab permeabilitas
cairan ini adalah karena keluarnya sitokin dan beberapa mediator, yang menyebabkan disfungsi dari
sel, kebocoran kapiler.
Tujuan utama dari resusitasi cairan adalah untuk menjaga dan mengembalikan perfusi jaringan
tanpa menimbulkan edema. Kehilangan cairan terbesar adalah pada 4 jam pertama terjadinya luka
dan akumulasi maksimum edema adalah pada 24 jam pertama setelah luka bakar. Prinsip dari
pemberian cairan pertama kali adalah pemberian garam ekstraseluler dan air yang hilang pada
jaringan yang terbakar, dan sel-sel tubuh. Pemberian cairan paling popular adalah dengan Ringer
laktat untuk 48 jam setelah terkena luka bakar. Output urin yang adekuat adalah 0.5 sampai
1.5mL/kgBB/jam.

Formula yang terkenal untuk resusitasi cairan adalah formula Parkland :

24 jam pertama.Cairan Ringer laktat : 4ml/kgBB/%luka bakar


o contohnya pria dengan berat 80 kg dengan luas luka bakar 25 %

o membutuhkan cairan : (25) X (80 kg) X (4 ml) = 8000 ml dalam 24 jam pertama

 ½ jumlah cairan 4000 ml diberikan dalam 8 jam

 ½ jumlah cairan sisanya  4000 ml diberikan dalam 16 jam berikutnya.

Cara lain adalah cara Evans :

l. luas luka bakar dalam % x berat badan dalam kg = jumlah NaCl / 24 jam

2. luas luka bakar dalam % x berat badan dalam kg =jumah plasma / 24 jam

( no 1 dan 2 pengganti cairan yang hilang akibat oedem. Plasma untuk menggantiplasma yang keluar
dari pembuluh dan meninggikan tekanan osmosis hingga mengurangi perembesan keluar dan
menarik kembali cairan yang telah keluar )

3. 2000 cc Dextrose 5% / 24 jam (untuk mengganti cairan yang hilang akibatpenguapan )

Separuh dari jumlah cairan 1+2+3 diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya diberikan dalam 16 jam
berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah jumlah cairan pada hari pertama. Dan hari ketiga
diberikan setengah jumlah cairan hari kedua.

Cara lain yang banyak dipakai dan lebih sederhana adalah menggunakan rumus Baxter yaitu :

% x BB x 4 cc

Separuh dari jumlah cairan ini diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya diberikan dalam 16 jam
berikutnya. Hari pertama terutama diberikan elektrolit yaitu larutan RL karena terjadi defisit ion Na.
Hari kedua diberikan setengah cairan hari pertama. Contoh : seorang dewasa dengan BB 50 kg dan
luka bakar seluas 20 % permukaan kulit akan diberikan 50 x 20 % x 4 cc = 4000 cc yang diberikan hari
pertama dan 2000 cc pada hari kedua.9
Kebutuhan kalori pasien dewasa dengan menggunakan formula Curreri, adalah 25 kcal/kgBB/hari
ditambah denga 40 kcal/% luka bakar/hari.

Petunjuk perubahan cairan

 Pemantauan urin output tiap jam


 Tanda-tanda vital, tekanan vena sentral
 Kecukupan sirkulasi perifer
 Tidak adanya asidosis laktat, hipotermi
 Hematokrit, kadar elektrolit serum, pH dan kadar glukosa

2.11 PENGGANTIAN DARAH

Luka bakar pada kulit menyebabkan terjadinya kehilangan sejumlah sel darah merah sesuai
dengan ukuran dan kedalaman luka bakar. Sebagai tambahan terhadap suatu kehancuran yang segera
pada sel darah merah yang bersirkulasi melalui kapiler yang terluka, terdapat kehancuran sebagian sel
yang mengurangi waktu paruh dari sel darah merah yang tersisa. Karena plasma predominan hilang
pada 48 jam pertama setelah terjadinya luka bakar, tetapi relative polisitemia terjadi pertama kali.
Oleh sebab itu, pemberian sel darah merah dalam 48 jam pertama tidak dianjurkan, kecuali terdapat
kehilangan darah yang banyak dari tempat luka. Setelah proses eksisi luka bakar dimulai, pemberian
darah biasanya diperlukan 7

2.12 PERAWATAN LUKA BAKAR

Setelah keadaan umum membaik dan telah dilakukan resusitasi cairan dilakukan perawatan luka.
Perawatan tergantung pada karakteristik dan ukuran dari luka. Tujuan dari semua perawatan luka
bakar agar luka segera sembuh rasa sakit yang minimal.

Setelah luka dibersihkan dan di debridement, luka ditutup. Penutupan luka ini memiliki beberapa
fungsi: pertama dengan penutupan luka akan melindungi luka dari kerusakan epitel dan
meminimalkan timbulnya koloni bakteri atau jamur. Kedua, luka harus benar-benar tertutup untuk
mencegah evaporasi pasien tidak hipotermi. Ketiga, penutupan luka diusahakan semaksimal mungkin
agar pasien merasa nyaman dan meminimalkan timbulnya rasa sakit

Pilihan penutupan luka sesuai dengan derajat luka bakar.

 Luka bakar derajat I, merupakan luka ringan dengan sedikit hilangnya barier pertahanan kulit.
Luka seperti ini tidak perlu di balut, cukup dengan pemberian salep antibiotik untuk mengurangi rasa
sakit dan melembabkan kulit. Bila perlu dapat diberi NSAID (Ibuprofen, Acetaminophen) untuk
mengatasi rasa sakit dan pembengkakan
 Luka bakar derajat II (superfisial ), perlu perawatan luka setiap harinya, pertama-tama luka
diolesi dengan salep antibiotik, kemudian dibalut dengan perban katun dan dibalut lagi dengan perban
elastik. Pilihan lain luka dapat ditutup dengan penutup luka sementara yang terbuat dari bahan alami
(Xenograft (pig skin) atau Allograft (homograft, cadaver skin) ) atau bahan sintetis (opsite, biobrane,
transcyte, integra)
 Luka derajat II ( dalam ) dan luka derajat III, perlu dilakukan eksisi awal dan cangkok kulit (early
exicision and grafting ) 6,8

2.13 NUTRISI

Penderita luka bakar membutuhkan kuantitas dan kualitas yang berbeda dari orang normal
karena umumnya penderita luka bakar mengalami keadaan hipermetabolik. Kondisi yang
berpengaruh dan dapat memperberat kondisi hipermetabolik yang ada adalah:

 Umur, jenis kelamin, status gizi penderita, luas permukaan tubuh, massa bebas lemak.
 Riwayat penyakit sebelumnya seperti DM, penyakit hepar berat, penyakit ginjal dan lain-lain.
 Luas dan derajat luka bakar
 Suhu dan kelembaban ruangan ( memepngaruhi kehilangan panas melalui evaporasi)
 Aktivitas fisik dan fisioterapi
 Penggantian balutan
 Rasa sakit dan kecemasan
 Penggunaan obat-obat tertentu dan pembedahan.

Dalam menentukan kebutuhan kalori basal pasien yang paling ideal adalah dengan mengukur
kebutuhan kalori secara langsung menggunakan indirek kalorimetri karena alat ini telah
memperhitungkan beberapa faktor seperti BB, jenis kelamin, luas luka bakar, luas permukan tubuh
dan adanya infeksi. Untuk menghitung kebutuhan kalori total harus ditambahkan faktor stress sebesar
20-30%. Tapi alat ini jarang tersedia di rumah sakit.

Yang sering di rekomendasikan adalah perhitungan kebutuhan kalori basal dengan formula HARRIS
BENEDICK yang melibatkan faktor BB, TB dan Umur. Sedangkan untuk kebutuhan kalori total perlu
dilakukan modifikasi formula dengan menambahkan faktor aktifitas fisik dan faktor stress.

Pria : 66,5 + (13,7 X BB) + (5 X TB) – (6.8 X U) X AF X FS

Wanita : 65,6 + (9,6 X BB) + (1,8 X TB)- (4,7 X U) X AF X FS

Perhitungan kebutuhan kalori pada penderita luka bakar perlu perhatian khusus karena
kurangnya asupan kalori akan berakibat penyembuhan luka yang lama dan juga meningkatkan resiko
morbiditas dan mortalitas. Disisi lain, kelebihan asupan kalori dapat menyebabkan hiperglikemi,
perlemakan hati.
Penatalaksanaan nutrisi pada luka bakar dapat dilakukan dengan beberapa metode yaitu :
oral, enteral dan parenteral.

Untuk menentukan waktu dimualinya pemberian nutrisi dini pada penderita luka bakar, masih
sangat bervariasi, dimulai sejak 4 jam pascatrauma sampai dengan 48 jam pascatrauma.

2.13 KOMPOSISI MAKRONUTRIEN

 Karbohidrat

Konsekuensi pasca luka bakar berat adalah keadaan hiperglikemia. Kadar gula darah yang
tinggi pada fase shock akibat dari menurunnya fungsi insulin terhadap peningkatan kadar gula darah.
Intoleransi glukosa ini akan tetap bertahan pada fase flow yang sekarang terutama disebabkan
resistensi insulin di jaringan dan peningkatan glukoneogenesis. Pada pasien luka bakar berat sangat
diperlukan pemantauan terhadap hiperglikemia dan glukosuria. Pemberian insulin kadan dibutuhkan
untuk meningkatkan kadar glukosa serum dan memaksimalkan utilisasi glukosa. Anjuran pemberian
karbohidrat adalah 60-65% kalori total atau tidak melebihi 4-5mg/kgBB/menit.

 Protein

Pasca luka bakar, metabolisme protein akan berubah cepat dimana pada fase akut asam
amino akan dijadikan sumber energi. Status protein tubuh dipengaruhi oleh pelepasan nitrogen
melalui eksudat luka dan urin, kemampuan hati untuk membentuk protein dan adekuatnya nutrisi.
Asam amino merupakan substrat untuk penyembuhan luka. Dalam usaha untuk meningkatkan sintesis
protein viseral, menjaga balance nitrogen +, dan meningkatkan mekanisme pertahahan tubuh, maka
pada luka bakar berat dianjurkan pemberian protein sebesar 23-25% kalori total dengan perbandingan
kalori : nitrogen = 80 : 1 atau 2, 5 - 4 g protein/kgBB. Perlu juga diperhatikan jenis protein yang
diberikan, sebaiknya adalah protein bernilai biologis tinggi. Pemberian diet protein tinggi dapat
menjadi beban bagi ginjal, oleh karena itu dibutuhkan pemantauan seperti status cairan, kadar ureum,
dan kreatinin serum.

 Lemak

Pemberian lemak berkontribusi untuk meminimalkan katabolisme protein endogen dengan


jalan memenuhi kebutuhan energi. Asam lemak omega-3 khususnya asam ekosapentanoat (EPA) yang
dapat diperoleh dari minyak ikan merupakan precursor dari ekosanoid prostaglandin seri 3 (PGE-3)
dan leukotrien seri 5. Keduannya berefek antiinflamasi dan meningkatkan sistem imunitas tubuh,
demikian pula PGE-3 berperan sebagai vasodilator. Omega-3 akan berkompetisi dan menginhibisi
pembentukan PGE-1 dan PGE-2 dari asam linoleat, sehingga omega-3 ini sangat dianjurkan pada
pasien luka bakar. Penelitian menunjukan dalam usaha untuk meningkatkan sistem imunitas tubuh,
maka pemebrian asam lemak omega-6 dan omega-3 dalam perbandingan yang ideal adalah 2-3 : 1
dan akan berefek mengurangi kondisi imunosupresan pasca luka bakar. Pemberian lemak pasca
trauma sebesar 5-15% dari total kalori.

2.14 SUPLEMEN MIKRONUTRIEN

Mikronutrien diperlukan sebagai koenzim dan kofaktor untuk reaksi fisiologis dalam sel,
metabolisme makronutrien dan energi. Dengan meningkatnya kebutuhan energi dan protein,
kehilangan melalui luka, perubahan metabolisme, absorpsi, eskresi, dan utilisasi maka kebutuhan
mikronutrien ini perlu ditingkatkan.

Vitamin berpotensi untuk sintesis protein, penyembuhan luka, meningkatkan fungsi imunitas dan anti
oksidan pada penderita luka bakar dalam kondisi sakit berat dan hipermetabolisme, maka kebutuhan
vitamin ini meningkat. Dianjurkan peningkatan suplementasi 50-100 kali RECOMENDET DAILY
ALLOWANCE (RDA) untuk vitamin larut air dan vitamin E. Sedangkan dosis aman untuk vitamin larut
lemak dan vitamin B6 sampai 10 kali RDA.

Mineral juga memainkan peranan penting dalam penyembuhan luka, fungsi imunitas dan anti
oksidan. 1

2.15 EARLY EXICISION AND GRAFTING(E&G)

Dengan metode ini eschar di angkat secara operatif dan kemudian luka ditutup dengan cangkok
kulit (autograft atau allograft ), setelah terjadi penyembuhan, graft akan terkelupas dengan
sendirinya. E&G dilakukan 3-7 hari setelah terjadi luka, pada umumnya tiap harinya dilakukan eksisi
20% dari luka bakar kemudian dilanjutkan pada hari berikutnya. Tapi ada juga ahli bedah yang
sekaligus melakukan eksisi pada seluruh luka bakar, tapi cara ini memiliki resiko yang lebih besar yaitu
: dapat terjadi hipotermi, atau terjadi perdarahan masive akibat eksisi.

Metode ini mempunyai beberapa keuntungan dengan penutupan luka dini, mencegah terjadinya
infeksi pada luka bila dibiarkan terlalu lama, mempersingkat durasi sakit dan lama perawatan di rumah
sakit, memperingan biaya perawatan di rumah sakit, mencegah komplikasi seperti sepsis dan
mengurangi angka mortalitas. Beberapa penelitian membandingkan teknik E&G dengan teknik
konvensional, hasilnya tidak ada perbedaan dalam hal kosmetik atau fungsi organ, bahkan lebih baik
hasilnya bila dilakukan pada luka bakar yang terdapat pada muka, tangan dan kaki.

Pada luka bakar yang luas (>80% TBSA), akan timbul kesulitan mendapatkan donor kulit. Untuk itu
telah dikembangkan metode baru yaitu dengan kultur keratinocyte. Keratinocyte didapat dengan cara
biopsi kulit dari kulit pasien sendiri. Tapi kerugian dari metode ini adalah membuthkan waktu yang
cukup lama (2-3 minggu) sampai kulit (autograft) yang baru tumbuh dan sering timbul luka
parut. Metode ini juga sangat mahal 6
Gambar 2.11 Early excision and grafting

2.16 ANTIMIKROBA

Dengan terjadinya luka mengakibatkan hilangnya barier pertahanan kulit sehingga


memudahkan timbulnya koloni bakteri atau jamur pada luka. Bila jumlah kuman sudah mencapai
105 organisme jaringan, kuman tersebut dapat menembus ke dalam jaringan yang lebih dalam
kemudian menginvasi ke pembuluh darah dan mengakibatkan infeksi sistemik yang dapat
menyebabkan kematian. Pemberian antimikroba ini dapat secara topikal atau sistemik. Pemberian
secara topikal dapat dalam bentuk salep atau cairan untuk merendam. Contoh antibiotik yang sering
dipakai :

Salep : Silver sulfadiazine, Mafenide acetate, Silver nitrate, Povidone-iodine, Bacitracin (biasanya
untuk luka bakar grade I), Neomycin, Polymiyxin B, Nysatatin, mupirocin , Mebo.

 MEBO/MEBT (Moist Exposed Burn Ointment / Therapy)

BROAD SPECTRUM OINTMENT

Preparat herbal, mengungakan zat alami tanpa kimiawi

Toxisitas dan efek samping belum pernah ditemukan

Terdiri dari :

1. Komponen Pengobatan :

beta sitosterol, bacailin, berberineYang mempunyai efek :

Analgesik, anti-inflamasi, anti-infeksi pada luka bakar dan mampu mengurangi pembentukan
jaringan parut.

2. Komponen Nutrisi : amino acid, fatty acid dan amylose, yg memberikan nutrisi untuk
regenerasi dan perbaikan kulit yg terbakar.

Efek pengobatan :

 Menghilangkan nyeri luka bakar

 Mencegah perluasan nekrosis pada jaringan yg terluka.

 Mengeluarkan jaringan nekrotik dengan mencairkkannya


 Membuat lingkungan lembab pada luka , yg dibutuhkan selama perbaikan jaringan kulit tersisa.

 Kontrol infeksi dengan membuat suasana yg jelek untuk pertumbuhan kuman. bukan dengan
membunuh kuman.

 Merangsang pertumbuhan PRCs ( potential regenerative cell ) dan stem cell untuk penyembuhan
luka dan mengurangi terbentuknya jaringan parut

 Mengurangi kebutuhan untuk skin graft

Prinsip penanganan luka bakar dgn MEBO

• Makin cepat diberi MEBO , hasilnya lebih baik ( dalam 4-12 jam setelah kejadian)

• Biarkan luka terbuka

• Kelembaban yg optimal pada luka dengan MEBO

• Pemberian salep harus teratur & terus menerus tiap6-12 jam dibersihkandengan kain kasa steril
jangan dibiarkan kulit terbuka tanpa salep > 2-3 menit untuk mencegah penguapan cairan di
kulit dan microvascular menyebabkan thrombosit merusak jaringan dibawahnya yang masih
vital.

• Pada pemberian jangan sampaikesakitan / berdarah, menimbulkan perlukaan pada jaringan


hidup tersisa

• Luka jangan sampai maserasi maupunkering

• Tidak boleh menggunakan : desinfektan(apapun) , saline atau air untukWound debridement

FLOWCHART DARI PENANGANAN LUKA

• EARLIER PERIOD ( 1 – 6 HARI ) Blister di pungsi , kulitnya dibiarkan utuh. Beri MEBO pd luka
setebal 0,5-1 mm. Ganti dan beri lagi MEBO tiap 6 jam hari ke 3-5 kulit penutup bulla diangkat

• LIQUEFACTION PERIOD ( 6-15 HARI )

Angkat zat cair yg timbul diatas luka

Bersihkan dgn kasa , beri mebo lagi setebal 1 mm

• PREPARATIVE PERIOD ( 10-21 HARI )

Bersihkan luka seperti sebelumnya

Beri MEBO dengan ketebalan 0,5 – 1 mm

Ganti dan beri lagi MEBO tiap 6 - 8 jam


• REHABILITATION

Bersihkan luka yg sembuh dengan air hangat

Beri MEBO 0,5 mm, 1X-2X /hari

Jangan cuci luka yg sudah sembuh berlebihan

Lindungi luka yg sembuh dari sinar matahari

Catatan : 1. Untuk luka bakar grade 2 superficial :

Pada hari 6-15 : luka sembuh , mebo tetap diberi untuk 2 minggu

2X /hari

2. untuk luka bakar grade 2 deep / grade 3 :

Pada hari ke 6 – 15 terjadi pencairan jaringan necrotic

Cairan rendam : 0.5% silver nitrate, 5% mafenide acetate, 0.025% sodium hypochlorite, 0.25% acetic
acid 6,8

2.17 KONTROL RASA SAKIT

Rasa sakit merupakan masalah yang signifikan untuk pasien yang mengalami luka bakar untuk
melalui masa pengobatan. Pada luka bakar yang mengenai jaringan epidermis akan menghasilkan rasa
sakit dan perasaan tidak nyaman. Dengan tidak terdapatnya jaringan epidermis (jaringan pelindung
kulit), ujung saraf bebas akan lebih mudah tersensitasi oleh rangsangan. Pada luka bakar derajat II
yang dirasakan paling nyeri, sedangkan luka bakar derajat III atau IV yang lebih dalam, sudah tidak
dirasakan nyeri atau hanya sedikit sekali. Saat timbul rasa nyeri terjadi peningkatan katekolamin yang
mengakibatkan peningkatan denyut nadi, tekanan darah dan respirasi, penurunan saturasi oksigen,
tangan menjadi berkeringat, flush pada wajah dan dilatasi pupil.

Pasien akan mengalami nyeri terutama saat ganti balut, prosedur operasi, atau saat terapi
rehabilitasi. Dalam kontrol rasa sakit digunakan terapi farmakologi dan non farmakologi. Terapi
farmakologi yang digunakan biasanya dari golongan opioid dan NSAID. Preparat anestesi seperti
ketamin, N2O (nitrous oxide) digunakan pada prosedur yang dirasakan sangat sakit seperti saat ganti
balut. Dapat juga digunakan obat psikotropik sepeti anxiolitik, tranquilizer dan anti depresan.
Penggunaan benzodiazepin dbersama opioid dapat menyebabkan ketergantungan dan mengurangi
efek dari opioid. 8
2.18 ESCHAROTOMY

Luka bakar grade III yang melingkar pada ekstremitas dapat menyebabkan iskemik distal yang
progresif, terutama apabila terjadi edema saat resusitasi cairan, dan saat adanya pengerutan
keropeng. Iskemi dapat menyebabkan gangguan vaskuler pada jari-jari tangan dan kaki. Tanda dini
iskemi adalah nyeri, kemudian kehilangan daya rasa sampai baal pada ujung-ujung distal. Juga luka
bakar menyeluruh pada bagian thorax atau abdomen dapat menyebabkan gangguan respirasi, dan hal
ini dapat dihilangkan dengan escharotomy. Dilakukan insisi memanjang yang membuka keropeng
sampai penjepitan bebas 8

2.19 PERMASALAHAN PASCA LUKA BAKAR

Setelah sembuh dari luka, masalah berikutnya adalah jaringan parut yang dapat berkembang
menjadi cacat berat. Kontraktur kulit dapat mengganggu fungsi dan menyebabkan kekakuan sendi
atau menimbulkan cacat estetik yang buruk sekali sehingga diperlukan juga ahli ilmu jiwa untuk
mengembalikan kepercayaan diri.

Permasalahan-permasalahan yang ditakuti pada luka bakar:

 Infeksi dan sepsis

 Oliguria dan anuria

 Oedem paru

 ARDS (Adult Respiratory Distress Syndrome )

 Anemia

 Kontraktur

 Kematian 7

2.20 PROGNOSIS

Prognosis pada luka bakar tergantung dari derajat luka bakar, luas permukaan badan yang
terkena luka bakar, adanya komplikasi seperti infeksi, dan kecepatan pengobatan medikamentosa.
Luka bakar minor dapat sembuh 5-10 hari tanpa adanya jaringan parut. Luka bakar moderat dapat
sembuh dalam 10-14 hari dan mungkin menimbulkan luka parut. Luka bakar mayor membutuhkan
lebih dari 14 hari untuk sembuh dan akan membentuk jaringan parut. Jaringan parut akan membatasi
gerakan dan fungsi. Dalam beberapa kasus, pembedahan diperlukan untuk membuang jaringan parut.

BAB III
KESIMPULAN

Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak
dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi.

Luka bakar dibagi menjadi 4 grade dan ada 3 cara penentuan derajat luka bakar yaitu Palmar
surface, Wallace rules of nine serta Lund and Bowder Chart.

Luka bakar dapat disebabkan oleh api, luka bakar kontak (terkena rokok, solder atau alat-alat
memasak), air panas, uap panas, gas panas, listrik, semburan panas dan ter.

Pemeriksaan penunjang mencakup pemeriksaan darah, radiologi, tes dengan fiberoptic


bronchoscopy terutama untuk luka bakar inhalasi.

Penanganan luka bakar dapat secara konservatif seperti resusitasi cairan, penggantian darah,
perawatan luka bakar, pemberian antimikroba serta analgetik, perbaikan nutrisi sampai tindakan
pembedahan seperti Early Exicision and Grafting (E&G), Escharotomy.

Prognosis pada luka bakar tergantung dari derajat luka bakar, luas permukaan badan yang
terkena luka bakar, adanya komplikasi seperti infeksi dan kecepatan pengobatan medikamentosa.

DAFTAR PUSTAKA
1. Wim de Jong. 2005. Bab 3 : Luka, Luka Bakar : Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. EGC.
Jakarta. p 66-88
2. David, S. 2008. Anatomi Fisiologi Kulit dan Penyembuhan Luka. Dalam : Surabaya
Plastic Surgery.http://surabayaplasticsurgery.blogspot.com
3. James M Becker. Essentials of Surgery. Edisi 1. Saunders Elsevier. Philadelphia. p 118-
129
4. Gerard M Doherty. Current Surgical Diagnosis and Treatment. Edisi 12. McGraw-Hill
Companies. New York. p 245-259
5. Jerome FX Naradzay. http: // www. emedicine. com/ med/ Burns, Thermal. November
2006
6. Mayo clinic staff. Burns First Aids. http: // www.nlm.nih.gov/medlineplus. Januari
2008
7. Benjamin C. Wedro. First Aid for Burns. http://www.medicinenet.com. Agustus 2008
8. James H. Holmes., David M. heimbach.2005. Burns, in : Schwartz’s Principles of
Surgery. 18th ed. McGraw-Hill. New York. p.189-216
9. St. John Ambulance. First aid: First on the Scene: Activity Book, Chapter
19.http://en.wikipedia.org/wiki/Burn_%28injury%29. Agustus 2007
10. Mayo clinic staff. Burns First Aids. http: // www.mayo.clinic.com. Januari 2006
11. Ernest B.Hawkins. Burns.http://www.umm.edu/ . Oktober 2006
Luka Bakar Pada Anak

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang 1,2,3

Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau hilangnya jaringan yang disebabkan kontak
dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi. Luka bakar merupakan
salah satu jenis trauma yang mempunyai angka morbiditas dan mortalitas tinggi yang memerlukan
penatalaksanaan khusus sejak awal (fase syok ) sampai fase lanjut.

Pada kasus luka bakar ini harus diperhatikan berbagai aspek, karena pada kasus luka bakar
memerlukan biaya yang sangat besar, perlu perawatan yang lama, perlu operasi berulang kali, bahkan
meskipun sembuh bisa menimbulkan kecacatan yang menetap, sehingga penanganan luka bakar
sebaiknya dikelola oleh tim trauma yang terdiri dari tim spesialis bedah ( bedah plastik, bedah toraks,
bedah anak ), intensitas, spesialis penyakit dalam (khususnya hematologi, gastroenterologi, ginjal dan
hipertensi), ahli gizi, rehabilitasi medik, psikiatri, dan psikolog, namun celakanya seringkali menimpa
orang-orang yang tidak mampu.

Luka bakar pada penatalaksanaan antara anak dan dewasa pada prinsipnya sama namun pada
anak akibat luka bakar dapat menjadi lebih serius. Hal ini disebabkan anak memiliki lapisan kulit yang
lebih tipis, lebih mudah untuk kehilangan cairan, lebih rentan untuk mengalami hipotermia
(penurunan suhu tubuh akibat pendinginan).

Luka bakar pada anak 65,7% disebabkan oleh air panas atau uap panas (scald). Mayoritas dari
luka bakar pada anak-anak terjadi di rumah dan sebagian besar dapat dicegah. Dapur dan ruang
makan merupakan daerah yang seringkali menjadi lokasi terjadinya luka bakar. Anak yang memegang
oven, menarik taplak dimana di atasnya terdapat air panas, minuman panas atau makanan panas.

Prognosis dan penangangan luka bakar terutama tergantung pada dalam dan luasnya
permukaan luka bakar; dan penanganan sejak fase awal sampai penyembuhan. Selain itu faktor letak
daerah yang terbakar, usia, dan keadaan kesehatan penderita juga turut menentukan kecepatan
penyembuhan.

Oleh karena itu, semua orang khususnya orangtua, harus meningkatkan pengetahuan
mengenai luka bakar dan penanganannya, terutama pada anak-anak.
2. Epidemiologi 4,5

Di rumah sakit anak di Inggris, selama satu tahun, terdapat sekitar 50.000 pasien luka bakar
dimana 6400 diantaranya masuk ke perawatan khusus luka bakar. Antara 1997-2002 terdapat 17.237
anak di bawah 5 tahun mendapat perawatan di gawat darurat di 100 rumah sakit diAmerika. Jumlah
kasus pada anak sering berhubungan dengan kekerasan pada anak terutama anak laki-laki dan sangat
muda. Ini sering terjadi pada orang tua tunggal dan tinggal di rumah yang sangat sederhana. Insidens
beragam antara 1,7 – 8 % dari kejadian luka bakar di Amerika Serikat. Pada pemeriksaan biasanya
akan ditemukan tanda-tanda kekerasan atau jejas trauma terutama pada ekstremitas bawah. Adapula
tanda luka bakar atau scar akibat sundutan api rokok.

Sedangkan di Indonesia sejak digulirkan program pemerintah tentang konversi minyak tanah
ke tabung gas elpiji 3 kg, kasus luka bakar terus meningkat, Data MKI (Masyarakat Konsumen
Indonesia) ledakan tabung gas 3 kg selama Januari 2008 sampai Mei 2010 sebanyak 10.000 kasus
kebakaran terjadi di Jakarta Utara. 156 kebakaran terjadi di Jakarta Timur. 1738 kebakaran di Jakarta
Pusat. 2.789 kasus kebakaran di Jakarta Barat. 2.654 kebakaran di Jakata Selatan. 29.110 kebakaran
di Bekasi. 22.189 kebakaran di Depok. 11.712 kebakaran di Bogor dan Bandung. 44.405 kebakaran di
Jawa Tengah, 14.950 kebakaran di Jawa Timur. 18.500 kebakaran di Bali. 18.990 kebakaran di Sulawesi
Selatan. 30.000 kebakaran di Selawesi Utara. dan 130.650 kebakaran di Sumatera. Dari jumlah kasus
kebakaran tersebut pastinya akan banyak lagi korban luka bakar dengan mencakup dari berbagai jenis
usia dan tingkat keparahan luka bakar.

Data angka kematian kasus luka bakar dari RSPAD Gatot Soebroto Jakartamulai Januari 1998
sampai dengan Desember 2003 berdasarkan distribusi usia mengambarkan bahwa kasus anak dengan
usia < 5 tahun menempati tempat pertama dalam jumlah kasus luka bakar yang terjadi dengan angka
24 kasus dan diikuti kasus pada usia produktif yaitu usia 21-50 tahun dengan angka 14 kasus.

Tabel. 1 Angka kematian kasus luka bakar yang dirawat di RSPAD Gatot Soebroto Jakarta mulai
Januari 1998 sampai dengan Desember 2003 berdasarkan distribusi usia.

Kelompok Usia Jumlah kasus yang Presentasi luas luka bakar Angka
dirawat(kumulatif) Kematian
(tahun)
< 40%  40%
 

5 24 23 1 0 0

5-14 9 7 2 0 0

14-21 1 1 0 0 0

21-50 19 14 4 1 0
 50 6 6 0 0 0
BAB II
ISI

1. DEFINISI 1

Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak
dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi.

2. ETIOLOGI 3

Luka bakar berdasarkan penyebab dibedakan atas:

 Luka bakar karena api

 Luka bakar karena air panas

 Luka bakar karena listrik dan petir

 Luka bakar karena bahan kimia ( yang bersifat asam atau basa kuat )

 Luka bakar karena radiasi

 Cedera akibat suhu sangat rendah ( frost bite )

Kerusakan jaringan disebabkan oleh api lebih berat dibandingkan dengan air panas; kerusakan
jaringan akibat bahan yang bersifat koloid (misalnya bubur panas) lebih berat dibandingkan air panas.
Luka bakar akibat ledakan juga menyebabkan kerusakan organ dalam akibat daya ledak (eksplosif).
Pada luka bakar yang disebabkan oleh bahan kimia terutama asam menyebabkan kerusakan yang
hebat akibat reaksi jaringan sehingga terjadi diskonfigurasi jaringan yang menyebabkan gangguan
proses penyembuhan.

Luka bakar pada anak 65,7% disebabkan oleh air panas atau uap panas (scald). Mayoritas dari
luka bakar pada anak-anak terjadi di rumah dan sebagian besar dapat dicegah. Dapur dan ruang makan
merupakan daerah yang seringkali menjadi lokasi terjadinya luka bakar. Anak yang memegang oven,
menarik taplak dimana di atasnya terdapat air panas, minuman panas atau makanan panas.

3. PATOFISIOLOGI 6

A. ZONA KERUSAKAN JARINGAN


1. Zona Koagulasi

Daerah yang langsung mengalami kerusakan (koagulasi protein) akibat pengaruh panas.

2. Zona Statis

Daerah yang berada langsung di luar zona koagulasi, terjadi kerusakan endotel pembuluh
darah disertai kerusakan trombosit dan leukosit, sehingga terjadi gangguan perfusi (no
flow phenomena), diikuti perubahan permeabilitas kapiler dan respons inflamasi lokal.
Proses ini berlangsung selama 12-24 jam pasca cedera dan mungkin berakhir dengan
nekrosis jaringan.

3. Zona Hiperemi

Daerah di luar zona statis, ikut mengalami reaksi berupa vasodilatasi tanpa banyak
melibatkan reaksi seluler.

B. FASE LUKA BAKAR6

Dalam perjalanan penyakit dibedakan 3 fase pada luka bakar, yaitu :

1. Fase awal, fase akut, fase syok

Pada fase ini problem yang berkisar pada gangguan saluran nafas karena adanya cedera
inhalasi dan gangguan sirkulasi. Pada fase ini juga terjadi gangguan keseimbangan sirkulasi
cairan dan elektrolit, akibat cedera termis yang bersifat sistemik.

2. Fase setelah syok berakhir / diatasi / fase subakut

Fase ini berlangsung setelah syok berakhir / dapat di atasi. Luka terbuka akibat kerusakan
jaringan (kulit dan jaringan dibawahnya) dapat menimbulkan masalah, yaitu :

a. Proses inflamasi

Proses inflamasi yang terjadi pada luka bakar berbeda dengan luka sayat elektif; proses
inflamasi di sini terjadi lebih hebat disertai eksudasi dan kebocoran protein.

Pada saat ini terjadi reaksi inflamasi lokal yang kemudian berkembang menjadi reaksi
sistemik dengan dilepaskannya zat-zat yang berhubungan dengan proses immunologik,
yaitu kompleks lipoprotein (lipid protein complex, burn-toxin) yang menginduksi respon
inflamasi sistemik (SIRS =Systemic Inflammation Responsesyndrome).

b. Infeksi yang dapat menimbulkan sepsis

c. Proses penguapan cairan tubuh disertai panas / energi (evaporative heat loss) yang
menyebabkan perubahan dan gangguan proses metabolisme.
3. Fase lanjut

Fase ini berlangsung setelah terjadi penutupan luka sampai terjadi maturasi.
Masalah pada fase ini adalah timbul penyulit dari luka bakar berupa parut hipertrofik,
kontraktur dan deformitas lain yang terjadi karena kerapuhan jaringan atau organ-organ
stuktural, misalnya bouttoniérre deformity.

C. PATOFISIOLOGI 1,6

1. Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan.Pembuluh kapiler yang
terkena suhu tinggi rusak sel darah yang di dalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi
anemia.

2. Meningkatnya permeabilitas menyebabkan udem dan menimbulkan bula denganmembawa


serta elektrolit. Hal ini menyebabkan berkurangnya volume cairan intravaskuler. Tubuh
kehilangan cairan antara ½ % - 1 %, “Blood Volume ” setiap 1 % luka bakar. Kerusakan kulit
akibat luka bakar menyebabkan kehilangan cairan tambahan karena penguapan yang
berlebih (insensible water lossmeningkat).

3. Bila luka bakar lebih dari 20 % akan terjadi syok hipovolemik dengan gejala yang khas yaitu :
gelisah, pucat dingin berkeringat, nadi kecil, dan cepat, tekanan darah menurun dan
produksi urine menurun (kegagalan fungsi ginjal).

4. Pada luka bakar daerah wajahdapat terjadi kerusakan mukosa jalan nafas karena gas, asap
atau uap panas yang terhisap. Gejala yang timbul adalah sesak nafas,takipneu, stridor, suara
serak dan berdahak berwarna gelap karena jelaga. Dapat juga terjadi keracunan gas CO atau
gas beracun lain. CO akan mengikat hemoglobin dengan kuat sehingga tak mampu mengikat
oksigen lagi. Tanda keracunan yang ringan adalah lemas, bingung, pusing, mual dan
muntah. Pada keracunan berat terjadi koma. Bila lebih 60 % hemoglobin terikat
CO,penderita akan meninggal.

4. KLASIFIKASI LUKA BAKAR 2,3

Klasifikasi luka bakar dibagi atas berdasarkan penyebab/ etiologi (seperti dijelaskan diatas) dan
kedalaman luka bakar.

A. Klasifikasi berdasarkan penyebab


Luka bakar dibedakan menjadi beberapa jenis, antara lain:

 Luka bakar karena api

 Luka bakar karena air panas


 Luka bakar karena bahan kimia (yang bersifat asam atau basa kuat)

 Luka bakar karena listrik dan petir

 Luka bakar karena radiasi

 Cedera akibat suhu sangat rendah (frost bite)

B. Klasifikasi berdasarkan kedalaman luka

Lama kontak jaringan dengan sumber panas menentukan luas dan kedalaman kerusakan
jaringan. Semakin lama waktu kontak, maka semakin luas dan dalam kerusakan jaringan yang
terjadi.

1. Luka bakar derajat satu

Ditandai dengan luka bakar superfisial dengan kerusakan pada lapisan


epidermis. Tampak eritema. Penyebab tersering adalah sengatan sinar matahari. Pada proses
penyembuhan terjadi lapisan luar epidermis yang mati akan terkelupas dan terjadi regenerasi
lapisan epitel yang sempurna dari epidermis yang utuh dibawahnya. Tidak terdapat bula, nyeri
karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi. Dapat sembuh spontan selama 5-10 hari.

2. Luka bakar derajat dua

Kerusakan terjadi pada lapisan epidermis dan sebagian dermis dibawahnya, berupa
reaksi inflamasi akut disertai proses eksudasi. Pada luka bakar derajat dua ini ditandai dengan
nyeri, bercak-bercak berwarna merah muda dan basah serta pembentukan blister atau
lepuh.biasanya disebabkan oleh tersambar petir, tersiram air panas. Dalam waktu 3-4 hari,
permukaan luka bakar mengering sehingga terbentuklah krusta tipis berwarna kuning
kecoklatan seperti kertas perkamen. Beberapa minggu kemudian, krusta itu akan mengelupas
karena timbul regenerasi epitel yang baru tetapi lebih tipis dari organ epitel kulit yang tidak
terbakar didalamnya. Oleh karena itu biasanya dapat terdapat penyembuhan spontan pada
luka bakar superfisial atau partial thickness burn.
Gambar. 1 bula pada telapak tangan karena memegang dandang panas, luka in i digolongkan ke dalam luka bakar

derajat dua, karena epidermis berada diatas luka

Dibedakan menjadi 2 (dua):

a. Derajat II dangkal (superfisial)

 kerusakan mengenai sebagian superfisial dari dermis

 apendises kulit seperti folikel rambut, kelenjer keringat, kelenjer sebasea masih utuh

 penyembuhan terjasi spontan dalam waktu 10-14 hari.

b. Derajat II dalam (deep)

 kerusakan mengenai hampir saluruh bagian dermis

 apendises kulit sperti folikel rambut, kelenjer keringat, kelenjer sebasea sebagian masih
utuh.

 Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung apendises kulit yang tersisa. Biasanya
terjadi dalam waktu lebih dari satu bulan.

Gambar.2 ;luka bakar derajat dua dalam, pada anak yang tersiram kopi panas, luka berwarna merah muda, lunak pada

penekanan, dan tampak basah, sensasi nyeri sulit ditentukan pada anak.

3. Luka bakar derajat tiga

Terjadi kerusakan pada seluruh ketebalan kulit. Meskipun tidak seluruh tebal kulit
rusak, tetapi bila semua organ kulit sekunder rusak dan tidak ada kemampuan lagi untuk
melakukan regenerasi kulit secara spontan/ reepitelisasi, maka luka bakar itu juga termasuk
derajat tiga. Penyebabnya adalah api, listrik,atau zat kimia. Mungkin akan tampak berwarna
putih seperti mutiara dan biasnya tidak melepuh, tampak kering dan biasanya relatif
anestetik. Dalam beberapa hari, luka bakar semacam itu akan membentuk eschar berwarna
hitam, keras, tegang dan tebal.

Gambar.3 ;lula bakar derajat tiga, pada anak yang memegang pengeriting rambut luka kering tidak kemerahan dan berwarna

putih

Selama periode pasca luka bakar dini sampai 5 hari, akan sulit untuk membedakan luka
bakar derajat dua atau tiga, tetapi pada minggu kedua sampai minggu ketiga pasca luka bakar
di mana tampak drainase dan eschar yang terpisah dari luka bakar derajat tiga. Setelah eschar
diangkat, sisa jaringan dibawahnya (biasanya lapisan subkutan) akan membentuk jaringan
granulasi, suatu massa yang terdiri dari sel-sel fibroblas dan jaringan penyambung yang kaya
pembuluh darah kapiler. Permukaan jaringan granulasi yang berwarna merah tua itu terbentuk
setelah 21 hari, dan dalam waktu 1 sampai 2 minggu kemudian sebaiknya dilakukan skin graft.

Gambar 4 Klasifikasi luka bakar berdasarkan kedalaman luka


Klasifikasi Penyebab Penampakan Sensasi Waktu Jaringan
luar penyembuhan parut

Luka bakar dangkal (superficial Sinar UV, Kering dan Nyeri 3–6 Tidak
burn) paparan merah; hari terjadi
nyala api memucat jaringan
dengan parut
penekanan

Luka bakar sebagian dangkal Cairan atau Gelembung Nyeri bila 7-20 hari Umumnya
(superficial partial-thickness uap panas berisi cairan, tidak
terpapar
burn) (tumpahan berkeringat, terjadi
udara dan
atau merah; jaringan
panas
percikan), memucat parut;
paparan dengan potensial
nyala api penekanan untuk
perubahan
pigmen

Luka bakar sebagian dalam (deep Cairan atau Gelemb-text- Terasa >21 hari Hipertrofi,
partial-thickness uap panas color; border- dengan berisiko
burn) (tumpahan), style: none penekanan untuk
api, minyak solid solid saja kontraktur
panas none; border- (kekakuan
width: akibat
medium 1pt jaringan
1ptung berisi parut yang
cairan berlebih)
(rapuh);
basah atau
kering
berminyak,
berwarna dari
putih sampai
merah; tidak
memucat
dengan
penekanan

Luka bakar seluruh lapisan (full Cairan atau Putih Terasa Tidak dapat Risiko
thickness uap panas, berminyak hanya sembuh (jika sangat
burn) api, minyak, sampai abu- dengan luka bakar tinggi
bahan abu dan penekanan mengenai >2% untuk
kimia, listrik kehitaman; yang kuat dari TBSA) terjadi
tegangan kering dan kontraktur
tinggi tidak elastis;
tidak
memucat
dengan
penekanan

Tabel 2 Klasifikasi kedalaman luka bakar6

5. PERHITUNGAN LUAS LUKA BAKAR1,2,3

Walaupun hanya perkiraan saja , the rule of nine, tetap merupakan petunjuk yang baik dalam
menilai luasnya luka bakar: kepala, 7 persen, dan leher, 2 persen sehingga totalnya 9 persen. Setiap
ekstrimitas atas, 9 persen : dan bagian anterior,2 x 9 persen. Badan bagian posterior, 13 persen, dan
bokong 5 persen, sehingga total 18 persen: dan setiap ekstrimitas bawah, 2 x 9 : dan genitalia , 1
persen.

Gambar 5. Perhitungan luas luka bakar berdasarkan Rule of Nine oleh Wallace

Untuk area luka bakar yang tersebar kita dapat memperkirakan persentasenya dengan
menggunakan tangan dengan jari-jari pasien, dimana jari-jari dalam keadaan abduksi, dimana sama
dengan kurang lebih 1 persen dari total luas permukaan tubuh pasien.

Pada anak-anak terdapat perbedaan dalam luas permukaaan tubuh, yang umumnya
mempunyai pertimbangan lebih besar antara luas permukaan kepala dengan luas ekstrimitas bawah
dibandingkan pada orang dewasa. Area kepala luasnya adalah 19 persen pada waktu lahir (10 persen
lebih besar daripada orang dewasa). Hal ini terjadi akibat pengurangan pada luas ekstrimitas bawah,
yang masing-masing sebesar 13 persen. Dengan bertambahnya umur setiap tahun, sampai usia 10
tahun, area kepala dikurangi 1 persen dan jumlah yang sama ditambah pada setiap ekstrimitas
bawah. Setelah usia 10 tahun, digunakan persentase orang dewasa.

Rumus rule of nine dari Wallace tidak digunakan pada anak dan bayi karena luas relatif
permukaan kepala anak jauh lebih besar dan luas relatif permukaan kaki lebih kecil. Oleh karena itu,
digunakan rumus 10 untuk bayi, dan rumus 10-15-20 dari Lund dan Browder untuk anak.

Gambar 6. Perhitungan luas luka bakarmenurut Lund and Browder

Lahir-1 1–4 5–9 10 – 14 15


Area tahun tahun tahun tahun tahun dewasa 2nd* 3rd* TBSA

Kepala 19 17 13 11 9 7

Leher 2 2 2 2 2 2

Badan bagian depan 13 13 13 13 13 13

Badan bagian belakang 13 13 13 13 13 13

Pantat kanan 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5

Pantat kiri 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5

Genitalia (kemaluan) 1 1 1 1 1 1

Lengan kanan atas 4 4 4 4 4 4

lengan kiri atas 4 4 4 4 4 4

Lengan bawah kanan 3 3 3 3 3 3

Lengan bawah kiri 3 3 3 3 3 3


Tangan kanan (telapak tangan 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5
depan dan punggung tangan)

Tangan kiri (telapak tangan dan 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5
punggung tangan)

Paha kanan 5.5 6.5 8 8.5 9 9.5

Paha kiri 5.5 6.5 8 8.5 9 9.5

Betis kanan 5 5 5.5 6 6.5 7

Betis kiri 5 5 5.5 6 6.5 7

Kaki kanan (bagian tumit sampai 3.5 3.5 3.5 3.5 3.5 3.5
telapak kaki)

Kaki kiri 3.5 3.5 3.5 3.5 3.5 3.5

Total:

*derajat dua saat ini merupakan luka bakar sebagian baik dangkal maupun dalam; derajat 3 sebagai
luka bakar seluruh lapisan (full-thickness)

Tabel 3. Penilaian luas area tubuh menurut Lund and Browder

6. DERAJAT KEPARAHAN LUKA BAKAR 1


Berdasarkan berat-ringannya luka bakar (American Burn Association):
I. Luka Bakar Berat ( Major Burn Injury )

 Derajat II, terbakar >25% area permukaan tubuh pada dewasa

 Derajat III, terbakar >25% area permukaan tubuh pada anak-anak

 Derajat III, terbakar >10% area permukaan

 Kebanyakan meliputi tangan, muka, mata, telinga, kaki atau perineum

Kebanyakan pasien meliputi :

- Luka inhalasi

- Luka elektrikal

- Luka bakar dengan komplikasi trauma

II. Luka Bakar Sedang

 Derajat II, terbakar 15-25% area permukaan tubuh pada dewasa


 Derajat II, terbakar 10-20% are permukaan tubuh pada anak-anak

 Derajat III, terbakar <10% area permukaan tubuh.

III. Luka Bakar Ringan

 Derajat II, terbakar <15% area permukaan tubuh pada dewasa

 Derajat II, terbakar <10% area permukaan tubuh pada anak-anak

 Derajat III, terbakar <2% area permukaan tubuh.

Indikasi rawat inap :

1. Derajat 2 lebih dari 15% pada dewasa, dan lebih dari 10% pada anak

2. Derajat 2 pada muka, tangan, kaki, perineum

3. Derajat 3 lebih dari 2% pada dewasa, dan setiap derajat 3 pada anak

4. Luka bakar yang disertai trauma visera, tulang, dan jalan napas

7. PENATALAKSANAAN 10

Secara sistematik dapat dilakukan 6c: clothing, cooling, cleaning, chemoprophylaxis, covering
and comforting (contoh pengurang nyeri). Untuk pertolongan pertama dapat dilakukan langkah
clothing dan cooling, baru selanjutnya dilakukan pada fasilitas kesehatan. 7

 Clothing : singkirkan semua pakaian yang panas atau terbakar. Bahan pakaian yang menempel dan tak
dapat dilepaskan maka dibiarkan untuk sampai pada fase cleaning.

 Cooling :

o Dinginkan daerah yang terkena luka bakar dengan menggunakan air dingin
yangmengalir selama 20 menit, hindari hipotermia (penurunan suhu di bawah normal,
terutama pada anak dan orang tua). Cara ini efektif sampai dengan 3 jam setelah
kejadian luka bakar

o Kompres dengan air dingin (air sering diganti agar efektif tetap memberikan rasa dingin)
sebagai analgesia (penghilang rasa nyeri) untuk luka yang terlokalisasi

o Jangan pergunakan es karena es menyebabkan pembuluh darah mengkerut


(vasokonstriksi) sehingga justru akan memperberat derajat luka dan risiko hipotermia
o Untuk luka bakar karena zat kimia dan luka bakar di daerah mata, siram dengan air
mengalir yang banyak selama 15 menit atau lebih. Bila penyebab luka bakar berupa
bubuk, maka singkirkan terlebih dahulu dari kulit baru disiram air yang mengalir.

 Cleaning : pembersihan luka tergantung dari derajat berat luka bakar, kriteria minor
cukup dilakukan dengan zat anastesi lokal, sedangkan untuk kriteria moderate sampai major
dilakukan dengan anastesi umum di ruang operasi untuk mengurangi rasa sakit. Dengan membuang
jaringan yang sudah mati, proses penyembuhan akan lebih cepat dan risiko infeksi berkurang.

 Chemoprophylaxis : pemberian anti tetanus, dapat diberikan pada luka yang lebih dalam dari superficial
partial thickness (dapat dilihat pada tabel II.3 jadwal pemberian antitetanus). Pemberian krim silver
sulvadiazin untuk penanganan infeksi, dapat diberikan kecuali pada luka bakar superfisial. Tidak boleh
diberikan pada wajah, riwayat alergi sulfa, perempuan hamil, bayi baru lahir, ibu menyusui dengan
bayi kurang dari 2 bulan.

 Covering : penutupan luka bakar dengan kassa. Dilakukan sesuai dengan derajat luka bakar. Luka bakar
superfisial tidak perlu ditutup dengan kasa atau bahan lainnya. Pembalutan luka (yang dilakukan
setelah pendinginan) bertujuan untuk mengurangi pengeluaran panas yang terjadi akibat hilangnya
lapisan kulit akibat luka bakar. Jangan berikan mentega, minyak, oli atau larutan
lainnya, akan menghambat penyembuhan dan meningkatkan risiko infeksi.

 Comforting : dapat dilakukan pemberian pengurang rasa nyeri.

Dapat diberikan penghilang nyeri berupa :

 Paracetamol dan codein (PO-per oral)- 20-30mg/kg

 Morphine (IV-intra vena) 0,1mg/kg diberikan dengan dosis titrasi bolus

 Morphine (I.M-intramuskular) 0,2mg/kg

Selanjutnya pertolongan diarahkan untuk mengawasi tanda-tanda bahaya dari ABC


(Airway, Breathing, Circulation).

Airway and Breathing

Perhatikan adanya stridor (mengorok), suara serak, dahak berwana jelaga (black sputum), gagal
napas, bulu hidung yang terbakar, bengkak pada wajah. Luka bakar pada daerah orofaring dan leher
membutuhkan tatalaksana intubasi (pemasangan pipa saluran napas ke dalam trakea/batang
tenggorok) untuk menjaga jalan napas yang adekuat/tetap terbuka. Intubasi dilakukan di fasilitas
kesehatan yang lengkap.
Circulation

Penilaian terhadap keadaan cairan harus dilakukan. Pastikan luas luka bakar untuk perhitungan
pemberian cairan. Pemberian cairan intravena (melalui infus) diberikan bila luas luka bakar >10%. Bila
kurang dari itu dapat diberikan cairan melalui mulut. Cairan merupakan komponen penting karena
pada luka bakar terjadi kehilangan cairan baik melalui penguapan karena kulit yang berfungsi sebagai
proteksi sudah rusak dan mekanisme dimana terjadi perembesan cairan dari pembuluh darah ke
jaringan sekitar pembuluh darah yang mengakibatkan timbulnya pembengkakan (edema). Bila hal ini
terjadi dalam jumlah yang banyak dan tidak tergantikan maka volume cairan dalam pembuluh darah
dapat berkurang dan mengakibatkan kekurangan cairan yang berat dan mengganggu fungsi organ-
organ tubuh.

Cairan infus yang diberikan adalah cairan kristaloid (ringer laktat, NaCl 0,9%/normal Saline).
Kristaloid dengan dekstrosa (gula) di dalamnya dipertimbangkan untuk diberikan pada bayi dengan
luka bakar. Jumlah cairan yang diberikan berdasarkan formula dari Parkland : [3-4 cc x berat badan
(kg) x %TBSA] + cairan rumatan (maintenance per 24 jam). Cairan rumatan adalah 4cc/kgBB dalam 10
kg pertama, 2cc/kgBB dalam 10 kg ke 2 (11-20kg) dan 1cc/kgBB untuk tiap kg diatas 20 kg. Cairan
formula parkland (3-4ccx kgBB x %TBSA) diberikan setengahnya dalam 8 jam pertama dan setengah
sisanya dalam 16 jam berikutnya. Pengawasan kecukupan cairan yang diberikan dapat dilihat dari
produksi urin yaitu 0,5-1cc/kgBB/jam.

8. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1

Pemeriksaan Laboratorium

1. pemeriksaan Hb, Ht tiap 8 jam pada 2 hari pertama, dan tiap 2 hari pada 10 hari
selanjutnya
2. Fungsi hati dan ginjal tiap minggu
3. Pemeriksaan elektrolit tiap hari pada minggu pertama
4. Pemeriksaan AGD bila nafas lebih dari 32x/menit
5. Kultur jaringan pada hari ke-1, 3, 7.

9. PENCEGAHAN LUKA BAKAR 8

Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya luka bakar bagi anak-anak di rumah
:

1. Dapur

A. Jauhkan anak-anak dari oven dan pemanggang. Ciptakan zona larangan di sekitarnya untuk anak-anak
B. Jauhkan makanan dan minuman panas dari jangkauan anak-anak. Jangan pernah membawa makanan
panas dan minuman panas dengan satu tangan dengan ketika ada anak-anak di sekitar anda

C. Jangan masukkan botol susu anak ke dalam mikrowave; dapat menimbulkan daerah yang panas

D. Cicipi setiap makanan yang akan dihidangkan

E. Singkirkan taplak meja menjuntai ketika di rumah ada anak yang sedang belajar merangkak

F. Jauhkan dan simpan bahan kimia (pemutih, amonia) yang dapat menyebabkan luka bakar kimia.

G. Simpan korek api, lilin jauh dari jangkauan. Jangan pernah biarkan lilin menyala tanpa pengawasan.

H. Beli alat-alat listrik dengan kabel yang pendek dan tidak mudah lepas atau menggantung.

2. Kamar mandi

 Jauhkan blow dryer, curling irons dari jangkauan anak

 Pastikan termostat pemanas air pada suhu 120°F (48,8°C) atau lebih rendah. Umumnya air panas
untuk anak sebaiknya suhunya tidak lebih dari 100°F (37,7°C). Jangan biarkan anak bermain dengan
keran atau shower.

3. Di setiap ruangan

 Tutup setiap tempat yang dapat dipakai untuk menusukkan kabel listrik

 Jauhkan anak dari pemanas ruangan, radiator, tempat yang berapi

 Pasang detektor asap dan periksa baterai minimal satu tahun/kali

10. KOMPLIKASI

1. Syok hipovolemik 1,6


Akibat pertama dari luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan. Pembuluh
kapiler yang terpajan suhu tinggi akan rusak dan permeabilitas meninggi. Sel darah yang ada
di dalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi anemia. Meningkatnya permeabilitas
menyebabkan udem dan menimbulkan bula dengan membawa serta elektrolit. Hal ini
menyebabkan berkurangnya volume cairan intravaskuler. Kerusakan kulit akibat luka bakar
menyebabkan kehilangan cairan tambahan karena penguapan yang berlebihan, cairan yang
masuk ke bula pada luka bakar derajat II dan pengeluaran cairan dari kropeng pada luka bakar
derajat III .

Bila luas luka bakar < 20% biasanya mekanisme kompensasi tubuh masih bisa
mengatasi tetapi bila > 20 % terjadi Syok hipovolemik dengan gejala yang khas seperti gelisah,
pucat, dingin , berkeringat, nadi kecil dan cepat, tekanan darah menurun dan produksi urin
berkurang. Pembengkakan terjadi perlahan lahan dan maksimal pada delapan jam.

2. Udem laring 1,6


Pada kebakaran dalam ruangan tertutup atau bila luka terjadi di muka,. Dapat terjadi
kerusakan mukosa jalan napas karena gas , asap, uap panas yang terhisap, udem yang terjadi
dapat menyebabkan gangguan berupa hambatan jalan napas karena udem laring. Gejala yang
timbul adalah sesak napas, takipnea, stridor, suara serak, dan dahak berwarna gelap karena
jelaga.

Setelah 12 – 24 jam, permeabilitas kapiler mulai membaik dan terjadi mobilisasi dan
penyerapan cairan edema kembali ke pembuluh darah . ini ditandai dengan meningkatnya
diuresis.

3. Keracunan gas CO 1,6


Dapat juga terjadi keracunan gas CO atau gas beracun lain. Karbon monoksida akan
mengikat hemoglobin dengan kuat sehingga hemoglobin tak mampu lagi mengikat oksigen.
Tanda-tanda keracunan ringan adalah lemas, bingung, pusing, mual dan muntah. Pada
keracunan yang berat terjadi koma. Bila > 60 % hemoglobin terikat dengan CO, penderita
dapat meninggal.

4. SIRS (systemic inflammatory respone syndrome) 1,6


Luka bakar sering tidak steril. Kontaminasi pada kulit mati, yang merupakan medium yang
baik untuk pertumbuhan kuman, akan mempermudah infeksi. Infeksi ini sulit untuk
mengalami penyembuhan karena tidak terjangkau oleh pembuluh darah kapiler yang
mengalami trombosis. Kuman penyebab infeksi berasal dari kulitnya sendiri, juga dari
kontaminasi kuman dari saluran nafas atas dan kontaminasi kuman dilingkungan rumah sakit.
Infeksi nosokomial ini biasanya berbahaya karena banyak yang sudah resisten terhadap
antibiotik.

Prosesnya dimulai oleh aktivasi makrofag, netrofil, dan pelepasan mediator – mediator,
yang kemudian diikuti oleh :

1. gangguan hemodinamik berupa vasodilatasi, depresi miokardium, gangguan sirkulasi dan


redistribusi aliran.

2. perubahan mikrovaskuler karena endotel dan edema jaringan, mikroemboli, dan


maldigesti aliran.

3. gangguan oksigenasi jaringan. Ketiganya menyebabkan hipoksia seluler dan


menyebabkan kegagalan fungsi organ. Yang ditandai dengan meningkatnya kadar
limfokin dan sitokin dalam darah.

5. MOF (Multi Organ Failure) 1,6


Adanya perubahan permeabilitas kapiler pada luka bakar menyebabkan gangguan
sirkulasi. Di tingkat seluler, gangguan perfusi menyebabkan perubahan metabolisme. Pada
tahap awal terjadi proses perubahan metabolisme anaerob yang diikuti peningkatan produksi
dan penimbunan asam laktat menimbulkan asidosis. Dengan adanya gangguan sirkulasi dan
perfusi, sulit untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel, iskemi jaringan akan berakhir
dengan nekrosis.
Gangguan sirkulasi makro menyebabkan gangguan perfusi kejaringan – jaringan organ
penting terutama otak, hepar, paru, jantung, ginjal, yang selanjutnya mengalami kegagalan
menjalankan fungsinya. Dalam mekanisme pertahanan tubuh, terjadi gangguan pada sistem
keseimbangan tubuh (homeostasis), maka organ yang dimaksud dalam hal ini adalah ginjal.
Dengan adanya penurunan atau disfungsi ginjal ini, beban tubuh semakin berat.

Resusitasi cairan yang inadekuat pada fase ini menyebabkan berjalannya proses
sebagaimana diuraikan diatas. Sebaliknya bila terjadi kelebihan pemberian cairan (overload)
sementara sirkulasi dan perifer tidak atau belum berjalan normal, atau pada kondisi syok;
cairan akan ditahan dalam jaringan paru yang manifestasi klinisnya tampak sebagai edema
paru yang menyebabkan kegagalan fungsi paru sebagai alat pernafasan, khususnya
pertukaran oksigen dengan karbondioksida, kadar oksigen dalam darah sangat rendah, dan
jaringan hipoksik mengalami degenerasi yang bersifat irreversible. Sel – sel otak adalah organ
yang paling sensitive; bila dalam waktu 4 menit terjadi kondisi hipoksik, maka sel – sel otak
mengalami kerusakan dan kematian; yang menyebabkan kegagalan fungsi pengaturan di
tingkat sentral.

Sementara edema paru juga merupakan beban bagi jantung sebagai suatu pompa. Pada
mulanya jantung menjalankan mekanisme kompensasi, namun akhirnya terjadi
dekompensasi.

6. Kontraktur 12,13
Kontraktur merupakan salah satu komplikasi dari penyembuhan luka, terutama luka bakar.
Kontraktur adalah jenis scar yang terbentuk dari sisa kulit yang sehat di sekitar luka, yang tertarik ke
sisi kulit yang terluka. Kontraktur yang terkena hingga lapisan otot dan jaringan tendon dapat
menyebabkan terbatasnya pergerakan.

Pada tahap penyembuhan luka, kontraksi akan terjadi pada hari ke-4 dimana proses ini bersamaan
dengan epitelisasi dan proses biokimia dan seluler dari penyembuhan luka. Kontraktur fleksi dapat
terjadi hanya karena kehilangan lapisan superfisial dari kulit. Biasanya dengan dilakukan eksisi dari
jaringan parut yang tidak elastik ini akan menyebabkan sendi dapat ekstensi penuh kembali. Pada luka
bakar yang lebih dalam, jaringan yang banyak mengandung kolagen akan meliputineurovascular
bundles dan ensheathed flexor tendons, juga permukaan volar dari sendi akan mengalami kontraksi
atau perlekatan sehingga akan membatasi range of motion. Kontraktur yang disebabkan oleh
hilangnya kulit atau luka bakar derajat III pada daerah persendian harus segera dilakukanskin grafting.

11. PROGNOSIS 1

Prognosis pada kasus luka bakar ditentukan oleh beberapa faktor, dan menyangkut mortalitas
dan morbiditas atauburn illness severity and prediction of outcome ; yang mana bersifat bersifat
kompleks.

Beberapa faktor yang berperan antara lain faktor penderita ( usia, gizi, jenis kelamin, dan
kelainan sistemik), faktor trauma ( jenis, luas, kedalaman luka bakar, dan trauma penyerta), dan faktor
penatalaksanaan (prehospital and inhospital treatment).

Prognosis luka bakar umumnya jelek pada usia yang sangat muda dan usia lanjut. Pada usia
yang sangat muda (terutama bayi) beberapa hal mendasar menjadi perhatian, antara lain sistem
regulasi tubuh yang belum berkembang sempurna ; komposisi cairan intravaskuler dibandingkan
dengan cairan ekstravaskuler, interstitial, dan intraselular yang berbeda dengan komposisi pada
manusia dewasa, sangat rentan terhadap suatu bentuk trauma. Sistem imunologik yang belum
berkembang sempurna merupakan salah satu faktor yang patut diperhitungkan, karena luka bakar
merupakan suatu bentuk trauma yang bersifat imunosupresi.
BAB III
PENUTUP

Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan oleh energi panas atau
bahan kimia atau benda-benda fisik yang menghasilkan efek baik memanaskan atau mendinginkan.
Luka bakar pada penatalaksanaan antara anak dan dewasa pada prinsipnya sama namun pada anak
akibat luka bakar dapat menjadi lebih serius. Hal ini disebabkan anak memiliki lapisan kulit yang lebih
tipis, lebih mudah untuk kehilangan cairan, lebih rentan untuk mengalami hipotermia (penurunan
suhu tubuh akibat pendinginan).

Luka bakar pada anak 65,7% disebabkan oleh air panas atau uap panas (scald). Mayoritas dari
luka bakar pada anak-anak terjadi di rumah dan sebagian besar dapat dicegah. Dapur dan ruang makan
merupakan daerah yang seringkali menjadi lokasi terjadinya luka bakar. Anak yang memegang oven,
menarik taplak dimana di atasnya terdapat air panas, minuman panas atau makanan panas.

Luka bakar dangkal dan ringan (superfisial) dapat sembuh dengan cepat dan tidak menimbulkan
jaringan parut. Namun apabila luka bakarnya dalam dan luas, maka penanganan memerlukan
perawatan di fasilitas yang lengkap dan komplikasi semakin besar serta kecacatan dapat terjadi.

Oleh karena itu, semua orang khususnya orangtua, harus meningkatkan pengetahuan
mengenai luka bakar dan penanganannya, terutama pada anak-anak.

DAFTAR PUSTAKA

1. Moenadjat, Yefta, Dr, Sp.BP; Luka Bakar – Pengetahuan Klinik Praktis; Jakarta, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, 2003.

2. Mansjoer, Arif, dkk (editor); Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2, edisi III – Luka Bakar; Jakarta, Media
Aesculapius, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2000.

3. Hansbrough JF, Hansbrough W.Pediatrics Burns. Pedriatics in Review. Vol 20;1999

4. Morgan ED, Bledsoe SC, Barker J.Ambulatory management of Burns. American association of
family Physician, 2000.

5. Anonim. Maret 2010. Artikel tabung gas 3 kg kurang


pengawasan,http://birokrasi.kompasiana.com/2010/06/28/fakta-tabung-gas-3-kg-kurang-
pengawasan/
6. Marzoeki, Djohansjah. Ilmu Bedah Luka dan Perawatannya, Airlangga University Press, Surabaya
1993 : 10 - 19.

7. Fenlon S, Nene S. Burns in children. Continuing Education in Anasthesia, Critical Care&Pain. British
Journal of Anasthesia. 2007

8. Atkinson K. Burns : how to protect your child now. Parenting. 2001.

9. Hudspith J, Rayatt S. First aid and treatment of minor burns. ABC of Burns. BMJ 2004;328;1487-9.

10. Anonymous. Burns, Clinical practice Guidelines. Royal Children’ Hospital Melbourne. 2010

11. Holland AJA. Pediatric burns: the forgotten trauma of childhood. Canadian journal of
Surgery;2006;4;272-7

12. Bisono. Reksopradjo, Soelarto (ed.).Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Cet.I. Jakarta: Binarupa
Aksara.1999

13. Pusponegoro, Aryono D. “Luka” dalam de Jong, Wim (ed.).Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed.2. Cet. I.
Jakarta:EGC. 2005
14. Schwartz, Seymour I. Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah, Cet. I. Jakarta: EGC. 2000.

Tri Danu Warsito di 23.33

You might also like