You are on page 1of 9

T

SHOCK ANAFILAKSIS AKIBAT ANESTESI LOKAL MENGGTINAKAN LIDOCAINE


Maria Martina Nahak

Abstracl

Dnrg i.s a conrpound or product usingfor diagnostic, profilaris or lherapy to give benefts
for p<trierts but sonte tinro.. th"ri is u side effect
of this drug culled ulverse <Irug reutctitsn' Lidocuirw
minor surgery or
is ti Iocat anctesthetit'ttm using by topical or porenlerol to block lhe nerte before
one of lryprsenritit'it1'
Ittoth ertraction ()ne of the-sitle efect of this tlnry is presenling of D'W
smoolh muscle spasm of respiralory
reaction calletl unapl*,iutis shock which is manifestation as
pernrcahility-. Thc importoru:c vtty
uru) gustr,inta.stinul tiutt, r,asrxJilulfutn, und iru:rcu.tc of
vascular
do uguinsl thc
to niamge u1 urwplry,luctetl putiertt is. inrnretliulely repuir tlrc vitul :;igns of pulient,
mttlittltt^t:liurr, yrrcrcntiarrllw relcglsirtg o.f tnvtliulvr uyerrl urul cuntinuing to conffole the vilal
sigru of putienl.
The conclusion i.s; the incidence of anaplrykuis shock caused by
lidocaine rs /ess than I%'
so tlrc clirticiurt rrrust be reutly lo manage thi.s incidence. Before uting
thit' dntg c:liniciun hcl:t t<t d<t
this inciderrce, and
g,ood onantrrcses be.fore lreatnrcnl, prepore all ntedicine and equipntenl face
to

readl to manoge lhis ctue iJ'happen-

shock
Keywards; Lidocaine, Arutphylcris shock, Managentent of anaphylacted

Pendahuluan
Obat adalah senYawa atau Produk simpang obat. Reaksi tipe 'B merupakan rtaksi
yang digunakan untuk diagnostik. terapi yang tidak dapat diprediksi, tidak lazim
maupun prof rlaksis dengan tujuan terjadi, tidak be rgantung pada dosis dan
mendatangkan keuntungan bagi sipemakai sering tidak berhubungan dengan farmakologi
obat. Konsekuensi penggunaan obat salah obat serta hanya terjadi pada individu yang
satunya adalah munculnya reaksi simpang rentan. Reaksi ini meliputi intoleransi, reaksi
obat (adverse drug reaction) yang dapat idiosinkrasi dan reaksi alergi
menambah morbiditas bahkan mortalitas' (hipersensitivitas;' .

Reaksi simpang obat didefinisikan oteh lYorld Hipersensitivitas adalah suatu respon
Health Organization (WllO) sebagai respons antigenik yang berlebihan yang terjadi pada
yang tidak diharaPkan dan sangat individu yang sebelumnya telah mengalami
membahayakan yang ter-iadi pada dosis terapi suatu sensitisasi dengan antigen atau alergen
pada penggunaan obat sebagai profilaksis. tertentu2. Pada tahun l96l Gell dan Coomb
diagnostik maupun terapi penyakit- lnsidens membagi reaksi hipersensitivitas menjadi 4
yang bcrat pada pasicn rarvat inap mencapai golongan vaitu: a) Reaksi hipersensitivitas
6]% dan yang fatal mencapai 0.320 - tipe I (reaksi anafi laksis); b) Reaksi
sedangkan pada Pasicn rawat jalan hipersensitivitas tipe II (reaksi sitotoksik); c)
diperkirakan mencaPai l5 30%' . Reaksi hipersensitivitas tipe Ill (reaksi
Rawlirr dan ThcmPson membagi kompleks imun): d) Reaksi -hipersensitivitas
reaksi simpang obat menjadi dua kelompok tipe iV (reaksi tipe lambat)r'a's2.
yaitu tipc A dan tipe Fl.
'l'ipe A adalah reaksi Reaksi obat alergik (reaksi
yang dapat diprediksi dan lazim terjadi. hipersensitivitas oleh karena penggunaan
bergantung pada dosis, bcrhubungan dengan obat) adalah salah satu bentuk reaksi simpang
larmakologi obat dan dapat terjadi pada tiap obat yang dihasilkan dari respon irnunologik
individu. Reaksi tipe ini dapat terjadi pada terhadap obat atau metabolitnya dan

kira-kira 80% dari kasus-kasus reaksi merupakan masalah utama yang dapat timbul

106
lurnal Kesehatan Glgl Vol' I Nontor 2 (Agustus Z0l3]
akibat pemberian obat. Reaksi obat alergik lidocaine sebagai obat anestik lokal ialah
terjadi pada 6-lAYo kasus reaksi simpang obat. bergabung dengan reseptor spesifik yang
Reaksi yang terjadi dapat ringan sampai berat terdapat pada kanal Natrium menyebabkan
hingga mengancan jiwar. Reaksi obat alergi terjadinya blokade pada kanal tersebut dan
dapat terjadi selama atau setelah pemakaian mengakibatkan hambatan gerakan ion melalui
obat dan yang sering muncul adalah reaksi membrane sehingga konduksi impuls saraf
hipersensitivitas tipe I dan IV. Jenis obat terhambat)0'rr. Lidocaine diabsorbsi secara
penyebab alergi sangat bervariasi. komplit segera setelah diberikan secara
Berdasarkan laporan-laporan tentang reaksi parenteral, dimetabolisme dengan cepat di
obat alergi dikatakan bahwa ohat yang paling hati, mengalami dealkilasi oleh enzim
sering menimbulkan reaksi alergi adalah obat pseudokolin esterase membe ntuk
gulongarr pcrrisilirr tlarr sulfa sclairt itu ttt t ue tl ty Ie gl icy r ry I iJ idt dan gly i rc.ry I i J i Je
rr r

golongan salisilat, asam mefenamat, yang kemudian dapat dimetabolisme lebih


pirazolon, luminal, dilantin, procaine, lanjut menjadi monoethyle glycine dan
lidocaine dan tridion juga dapat menimbulkan rylidide. Kurang lebih 90% dari dosis
reaksi alergi6. Dalam tulisan ini hanya akan lidocaine yang disuntikkan ke dalam tubuh
dibahas tenlang reaksi hipenensitivitas tipe I diekskresikan melalui urine dalarn berbagai
yakni shock anatilaksis akibat anestesi lokal bentuk metabolit dan kurang dari l0%
mcnggunakan I ido,uainc. diekskesikar dalanr bentuk yalg tidak
l.idcrcaine adalah obat anestesi lokal berubahlo'12'lr.
yang diberikan secara lokal (topikal maupun Lidocaine digunakan secara parenteral
parenteral) dan dalam kadar yang cukup dapat untuk anestesi infiltrasi, blokade saraf,
menghambat hantaran impuls pada saraf yang ancstcsi cpidural ataupun ancstcsi kaudal dan
dikenaiT'8. Obat anestesi lokal dari golongan secara setempat untuk anestesi selaput lendir.
cstcr dapat menimbulkan e fek samping Lidocaine juga digunakan secara topikal pada
berupa: dermatitis alergik, ser:rngan asma tindakzrn-tindakan: kateterisasi uretra,
ataupun reaksi anafilaktik yang fatal. Reaksi sistoskopi dan pemasangan pipa endotrakeal
alergi ini diduga terjadi karena hasil hidrolisis sebelum bronkoskopi, menghilangkan nyeri
golongan ester menjadi Para Amino Benzoic yang menyertai wasir, pruritus di daerah
Acid (PABA) dan PABA inilah yang anogenital. Indikasi yang lain adalah
menimbulkan reaksi hipersensifivitas. digunakan untuk menurunkan iritabilitas
Sedangkan golongan amide jarang jantung sehingga digunakan sebagai obat
menimbulkan reaksi hipersensitivitas, namun antiaritmial0.
bahan preservative yang terkandung di Efek samping lidocaine berkaitan
dalamnya yaitu methylparaben dan dengan efeknya terhadap Sistem Saraf Pusat
propylparoben yang mempunyai strulcur misalnya: mengantuk, pusing, parestesia,
kimia menyerupai PABA, diduga dapat gangguan mental, koma dan seizures.
10.
men imhu lkan reaksi hipenensitivitase' Kemungkinan besar yang menyebabkan efek
samping ini adalah metabolit lido,caine yakni
Pemtrahasan mornetilglisiruilidide dan xilidide. Lidocaine
Penggunaan Lidocaine Sebagai Obat dosis bcrlcbihan dapat menyebabkan
Anestesi Lokal kematian akibat fibrilasi ventrikel atau oleh
Lidocaine HCI adalah rnestesi lokal henti jantung. Lidocaine jarang menimbulkan
golongan amino amidc, dengan rumus kimia rcaksi hipersensitivitas, namun kandungan
Crql{zNzO.HCl dan nama kimia: 2- bahan preserrativenya yaitu metlrylparoben
@iethylam ino)-2' -6' -acetoxyl idide dan propylporaben diduga dapat
monohydrochloride dengan herat molekul menimbulkan reaksi inie'r0. Rumus kimia
234,34 mol/g. Lidocaine adalah anestetik Metlrylporaben adalah CH3(C6|'14(OH)COO)
lokal kuat yang digunakan secara luas dengan dengan nama kimia Methyl p-
pemberian topikal dan parenteral. Cara kerja hydroryhereoate dan trerat melekulnya

f rrrnal Kesehatan GigiVol. 1 Nomor 2 (Agustus 2013) 707


152,15 mol/g. Asam benzoate dan bentuk berbagai macam organ, salah safunya adalah
gararnnya maupun derivatnya dalam bentuk terjadinya vasodilatasi umum pembuluh darah
ester asam benzoate b'anyak digunakan perifer dan peningkatan permeabilitias
sebagai p€ngawet pada makanan dan bahan pembuluh darah yang mengakibatkan
kosmetik. Secara umum tidak ada efek terjadinya kebocoran cairan ke jaringan
samping yang ditimbulkan walaupun pada sehingga volume darah menurun't''u. Sistem
beberapa orang, ester asam benzoate dapat organ yang terlibat selain sistem
membebaskan histamine dan menvebabkan kardiovaskuler adalah: kulit, mukosa, sistem
reaksialergir{. pernafasan dan sistem pencemaan' t.

I munopatologis Reaksi Anafi laksis


Terdaprt perbedaan ent&ra respon
Reaksi Hipersensitivitas imun normal dan reaksi hipersensitivitas tipe
Hipcncnsitivitas adalah suatu resporr I. Pcrbcdaan tcrscbut adalah pada rt:spon
antigenik yang berlebihan yang terjadi pada imun normal tidak ada sekresi lgE sedangkan
individu yang sebelumnya telah mengalami pada reaksi hipersensitivitas tipe I terjadi
suatu sensitisasi dengan antigen aLau alergen sekresi IgE yang dihasilkan oleh sel plasma.
tcrtcntu- tlila s€seorang pemah terpapar Adanya alergen pada kontak pcrtama akan
dengan suatu antigen. kemudian terpapar lagi mcnstimulasi sel R untuk memproduksi
untuk kedua kalinya atau lebih, dapat antibodi, yaitu lgE. lgE kcrnudian masuk ke
menimbulkan respon imun sekunder yang aliran darah dan berikatan dengan res€ptor di
berlebihan atau tidak wajar se hingga sel mastosit dan basofil sehingga sel mastosit
menimbulkan reaksi yang merugikan dan atau basofil menjadi tersensitisasi sehingga
menyebabkan kerusakan pada jaringan lase ini disebut fase sensitisasi. Pada saat
tubuhnya2. kontak ulang dengan alergen, maka alcrgen
akan berikatan dengan IgE yang berikatan
Reaksi Hipersensitivitas Tip" I (Reaksi
dengan antibodi di sel mastosit atau basofil
Anafilaksis)
dan menyebabkan te{adinya degranulasi sel
Istilah onoplrylaxis diusulkan oleh mastosit. Degranulasi menyebabkan
Portier dan Richet pada tahun 1902 yang pelepasan mediator inflamasi primer dan
mempelajari dampak toksin ubur-ubur dari sekunder. Mediator primer melepaskan
laut Mediterania pada sekelompok anjing. eosinofil dan neutrofil ser[a menstimulasi
Pada pemberian dosis kedua ternyata terjadinya urtikaria vasodilatasi,
beberapa anjing yang diharapkan meningkatnya permeabilitas vaskular,
menunjukkan peningkatan kekebalan, Sedangkan mediator sekunder menyebabkan
nrenanrpakkan gejala yang tidak diharapkan peningkatalr pelepasan nretabolit asarn
dan berakhir dengan kematian. Fenomena arakidonat (prostaglandin dan leukotrien) dan
tersebut dinamakan anaphylaxi.s yang bcrasal protein (sitokin dan enzim)r.
dari dua kata bahasa Yunani yakni: ano yang Urutan khas dari proses terjadinya
berarti 'Jauh dari" dan plrylrtri.r yang bcrarti reaksi hiperse nsitivitas tipc I adalah: l)
"pcrlindungan" 4 5-I5. produksi IgE oleh sel B sebagai respon
Anafilaksis adalalr suatu respon klinis terhadap antigen paparan pertamq 2)
hipersensitivitas yang akut dan berat yang pengikatan lgE pada res€ptor Fc yang
dapat menyerang berbagai macam organ. terdapat pada permukaan sel mastosit dan
Reaksi hipersensitivitas ini merupakan suahr basofil; 3) interaksi antara antigcn paparan
reaksi hiperse nsitivitas tipe cepat antara kcdua dengan IgE pada permukaan sel yang
antigen dan antibodi spesifik (lgE) yang mengakibatkan aktivasi sel bersangkutan dan
terikat pada sel mast- S€l mast dan basofil pelepasan berbagai mediator yang tersimpan
akan mengeluarkan mediator yang dalam granula sitoplasma se I tersebut.
mcmpunyai efck far rrrakulugik tcrhadap Manifestasi klinik dan keadaan patologtk

f ulrral Kesehatan Gigi Vol. 1 Nomor 2 fAgustus 2013) 108


reaksi hipersensitivitas disebabkan aksi dalam produksi lgE antara individu atopik
mediator-tttediator tersebutl'5, dengan individu normal. lndividu atopik
Faktor terpcnting yang berperan pada memproduksi lgE lebih banyak sebagai
reaksi anafilaktik adalah IgE yang disebut respon terhadap stimulasi antigen tertentu,
antibodi homositotropik atau reagin. lgE sedangkan individu normal biasanya
mempunyai sifat khas yang tidak dimiliki
oleh immunoglobulin kclas lain yoitu memproduksi kelas immunoglobulin lain,
mempunyai daya afinitas yang tinggi pada misalnya lgM, IgC atau hanya sedikit IgE bila
rnastosit dan basofil melalui rcscptor Fc pada distimulasi oleh antigen yang sama. Faktor
permukaan sel yang bersangkutan yang yang berperan mengatur sintesis lgE yaitu: l)
mengikat tiagrnen l-'c-lglj. Sekali tcrikat' IgE faktor keturunan; 2) p€maparan antigen
dapat metekat pada permukaan mastosit dan sebelumnya; 3) sifat antigen; 4) sel Th dan
bzrsufil sclanta bcberapa lttirtggu dan IgE yang sitokin yang dipruluksir.
tcrikat iniluh yang trcrpcran hcsar pada reaksi Selengliapnya, reaksi hipersensitivitas
anafilaktik. Terdapat perbedaan yang jelas tipe I terlihat pada gambar berikut ini :

au'csr rlt
iIt 89
'rn.n.-rto..

-*""***-i. *"-.-- l, #, ,l nFdenf..! [ L


dnd.tE

Gambar 2.1 Mekanismc induksi dan cfcktor reaksi hipcrsensitivitas tipc I

Manifestasi klinis dan diagnmis reaksi pada dada" perasaan lemas, pusing, pening,
h ipersensitivitas tiPe I hipotensi, syncory (kehilangan kesadaran).
Anafilaksis meruPakan reaksi akut Pada sistem gastrointestinal: dysphogia
yang manifestasinya mengenai rnulti organ. (kcsulitan mcnclan), kram pcrut karena
Reaksi anafilaksis mempunyai manifesLasi kontraksi dan spasme otot polos irltestinal.
klinis yang berbeda berhubungan dengan efek mual, muntah, sakit perut dan diare. Pada
sistcmik akibat pelepasan histamine- Sistem mata: gatal, lakrimasi, merah dan bengkak.
organ yang paling sering terkcna adalah: kulit Kematian dapat disebabkan oleh karena gagal
(80-90%), sistcnr pernafasan QAy,), sistcm nalbs dan kolaps kardiovaskuler. Pada anak-
kardiovaskuler (1045%\ dan sistcttt anak penyebab kematiarr palirrg serirlg oleh
pcntr€nraan 3045%)r8're. Manifbstasi pada karena edema laring. Gejala biasanya muncul
kulit dapat benrpa: pruritus, urtikaria 5 - 30 menit setelah antigen disuntikkan akan
angiodema dan eritema. Saluran pernafasan tetapi gejala dapat muncul dalam hitungan
biasanya tcrkcna dengan keluhan: hidung detik. Apabila antigen masuk kc dalant tubulr
yang tersumbat, bersin-bersin, gatal pada melalui saluran p€n€rnaan, maka gejala
hidung, rhinitis, batuk, sesak, stridor. biasanya muncul dalam beberapa menit
bronkospasme, h i persekrcsi m ukus, v' he e z i ng, sampai 2 jam't'u''t
dispnea dan gagal nafas. Terhadap sistem Reaksi anafilaksis dapat didiagnosa
karidovaskuler: palpitasi, takikardi, rasa sakit berdasarkan kriteria klinis yang muncul.
-!tt!

f urnal Kesehatan Gigi Vol. 1 Nomor 2 (Agustus 2013) 109


Apabila salah saru dari 3 kriteria berikut yakni: sifat obat dan pajanan obat serta falror
terpenuhi dan tampak nyata pada pasien, yang berhubungan dengan pasien yakni:
maka pasien didiagnosa mengalami reaksi faktor genetik, penyakit dan pengobatan
hipenensitivitas. Kriteria-kriteria tersebut medis yang menyertai. Suatu obat dikatakan
adalah: imunogen lemah atau tidak imunogen bila
l) Permulaan gejala muncul dalam hitungan berat molekulnya kurang dari 4000 dalton.
nrenit sampai beberapa jam setelah pa-sien Scbagian bcsar obat-obatan mcrupakan
terpajan dengan alergen, dimana muncul senyawa kimia organik sederhana dengan
ge.jala klinis pada kulit dan mukosa berat molekul rendah biasanya kurang dan
berupa: rasa gatal dengan bintik-bintik 1000 dalton, sehingga merupakan imunogen
merah dan membengkak (hives), itchines.s, lemah bahkan tidak imunogen. Obat dengan
atau sesak nafbs. atau sukar bernafas atau berat molekul yang besar (makomolekul)
hipotensi. ntisalnya anti serunl, kinropapairr.
2) l)ua atau lcbih gcjala yang nluncul scgcra strcptokinasc, L-trsparagiltase d:ur insulin,
setelah terpajan dengan alergen: hipotensi, merupakan antigen yang kompleks yang
gejala yang timbul pada saluran potensial untuk menyebabkan sensitisasi pada
pcmalasan yang muncul bersamaan. pasienro. Obat-obatan dengan berat molekul
gejala-gejala yang muncul pada saluran rendah dapat menjadi imunogenik bila obat
pencemiun, atau juga muncul gejala pada atau metablitnya berikatan dengan carrier
kulit dan nrukosa tttakrurrrolckul dalarrr .iarirrgan rnclalui ikatan
3) Muncul gejala hipotensi yang rerjadi kovalen membentuk kompleks hopten-carrier
dalam beberapa menit sampai beberapa sehingga menjadi antigen yang efektif. Pada
jam setelah terpajan dengan alergen yang individu yang rentan, kompleks hapten-
telah diketahui sebelumnya | 7'20. carrier akan dipresentasikan oleh APC pada
sel limfosit T yakni sel Th: yang akan
Alergi Obat menstimulasi sel B untuk memproduksi lgE
Alergi obat adalah respon abnormal sebagai respon terhadap pajanan obat
seseorang terhadap obat atau metabolitnya pertama. Selanjutnya akan ter.jadi pengikatan
melalui reaksi imunologi yang dikenal IgE pada reseptor Fc yang terdapat pada
sebagai reaksi hipersensitivitas yang terjadi permukaan sel mast dan basofil. Interaksi
selarna atau setelah pemakaian obat tertentu. anlara obat sebagai antigen pada pajanan
Alergi obat dapat terjadi melalui semua kedua dengan lgE pada permukaan sel
mekanisme hipersensitivitas menurut Gell dan mengakibatkan aktivasi sel mast dan basofil,
Coomb, nantun yang tersering melalui reaksi teriadi degranulasi sel mast / basofil dan
tipe I dan IV. Jenis obat penyebab alergi muncul reaksi klinis khas seperti urtikaria dan
sangat bervariasi namun yang tersering adalah anafilaksis. Apabila terjadi aktivasi sel Thl
obat dari golongan penisilin dan sulfa, namun akan menyebabkan produksi sitokin sep€rti
beberapa obat lain yaitu dari golongan lL-2 dan IFN-y yang mengakibatkan aktivasi
salisilal pirazolon, asam mcfcnamat, luminal. sel T sitotoksik scrta menyebabkan reaksi
f'e notiazin, dilantin, tridion dan obat-obat
seperti derrnatitis kontakr,
ancstesi lokal yakni: procaine dan lidu-airrc
juga dapat menyebabkan reaksi alergi. Alergi Rcaksi Anafilaksis pada penggunaan
obat biasanya terjadi pada paparan kedua atau Lidocaine Sebagai Obat Anestesi Lokal
lebih, sedangkan paparan pertama merupakan Reaksi alergi yang terjadi pada
6.
fase sensitisasi inrunologikl penggunaan anestesi
lokal golongan amino
Im unopatogenesis alergi obat ester misalnya procaine dan tetracaine
merupakan hal yang tidak biasa terlebih lagi
Belrcr apa laktor risiko dapat pada pcnggunaan ancstesi lokal dari golongan
mempengaruhi respon imun terhadap obat amino amide misalnya lidocaine dan
yaitu lalitor yang berhubungan dengan obat bupivacaine merupakan hal yang sangat

f urnal Kesehatan GigiVol. 1 Nomor 2 (Agusnrs 2013) 110


jarang terjadi. Kebanyakan reaksi yang Hapten-carrier complex dari lidocaine yang
muncul pada penggunaan anestesi lokal dalam imunogenik menugsang sel B dengan
klinik biasanya terjadi karena faktor bantuan sel Th2 untuk nrembentuk IgE. IgE
kecemasan. serangan panik respon vasovagal diikat oleh sel mast dan basofil melalui
atau kesalahan menyuntikkan bahan anestesi reseptor Fc. Sel mast banyak ditemukan pada
lokal ke dalarn perlbuluh darah. Kejadian .jaringan ikat di bawah pcrmukaan cpitcl.
reaksi alergi yang sebenarnya mempunyai termasuk pada jaringan submukosa traktus
insidens kurang dari lo/n pada flenggunaan gastrointestinal, trakfus rerspiratorius dan
anestesi lokalejl. pada lapisan dermis kulit. Apabila tubuh
Penggunaan lidocaine sebagai anestesi terpajan ulang dengan antigen yang salna
lokal tidak menimbulkan alergi. Namun maka antigen akan diikat oleh IgE yang sudah
demikian bahan presenalive yang terkandung ada pada permukaan sel mast / basofil. Akibat
di dalamnya yaitu nethyl poroben dan propvl ikatan antigen-lgE, sel mast / basofil
puraben yang mempunyai struktur kinria mengalami degranulasi dan melepaskan
mirip dengan PABA, bahan tersebutlah yang mediator anlara lain: hisramin, leukotrin dan
menimbulkan reaksi alergi. Sediaan lidocaine prostaglandin. Respon fisiologis terhadap
baik dalam bentuk laruhn alaupun jelly mediator tersebut anlara lain: spasme otot
biasanya mengandung bahan pengawet metlryl grlos pada traktus respiratorius dan
paraben 0.061% dan propvl paraben 0.027% gastrointestinal, vasodilatasi, peningkatan
9J | .lJ
p€rmeabilitas vaskular. Hal tersebut
Mekanisme terjadinya reaksi menimbulkan gejala klasik anafilaksis seperti
anafilaksis pada pengguninn lidocain sama fushing (kemerahan), urtikari4 pruritus.
dengan reaksi anafilaksis oleh karena pajanan spit^sme otot bronkus dan kram pada abdomen
alergen yang lain dimana metlryl paraben dan dengan neuseo, vomitus dan diare. Hipotensi
propyl paraben dianggap sebagai antigen, dan shock dapat terjadi sebagai akibat dari
sehingga individu yang rentan dan terpajan kch i lan gan vo I umc i ntravasku lcr, vasod i latas i,
dengan antigen tersebut akan mengalami dan disfungsi miokard. Mekanisme reaksi
reaksi anafilaksis. Antigen (methyl paraben hipersensitivitas tipe I akibat anestesi lokal
dan propyl paroben) yang masuk ke dalam menggunakan lidocaine terlihat pada gambar
tubuh pada penggunaan lidocaine sebagai 2.2 berikut:
anestesi lokal, mula-mula berikatan dengan
zat makromolekul dalam jaringan membentuk
hap I e n-c arr i e r c o m p I e x s€cara i katan koval e n.
MEx.r\rgrt rtl.tst HIErsDsrmTt{s npE I (c.ndd
AXSfts LO(.|I l€rm^A{ X uD{At}i l$tr
^-na^l Cd
l'dtr6lr
BJvt

_>

Anligen" Unbound
g€n Prerenting Cell T Cell Uymphocye Plosmo Cell tst uolCell
{C.r*.s Hit
Ctl ti,adr an
l
Releore

Rtzlisi ,\nalllal.sis G- of <-


lnfiommotory
A,lediolors

Jurnal Kesehatan Gigi Vol. 1 Nomor 2 fAgustus 2013J 11i


\1:rlfest:s. ila.: :,:-: t";g :eqadi lt Pemberian oksigen melalui hidung atar
f ils :<-g::::,:"- ::dsfrf,S -.i.., Ciantaranla mulut 5 - l0 liter / menit. Apabila te{ad
3:: ;' :i:r-: ;.-*atlte**cis mlliai dari urtikaria obstruksi dipertimbangkan untul.
-.r--: ::-t: :€:JJ: sr_qefiik sanrpai terjadinya dilakukan in tubasi cndotrachsal.
' rr ,- r. ir;i-ie[' j" alau dallat juga rsrksi l) Pavrng rotheter intnr vena (infrce) dengar
:.:e:sns:rir ir.a-< tipe IV dengan cairan elekrrolit seimbang (Ringer laktai
;: :u i fcst.,. silry'a adalah dsrmati tis kontak
r r
atau alau NoCl 0,9%) untuk mcngisi
reaksi anafilaktoid. Manilestasi klinik yang kekurangan cairan pada pembuluh darah
mungkin muncul adalah: hipotensi, yang melebar, ditambah dextrose 5%
takikardiB, bintik-bintik kcmcrahan dan sebagai tambahan nutrisi
membengkak (hives), angioedem4 dyspnea, 4) Medikamentosa: a) adrenalin l:1000.
bronchospasme dengan wheezing, atau
rhinorrheae2t -
sebanyak 0,3 - 0,5 ml secara SC atau IivI
pada lengan atas atau paha dan dapat
Pasicn yang menunjuklian adanya diulang 2-3 kali dengan selang waktu 5 _
reaksi hipersensitivitas terhadap salah satu l0 menit padakedaaan yang parah vmpai
obat anestesi lokal baik dari golongan amino tekanan darah systole mencapai 100
ester maupun amino amide, harus mmHg; b) Diphenhidramine diberikan
diperkirakan bahwa pasien tersebut tlapat juga pe rlahan-lahan secara lV atau Ilvi
mengalami reaksi alergi yang sama terhadap Pcmbcrian PO dengan dosis l-2 mglkgBB
obat-obat anestesi lokal yotrg scgololg,rxl. surnpui dcngan 50mg dosis tunggal.
Demikian pula apabila pasien menunjukkan Pemberian PO dapat dilanjurkan riap 6
adanya reaksi alergi terhadap anestesi lokal jam selama 48 jam. Apabila pasien tetap
golongan amino ester. kemungkinan pasien merasa sesak dan hipotensi masih terjadi.
bisa alergi juga terhadap anestesi lokal maka segera rujuk; c) Aminophilin
golongan 0mino amide olch karcna bahan dibcrikan bila tcrdapat spasme bronkus
preservotive yang terkandung dalam dengan dosis 4-6 rng/kg BB dilarutkan
kemasannya mempunyai struktur kimia yang dalam l0 ml garam faali diberikan secara
mirip dengan hasil metabolit golongan amino lV (perinfus) selama Z0 menit dan
ester yaitu PABA. Apabila terjadi hal dilanjutkan dengan dosis 0,2 - 1,2 mglkg
demikian maka obat anestesi lokal yang aman BB apabila masih dibutuhkan; d)
digunakan adalah Mepivacaine dari golongan Korticosteroid / hidrocortison dengan
amino amide oleh karena dalam kemasannya dosis 100 - 200 mg untuk ntencegah
tidak mengandung mctlryt parabt,n sebagai relaps.
bahan prerserva!ivee. 5) Monitoring: Observasi ketat selama 24
.iam sampai keadaan fungsi membaik.
Penatalaksanaan pasien dengan shock Pemeriksaan klinis yang dilakukan
anafi laksis akibat p€nggu naa n lidocaine adalah: keadaan umum pasien, kesadaran,
Penatalaksanaan pasien dengan .shock v,ital sign, produksi urinc dan keluhan lain
anafilaksis baik oleh karena terpajan lidocainc yang menyerlait5z.
atau alergen bentuk lain harus selalu dimulai
dengan tindakan umum untuk rnemulihkan Pencegahan {crjadinya shock anafilaksis
perfusi jaringan dan oksigenasi sel. tJnfuk pada penggunaan lidocaine
perhrsi jaringan, diperlukan tekanan darah Pencegahan shock anafilaksis
minimal 70 - 80 mmHg supaya kebutuhan menrpakan langkah terpenting dalam setiap
rrrctabolit darr /at a*satll jarirrgan dapat pcmbcrian obat mcskipun tidak lnudah untuk
dipenuhi. Adapun tindakan yang dilaliukan dilaksanakan. Ada beberapa hal yang dapat
adalah sebagai berikut: dilakukan adalah:
l) Penderita langsung dibaringkan dengan l) Pemberian obat harus benar-benar atas
posisi Trandelenberg (posisi kaki lebih indikasiyang kuat dan tepat
tirrggi diri kepala) dengan alas.vang keras. 2) Melakukan anamnesa penyakit alergi
dcngan teliti sebelum memulai tinciakan

Jurnal Kesehatan Gigi Vol. 1 Norrrur 2 fAgustus 20131 112


3) Individu yang mempunyai riwayat permukaan sel mast/basofil. Akibat ikatan
penyakit asma dan riwayat alergi terhadap antigen-lgE, sel mast/basofil mengalami
banyak obat mempunyai risiko lebih degranulasi dan melepaskan mediator antara
tinggi terhadap kemungkinan terjadinya lain: histamin, leukotrin dan prostaglandin.
shock anafilaksis Respon fisiologis terhadap mediator tersebut
4) Penting untuk disadari bahwa test kulit antara lain: spasme otot polos pada traktus
yang negatif, pada umumnya pasien dapat respiratorius dan gastrointestina l, vasod i latas i,
mentoleransi obat-obat tersebut tetapi pen ingkatan permeabi litas vasku lar.
tidak berarti menjamin bahwa tidak akan Penatalaksanaan pasien dengan shock
mengalami reaksi anafilaksis. Orang anafllaksis yang terp€nting adalah tindakan
dengan tes kulit negatif tetapi mempunyai segera unfuk membantu fungsi vital, melawan
riwayat alergi positif mempunyai pengaruh mediator dan mencegah lepasnya
kemungliinan terkena reaksi anafilaksis mediator lebih lanjut serta melakukan
sebesar l-3% sedangkan orang dengan monitoring.
test kulit positit' kemungkinan untuk Kebanyakan doktcr gigi maupun
mengalami reaksi anafilaksis sebesar dokter yang melakukan tindakan bedah minor
60%. mempunyai waham atau ketakutan yang
5) Horus selalu tersedia obat penawar untuk berlebihan akan teriadi:nya shock anafilaksis
mcngantisipasi kemungkinan terjadinya akibat anestesi lokal menggunakan lidocaine
reaksi anafilaksis atau anafilaktoid serta pada tindakan+indakan yang membutuhkan
adanl'a alat-alat bantu resusiursi pada anestesi- Ketakutan te rsebut tidak perlrr
keadaan darurat medisr6. terjadi asalkan para dokter mengetahui
bahwa:
Kesimpulan l) lnsidens terjadinya shock anafilaksis
Lidocaine mcrupakan obat anestesi akibat penggunaan anestesi lokal
lokal golongan amino amide yang digunakan nrenggunakan lidocaine adalah: kurang
secura luas di bidang kedokteran dan dari lo/o
kedokteran gigi. Obat ini dalam sediaannya 2) Untuk menghindari hal tersebut perlu
baik dalam bentuk larutan ataupun jelly dilakukan anamncsa yang cerrnat dengan
biasanya mengandung bahan preservalive menanyakan pada pasien riwayat
yaitu: methyl paraben 0,061% dan propyl penyakit-penyakit alergi tipe I yaitu: a)
paraben 0,027oA. Bahan preservative ini asma bronchial; b) rhinitis alergika; c)
mempunyai struktur kimia mirip dengan urtikaria; d) dermatitis atopik; e) excema;
PABA yang bersifat sangat antigenik. 0 batuk kronis; g) pernahkah pasien
Reaksi hipersensitivitas tipe I pada mempunyai riwayat alergi obat. Para
penggunaan lidocaine terjadi oleh karena dokter harus berhati-hati dengan pasien-
Antigen (methyl paraben dan propyl paraben) pasien dengan riwayat alergi yang
yang masuk ke dalam tubuh bersama demikian.
lidocaine, akan merangsang sel B dengan 3) Persiapan akan kenrungkinan terjadinya
bantuan sel Th2 untuk membentuk lgE. IgE reaksi alergi pada setiap pasicn
akan diikat oleh sel mast dan basofil melalui 4) Siap untuk melakukan penatalaksanaan
reseptor Fc. Apabila tubuh terpajan ulang sfioc,t anafilaksis
dengan antigen yang sama. maka antigen akan
Daftar Pustaka
L PutrA 1.8., 2008. Erupsi Obat Alergik.
Departemen llmu Kesehatan Kulit dan
Kelamin. Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara RSUP H. Adam Malih
Medan
2. Radji, M., 2010. Imunolagi & Virologi.
PT lSFl Penerbitan, Jakaaa

f urnal Kesehatan Gigi Vol. 1 Nomor 2 (Agustus 2013) 113


3. Ktesno, S.B., 2003. Imunologi. Edisi ke4. menghebohkan-
Gaya Baru, Jakarta taiwan&catid:75 :opi ni&ltem id: I 2 3
4. Baratawidjaja, K.G., 2004. Imunologi 15. Tano{ D.V., 2009. Anaplrylactic Shock.
Dasar. Edisi ke-6, Gaya Baru, Jakarta Accesed: 30 Juni 2011. Available from:
5. Subowo, 2009- Imunobiologi. Edisi ke-2. hfrp ://darryl tanod. blogspot.com/2009/02ia
Sagung Seto, Jakarla naph-v actic-sh ock-svok-anafi laktik. htm I
I

6. 2All. Alergi
Harsono, A., Endaryanto, A., 16. Judarwanto, W., 2011. Anoflaksi.s.
Obat. Accesed: 12 Juli 2011. Available Children's Allergy Clinic, Jakarta.
from: Acccscd: l0 Juni 2011. Availablc from:
http://www.pediarik.ceil/isi03.php?pase http:i/www.scribd.com/doc/5 665 9809/ana
:pd t &fiJ e filaksis
:btrn!&hkalegq ri:pd t& d i re kto ri
pdf=O&pdF&htm l:07 I I 0-vxbp223.htm 17. Kemp, S.F., 201 l. Anophyltvs. Accesed:
7. Biworo,A., 2009, Aneslesi Inkol. 30 Juni 201 I . Availablc fronr:
Accesed: l9 Maret 201l. Available from: httrr://emed iciqe.medscape.com./ar1ic lel I 3
httn://farnr ako losi. fi les.wordpress.cur r rAQ l0i5 oysrv&ry
09/09/anestesi-lokal.pd f 18. Oswalt M.L.; Kemp, S.F., 2007.
8. Kamaluddin, M.T., Munaf,S., 2009. Obat Anaphylari.s O_ffice Management arul
Iakol. Departetttett Fanrlakologi
Anesle.si Pr<:vcntion- Immunol Allergy Clin Nurtlr
Fakultas Kedokteran Univ. Srirvijaya. Am 27(2). Accesed: 30 .iuni 201I .
Buku Kedokteran, Jakarta Available front:
g McLeod, I.K., 2008. Locul Anesthetics, h t tp : //e n. rv i k i ped i a.orc/rv i k i/A n aphv I ax i s
Introduction and History. Accesed: 30 19. Simons, F-8., 2009. Anaphylaxis Recent
Juni 201 l. Available from: and Tre alncnl . J.
Advanc'e.s in A.ssessment
http ://emed ic ine.med scape.com/art ic lel8 7 Allergy Clin. lmmunol 124(4). Accesed:
3879-overview 30 Juni 201 l. Availablc front :

10. Sunaryo, 2004, Ane.stetik Lokal, Bagian http://en.wi k iped ia.orry'wikilAnaph-vlax is.
Farmakologi Fakultas Kedokteran Univ. 20. Sampson, H.A., 2006. The Defnition and
lndonesia. Caya Baru, Jakana Management of Anaphylaxis: Summary
I l. Ockvianasari, W., 201l. I'erbandingan Report-Second Nationol Institule of
Perubahon Tekonan Daroh pada Allergt an ldectious Diseases. J. Allergy
Pengfaunaon Lidocoine 5% Hiperbarik Clin. Immunol I l7(2). Accesed: 30 Juni
dan Bupivacaine 0,5% Hiperharik dalam 201 l. Available from :
Anestesi Spinal, Accesed: 30 Juni 2011. http://en.wikipedia.org/wiki/Anaph-vlaxi s
Available from: 2 I . Kapitanyan, R., 2010. Toxicity, Local
h np://d i gi Ii b. uns.ac. i&up I oad/dokumen/8 2 Anesthelic.s. Accesed: 30 Juni 201 I .
80nA7200904541.odf Available fiom:
12. Catterall, W., Mackie, K., 2008, Anestetik http://emedicine.medscape.com/artic le/ I 8
Lokol. Edisi ke- 10. Buku Kcdoktcran, 4455 l-ovcrview
Jakarta 22. Sinha" M.; Sinha, R.. 2008. Anaphylactic
I ni. 2010. Aru:stt:tik Lokul
3. Sumarhe
Lidocaine. Accesed:30 Juni 2011. Admini,stration During Trarsurethral
Available from: Rc.section of thc Prostate.- Case Report.
http //sum arhen i. blo gs. unhas.ac. i d/2 0 I 0/
: I Accesed: 30 Juni 2011. Available from :
2/23ianestetik -loka I-l idokain/ http //cmedic i ne. mcdscaoe.com/articJe/
: I 8
14. Hermansyah, 2010. Methylparaben, 4455 l-overview
Bahon Pengawet. Accesed: 14 Juni 201 l. 23.Panjaitan, Y.W,. 2010. Forensik: Syok
Available from: Anoflaktik. Accesed: 30 Juni 201 l.
http //www.sum eks.co. idlindex. php?opti o
: Available from:
n=comcontent&v iew:artic le&id: I 0966 : hnp://yn gwiepanja itan.bloespot.com/20 I 0
metal - oarabcn-bahan -pen g-ewgt:y3!g,- lQI /Ud:A-na fi lakli k 2 4 - pe ndah u !_uan 1919f,
atau-htrn l/

f urnal Kesehatan Gigi Vol. 1 Nomor 2 {Agustus 2013) 114

You might also like