You are on page 1of 19

ORGANISASI DAN MANAJEMEN KESEHATAN

“Pengelolaan Kebijakan Pemerintah dalam Bidang Kesehatan”

Oleh Kelompok 5

1. Yessi Oktaviani BR Bukit (1610703042)

2. Windi Nurul A. (1610703049)

3. Alia Rahmanndani (1610713073)

4. Syifa Apriliani S. (1610713075)

5. Michelle Beatrice (1610713082)

6. Caroline Atari (1610713118)

Dosen Pengampu:

Rafiah Maharani Pulungan, SKM., MKM

S1 Kesehatan Masyarakat
Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta
Depok, 2018
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang
“Pengelolaan Kebijakan Pemerintah dalam Bidang Kesehatan”.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini tentang “Pengelolaan Kebijakan
Pemerintah dalam Bidang Kesehatan” ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap
pembaca.

Depok, April 2018

Kelompok 5
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................................................4
1.1. Latar Belakang..................................................................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah............................................................................................................................4
1.3. Tujuan...............................................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................................................5
2.1. Kebijakan Pemerintah dalam Kesehatan...........................................................................................5
2.2. Pengelolaan kebijakan pemerintah dalam bidang kesehatan.........................................................12
2.3. Gerakan Pembangunan Berwawasan Kesehatan..........................................................................13
BAB III PENUTUP........................................................................................................................................17
3.1 Kesimpulan......................................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................................18
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kebijakan merupakan rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar
rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak sebagai garis
pedoman untuk manajemen dalam usaha mencapai sasaran (KBBI). Dalam pengambilan
kebijakan pemerintah harus mengarahkan pada tujuan nasional yang terdapat pada
pembukaan UUD 1945 yakni: melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia; memajukan kesejahteraan umum; mencerdaskan kehidupan bangsa; dan
ikut menciptakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan
sosial

Dalam penyelenggaraan kesehatan nasional dibutuhkan kebijakan yang sesuai agar dapat
diimplementasikan untuk kepentingan publik. Sehingga diadakannya pembangunan
kesehatan berwawasan kesehatan untuk meningkatnya kesadaran, kemauan, dan kemampuan
hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan kebijakan pemerintah dalam bidang kesehatan?
2. Apa saja dasar hukum dalam pengelolaan kebijakan pemerintah dalam bidang kesehatan?
3. Apa yang dimaksud dengan Gerakan Pembangunan Berwawasan Kesehatan?

1.3. Tujuan
1. Mengetahui tentang kebijakan pemerintah dalam bidang kesehatan
2. Mengetahui dasar hukum dalam pengelolaan kebijakan pemerintah dalam bidang
kesehatan
3. Mengetahui tentang Gerakan Pembangunan Berwawasan Kesehatan
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Kebijakan Pemerintah dalam Kesehatan


2.1.1 Pengertian Kebijakan Pemerintah
Kebijakan adalah suatu tindakan yang mempunyai tujuan yang dilakukan sesorang pelaku
atau sejumlah pelaku untuk memecahkan suatu masalah. (Anderson dalam Tahir (2014:12)).
Kebijakan pemerintah pada prinsipnya dibuat atas dasar kebijakan yang bersifat luas.
Menurut Werf (1997) yang dimaksud dengan kebijakan adalah usaha mencapai tujuan tertentu
dengan sasaran tertentu dan dalam urutan tertentu. Sedangkan kebijakan pemerintah mempunyai
pengertian baku yaitu suatu keputusan yang dibuat secara sistematik oleh pemerintah dengan
maksud dan tujuan tertentu yang menyangkut kepentingan umum.
Sesuai dengan sistem administrasi Negara Republik Indonesia kebijakan dapat terbagi 2 (dua)
yaitu :
1. Kebijakan internal (manajerial), yaitu kebijakan yang mempunyai kekuatan mengikat
aparatur dalam organisasi pemerintah sendiri.
2. Kebijakan eksternal (publik), suatu kebijakan yang mengikat masyarakat umum.
Sehingga dengan kebijakan demikian kebijakan harus tertulis.

2.1.2 Tingkatan Kebijakan Pemerintah


A. Kebijakan Nasional
Yaitu kebijakan Negara yang bersifat fundamental dan strategis untuk mencapai tujuan
nasional/Negara sesuai dengan amanat UUD 1945 GBHN. Kewenangan dalam pembuat
kebijaksanaan adalah MPR, dan presiden bersama-sama dengan DPR.Bentuk kebijaksanaan
nasional yang dituangkan dalam peraturan perundang-undangan dapat berupa:
a. UUD 1945
b. Ketetapan MPR
c. Undang-undang
d. Peraturan pemerintah pengganti undang undang (Perpu) dibuat oleh presiden dalan hal
kepentingan memaksa setelah mendapat persetujuan DPR.
B. Kebijakan Umum
Kebijakan yang dilakukan oleh presiden yang bersifat nasional dan menyeluruh berupa
penggarisan ketentuan ketentuan yang bersifat garis besar dalam rangka pelaksanaan tugas
umum pemerintahan dan pembangunan sebagai pelaksanaan UUD 1945, ketetapan MPR
maupun undang undang guna mencapai tujuan nasional.
Penetapan kebijakan umum merupakan sepenuhnya kewenangan presiden, sedangkan
bentuk kebijakan umum tersebut adalah tertulis berupa peraturan perundang-undangan seperti
hal nya peraturan pemerintah (PP), keputusan presiden (Kepres) serta Instruksi Presiden (Inpres).
Sedangkan kebijaksanaan pelaksanaan dari kebijakan umum tersebut merupakan
penjabaran dari kebijakan umum serta strategi pelaksanaan dalam suatu bidang tugas umum
pemerintahan dan pembangunan dibidang tertentu. Penetapan kebijakan pelaksanaan terletak
pada para pembantu presiden yaitu para menteri atau pejabat lain setingkat dengan menteri dan
pimpinan sesuai dengan kebijakan pada tinkat atasnya serta perundang-undangan berupa
peraturan, keputusan atau instruksi pejabat tersebut (menteri/pejabat).
2.1.3 Tahapan dalam Penyusunan Kebijakan
Suatu kebijakan pemerintah, tentu saja tidak hadir dengan sendirinya. Ada serangkaian
tahapan yang umumnya ditempuh, yang diawali dari tahap mengidentifikasi persoalan publik.
Tahap identifikasi masalah inilah yang akan menentukan isi dari kebijakan yang akan dibuat.
Dengan kata lain, kejelian pemerintah dalam mengidentifikasi masalah yang tepat menjadi kunci
penting yang menentukan tahapan selanjutnya. Kesalahan pada tahap awal ini akan menjadikan
kebijakan yang dibuat tidak efektif karena mengatasi masalah yang salah. Secara sederhana,
dalam teori sistem, proses dalam penyusunan kebijakan pemerintah terdiri dari tiga tahap.

 Pertama adalah input yaitu tahap menyaring dan memperdalam persoalan publik yang
muncul. Input dapat berasal dari dalam maupun luar sistem pemerintahan (artikulasi
kepentingan).

 Kedua adalah tahap konversi. Dalam tahap ini, berbagai kepentingan atau persoalan yang
masuk akan didiskusikan dan diperdalam melalui berbagai proses, termasuk diskusi
dengan DPR/DPRD.

 Ketiga adalah output yaitu kebijakan pemerintah itu sendiri.

Bagan 1. Tahapan Kebijakan Berdasarkan Teori Sistem


INPUT KONVERSI OUTPUT
(Artikulasi Kepentingan) (Pengolahan) (Kebijakan Publik)
Tahapan dalam penyusunan kebijakan publik secara lebih detil dapat ditemukan dalam teori
kebijakan publik. Ada beberapa langkah yang umumnya dilalui dalam penyusunan suatu
kebijakan pemerintah, yaitu:
1. Identifikasi masalah dan penyusunan agenda (Agenda setting)
Dalam tahap ini, pemangku kebijakan (pemerintah) menemukan suatu masalah atau isu dan
kemudian mewacanakan masalah/isu tersebut dalam agenda publik. Dalam tahap ini, masalah/isu
yang diangkat boleh jadi lebih dari satu, sehingga akan ada masalah/isu yang diprioritaskan dan
ada pula yang akan ditunda. Masalah/isu mana yang akan diprioritaskan akan sangat tergantung
pada: ruang lingkup masalah/isu, dampak dari masalah/isu tersebut, dan juga preferensi politik
penyusun kebijakan.
2. Perumusan kebijakan (policy formation)
Pada tahap ini, pemerintah menyusun beberapa alternatif kebijakan dari persoalan yang
telah ditentukan di tahap pertama.
3. Adopsi kebijakan (policy adoption)
Menentukan kebijakan mana yang akan dipilih dari berbagai alternatif yang telah disusun.
Dalam level tertentu, pada tahap ini, keterlibatan legislatif akan diperlukan.
4. Implementasi kebijakan ( policy implementation)
Tahap ini dapat dikatakan sebagai “menu utama “ dari keseluruhan proses decision
making. Pada tahap ini, kebijakan yang dibuat menjalani proses ujian, dalam arti apakah
kebijakan yang dibuat dapat menjawab permasalahan yang muncul di awal proses, dan apakah
kebijakan tersebut dapat diterima oleh lebih banyak kelompok (karena dalam setiap kebijakan
yang dibuat, pasti akan ada kelompok yang diuntungkan dan yang dirugikan. Semakin banyak
kelompok yang diuntungkan kemungkinan besar akan membuat kebijakan tersebut diterima).
Selain itu, tahap ini memerlukan kesiapan dari aparat pelaksana, yaitu para birokrat dan aparat
negara lain, sebagai pelaksana kebijakan. Implementasi kebijakan tentu saja akan melibatkan
banyak pihak, baik secara institusional maupun individual. Dan untuk itu, hal yang paling
mendasar adalah bagaimana memperhitungkan kemampuan implementator kebijakan (dalam hal
ini birokrasi) untuk dapat menjalankan kebijakan secara efektif dan efisien.
5. Monitoring dan Evaluasi kebijakan (policy monitoring and evaluation)
Tahap ini ditujukan untuk melihat sejauh mana efektifitas dari kebijakan yang dibuat serta
melihat implikasi suatu kebijakan terhadap masyarakat. Dalam hal ini, efektifitas terpenuhi jika
kebijakan yang dibuat dapat mencapai tujuan yang ditetapkan. Tahap evaluasi kebijakan
sebenarnya tidak hanya dilakukan setelah kebijakan diimplementasikan. Tapi ia adalah proses
yang berkesinambungan yang seharusnya muncul pada setiap tahapan pembuatan kebijakan.
Dalam penyusunan kebijakan pemerintah mengacu pada hal-hal berikut :
1. Berpedoman pada kebijaksanaan yang lebih tinggi.
2. Konsistensi dengan kebijaksanaan yang lain yang berlaku.
3. Berorientasi ke masa depan.
4. Berpedoman kepada kepentingan umum.
5. Jelas dan tepat serta transparan.
6. Dirumuskan secara tertulis.

2.1.4 Kebijakan-Kebijakan Pemerintah di Bidang Kesehatan


Pemerintah memiliki banyak kebijakan, contoh kebijakan pemerintah di bidang kesehatan, yaitu:
1. Menyelenggarakan jamkesnas masyarakat
Penggadaan jamkesnas ini sangat di hargai oleh masyarakat, terutamamasyarakat miskin.
Para masyarakat sangat senang, karena dengan jamkesnas inibiaya untuk perawatan di rumah
sakit tidak di bayar oleh masyarakat yang kurangmampu.Pada awal penyelenggaraan program ini
pemerintah sedikit mengalamikesulitan. Karena banyak kita ketahui masyarakat banyak yang
melakukanpenipuan, karena mengaku bahwa mereka adalah orang yang kurang mampusehingga
mereka dapat berobat secara gratis. Dan ini dapat menghalangi hak warga yang memang benar-
benarr mengalami kesulitan dalam hal biayapengobatan dan perawatan di rumah sakit.
2. Menyelenggarakan ASKES (Asuransi Kesehatan)
Askes merupakan asuransi kesehatan. Askes ini dapat di miliki oleh siapa pundengan cara
gajinya di potong oleh pemerintah . cara ini di gunakan sehingga gaji yang di potong sedikitnya
dapat menjadi tabungan, sehinnga dapat membantu meringankan biaya perawatan di rumah sakit.
Askes dapat berlaku di rumah sakit negeri maupun swasta.cara untuk memeperoleh askes yaitu
foto copy ktp, kartupegawai, daftar gaji, akte kelahiran. Biaya perawatan untuk askes gratis.
Askeshampir sama dengan jamkesnas tapi kalau jamkesnas hanya di berikan untuk orang yang
tidak mamou sedangkan askes untuk orang yang memiliki pekerjaan.
3. Melakukan penyemprotan terhadap bibit penyakit
Penyakit sangat cepat penyebaran dan pertumbuhannya. Sehingga pemerintah setiap 3 atau
6 bulan melakukan penyemprotan di setiap wilayah secara bergiliran untuk memusnahkan bibit
penyakit. Penyemprotan biasanya di lakukan di selokanair, di tempat sampah , di kandang hewan
peliharaan dan di rumah masyarakat.Selain melakukan penyemprotan, pemerintah juga biasanya
melakukanpemeriksaan terhadap masyarakat agar tidak terjangkit wabah penyakit danapabila
ada warga yang terjangkita penyakit agar di tangani dengan cepat, agartidak menula ke warga
yang lain.Selain itu, pola hidup sehat dan bersih harus dilakukan oleh warga agar tidak mudah
terserang penyakit.
4. Mendirikan pantai rehabilitasi
Pantai rehabilitasi merupakan tempat bagi orang yang tersandung kasusnarkoba. Dimana
di tempat ini para pecandu di asuh dan di ajari untuk jera darinarkoba. Hala-hal yang biasa di
lakukan yaitu dengan melakukan olahraga,mengerjakan pekerjaan rumah, dan melakukan terapi.
Waktu yang biasanya dibutuhkan untuk menyembuhkan para pecandu sekitar 3 sampai 6 bulan,
terkadanglebih juga.Ini semua tergantung dari kemauan para pecandu untuk terbebas darinarkoba
ini.Seperti yang kita ketahui bahwa narkoba ini sanagt berbahay bagikesahatan manusia.
Narkoba dapat menyerang semua organ tubuh secaraperlahan dan bias menyebabakann kematia
jika terlambat untuk memperolehnarkoba ini. Ketika orang memakai narkoba dapat membuat
mereka menjadi menghayal dan menenangkan pikiran mereka yang sedang mengalami banyak
masalah. Namun cara ini sangat fatal, jika kita tertimpa musibah sebaiknya kitacerita kepada
teman atau pergi ke sebuah tempat untuk menyegarkan kembali pikiran kita.Pemakaian narkoba
dapat membuat orang menjadi gila dan menjadiseorang pencuri, karena apabila kehabisan
narkoba para pemakai mengamuk dan mengambil semua barang- barang yang ada di rumahnya
untuk di jual agar bias membeli narkoba. Sebenarnya narkoba digunakan untuk membius pasien
yang akan di operasi , namun dengan aturan dosis yang tepat.
5. Melakukan penanaman seribu pohon
Pohon merupakan tempat berlindung. Gerakan seribu pohon sangat berguna untuk
kesehatan. Karena apabila pohon tidak ada, maka udara kotor itu tidak ada yang menyerap dan
dapat menjadi sebuah polusi udara yang dapat menjadi toksin dan menyebabkan penyakit.
Karena pohon akan mengubah karbondioksida menjadi oksigen. Dimana oksigen sangat di
butuhkan oleh manusia untuk bernapas. Dimana karbondioksida di gunakan untuk membantu
proses fotosintesis sehingga dapat menghasilkan oksigen. Pemerintah telah banyak melakukan
penanaman pohon ke setiap daerah. Tapi penanaman ini biasanya di lakukan dihutan maupun di
pegunungan guna untuk mencegah banjir dan longsor, karena dihutan maupun gunung banyak
pohon yang di tebang secara liar dan di rusak begitu saja oleh orang-orang yang tidak
bertanggung jawab dan tidak peduli terhadap kelestarian lingkungan.
6. Mengadakan program imunisasi
Imunisasi biasanya di berikan kepada bayi ketika mereka lahir. Pemberian imunisasi ini
berguna untuk memberikan perlindungan terhadap berbagai penyakit.selain itu pemberian
imunisasi juga untuk kekebalan tubuh, menjaga imun tubuh dan membuat para anak menjadi
tumbuh besar dan menjadi anak yangsehat. Banyak anak khususnya di Indonesia mengalami
penyakit akibat tidak melakukan imunisasi. Namun dalam pemberian imunisasi ini harus berhati-
hatidan sesuai takarannya. Apabila berlebihan akan menyebabkan kematian. Usaha pemerintah
dalam hal ini sangat di dukung oleh badan kesehatan, karena memberikan kesadaran kepada para
ornag tua untuk melakukan imunisasi setiapbulan kepada para bayi. Dan pemberian imunisasi ini
di berikan secara gratis dan dipertanggunggugatkan kepada publik.
7. Kebijakan HIV/AIDS
a. Kebijakan Program Nasional
Sebagian besar kasus HIV dan AIDS terjadi pada kelompok perilaku risiko tinggi yang
merupakan kelompok yang dimarjinalkan, maka program-program pencegahan dan pengendalian
HIV dan AIDS memerlukan pertimbangan keagamaan, adat-istiadat dannorma-norma
masyarakat yang berlaku di samping pertimbangan kesehatan. Penularan dan penyebaran HIV
dan AIDS sangat berhubungan dengan perilaku berisiko, oleh karena itu pengendalian harus
memperhatikan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku tersebut.
b. Kebijakan Umum Pengendalian HIV dan AIDS Sektor Kesehatan
1) Upaya pencegahan yang efektif termasuk penggunaan kondom 100% pada setiap hubungan
seks berisiko, semata-mata hanya untuk memutus rantai penularan HIV.
2) Upaya pengendalian HIV dan AIDS merupakan upaya-upaya terpadu dari peningkatan
perilaku hidup sehat, pencegahan penyakit, pengobatan dan perawatan berdasarkan data dan
fakta ilmiah serta dukungan terhadap ODHA.
3) Upaya pengendalian HIV dan AIDS diselenggarakan oleh masyarakat, pemerintah, dan LSM
berdasarkan prinsip kemitraan. Masyarakat dan LSM menjadi pelaku utama sedangkan
pemerintah berkewajiban mengarahkan, membimbing dan menciptakan suasana yang
mendukung terselenggaranya upaya pengendalian HIV dan AIDS.
4) Upaya pengendalian HIV dan AIDS diutamakan pada kelompok masyarakat berperilaku
risiko tinggi tetapi harus pula memperhatikan kelompok masyarakat yang rentan, termasuk
yang berkaitan dengan pekerjaannya dan kelompok marjinal terhadap penularan HIV and
AIDS.
c. Kebijakan Operasional Pengendalian HIV dan AIDS Sektor Kesehatan
1) Pemerintah pusat bertugas melakukan regulasi dan standarisasi secara nasional kegiatan
program AIDS dan pelayanan bagi ODHA.
2) Penyelenggaran dan pelaksanaan program dilakukan sesuai azas desentralisasi dengan
Kabupaten/kota sebagai titik berat manajemen program.
3) Pengembangan layanan bagi ODHA dilakukan melalui pengkajian menyeluruh dari berbagai
aspek yang meliputi: situasi epidemi daerah, beban masalah dan kemampuan, komitmen,
strategi dan perencanaan, kesinambungan, fasilitas, Sumber Daya Manusia (SDM) dan
pembiayaan. Sesuai dengan kewenangannya, pengembangan layanan ditentukan oleh Dinas
Kesehatan.
4) Setiap pemeriksaan untuk mendiagnosa HIV dan AIDS harus didahului dengan penjelasan
yang benar dan mendapat persetujuan yang bersangkutan (informed consent). Konseling
yang memadai harus diberikan sebelum dan sesudah pemeriksaan dan hasil pemeriksaan
diberitahukan kepada yang bersangkutan tetapi wajib dirahasiakan kepada pihak lain.
5) Setiap pemberi pelayanan berkewajiban memberikan layanan tanpa diskriminasi kepada
ODHA dan menerapkan prinsip:
a) Keberpihakan kepada ODHA dan masyarakat (patient and community centered).
b) Upaya mengurangi infeksi HIV pada pengguna Narkotika Alkohol Psikotropika Zat
Adiktif (NAPZA) suntik melalui kegiatan pengurangan dampak buruk (harm reduction)
dilaksanakan secara komprehensif dengan juga mengupayakan penyembuhan dari
ketergantungan pada NAPZA.
c) Penguatan dan pengembangan program diprioritaskan bagi peningkatan mutu pelayanan,
dan kemudahan akses terhadap pencegahan, pelayanan dan pengobatan bagi ODHA.
d) Layanan bagi ODHA dilakukan secara holistik, komprehensif dan integratif sesuai dengan
konsep layanan perawatan yang berkesinambungan.
d. Strategi
Untuk mencapai tujuan program, ditetapkan strategi sebagai berikut:
1) Meningkatkan dan memperkuat kebijakan dan kepemilikan program melalui regulasi,
standarisasi layanan program, mobilisasi dan harmonisasi sumber daya dan alokasi
pembiayaan.
2) Meningkatkan dan memperkuat sistem kesehatan dan manajemen program, melalui
peningkatan kapasitas program, pengembangan SDM program yang profesional, manajemen
logistik, kegiatan Monitoring dan Evaluasi (ME) program dan promosi program.
3) Meningkatkan dan menguatkan sistem informasi strategis melalui pengembangan kegiatan
surveilans generasi kedua, penelitian operasional untuk memperoleh data dan informasi bagi
pengembangan program pengendalian HIV dan AIDS.
4) Memberdayakan ODHA dan masyarakat dalam upaya pencegahan, perawatan, dukungan,
pengobatan dan upaya kegiatan program lainnya, semestinya dapat dijalankan sesuai dengan
prosedur.
8. Kebijakan Angka Kematian Ibu dan Anak (AKI dan AKB)
Angka Kematian Ibu di Indonesia ternyata masih menempati urutan teratas di antara
negara-negara tetangga Asia Tenggara. Bahkan rilis yang dikeluarkan oleh Prakarsa
menunjukkan ada kenaikan yang signifikan atas AKI.
Hasil dari Survei Dasar Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 menunjukkan bahwa terdapat
359 AKI di antara 100 ribu kelahiran hidup. Angka ini melambung ketika dibandingkan pada
2007, dengan 228 kasus AKI di antara 100 ribu kelahiran hidup. Buruknya kondisi di atas tentu
patut disayangkan. Pada 1997, sebenarnya Indonesia pernah ditempatkan oleh WHO sebagai
negara yang berhasil dalam program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).
Pada tahun itu, pemerintah mampu menurunkan angka 390 kasus AKI menjadi 334 di
antara 100 ribu kelahiran dalam kurun waktu tiga tahun. Keberhasilan yang dicapai Indonesia
pada tahun itu tidak terjadi secara instan. Dalam lembaran sejarah, satu dekade sebelumnya,
yaitu pada 1987 saat WHO meluncurkan Safe Motherhood Initiative, Indonesia langsung
menjawabnya dengan mengadakan program Making Pregancy Safer (MPS).
Tak hanya berhenti di situ, pemerintah juga mengembangkan program lainnya. Salah satu
yang dikembangkan adalah tentang hak reproduksi bagi remaja melalui pelayanan konseling
yang baik dan benar. Melihat dari rekam jejak tersebut, tak aneh jika Indonesia pada kurun waktu
antara 1980-2000 terbilang sukses untuk program KIA.
Kebijakan-kebijakan terkait kesehatan ibu dan anak sebenarnya sudah diatur dalam
beragam regulasi yang ada, seperti kewajiban pemerintah untuk mengalokasikan anggaran
kesehatan sebesar 5 persen dari APBN dan 10 persen dari APBD. Ini tentu dimaksudkan agar
memberikan pelayanan maksimal untuk kesehatan, utamanya ibu dan anak. Namun fakta di
lapangan menunjukkan dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) dan RAPBN 2014 alokasinya
hanya sebesar Rp248 milyar atau hanya sekitar 0,54 persen dari total anggaran bidang kesehatan.
Potret seperti ini seharusnya bisa menjadi tamparan keras bagi pemerintah untuk kembali dapat
memprioritaskan KIA dalam kebijkan-kebijakannya. Tidak lain tujuannya untuk kembali
memperbaiki kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak yang merosot drastis akhir-akhir ini.

2.2. Pengelolaan kebijakan pemerintah dalam bidang kesehatan


2.2.1 Dasar hukum
a. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG
KESEHATAN:
- PASAL 1 AYAT 17:
Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden Republik Indonesia
yang memegang kekuasaan Pemerintah Negara Republik Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

- Pasal 20
(1) Pemerintah bertanggung jawab atas pelaksanaan jaminan kesehatan masyarakat
melalui sistem jaminan sosial nasional bagi upaya kesehatan perorangan.
(2) Pelaksanaan sistem jaminan sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

b. Dasar hukum lainnya:


- Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 153 Tahun 2012 tentang Penugasan PT Askes
(Persero) dalam Pengelolaan Manajemen Kepesertaan Program Jaminan Kesehatan
Masyarakat:
a. melakukan verifikasi kepesertaan di Penyelenggara Pelayanan Kesehatan (PPK)
lanjutan yang bekerja sama dengan program Jamkesmas;
b. menerbitkan surat keabsahan peserta;
c. menangani keluhan peserta terkait pengelolaan manajemen kepesertaan.

- Surat Menteri Kesehatan RI No. JP/Menkes/036/2011 tentang penyelenggara manajemen


kepesertaan program Jamkesmas tahun 2011.

- UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2004


TENTANG SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL Pasal 14:
(1) Pemerintah secara bertahap mendaftarkan penerima bantuan iuran sebagai peserta
kepada Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.
(2) Penerima bantuan iuran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah fakir miskin dan
orang tidak mampu.
(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut
dengan Peraturan Pemerintah.

2.3. Gerakan Pembangunan Berwawasan Kesehatan


2.3.1 Latar Belakang

Pembangunn berwawasan kesehatan diarahkan untuk mencapai tujuan nasional


sebagaimana diamatkan dalam pembukaan UUD 1945, yaitu: melindngi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia; memajukan kesejahteraan umum; mencerdaskan
kehidupan bangsa; dan ikut menciptakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi, dan keadilan sosial.
Arah pembangunan berwawasan kesehatan juga sudah tercantum secara ringkas dalam
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional. Untuk dapat memberikan kejelasan yang lebih
spesifik dari arah pembangunan kesehatan tersebut, maka dipandang perlu ditetapkan Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehaan.

2.3.2 Pengertian Gerakan Pembangunan Berwawasan Kesehatan


Gerakan pembangunan berwawasan kesehatan adalah inisiatif semua komponen bangsa
dalam menetapkan perencanaan pembangunan selalu berorientasi untuk mengedapankan upaya
promotif dan preventif pada masalah kesehatan, walaupun bukan berarti mengesampingkan
kegiatan kuratif. Gerakan tersebut berlaku untuk semua komponen bangsa yang
harus berpartisipasi secara aktif baik yang berupa kegiatan individu, keluarga, kelompok
masyarakat, instansi pemerintah maupun swasta.

Pembangunan berwawasan kesehatan merupakan salah satu aspek penting dalam


mewujudkan pembangunan nasional. Pembangunan kesehatan diselenggarakan untuk mencapai
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang demi tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang
optimal (Depkes, 2006).

2.3.3 Tujuan Pembangunan Berwawasan Kesehatan

Tujuan pembangunan berwawasan kesehatan adalah meningkatnya kesadaran, kemauan,


dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang ditandai
oleh penduduknya yang hidup dengan perilaku dan dalam lingkungan yang sehat, memiliki
kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, secara adil dan merata, serta
memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya di seluruh wilayah Republik Indonesia.

2.3.4 Upaya Pokok Pembangunan Berwawasan Kesehatan

Penyelenggaraan pembangunan kesehatan diutamakan bagi penduduk rentan, yakni ibu,


anak, usia lanjut dan keluarga miskin yang dilaksanakan melalui peningkatan; Upaya Kesehatan,
Pembiyaan Kesehatan, Sumber Daya Manusia Kesehatan, Obat dan Perbekalan Kesehatan,
Pemberdayaan Masyarakat, dan Manajemen Kesehatan.

Upaya pokok tersebut dilakukan dengan memperhatikan dinamika kependudukan,


epidemiologi penyakit, perubahan ekologi dan lingkungan, kemajuan IPTEK, globalisasi dan
demokratisasi dengan semangat kemitraan, dan kerjasama lintas sector.

Pembanguna kesehatan diprioritaskan pada pemberdayaan dan kemandirian masyarakat,


serta upaya kesehatan, khusunya upaya promotif dan preventif, yang ditunjang oleh
pengembangan dan pemberdayaan SDM kesehatan.
Dalam penyelengaran pembangunan kesehatan tersebut diberikan perhatian khusus
kepada pelayanan kesehatan bagi penduduk miskin, daerah tertinggal, daerah bencana, daerah
perbatasan, daerah terpencil termasuk pulau-pulau kecil, dengan memperhatikan kesetaraan
gender.

Untuk mencapai sasaran pembangunan kesehatan pada tahun 2025, utamanya dalam
upaya penurunan AKI dan AKB, daya dorong (driving forces) strategis berikut ini harus
diupayakan secara konsisten, yaitu sebagai berikut:

1. Adanya dukungan politis secara nasional dalam upaya penurunan AKI dan AKB.

2. Semua desa memiliki tenaga bidan yang berkualitas (competence), yang ditunjangdengan
dukungan operasional yang memadai.

3. Semua puskesmas telah memiliki tenaga dokter, tenaga paramedic dan non medis sesuai
standar, dengan dukungan sarana dan biaya operasional yang memadai (institutional
competence).

4. Terselenggaranya system pembiayaan kesehatan yang berdasarkan Sistem Jaminan Sosial


Nasional (SJSN).

5. Pemberdayaan masyarakat dalam upaya kesehatan ibu dan anak dapat lebih ditingkatkan.

6. Semua desa telah memiliki Pondok Bersalin Desa atrau Poliklinik Desa yang dilengkapi
dengan sarana dan biaya operasional yang memadai.

7. Semua posyandu telah direvitalisasi dan aktif melaksanakan kegiatan minimum sebulan
sekali.

8. Semua puskesmas mampu melaksanakan Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Dasar


(PONED).

9. Semua rumah sakit di kabupaten/kota mampu melaksanakan Pelayanan Obstetrik dan


Neonatal Komprehensif (PONEK).

2.3.5 Program Pembangunan Kesehatan


Dalam Program Pembangunan Nasional (PROPENAS), ada enam program pembangunan
kesehatan, yaitu;

1. Program lingkungan sehat, perilaku sehat dan pemberdayaan masyarakat

Tujuan umum; Mewujudkan mutu lingkungan hidup yang sehat mendukung tumbuh
kembang anak dan remaja, memenuhi kebutuhan dasar untuk hidup sehat dan
memungkinkan intraksi social serta melindungi masyarakat dari ancaman bahaya yang
berasal dari lingkungan, sehingga tercapai derajat kesehatan, individu, keluarga dan
masyarakat yang optimal.

2. Program upaya kesehatan

Tujuan umum; Untuk meningkatkan pemerataan dan mutu upaya kesehatan yang berhasil
guna serta terjangkau oleh segenap anggota masyarakat.

3. Program perbaikan gizi masyarakat

Tujuan umum; Meningkatkan intelektualitas dan produktivitas sumber daya manusia

4. Program sumber daya manusia

Tujuan umum; Untuk meningkatkan ketersediaan dan keterjangkauan sumber daya


kesehatan serta efetivitas dan efisiensi penggunaannya.

5. Program obat, makanan dan berbahaya

Tujuan umum; Melindungi masyarak dari bahaya penyalahgunaan dan kesalahgunaan


obat, narkotika, psikotropika dan zat adiktif (napza), penggunaan sediaan farmasi,
makanan dan alat kesehatan yang tidak memenuhi persyaratan mutu dan keamanan, serta
meningkatkan potensi daya saing industry farmasi terutama yang berbasis sumber daya
alam dalam negeri.

6. Program kebijakan dan manajemen pembangunan kesehatan

Tujuan umum; Menyediakan dukungan kebijakan dan menjamin manejemen sumber


daya yang efektif dan efisien bagi pembangunan kesehatan.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kebijakan Nasional adalah kebijakan Negara yang bersifat fundamental dan strategis
untuk mencapai tujuan nasional/Negara sesuai dengan amanat UUD 1945. Terdapat beberapa
langkah dalam penyusunan kebijakan pemerintah, yakni: identifikasi masalah dan
penyusunan agenda, perumusan kebijakan, adopsi kebijakan, implementasi kebijakan, dan
monitoring serta evaluasi kebijakan.

Contoh kebijakan pemerintah dalam bidang kesehatan ialah: penyelenggaraan


Jamkesmas, penyelenggaraan Askes nasional, penyemprotan terhadap bibit penyakit,
pengadaan pantai, rehabilitasi, melakukan penanaman seribu pohon, mengadakan program
imunisasi, dan kebijakan lainnya mengenai HIV/AIDS.

Dasar hukum pengelolaan kebijakan pemerintah dalam bidang kesehatan bersumber pada
tujuan negara pada UUD 1945 dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun
2009 Tentang Kesehatan Pasal 1 dan 20 juga didukung dasar hukum lainnya.

Gerakan pembangunan berwawasan kesehatan adalah inisiatif semua komponen bangsa


dalam menetapkan perencanaan pembangunan selalu berorientasi untuk mengedapankan
upaya promotif dan preventif pada masalah kesehatan, tanpa mengesampingkan kegiatan
kuratif agar meningkatnya kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
DAFTAR PUSTAKA
1. KBBI Daring. https://kbbi.kemdikbud.go.id/ diakses pada 4/17/2018 7:08 AM

2. Azizah, Nur. 2012.


https://www.academia.edu/12159364/Kebijakan_Pemerintah_dan_Good_Governance
Diakses 13 September 2011.

3. Ketut, Desak. 2012. https://www.scribd.com/doc/112697024/Kebijakan-Pemerintah-Di-


Bidang-Kesehatan Diakses pada 9 November 2012

4. http://www.depkes.go.id/resources/download/general/UU%20Nomor
%2036%20Tahun2%20009%20tentang%20Kesehatan.pdf

5. https://fhukum.unpatti.ac.id/umum/85-peraturan-perundang-undangan-bidang-kesehatan

6. http://www.jamsosindonesia.com/prasjsn/askes/regulasi

7. https://luk.staff.ugm.ac.id/atur/bpjs/UU40-2004SJSN.pdf

8. http://www.jamsosindonesia.com/kjs/files/06.%202012_KMK%20No.%20153%20ttg
%20Penugasan%20PT%20ASKES%20dalam%20Program%20JAMKESMAS.pdf

9. Nanda. “pembangunan berwawasan kesehatan”. diakses 11 April 2018.


http://asuhankeperawatanonline.co.id/2012/02/pembangunan berwawasan kesehatan

10. Pembangunan Berwawasan Kesehatan 2010.pdf (diakses 11 April 2018)

You might also like