You are on page 1of 4

BIOGRAFI WALO SONGO

Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim)


Sunan Gresik mempunyai nama asli Maulana Malik Ibrahim. Beliau adalah
keturunan Nabi Muhammad SAW silsilah ke-22. Beliaulah orang pertama yang
memulai dakwah peyebaran islam di pulau Jawa. Pada saat itu, tepatnya di akhir
masa kerajaan Majapahit, Sunan Gresik memulai dakwahnya.
Dasar perjuangan utama beliau adalah menghilangkan sistem kasta yang ada di
masyarakat, karena semua manusia di mata Allah itu sama, hanya yang
membedakan adalah amal ibadahnya saja.
Kemudian ia membangun pondok tempat belajar agama Islam di Leran, Gresik,
Karena semakin banyaknya orang yang ingin belajar Islam.

Sunan Ampel (Raden Rahmat)


Sunan Ampel atau yang bernama asli Raden Rahmat adalah anak dari Sunan
Gresik dan Dewi Condro Wulan. Sunan Ampel umumnya dianggap sebagai sesepuh
oleh para wali lainnya. Ia lahir di Campa pada 1401 Masehi. Nama Ampel sendiri,
diidentikkan dengan nama tempat dimana ia lama bermukim. Di daerah Ampel atau
Ampel Denta, wilayah yang kini menjadi bagian dari Surabaya.
Ketika Kesultanan Demak (25 kilometer arah selatan kota Kudus) hendak didirikan,
Sunan Ampel turut membidani lahirnya kerajaan Islam pertama di Jawa itu.
Di sana beliau mendirikan pondok untuk memfasilitasi orang-orang yang ingin
belajar agama Islam dan berkonsultasi.
Isi dari ajaran tersebut adalah untuk menolak dan tidak melakukan lima hal, yakni
Moh Main (tidak berjudi), Moh Ngombe (tidak minum-minuman keras), Moh Maling
(tidak mencuri), Moh Madat (tidak mau menghisap candu/ganja/narkoba) dan Moh
Madon (tidak berzina).
Sunan Ampel diperkirakan wafat pada tahun 1481 M di Demak dan dimakamkan di
sebelah barat Masjid Ampel, di Ampel Denta, Surabaya yang merupakan
peninggalan dari Sunan Ampel.
Sunan Bonang (Maulana Makdum Ibrahim)
Sunan Bonang memiliki nama asli Maulana Makdum Ibrahim, anak dari Sunan
Ampel dari istri bernama Dewi Condrowati yang bergelar Nyai Ageng Manila yang
lahir pada 1465 M. Selepas ayahnya wafat, Sunan Bonang memutuskan untuk
belajar agama di Malaka, tepatnya di daerah Pasai.
Setelah selesai menimba ilmu di sana, beliau pulang ke Tuban dan mendirikan
pondok di tanah kelahiran ibunya tersebut.
Seperangkat gemlan tersebut disebut dengan Bonang. Bonang adalah sejenis
kuningan yang ditonjolkan dibagian tengahnya.
Sunan Bonang diperkirakan wafat pada tahun 1525. Ia dimakamkan di daerah
Tuban, Jawa Timur. Peninggalan dari Sunan Bonang adalah alat musik tradisional
gamelan berupa bonang, bende dan kenong.

Sunan Drajat (Raden Qosim/Raden Syaifudin)


Sunan Drajat atau yang dikenal dengan nama asli Raden Qosim adalah anak dari
Sunan Ampel yang berarti saudara seibu dari Sunan Bonang. Diperkirakan Sunan
Drajat yang bergelar Raden Syarifuddin lahir pada tahun 1470 M.
Sunan Drajat memutuskan untuk mendirikan pondok di daerah Daleman Duwur,
tepatnya di Desa Drajat, Paciran, Lamongan dikarenakan muridnya semakin banyak.
Masih ada beberapa suluk lain yang juga menjadi peninggalan dari Sunan Drajat
tetapi yang terkenal adalah Suluk Petuah di atas. Hingga saat ini suluk-suluk Sunan
Drajat masih diajarkan di pondok-pondok kuno di tanah Jawa.
Sunan Drajat juga dikenal sebagai seorang bersahaja yang suka menolong. Di
pondok pesantrennya, ia banyak memelihara anak-anak yatim-piatu dan fakir miskin.
Tembang macapat Pangkur disebutkan sebagai ciptaannya. Gamelan
Singomengkok peninggalannya terdapat di Musium Daerah Sunan Drajat,
Lamongan. Sunan Drajat diperkirakan wafat pada 1522.
Sunan Kalijaga (Raden Said)
Sunan Kali Jaga adalah orang Jawa pribumi asli, lahir di Tuban dengan nama asli
Raden Said. Ia lahir sekitar tahun 1450 Masehi. Beliau adalah anak dari bupati
Tuban kala itu yang bernama Arya Wilatika atau Raden Sahur atau Sayyid Ahmad
bin Mansur (Syekh Subakir).
Sunan Kalijaga dimakamkan di Kadilangu -selatan Demak. Peninggalan dari Sunan
Kalijaga adalah seni ukir, wayang, gamelan dan suluk. Tembang suluk lir-Ilir dan
Gundul-Gundul Pacul umumnya dianggap sebagai hasil karyanya.

Sunan Kudus (Ja’far Shadiq)


Sunan Kudus memiliki nama asli Ja’far Shadiq yang merupakan cucu dari Sunan
Ampel. Ia putra pasangan Sunan Ngudung dan Syarifah (adik Sunan Bonang)
adalah anak dari Sunan Ampel dan Dewi Condrowati.
Nama kudus sendiri sebenarnya diambil dari nama kota tempatnya belajar agama,
yakni Al-Quds. Salah satu ajarannya yakni tidak menyembelih sapi di hari Idul Adha
untuk menghormati umat Hindu di Kudus. Salah satu peninggalannya yang terkenal
ialah Mesjid Menara Kudus, yang arsitekturnya bergaya campuran Hindu dan Islam.
Sunan Kudus diperkirakan wafat pada tahun 1550.

Sunan Muria (Raden Umar Said)


Sunan Muria lahir dengan nama asli Raden Umar Said, yang merupakan anak dari
Sunan Kalijaga dan Saroh yang merupakan adik kandung dari Sunan Giri. Sunan
Muria mengadaptasi metode pemnyampaian islam milik ayahnya, yakni lewat
kebudayaan dan kesenian Jawa. Namun beliau lebih memilih menyebarkan agama
di temat terpencil dan juga pesisir pantai.
Peninggalan dari Sunan Muria sendiri adalah Masjid Muria dan budaya kenduri
mendo’akan orang yang meninggal setelah di kubur.
Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah)
Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah diperkirakan lahir sekitar tahun 1448 M.
Ibunya adalah Nyai Rara Santang, putri dari raja Pajajaran Raden Manah Rarasa.
Sedangkan ayahnya adalah Sultan Syarif Abdullah Maulana Huda, pembesar Mesir
keturunan Bani Hasyim dari Palestina. Syarif Hidayatullah mendalami ilmu agama
sejak berusia 14 tahun dari para ulama Mesir.
Pada usia 89 tahun, wali songo Sunan Gunung Jati mundur dari jabatannya untuk
hanya menekuni dakwah. Pada tahun 1568 M, Sunan Gunung Jati wafat dalam usia
120 tahun, di Cirebon (dulu Carbon). Ia dimakamkan di daerah Gunung Sembung,
Gunung Jati, sekitar 15 kilometer sebelum kota Cirebon dari arah barat. Peninggalan
dari Sunan Gunung Jati berupa Masjid Merah Panjunan, Kumandang Adzan Pitu
dan Kereta untuk berdakwah.

Sunan Giri (Raden Paku/Muhammad Ainul Yakin)


Sunan Giri terlahir dengan nama asli Raden Paku atau Muhammad Ainul Yakin.
Sunan Giri lahir di Blambangan (kini Banyuwangi) pada 1442 M. Ayahnya adalah
Maulana Ishak.
Dalam keagamaan, ia dikenal karena pengetahuannya yang luas dalam ilmu fikih.
Orang-orang pun menyebutnya sebagai Sultan Abdul Fakih. Peninggalan Sunan Giri
adalah Masjid Giri, Giri Kedaton dan Telogo Pegat.

You might also like