You are on page 1of 36

BAB 1

KADAR AIR TANAH

A. MAKSUD
Maksud percobaan adalah untuk menentukan kadar air suatu sampel
tanah, yaitu perbandingan berat air yang dikandung tanah dan berat tanah
kering tanah tersebut, dinyatakan dalam persen.

B. ALAT
1. Oven dengan suhu dapat diatur konstan pada suhu 100oC – 110oC
2. Timbangan dengan ketelitian sekurang-kurangnya :
 0,01 gram untuk berat kurang dari 100 gram
 0,10 gram untuk berat antara 100 gram – 1000 gram
 1,00 gram untuk berat lebih dari 1000 gram
3. Desikator
4. Cawan kadar air ( Tin Box )

C. BENDA UJI
Berat minimum contoh tanah (basah) yang akan digunakan
tergantung pada ukuran butir tanah, yaitu :
♦ Tanah berbutir halus, berat minimum 10 gram – 25 gram
♦ Tanah berpasir, berat minimum 50 gram – 100 gram
♦ Tanah berkrikil lebih banyak

D. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Bersihkan dan keringkan Tin Box yang akan dipakai, kemudian
timbang berikut tutupnya dan catat beratnya (W1).
2. Masukkan benda uji (basah) yang akan diperiksa ke dalam Tin Box,
kemudian timbang berikut tutupnya (W2).
3. Dalam keadaan terbuka, Tin Box bersama benda uji dimasukkan ke
dalam oven yang telah diatur suhunya (100oC – 110oC) selama 16 - 25
jam.

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH I 1


Tutup Tin Box disertakan dan jangan sampai tertukar dengan Tin Box
yang lain.
4. Tin Box dengan tanah kering diambil dari oven, kemudian dimasukkan
ke dalam desikator agar cepat dingin.
5. Setelah dingin timbang Tin Box dan tanah kering, lalu catat beratnya
(W3).

E. PERHITUNGAN
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐴𝑖𝑟
Kadar Air= × 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑇𝑎𝑛𝑎ℎ 𝐾𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔

F. CATATAN
1.a. Bila diragukan setelah 24 jam tanah mungkin belum kering,
pengeringan dalam oven dilanjutkan beberapa jam dan pada
penimbangan 2 kali yang berurutan harus beratnya tidak berkurang
lagi (maksimal selisih 0,1 %).
1.b. Untuk tanah yang mudah terbakar seperti tanah yang mengandung
bahan organik atau mengandung gips, gunakan temperatur oven
sekitar 60 oC – 80 oC.
1.c. Tanah Pasir dapat kering dalam waktu yang lebih cepat yaitu beberapa
jam
2. Pemeriksaan kadar air tanah, selain dilakukan pada tanah asli, juga
merupakan pelengkap dari percobaan-percobaan lain seperti
percobaan pemadatan batas-batas konsistensi, konsolidasi dll.
3. Pemeriksaan kadar air sebaiknya dilakukan secara double, yaiu
digunakan 2 benda uji dengan 2 Tin Box (Cawan), dengan hasil yang
hampir sama yang kemudian harganya dirata-rata. Jika selisih kedua
percobaan terlalu berbeda maka percobaan harus diulangi kembali.

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH I 2


PEMERIKSAAN KADAR AIR ASLI

1 Nomor Cawan 53 54
2 Berat Cawan Kosong W1 (gram) 15,85 16
3 Berat Cawan + Tanah Basah W2 (gram) 57,3 51
4 Berat Cawan + Tanah Kering W3 (gram) 49,75 45,05
5 Berat Air (W2 - W3) (gram) 7,55 5,95
6 Berat Tanah Kering (W3 - W1) (gram) 33,9 29,05
7
Kadar Air (w)% 1 × 100% 22,3% 20,5%
8 Kadar Air Rata-rata (%) 21,4%

Kesimpulan : Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan didapatkan kadar


air rata-rata pada tanah sebesar 21,4%.

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH I 3


BAB 2
BERAT JENIS TANAH

A. MAKSUD
Maksud percobaan adalah menentukan berat jenis suatu contoh
tanah. Berat jenis tanah adalah suatu perbandingan antara berat-berat butir
tanah dengan berat destilasi di udara dengan volume yang sama dan
temperatur tertentu. Biasanya diambil untuk temperatur 27,5 oC.

B. ALAT
1. Piknometer yaitu botol gelas dengan leher sempit dan tutup (dari gelas)
yang berlubang kapiler dengan kapasitas 50 cc atau lebih besar
2. Timbangan dengan ketelitian 0,001 gram
3. Air destilasi bebas udara (dalam wash water)
4. Oven dengan suhu dapat diatur pada (110 ± 5) oC
5. Desikator
6. Termometer
7. Cawan porselen (mortar) dengan pastle (penumbuk berkepala karet)
untuk menghancurkan gumpalan tanah butir-butirnya sendiri
8. Alat vacuum atau kompor
9. Ayakan (sieve) No. 10

C. BENDA UJI
Benda uji adalah contoh tanah yang telah lolos ayakan No. 10 sekitar
30-40 gram yang digunakan untuk pemeriksaan secara duplo (2 percobaan
secara terpisah).

D. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Siapkan benda uji secukupnya, oven dengan temperatur 60 oC sampai
dapat digemburkan atau pengeringan dengan paparan sinar matahari.
2. Dinginkan dalam desikator, tumbuk bila menggumpal dengan mortar
dan pastle, kemudian saring dengan ayakan No. 10.

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH I 4


3. Timbangan piknometer dalam keadaan kosong (W1).
4. Ambil contoh tanah sekitar 15 – 25 gram (20 gram).
5. Masukkan contoh tanah tersebut ke dalam piknometer dan catat berat
piknometer + tanah (W2).
6. Tambahkan air destilasi secukupnya hingga tanah terendam oleh air
destilasi tersebut (± 1/3 volume piknometer).
7. Diamkan selama 24 jam
8. Setelah 24 jam, kemudian tambahkan air destilasi sampai 2/3 volume
piknometer.
9. Kemudian rebus piknometer dalam hot plate yang berisi larutan
gliserine sampai mendidih. Hal ini dimaksudkan untuk mengeluarkan
gelembung-gelembung udara yang terperangkap dalam butir-butir
tanah.
10. Setelah mendidih, angkat piknometer dari hot plate dan dinginkan
dalam desikator.
11. Setelah piknometer dingin lalu tambahkan lagi air destilasi sampai
penuh. Timbang dan catat beratnya (W3).
12. Baca suhu/temperatur pada saat itu.
13. Keluarkan tanah dan air dalam piknometer sampai benar-benar bersih.
14. Isi lagi piknometer dengan air destilasi saja sampai penuh. Timbang dan
catat beratnya (W4).

E. PERHITUNGAN
1. Berat jenis butir-butir pada t oC adalah :
Berat butir 𝑊𝑠
𝐺= =
Berat air dengan volume yang sama 𝑊𝑤
𝑊2 − 𝑊1
𝐺=
𝑊3 − 𝑊4
2. Berat jenis tanah pada temperatur 27,5 oC adalah :
Berat jenis air pada t ℃
𝐺 7,5℃ =
Berat jenis air pada 7,5℃

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH I 5


F. CATATAN
1. Piknometer 50 cc digunakan untuk butir-butir tanah yang lebih besar
dari saringan No. 4 digunakan piknometer yang lebih besar (misal 100
cc). Jika tanah berupa campuran antara butir-butir halus, butir-butir
tersebut harus dipisahkan dengan saringan No. 4. Kemudian masing-
masing dikerjakan sendiri, lalu harga tanah (Bj) diambil rata-rata dari
keduanya. Pada percobaan penentuan gradasi pengendonan (cara pipet
atau hidrometer), berat jenis butir-butir yang lolos saringan No. 10.
2. Sebagai air destilasi sering digunakan karosene yang bersifat
membasahkan butir-butir tanah lebih baik.
3. Contoh tanah basah juga dapat digunakan dan langsung dimasukkan ke
dalam piknometer, asal lebih baik.
4. Secara praktis, pengaruh temperatur tidak terlalu besar dan pengaruh
yang besar terhadap kesalahan hasilnya adalah bersihnya udara yang
terperangkap antara butir-butir dan udara yang larut dalam air, sehingga
pembersih udara ini sebaik-baiknya.
5. Pekerjaan penentuan dua kali berat jenis suatu contoh tanah harus
dilakukan secara duplo, yaitu dilakukan dua kali secara terpisah. Hasil
kedua percobaan harus tidak berbeda dan dirata-ratakan. Jika selisihnya
terlalu berbeda maka percobaan harus diulang kembali.

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH I 6


TABEL BERAT JENIS TANAH PADA BERBAGAI SUHU

Temperatur t ºC Berat Jenis Temperatur t ºC Berat Jenis


20 0,9982 30 0,9957
21 0,9980 31 0,9954
22 0,9978 32 0,9951
23 0,9976 33 0,9947
24 0,9973 34 0,9944
25 0,9971 35 0,9941
26 0,9968 36 0,9937
27 0,9965 37 0,9934
27,5 0,9964 38 0,9930
28 0,9963 39 0,9926
29 0,9960 40 0,9922

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH I 7


PEMERIKSAAN BERAT JENIS

1 Nomor Piknometer 04 01
2 Berat Piknometer Kosong W1 (gr) 35,1 32,9
3 Berat Piknometer + Tanah W2 (gr) 55,1 53,1
4 Berat Piknometer + Tanah + Air W3 (gr) 145,45 141,05
5 Berat Piknometer + Air W4 (gr) 133,95 131,75
6 Temperatur (ºC) 29 28
7 A = W2 - W1 20 20,2
8 B = W3 - W4 11,5 9,3
9 C=A- B 8,5 10,9
10 Berat Jenis G1 = A/C 2,353 1,8532
𝐺1 × ℃
11 G untuk 27,5ºC = 2,352 1,8530
7,5℃
12 G untuk 27,5ºC 2,103

Kesimpulan : Berdasarkan percobaan pemeriksaan berat jenis yang telah


dilakukan diperoleh rata-rata berat jenis untuk temperatur 27,5 C yaitu 2,103.

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH I 8


BAB 3
PENGUJIAN BATAS CAIR

A. MAKSUD
Maksud percobaan adalah untuk menentukan batas cair tanah, yaitu
kadar air tanah tersebut pada keadaan peralihan antara air dan plastis. Tanah
pada keadaan batas cair apabila diperiksa dengan alat Casagrade, kedua
bagian tanah dalam mangkok yang terpisah oleh alur lebar 2 mm (seperti
yang akan diuraikan di bawah) menutup sepanjang 12,7 mm oleh 25
pukulan.

B. ALAT
1. Alat batas cair Casagrade
2. Alat pembarut (groving tool)
3. Cawan porselen (mortar)
4. Pastle (penggerus/penumbuk) berkepala karet atau dibungkus karet
5. Spatel
6. Saringan (sieve) No. 50
7. Air destilasi dalam botol cuci (wash bottle)
8. Alat-alat pemeriksaan kadar air (lihat percobaan I)

C. BENDA UJI
Contoh tanah yang disediakan untuk pemeriksaan ini sebanyak
kurang lebih 100 gram. Contoh tanah ini harus bebas atau telah dibebaskan
dari butir-butir yang lebih besar dari 0,425 mm (yang tertahan oleh saringan
No. 50). Untuk contoh tanah yang tidak mengandung butir-butir kasar lebih
besar dari 0,425 mm dapat langsung diperiksa batas cairnya tanpa disaring
terlebih dahulu.
Apabila contoh tanah mengandung butir-butir kasar, mula-mula
keringkan dalam suhu udara (atau dengan alat pengering dengan suhu
kurang dari 60 oC) secukupnya saja, sampai dapat disaring.

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH I 9


Pemecahan gumpalan-gumpalan tanah dilakukan dengan menggerus tanah
tersebut dalam mortar dengan menggunakan pastle (penumbuk/penggerus)
yang berkepala terbungkus karet. Hal ini dimaksudkan agar butir-butir tanah
tidak rusak. Kemudian saring dengan saringan (sieve) No. 50. Bagian yang
tertahan saringan No. 50 disingkirkan dan bagian yang lewat saringan No.
50 digunakan sebagai benda uji.

D. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Siapkan mangkok batas cair (Casagrade), bersihkan dari lemak atau
kotoran yang menempel.
2. Atur ketinggian jatuh mangkok dengan cara sebagai berikut :
 Kendurkan kedua baut penjepit, lalu putar bendel/tuas pemutar
sampai posisi mangkok mencapai tinggi jatuh setinggi 10 mm (1
cm).
 Untuk menentukan tinggi jatuh mangkok, kendurkan baut belakang
angkat mangkok, masukkan bagian ujung tungkai pembuat alur tepat
masuk di antara dasar mangkok dan alasnya, kencangkan kembali
baut bagian belakang.
3. Ambil sampel tanah sekitar 100 gram yang lolos saringan No. 50, lalu
letakan di atas cawan porselen.
4. Tambahkan air destilasi sedikit demi sedikit, aduk hingga sampel tanah
tersebut homogen.
5. Setelah didapat campuran homogen, ambil sampel tanah tersebut lalu
masukkan ke dalam mangkok Casagrade. Ratakan permukaannya
sehingga sejajar dengan dudukan alat. Bagian yang paling tebal harus ±1
cm.
6. Buatlah alur dengan jalan membagi dua benda uji dalam mangkok
tersebut. Gunakan alat pembuat alur (groving tool) melalui garis tengah
mangkok secara simetris dengan posisi tegak lurus permukaan mangkok.
7. Putar tuas/handle pemutar dengan kecepatan 2 putaran per detik (dalam
1 detik mangkok jatuh 2 kali) sampai kedua sisi tanah bertemu sepanjang

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH I 10


½” (12,7 mm). Catat jumlah pukulan yang terjadi untuk mencapai
kondisi yang bersinggungan tersebut. Jumlah pukulan yang dihasilkan
harus berkisar antara 15-35 pukulan. Apabila sebelum mencapai 15
pukulan tanah sudah bersinggungan sepanjang 12,7 mm berarti sampel
tanah terlalu cair, harus ditambah tanah. Dan sebaliknya apabila sudah
melampaui 15 pukulan sampel tanah belum bersinggungan sepanjang
12,7 mm berarti tanah terlalu padat dan harus ditambahkan air destilasi.
8. Ambil sebagian benda uji dari mangkok tersebut (bagian yang
bersinggungan) dengan menggunakan spatula, masukkan ke dalam Tin
Box (cawan) kosong yang telah ditimbang beratnya, kemudian tentukan
kadar airnya. Sisa benda uji dapat digunakan lagi untuk pengujian
berikutnya.
9. Ulangi prosedur pengujian mulai dari prosedur poin 4 sampai poin 7
sehingga dihasilkan jumlah pukulan yang berbeda.

E. CATATAN
1. Proses bersinggungannya kedua sisi tanah harus terjadi karena aliran
bukan karena gesekan antara tanah dan mangkok.
2. Selama berlangsungnya percobaan, kadar air harus dijaga konstan
(pencampuran dilakukan dari kadar air terendah kemudian berurutan
menuju yang lebih tinggi).
3. Untuk memperoleh hasil yang teliti, jumlah pukulan diambil antara 15-
20; 21-25; 26-30; 31-35 dengan 4 kali pengujian.

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH I 11


PENGUJIAN BATAS CAIR

1 Jumlah Pukulan 20 22 30 33
2 No. Cawan 51 19 35 31 27 68 58 06
3 Berat Cawan Kosong W1 (gram) 16,70 16,00 15,33 15,48 15,33 13,46 15,71 15,77
4 Berat Cawan + Tanah Basah W2 (gram) 48,79 48,80 57,72 49,00 41,45 43,10 47,85 48,8
5 Berat Cawan + Tanah Kering W3 (gram) 37,55 30,90 43,40 39,03 33,00 33,51 37,42 38,25
6 Berat Air (W2-W3) gram 11,24 17,90 14,32 9,97 8,45 9,59 10,43 10,55
7 Berat Tanah Kering (W3-W1) gram 20,85 14,90 28,07 23,55 17,67 20,05 21,71 22,48
𝑊2 −𝑊3
8 Kadar Air (w) % × 100% 53,91 120,13 51,02 42,34 47,82 47,83 48,04 46,93
𝑊3 −𝑊1
9 Kadar Air Rata-rata (%) 87,02 46,68 47,83 47,49
10 Batas Cair (LL) 1,46 0,86 1,21 1,32

Kesimpulan : Berdasarkan percobaan pengujian batas cair yang telah dilakukan didapatkan nilai batas cair pada tanah dengan
jumlah pukulan 20 = 1,46 ; 22 = 0,86 ; 30 = 1,21 ; 33 = 1,32.

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH I 12


BAB 4
PENGUJIAN BATAS PLASTIS

A. MAKSUD
Maksud percobaan adalah untuk menentukan batas plastis suatu
tanah. Batas plastis tanah adalah kadar air minimum (dinyatakan dalam
persen) tanah tersebut yang masih dlam keadaan plastis. Indeks plastis suatu
tanah adalah bilangan (dalam persen) yang merupakan selisih antara batas
cair dan batas plastis.

B. ALAT
1. Cawan porselen
2. Pastel
3. Spatel
4. Pipet
5. Timbangan Ohaus dengan ketelitian 0,01 gram
6. Plat kaca
7. Cawan logam
8. Oven dengan suhu dapat diatur antara 60-80 oC
9. Saringan No. 50
10. Desikator
11. Penjepit
12. Air destilasi

C. BENDA UJI
Contoh tanah yang dipakai dalam percobaan ini diambil tanah yang
lolos saringan No. 50.

D. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Tanah dalam keadaan kering dihancurkan dalam cawan porselen
dengan menggunakan spatel, kemudian saring dengan saringan No. 50

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH I 13


atau dengan diameter 0,297 mm yang lolos saringan kita ambil
sebanyak 15-20 gram untuk disediakan sebagai contoh tanah.
2. Contoh tanah dimasukkan ke dalam cawan porselen, dicampur dengan
air destilasi menggunakan pipet, diaduk hingga bersifat plastis, yaitu
tanah tidak melekat pada telapak tangan.
3. Tanah yang sudah cukup plastis dibentuk gulungan diameter ± 10 mm,
selanjutnya di gelintir dengan telapak tangan atau dengan jari tangan di
atas plat kaca yang diletakkan mendatar dengan tekanan secukupnya
sampai gelintiran mencapai diameter ± 3 mm.
4. Apabila gelintiran tanah sudah mencapai diameter 3 mm belum
menunjukkan adanya retak-retak berarti batas plastis belum tercapai,
untuk itu kadar airnya harus dikurangi dengan cara meremas-remas
contoh tanah yang diuji. Dan sebaliknya apabila gelintiran tanah belum
mencapai 3 mm mengalami retak-retak, maka perlu ditambahkan air
destilasi pada contoh tanah yang diuji.
5. Kemudian tanah di gelintir lagi sampai mencapai 3 mm dan
menunjukkan adanya retak-retak pada gelintiran tanah tersebut.
6. Gelintiran tanah No. 50 kemudian dipotong-potong dengan panjang 2
cm.
7. Kemudian timbang cawan kosong (dicatat sebagai W1).
8. Potongan tanah diletakkan pada cawan kosong secukupnya kemudian
ditimbang beratnya (dicatat sebagai W2).
9. Cawan + potongan tanah gelintiran dikeringkan dalam oven dengan
suhu konstan antara 60-80 oC.

E. PERHITUNGAN
1. Berat air dalam tanah = (W2 – W3)
2. Berat tanah kering = (W3 – W1)
W2 -W3
3. Kadar air (w) dalam % w = x 100%
W3 -W1

4. Batas plastis = Kadar air rata-rata


5. Indeks plastisitas (IP) = Batas cair – Batas plastis

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH I 14


PENGUJIAN BATAS PLASTIS

1 Nomor Cawan 15 43
2 Berat Cawan Kosong W1 (gram) 15.7 15.6
3 Berat Cawan + Tanah Basah W2 (gram) 36.15 35.55
4 Berat Cawan + Tanah Kering W3 (gram) 31.05 30.64
5 Berat Air (W2 - W3) (gram) 5.10 4.91
6 Berat Tanah Kering (W3 - W1) (gram) 15.35 15.04

7 Kadar air (w) % x 100% 33.22 32.65

8 Kadar Air rata-rata (Batas Plastis) 32.94


9 Indeks Plastis (IP) -31.48

Kesimpulan : Berdasarkan hasil percobaan diperoleh IP = -31,48, nilai minus


ini mungkin diperoleh karena adanya kendala dalam pelaksanaan praktikum
seperti komposisi air yang tidak sesuai pada saat proses menggulung tanah.

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH I 15


BAB 5
PENGUJIAN BATAS SUSUT

A. MAKSUD
Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan kadar air pada batas
semi padat ke kadar padat yang disebut batas susut dan digunakan untuk
menentukan sifat-sifat tanah.

B. ALAT-ALAT
1. Prong Plate
 Cawan Porselen
 Monel Dish
 Criztalising Dish : - Dish (diameter 5 cm)

- Overflow Dish (diameter 9 cm)

2. Spatula
3. Plat kaca
 Plat kaca tanpa jarum
 Plat kaca yang mempunyai 3 buah jarum/kaki (prong plate)
4. Gelas ukur
5. Timbangan
6. Air raksa
7. Oven

C. BENDA UJI
Siapkan benda uji yang lolos saringan No. 40 sebanyak 30 gram.

D. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Letakkan tanah tersebut dalam porselen dish, tambahkan air sedikit
demi sedikit untuk mengisi seluruh pori-pori tanah. Jumlah air yang
diperlukan untuk mencapai konsistensi agar mudah diaduk kira-kira
sedikit lebih tinggi di atas penambahan air untuk pengujian batas cair.

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH I 16


2. Olesi bagian dalam monel dish dengan raselin/grease secara merata
untuk mencegah lekatan benda uji dengan monel dish.
3. Isi 1/3 bagian monel dish dengan pasta tanah yang telah dipersiapkan
lalu pinggir monel dish diketuk-ketuk ringan sehingga pasta tanah
mengisi rongga monel dish secara merata dan memadat. Lakukan hal
yang sama untuk lapisan berikutnya sehingga pasta tanah mengisi
monel dish yang tertangkap.
4. Ratakan permukaan benda uji yang mengisi monel dish dengan spatula.
5. Timbang monel dish dan benda uji basah, keringkan di udara pada
temperatur ruang hingga nampak perubahan warna dari warna gelap ke
warna terang. Kemudian masukkan ke dalam oven dengan temperatur
konstan yaitu 110 ± 5 oC (230 ± 9 oF) selama 24 jam.
6. Tentukan volume benda uji basah dengan cara sebagai berikut :
a. Tentukan berat monel dish kosong.
b. Letakkan monel dish di atas criztalising dish, isi moenl dish dengan
air raksa sampai meluap, tekan permukaan monel dish dengan plat
kaca agar air raksa dapat mengisi seluruh volume monel dish.
c. Tentukan volume monel dish dengan menentukan berat air raksa
yang terdapat pada monel dish. Volume benda uji basa (V) sama
dengan volume monel dish.
7. Tentukan volume benda uji kering dengan cara sebagai berikut :
a. Tentukan berat criztalising dish dalam keadaan kosong.
b. Ulangi langkah prosedur poin 6.b, buang ari raksa yang melimpah
pada criztalising dish.
c. Masukkan benda uji yang sudah kering ke dalam monel dish yang
berisi air raksa, tekan dengan menggunakan prong plate sampai
benda uji tenggelam dan tidak nampak benda uji yang seluruhnya
oleh air raksa.
d. Catat berat air raksa yang melimpah pada criztalising dish. Berat air
ini menunjukkan volume benda uji kering (V0).

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH I 17


E. PERHITUNGAN
1. Tentukan kadar air benda uji dengan menggunakan pengujian kadar air.
2. Tentukan volume benda uji basah maupun kering dengan cara sebagai
berikut :
Berat air raksa dalam monel dish
a. Volume benda uji basah 𝑉 =
Berat jenis air raksa
Berat air raksa yang tumpah
b. Volume benda uji kering 𝑉0 =
Berat jenis air raksa

3. Penentuan batas susut dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut :


𝑉 − 𝑉0
𝑆𝐿 = w − ( x 100%)
𝑊0
Dimana: SL = Batas susut
w = Kadar air benda uji
W0 = Berat benda uji kering
V = Volume benda uji basah
V0 = Volume benda uji kering

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH I 18


PERCOBAAN BATAS SUSUT
1 Monel Dish A B
2 Berat Monel Dish 16,75 11,4
3 Berat Monel Dish + Tanah Basah 47,10 36,75
4 Berat Monel Dish + Tanah Kering 36,29 27,55
5 Berat Air 10,81 9,20
6 Berat Tanah Kering (W˳) 19,54 16,15
7 Kadar Air (w) 0,55 0,57
8 Isi Contoh Basah (V) 1,91 1,62
9 Isi Contoh Kering (V˳) 1,43 1,11
10 SL 2,49 3,20
11 Rata-rata 2,85
Percobaan
I II
Berat Air Raksa dalam Monel Dish 255,31 216,70
Berat Air Raksa yang Tumpah 190,40 147,70

Kesimpulan : Berdasarkan percobaan batas susut yang dilakukan


didapatkan nilai rata-rata batas susut tanah sebesar 2,85.

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH I 19


BAB 6
ANALISA UKURAN BUTIR TANAH

A. MAKSUD
Maksud analisa ukuran butir tanah adalah untuk menentukan ukuran
butir-butir tanah dari suatu contoh tanah, untuk tanah yang ukuran
butirannya lebih dari suatu contoh tanah, untuk tanah yang ukuran
butirannya lebih dari 0,075 mm (tanah tertahan pada saringan No. 200),
pemeriksaan dilakukan dengan analisa saringan 0,075 mm, pemeriksaannya
dengan menggunakan cara pengendapan (sedimentasi) di dalam hidrometer.

B. ALAT-ALAT
1. Saringan No. 10, 16, 30, 50, 100 dan 200
2. Timbangan Ohaus dengan ketelitian 0,01 gram
3. Cawan Porselen (Mortar) dengan pastel
4. Alat pengaduk larutan tanah dalam air (mixer)
5. Gelas ukur dengan kapasitas 1000 cc
6. Hidrometer tipe ASTM 152 H
7. Stopwatch (alat pengukur waktu)
8. Oven dengan suhu yang dapat diatur konstan
9. Desikator
10. Alat penjepit
11. Bahan dispersi
12. Air destilasi
13. Pipet
14. Termometer

C. BENDA UJI
Contoh tanah yang dipakai dalam percobaan ini diambil tanah yang
lolos saringan nomor 10 dengan diameter 2 mm.

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH I 20


D. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Contoh tanah yang dipakai kita saring dengan saringan No. 10 sebanyak
100 gram.
2. Tanah yang telah kita saring dengan saringan No. 10, kita masukkan ke
dalam mangkok porselen (mortar) dan diberi air destilasi kemudian kta
biarkan selama 24 jam.
3. Tanah yang telah direndam tersebut kemudian kita aduk sampai rata,
kemudian kita biarkan selam 10 menit setelah itu masukkan dalam
tabung adukan tanpa ada butir-butir tanah yang tertinggal kemudian di
mixer selama ±5 menit.
4. Tanah yang telah di mixer kita masukkan ke dalam gelas ukur yang
mempunyai kapasitas 1000 cc, kemudian kita tambah air destilasi
sampai 1000 cc lalu dikocok selama ±1 menit.
5. Kita ambil alat hidrometer kemudian kita masukkan ke dalam gelas
ukur, kemudian kita catat :
 Pembacaan hidrometer dengan interval waktu :
0,5 ; 1 ; 2 ; 5 ; 16 ; 30 ; 50 dan 250 menit
 Pembacaan suhu ruangan dengan termometer pada saat pembacaan
6. Setelah pembacaan 250 menit, air yang di dalam gelas ukur kita tuang
ke dalam saringan No. 200 dan tanah yang tertinggal di saringan No.
200 dicuci dan kita taruh butir-butir tanah tersebut dalam caawan dan
kemudian kita oven dengan suhu 60-80 oC selama 24 jam.
7. Setelah kita oven kemudian kita saring dengan saringan No. 16, 30, 50,
100 dan 200, setelah itu kita timbang masing-masing tanah tersebut.

E. PERHITUNGAN
 Untuk analisa hidrometer :
1. Dihitung berat air (Ww)
Ww =W2 – W3
Dimana : W2 = Berat cawan + tanah basah
W3 = Berat cawan + tanah kering
Ww = Berat air

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH I 21


2. Dihitung berat tanah kering (Ws)
Ws = W3 – W1
Dimana : W1 = Berat cawan
W3 = Berat cawan + tanah kering
Ws = Berat tanah kering
3. Dihitung berat tanah kering oven (Wk)
100.Wb
Wk = x 100%
100+w
Dimana : Wb = Berat tanah basah
w = Kadar air rata-rata (tidak dalam persen)
4. Dihitung kadar air (w)
𝑊2 − 𝑊3
w= x 100%
𝑊3 − 𝑊1
Dimana : W1 = Berat cawan kosong
W2 = Berat cawan + tanah basah
W3 = Berat cawan + tanah kering
5. Dihitung pembacaan hidrometer (R)
R = R1 + k
Dimana : R1 = Pembacaan hidrometer saat pengukuran
k = Faktor koreksi, diambil dari tabel
6. Dihitung butiran diameter butiran dengan rumus :

𝐿
D = K√
1

Dimana : D = Diameter ukuran butir


K = Konstanta yang harganya dipengaruhi oleh berat
jenis butiran tanah dan suhu larutan, diambil dari
tabel
1 = selang waktu pembacaan hidrometer
L = Kedalaman efektif, diambil dari tabel
7. Dihitung persen (%) dari banyaknya tiap-tiap ukuran butir (P)
R.a
P= x 100%
𝑊𝑘

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH I 22


Dimana : R = Pembacaan Hidrometer (dari perhitungan poin 5)
a = Faktor koreksi hidrometer diambil dari tabel
 Untuk analisa saringan :
1. Dihitung persen (%) yang lolos saringan
Berat yang tertinggal pada saringan
= x 100%
k

2. Dihitung persen (%) yang lolos saringan


= 100% - %yang tidak lolos saringan

F. Tabel Konstanta (Nilai K) yang Dipengaruhi oleh Berat Jenis Tanah


dan Suhu

Temperatur Berat Jenis Tanah


(ºC) 2.50 2.55 2.60 2.65 2.70 2.75 2.80 2.85
16 0.0151 0.0148 0.0146 0.0144 0.0141 0.0139 0.0137 0.0136
17 0.0149 0.0146 0.0144 0.0142 0.0140 0.0138 0.0136 0.0134
18 0.0148 0.0144 0.0142 0.0140 0.0138 0.0136 0.0134 0.0132
19 0.0145 0.0143 0.0140 0.0138 0.0136 0.0134 0.0132 0.0131
20 0.0143 0.0141 0.0139 0.0137 0.0134 0.133 0.0131 0.0129
21 0.0141 0.0139 0.0137 0.0135 0.0133 0.0131 0.0129 0.0127
22 0.0140 0.0137 0.0135 0.0133 0.0131 0.0129 0.0128 0.0126
23 0.0138 0.0136 0.0134 0.0132 0.0130 0.0128 0.0126 0.0124
24 0.0137 0.0134 0.0132 0.0130 0.0128 0.0126 0.0125 0.0123
25 0.0135 0.0133 0.0131 0.0129 0.0127 0.0125 0.0123 0.0122
26 0.0131 0.0131 0.0129 0.0127 0.0125 0.0124 0.0122 0.0120
27 0.0132 0.0130 0.0128 0.0126 0.0124 0.0122 0.0120 0.0119
28 0.0130 0.0128 0.0126 0.0124 0.0123 0.0121 0.0119 0.0117
29 0.0129 0.0127 0.0125 0.0123 0.0121 0.0120 0.0118 0.0116
30 0.0128 0.0126 0.0124 0.0122 0.0120 0.0118 0.0117 0.0115

Tabel Faktor Koreksi


Faktor Koreksi
Bj
(a)
2.85 0.96
2.80 0.97
2.75 0.98
2.70 0.99
2.65 1.00
2.60 1.01
2.55 1.02
2.50 1.04

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH I 23


G. Tabel Kedalaman Efektif (L)
Kedalam Efektif Kedalam Efektif
Pembacaan Pembacaan
(L) (L)
0 16.3 31 11.2
1 16.1 32 11.1
2 16.0 33 10.9
3 15.8 34 10.7
4 15.6 35 10.5
5 15.5 36 10.4
6 15.3 37 10.2
7 15.2 38 10.1
8 15.0 39 9.9
9 14.8 40 9.7
10 14.7 41 9.6
11 14.5 42 9.4
12 14.3 43 9.2
13 14.2 44 9.1
14 14.0 45 8.9
15 13.8 46 8.8
16 13.7 47 8.6
17 13.5 48 8.4
18 13.3 49 8.3
19 13.2 50 8.1
20 13.0 51 7.9
21 12.9 52 7.8
22 12.7 53 7.6
23 12.5 54 7.4
24 12.4 55 7.3
25 12.2 56 7.1
26 12.0 57 7.0
27 11.9 58 6.8
28 11.7 59 6.6
29 11.5 60 6.5
30 11.4

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH I 24


H. Tabel Nilai Koreksi (k)
SUHU 5 SAMPAI
(DERAJAT CELCIUS) GRAM/LITER
20 -0.5
21 -0.2
22 +0.2
23 +0.5
24 +0.8
25 +1.2
26 +1.5
27 +2.0
28 +2.4
29 +2.8
30 +3.2

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH I 25


ANALISA UKURAN BUTIR TANAH

1. Analisa Hidrometer
PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH I
- Jenis Hidrometer Yang Dipakai : 152
- Berat Jenis Tanah :
- Faktor Koreksi Hidrometer (a) :

Waktu Pembacaan Pembacaan


Suhu L K 𝐿 R.a
Jam (1) Hidrometer Hidrometer D=K = x100%
(ºC) (lihat tabel) (lihat tabel) 1 𝑊𝑘
(menit) 1 R = R1
0,5 12 28
1 12 28
2 10,5 28
5 0,5 28
6,25 0 28
Wk = 77 gram

2. Analisa Saringan
Berat yang tertinggal % yang tertinggal % yang tidak lolos % yang lolos
Nomor Ukuran Butir
pada saringan pada saringan pada saringan pada saringan
Saringan (mm)
(gram) (%) (%) (%)
10 2,000 0,00 0,00 0,00 100,00
16 1,190 5,90 9,59 9,59 90,41
30 0,590 15,90 25,83 35,42 64,58
50 0,297 10,70 17,38 52,80 47,20
100 0,149 25,80 41,92 94,72 5,28
200 0,074 2,40 3,90 98,62 1,38
Pan (Sisa) 0,85 1,38 100,00 0,00
Jumlah 61,55 100,00

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH I 26


PEMERIKSAAN KADAR AIR
ANALISA UKURAN BUTIR TANAH LOLOS SARINGAN No. 10

1 Nomor Cawan 15 43
2 Berat Cawan Kosong 1 gram 15,70 15,60
3 Berat Cawan + Tanah Basah 2 gram 35,80 47,40
4 Berat Cawan + Tanah Kering 3 gram 34,34 44,65
5 Berat Air 2 − 3 gram 1,46 2,75
6 Berat Tanah Kering 3 − 1 gram 18,64 29,05
2− 3
7 Kadar Air (w)% x100% 7,83 9,47
3− 1
8 Kadar Air Rata-rata (%) 8,65

Berat Tanah Basah (Wb) = 100 gram


Kadar Air (w) Rata-rata = 8,65%
Berat Tanah Kering Oven (Wk) = 77 gram

100 x 𝑏
𝑘= = 77 gram
100 w

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH I 27


BAB 7
KEPADATAN TANAH DI LAPANGAN
DENGAN METODE KERUCUT PASIR (SAND CONE)

A. MAKSUD
Untuk mendapatkan nilai kepadatan tanah di lapangan (d lapangan).
Dimana nilai dapat memberikan kesimpulan bahwa kepadatan tanah di
lapangan telah memenuhi syarat atau belum, yaitu dengan cara
membandingkan nilai tersebut dengan kepadatan maksimum yang dicapai
di laboratorium.

B. ALAT-ALAT
1. Botol transparan
2. Corong (kerucut) logam dengan diameter dalam 16,5 cm
3. Plat dasar dengan lubang di tengahnya, berdiameter 16,5 cm
4. Pasir ottawa
5. Timbangan Ohaus kecil dan timbangan Ohaus besar
6. Oven pengering
7. Desikator
8. Cawan

C. PROSEDUR PERCOBAAN
I. Menentukan Berat Pasir Ottawa
1. Timbang berat corong logam dan semua perlengkapannya (W1).
2. Letakkan corong dengan lubang di atas, tutup krannya lalu diisi
dengan air dan ditimbang (W2).
3. Volume corong = berat air = W2 – W1
4. Bersihkan corong, tutup krannya lalu diisi dengan pasir ottawa lalu
ditimbang (W3).
5. Berat isi pasir (d pasir)
Berat pasir
𝛾𝑑 = =
Volume pasir

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH I 28


II. Menentukan d di lapangan
1. Siapkan permukaan tanah yang diuji dengan membuat rata
permukaan tanah tersebut.
2. Tempatkan plat dasar di atas permukaan tanah yang sudah rata dan
diberi tanda dengan hati-hati sesuai dengan diameter plat.
3. Angkat plat tersebut dan buat lubang pada tanda dengan hati-hati.
4. Tanah hasil galian ditimbang beratnya (W4) dan dicari kadar airnya
(w) di laboratorium.
5. Botol diisi dengan pasir ottawa, kemudian botol + pasir ottawa +
corong logam ditimbang dan catat beratnya (W5).
6. Tempatkan scara terbalik botol + kerucut yang berisi pasir tadi di
atas lubang, kran dibuka, biarkan pasir mengalir sampai berhenti.
Setelah pasir berhenti mengalir kemudian kran ditutup.
7. Angkat botol, kemudian timbang botol + corong + sisa pasir dan
catat beratnya (W6).

D. PERHITUNGAN
I. Untuk mendapatkan harga γd di lapangan caranya adalah dengan
menghitung :
1. Berat pasir dalam corong + lubang = W5 – W6
2. Berat pasir dalam corong = W3 – W1
3. Berat pasir dalam lubang (W7) = (W5 – W6) – (W3 – W1)
4. Volume tanah galian = volume pasir
7
V=
𝛾𝑑
5. Berat isi tanah
4
𝛾𝑏 =
V
6. Kadar air dicari di laboratorium = w %
7. Berat isi kering tanah
100 . 𝛾𝑑
𝛾𝑑 =
100 w

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH I 29


II. Mencari harga derajat kepadatan (Relative Compaction) = R
𝛾𝑑 lapangan
R= x 100%
𝛾𝑑 maks. lab
Harga R harus mencapai 90% sampai 95%
γd maks.lab = (γd Rata-rata Standar Proctor)
1, 1,9 1,7 1,11 1,1
γd standar proctor =
5
= 1,16

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH I 30


TABEL PEMERIKSAAN KEPADATAN LAPANGAN DENGAN
SAND CONE
1 Nomor Titik / S.T.A
2 Berat Corong Logam W1 gram 508
3 Berat Corong Logam + Air W2 gram 1377
4 Berat Corong Logam + Pasir W3 gram 1966
−𝑊1
5 γd Pasir gr m3 1,68
− 1
6 Berat Pasir + Botol + Corong W5 gram 7175
7 Berat Sisa Pasir + Botol + Corong W6 gram 2760
8 Berat Pasir dalam Corong + Lubang (W5-W6) gram 4415
9 Berat Pasir dalam Corong + Lubang (W3-W1) gram 1458
10 Berat Pasir dalam Lubang (W7) (W5-W6) - (W3-W1) gram 2957
7
11 Volume Tanah/Pasir dalam Lubang V= m3 1760,12
𝛾𝑑 asir
12 Berat Tanah Basah W4 gram 2699

13 Berat Isi Tanah Basah 𝛾𝑏 = gr m3 1,53


V
14 Kadar Air w % 2,705
100. yb
15 Berat Isi Kering 𝛾𝑑 = gr m3 1,49
100 w
𝛾𝑑 lap
16 Derajat Kepadatan R= x 100% 124,42
𝛾𝑑 maks.lab %
Kesimpulan : Berdasarkan percobaan kepadatan yang telah dilakukan di
lapangan dengan metode sand cone dan di laboratorium dengan metode proctor
didapatkan derajat kepadatan (R) 124,42%, yang berarti tanah ini belum
memenuhi standar karena nilai derajat kepadatan (R) yaitu antara 90%-95%

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH I 31


TABEL PEMERIKSAAN KADAR AIR SAND CONE

1 Nomor cawan 60 55
2 Berat cawan kosong W1 gram 11,55 15,4
3 Berat cawan + Tanah Basah W2 gram 36,4 48,3
4 Berat cawan + Tanah Kering W3 gram 30,16 39,54
5 Berat Air (W2-W3) gram 6,24 8,76
6 Berat Tanah Kering (W3-W1) gram 18,61 24,14

(w2-w3) x100%
7 Kadar Air (w)%
(w3-w1)
33,53 36,29

8 Kadar Air Rata-rata (%) 34,91

Kesimpulan : Berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan didapatkan


kadar air rata-rata pada tanah yang telah dilakukan percobaan Sand Cone
sebesar 34,91%.

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH I 32


BAB 8
PEMADATAN TANAH

A. MAKSUD
Maksud pemadatan tanah adalah untuk menentukan kadar air optimum
yang diperlukan untuk mendapatkan kepadatan tanah yang maksimum.

B. ALAT-ALAT
1. Alat penumbuk (hammer) dengan berat 2,5 kg dengan ketinggian alat ketika
dilepas 30,48 cm
2. Dongkrak
3. Silinder pemadatan yang terdiri atas silinder utama dan silinder sambungan,
yang dapat dilepas. Silinder utama tersebut disebut mold dan silinder
sambungan disebut extensio dan keseluruhan dari alat itu disebut proctor.
4. Saringan nomor 4
5. Nampan
6. Pisau perata
7. Kuas
8. Oven dengan suhu konstan 600 C – 800 C
9. Alat semprot
10. Sendok tanah
11. Gelas ukur
12. Air destilasi
13. Minyak pelumas
14. Cawan logam
15. Kertas filter
16. Desikator
17. Penjepit
18. Timbangan Ohaus dengan ketelitian sampai 0,01 gram

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH I 33


C. BENDA UJI

Benda uji adalah tanah yang telah lolos saringan nomor 4. Untuk tiap
pervobaan digunakan tanah sebanyak ± 2,5 kg.

D. PROSEDUR PERCOBAAN

1. Silinder proctor dan penumbuk dibersihkan kemudian bagian mold


ditimbang dan catat beratnya (Wm)
2. Bagian dalam silinder dean hammer diolesi pelumas agar tanah tidak
melekat pada waktu pengukuran.
3. Masing-masing bagian tanah dipadatkan dengan kadar air yang berbeda :
a. Bagian tanah yang pertama ditambah air sebanyak 0 % berarti kadar
air yang digunakan adalah kadar air asli.
b. Bagian tanah yang kedua ditambah 2 % air, pemberian air dilakukan
dengan cara tanah digelar diatas nampan kemudian sambil diaduk
dengan sendok tanah, disemprotkan air melalui sprayer sebanyak ±
50 cc.
c. Bagian tanah yang ketiga ditambah air sebanyak 4 %, pemberian air
sama seperti langkah kedua, hanya banyaknya air destilasi ± 90 cc.
d. Bagian tanah yang keempat ditambah air sebanyak 6 %, pemberian
air sama seperti sebelumnya, hanya banyaknya air destilasi ± 130 cc.
e. Bagian tanah yang kelima ditambah air sebanyak 8 %, pemberian air
sama seperti sebelumnya, hanya banyaknya air destilasi ± 170 cc.

4. Seriap bagian tanah yang dipadatkan dengan kadar air seperti nomor 3,
dibagi menjadi tiga bagian untuk dijadikan lapisan-lapisan pemadatan.
5. Tanah dipadatkan dengan silinder dengan alat penumbuk selapis demi
selapis, sebelum diberi lapisan berikutnya, terlebih dahulu lapisan

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH I 34


dibawahnya digaris-garis (digurat dengan pisau), hal ini dilakukan agar
kedua lapisan saling melekat.
6. Setelah selesai pemadatan pada lapisan ketiga silinder sambungan dilepas
kemudian tanah padat dalam mold dipotong rata setinggi mold, lalu mold
yang berisi tanah ditimbang dan dicatat beratnya (W).
7. Dibuat grafik yang menggambarkan hubungan antara berat isi kering
dengan kadar air dimana sumbu tegak menunjukkan berat isi kering, sedang
sumbu mendatar menunjukkan kadar air dalam %. Dari grafik yang
diperoleh dapat dicari kadar air optimum dengan menarik garis tegak dari
berat isi kering maksimum dan menarik garis mendatar dari puncak
lengkung grafik.
E. PERHITUNGAN

1. Mencari berat air ( Ww )

Ww = W2 – W3

Dimana : W2 = Berat cawan + Tanah basah

W3 = Berat cawan + Tanah kering

2. Mencari berat butir tanah kering (Ws)

Ws = W3 – W1

Dimana : W1 = Berat cawan kosong

3. Kadar air (w)

W 2 W3
w= x100%
W 3  W1

4. Berat tanah padat

Wb = W – Wm

Dimana : W = Berat mold + Tanah padat

Wm = Berat tanah mold

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH I 35


5. Berat isi basah (γb ) dari tiap-tiap percobaan

Wb
γb =
V

Dimana : Wb = Berat tanah padat

V = Volume mold

6. Berat isi kering (γd)


100.b
γd = x100%
100  w
Dimana : γb = Berat isi basah
γd = Berat isi kering
w = Kadar air (tidak dalam %)

7. Dibuat grafik yang menggambarkan hubungan antara berat isi kering dengan
kadar air dimana sumbu tegak menunjukkan berat isi kering, sedang sumbu
mendatar menunjukkan kadar air dalam %. Dari grafik yang diperoleh dapat
dicari kadar air optimum dengan menarik garis tegak dari berat isi kering
maksimum dan menarik garis mendatar dari puncak lengkung grafik.

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH I 36

You might also like