You are on page 1of 11

104

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data
1. Gambaran umum sampel penelitian
Sampel dalam penelitian ini adalah pasien post stroke dengan

gangguan keseimbangan yang menjalani terapi di Sasana Stroke Services

yang menjalani terapi periode bulan September – November 2014. Dalam

penelitian ini sampel dibagi menjadi dua kelompok dengan jumlah sampel

enam pasien dalam tiap kelompoknya. Kelompok I mendapatkan perlakuan

core stability exercise sedangkan kelompok II mendapatkan perlakuan

penambahan active stretching ankle exercise pada pemberian core stabillity

exercise. Sampel yang diambil berdasarkan kriteria inklusi yang telah

ditetapkan.

Sebelum dilakukan intervensi terlebih dahulu dilakukan tes

pengukuran keseimbangan berdiri dengan mengukur kemampuan dalam

meraih dari posisi berdiri tegak dengan menggunakan metode Modified

Functional Reach Test pada kedua kelompok sampel, kemudian tiap sampel

diberikan intervensi seminggu 3 kali sebanyak 12 kali. Setelah seluruh

program intervensi selesai, pada kedua kelompok sampel dilakukan

pengukuran keseimbangan berdiri dengan metode Modified Functional

Reach Test.
105

a) Pengelompokan sampel berdasarkan usia, berat badan, dan tinggi badan

Adapun data yang di ambil berdasarkan pengelompokan sampel

diatas, selanjutnya dilakukan identifikasi data menurut usia, berat badan,

dan tinggi badan yang akan digambarkan pada tabel 4.1 dibawah ini.

Tabel 4.1 Distribusi Sampel menurut Usia, Berat Badan dan Tinggi
Badan

Perlakuan I Perlakuan II
Karakteristik individu n (%) n (%)
Usia
40-50 tahun 16,7 16,7
51-60 tahun 50,0 16,7
61-70 tahun 33,3 66,7
Berat Badan
30-50 kg 0 16,67
51-70 kg 66,7 50
71-90 kg 33,3 33,3
Tinggi Badan
150-160 cm 0 50
161-170 cm 33,3 16,67
171-180 cm 66,7 33,3
Sumber : data penelitian di klinik Sasana Husada Stroke Services

b) Pengelompokan sampel berdasarkan jenis kelamin dan sisi lesi


Berdasarkan jenis kelamin dan sisi tubuh yang mengalami lesi

digambarkan dalam table 4.2

Tabel 4.2 Distribusi Sampel menurut Jenis Kelamin dan Sisi Lesi

Jenis Kelamin Sisi Lesi


Karakteristik Laki-laki Perempuan Dextra Sinistra
Jmlh % Jmlh % Jmlh % Jmlh %

Perlakuan I 5 83,3 1 16,7 2 33,3 4 66,7


Perlakuan II 3 50 3 50 4 66,7 2 33,3
Sumber : data penelitian di klinik Sasana Husada Stroke Services
106

Dari table 4.2 menunjukkan bahwa sampel penelitian pada

kelompok perlakuan I jenis kelamin laki-laki sebanyak 5 orang (83,3%)

dan perempuan sebanyak 1 orang (16,7%) sedangkan pada kelompok

perlakuan II jenis kelamin laki-laki sebanyak 3 orang (50%) dan

perempuan sebanyak 3 orang (50%). Pada sampel juga digambarkan

tentang sisi lesi dimana didapatkan pada kelompok perlakuan I didapat

sisi lesi dextra sebanyak 2 orang (33,3%) dan sisi sinistra sebanyak 4

orang (66,7%) Pada kelompok perlakuan II didapat sisi lesi dextra

sebanyak 4 orang (66,7%) dan sisi sinistra sebanyak 2orang (33,3%).

Peneliti berkeinginan untuk meningkatkan kemampuan keseimbangan

berdiri pada kelompok perlakuan I dengan memberikan core stability

exercise dan pada kelompok perlakuan II dengan memberikan

penambahan active stretching ankle exercise pada pemberian core

stabillity exercise. Adapun pengukuran keseimbangan berdiri diukur

dengan menggunakan Modified Functional Reach Test (FRT). Setelah

dilakukan program exercise seminggu 3 kali sebanyak 12 kali, maka

didapatkan data sebagai berikut.

Tabel 4.3 Perbedaan nilai Modified Functional Reach Test (FRT) pada kelompok
perlakuan I
FRT FRT
Sebelum Sesudah Selisih
Sampel (cm) (cm) (cm)
1 7,3 8,7 1,4
2 10 11,7 1,7
3 8,7 10,3 1,6
4 4,3 5,3 1
5 13,5 15,3 1,8
107

6 9,7 11 1,3
Mean 8.9167 10.3833 1.4667
SD 3.05838 3.31567 0.29439
Min 4.3 5,3 1
Maks 13,5 15,3 1,8
Sumber : data penelitian di klinik Sasana Husada Stroke Services

Berdasarkan pada tabel 4.3 dapat dilihat bahwa kemampuan awal

keseimbangan berdiri yang diukur dengan FRT, yakni sebelum diberikan

program latihan pada kelompok perlakuan I memiliki nilai rata-rata

8.9167 dengan standar deviasi 3.05838 sedangkan pada akhir perlakuan

sebanyak 12 kali diperoleh mean sebesah 10.3833 dengan standar deviasi

3.31567 hal ini berkaitan dengan adanya peningkatan keseimbangan

berdiri pada saat melakukan test yang menunjukkan bahwa adanya

peningkatan kemampuan keseimbangan berdiri setelah pemberian latihan

selama 3 kali seminggu selama 12 kali.

Tabel 4.4 Perbedaan nilai Modified Functional Reach Test (FRT) pada
kelompok perlakuan II
FRT FRT
Sebelum Sesudah Selisih
Sampel (cm) (cm) (cm)
1 9,7 11,3 1,6
2 12,3 15 2,7
3 8,3 10 1,7
4 12,3 15,3 3
5 6 7,9 1,9
6 7 8,8 1,8
Mean 9.2667 11.3833 2.1167
SD 2.65832 3.13523 0.58452
Min 6 7,9 1,6
Maks 12,3 15,3 3
Sumber : data penelitian di klinik Sasana Husada Stroke Services
108

Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa nilai kemampuan awal

sebelum diberikan latihan pada kelompok perlakuan II memiliki nilai

rata-rata 9.2667 dengan standar deviasi 2.65832 sedangkan setelah akhir

program diperoleh nilai mean sebesar 11.3833 dan standart deviasi

3.13523 hal ini erat kaitannya dengan adanya peningkatan kemampuan

keseimbangan berdiri setelah pemberian latihan sebanyak 12 kali selama

4 minggu. Bila dibandingkan dengan peningkatan keseimbangan berdiri

pada kelompok perlakuan I maka ternyata pada kelompok II mengalami

perubahan keseimbangan berdiri yang lebih tinggi. Hal ini dapat dilihat

pada grafik 4.1 berikut.

Grafik 4.1 perbandingan hasil FRT pada kelompok perlakuan I dan


kelompok perlakuan II
Sumber : data penelitian di klinik Sasana Husada Stroke Services
109

Pada grafik 4.1 digambarkan bahwa peningkatan kemampuan

keseimbangan berdiri yang diukur dengan FRT, dengan melihat rata –

rata dari waktu FRT sebelum diberikan latihan dan sesudah diberikan

latihan core stability exercise pada kelompok I. Jika hasil rata – rata

kecepatan sebelum perlakuan dan sesudah perlakuan diselisihkan maka

didapatkan hasil 1.4667.

Pada kelompok perlakuan II yang mendapatkan latihan

penambahan active stretching ankle exercise pada pemberian core

stabillity exercise, jika hasil rata – rata jangkauan sebelum perlakuan dan

sesudah perlakuan diselisihkan maka didapatkan kasil 2.1167. Dilihat

dari rata-rata kelompok perlakuan II memiliki hasil yang lebih baik dari

kelompok perlakuan I.

c) Uji Persyaratan Analisis

(1) Uji normalitas

Uji normalitas ini digunakan sebagai awal perhitungan dan

juga untuk mengetahui apakah dua kelompok perlakuan masih

dalam distribusi normal. Pada penelitian ini digunakan uji Saphiro

Wilk Test. Dikatakan normal jika data yang didapatkan mempunyai

nila P > nilai α (0,05), sedangkan dikatakan tidak normal bila nilai p

< nilai α (0,05)


Tabel 4.5 Uji normalitas shapiro-wilk test
Kelompok perlakuan I Kelompok Perlakuan II
Ket. Ket.
Mean±SD P Mean±SD P
Sebelum 8.9167 ± 3.05838 0.939 Normal 9.2667± 2.65832 0.419 Normal
110

Kelompok perlakuan I Kelompok Perlakuan II


Ket. Ket.
Sesudah 10.3833 ± 3.31567 0.943 Normal 11.3833 ± 3.13523 0.317 Normal
Selisih 1.4667 ± 0.29439 0.804 Normal 2.1167 ± 0.58452 0.104 Normal
Sumber : data penelitian di klinik Sasana Husada Stroke Services

Uji normalitas ini dilakukan dengan menggunakan perangkat

lunak komputer SPSS seri 19. Hasil penghitungan yang diperoleh

pada kelompok perlakuan I, sebelum pemberian program latihan

nilai p = 0,939 dan pada kelompok II nilai p = 0,419 dimana p > α

(0,05). Maka dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok terdistribusi

dengan normal.

(2) Uji homogenitas


Uji ini dilakukan untuk mengetahui homogenitas antara

kelompok perlakuan I dan kelompok perlakuan II. Uji homogenitas

dilakukan dengan Levene’s test, yang hasilnya tertera pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6 Hasil Uji Homogenitas dengan Levene test

Sebelum Perlakuan Mean±SD p Keterangan


Kelompok perlakuan I 8,9167±3,05838
0,837 Homogen
Kelompok perlakuan II 9,2667±2,65832
Sumber : data penelitian di klinik Sasana Husada Stroke Services

Berdasarkan hasil Lavene test tentang uji homogenitas,

didapatkan hasil p = 0,837 maka dapat disimpulkan bahwa variant

pada kedua kelompok tidak ada perbedaan atau homogen, yang

berarti pada awal penelitian tidak terdapat perbedaan Functional


111

reach test yang signifikan antara kelompok perlakuan I dan

kelompok perlakuan II.

d) Pengujian Hipotesis

Di dalam program penelitian ini terdapat tiga buah hipotesa.

Masing-masing hipotesa tersebut diuji untuk mengetahui apakah

penambahan active stretching ankle exercise dan core stability exercise

lebih baik dalam meningkatkan keseimbangan berdiri pada pasien stroke.

Ketiga pengujian tersebut adalah :

(1) Uji Hipotesis 1

Untuk mengetahui ada peningkatan keseimbangan berdiri

pada pasien post stroke. Ho diterima bila nilai p > α (0,05),

sedangkan Ho ditolak bila p < α (0,05).


Tabel 4.7 Uji Hipotesis I dengan paired samples t-test

Kelompok perlakuan I Mean±SD P keterangan


Sebelum 8.9167 ± 3.05838
0.000 Signifikan
Sesudah 10.3833 ± 3.31567

Sumber : data penelitian di klinik Sasana Husada Stroke Services


112

Dari tabel 4.7 memperlihatkan beda rerata peningkatan

keseimbangan berdiri antara sebelum dan setelah perlakuan pada

kelompok I (pemberian core stability exercise) yang dianalisis

dengan uji paired sampel t-test (dua sampel berpasangan) dengan

nilai p = 0,000 (p<0,05). Diketahui bahwa sebelum diberikan

program latihan nilai mean sebesar = 8.9167 dan SD = 3.05838 dan

sesudah diberikan program latihan nilai mean = 10.3833 dan SD =

3.31567. Berdasarkan perhitungan didapatkan nilai p = 0,000 yang

berarti nilai p < α (0,05), maka Ho ditolak. Sehingga dapat

disimpulkan ada peningkatan keseimbangan berdiri pada kelompok I

setelah diberikan program core stability exercise.

(2) Uji Hipotesis II

Uji hipotesis II untuk mengetahui apakah penambahan active

stretching ankle exercise pada pemberian core stability exercise

dapat meningkatkan keseimbangan berdiri pada pasien stroke.

Menggunakan uji paired sampel t-test (dua sampel berpasangan),

hipotesa Ho diterima bila nilai p > α (0,05), sedangkan Ho ditolak

bila p < α (0,05).


Tabel 4.8 Uji Hipotesis II dengan paired samples t-test
113

Kelompok perlakuan II Mean±SD P keterangan


Sebelum 9.2667± 2.65832
0.000 Signifikan
Sesudah 11.3833 ± 3.13523

SSumber : data penelitian di klinik Sasana Husada Stroke Services

Dari tabel 4.8 diketahui bahwa sebelum diberikan program

latihan nilai mean sebesar = 9,2667 dan SD = 2,65832 dan sesudah

diberikan program latihan nilai mean = 11,3833 dan SD = 3,13523.

Berdasarkan perhitungan didapatkan nilai p = 0,000 yang berarti

nilai p < α (0,05), maka Ho ditolak. Sehingga dapat disimpulkan ada

peningkatan keseimbangan berdiri pada kelompok perlakuan II

setelah diberikan program penambahan active stretching ankle

exercise pada pemberian core stability exercise.

(3) Uji Hipotesis III

Untuk menguji signifikan komparatif dua sample yang tidak

berpasangan (independent) atau mencari beda pengaruh pada

kelompok perlakuan I dan kelompok perlakuan II digunakan uji


114

independent sampel t-test. Dengan pengujian hipotesa Ho diterima

bila nilai p > α (0,05). Sedangkan Ho ditolak bila nilai p < α (0,05).

Tabel 4.9 Uji Hipotesis III dengan independent samples t-test


Kelompok Perlakuan Mean±SD P Keterangan
Selisih 1 1.4667 ± 0.29439
0.603 Signifikan
Selisih 2 2.1167 ± 0.58452
Sumber : data penelitian di klinik Sasana Husada Stroke Services

Dari tabel 4.9 di ketahui bahwa nilai mean untuk selisih

sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok I sebesar 1.4667 dan

nilai SD = 0.29439. Sedangkan pada kelompok II didapatkan nilai

mean = 2.1167 dan SD = 0.58452. Berdasarkan perhitungan

didapatkan nilai p = 0,603 yang berarti nilai p > α (0,05), maka Ho

diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penambahan active

stretching ankle exercise pada pemberian core stability exercise tidak

lebih baik daripada core stability exercise untuk keseimbangan

berdiri pada pasien post stroke

You might also like