You are on page 1of 7

TUGAS

GAS METAN BATUBARA

NAMA : FHENY FITRIA

NIM : 03021281621042

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2018
1. Mengapa CBM terdapat pada lapisan batubara?

Jawaban : Gas Metana Batu bara (GMB) merupakan gas hidrokarbon nonkonvesional
yang bersumber dari batu bara dan tersimpan dalam reservoir batu bara. Gas metana
batubara (CBM) ini terbentuk secara alamiah dalam proses pembentukan batubara
(coalification) dalam kondisi terperangkap dan terserap pada lapisan batubara. Proses
terbentuknya gas metana batubara berasal dari material organik tumbuh-tumbuhan,
melalui beberapa proses kimia dan fisika (dalam bentuk panas dan tekanan secara terus
menerus) yang berubah menjadi gambut dan akhirnya menjadi batubara. Selama
berlangsungnya proses pemendaman dan pematangan, material organic akan mengelarkan
air, CO2, gas metana dan gas lainnya. Gas metana batubara tersimpan karena adanya
proses adsorbsi dalam micropores batubara (matrix). Fracture atau rekahan pada batubara
(cleats) dapat juga bersisi gas bebas atau gas yang tersaturasi dengan air. Volume metana
yang terbentuk dengan batubara akan meningkat sesuai tingkat kematangannya. Tidak
seperti gas bumi yang kita kenal yang bermigrasi dari source rocknya dan berasosiasi
dengan reservoirnya, Gas metana batubara (CBM) berasosiasi dengan batubara yang
berfunsi sebagai Source rock dan reservoirnya.

2. Mengapa konsentrasi CBM lebih pekat pada batubara yang lebih dalam?

Jawaban : Konsentrasi CBM lebih pekat pada batubara yang lebih dalam dapat
dikarenakan oleh tekanan yang lebih besar dibandingkan dengan batubara yang lebih
dekat ke permukaan (lapisan batubara diatasnya). Gas metana batubara tersimpan dalam
micropore batubara (matrix) dikarenakan adanya kapasitas serap atau daya adsorbsi
batubara yang dipengaruhi oleh tekanan dan temperature. Semakin besar tekanannya
maka kapasitas serapnya semakin besar, semakin dalam batubara di dalam permukaan
tanah maka tekanan yang diterima juga semakin besar dikarenakan beban yang ada di
atasnya juga semakin banyak. Dapat dikatakan bahwa batubara yang terletak lebih dalam
memiliki kapasitas serap batubara yang lebih besar, sehingga konsentrasi gas metana
yang dimilikinya lebih pekat.

3. Mengapa data CBM banyak dipegang perusahaan minyak (PERTAMINA)?

Jawaban : data CBM banyak dipegang oleh perusahaan minyak (PERTAMINA) dala
kasus ini hal tersebut dikarenakan oleh menurut UU No 22 Tahun 2001 dan PP No.35
Tahun 2004 masih menjadi acuan umum, terutama mengenai bentuk dan pola PSC,
dengan masing-masing blok CBM harus dikelola oleh satu badan hukum usaha.
Selain itu peraturan tentang CBM ini sendiri telah diatur mengenai eksplorasi dan
eksploitasinya dalam PP No. 35 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan
Gas Bumi. Terutama pengaturan tentang Wilayah Kerja dan pelaksanaan Kontrak Kerja
Sama, dengan asumsi bahwa pengusahaan Gas Metana Batu bara masih termasuk dalam
bagian kegiatan minyak dan gas bumi
TUGAS MID SEMESTER

GAS METAN BATUBARA

NAMA : FHENY FITRIA

NIM : 03021281621042

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2018
1. Bagaimana mengolah air terproduksi CBM dilapangan?

Jawaban : Dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No.02 tahun 2011 tentang Baku
Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Eksplorasi dan Eksploitasi Gas Metana
Batubara telah diatur serba-serbi mengenai air terproduksi CBM ini termasuk kriteria air yang
bagaimana hingga di sebut layak dan tidak berbahaya bagi lingkungan sekitar, maka dari itu
pembuangan air yang terproduksi dari CBM tidak bisa dibuang begitu saja.

Selama masa pengurasan (dewatering), air yang terproduksi sangat besar. Jika air ini
dibuang langsung ke lingkungan maka akan menimbulkan banyak masalah karena tingginya
kandungan mineral yang terdapat didalamnya. Kualitas air terproduksi CBM tergantung pada
kondisi lingkungannya. Parameter untuk menilai kualitas air tersebut adalah Total Dissolved
Solids (TDS), Electric Conductivity (EC) dan Sodium Adsorption Ratio (SAR), dimana secara
garis besar parameter tersebut berhubungan dengan kandungan garam dan senyawa kimia
yang dapat membentuk kandungan garam.
Untuk itu perlu dilakukan pengelolaan terlebih dahulu supaya air terproduksi tadi
memenuhi kriteria baku mutu air limbah sesuai peraturan yang berlaku atau bahkan lebih
baik lagi.

Pada umumnya terdapat 4 cara dalam mengelola air terproduksi CBM, antara lain:

 Surface Discharge
Air terproduksi dari beberapa sumur dipompa ke pusat pengolahan kemudian air
tersebut dialirkan ke lingkungan. Pelepasan air ke sungai diatur sesuai dengan baku
mutu dan mempertimbangkan erosi yang berlebihan pada aliran sungai, sehingga
debit air diatur sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi kriteria yang telah
ditentukan. Sebelum dibuang ke lingkungan biasanya ada beberapa treatment yang
harus dilakukan terutama dalam hal penyelidikan kandungan kimia pada air
terproduksi CBM tersebut, apabila telah memenuhi ambang batas mutu air lingkungan
maka air tersebut dapat saja dibuang langsung ke lingkungan melalui sungai terdekat
atau dapat pula dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kebutuhan industry maupun
rumah tangga. Air terproduksi CBM dapat dimanfaatkan antara lain: sebagai
pengairan pertanian dan peternakan sekitar, sebagai sumber air baku untuk
pengolahan air minum daerah setempat.
 Infiltration Impoundments
Air terproduksi dari beberapa sumur dipompa ke kolam untuk diuapkan, penguapan
dibantu dengan alat penyemprot atau diresapkan kembali ke dalam akuifer. Sebelum
digunakan untuk kebutuhan pertanian maupun rumah tangga terlebih dahulu di
kumpulkan dalam sebuah kolam. Jika kandungan airnya saline tentu dapat merusak
vegetasi, dan jika tidak di filteralisasi (saring) kadar garamnya tentu akan dapat
mencemari air tanah. Kontroversi pembuangan air produksi CBM di kolam (pool)
yakni sebagai cara paling murah namun, dapat merusak lingkungan karena mampu
mengubah perilaku hidrologi area tersebut, mengancam ikan dan kehidupan air
lainnya, serta bisa mengubah iklim lokal karena mengandungan moisture Batubara
yang tinggi. Selain itu, juga dapat mengakibatkan erosi atau penurunan muka air tanah
dan vegetasi yang terkait dengannya. Tampungan produksi air CBM yang
mengandung garam dapat mengandung racun organik atau anorganik, seperti amonia
atau hidrogen sulfida yang secara substansial dapat merusak lingkungan
 Shallow Re-injection (Sumur Injeksi)
Air terproduksi dari beberapa sumur ditampung ke kolam kemudian dipompakan ke
dalam lapisan akuifer (lapisan Formasi batuan) yang mempunyai salinitas tinggi
melalui sumur injeksi ke dalam tanah pada kedalaman tertentu. Harga sumur injeksi
ini juga cukup mahal yaitu hampir sama dengan harga sumur CBM.
 Reverse Osmosis
Proses pengolahan yang dapat memisahkan kandungan senyawa organik dan
anorganik dari air. Teknik ini banyak digunakan untuk desalinasi air laut dan payau,
pengolahan limbah indusri dan lain-lain. Prinsip osmosa terbalik adalah memindahkan
pelarut dari larutan encer ke larutan pekat, dengan mengalirkan air (pelarut) melalui
membrane semi permeable, tekanan yang digunakan harus lebih besar dari tekanan
osmotic (biasanya kira-kira tiga kali lebih besar). Membran yang digunakan pada
proses ini biasanya adalah membran yang porinya sangat kecil atau padat. Bahan
membran yang digunakan adalah selulosa asetat, komposit, polimida dengan modul
tubular, spiral wound, flat sheet atau hallow fiber.
2. Bagaimana saudara menentukan gas in place pada lapisan batubara?

Jawaban : Gas in-place adalah perhitungan berapa perkiraan cadangan awal gas, baik
kandungan gas secara keseluruhan maupun kandungan gas untuk metananya saja. Untuk
memperkirakan cadangan awal ini digunakan data-data yang telah didapat sesuai
prosedurnya, biasanya kegiatan ini dilakuakan setelah dilakukan pemboran eksplorasi,
data-data yang digunakan contohnya seperti data geologi dan data-data sumur yang
diperoleh. Rumus Gas in Place pada CBM adalah :

𝐺𝐼𝑃 = 1359,7 × 𝐴 × ℎ × 𝜌 × 𝐺𝑐

Keterangan:

A = Luas (Acre)

h = Ketebalan

ρ = Densitas rata-rata (gr/cm3)

Gc = Gas content rata-rata (SCF/ton)

You might also like