You are on page 1of 8

PENDAHULUAN

Enterobacteriaceae adalah suatu famili kuman yang terdiri dari sejumlah besar
spesies bakteri yang sangat erat hubungannya satu dengan lainnya. Hidup di usus besar
manusia dan hewan, tanah, air dan dapat pula ditemukan pada dekomposisi material.
Karena hidupnya yang pada keadaan normal di dalam usus besar manusia, kuman ini sering
disebut kuman enteric atau basil enteric.
Sebagian besar kuman enteric tidak menimbulkan penyakit pada host (tuan rumah)
bila kuman tetap berada pada usus besar, tetapi pada keadaan-keadaan dimana terjadi
perubahan pada host atau bila ada kesempatan memasuki bagian tubuh yang lain, banyak
diantara kuman enteric ini mampu menimbulkan penyakit pada tiap jaringan di tubuh
manusia. Sebanyak 80% dari kuman batang negative Gram yang diisolasi di Laboratorium
Mikrobiologi Klinik adalah kuman Enterobacteriaceae dan 50% dari jumlah tersebut adalah
isolate yang berasal dari bahan klinik. Organisme-organisme di dalam famili ini pada
kenyataannya mempunyai peranan penting di dalam infeksi nosokomial, misalnya sebagai
penyebab infeksi saluran kemih, infeksi pada luka, infeksi saluran nafas, peradangan
selaput otak dan septicemia. 5%-10% dari total populasi di rumah sakit mendapatkan
infeksi nosokomial.
Di dalam klasifikasinya Ewing membagi famili kuman ini di dalam 6 tribe sebagai
berikut :
Tribe I : Escherichiae
Tribe II : Edwardsiellae
Tribe III : Salmonelleae
Tribe IV : Klebsielleae
Tribe V : Proteeae
Tribe VI : Erwinieae
Sedangkan Bergey menggolongkannya ke dalam 5 grup dan memasukan genus
Yersinia ke dalam famili ini. Ke-5 grup tersebut adalah :
Grup I : Escherichieae
Grup II : Klebsielleae
Grup III : Proteeae
Grup IV : Yersinieae
Grup V : Erwinieae
Kedua klasifikasi ini dibuat berdasarkan data fenotip antara lain reaksi biokimia dan
reaksi serologic. Klasifikasi tersebut di atas yang sampai sekarang digunakan di bagian
Mikrobiologi FKUI.
Di Ameika oleh CDC (Center for Disease Control) telah digunakan klasifikasi lain
yang lebih akurat yaitu klasifikasi berdasarkan data-data genetic misalnya dengan
melakukan tes DNA-DNA hibridisasi.

MORFOLOGI

Kuman enteric adalah kuman berbentuk batang pendek dengan ukuran 0,5
mikrometer – 3,0 mikrometer, Gram negative, tidak berspora, gerak positif dengan flagel
peritrikh (Salmonella, Proteus, Escherichia) atau gerak negative (shigella, Klebsiella).
Mempunyai kapsul atau selubung yang jelas seperti pada Klebsiella atau hanya berupa
selubung tipis pada Escherichia atau tidak berkapsul sama sekali. Sebagian besar spesies
mempunyai pili atau fimbriae yang berfungsi sebagai alat perlekatan dengan bakteri lain.

FISIOLOGI

Sifat biokimiawi dari kuman enteric kompleks dan bervariasi. Pada suasana anaerob
atau kadar O2 rendah terjadi reaksi fermentasi dan pada suasana aerob atau kadar O 2 cukup
terjadi siklus asam trikarboksilat dan transport electron untuk pembentukan energi.
Semua kuman enteric meragi glukosa menjadi asam dengan atau tanpa disertai
pembentukan gas, mereduksi nitrat menjadi nitrit, ada yang membentuk indol dan ada yang
indol dan ada yang tidak membentuk indol (Escherichia coli ada yang membentuk indol
ada yang tidak, demikian pula Shigella. Semua Salmonella mutlak tidak membentuk indol),
tidak membentuk fenol oksidase dan tidak mencairkan gelatin. Perbedaan dalam jenis-jenis
karbohidrat yang difermentasi, hasil akhir metabolisme, substrat yang digunakan serta
perubahan beberapa asam amino menjadi daar pembagian spesies.
Sifat biakan kuman enteric adalah sebagai berikut :
Koloni kuman umumnya basah, halus, keabu-abuan, permukaannya licin. Hemolisis bila
ada yaitu tipe beta. Pada perbenihan cair tumbuh secara difus.
Macam perbenihan yang dipakai untuk isolasi kuman enteric adalah :
1. Diferensial
Mac Conkey agar, Eosin Methylen Blue agar, Desoxycholate agar. Pada perbenihan
ini hamper semua kuman enteric dapat tumbuh
2. Selektif
Salmonella-Shigella agar, Desoxycholate Citrat agar. Perbenihan ini khusus untuk
mengisolasi kuman usus pathogen.
3. Persemaian
Kaldu GN, kaldu selenit, kaldu tetrathionat. Kuman usus pathogen tumbuh lebih
subur.

DAYA TAHAN KUMAN

Kuman enteric tidak membentuk spora, mudah dimatikan dengan desinfektan


konsentrasi rendah. Zat-zat seperti fenol, formaldehid, B-glutaraldehid, komponen halogen
bersifat bakterisid.
Pemberian zat khlor pada air dapat mencegah penyebaran kuman enteric khususnya
kuman penyebab penyakit tifus dan penyakit usus lain. Kuman enteric toleran terhadap
garam empedu dan zat warna bakteriostatik, sehingga zat-zat ini dipakai di dalam
perbenihan untuk isolasi primer. Toleran terhadap dingin, hidup berbulan-bulan di dalam
es. Peka terhadap kekeringan, menyukai suasana yang cukup lembab, mati pada
pasteurisasi.

STRUKTUR ANTIGEN
Karakterisasi antigen berperan penting di dalam epidemiologi dan klasifikasi,
khususnya pada genus tertentu seperti Salmonella dan Shigella. Komponen utama sel
bakteri adalah : antigen somatic (0), antigen flagel (H), dan antigen kapsul (K).
BEBERAPA TES BIOKIMIAWI UNTUK IDENTIFIKASI KUMAN
ENTEROBACTERIACEAE :
1. Tes Fermentasi Karbohidrat
Prinsip : menentukan kemampuan organisme untuk melakukan fermentasi
karbohidrat tertentu yang tergabung dalam medium dasar dan membentuk asam
atau asam dengan gas yang dapat dilihat.
2. Tes Sitrat
Prinsip : menentukan apakah suatu organisme dapat menggunakan sitrat sebagai
satu-satunya sumber karbon untuk metabolisme dengan menghasilkan suasana basa.
3. Tes Dekarboksilase
Prinsip : mengukur kemampuan enzim dari organisme untuk mendekarboksilasi
suatu asam amino dengan membentuk amin yang bersifat alkalik.
4. Tes Urease
Prinsip : menentukan kemampuan organisme untuk memecah urea, membentuk dua
molekul ammonia dengan keaktifan enzim urease.
5. Tes Hidrogen Sulfida
Prinsip : menentukan apakah dilepaskan H2S (oleh kerja enzim) dari suatu asam
amino yang mengandung belerang (sulfur) dengan membentuk warna hitam yang
dapat dilihat.
6. Tes Indol
Prinsip : menentukan kemampuan organisme untuk menghasilkan indol dari
triptofan.
7. Tes Triple Sugar Iron agar
Prinsip : menentukan kemampuan organisme untuk menyerang suatu karbohidrat
yang tergabung dalam perbenihan basal, dengan atau tanpa pembentukan gas,
disertai penentuan kemungkinan terbentuknya H2S.
8. Tes Merah Metil
Prinsip : A. menguji kemampuan organisme untuk menghasilkan dan
mempertahankan hasil akhir asam yang stabil dari fermentasi glukosa dan
mengatasi system buffer dari perbenihan.
B. tes kualitatif untuk produksi asam (penentuan pH), beberapa
organisme memproduksi lebih banyak asam dari yang lain.
9. Tes Voges Proskauer
Prinsip : menentukan kemampuan beberapa organisme untuk menghasilkan produk
akhir yang netral (asetil-metilkarbinol) dari fermentasi glukosa.
10. Tes Gerak
Prinsip : menentukan apakah suatu organisme bergerak atau tidak.
11. Tes Reduksi Nitrat
Prinsip : Menentukan kemampuan organisme untuk mereduksi nitrat menjadi nitrit
atau gas nitrogen bebas.
12. Tes Oksidasi
Prinsip : menentukan adanya enzim oksidasi.
SHIGELLA

Shigella spesies adalah kuman pathogen usus yang telah lama dikenal sebagai agen
penyebab penyakit disentri basiler. Berada dalam tribe Escheriaceae karena sifat genetic
yang saling berhubungan, tetapi dimasukkan dalam genus tersendiri yaitu genus Shigella
karena gejala klinik yang disebabkannya bersifat khas. Sampai saat ini terdapat 4 spesies
Shigella yaitu :
1. Shigella dysentriae
2. Shigelle flexneri
3. Shigella boydii
4. Shigella sonnei

MORFOLOGI

Kuman berbentuk batang, ukuran 0,5 mikrometer – 0,7 mikrometer x 2 mikrometer –


3 mikrometer, pada pewarnaan Gram bersifat Gram negative, tidak berflagel.

FISIOLOGI

Sifat pertumbuhan adalah aerob dan fakultatif anaerob, pH pertumbuhan 6,4 – 7,8
suhu pertumbuhan optimum 37oC kecuali Shigella sonnei dapat tumbuh pada suhu 45oC.
Sifat biokimia yang khas adalah negative pada reaksi fermentasi adonitol, tidak
membentuk gas pada fermentasi glukosa, tidak membentuk H2S kecuali Shigella flexneri,
negative terhadap sitrat, DNase, lisin, fenilalanin, sukrosa, urease, VP, manitol, laktosa
kecuali Shigella sonnei meragi laktosa secara lambat, manitol, xylosa dan negative pada tes
motilitas.
Sifat koloni kuman adalah sebagai berikut :
1. kecil
2. halus
3. tidak berwarna bila ditanam pada Salmonella-Shigella agar, Eosin Methylen Blue
agar, Endo agar, Mac Conkey agar.
Beberapa reaksi biokimia yang dipakai untuk membedakan ke-4 spesies Shigella
adalah :
S. S. flexneri S.boydii S. sonnei
dysentriae
Grup antigen O A B C D
Fermentasi Manitol Negatif positif positif Positif
Jordan’s tertrate Variabel negatif negatif Positif
Rabinosa dengan pengeraman Negatif variabel negatif variabel
yang diperpanjang
(dikutip dari Zinsser Microbiology, edisi 19 th.1988, hal, 474)

DAYA TAHAN

Shigella spesies kurang tahan terhadap agen fisik dan kimia dibandingkan
Salmonella. Tahan dalam 0,5% fenol selama 5 jam dan dalam 1% fenol selama 30 menit.
Tahan dalam es selama 2 bulan. Dalam laut selama 2-5 bulan. Toleran terhadap suhu
rendah dengan kelembaban cukup. Garam empedu konsentrasi tinggi menghambat
pertumbuhan strain tertentu. Kuman akan mati pada suhu 55oC.

STRUKTUR ANTIGEN

Semua Shigella mempunyai antigen O, beberapa strain tertentu memiliki antigen K,


bila ditanam di media tampak koloni yang halus licin (smooth). Antigen K tidak bermakna
dalam penggolongan tipe serologic.
Shigella dibagi dalam 4 serogup berdasarkan komponen-komponen utama antigen O
yaitu :
Grup A : Shigella dysentriae
Grup B : Shigella flexneri
Grup C : Shigella boydii
Grup D : Shigella sonnei
Setiap serogrup dibagi lagi dalam serotip berdasarkan komponen minor antigen O.
Sampai saat ini sudah ditemukan 10 serotip S. dysentriae, 6 serotipe S. flexneri, 15 serotipe
S. boydii, 1 serotipe S. sonnei .

FAKTOR-FAKTOR PATOGENITAS

Daya Invasi
Kuman menembus masuk ke dalam lapisan sel epitel permukaan mukosa usus di
daerah ileum terminal dan kolon, pada lapisan epitel tersebut kuman memperbanyak diri.
Sebagai reaksi tubuh terjadi reaksi peradangan diikuti dengan kematian sel dan
mengelupasnya lapisan tersebut, terjadilah tukak. Kuman Shigella yang tidak invasive tidak
mampu menimbulkan sakit.

Enterotoksin
Seperti enterotoksin LT E.coli dan Vibrio cholera, enterotoksin yang dihasilkan
Shigella adalah termolabil dan menyebabkan pengumpulan cairan di ileum kelinci.
Aktivitas enterotoksin terutama pada usus halus yang berbeda bila dibandingkan dengan
disentri basiler klasik dimana yang terkena adalah usus besar. Sesungguhnya peranan
enterotoksin pada disentri basiler belum jelas, karena ternyata mutan S. dysentriae tipe 1
yang nontoksigenik tetapi mempunyai daya invasi dapat menimbulkan penyakit. Diduga
enterotoksin bertanggung jawab atas terjadinya watery diarrhea pada tahap dini, dan
kemudian timbul gejala klasik disentri basiler setelah organisme meninggalkan usus halus
dan masuk ke usus besar.

Neurotoksin dan Sitotoksin


Adalah protein eksotoksin yang dikeluarkan oleh S. dysentriae tipe 1, S. flexneri tipe
2a dan S. sonnei. Peranannya pada patogenesis penyakit disentri basiler belum jelas.

PATOGENESIS DAN GEJALA KLINIK

Disentri basiler atau Shigellosis adalah infeksi usus akut yang dapat sembuh sendiri
yang disebabkan oleh Shigella. Shigellosis dapat menyebabkan 3 bentuk diare yaitu :
1. disentri klasik dengan tinja berkonsistensi lembek disertai darah, mucus dan pus.
2. watery diarrhea
3. kombinasi keduanya
Masa inkubasi adalah 2-4 hari, atau bisa lebih lama sampai 1 minggu. Oleh seorang
yang sehat diperlukan 200 kuman untuk menyebabkan sakit. Kuman masuk dan berada di
usus halus, menuju terminal ileum dan kolon, melekat pada permukaan mukosa dan dan
menembus lapisan epitel kemudian berkembang biak di dalam lapisan mukosa.
Berikutnya adalah terjadinya reaksi peradangan yang hebat yang menyebabkan
terlepasnya sel-sel dan timbulnya tukak pada permukaan mukosa usus. Jarang terjadi
organisme menembus dinding usus dan menyebar ke bagian tubuh yang lain. Reaksi
peradangan yang hebat tersebut mungkin merupakan fakor penting yang membatasi
penyakit ini hanya pada usus, selain juga menyebabkan timbulnya gejala klinik berupa
demam, nyeri abdomen dan tenesmus ani. Penyembuhan spontan dapat terjadi dalam waktu
2-7 hari terutama pada penderita dewasa yang sehat sebelumnya, sedangkan pada penderita
yang sangat muda atau yang sangat tua dan juga pada penderita dengan gizi buruk penyakit
ini akan berlangsung lama. Pernah ditemukan terjadinya septicemia pada penderita dengan
gizi buruk dan berakhir dengan kematian.
DIAGNOSIS LABORATORIUM

Bahan pemeriksaan yang paling baik untuk diagnosis etiologic Shigella adalah usap
dubur atau diambil dari tukak pada mukosa usus pada saat sedang dilakukannya
sigmoidoskopi. Bahan pemeriksaan lainnyaadalah tinja segar, dalam hal ini harus
diperhatikan bahwa kuman Shigella hidupnya singkat sekali dan peka terhadap asam-asam
yang ada di dalam tinja, sehingga jarak waktu sejak pengambilan bahan sampai penanaman
bahan di laboratorium harus sesingkat mungkin. Dalam keadaan dimana specimen tidak
dapat dikirim secepatnya ke laboratorium sebaiknya digunakan media transport.
Identifikasi kuman dilakukan secara biokimiawi dan serologic.

PENGOBATAN DAN PENCEGAHAN

Penggunaan antibiotika mengurangi beratnya penyakit maupun angka kematian,


walaupun banyak penderita yang tidak merasa perlu untuk pergi ke dokter karena penyakit
ini dapat sembuh secara spontan.
Antibiotika ampisilin, tetrasiklin dan trimethoprim-sulfametoksasol banyak
digunakan dalam pengobatan disentri basiler, tetapi dengan semakin banyaknya ditemukan
strain kuman yang resisten terhadap bermacam-macam antibiotika maka sebaiknya
dilakukan terlebih dahulu tes kepekaan kuman terhadap antibiotika sebelum memulai
pengobatan.
Pada pencegahan penyakit disentri basiler kebersihan lingkungan, pencarian dan
pengobatan carrier serta khlorinasi air minum memegang peranan penting. Carrier tidak
diperbolehkan bekerja sebagai food handler.

EPIDEMIOLOGI

Disentri basiler adalah penyakit yang endemis di Indonesia, hal ini antara lain
disebabkan sanitasi lingkungan yang belum memadai. Penyebaran kuman Shigella adalah
dari manusia ke manusia yang lain, dimana carrier merupakan reservoir kuman. Dari
carrier ini, shigella disebabkan oleh lalat, juga juga melalui tangan yang kotor, makanan
yang terkontaminasi, tinja seerta barang-barang lsin ysng terkontaminasi ke orang lain yang
sehat.
Juga harus diperhatikan kebersihan air minum, untuk hal ini perlu dilakukan
pengawasan dan khlorinasi sumber air minum.

DAFTAR PUSTAKA

1. Tim pengajar FKUI. 1994. Mikrobiologi Kedokteran. FKUI : Jakarta.


2. Tim Bakteriologi. 2004. Diktat Praktikum Bakteriologi. Analis Kesehatan : Bandar
Lampung.
3. Soemarno. 2000. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Klinik. AAK : Yogyakarta.
4. Kumala, Widyasari. 2006. Diagnosis Laboratorium Mikrobiologi Klinik.
Universitas Trisakti : Jakarta

You might also like