You are on page 1of 63

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Keluarga merupakan hubungan terkecil dari suatu masyarakat yang

memiliki keterkaitan satu sama lain. Keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan

anak. Apabila keluarga dapat menjalankan fungsinya dengan baik, maka

akan tumbuh generasi yang berkualitas. Sebaliknya, generasi yang

bermasalah akan muncul jika keluarga tidak menjalankan fungsinya dengan

baik, karena keluarga merupakan wadah yang sangat berpengaruh dalam

perkembangan anak.

Keberhasilan atau kegagalan keluarga dalam menjalankan fungsinya

dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya faktor ekonomi, faktor

ekonomi dalam keluarga memberikan pengaruh bagi keberhasilan keluarga

dalam menjalankan fungsinya. Sudah banyak bukti menunjukkan keluarga

dengan tingkat sosial ekonomi rendah mampu mengantarkan anaknya

menjadi sosok yang dapat diandalkan. Sebaliknya, tidak sedikit keluarga

menengah ke atas yang tidak mampu mengantar anaknya menjadi sosok

yang dapat dihandalkan. Selain itu cara orang tua menerapkan disiplin,

mulai dari cara bersosialisasi, mendidik, hingga penerapan moral, dan

perilaku anak yang diterapkan orang tua akan berpengaruh terhadap pribadi

anak. Disamping faktor ekonomi, faktor lingkungan merupakan tempat

dimana manusia melakukan interaksi antara individu dengan individu,

individu dengan kelompok, maupun kelompok dengan kelompok dimana

1
2

anak akan berinteraksi dengan lingkungan sekitar seperti lingkungan

keluarga, lingkungan sosial, dan lingkungan sekolah.

Oleh karena itu, dari beberapa faktor yang mempengaruhi

keberhasilan atau kegagalan keluarga dalam menjalankan fungsinya penulis

tertarik dengan faktor pola asuh orang tua, karena usaha orang tua dalam

mendewasakan anak sangat memberikan pengaruh yang besar terhadap

perilaku anak. Sehingga dari semua faktor yang disebutkan faktor pola asuh

lah yang paling sangat berperan dalam perkembangan anak.

Peran sosial dalam setiap keluarga berbeda-beda, salah satunya peran

orang tua dalam mengasuh anaknya, menjadi tanggung jawab terpenting

bagi perkembangan sikap, mental, perilaku, pikiran, nilai serta keyakinan

anak dengan cara merawat dan membimbing anak secara baik dan penuh

perhatian.

Setiap orang tua pasti mengharapkan yang terbaik untuk anaknya,

terutama untuk masa depan anak dengan harapan kelak anak akan lebih

sukses dari orang tua. Namun, harapan dan keinginan orangtua terhadap

anak seringkali lebih memaksakan kehendaknya sendiri seperti memberi

tugas dan tanggung jawab, serta pemenuhan terhadap kebutuhan anak, baik

fisik maupun non fisik. Sehingga orangtua sering tidak memperdulikan rasa

tertekan yang dirasakan oleh anak. Rasa tertekan yang dirasakan anak akan

memicu timbulnya stres pada anak tersebut.


3

Ada beberapa macam pola asuh yang diterapkan orang tua untuk

mewujudkan keinginan dan harapan mereka terhadap anaknya diantaranya;

pola asuh otoriter, pola asuh demokratis, pola asuh temporizer, pola asuh

appeasers, dan pola asuh permisif.

Orangtua akan menggunakan pola asuh tertentu untuk membentuk

tingkah laku anak sesuai dengan harapan. Pola asuh tersebut dapat

diterapkan dalam bentuk perlakuan fisik maupun psikis terhadap anak

seperti dari tutur kata, sikap, perilaku, dan tindakan mereka terhadap anak.

Beberapa pola asuh di atas, penulis tertarik terhadap pola asuh

otoriter. Pola asuh otoriter memiliki dampak positif dan dampak negatif

yang dirasakan oleh anak. Oleh karena itu, berdasarkan latar belakang diatas

penulis tertarik dengan dampak negatif pola asuh otoriter terhadap pribadi

anak, karena dalam kehidupan pribadi maupun lingkungan penulis

menemukan dampak negatif dari pola asuh otoriter.

Dalam pola asuh otoriter, orang tua yang berperan sebagai pengasuh

lebih bersifat membatasi, menghukum serta mendesak anaknya untuk

mengikuti apa yang orang tua kehendaki tanpa memberi peluang anak untuk

bermusyawarah. Orang tua yang menggunakan pola asuh otoriter akan

beranggapan bahwa dirinya berhak untuk memimpin dan mengarahkan

anaknya, serta membentuk anak dengan berbagai cara menjadi seperti yang

mereka inginkan. Anggapan ini terjadi karena orang tua berkeyakinan

bahwa anak pada dasarnya suka memberontak serta ada kecemasan yang

berlebihan terhadap anak, dan jika dibiarkan mengikuti cara anak sendiri,
4

maka anak hanya akan menimbulkan masalah sehingga, orang tua

melakukan kontrol yang ketat terhadap anak. Pola asuh otoriter

memberikan dampak terhadap sifat dan kebiasaan anak dalam lingkungan,

seperti di sekolah, lingkungan bermain maupun lingkungan masyarakat.

Beberapa fenomena tentang pengaruh pola asuh otoriter terhadap

perilaku anak di dalam lingkungan sosial yang dikutip dari beberapa sumber

seperti, di media masa atau pengalaman penulis sendiri, diantaranya:

Bersumber dari berita online yang di ambil pada tanggal 01 April

2018,

Bersumber dari Tempo. Co Jakarta, anak yang


mengalami indikasi stres atau tekanan jiwa berat
terlihat secara fisik, psikologis, emosi dan cara
bersosial dengan tanda-tanda yang bisa dilihat dari
sikap rewel, mudah tersinggung, pemarah,
kehilangan minat, percaya diri luntur, gelisah, uring-
uringan dan terkadang menarik diri dai pertemanan.
Setelah didalami, ada beberapa faktor penyebab stres
pada anak yaitu pengasuhan orang tua yang kurang
tepat. Seperti pola asuh otoriter yang diterapkan
kepada anak. (http://nasional.tempo.co)

Dengan situs yang beda contoh kasus akibat


salahnya penerapan pola asuh terhadap anak,
Kasus Sheyna yang berusia 13 tahun memiliki orang
tua bersifat overprotective dan sangat menuntut
Sheyna sesuai dengan keinginan orangtuanya serta
memperlakukan Sheyna seperti anak kecil. Sehingga
Sheyna menganggap dirinya sangat bergantung
kepada orangtuanya. Dengan perlakuan yang
didapitinya dalam lingkungan keluarga menjadikan
sheyna seorang bipolar disorder (gangguan
mental).(http://kolompsikologi.wordpress.com).
5

Dengan situs yang berbeda,


Jakarta,CNN Indonesia, kesehatan jiwa anak dan
remaja adalah isu yang harus menjadi perhatian
banyak kalangan. Anak dan remaja adalah orang-
orang muda yang masih terus berproses mencari jati
diri. Orang tua yang menuntut anak diluar
kemampuannya, bahkaan ada yang membatasi
semua bentuk hiburan dan memaksa anak-anak
untuk belajar dengan keras. Menurut Danardi
Sosrosumihardjo, dokter spesialis kejiwaan, depersi
pada anak dan remaja terjadi ketika daya tahan
kejiwaan mereka tidak kuat menghadapi tekanan.
(http://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup)

Beberapa fenomena di atas penulis tertarik mengangkat tema

pengaruh pola asuh otoriter pada lingkungan sosial yang dijadikan ide

dalam pembuatan karya akhir, karena pola asuh otoriter bersifat keras,

mengekang, penulis menggambarkan otoriter tersebut ke dalam bentuk besi

yang juga memiliki karakteristik sifat yang sama yaitu keras, dari melihat

serta mempelajari sifat besi timbulah ide untuk menjadikan sepeda motor

sebagai visual utama dalam pembuatan karya akhir ini, sepeda motor

tersusun dari beberapa komponen yang pada umumnya terbuat dari besi

serta elemen-elemen pendukung yang memiliki peran yang sama dengan

cara kerja manusia dan sangat bisa dijadikan metafora dari sifat otoriter

orang tua. Jika dilihat dari segi fungsi, sepeda motor berfungsi sebagai alat

transportasi untuk mengantarkan manusia ke tempat tujuan. Begitu juga

halnya orangtua yang akan mengantarkan anaknya menuju kesuksesan

dengan cara memberikan pola asuh yang tepat.


6

Dalam pembuatan karya lukis ini penulis mencoba mengkritisi bentuk

dan filosofi yang terdapat pada sepeda motor kemudian dikaitkan dengan

otoriter orang tua terhadap anak, sepeda motor yang divisualkan dilihat dari

perspektif yang berbeda-beda ke dalam 10 buah karya lukis realis

kontemporer.

Sepeda motor yang dijadikan sebagai objek karena tidak banyak

seniman yang menjadikan sepeda motor sebagai objek asli maupun

dimetaforkan ke dalam karya seni lukis, penulis sendiri hidup dan besar di

lingkungan bengkel motor, elemen-elemen yang ada di sepeda motor

memiliki bentuk sangat menarik dan memiliki fungsi kerja yang bisa

diartikan ke dalam sifat manusia, penulis memberikan edukasi kepada

masyarakat tentang pengaruh pola asuh otoriter terhadap anak di dalam

lingkungan sosial secara konseptual melalui visual sepeda motor.

Penulis mengambil cabang seni lukis dalam pembuatan karya akhir ini

karena seni lukis merupakan sebuah media yang kaya dengan tanda-tanda

dan penuangan objek yang lebih luas, mulai dari titik, garis, warna dan

bentuk. Dan juga penulis selama masa studi mendalami seni lukis sebagai

media ungkap, serta seni lukis dijadikan sebagai penunjang perekonomian

selama penulis menjalankan masa studi di perguruan tinggi ini, gaya yang

mudah dicerna oleh masyarakat awam adalah gaya realis, karena objek yang

tampilkan dalam bentuk nyata dan mudah dipahami, penulis sendiri

menekuni seni lukis gaya realis kontemporer dan tidak hanya dalam

penggarapan karya akhir saja.


7

Dari tema tersebut penulis mengangkat judul “ Sepeda Motor sebagai

Metafora Pola Asuh Otoriter Terhadap Lingkungan Sosial dalam Karya Seni

Lukis Realis Kontemporer”

B. Rumusan Ide Penciptaan

Peranan penting yang berlangsung dalam keluarga yakni pengasuhan

oleh orang tua terhadap anank-anaknya, dengan menerapkan salah satu dari

jenis pola asuh. Orangtua mengharapan anaknya kelak hidup lebih sukses

dari mereka, sehingga berbagai macama bentuk pola asuh digunakan. Salah

satunya pola asuh otoriter. Karena orangtua beranggapan bahwa anak

merupakan tanggung jawabnya, sehingga orang tua berhak untuk memimpin

dan mengarahkan anaknya, serta membentuk anak dengan berbagai cara

seperti yang diinginkan sehingga anak kurang mendapatkan penjelasan yang

rasional atas segala aturan, kurang dihargai pendapatnya, dan orang tua

sensitif terhadap kebutuhan dan persepsi anak.

Dalam hal ini yang menjadi rumusan ide penciptaan adalah:

bagaimana memvisualisasikan bentuk sepeda motor yang djadikan

metafora pola asuh otoriter terhadap lingkungan sosial dalam karya seni

lukis realis kontemporer.


8

C. Orisinalitas

Berbagai polemik tentang pola asuh otoriter dalam keluarga dan

pengaruhnya terhadap lingkungan yang dimetaforkan ke dalam bentuk

lukisan sepeda motor tua dengan gaya kontemporer sebagai karya akhir ini,

penulis mencoba melihat referensi dari karya lukis seorang seniman

Yogjakarta dengan judul karya “Yang Meradang dan Terbuang”. Bukan

berarti mencontoh, akan tetapi dikerjakan melalui beberapa proses pencarian

ide yang akan dijadikan sebagai pedoman dalam mewujudkan karya seni

lukis.

(http://xa.yimg.com/kq/groups/20949820/117007
7778/name/Biodata) “Dalam kegiatan
berkeseniannya Yun Suroso aktif berpameran dari
diantaranya: 2009, Pameran Seni Rupa Jogja Art
Fair#2 di Taman Budaya, Yogyakarta; Pameran
Seni Rupa “Up & Hope” di D’Peak Gallery,
Jakarta; Pameran Seni Rupa Nusantara 2009 di
Galeri Nasional Indonesia, Jakarta; Pameran
memperingati 80 tahun Romo Mangun W di
Karta Pustaka Yogyakarta. 2008, Pameran
Kompetisi Lukis Nasional Jakarta Art Award
2008 di PS. Ancol, Jakarta. 2007 “Art on 0.0 Km
Gempa” bersama kelompok SIDJI di Galeri
Suraji, Bantul; Pameran bersama kelompok
Seniman Internasional Cheng Ho Baru di PRPP,
Semarang. 2003, “REPLY” dalam rangka FKY
XV di Taman Budaya, Yogyakarta; “Indonesia
Tanpa Tema” bersama kelompok SIDJI di
Benteng Vredeburg, Yogyakarta. 2002, ”Lahir
Era Baru di Tanah Tradisi” bersama kelompok
SIDJI di Benteng Vredeburg, Yogyakarta. 1990,
Pameran Tugas”
9

Gambar 1. Yang Meradang Dan Terbuang/ 2008 Yun Suroso


(www.arcadja.com/auctions/en/suroso_yun/artist/378319/)

Persamaan karya yang penulis buat dengan seniman tersebut adalah

pada komposisi yang lebih pada asimetris dan aksentuasi pada salah satu

komponen yang terletak pada sepeda. Perbedaannya karya dengan karya

yang akan penulis buat adalah:

1. Pengerjaan, teknik, maupun warna, serta gaya penulis dan seniman

ini jelas berbeda sebab gaya yang penulis terapkan adalah realis

sedangkan gaya yang dipakai seniman acuan adalah surealis.

2. Objek karya, Yun suroso membuat karya dengan banyak

penambahan objek pendukung, sedangkan penulis hanya

memvisualisasikan bentuk sepeda motor dengan perspektif yang

berbeda-beda.

3. Warna yang ditampilkan pada lukisan Yun Suroso cendrung terang

sedangkan pada penulis, objek lebih dominan terang dengan latar

belakang lebih gelap karena penulis ingin menonjolkan objek metal

mengkilat yang terdapat pada bagian sepeda motor.


10

D. Tujuan dan Manfaat

Adapun tujuan dan manfaat pembuatan karya ini adalah sebagai

berikut:

1. Tujuan

Tujuan penulis dalam penciptaan karya ini yaitu untuk

memvisualisasikan sepeda motor sebagai metafora pola asuh otoriter

terhadap lingkungan dalam karya seni lukis realis kontemporer yang

di visualkan ke atas kanvas dilihat dari perspektif yang berbeda-beda

dengan gaya realis kontemporer, serta dengan karya ini nantinya

khusus untuk orangtua penulis sendiri akan dijadikan bahasa visual

mengenai respon penulis terhadap pola asuh otoriter yang

diperlakukan.

2. Kegunaan atau Manfaat

a. Menambah wawasan bagi penulis tentang sifat dari pola asuh

otoriter pada lingkungan sosial yang dialami anak.

b. Memberikan wawasan dan edukasi tentang sifat pola asuh

otoriter pada lingkungan sosial kepada masyarakat melalui

sepeda motor tua yang di visualkan dengan media kanvas.

c. Sebagai pengayaan serta menambah ide baru dalam dunia seni

khususnya seni rupa di Jurusan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan

Seni Universitas Negeri Padang.


11

BAB II
KONSEP PENCIPTAAN

A. Kajian Sumber Penciptaan

Sumber penciptaan karya adalah pola asuh otoriter yang diterapkan

orang tua dan pengaruhnya terhadap mental anak pada lingkungan sosal. Ide

ini timbul karena pengalaman pribadi penulis baik itu dalam kehidupan

penulis sendiri maupun dilhat di lingkungan sekitar.

1. Pengertian Metafora

Wahab (1989:11) mengatakan “metafora sebagai ungkapan

kebahasaan yang tidak dapat diartikan secara langsung dari lambang

yang dipakai, melainkan dari prediksi yang dapat dipakai baik oleh

lambang maupun oleh makna yang dimaksudkan oleh ungkapan

kebahasaan itu”.

Teori yang sama dijelaskan dengan sumber yang berbeda Waluyo

(1991:88-89) mengatakan “bahwa metafora adalah kiasan langsung

artinya benda yang dikiaskan itu tidak disebutkan”

Mengenai teori metafora dengan sumber yang berbeda Paul

(2012:106) metafora adalah “sebuah kiasan atau sebuah bentuk wacana

yang bekenaan dengaan denominasi. Ia mempresentasikan perluasan

makna dari suatu nama melalui deviasi. Alasan bagi deviasi ini adalah

keserupaan yang berfungsi untuk memberikan landasan subtitusi

gambaran makna sebuah wacana” .


12

Kesimpulan dari beberapa pendapat di atas metafora merupakan

kiasan langsung yang dipakai untuk menggambarkan suatu

perbandingan dua hal yang berlainan.

2. Pengertian Pola Asuh

(Edward, 2006: 183) Mengatakan “pola asuh orang


tua merupakan interaksi anak dengan orang tua
mendidik, dan mendisiplinkan serta melindungi anak
untuk mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-
norma yang ada dalam masyarakat. padasarnya pola
asuh dapat diartikan seluruh cara perlakuan orang
tua yang diterapkan pada anak. banyak ahli
mengatakan pengasuhan anak adalah bagian penting
dan mendasar, menyiapkan anak untuk menjadi
masyarakat yang baik. Terlihat bahwa pengasuhan
anak menunjuk kepada pendidikan umum yang
diterapkan”

(Kartono, 2013:147) mengatakan “orang tua harus


dapat memberikan pola asuh yang tepat sesuai
dengan perkembangan anaknya, agar anak dapat
menerima pola asuh yang diberikan kepadanya
dengan baik sehingga dapat memotivasi belajarnya.
Pola asuh orang tua adalah sikap orang tua dalam
membimbing anaknya. Keluarga merupkan lembaga
pertama dalam kehidupan anak, tempat ia belaar dan
menyatakan diri sebagai makhluk sosial. Dalam
keluarga umumnya anak ada dalam hubungan
interaksi yang intim. Keluarga memberikan dasar
pembentukan tingkah laku, watak, moal dan
pendidikan anak.

Santrock (2007:89) “setelah bayi dinyatakan laki-laki atau

perempuan pada saat persalinan, semua orang mulai dari orang tua,

saudara, bahkan orang lain, akan memperlakukan bayi tersebut dengan

cara yang berbeda”.


13

Cara orang tua memperlakukan anak disebut dengan pola asuh.

Ada beberapa macam bentuk pola asuh di antaranya pola asuh otoriter,

pola asuh demokratis, pola asuh temporizer, pola asuh appeasers, dan

pola asuh permisif. Beberapa bentuk pola asuh ini penulis tertarik dengan

pola asuh otoriter.

Terkait dengan permasalahan yang sama Lestari (2016: 48) “Gaya

pengasuhan otoriter dilakukan oleh orang tua yang selalu berusaha

membentuk, mengontrol, mengevaluasi perilaku dan tindakan anak agar

sesuai dengan aturan standar. Aturan tersebut biasanya bersifat mutlak

yang dimotifasi oleh semangat teologis dan diberlakukan dengan otoritas

yang tinggi”

Teori pendukung lannya yaitu Djamarah (2014:60) otoriter adalah

“pola asuh orang tua yang memaksakan kehendak. Tipe orang tua ini

cenderung sebagai pengendali atau pengawas. Selalu memaksakan

kehendak pada anak, tidak terbuka terhadap pendapat anak, sangat sulit

menerima saran dan cenderung memaksakan kehendak dalam perbedaan,

terlalu percaya diri sehingga menutup katup musyawarah”

Menurut kbbi, “oto·ri·ter /otoritér/ a berkuasa sendiri; sewenang-

wenang” (www.kbbi.co.id)

Sunarti (2004:118) menyatakan “bahwa pola asuh otoriter

menempatkan orang tua sebagai pusat dan pemegang kendali. Kontrol

yang ketat dijadikan sebagai pusat dan pemegang kendali, dengan dasar

penilaian yang absolut kebenarannya”


14

Kesimpulan dari beberapa pendapat di atas, pola asuh merupakan

sikap orang tua dalam mendidik anaknya. Salah satunya adalah pola asuh

otoriter. Sifat otoriter yang dijadikan oleh orang tua sebagai pola asuh

merupakan gaya pengasuhan yang bersifat membatasi, mengekang,

sewenang-wenang, berkuasa untuk mengatur segala yang dilakukan anak

tanpa memberikan kesempatan anak untuk berpendapat dan memberikan

hukuman atas pelanggaran yang dilakukan anak. Pola asuh otoriter orang

tua merupakan pemegang kendali tertinggi atas pengambilan keputusan.

3. Faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh Otoriter

Soekanto (2009: 42-26) “mengatakan dalam bukunya bahwa ada

beberapa faktor yang mempengaruhi dalam pengasuhan seseorang, yaitu

faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal yaitu lingkungan

sosial, lingkungan fisik, dan lingkungan kerja orang tua. Faktor internal

yaitu model pola pengasuhan yang pernah diperoleh sebelumnya”

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pola asuh otoriter

diantaranya, tingkat sosial ekonomi, tingkat pendidikan, kepribadian,

jumlah anak, dan lingkungan dimana keluarga berada.

“Lingkungan secara umum diartikan sebagai kesatuan ruang

dengan segala benda, daya, keadaan, dan mahluk hidup, termasuk

manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan kehidupan

dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. Lingkungan


15

dibedakan menjadi lingkungan alam hayati, lingkungan alam non hayati,

lingkungan buatan dan lingkungan sosial” (www.

afidburhanuddin.wordpress.com).

Kesimpulan dari beberapa pendapat di atas adalah ada beberapa

faktor mengapa pola asuh otoriter diterapkan dalam sebuah keluarga

salah satunya lingkungan. Lingkungan merupakan suatu kesatuan ruang

dengan segala benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk

manusia dan perilakunya yang akan mempengaruhi kehidupan, pengaruh

yang diperoleh dari beberapa faktor seperti faktor eksternal dan faktor

internal.

4. Pengertian Sepeda Motor

“Sepeda motor adalah kendaraan beroda dua yang digerakkan oleh

sebuah mesin yang berfungsi sebagai alat untuk transportasi. Sepeda

motor merupakan pengembangan dari sepeda”.

(hhtps://id.wikipedia.org/wiki/sepeda_motor)

Terkait dengan teori yang sama dengan sumber yang berbeda

“Sepeda motor memiliki mesin sebagai penggerak. Banyak komponen-

komponen yang ada pada mesin, komponen tersebut memiliki fungsi

masing-masing, atau tugas masing-masing sesuai dengan cara kerja suatu

motor. Komponen pada motor, komponen tidak bergerak, dimana

komponen ini tidak bergerak pada saat mesin hidup, dan ada juga
16

kompenen bergerak, dimana komponen ini akan bergerak ketika mesin

hidup” (www.viarohidinthea.com)

Sumber lainnya menjelaskan “teknik mengendarai sepeda motor

tidak semudah yang kita lihat, salah satunya teknik pengereman.

Mengendarai sepeda motor saat hujan berbeda dengan mengendarainya

saat cuaca cerah antara lain cara membaca alur aspal yang basah, licin,

maupun berpasir. Perlu diketahui, saat aspal basah oleh hujan

cengkraman ban akan berkurang dan berpotensi membuat ban motor

tergelincir apabila tidak hati-hati saat melakukan pengeraman”.

(https://beritagar.id/artikel/otogen/memahami-teknik-pengereman-

sepeda-motor)

Teori-teori di atas yang menjelaskan tentang pengertian sampai

dengan sistem kerja motor penulis simpulkan bahwa sepeda motor

merupakan sebuah alat transportasi yang berawal dari sepeda. Sepeda

motor mempunyai komponen-kompen yang terdiri dari mesin-mesin,

dimana mesin-mesin ini memiliki fungsi masing-masing diantaranya

komponen bergerak dan komponen tidak bergerak. Kedua komponen

tersebut memiliki fungsi yang berbeda dan cara kerja dengan waktu yang

berbeda. Dalam mengendarai sepeda motor yang harus diperhatikan salah

satunya yaitu teknik pengereman, dimana si pengendara harus memahami

kondisi jalan yang akan dia tempuh seperti kondisi jalanan yang licin,

berpasir atau bahkan berbatuan besar.


17

B. Landasan Penciptaan

Landasan penciptaan merupakan penjelasan singkat tentang teori yang

dipilih dalam penciptaan karya seni. Dari judul yang penulis angkat yaitu

sepeda motor sebagai metafora otoriter tehadap lingkungan dam karya seni

lukis realis kontemporer. Landasan penciptaan terkait dengan judul tersebut

diantaranya:

1. Pengertian Seni

Seni adalah proses kreatif manusia dan oleh karena


itu merupakan sinonim dari ilmu. (Dharsono,
2003:1) “Herbert Read dalam bukunya yang
berjudul The Meaning Of Art (1959), menyebutkan
bahwa seni merupakan usaha manusia untuk
menciptakan bentuk-bentuk yang menyenangkan.
Bentuk yang menyenangkan dalam arti bentuk yang
dapat membingkai perasaan keindahan dan perasaan
keindahan itu dapat terpusatkan apabila dapat
menanhkapa harmoni atau satu kesatuan dari bentuk
yang disajikan” .

(Dharsono, 2003:1) “Suzanne k. Langer yang


dirujuk dalam buku berjudul The Principles Of Art
oleh collingwood (1974), mengatakan seni
merupakan simbol dari peraaan. Seni merupakan
kreasi bentuk simbolis dari perasaan manusia,
bentuk-bentuk simbolis yang mengalami
transformasi yang merupakan universalisasi dari
pengalaman dan bukan merupakan terjemahan dari
pengalaman emosionalnya yang bukan dari pikiran
semata” .

Terkait dengan permasalahan yang sama dalam teori pendukung

(Jazuli, 2014: 31) “Suatu defenisi seni yang relatif populer adalah seni

merupakan segala macam keindahan yang diciptakan manusia. Defenisi


18

tersebut menunjukkan adanya hubungan antara seni dengan keindahan,

dan berdampingan dengan itu, keindahan alam sebagai ciptaan Tuhan”

Kesimpulan dari beberapa pendapat di atas dalam kehidupan

sehari-hari tidak dipungkiri bahwa manusia tidak dapat dipisahkan dari

seni. Seni merupakan sebuah pemahaman pribadi yang pada dasarnya

juga memiliki tujuan yang sama yaitu menggambarkan kondisi

seseorang dalam lingkungan, sehingga seni dapat berupa simbol

keindahan, perasaan dan pengalaman batin yang disajikan secara indah

agar menarik.

2. Seni Lukis

a. Pengertian Seni Lukis

Menurut Soedarso (1978:7) “Seni lukis adalah suatu ungkapan

pengalaman yang dituangkan dalam bidang dua dimensi dengan

menggunakan garis dan warna”.

Pendapat lain dari Rasjoyo (1997:35) “seni lukis adalah

penggambaran gagasan dan ide dalam bentuk kosep, perasaan yang

diungkapkan ke dalam bentuk dua dimensi”,artinya seni lukis

merupakan perwujudan ide-ide dari dari berbagai aspek perasaan.

Terkait dengan teori yang sama Kartika (2004:36) “seni lukis

dapat dikatakan sebagai suatu ungkapan pengalaman estetika seorang

yang diungkapkan dalam bidang dua dimensi, dengan menggunakan

medium rupa, yaitu garir, warna, tekstur, shape dan sebagainya.


19

Medium rupa dapat dijangkau melalui berbagai macam jenis material

seperti tinta, cat/pigmen, tanah liat, semen dan berbagai aplikasi yang

memberi kemungkinan untkmewujudkan meium rupa”

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa seni lukis

merupakan ungkapan pengalaman seniman yang disertai dengan

gagasan sehingga dapat menghasilkan gambar pada bidang dua

dimensi.

3. Seni Lukis Realis

“Seni lukis realis yaitu suatu lukisan yang menggambarkan dengan

objek yang sebenarnya ataupun yang berkaitan dengan kehidupan kita

sehari-hari dari karakter, suasana, dilema, dan objek, untuk mencapai

tujuan yang lebih hidup. Pada umumnya para pelukis realis akan melukis

apa yang dilihat dengan menggabungkan bakat agar lukisan terlihat lebih

hidup seperti apa yang dilihat dan dibayangkannya” (http://www.lukisan.

Pelukis realis terkenal di indonesia).


20

4. Pengertian kontemporer

Keinginan untuk menciptakan karya seni dalam bentuk lukisan

kontemporer menjadi landasan penciptaan karya seni bagi penulis.

Menurut Margono karya seni kontemporer adalah” karya seni yang

dipengaruhi oleh waktu dimana karya seni tersebut diciptakan. Oleh

karena itu karya seni kontemporer bersifat kekinian. Karya seni

kontemporer pada umumnya mengangkat tema mengenai masalah-

masalah yang berkaitan dengan situasi dan kondisi saat dimana karya

tersebut diciptakan”. Karya tersebut diciptakan untuk kepentingan

ekpresi pribadi seniman dalam mengungkapkan daya fantasi, imajinasi,

maupun harapan yang dikaitkan dengan situasi dan kondisi pada waktu

karya tersebut diciptakan (Yasrul Sami 2009:31).

“Menurut Yasraf Amior Piliang seni kontemporer adalah seni

yang dibuat masa kini, jadi berkaitan dengan waktu, dengan catatan

khusus bahwa seni postmodern adalah seni yang mengumpulkan idiom-

idiom baru. Lebih jelasnya dikatakan bahwa tidak semua seni masa kini

(kontemporer) itu bisa dikategorikan sebagai seni postmodern, seni

postmodern sendiri di satu sisi memberi pengertian, memungut masa lalu

tetapi disisi lain juga melompat kedepan (bersifat futuris)” (sumber:

www.sujud.tripod.com;A.Sudjud Darnanto Personal Website) di akses

tanggal 23 Mei 2017.

Dharsono (2003:30) “seni kontemporer menawarkan


berbagai ide yang menghasilkan realitas tafsir
menampilkan ragam medium, media ataupun denya.
Sehingga terjadi multi ide dan multimedia itulah mengapa
21

seni kontemporer mampu mewadahi dan menawarkan


multi kemungkinan untuk mengangkat idiom seni tradisi
sebagai alternatif tafsir”

(Yasrul Sami 2009:31) “Swastika mengatakan seni kontemporer

merupakan perkembangan seni yang terpengaruh oleh modernisasi,

kontemporer memiliki arti kekinian atau modern lebih tepatnya adalah

sesuatu keadaan atau kondisi yang terjadi saat ini, yang disimpulkan

bahwa seni kontemporer adalah seni yang tidak terikat oleh aturan-aturan

zaman dahulu dan terus berkembang sesuai dengan zaman sekarang”.

Beberapa pendapat di atas dapat penulis simpulkan seni

kontemporer adalah sebuah wacana baru untuk memberi ruang pada

seniman untuk membebaskan pikirannya dari aturan aturan yang berlaku

sebelumnya.

5. Unsur-Unsur Seni Rupa

a. Titik

Pembentukan sebuah objek pada dasarnya adalah penekanan

sebuah alat yang paling mendasar seperti dalam teori, Yayat (2004:34)

Titik adalah unsur seni rupa yang paling mendasar dan bila

dikembangkan bisa menjadi garis dan bidang”

b. Garis

Yayat (2004: 34) Garis merupakan “barisan titik yang memiliki

dimensi memanjang kearah tertentu dengan kedua ujung terpisah.

Menurut wujudnya garis dapat dibedakan menjadi dua yaitu garis


22

nyata dan garis semu. Garis nyata adalah garis yang dihasilkan dari

coretan atau goresan langsung, sedangkan garis semu adalah garis

yang muncul karena adanya kesan batas dari satu bidang , warna atau

ruang. Dengan adanya garis dalam karya seni lukis merupakan suatu

hal yang banyak memberikan variasi pada lukisan, menjadikan bentuk

karya lukis itu sendiri, karena adanya garis pada lukisan, menjadikan

bentuk karya ini beranekaragam dan garis juga bisa mencerminkan

karakter si perupa”.

c. Warna

“Warna adalah kesan yang diperoleh dari mata dan cahaya

dikumpulkan benda-benda yang dikenainya” (Kamus Besar Bahasa

Indonesia, 1989:269).

Widiarti, (2012: 18) “Secara fisik, warna terbentuk dari sifat

cahaya yang di pancarkan, tanpa cahaya warna tidak akan ada. Secara

psikologis warna merupakan bagian dari pengalaman indra

penglihatan, dimana getaran gelombang diterima oleh indra

penglihatan. Disetiap warna, memiliki makna yang berbeda, seperti

yang di jelaskan :

“Warna merupakan elemen yang penting dari seni


visual. Warna akan menunjukkan sifat dan mood
dari sebuah entitas. Seperti warna hitam
melambangkan warna yang kuat yang
membangkitkan otoritas, kekuasaan, keberanian,
keanggunan dan gaya, Putih adalah warna
perdamaian. Simbol kepolosan, kemurnian,
kesederhanaan, kesucian, warna merah warna yang
paling emosional dan cenderung ekstrem.
Menyimbolkan agresivitas, keberanian, gairah,
23

kekuatan dan vitalitas. Warna biru warna langit dan


laut, salah satu warna paling popular diantara yang
lain. Biru melambangkan kewenangan, martabat,
keamanan dan kesetiaan, Warna hijau adalah warna
alam dan kesuburan. Warna hijau melambangkan
kesegaran, ketenangan, alam, natural, kesehatan.
Warna kuning adalah warna optimis, warna merah
adalah warna kerajaan, kemewahan, spiritualitas,
kekayaan, dan kecanggihan. Hal ini juga
melambangkan kekuasaan dan kedudukan”.
(http://idesainesia.com/psikologi-warna-dalam-
desain)

d. Bidang

Kamus Bahasa Indonesia, (1989: 114) “Bidang adalah

permukaan yang rata dan tertentu batasannya. Bidang merupakan

unsur rupa yang terjadi karena pertemuan dari beberapa garis yang

membatasi suatu bentuk”.

e. Tekstur

Nugraha (1984: 14) “Tekstur adalah tampak rupa atau tampak

permukaan semua benda yang dapat dilihat secara nyata dan diraba

seperti permukaan ampelas, bulu domba, kayu dan lain-lain”.

f. Ruang

Menurut rahardjo (1984:30) “ruang adalah bentuk atau gubahan

dari dua dan tiga dimensi dan dapat pula merupakan kesan batas yang

dibentuk oleh bidang positif dan negatif”.


24

6. Prinsip-Prinsip Seni Rupa

Menurut Jazuli (2014: 34) “suatu karya seni merupakan organisasi

dari unsur-unsur pembentukan. Unsur-unsur pembentukan hendaknya

memenuhi prinsip-prinsip demi keutuhan sebuah karya seni” Prinsip-

prinsip yang dimaksud :

a. Kesatuan (unity) adalah sesuatu yang ditinjau dari segi penataan,


pengaturan, penerapan unsur-unsur agar hasil karya cipta
menjadi karya yang utuh, menyatu antara satu unsur dengan
unsur lainnya.
b. Keselarasan (harmony) adalah salah satu penikmatan keindahan
berdasarkan indera pendengaran, penglihatan dan perasaan.
c. Keseimbangan (balance) suatu keadaan dimana semua bagian
hanya dapat terjadi terdapat minimal dua perlakuan yang
memunculkan keadaan diterapkan pada suatu objek olahan.
d. Ritme atau sering disebut dengan irama, adalah pengulangan
gerak yang teratur dan terus menerus, dan dapat dipahami
sebagai hasil penyusunan elemen-elemen komposisi secara
teratur dalam pola selaras, berdasarkan ukuran-ukuran yang
sama.
e. Kesebandingan (proportion) semua wujud benda yang terdapat
di alam semesta mempunyai perbandingan sendiri.

C. Tema/Ide/Judul

Tema merupakan pokok pikiran, gagasan atau ide-ide dasar dari

sebuah pemikiran. Suatu tema tergantung pada suatu hal yang menarik

minat untuk dituangkan pada sebuah media, sehingga menghasilkan

suatu karya yang menarik serta memiliki nilai estetika.

Tema yang diambil dalam seni lukis realis kontemporer adalah

pengaruh pola asuh otoriter orang tua terhadap anak, ide mengungkapkan

tentang psikolog seorang anak akibat pola asuh otoriter. Judul yang
25

penulis angkat yaitu ” Sepeda Motor sebagai Metafora Pola Asuh

Otoriter terhadap Lingkungan Sosial dalam Karya Seni Lukis realis

Kontemporer”

D. Konsep Perwujudan

Dalam konsep perwujudan penulis akan mengungkapkan yang

berkaitan dengan pola asuh otoriter dan pengaruh terhadap mental anak di

dalam lingkungan sosial. Bersumber dari media sosial daan lingkungan

penulis sendiri. Banyak penulis temukan permasalahan mental anak akibat

dari pola asuh otoriter yang diterapkan oleh orangtua, bahkan penulis sendiri

mengalaminya.

Beberapa kasus penulis temukan yang bersumber dari media masa

dampak dari pola asuh otoriter terhadap mental anak di dalam lingkungan,

yang terlihat seperti kurangnya percaya diri dan lebih memilih untuk

mengurung diri bahkan ada yang menderita bipolar. Sehingga penulis

tertarik kemudian disampaikan dalam bentuk lukisan yang dimetaforkan ke

dalam bentuk sepeda motor.

Penulis menvisualisasikan ke media kanvas dengan gaya realis

kontemporer sebanyak 10 buah karya. Objek yang digunakan adalah bagian

bagian dari motor yang di dominasi bagian kilat dari sepeda motor.

Dalam proses pengerjaan karya lukis ini, penulis menggunakan teknik

sapuan tebal. Bahan yang digunakan dalam pembuatan karya ini adalah

kanvas dan cat akrilik. Karya ini dibuat dengan merujuk pada karya lukis
26

realis kontemporer. Karya seni kontemporer merupakan karya seni yang

penciptaannya dipengaruhi oleh masalah-masalah yang terjadi pada

masanya, dimana media dan teknik tidak terikat oleh aturan-aturan, dan

tetap berkembang serta memiliki nilai layaknya karya seni.


27

BAB III
METODE/PROSES PENCIPTAAN

A. Perwujudan Ide-ide Seni

Pada perwujudan ide-ide penulis akan menciptakan seni lukis realis

kontemporer, sebelum melakukan proses penciptaan karya, penulis

melakukan beberapa tahapan agar dalam proses berkarya mendapatkan hasil

sesuai dengan tujuan dan manfaat yang diinginkan. Tahap proses penciptaan

karya diantaranya: persiapan, elaborasi, sintesis, realisasi konsep, dan

penyelesaian.

1. Persiapan

Dalam proses penciptaan karya akhir ini penulis melakukan

berbagai persiapan salah satunya pengamatan dan pencarian data yang

berkaitan dengan dampak pola asuh otoriter yang diterapkan orangtua

kepada anak serta mencari berbagai informasi dari berbagai sumber,

salah satunya, melalui informasi media sosial dan fakta yang penulis

alami ataupun di lingkungan sekitar penulis.

2. Tahap Elaborasi

Elaborasi adalah suatu yang paling mendasar dari semua teknik

yang menggambarkan model berkaitan dengan hubungan beberapa ide.

Pencarian ide dilakukan dengan melakukan penelitian ke lapangan,

mencari dan mengumpulkan referensi dari buku karangan ilmiah, media

cetak, koran ataupun dari internet. Setelah mencari sumber kemudian

baru memikirkan bentuk objek yang akan dibuat serta teknik yang akan

27
28

digunakan. Setelah melakukan pengamatan, dan pembuatan karya penulis

memilih bentuk sepeda motor dari perspektif yang berbeda-beda.

Referensi dicari sebanyak mungkin yang dijadikan sebagai acuan dalam

pembuatan karya.

3. Sintesis

Sintesis dapat diartikan sebagai penggabungan beberapa ide atau

gagasan untuk menciptakan suatu struktur konseptual yang sempurna.

Dalam konteks seni rupa, sintesis merupakan cara mewujudkan beberapa

konsep atau ide yang telah ada sehingga menghasilkan satu kesatuan

dalam wujud sebuah karya.

Pada tahap ini, penulis menggabungkan beberapa ide yang telah

ditetapkan pada tahap elaborasi sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh

dalam wujud karya seni lukis realis kontemporer dengan media kanvas dan

menggunakan teknik sapuan tebal.

Dalam perwujudannya, penulis selalu mempertimbangkan unsur-

unsur dan prinsip-prinsip seni rupa karena hal ini merupakan dasar dalam

pembuatan karya dengan tujuan penulis mampu menghasilkan karya yang

indah dan bermakna.

4. Realisasi Konsep

Realisasi konsep merupakan tindak lanjut dari tahap sintesis. Tahap

realisasi konsep ini penulis akan menvisualisasikan konsep-konsep yang

ada dalam media kanvas dalam bentuk lukis realis kontemporer dan

mempersiapkan objek-objek atau model-model dalam bentuk sketsa.


29

Sketsa ini terlebih dahulu dikonsultasikan kepada pembimbing, setelah

mendapat persetujuan dari pembimbing barulah sketsa dipindahkan ke

media kanvas. Karya yang penulis buat berjumlah 10 buah, pembuatan

ini bertahap. Setiap karya yang di buat dikonsultasi kepada pembimbing

terlebih dahulu, setelah mendapatkan persetujuan dari pembimbing

barulah karya diselesaikan.

5. Penyelesaian karya

Langkah-langkah dalam proses berkarya yaitu sebagai berikut:

a. Membuat sketsa

Membuat beberapa sketsa sesuai dengan permasalahan yang

pilih di kertas hvs. Sketsa kemudian dikonsultasikan dengan dosen

pembimbing.

b. Memindahkan sketsa

Sketsa yang disetujui oleh dosen pembimbing langsung

dipindahkan ke atas kanvas dengan ukuran kanvas yang beragam

dengan minimal ukuran karya 100cm X 100cm.

c. Alat dan bahan

Persiapan alat dan bahan, seperti: kanvas, kuas, palet, cat dan

bahan lainnya yang dibutuhkan pada proses berkarya.

1) Alat

a. Kuas

Dalam pembuatan karya, penulis menggunakan beragam

jenis ukuran kuas sesuai kebutuhan. Kuas ukuran besar digunakan


30

membuat bagian latar belakang. Kuas ukuran menengah

digunakan untuk membentuk objek secara keseluruhan. Kuas

dengan ukuran paling kecil digunakan untuk mengerjakan bagian-

bagian yang detail dalam lukisan.

b. Palet

Digunakan sebagai tempat mencampurkan warna cat

untuk mencari warna yang diinginkan.

2) Bahan

a. Cat

Pada pembuatan karya, penulis menggunakan cat akrilik.

Cat akrilik merupakan cat yang berbasis air yang mengandung

polimer, sehingga memiliki daya rekat yang kuat.

b. Kanvas

Kanvas merupakan media untuk menuangkan ekpresi

sesuai dengan ide-ide dan gagasan penulis terhadap masalah yang

diangkat. Proses pertama dalam pembuatan kanvas adalah

membuat kerangka kanvas yang ukurannya disesuaikan dengan

ukuran yang akan dibuat, kemudian memasangkan kain kanvas.

d. Proses berkarya

Dalam proses berkarya, sketsa yang sudah disetujui oleh dosen

pembimbing dipindahkan ke atas kanvas dan dibentuk dengan

menggunakan cat, serta memberikan warna yang telah ditentukan.


31

e. Finishing

Dalam proses ini, setelah karya selesai diwarnai kemudian

mewarnai bagian pinggir kanvas dan proses terakhir yaitu memberi

vernis agar lukisan lebih awet sehingga lukisan memang benar-benar

siap untuk dipamerkan serta pemberian identitas di setiap karya.

5. Penyelesaian

Tahap penyelesaian ini adalah tahap akhir dari proses berkarya yaitu,

pelaksanaan pameran. Pada proses pameran ini penulis memamerkan

lukisan di galeri yang telah dibuat berjumlah 10 lukisan. Yang akan di

pamerkan kepada masyarakat.


32

B. Kerangka Konseptual

Persiapan Pribadi, Sosial dan


Lingkungan

Kajian Literatur
Elaborasi

Pola asuh otoriter


Sintesis orang tua

Membuat sketsa,
memindahkan sketsa, bahan
Realisasi
dan alat, proses berkarya,
konsep
finishing.

Pameran
Penyelesaian Dokumentasi

Pelaporan
33

BAB IV

HASIL KARYA DAN PEMBAHASAN

Hubungan terkecil dari suatu masyarakat yang memiliki keterkaitan

satu sama lain di sebut dengan keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan

anak. Generasi yang baik dan berkualitas akan tumbuh dari keluarga yang

menjalankan fungsinya dengan baik, sebaliknya keluarga yang tidak

menjalankan fungsinya dengan baik akan menghasilkan generasi yang

bermasalah karena keluarga merupakan wadah yang sangat berpengaruh

dalam perkembangan anak.

Faktor ekonomi, lingkungan, pola asuh merupakan hal yang sangat

mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan keluarga terutama orang tua

dalam menjalankan fungsi terhadap perkembangan anak. Beberapa faktor

pola asuh yang mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan keluarga dalam

menjalankan fungsi dalam keluarga, penulis tertarik dengan faktor pola asuh

orang tua, karena usaha orang tua dalam mendewasakan anak sangat

memberikan pengaruh terhadap perilaku dan mental anak sehingga dari

semua faktor yang disebutkan di atas faktor pola asuhlah yang sangat

berperan dalam perkembangan anak.

Bentuk-bentuk pola asuh di antaranya, pola asuh otoriter, pola asuh,

demokratis, pola asuh temporizer, pola asuh appeasers dan pola asuh

permisif. Beberapa pola asuh di atas, penulis tertarik dengan pola asuh

otoriter. Di dalam pola asuh otoriter ada dampak positif dan dampak negatif,

dari kedua dampak tersebut penulis tertarik dengan dampak negatif pola
34

asuh otoriter. Karena dalam kehidupan pribadi penulis maupun lingkungan

penulis menemukan dampak negatif dari pola asuh otoriter.

Setiap orangtua pasti mengharapkan yang terbaik untuk anaknya,

terutama untuk masa depan anak dengan harapan kelak anaknya akan lebih

sukses dari orangtuanya sendiri akan tetapi harapan dan keinginan orangtua

terhadap anak senringkali lebih memaksakan kehendaknya sendiri. Seperti,

memberi tugas dan tanggung jawab, serta pemenuhan terhadap kebutuhan

anak, baik fisik maupun non fisik. Sehingga orangtua sering tidak

memperdulikan rasa tertekan yang dirasakan oleh anak. Rasa tertekan yang

dirasakan anak akan memicu timbulnya rasa stres.

33
35

Dalam pembuatan laporan karya akhir ini, penulis mengdeskripsikan 10 buah

karya,

Karya Pertama

Gambar 2. Dinamika/ 90Cm X 100Cm/ Acrylic on canvas


Foto: Hary Jumalindra

Karya yang berjudul “ Dinamika” menampilkan sepeda motor yang

tampak dari belakang dengan aksentuasi 2 lampu sen berwarna orange dan

sepasang skop berwarna hitam.

Lukisan dengan ukuran 90cm X 150cm dengan media acrylic on

canvas yang menggambarkan sepeda motor yang tampak dari belakang.

Lukisan ini menggunakan teknik sapuan tebal. Beberapa unsur rupa yang

yang terdapat pada lukisan antara lain: titik, garis, warna, tekstur, ruang,

bidang. Kesan yang diperoleh dari mata dan cahaya sehingga terbentuknya

warna gelap dan terang yang ada pada lukisan. Dua lampu sen menjelaskan

pada arah permasalahan benar atau salah, skop/shok sebagai pengkritisi

permasalahan tersebut, motor tampak belakang pastinya harus memiliki


36

lampu belakang yang menandakan berhenti, namun hal itulah yang tidak

ada, seperti halnya sebuah permasalahan yang tidak tahu kapan berakhirnya.

Peran anak disini adalah sebagai motor itu, ketika anak disalahkan oleh

orangtua yang otoriter tidak akan ada yang benar atau pembenaran karena

segala sesuatunya tergantung apa yang benar oleh orangtuanya.

Bagaimanapun pembelaan diri anak, tetap saja yang benar terletak pada

orangtua, karena itulah, kapan berhentinya permasalahan itu tidak akan

berhenti selagi masih ada perlawanan dari anak.


37

Karya Kedua

Gambar 3. Mengalah/ 90cm X 150cm/ Acrylic On Canvas


Foto: Hary Jumalindra

Karya dengan judul “ Mengalah” menampilkan objek sepeda motor

dengan arah kepala sepeda motor menghadap ke bawah. Latar belakang

yang didominasi oleh warna-warna gelap. Titik fokus yang diperlihatkan

hanya pada bagian depan sepeda motor atau bagian kepala sepeda motor,

bagian belakang dilihat dari prespektif motor terlihat buram atau blur.

Tekstur yang terbentuk akibat dari penggunaan cat akrilik dengan

teknik sapuan tebal. Tekstur ini tercipta karena media yang digunakan yaitu

kanvas, dan juga didukung oleh penggunaan warna, terbentuk karena

penerapan cahaya serta kelenturan bentuk subjek.

Secara konseptual penulis menjelaskan bahwa peran orangtua sebagai

pemimpin di dalam keluarga terlalu mengatur, sehingga mengatasi anak

untuk melakukan apa yang diinginkan. Bentuk kepala sepeda motor yang

menghadap ke bawah menjelaskan apapun yang dikehendaki orangtua


38

meskipun anak secara batin menolak, tetapi anak harus menuruti semua

perintah orangtua. Warna yang gelap pada latar belakang karya menjelaskan

bahwa rasa percaya diri anak yang hilang karena harus mengalah atas semua

keinginan orangtua yang tidak memperdulikan keinginan sesungguhnya dari

anak.
39

Karya ketiga

Gambar 4. Penyeimbang/ 100cm X 150cm/ Acrylic On Canvas


Foto: Hary Jumalindra

Karya yang berjudul “Penyeimbang” menampilkan objek sepeda

motor berwarna putih tulang yang hanya terlihat sebahagian atau bentuk

objek yang tidak utuh. Objek dilihat dari depan. Latar belakang pada lukisan

berwarna gelap.

Lukisan dengan ukuran 100cm X 150cm bermedia acrylic on canvas

yang menggambarkan sepeda motor yang hanya digambarkan tidak utuh

menggunakan teknik sapuan tebal. Unsur-unsur seni rupa yang terdapat

pada lukisan, antara lain: titik, garis, warna. tekstur, ruang, bidang.

Pewarnaan objek yang lebih terang dibandingkan latar belakang

dimaksudkan agar objek terlihat menonjol dan menjadi titik fokus dalam

karya.
40

Sepeda motor yang terlihat pada lukisan terlihat hanya sebahagian

dimaksudkan sebuah masalah dimana arahan dan aturan hanya berada

pada keinginan orangtua tanpa memikirkan peran seorang anak dalam

mewujudkan keinginan dirinya sendiri. Kemana arah dan keinginan

orangtua harus diikuti anak sebab kendali anak dipegang erat oleh

orangtua. Warna gelap pada latar belakang merupakan bentuk dari rasa

tertekan sang anak karena keinginannya terbatasi oleh aturan orangtua.

Untuk menjalani kehidupan, manusia memerlukan kemudi agar hidupnya

bisa terkendali kemudian mengarahkan kemana kita ingin pergi, baik itu

harus belok kiri, belok kanan atau berbalik arah. Namun kendali tersebut

hanya berdasarkan navigasi dari arahan orangtua tanpa bisa menerima

asumsi arah yang sebenarnya di inginkan anak.


41

Karya keempat

Gambar 5. Peran/100cmx110cm/ Acrylic On Canvas


Foto: Hary Jumalindra

Dalam karya lukisan yang berjudul “Peran” menampilkan objek

sepeda motor yang terlihat dari atas. Terlihat hanya bahagian lampu dengan

aksentuasi cahaya yang dipantulkan pada bagian lampu dan speedometer.

Warna yang didominasi adalah warna yang bersifat mengkilat atau

bisa dikatakan dengan warna stanlis. Warna yang digunakan secara visual
42

menjelaskan bahawa objek yang digunakan adalah sepeda motor yang

memperlihatkan sebuah speedometer.

Secara konseptual setiap komponen yang ada di dalam keluarga

memiliki tugas dan tanggung jawab yang berbeda. Sama halnya dengan

sepeda motor yang dilukiskan. Lampu yang tampak dari atas bagian tengah

memilki fungsi sebagai penerang jalan disaat gelap. Lampu yang ditepi

berfungsi sebagai penunjuk kemana arah yang akan dilalui. Peran-peran

lampu yang mengkilat ini merupakan visual dari bentuk pengaruh peran

orangtua dalam mengasuh anak. Peran orang tua dalam mengarahkan anak

dengan pola asuh otoriter menjadikan anak harus patuh dan tidak bisa

memaparkan kemana anak ingin pergi karena peran itu sudah dikuasai oleh

orangtua sehingga anak tidak memiliki tujuan kecuali tujuan yang semata

adalah keinginan orangtuanya sendiri.

Peran orang tua seperti ini merupakan bentuk diskriminasi atau

pembunuhan karakter yang terjadi di lingkungan keluarga, namun ketika

kita menyadari, setiap orangtua memiliki cara masing-masing dalam

memberikan pengasuhan pada anaknya, mungkin saja anak dalam kasus ini

memang harus di didik keras. Hal itu akan disadari anak ketika telah

mencapai tingkat kedewasaan, serta paham kenapa orang tuanya

memberikan pengasuhan seperti itu.


43

Karya Kelima

Gambar 6. Rest-Ar/100cm X100cm/Acrylic On Canvas


Foto: Hary Jumalindra

Karya yang berjudul “ Rest-ar” memvisualkan dua objek yang

terdapat pada bagian bawah sepeda motor, yaitu rantai dan lampu rem.

Karya yang dibuat tidak jauh berbeda dengan karya lainnya, masih berkaitan

dengan bagian-bagian motor yang mengkilat.

Tekstur yang terbentuk akibat dari penggunaan cat akrilik dengan

teknik sapuan tebal. Tekstur ini diciptakan karena media yang digunakan

yaitu kanvas dan juga didukung dengan penggunaan warna yang terbentuk
44

dari penerapan cahaya serta kelenturan bentuk subjek. Dalam karya lukis

yang berjudul “ Rest-ar”.

Secara konseptual melakukan perjalanan panjang pasti akan menguras

banyak tenaga, waktu dan pikiran. Namun hal itu dapat diatasi dengan

beristirahat sejenak dan memulainya lagi dengan tenaga baru. Rantai sepeda

motor yang digambarkan menyimbolkan penggerakan. Lampu rem sebagai

tanda berhentinya motor itu, lampu rem yang terletak di sebelah rantai

sepeda motor menjelaskankan bahwa letak lampu rem yang tidak wajar

seperti halnya paksaan orangtua ke anak untuk memenuhi segala yang

diinginkannya, sedangkan kemampuan anak untuk menjalani itu sudah tidak

memungkinkan dan harus berhenti dan berisitrahat namun orang tua selalu

memaksakan untuk terus bergerak dan menuruti dengan cepat apa yang

orangtuanya kehendaki sehingga membuat anak tidak bisa beristirahat

dimana waktu nya memang harus beristirahat.

Adapun pesan yang ingin penulis sampaikan di dalam karya ini adalah

agar orang tua khususnya bisa memantau sebatas mana anak mampu

menjalankan perintah dan memberi waktu untuk beristirahat sejenak supaya

keinginan orang tua tidak menjadi beban paksaan ketika anak

menjalankannya.
45

Karya Keenam

Gambar 7. Siklus 100cm X 120cm/ Acrylic On Canvas


Foto: Hary Jumalindra

Karya yang berjudul “siklus” penulis memvisualkan objek yaitu

bentuk mesin sepeda motor dengan dua knalpot sebagai aksentuasi. Latar

belakang yang digunakan adalah berwarna hijau gelap. Lukisan ini


46

berukuran 100cm X 120cm. Media yang digunakan acrylic on canvas

dengan menggunakan media kavas. Beberapa unsur senirupa yang terdapat

pada lukisan yaitu: titik, garis, warna, tekstur, ruang, bidang.

Secara konseptual siklus merupakan rangkaian peristiwa yang terjadi

terus menerus secara teratur. Ketika suatu siklus atau proses melenceng dari

siklus maka akan timbul permasalahan. Tiga aspek utama yang sangat

penting dalam mesin motor yaitu bahan bakar, pengapian, dan kompresi.

Ketika aspek itu ada maka mesin yang akan beroperasi dengan baik dan

begitu juga sebalikya. Sama halnya dengan seorang anak, anak

membutuhkan diri sendiri, orangtua, serta lingkungan agar siklus hidupnya

berjalan normal. Tetapi ketika peran orangtua lebih besar dari peran diri

sendiri maka permasalahan yang akan ditemui oleh anak serta bisa membuat

diri anak terasing didalam lingkungan masyarakat atau bahkan lingkungan

teman sebaya.

Makna yang terkandung dalam karya ini ialah, bagaimana seharusnya

siklus itu dapat berjalan baik dengan cara menyeimbangkan peran yang ada

di dalam keluarga dan menyesuaikan diri dengan lingkungan agar

permasalahan bisa dihindarkan.


47

Karya Ketujuh

Gambar 8. Terbatas/100cm X100cm/ acrylic on canvas


Foto: Hary Jumalindra

Karya yang berjudul “terbatas” dengan ukuran 100cm X100cm,

menggunakan media acrylic on canvas menggunakan teknik sapuan tebal.

Objek yang divisualkan yaitu sepeda motor yang tampak dari depan.

Terlihat jelas lampu yang berwarna kuning merupakan bagian aksentuasi

pada karya ini . Latar belakang berwarna hijau gelap. Namun antara objek

dengan latar belakang, ada suatu masalah yang seharusnya tidak demikian

yaitu latar belakang tampak lebih luas di bandingkan dengan objek utama.
48

Dalam pembuatan karya ini tentu penulis memperhatikan unsur-unsur

senirupa diantaranya : titik, garis, warna, tekstur, ruang, dan bidang. Kesan

yang diperoleh dari mata dan cahaya sehingga terbentuknya warna gelap

dan terang yang ada pada lukisan.

Secara konseptual setiap manusia memiliki kemampuan yang

berbeda-beda. Perbedaan itu bisa disebabkan oleh lingkungan, genetik,

pendidikan,dan fisik. Kemampuan yang dimiliki juga ada batasann. Sepeda

motor yang hanya tampak setengah menggambarkan terbatasnya ruang

gerak seorang anak,sedangkan latar belakang yang terlihat luas

menggambarkan bentuk batasan orangtua terhadap anaknya, sedangkan

anaknya memiliki kemampuan lebih. Kekosongan pada latar belakang

adalah kemampuan yang seharusnya dimiliki anak akan tetapi tidak dapat

terpenuhi karena dibatasi oleh keinginan orangtuanya.

Adapun pemaknaan dari karya ini yaitu bagaimana cara menggali

potensi anak dengan mengamati bakat serta kemampuan yang dimilikinya

tanpa harus membatasi keinginan anak untuk mewujudkan ataupun untuk

mencari jati diri sebagai manusia dewasa.


49

Karya Kedelapan

Gambar 9. Harapan/100cm X150cm/ acrylic on canvas


Foto: Hary Jumalindra

Kaya dengan judul “ Harapan” dengan ukuran 100cmX150cm

menggunakan media acrylic on canvas dengan teknik sapuan tebal. Karya


50

ini memvisualkan bentuk lampu depan sepeda motor dan sepasang

shok/skop dengan warna putih mengkilap atau chrome, dan satu peredam.

Lampu pada lukisan ini menjelaskan harapan atau keingingan anak

untuk masa depan yang ingin diraih. Skop atau shok motor menggambarkan

peran orangtua untuk mewujudkan keinginan anak tersebut. Dua buah skop

dan satu peredam menjelaskan bahwa harapan orangtua yang berlebihan,

namun kemampuan anak untuk mewujudkannya terbatas.

Secara konseptual keinginan merupakan suatu hal yang wajar untuk

didapatkan manusia, selagi keinginan itu tidak bertentangan dengan norma

maupun aspek yang akan merugikan diri sendiri atau orang lain, di sisi lain

sebuah harapan tidak hanya bersifat personal tetapi juga ada terselip

keinginan orang lain terhadap kita. Itu bisa di lihat dari perbandingan besar

peredam dengan skop.

Adapun pemaknaan yang ingin penulis sampaikan adalah agar

keinginan anak itu jangan terlalu di kesampingkan oleh keinginan orang tua

yang belum tentu anak bisa mewujudkan keinginan tersebut, karena setiap

anak juga memiliki cita-cita yang ingin digapai.


51

Karya Kesembilan

Gambar 10. Aturan/100cm X110cm/ Acrylic On Canvas


foto: Hary Jumalindra

Dalam karya lukis yang berjudul “ Aturan” dengan ukuran 100cm X

110cm menggunakan media acrylic on canvas dengan teknik sapuan tebal.

Dalam pembuatan karya ini tentu penulis memperhatikan unsur –unsur

senirupa diantaranya : titik, garis, warna, tekstur, ruang, dan bidang. Kesan

yang diperoleh dari mata dan cahaya sehingga terbentuknya warna gelap

dan terang yang ada pada lukisan.

Secara konseptual keluarga merupakan hubungan terkecil yang ada di

masyarakat. Walaupun kecil untuk membentuk keluarga yang baik maka


52

harus ada aturan yang menjadi pedoman agar tidak terjadi pelanggaran

aturan. Dalam keluarga orangtua yang berperan untuk membuat aturan.

Aturan tersebut yang menjadi permasalahan di dalam karya ini, kemudian di

metaforkan kedalam bentuk sepeda motor. Knalpot yang berbelit-belit dari

sepeda motor menggambarkan aturan yang tidak jelas tetapi harus dipatuhi.

Karena banyak aturan anak akan menjadi terbebani dan takut akan

melakukan hal baru sehingga ketika anak sudah mulai dewasa pikiran-

pikiran itu bisa membuat mental anak terganggu.


53

Karya Kesepuluh

Gambar 11. Titik Terakhir/100cm X120cm/ Acrylic On Canvas


foto: Hary Jumalindra

Dalam karya lukis dengan judul “Titik Terakhir” dengan ukuran

100cm X 120cm, dengan media acrylic on canvas, menggunakan teknik

sapuan tebal. Menggambarkan bagian belakang dari sepeda motor. Tampak

sebuah knalpot dari sepeda motor.


54

Dalam pembuatan karya ini tentu penulis memperhatikan unsur-unsur

senirupa diantaranya : titik, garis, warna, tekstur, ruang, dan bidang. Kesan

yang diperoleh dari mata dan cahaya sehingga terbentuknya warna gelap

dan terang yang ada pada lukisan.

Secara konseptual hasil merupakan sesuatu yang didapatkan dari

sebuah proses yang berjalan. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal

memerlukan proses yang baik, dan begitu juga sebaliknya. Knalpot yang

digambarkan menjelaskan bahwa knalpot merupakan hasil akhir yang

didapatkan anak ketika didikan maupun ajaran yang diberikan orangtua

telah mencapai titik temu. Dalam pola asuh otoriter hasil yang didapatkan

memiliki dua dampak yaitu dampak positif dan negatif. Semua itu akan

terlihat ketika anak sudah menemukan jati dirinya di usia dewasa.


55

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan

Konsep tugas akhir karya seni ini berawal dari keresahan penulis

terhadap apa yang penulis alami dalam mendapatkan pola asuh dari

orangtua dan banyak kasus lain yang tidak jauh berbeda dengan apa yang

penulis rasakan. Berbagai macam bentuk pola asuh yang diterapkan oleh

orangtua terhadap anak dengan harapan anak akan lebih sukses dari mereka.

Namun rasa perhatian dan rasa cemas yang berlebihan oraangtua terhadap

anak membuat orangtua memberikan bentuk pola asuh yang salah terhadap

anak, sehingga perkembangan anak akan terganggu, baik secara fisik,

mental, ataupun lingkungan yang didapati anak.

Bentuk-bentuk pola asuh diantaranya;pola asuh otoriter, pola asuh

demokratis, pola asuh temporizer dan pola asuh appesier. Dari beberapa

bentuk pola asuh ini penulis tertarik dengan pola asuh otoriter. Pada pola

asuh otoriter terdapat dampak negatif terhadap anak. Penulis juga

merasakan dampak negatif dari pola asuh otoriter ini, rasa tertekan dengan

apa keinginan orang yang terus menerus harus dituruti membuat

permasalahan yang berat terhadap anak yang berdampak pada lingkungan

anak.

Kasus dari beberapa media sosial penulis kutip sebagai pendukung

dalam permasalahan yang penulis angkat kemudian penulis

memetaforkannya kedalam 10 buah lukisan dengan tema sepeda motor

sebagai metafora pola asuh otoriter terhadap lingkungan sosial dalam karya

53
56

seni lukis realis kontemporer.Sepuluh lukisan dengan sub judul diantaranya;

harapan, dianamika, mengalah, penyeimbang, peran, rest-ar, siklus,

terbatatas, titik akhir dan aturan.

B. Saran

Berdasarkan hasil laporan karya akhir ini, maka penulis menyarankan

lukisan dengan tema metafora pola asuh otoriter terhadap lingkungan dalam

karya seni lukis kontemporer memiliki banyak manfaat dan bisa dijadikan

sebagai teman bicara bagi orang tua, remaja,guru, pendidik, dan penimat

seni dengan siap saja yang peduli terhadap perkembangan generasi dan juga

diharapkan kepada orangtua untuk berhati-hati dalam memberikan bentuk

pola asuh kepada anak. Setiap anak mempunyai hak untuk bisa merasakan

kasih sayang dari orang tua yang memang benar-benar dirasakan oleh anak.
57

DAFTAR RUJUKAN

Dharsono.2003. Tinjauan Seni Rupa Moderen. Yogyakarta: Depertemen


Pendidikan Nasional Sekolah Tinggi Seni Indonesia Surakarta.

Djamarah, Bahri, Syaiful.2014. Pola Asuh Orang Tua Dan Komunikasi Dalam

Keluarga. Jakarta: Rineka Cipta.

Edwards, C. D. 2006. Ketika Anak Sulit Diatur: Panduan Bagi Para Orangtua

Untuk Mengubah Masalah Perilaku Anak. Bandung: PT Mizan Pustaka.

Jazuli. M. 2014. Sosiologi Seni. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Kartika, Darsono, Soni.2004. Seni Rupa Moderen. Bandung: Rekayasa Sains.

Kartono, Kartini. 2013. Patologi Sosial. Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada

Lestari, Sri. 2016. Psikologi Keluarga. Jakarta. Kencana.

Nugraha, Onong, dkk. 1984. Seni Rupa. Bandung: Angkasa

Rahardjo, Buddy. 1984. Pendidikan Seni Rupa Untuk Kurikulum 1984. Bandung:
CV Yrama.
Rasjoyo. 1997. Pendidikan Seni Rupa Untuk SMU Kelas 1. Jakarta: Erlangga.

Ricoeur, Paul. 2012. Teori Interpretasi. Yogyakarta: Ircisod.

Sami, Yasrul. 2009. Perjalanan Seni Rupa Modern-Kontemporer Pada Karya


Rudi Mantofani Dan Duard (Edo Pop). (Tugas Kuliah Teori Seni).
Yogyakarta: Program Pasca Sarjana Institusi Seni Indonesia Yogyakarta.

Sekanto, S. 2009. Sosiologi Keluarga. Jakarta: Rineka Cipta.

Shantrock. W Jhon. 2007. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga

Soedarso Sp. 1978. Tinjauan Seni. Yogyakarta: ISI

Sunarti, Euis. 2004. Mengasuh Dengan Hati. Jakarta: PT Elex Media Kompitindo

Yayat. 2004. Tinjauan Seni Rupa Modern (Buku Ajar). Surakarta: Departemen
Pendidikan Nasional

http://kbbi.co.id/arti-kata/otoriter diambil pada tanggal 07 Februari 2017

55
58

http://kbbi.co.id/arti-kata/otoriter diambil pada tanggal 07 Februari 2017

http://lifestyle.kompas.com/read/2014/03/10/1455563/Kasus.Ade.Sara.Dampak.S
alah.Asuh.Orangtua. di akses tanggal 09/11/2017

http://www.arcadja.com/auctions/en/suroso_yun/artist/378319/ diambil pada


tanggal 25 Januari 2018
Http://www.Lukisanrealis Terkenal di Indonesia diambil pada tanggal 07 Februari
2017

http://xa.yimg.com/kq/groups/20949820/1170077778/name/Biodata diambil dada


tanggal 07 Februari 2017

https://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/11/08/pengertian-fungsi-dan-jenis-
lingkungan-pendidikan/ diambil pada tanggal 07 Februari 2017.

https://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/11/08/pengertian-fungsi-dan-jenis-
lingkungan-pendidikan/ diambil pada tanggal 07 Februari 2017.

https://beritagar.id/artikel/otogen/memahami-teknik-pengereman-sepeda-motor
diambil pada tanggal 22 April 2018

https://id.wikipedia.org/wiki/sepeda_motor diambil pada tanggal 22 April 2018

https://kolompsikologi.wordpress.com/2013/10/19/bipolar-anak/ diambil pada tanggal


25 Januari 2018

https://nasional.tempo.co/read/391560/empat-dari-lima-anak-alami-tekanan-batin
diambil pada tanggal 12 Maret 2018

www.sujud.tripod.com;A.Sudjud Darnanto Personal Website) di akses tanggal 23

Mei 2017.

www.Viarohidinthea.com/2014/10/pengetahuan-sepeda motor.html diambil pada


tabggal 22 April 2018

” (http://idesainesia.com/psikologi-warna-dalam-desain) diambil pada


tanggal 25 April 2018
59

LAMPIRAN

1. Sketsa

Gambar 12. Dinamika/ 90Cm X 100Cm

Gambar 13. Mengalah/ 90cm X 150cm


60

Gambar 14. Penyeimbang/ 100cm X 150cm

Gambar 15. Peran/100cmx110cm


61

Gambar 16. Rest-Ar/100cm X100cm

Gambar 17. Siklus 100cm X 120cm


62

Gambar 18. Terbatas/100cm X100cm

Gambar 19. Harapan/100cm X150cm


63

Gambar 20. Aturan/100cm X110cm

Gambar 21. Titik Terakhir/ 100cmX120cm

You might also like