You are on page 1of 20

DIKTAT

EKSPLORASI MINYAK DAN GAS BUMI

BAB I
Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Minyak dan gas bumi masih merupakan sumber energi utama saat ini. Walaupun
sumber energi alternatif sekarang sudah mulai banyak dikembangkan, namun pola
pikir masyarakat global masih menganggap bahan bakar fosil dan tidak terbarukan ini
sebagai kebutuhan utama. Hampir setiap negara terutama tanah air kita Indonesia
belum bisa lepas dari kebutuhan akan minyak dan gas bumi. Namun kebutuhan akan
minyak dan gas bumi yang semakin meningkat tidak sebanding dengan proses
produksinya karena cadangannya yang makin menipis. Hal ini kemudian menjadi
suatu tuntutan khususnya bagi industri perminyakan untuk meningkatkan eksplorasi,
ekploitasi dan produksi minyak dan gas bumi ini

Eksplorasi adalah penyelidikan lapangan untuk mengumpulkan data / informasi


selengkap mungkin tentang keberadaan suatu sumberdaya yang ada di alam di suatu
daerah. Eksplorasi disebut juga penjelahjahan atau pencarian dengan tindakan mencari
atau menemukan sesuatu. Kegiatan eksplorasi sangat penting dilakukan sebelum
dilakukan proses ekplotasi mengingat keberadaan bahan galian dengan penyebaran
yang tidak merata.

Dalam dunia perminyakan tahapan ekplorasi atau pencarian minyak dan gas bumi
merupakan suatu tahapan yang sangat penting, dimana pada tahap ini kita berusaha
untuk meneliti kemungkinan adanya hidrokarbon dengan pendekatan secara geologi
atau geofisika.
Untuk menentukan suatu daerah mempunyai potensi akan minyak bumi, maka ada
beberapa kondisi yang harus ada dalam eksplorasi minyak bumi. Jika salah satunya
tidak ada maka daerah tersebut tidak potensial atau bahkan tidak mengandung
hidrokarbon. Kondisi itu adalah : Batuan Sumber (Source Rock), Suhu dan
Temperatur, Migrasi, Batuan Reservoir, Caps Rock, dan Perangakap Reservoir
(Reservoir Trap).
BAB II
Pembahasan
2.1. Pembentukan Minyak dan Gas Bumi
Berjuta-jutatahun yang lalu, pada cekungan/basin yang berupa laut di isi oleh
kehidupan organisme laut baik hewan maupun tumbuhan mikro seperti plankton.
Planktonplankton yang mati akan tenggelam dan terakumulasi didasar basin. Seiring
berjalannya waktu, maka organisme yang telah mati dan tenggelam didasar basin akan
terkubur oleh pengendapan lapisan pasir dan shale. Selama jutaan tahun organisme
mati tersebut akan terkubur semakin dalam.

Karena pengaruh suhu dan tekanan, maka organisme yang telah mati tersebut akan
terurai membentuk senyawa kimia yang disebut kerogen. Proses pematangan ini terus
berlanjut dan kerogen tersebut akan termaturasi membentuk hidrokarbon. Proses
pematangan yang sempurna akan membentuk kerogen menjadi minyak bumi,
sedangkan jika proses pematangan ini terlalu lama maka yang terbentuk adalah gas.

Dari proses pematangan minyak bumi di dalam batuan sumber (source rock ),
minyak akan bermigrasi naik ke atas karena adanya tekanan buoyancy. Proses migrasi
ini akan mengisi batuan reservoar yaitu batuan yang porous kemudian akan terjebak
dan terakumulasi karena diatas batuan reservoir tersebut terdapat batuan penyekan.
Petroleum System Elements

Gas
Cap
Oil
Entrapment Water Seal Rock
Reservoir
Rock

Migration
120° F

350° F
Generation
24803

Proses Pembentukan Minyak dan Gas Bumi

Dalam ilmu geologi, untuk menentukan suatu daerah yang mempunyai potensi
akan adanya minyak dan gas bumi, ada beberapa kondisi yang harus terdapat pada
daerah tersebut, yaitu :
1. Batuan Sumber (Source Rock)
Yaitu batuan yang menjadi bahan baku pembentukan minyak dan gas
Bumi. Pada umumnya yang berperan sebagai batuan sumber ini adalah
batuan serpih. Karena batuan ini kaya akan kandungan unsur atom karbon
(C) yang didapat dari cangkang – cangkang fosil yang terendapkan pada
batuan. Sedangkan atom karbon (C) merupakan unsur utama dalam rantai
penyusun ikatan kimia hidrokarbon yang menjadi komponen utama dalam
minyak dan gas bumi.
2. Tekanan dan Temperatur
Agar dihasilkan senyawa hidrokarbon, tekanan dan temperature yang
tinggi diperlukan. Karena dengan tekanan dan temperatur akan
menyebabkan ikatan kimia pada karbon yang ada dibatuan menjadi rantai
hidrokarbon.
3. Migrasi (Perpindahan)
Hidrokarbon yang terbentuk dari proses tersebut harus dapat berpindah
ke tempat yang memiliki nilai ekonomis untuk diproduksi, hal ini terjadi
karena tidak semua minyak dan gas bumi terakumulasi dalam satu tempat.
Sehingga tahapan ini sangat menentukan untuk dilakukan eksploitasi
minyak dan gas bumi.
4. Reservoir
Adalah batuan yang menjadi wadah tempat minyak dan gas bumi
terakumulasi dalam proses migrasinya. Reservoir pada umumnya
merupakan barupasir, dolomite, dan limestone. Karena ketiga jenis batu
tersebut memiliki pori yang cukup besar untuk menyimpan minyak dan
gas bumi
5. Perangkap (Trap)
Struktur geologi kulit bumi yang tidak teratur bentuknya, akibat
pergerakan dari bumi sendiri (misalnya gempa bumi dan erupsi gunung
api) dan erosi air dan anginsecara terus-menerus sehingga menciptakan
suatu “ruangan” bawah tanah yang menjadi perangkap hidrokarbon.
Perangkap atau trap akan melindungi reservoar dengan tujuan agar
hidrokarbon yang terdapat pada reservoar terakumulasi di satu tempat.
Jika perangkap ini tidak ada maka hidrokarbon dapat mengalir ketempat
lain yang berarti nilai ekonomisannya akan berkurang atau tidak ekonomis
sama sekali.
2.2. Keterdapatan Minyak dan Gas Bumi di Indonesia

Berdasarkan peta cekungan sedimen di Indonesia, sebagian besar cekungan yang


belum pernah dieksplorasi berada di Indonesia bagian Timur dan berlokasidi offshore,
antara lain di Sulawesi, Nusa Tenggara, Halmahera, Maluku dan Papua. Cekungan
yang belum terjamah ini merupakan peluang bagi investor dari dalam maupun luar
negeri untuk mengembangkannya.

P
e
ta Cekungan Sedimen Tersier Indonesia

2.2.1. Minyak Bumi


Minyak Bumi merupakan salah satu bahan bakar dan sumber energi yang
sangat penting. Untuk Indonesia, minyak bumi masih menjadi andalan
perolehan devisa negara sehingga naik turunnya harga minyak bumi sangat
berpengaruh pada seluruh sektor perekonomian masyarakat. Potensi minyak
bumi di Indonesia terdapat di 60 cekungan. Cekungan yang mengandung
banyak minyak bumi adalah cekungan yang terdiri atas sedimen tersier. Di
Indonesia, cekungan sedimen tersier terdapat di wilayah barat dan wilayah
timur.

Persebaran cekungan sedimen tersier di wilayah barat terdapat di wilayah-


wilayah sebagai berikut :
a. Wilayah Sumatra merupakan cekungan minyak terbesar di Indonesia
karena 78% produksi minyak mentah di Indonesia berasal dari wilayah
Sumatra.
(1) Cekungan sedimen tersier Sumatra bagian utara meliputi Nanggroe
Aceh Darussalam (Lhok Sukon dan Peureulak) dan Sumatra Utara
(Telaga Said, Tangai, Tanjung Miring Barat, Sukaraja, Mambang
Sebasa, Securai, Seruwai, Pakam, Rantau, dan Siantar). Hasil minyak
mentah dari lokasi ini diolah lebih lanjut di Unit Pengolahan Minyak
(UP)–I Kilang Minyak Pangkalan Brandan (Sumatra Utara).
(2) Cekungan sedimen tersier Sumatra bagian tengah meliputi Riau
Daratan (Minas, Duri, Lirik, Rengat, Ungus, dan Kuantan), dan Riau
Kepulauan (Bunguran, Anambas, Tarempa, Udang, dan Laut Natuna).
Hasil minyak mentah dari lokasi ini diolah di Unit Pengolahan Minyak
(UP)–II Kilang Minyak Dumai (Riau).
(3) Cekungan sedimen tersier Sumatra bagian selatan meliputi Jambi
(Meraup, Betung, Bangko, serta pantai dan lepas pantai Tanjung
Jabung), Sumatra Selatan (Talang Akar, Pendopo, Limau Tengah,
Berau-Berau Barat, Suban Jerigi, Babat, Kukui, Mangun Jaya,
Benakat, Bentayan, Beringin-Kuang, Kayu Agung, Plaju-Sungai
Gerong, timur laut Betara, lepas pantai Sungai Gelam, dan lepas pantai
Ramok-Senabing), dan Lampung (Menggala dan lepas pantai Lampung
di Laut Jawa). Hasil minyak mentah dari lokasi ini diolah di Unit
Pengo lahan Minyak (UP)–III Kilang Minyak Plaju (Sumatra Selatan).
(4) Cekungan sedimen tersier intermountana meliputi wilayah yang
memanjang di sebelah barat Pegunungan Bukit Barisan, yang meliputi
ladang minyak di lepas pantai Meulaboh dan lepas pantai Tapaktuan
(NAD), cekungan Mentawai terdapat di lepas pantai Sibolga, yaitu
antara pantai barat Sumatra dan pulau Simeuleu, serta cekungan
Ombilin terdapat di Sumatra Barat
(5) antara lain terdapat di blok Sinamar. Hasil minyak mentah dari lokasi
ini diolah bersamaan dengan minyak mentah yang dihasilkan dari
Sumatra bagian selatan, yaitu di Unit Pengolahan Minyak (UP)–III
Kilang Minyak Plaju (Sumatra Selatan).
b. Wilayah Jawa
(1) Jawa Barat, mencakup lepas pantai barat laut Jawa dan cekungan
Sunda (Mundu, Indramayu, Rangkas, Jatibarang, Jatinangor).
(2) Cekungan sedimen tersier Sulawesi Tenggara terdapat di Wowoni dan
Buton (lepas pantai timur Sulawesi Tenggara).
(3) Jawa Timur, meliputi delta sungai Brantas, lepas pantai Bawean, lepas
pantai Madura, Sampang, serta di lepas pantai utara Bali. Hasil minyak
mentah dari lokasi ini diolah di Unit Pengolahan Minyak (UP)–IV
Kilang Minyak Balongan (Jawa Barat) dan Cilacap (Jawa Tengah).
c. Wilayah Kalimantan
(1) Cekuungan sedimen tersier Ketungau dan Melawi terdapat di daerah
perbatasan Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah.
(2) Cekungan sedimen tersier Kalimantan Timur terdapat di Attaka,
Serang, Melahin, Kerindingan, Sepinggan, Kutai, Samboja, Sangatta,
Sanga-Sanga, Nilam, Pulau Tarakan, Pulau Bunyu, Karang Besar,
Tanjung, Delta Mahakam, dan Balikpapan.
(3) Cekungan sedimen tersier Barito (Kalimantan Selatan). Hasil minyak
mentah dari lokasi ini diolah di Unit Pengolahan Minyak (UP)–V
Kilang Minyak Balikpapan (Kalimantan Timur).
d. Wilayah Sulawesi
(1) Cekungan sedimen tersier Sulawesi Selatan, terdapat di Subaru (lepas
pantai tenggara Sulawesi Selatan).
(2) Cekungan sedimen tersier Sulawesi Tenggara terdapat di Wowoni dan
Buton (lepas pantai timur Sulawesi Tenggara).
(3) Cekungan sedimen tersier Selat Makassar terdapat di Masalima,
Popodi, Papalang, Donggala, Taritip, Jangeru, dan Tanjung Aru.
e. Wilayah Maluku dan Nusa Tenggara
(1) Cekungan sedimen tersier Nusa Tenggara terdapat di Laut Sawu (Nusa
Tenggara Timur).
(2) Cekungan sedimen tersier Maluku terdapat di Pulau Seram dengan
pusatnya di Bula, Bangai-Sula, Pulau Buru, lepas pantai utara Pulau
Seram, lepas pantai Barakan di Laut Arafuru, dan lepas pantai Pulau
Leti.
f. Wilayah Papua
(1) Salawati (Sorong, Babo, Klamono, Kasim, Tamulaai, Sabaku, dan
Berau).
(2) Bintuni (Kaimana, Kilimana, Arguni, Babo, Roabiba, Mogoi, Wiriagar,
Vorwata, Amborip, Wasan, dan Ubadari).
(3) Misool (Femin, Sabuda, dan Samai)
(4) Lepas pantai Jayapura dan Vlakke (lepas pantai barat daya Papua)

Untuk cadangan minyak bumi, dapat dilihat pada peta dibawah ini :

Cadangan Minyak Bumi Indonesia


Perusahaan minyak yang beroperasi di Indonesia antara lain Pertamina EP (Eksplorasi
dan Produksi), Perusahaan asing (KPS, Kontrak Produksi Sharing) seperti Chevron (dulu
Caltex) di duei, Ekson Mobil di Blok Cepu, Mecdo di Palembang, Conoco Philip, Vico,
Cnooc, Petrochina, dll

2.2.2. Gas Bumi


Cadangan gas bumi biasanya ditemukan bersamaan dengan kegiatan eksplorasi
minyak bumi, baik dalam bentuk Associated Gas maupun non Associated Gas.
Associated Gas adalah gas yang terdapat dalam suatu reservoir dan dihasilkan
bersamaan dengan minyak bumi. Gas bumi ini dihasilkan bersamaan dengan minyak
bumi. Ga bumi ini dihasilkan pada saat proses penyulingan minyak bumi, dinamakan
Liquefied Petroleum Gas (LPG). Non associated gas adalah gas yang dihasilkan dari
cadangan gas tanpa menghasilkan minyak bumi. Setelah melalui proses pengeboran,
gas ini kemudian ditampung dan dicairkan dalam bentuk Liquefied Natural Gas
(LNG). Untuk penyebaran gas bumi dapat dilihat pada peta dibawah ini :

Cadangan Gas Bumi Indonesia

Untuk gas bumi sendiri, sebagian besar di produksi untuk kepentingan ekspor
seperti PT.Badak di Bontang mereproduksi LNG untuk diekspor ke Jepang. Selain itu
juga digunakan sebagai pembangkit listrik, bahan baku petrokimia dan untuk
kebutuhan konsumen lain seperti kebutuhan rumah tangga. Perusahaan yang
menangani masalah distribusi gas alam untuk kepentingan komersial, industri dan
rumah tangga ialah Perusahaan Gas Negara (PGN) yang kini beroperasi di 3 SBU
yaitu Sumatera bagian Utara (Medan), Jawa bagian Barat (Jakarta), Jawa bagian
Timur (Surabaya).
2.3. Tahapan Eksplorasi Minyak dan Gas Bumi
Dalam eksplorasi minyak dan gas bumi tidak dibedakan antara suatu survey
pendahuluan atau prospeksi dan eksplorasi sebagaimana dalam bidang pertambangan.
Eksplorasi minyak dan gas bumi dalam industri minyak diartikan sebagai semua
kegiatan dari permulaan sampai akhir dalam usaha penemuan dan penambahan
cadangan minyak dan gas bumi yang baru. Operasi eksplorasi mencakup semua
kegiatan yang merupakan bagian dalam usaha pencarian minyak bumi, termasuk
pemboran eksplorasi. Pekerjaan penyelidikan dalam suatu eksplorasi minyak bumi ini
dilakukan pada umumnya oleh para ahli geologi, termasuk juga mereka yang
berspesialisasi dalam geofisika, paleontologi dan sebagainya. Dalam hal ini seorang
ahli geologi harus membantu dalam penentuan cadangan dan juga dalam rencana
pemboran eksplorasi. Tahapan suatu operasi eksplorasi meliputi proses sebagai
berikut :
2.3.1. Perencanaan eksplorasi (exploration planning)
Sebagai suatu ‘economic venture’, maka suatu eksplorasi untuk minyak
dan gas bumi harus direncankan sebaik-baiknya dengan memperhitungkan
untung rugi dan juga efisiensi dan ekonomi dari pada eksplorasi tersebut. Kita
harus memberikan suatu desain mengenai jalinan berbagai jenis operasi yang
kita lakukan dan suatu jadwal waktu pula harus diberikan. Dewasa ini sering
dilakukan perencanaan jaringan (network planning), yang menggabarkan garis-
garis operasi dari suatu kegiatan ke lain kegiatan beserta jadwal waktunya, yang
keseluruhannya merupakan jaringan.
2.3.1.1. Pemilihan daerah eksplorasi
Pemilihan daerah eksplorasi juga berhubungan dengan permintaan
daerah kuasa pertambangan, yang berlaku terutama untuk perusahaan
minyak asing. Namun perusahaan negarapun harus mengajukan
permintaan daerah eksplorasi untuk perusahaan bersifat internasional
ataupun multinasional tergantung dari negara atau benua tempat
dilakukannya eksplorasi, dan apakah daerah eksplorasi di lepas pantai
atau di darat, dan sebagainya. Hal ini selain menyangkut keadaan
geologinya sendiri yang memungkinkan terdapatnya minyak bumi,
menyangkut pada kestabilan politik, dan daerah pemasaran. Untuk
Indonesia misalnya, bebagai hal nongeologi pun harus banyak
diperhatikan, karena hal ini seringkali menentukan hasil tidaknya
rencana yang telah dibuat. Beberapa daerah pemilihan daerah
eksplorasi adalah keadaan geologi, ekonomi, dan sosial politik
2.3.1.1.1. Keadaan Geologi
Dewasa ini hanyalah sedikit daerah yang benar-benar
belum pernah dieksplorasi, sehingga seringkali dengan
geologi yang hanya ditunjukkan oleh adanya lapisan
sedimen yang tebal saja sudah cukup merupakan alasan
eksplorasi. Di lain pihak, tentu juga diinginkan daerah yang
paling mungkin untuk berhasilnya explorasi. Untuk itu
perlu pula dipelajari penyebaran ketebalan sediment,
keadaan bentuk dasar cekungan sediment, geologi sejarah
dan juga beberapa hal lain yang akan dibahas dalam suatu
studi pendahuluan mengenai keadaan ini. Untuk pemilihan
daerah diseluruh dunia – misalnya oleh perusahaan multi
nasional – penting sekali untuk diperhatikan mengenai
tektonik regional. Dari studi tektonik lempeng mungkin
juga bisa didapatkan criteria bagi penentuan suatu daerah
panghasil minyak dan gas bumi. Dalam hal ini pemilihan
suatu daerah harus dilakukan oleh ahli geologi yang sudah
cukup berpengalaman dan mempunyai pengalaman di
banyak daerah di dunia, sehingga ini mempunya
perbandingan keadaan geologi suatu daerah dengan daerah
lain.
2.3.1.1.2. Keadaan Ekonomi
Keadaan ekonomi kadang-kadang dapat lebih jauh
menentukan pemilihan suatu daerah. Keadaan ekonimi ini
menyangkut juga misalnya, kesampaian daerah
(accessibility), yaitu apakah daerah terletak jauh sekali dari
lalu-lintas dunia, apakah perlu dibuat infrastruktur baru
ataukah infrastruktur yang ada sudah memadai. Untuk
logistic diperlukan adanya jaringan jalan, pelabuhan dan
landasan udara. Perlu pula diperhatikan keadaan buruh
setempat, yaitu apakah mudah mencari buruh atau tidak.
Juga mengenai fasilitas produksi, misalnya adanya
halangan dalan pembuatan jaringan pipa. Kemungkinan
penyaluran minyak mentah, dan telah adanya kilang
minyak. Beberapa hal lainnya yang harus dipertimbangkan
adalah mengenai perpajakan, syarat kontrak dengan
pemerintah, pembagian keuntungan dan sebagainya. Hal ini
sering menyangkut besar kecilnya investasi untuk operasi
tersebut.
2.3.1.1.3. Sosial Politik
Keadaan sosial politik suatu daerah seringkali juga
menentukan apakah daerah itu dipilih untuk eksplorasi atau
tidak. Harus diperhitungkan pula sikap pemerintah
setempat, penduduk setempat, dan apakah penduduk
setempat itu tradisinya terlalu kuat dalam keagamaan dan
kebudayaannya. Sebab masuknya suatu perusahaan minyak
dan gas bumi juga membawa serta berbagai persoalan
social pada penduduk setempat. Eksplorasi minyak bumi
akan memasukan orang dari berbagai bangsa atau berbagai
kebudayaan. Terutama mereka yang berkebudayaan keras
dan kasar, seperti misalnya pada tukang bir (driller) dan
orang lapangan yang kaku, dapat menimbulkan gesekan
dengan penduduk setempat. Misalnya para bujangan perlu
memerlukan hiburan setempat ataupun hiburan dalam
negeri, yang mau tidak mau akan menimbulkan suatu
keadaan ketegangan antara penduduk setempat dan orang
lapangan macam demikian. Jika hal seperti ini tidak perlu
diperhatikan, maka ini dapat menghambat explorasi dan
dapat pula menggagalkan rencana operasi. Ketida factor
tersebut di atas juga menentukan apakah suatu perusahaan
memilih daerah lepas pantai atau pun juga darah
daratan. Pemilihan daerah lepas pantai dan daratanpun
menyangkut ekonimi perusahaan.
Daerah lepas pantai pada umumnya dapat disurvei dengan
cepat dan tidak banyak hambatan penduduk setempat
ataupun keadaan birokrasi pemerintah setempat. Suatu
survey akan lebih mudah dilakukan di daerah laut, karena
suatu kapal survey dapat memenuhi kebutuhannya sendiri
dan dapat berlayar secara ekonimis menjelajahi lautan
terbuka kea rah mana saja dengan sangat cepat. Juga
perbekalan tidak menjadi masalah, karena kapal survey tadi
dapat dilayani oleh kapal pensuplai. Tetapi yang menjadi
masalah disini adalah apakah ada pelabuhan terdekat yang
dapat memberikan dukungan tehnik kepada kapal
penyelidik. Survey dilaut dapat dilakukan dengan cukup
teliti, apalagi dengan adanya navigasi satelit untuk
penentuan lokasi. Hambatan bisa terjadi misalnya, jika
daerah tersebut pernah dipasangi ranjau laut pada waktu
perang dunia ke II dan belum dibersihkan kembali. Tetapi
pada umumnya hal tersebut tidak seberapa sulit
ditanggulangi jika dibandingkan dengan survey di
daratan, yang tentunya memerlukan dilakukannya
pembuatan rintis, pembuatan landasan udara helicopter.
Selain itu perlu pula dipertimbangkan keadaan buruh
setempat. Jalannya kerjaan yang sulit karena keadaan cuaca
dan geografi atau landasan daerah dan sebagainya. Juga
geografi keadaan setempat dapat menghambat jalannya
survey. Survey di daratan juga dapat menyangkut persoalan
ganti rugi penduduk, apabila garis-garis rintis melalui
kebun dan lading penduduk disana. Di lain pihak suatu
pemboran di daratan akan jauh lebih murah dari pada
pemboran di lautan. Di lautan biaya pemboran kadang-
kadang dapat menelan sampai 2 juta dollar Amerika
sedangkan di daratan umumnya kurang dari 1 juta.
Jadi, boleh dikatakan sampai kepada tingkat pemboran
explorasi, pada umumnya daerah di lpantai jauh lebih
murah dan jauh lebih ekonomis untuk dilakukan survey
daripada di daerah daratan. Tetapi pada taraf pemboran,
explorasi di darat akan lebih murah daripada di laut, yang
disebut terakhir juga tergantung daerahnya. Misalnya di
daerah pulau Jawa biaya ini tidak terlalu tinggi karena
sudah terdapat perasarana yang bisa dilalui oleh alat besar
yang mengangkut alat pemboran, walaupun sebaliknya
dapat menyangkut biaya ganti rugi tanah. Tetapi di Irian
Jaya misalnya, biaya pemboran di daratan bisa sama
besarnya dengan biaya pemboran dilautan karena ada
kemungkinan alat pemboran harus diangkut dengan
helicopter. Penggunaan lokasi bisa juga memakan ongkos
jauh lebih banyak karena
keadaan hutan belantara, kecuali kalau lokasi didapatkan di
tepi suatu sungai besar, sehingga segala peralatan dapat
diangkut melalui sungai. Dari tinjauan diatas dapatlah
dilihat bahwa dalam pemilihan daerahpun harus
dipertimbangkan beberapa factor nongeologi, karena hal ini
akan menyangkut besar kecilnya investasi yang akan
dikeluarkan di dalam operasi tersebut. Bolehlah dikatakan
bahwa dari pengetahuan geologipun kita masih belum bisa
yakin mengenai cara didapatkannya minyak bumi. Biaya
explorasi adalah sangat besar, dan walaupun kita
membuang uang begitu banyak (sampai puluhan juta
dollar), namun hasilnya masih tetap bisa merupakan tanda
tanya besar.
2.3.1.2. Studi Pendahuluan
Studi pendahuluan meliputi geologi regional, yamg menyangkut studi
komparatif atau perbandingan dengan daerah geologi lainnya yang
telah terbukti produktif. Studi ini mempertimbangkan formasi yang
bisa dijadikan sasaran eksplorasi, struktur yang dapat bertindak sebagai
perangkap dan seterusnya, serta juga memperhatikan feasibility studies,
yaitu suatu studi mengenai kemungkinan tercapainya sasaran eksplorasi
tersebut. Selain itu studi pendahuluan juga meliputi pembuatan rencana
eksplorasi. Studi geologi regional meliputi: ketebalan dan penyebaran
sediment, statigrafi regional, dan tektonik.
2.3.1.3. Perencanaan eksplorasi dan pembiayaannya
2.3.1.4. Hasil serta tujuan yang akan didapatkan dari seluruh operasi

2.3.2. Operasi Eksplorasi


Operasi eksplorasi selain meliputi metoda dan teknik penyelidikan geologi juga
meliputi beberapa hal lain diantaranya : organisasi dan personalia, peralatan dan
fasilitas, dan anggaran belanja.
2.3.2.1. Organisasi dan Personalia
Organisasi suatu operasi eksplorasi denda antara satu perusahaan
dengan perusahaan lain. Tetapi bagaimanapun juga ada persesuaian
dalam organisasi dan personalia bagian explorasi suatu perusahaan.
Pada umumnya dalam perusahaan internasional, suatu bagian
eksplorasi (exploration department) dipimpin oleh seorang manager
explorasi (exploration manager). Manager eksplorasi ini biasanya
membawahi seorang ahli geologi kepala (chief geologist), dan seorang
ahli geofisika (chief geophysicist) yang masing-masing membawahi
beberapa personalianya. Seorang ahli geologi kepala biasanya
membawahi beberapa orang ahli geologi dan ahli geologi senior
maupun junior serta asisten ahli geologi. Para ahli geologi ini
umumnya mempunyai keahlian tertentu, misalnya saja ada yang
ahli dari foto udara, ada lagi yang lebih berkecimpung dalam bidang
sedimentasi karbonat serta petrografi, dan ada juga yang lebih
mengkhususkan diri pada fosil atau memang seorang ahli palentologi,
terutama mikropaleontologi. Kadangkadang dalam organisasi explorasi
ini, mikropaleontologi merupakan bagian tersendiri lengkap dengan
suatu laboratorium mikropaleontologi. Tetapi pada umumnya pada
organisasi eksplorasi minyak dan gas bumi, para ahli geologi itu
tugasnya adalah apa yang disebutkan geologi jaga-sumur (well-site
geologist). Disini para ahli geologi ditugaskan mempelajari kereta bor
yang keluar dari sumur pemboran, membuat penampang sumur,
menganalisa log listrik dan harus dapat pula menentukan ada minyak
atau tidak. Semua ahli geologi bertanggung jawab kepada ahli geologi
kepala tersebut. Perkerjaannya selain melakukan survey geologi dan
jaga sumur juga mengadakan kompilasi dan mengadakan studi geologi
bawah permukaan ataupun studi regional di daerah explorasi
kadangkala dibawah manager explorasi terdapat pembagian jenis
pekerjaan geologi, misalnya, geologi operasi dan geologi studi
regional. Seorang ahli geofisika kepala juga mempunyai organisasi
tersendiri.
Dewasa ini penelitian/penyelidikan seismik banyak dilakukan dari pada
metode geofisika lainnya. Adakalanya ahli geofisika kepala itu
membawahi beberapi ahli geofisika yang berprestasi pada berbagai
macam bidang. Misalnya seorang mengkhususkan diri dalam gravitasi
dan magnetic, yang lain misalnya dalam bidang seismic. Tetapi dewasa
ini pada umumnya metoda seismiklah yang sangat penting dan
merupakan metoda utama/baku (standar) dalam pencaharian minyak.
Bagian geofisika ini terdiri dari berbagai ahli geofisika senior ataupun
junior, dan mereka pada umumnya ditugaskan untuk menginterpretasi
data hasil penyelidikan lapangan. Penyelidikan lapangan sendiri
biasanya dilakukan oleh perusahaan jasa tehnik yang berspesialisasi
dalam bidang ini. Juga kadang-kadang para ahli geofisika ini
diperlukan untuk mengawasi operasi seismiknya sendiri. Dalam
organisasi personalia eksplorasi sering juga terdapat ahli peleontologi
kepala biasanya mengepalai suatu labolatorium paleontoligi. Atau jika
pekerjaan ini dilakukan oleh perusahaan labolatorium paleontology,
maka para ahli paleontology tersebut biasanya mempelajari dan
menyimpulkan hasil penelitian paleontology untuk diintegrasikan ke
dalam survey lainnya. Pada umumnya ahli paleontology bekerja di
bawah seorang ahli geologi kepala. Jika operasi ekplorasi sedang
berjalan dan terutama jika pemboran explorasi sudah berjalan,
seringkali harus dilakukan pelaporan hasil explorasi dan
menganalisanya secara langsung, kemudian menentukan tindak lanjut,
misalnya pemboran atau penyelidikan seismik.
Sering pula perusahaan minyak dewasa ini, misalnya pertamina,
mempunyai ahli geologi ataupun personalia explorasi lainnya, yang
ditugaskan khusus sebagai ahli geologi operasi kepala (chief operation
geologist). Tugas dari pada kepala ahli geologi operasi itu adalah
mengkoordinasikan semua operasi yang sedang berjalan, misalnya saja
operasi seismic, operasi penerbangan untuk foto udara, operasi survey
geologi, operasi pemboran logistic. Selain itu juga menilai dan
menentukan tindak lanjut hasil dari pada operasi explorasi tersebut.
Sering juga bagian ini selain menangani operasinya sendiri juga
menangani perencanaan operasi.
2.3.2.2. Peralatan dan Fasilitas
Untuk melakukan suatu operasi eksplorasi tentu diperlikan peralatan
serta fasilitas. Di zaman dahulu semua fasilitas dan peralatan dimiliki
oleh perusahan minyak yang beroperasi tersebut. Tetapi dengan
majunya zaman, peralatan menjadi semakin moderen serta semakin
rumit, sehingga diperlukan ahli spesialis tertentu. Fasilitas seperti
helicopter, kapal dan sebagainya akan kurang efisien untuk dimiliki
oleh perusahaan itu sendiri, karena kadang-kadang penggunaannya
tidak bisa dimanfaatkan seratus persen. Demikian pula, alat pemboran
dewasa ini sudah jarang lagi dipunyai oleh suatu perusahaan minyak,
tetapi lebih lazim dimiliki dan dioperasikan oleh perusahaan jasa tehnik
atas dasar kontrak. Misalkan saja dalam hal survey seismic, tidak ada
satupun perusahaan besar dewasa ini, yang mampu terus menerus
mengembangkan serta mengadakan penelitian serta mengganti
peralatan tiap tahun secara efisien. Hal itu dapat dilakukan oleh
perusahaan jasa teknik yang besar.
2.3.2.3. Anggaran Belanja
Dari keadaan anggaran belanja ditentukan jenis eksplorasi, jenis
organisasi yang hendak dilakukan dan juga peralatan atau fasilitas yang
diperlukan dan operasi yang dilakukan secara kontrak dengan
perusahaan jasa. Pada umumnya penelitian dilakukan oleh ahli geologi
sendiri, sehingga harus mempunyai alat-alat penelitian geologi. Juga
anggaran belanja menentukan apakah akan dilakukan penyelidikan
yang meluas dan secara ilmiah diseluruh cekungan beserta suatu
rencana untuk penelitian stratigrafi dari suatu acara pemboran kering,
ataukah akan dilakukan pemboran eksplorasi dengan harapan segera
mendapatkan minyak bumi. Hal ini sama sekali tergantung anggaran
belanja perusahaan tersebut.
Tahapan eksplorasi tersebut dapat dibagi sebagai berikut :
a. Reconnaissance (Penyelidikan sepintas-Lalu)
Suatu survey sepintas lalu dimaksudkan supaya dalam waktu yang
singkat didapatkan gambaran keadaan geologi yang luas sehingga
dapat dipilih beberapa daerah prospek untuk dilakukan penelitian
secara lebig mendetail. Dalam survey sepintas lalu ini, sering kali
perusahaan dikejar oleh waktu, sebab seringkali sebagian
daerah harus diserahkan kembali (relinquish) dalam waktu tertentu,
sekian persen misalnya (misal: 50 persen) dalam waktu dua tahun.
Dengan demikian, tentu dalam jangka waktu yang pendek itu
perusahaan harus bisa menentukan daerah mana yang akan
dipertahankan. Untuk ini operasi harus dilakukan secepat mungkin
dengan fasilitas midern, seperti pesawat terbang, helicopter, kapal
air dan juga berbagai studi yang meluas. Operasi yang dilakukan
pada taraf peninjauan sepintas lalu itu karena antara lain ialah
pemotretan udara, pemetaan geologi permukaan, dan penyelidikan
geofisika.
b. Survey Detail
Segera setelah beberapa daerah prospektif dipilih dari hasil
penyelidikan survey sepintas lalu, maka di semua daerah pilihan
tersebut segera dilakukan survey secara mendetail. Survey ini
dilakukan pada skala besar, kadang-kadang sampai 1 : 10.000
atau 1 : 5000, tetapi pada umumnya 1 : 50.000 atau sampai 1 :
25.000. survey ini dilakukan dengan berbagai metode. Tujuan
survey detail adalah untuk menentukan adanya tutupan (closure),
besar kecilnya tutupan secara arel ataupun secara vertical serta
bentuk perangkap itu secara lebih teliti, sehingga dapat langsung
ditentukan titik lokasi pemboran explorasi. Dari survey detail ini
dapat dilakukan perkiraan volim minyak yang dapat diharapkan
secara maksimal dan kedalaman obyektif atau lapisan reservoir
yang diharapkan akan menghasilkan minyak. Metode yang sampai
sekarang dipergunakan adalah survey geologi permukaan, survey
seismic, survey gravitasi detail, dan pemboran stratigrafi.
- Survey Geologi Permukaan
Pemetaan geologi pada permukaan secara detail dapat
dilakukan jika memang terdapat singkapan. Pemetaan dilakukan
pada rintis dan juga sepanjang sungai. Pemetaan dengan
menggunakan alat ukur, sehingga ketelitiannya dapat terjamin
dan biasanya juga diikatkan kepada rintis-rintis pengukuran
seimik, walaupun metoda seismic sudah lebih teliti dewasa ini,
akan tetapi pemetaan geologi secara detailpun masih harus
selalu dilakukan, terutama untuk membantu interpretasi seismik
jika seandainya terdapat patahan ataupun berbagai keadaan
yang kurang meyakinkan, jika singkapan tidak ada, misalnya di
daerah yang tertutup endapan alivial, penyelidikan sering
dilakukan dengan pemboran dangkal (dengan menggunakan
alat counterflush). Dengan demikian diharapkan diketahui
urutan litologi serta adanya lapisan penunjuk yang dapat
dikorelasikan dan dikontur. Selain itu sering pula sumur uju (tes
pit) dipergunakan untuk menggunakan singkapan. Metoda
pemetaan dengan menggunakan memboran dangkal ataupun
sumur uji, dewasa ini agak ketinggalan zaman, tetapi kadang-
kadang masih merupakan metode yang lebih murah
dibandingkan dengan metode seismik.
- Survey Seismik
Untuk survey detail, metode seismik merupakan metode yang
paling teliti dan dewasa ini telah melampaui kemampuan
geologi permukaan. Untuk eksplorasi sumberdaya energi dan
sumberdaya mineral, pemakaian metode seismik merupakan
cara yang paling banyak digunakan. Secara garis besar, metode
seismik terbagi menjadi dua yaitu Metode Seismik Refraksi dan
Metode Seismik Refleksi.

Ilustrasi Metode Seismik Refraksi dan Refleksi


 Metode Seismik Refraksi
Seismik refraksi adalah metoda geofisika eksplorasi
yang menggunakan sifat pembiasan gelombang seismik
untuk mempelajari keadaan bawah permukaan. Asumsi
dasar yang digunakan menggunakan pendekatan bahwa
batas-batas perlapisan batuan merupakan bidang datar dan
miring, terdiri dari satu lapis atau banyak lapis, serta
kecepatan seismik bersifat seragam pada setiap lapisan.
Umumnya seismik refraksi digunakan untuk
memperkirakan kedalaman lapisan batuan yang lapuk, tetapi
dapat pula digunakan untuk mendeteksi lapisan lain di
bawah zona pelapukan tersebut. Pada eksplorasi minyak &
gas bumi, penentuan kedalaman zona pelapukan berguna
untuk mengetahui kedalaman geophone pada metode
seismik refleksi.
Metode seismik refraksi banyak digunakan pada studi
geologi teknik, eksplorasi mineral, penyelidikan air tanah,
pertambangan, geodinamik, arkeologi, pertanian dan studi
regional geologi lainnya.
Metode seismik refraksi menggunakan analisis muka
gelombang ‘head wave’ untuk pendugaan sifat fisis batuan.
Metoda ini memiliki keterbatasan yaitu bahwa metode ini
dapat berhasil baik bila harga cepat rapat gelombang
seismik makin besar kearah lapisan bawah, sehingga selalu
terdapat gelombang yang terbiaskan ke permukaan.
Kelemahan lainnya bahwa tebal suatu lapisan harus
memenuhi criteria tertentu supaya tidak menghasilkan
“Blind Zone”, yang diakibatkan oleh lapisan tipis. Seismik
refraksi dilakukan dengan menimbulkan sumber getaran di
suatu titik dan menerima getaran tersebut menggunakan
serangkaian geophone. Waktu tempuh gelombang dari
setiap geophone dibaca dan diplot dalam grafik waktu
tempuh Vs jarak. Ketebalan lapisan batuan dan harga cepat
rambat gelombang didapatkan dari analisa grafik tersebut.
Interpretasi gelombang seismik refraksi tersebut dapat
dilakukan dengan bermacam-macam cara antara lain
Reciprocal metods, Hagiwara, Kakeno, dll.

Prinsip Seismik Refraksi

Tujuan Seismik Refraksi :

o Untuk analisa batuan di dalam geoteknik


o Menentukan kedalaman dari Bedrock
o Untuk eksplorasi Air tanah
o Untuk studi kerak bumi dan lempeng tektonik
 Metode Seismik Refleksi
Pada umumnya metode seismik refleksi terbagi atas
tiga tahapan utama, yaitu:
 Pengumpulan data seismik (akuisisi data seismik): semua
kegiatan yang berkaitan dengan pengumpulan data sejak
survey pendahuluan dengan survey detail.
 Pengolahan data seismik (processing data seismik):
Kegiatan untuk mengolah data rekaman di lapangan (raw
data) dan diubah ke bentuk penampang seismik migrasi.
 Interpretasi data seismik: kegiatan yang dimulai dengan
penulusuran horison, pembacaan waktu, dan plotting pada
penampang seismik yang hasilnya disajikan atau dipetakan
pada peta dasar yang berguna untuk mengetahui struktur
atau model geologi bawah permukaan.

Penyelidikan seismik dilakukan dengan cara membuat


getaran dari suatu sumber getar. Getaran tersebut akan
merambat ke segala arah di bawah permukaan sebagai
gelombang getar. Gelombang yang datang mengenai lapisan-
lapisan batuan akan mengalami pemantulan, pembiasan, dan
penyerapan. Respon batuan terhadap gelombang yang datang
akan berbeda-beda tergantung sifat fisik batuan yang meliputi
densitas, porositas, umur batuan, kepadatan, dan kedalaman
batuan. Gelombang yang dipantulkan akan ditangkap oleh
geophone di permukaan dan diteruskan ke instrument untuk
direkam. Hasil rekaman akan mendapatkan penampang
seismik

Dalam eksplorasi minyak dan gas bumi, seismik refleksi


lebih lazim digunakan daripada seismik refraksi. Hal tersebut
disebabkan karena seismik refleksi mempunyai kelebihan
dapat memberikan informasi yang lebih lengkap dan baik
mengenai keadaan struktur bawah permukaan.
Prinsip kerja Seismik Refleksi

Ilustrasi metode Seismik Refleksi

Tujuan Seismik Refleksi :


o Untuk mendeteksi rongga bawah permukaan tanah
o Untuk studi stratigrafi danggal
o Untuk survey pemasangan rig di lepas pantai
o Untuk eksplorasi mineral hidrokarbon
o Untuk studi kerak bumi dan lempeng tektonik

Contoh Peta Seimik


Contoh visualisai hasil survey 2 dimensi

Contoh visualisasi hasil survey 3 dimensi puncak karbonat formasi minahaki dipotong oleh kontak gas dan air
(GWC) di kedalaman 1719 mdpl

- Survey Gravity Detail


Survey gravitasi detai kadang-kadang juga digunakan untuk
mendetailakn adanya suatu tutupan, terutama yang diharapkan
adalah suatu instruksi garam (kubah garam) atau suatu terumbu,
daripadany diharapkan terdapatnya suatu kontras dalam
gravitasi antara lapisan penutup, dengan batuan reservoir atau
batuan garam. Namun dewasa ini metoda inipun sudah jarang
dilakukan karena metoda seismic telah begitu maju.
- Pemboran Stratigrafi
Dalam survey detail ini kadang-kadang dilakukan pemboran
stratigrafi. Pemboran stratigrafi ini sering sekali mencapai
kedalaman sampai beberapa ribu meter dan maksudnya bukan
untuk mencetak suatu tutupan akan tetapi semata-mata
mencetak suatu keadaan stratigrafi di daerah-daerah tertentu
yang kita harapkan mengalami perubahan fasies. Pemboran
stratigrafis yang khusus untuk mendapatkan urutan yang
lengkap dilakukan di atas suatu sinklin. Kadang-kadang
pemboran stratigrafi tidak dilakukan pada suatu sinklin, namun
pada suatu prospek yang masih belum kuat alasannya untuk
dibor akan tetapi akan memberikan data stratigrafi yang baik.
Dengan demikian maksud utama untuk mendapatkan urutan
stratigrafi setempat terpenuhi, dan lagi tidak lepas dari
kemungkinan ditemukannya minyak bumi.

c. Penilaian dan progosisi prospek


- Penilaian
Hasil survey mendetail dikerjakan dan disusun menjadi suatu
laporan dan diharapkan menghasilkan prospek untuk dilakukan
pemboran eksplorasi. Semua prospek dikemukakan oleh
seorang kepala ahli geofisika dan juga oleh kepala ahli geologi,
yang kemudian dinilai bersama dengan manager eksplorasi.
Penelitian dilaksanakan dari berbagai segi, antara lain: segi
geologi, segi ekonomi, segi logistic dan kesampaian daerah.
 Segi Geologi
Kemungkinan sukses akan ditemukannya minyak dalam
prospek tersebut
 Segi Ekonomi
Misalnya saja biaya pemboran, perlu dibuat jalan tersendiri
dan bagaimana menyalurkan minyaknya jika pemboran
berhasil. Selain itu juga perlu tidaknya dibuat pipa saluran
yang sangat panjang, dan apakah tempat pemboran terletak
dekat sungai, dan sebagainya.
 Segi Logistik dan Kesampaian Daerah
Perlu diperkirakan apakah harus dibuat jalan untuk sampai
ke daerah tersebut, ataukah pengangkutan dapat melalui
sungai. Begitu pula apakah pemboran harus dilaksanakan
dengan menggunakan helikopter sebagai alat pengangkut.
Semua ini menentukan penilaian baik tidaknya prospek dan
mungkin tidaknya prospek ini dibor. Semua penilaian
dilakukan dengan menggunakan suatu sisitem angka yang
bersifat ‘ranking’, yaitu menentukan banyak prospek yang
paling baik dan mana yang kurang baik. Sambil
berlangsungnya acara pemboran eksplorasi, sistem
pemboran inipun harus terus-menerus direvisi berdasarkan
hasil dari setiap pemboran tersebut sampai kepada penilaian
yang sempurna.
- Prognosis
Semua prospek yang telah dipilih serta dinilai dalam suatu
sisitem penilaian, kemudian dipilih untuk melakukan pemboran
eksplorasi terhadapnya. Maka semua prospek ini haruslah diberi
prognosis. Yang dimaksud dengan prognosis adalah rencana
pemboran secara terperinci serta ramalan yang akan ditemui
waktu pemboran dan pada kedalaman berapa. Prognosis ini
meliputi : lokasi yang tepat, kedalaman terakhir, latarbelakang
geologi, objektif atau lapisan reservoir yang diharapkan,
kedalaman puncak formasi yang akan ditebus, dan jenis survey
lubang bor yang akan dilaksanakan.
 Lokasi yang tepat
Lokasi ini biasanya harus diberikan dalam koordinat
d. Pemboran eksplorasi

You might also like