You are on page 1of 109

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA SAYURAN ORGANIK

(Studi Kasus : Kelompok Tani Putera Alam Desa Sukagalih,


Kecamatan Megamendung, Kabuaten Bogor)

SKRIPSI

RETNO WIJAYANTI
H34066106

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009
RINGKASAN

RETNO WIJAYANTI. Strategi Pengembangan Usaha Sayuran Organik


(Studi Kasus : Kelompok Tani Putera Alam Desa Sukagalih, Kecamatan
Megamendung, Kabuaten Bogor). Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas
Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan
ANDRIYONO KILAT ADHI).

Beberapa alasan yang mendasari pentingnya pertanian di Indonesia, yaitu


potensi sumberdayanya yang beragam, memiliki potensi terhadap pendapatan
nasional cukup besar, banyak penduduk yang menggantungkan hidupnya pada
sektor ini dan pertanian juga menjadi basis pertumbuhan di pedesaan. Subsektor
yang saat ini tengah dikembangkan, yakni subsektor hortikultura. Salah satu
komoditi hortikultura yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan adalah
sayuran. Sayuran merupakan sumber pangan yang penting untuk dikonsumsi
masyarakat setiap hari karena kandungan protein, vitamin, mineral dan serat yang
dimiliki sayuran berguna bagi tubuh manusia.
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, banyak
penemuan baru yang kemudian menggeser sistem pertanian tradisional menjadi
sistem pertanian konvensional. Sistem pertanian konvensional dicirikan dengan
penggunaan input-input anorganik dan bahan-bahan kimia pertanian dalam proses
budidaya. Pemahaman masyarakat akan dampak negatif pertanian konvensional
baik terhadap lingkungan maupun kesehatan telah menyadarkan masyarakat untuk
kembali hidup secara sehat dan alami atau yang sekarang lebih dikenal dengan
istilah back to nature.
Salah satu kelompok tani yang bergerak dalam usaha budidaya sayuran
organik adalah kelompok tani Putera Alam yang bernaung dibawah gabungan
kelompok tani (GAPOKTAN) Flamboyan desa Sukagalih, kecamatan
Megamendung, kabupaten Bogor, yang juga merupakan kelompok tani binaan
dibawah bimbingan Tim Academic Frontier Research Project Institut Pertanian
Bogor pada tahun 2008. Dalam menjalankan usahanya kelompok tani Putera
Alam mengalami beberapa kendala, diantaranya kurangnya modal usaha,
sehingga menyebabkan kelompok tani Putera Alam sulit untuk mengembangkan
usahanya. Terbatasnya sarana dan prasarana, baik untuk kegiatan produksi
maupun kegiatan pendistribusian produk sayuran yang mereka hasilkan. SDM
anggota tani masih rendah, yang berdampak pada kurangnya sentuhan teknologi
pada sistem produksi sayuran organik dan lemahnya sistem manajemen organisasi
pada kelompok tani ini serta pemasaran produk yang belum luas.
Tujuan dari penelitian ini adalah : (1) Mengidentifikasi faktor-faktor
internal dan eksternal apa saja yang menjadi kekuatan dan kelemahan serta
ancaman dan peluang apa yang akan dihadapi oleh kelompok tani Putera Alam,
(2) Merumuskan dan memprioritaskan strategi terbaik yang dapat diterapkan dan
direkomendasikan kepada kelompok tani Putera Alam.
Penelitian dilaksanakan dari bulan Maret hingga Agustus 2009. Pemilihan
responden berjumlah tiga orang, diantaranya ketua kelompok tani penyuluh dari
Tim Academic Frontier Research Project Institut Pertanian Bogor dan KASI
Hortikultura Dinas Pernatian Bogor. Jumlah responden dipilih berdasarkan tingkat
pengaruhnya terhadap perkembangan usaha kelompok tani Putera Alam.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan tiga
orang responden, sedangkan data sekunder diperoleh dari laporan-laporan
lembaga yang erat kaitannya dengan usaha sayuran organik. Data penunjang
lainnya didapat dari situs internet, artikel majalah, surat kabar, penelitian-
penelitian terdahulu sebagai bahan perbanding serta kumpulan informasi dari
instansi-instansi yang terkait seperti Badan Pusat Statistik (BPS) dan Dinas
Pertanian.
Analisis data dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Penelitian ini
mengidentifikasi lingkungan faktor-faktor internal dan eksternal yang menjadi
kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman yang akan dihadapi
kelompokn tani, sedangkan untuk merumuskan dan menyusun strategi usaha yang
tepat terdapat tiga tahapan yang akan ditempuh yaitu tahap pengumpulan input
(the input stage), tahap pemanduan (the matching stage) dan tahap penetapan
strategi (the decision stage).
Berdasarkan hasil identifikasi bahwa kekuatan utama kelompok tani
adalah perencanaan tanam yang sudah baik dengan nilai tertimbang 0,320,
sedangkan kelemahan utama kelompok tani adalah pengarsipan data yang belun
rapi dan belum ada sertifikat organik dengan nilai tertimbang masing-masing
faktor yakni 0,074. Peluang utama kelompok tani adalah perubahan gaya hidup
masyarakat yang cenderung back to nature dengan nilai tertimbang 0,420.
Ancaman utama bagi kelompok tani adalah perkembangan hama dan penyakit
pada tanaman dengan nilai sebesar 0,182.
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan sebelumnya, total nilai
tertimbang pada matriks IFE adalah 2,320, sedangkan total nilai tertimbang pada
matriks EFE adalah 3,382. Apabila masing-masing total nilai tertimbang dari IFE
dan EFE dipetakan dalam matriks IE, maka posisi kelompok tani saat ini berada
pada kotak di kuadran II. Inti strategi yang dapat diterapkan kelompok tani adalah
strategi tumbuh dan kembang (Growth and Build). Strategi terbaik yang cocok
adalah strategi intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar dan pengembangan
produk) atau integratif (integrasi ke belakang, integrasi ke depan, dan integrasi
horizontal).
Prioritas strategi alternatif yang tepat yang dapat direkomendasikan untuk
kelompok tani, berdasarkan hasil analisis QSPM (Quantitative Strategic Planning
Matrix) adalah Memperkuat dan mempertahankan daerah pemasaran yang sudah
ada dengan total TAS (Total Attractive Score) tertinggi sebesar 6,327 dengan cara
menjaga kualitas produk dan mempertahankan perencanaan tanam yang sudah
baik.
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Strategi
Pengembangan Usaha Sayuran Organik (Studi Khasus: Kelompok Tani Putera
Alam Desa Sukagalih, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor)” adalah
karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi
manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, September 2009

Retno Wijayanti
H34066106
Judul : Strategi Pengembangan Usaha Sayuran Organik
(Studi Kasus : Kelompok Tani Putera Alam Desa Sukagalih, Kecamatan
Megamendung, Kabupaten Bogor).
Nama : Retno Wijayanti
NIM : H34066106

Disetujui,
Pembimbing

Dr. Ir. Andriyono Kilat Adhi


NIP. 19600611 198403 1 002

Diketahui,
Ketua Departemen Agribisnis
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS


NIP. 19580908 198403 1 002

Tanggal Lulus :
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke-hadirat Allah SWT, atas rahmat,
karunia dan izin-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Strategi
Pengembangan Usaha Sayuran Organik (Studi Kasus : Kelompok Tani Putera
Alam Desa Sukagalih, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor)”. Sholawat
dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Besar
Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, serta pengikutnya hingga akhir
masa.
Penelitian ini penting dilakukan mengingat kelompok tani Putera Alam
merupakan satu-satunya kelompok tani di desa Sukagalih yang mengusahakan
budidaya sayuran organik. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan eksternal dan internal yang dapat
mempengaruhi kelompok tani, serta menyusun dan merumuskan strategi
pengembangan usaha yang dapat diterapkan oleh kelompok tani Putera Alam.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat kekurangan dalam
penyusunan skripsi ini. Keterbatasan penulis dan berbagai kendala yang dihadapi
merupakan penyebab tidak sempurnanya skripsi ini. Harapan penulis, semoga
hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.

Bogor, September 2009


Retno Wijayanti
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Ranai yang merupakan salah satu pulau di Kabupaten


Natuna, Provinsi Kepulauan Riau pada tanggal 13 Desember 1985 dan diberi
nama Retno Wijayanti. Penulis adalah puteri kedua dari tiga bersaudara
pasangan bahagia Bapak Supardi dan Ibu Riauwati. Penulis mempunyai satu
orang kakak yang bernama Henny Murniati dan satu orang adik yang bernama
Supartiningsih.
Pada tahun 1989 penulis memulai pendidikannya di Taman Kanak–kanak
Dharma Wanita Ranai, tahun 1991 penulis melanjutkan ke SD Negeri 002 Ranai
dan menyelesaikannya pada tahun 1997. Kemudian penulis melanjutkan
pendidikan menengah pertama di SLTP Negeri 1 Kampar dan lulus pada tahun
2000. Tahun 2003 penulis menyelesaikan pendidikan sekolah menengah atas di
SMU Negeri 2. Pada tahun yang sama penulis diterima di Institut Pertanian
Bogor, Program Diploma III Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan
melalaui jalur USMI (Ujian Seleksi Masuk IPB) dan berhasil menyelesaikan
program diploma III serta memperoleh gelar Ahli Madya Kehutanan pada tahun
2006. Di tahun yang sama pula penulis melanjutkan kembali studinya pada
Program Sarjana Agribisnis Penyelenggaraan Khusus, Departemen Agribisnis,
Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi.
UCAPAN TERIMAKASIH

Penyelesaian tugas akhir ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, penulis ingin
menyampaikan terimakasih dan penghargaan kepada:
1. Kedua orangtua tercinta, papa dan mama atas do’a, nasehat, perhatian serta
dukungannya baik moril maupun materi yang diberikan selama telah
diberikan. Mbak Henny dan Adek Asih atas dukungan dan perhatiannya. Serta
keluarga besar tercinta atas do’anya.
2. Dr. Ir. Andriyono Kilat Adhi selaku dosen pembimbing, arahan, waktu dan
kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.
3. Ir. Burhanuddin, MM selaku dosen penguji utama dan Ir. Popong Nurhayati,
MM selaku dosen penguji komisi akademik, yang telah memberikan banyak
masukan dan saran kepada penulis untuk perbaikan skripsi ini.
4. Bapak Rahmat hidayat dan Kelompok Tani Putera Alam atas waktu,
kesempatan dan informasi yang diberikan.
5. Bapak Anto, Bapak Dadang dan Bapak Ubed atas bantuannya.
6. Keluarga besar bapak Ir. Eko Budiono atas perhatian dan do’anya.
7. Tedi Aditya atas perhatian, kesabaran, waktun dan bantuannya selama ini.
8. Seluruh dosen dan staf pengajar Program Studi Penyelenggaraan Khusus
(Ekstensi Agribisnis) yang telah memberikan pengetahuan dan bantuan
selama masa perkuliahan.
9. Mbak Liska, Mbak Nur, Mbak Rahmi, Mbak Maya, Mbak Dewi, Mas Adji
Mas Agus dan semua pihak sekretariat Ekstensi Agribisnis atas bantuannya.
10. Teh Uum, Teh Erni, Meylani, Armayuni, Nuning, Risman, Ayla, Balqis,
Tami, Emil, Mastuti, Ani atas dukungan dan kebersamaannya.
11. Teman-teman Ekstensi Agribisnis angkatan 1 atas semangat, dukungan dan
sharing selama penelitian hingga penulisan skripsi, serta seluruh pihak yang
tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas bantuannya.

Bogor, September 2009

Retno Wijayanti
DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL ........................................................................................ v
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ vii
I. PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2. Perumusan Masalah .......................................................................... 3
1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................... 4
1.4. Kegunaan Penelitian ......................................................................... 5
1.5. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................. 5

II. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 6


2.1 Definisi Sayuran ................................................................................ 6
2.2 Pertanian Organik .............................................................................. 7
2.2.1. Pengertian Pertanian Organik ................................................. 7
2.2.2. Prinsip-prinsip Pertanian Organik ........................................... 7
2.2.3. Kelebihan dan Kekurangan Pertanian Organik ....................... 10
2.3. Penelitian Terdahulu .......................................................................... 10

III. KERANGKA PEMIKIRAN .................................................................. 15


3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ............................................................. 15
3.1.1. Konsep Manajemen Strategi .................................................... 15
3.1.2. Proses Manajemen Strategi ...................................................... 15
3.1.3. Formulasi Strategi .................................................................... 16
3.1.4. Analisis Lingkungan ................................................................ 18
3.1.4.1. Lingkungan Internal ......................................................... 18
3.1.4.2. Lingkungan Eksternal ...................................................... 20
3.1.5. Matriks IFE, Matriks EFE, Matriks I-E,
Matriks SWOT dan QSPM....................................................... 24
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ...................................................... 26

IV. METODE PENELITIAN ...................................................................... 29


4.1. Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................... 29
4.2. Jenis dan Sumber Data ..................................................................... 29
4.3. Metode Pengumpulan Data ............................................................. 30
4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data ........................................... 30
4.4.1. Analisis Matriks IFE dan EFE ............................................. 30
4.4.2. Analisis Matriks I-E (Internal-External) ............................. 34
4.4.3. Analisis Matriks SWOT ....................................................... 35
4.4.4. Analisis QSPM .................................................................... 36
V. KEADAAN UMUM KELOMPOK TANI .......................................... 38
5.1. Keadaan Umum Lokasi Penelitian .................................................. 38
5.2. Sejarah Singkat Kelompok Tani Putera Alam ................................ 40
5.3. Sumberdaya Manusia/ Pekerja
Kelompok Tani Putera Alam .......................................................... 40
5.4. Struktur Organisasi Kelompok Tani Putera Alam .......................... 42
5.5. Kegiatan Usaha Kelompok Tani Putera Alam ................................ 42
5.5.1. Kegatan Budidaya ................................................................ 42
5.5.2. Kegiatan Pemasaran ............................................................. 43
5.5.3. Kemitraan ............................................................................. 44

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 45


6.1. Analisis Lingkungan Internal .......................................................... 45
6.1.1. Manajemen ........................................................................... 45
6.1.2. Pemasaran ............................................................................ 46
6.1.3. Keuangan/ Akuntansi ........................................................... 47
6.1.4. Produksi/ Operasi .................................................................. 48
6.1.5. Penelitian dan Pengembangan .............................................. 52
6.1.6. Sistem Informasi Manajemen .............................................. 53
6.2. Analisis Faktor Eksternal ................................................................ 53
6.2.1. Ekonomi ............................................................................... 53
6.2.2. Sosial, Budaya, Demografi, dan Lingkungan ..................... 54
6.2.3. Politik, Pemerintah, dan Hukum .......................................... 55
6.2.4. Teknologi .............................................................................. 56
6.2.5. Kompetitif (Model Lima Kekuatan Porter)............................ 57
6.3. Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal ....................................... 60
6.3.1. Identifikasi Faktor Internal
(Kekuatan dan Kelemahan) .................................................. 61
6.3.2. Identifikasi Faktor Eksternal
(Peluang dan Ancaman) ....................................................... 62
6.4. Tahap Masukan (Input Stage) ......................................................... 64
6.4.1. Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) ........................... 64
6.4.2. Matriks EFE (External Factor Evaluation) ......................... 66
6.5. Tahap Pencocokan (Matching Stage) .............................................. 67
6.5.1. Matriks IE (Internal-External Matrix) ................................... 68
6.5.2. Matriks SWOT
(Strengths-Weaknesses-Opportunities-Threats Matrix) ....... 69
6.6. Tahap Keputusan (Decision Stage) ................................................. 73

VII. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 75


7.1. Kesimpulan ..................................................................................... 75
7.2. Saran ................................................................................................ 76

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 77

LAMPIRAN .................................................................................................... 79
DAFTAR TABEL

No. Halaman
1 Produksi dan Luas Panen Sayuran di Kabupaten bogor, 2005-2007 ......... 2

2. Jabaran Tipe Strategi dari Analisis SWOT Produksi Produk


Sayuran Organik......................................................................................... 25

3. Penilaian Bobot Faktor Strategi Eksternal dan Internal ............................. 31

4. Analisis Matrik IFE .................................................................................... 33

5. Analisis Matrik EFE................................................................................... 33

6. Analisis Matrik SWOT .............................................................................. 36

7. Analisis QSPM ........................................................................................... 37

8. Luas Lahan dan Status Kepemilikan Lahan per Anggota


Kelompok Tani Putera Alam ..................................................................... 39

9. Mata Pencaharian Penduduk Desa Sukagalih ............................................ 41

10. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan Laju


Pertumbuhan Kabupaten Bogor ................................................................ 54

11. Kekuatan dan Kelemahan yang Dihadapi Kelompok Tani


Putera Alam................................................................................................ 61

12. Peluang dan Ancaman yang Dihadapi


Kelompok Tani Putera Alam ................................................................... 62

13. Matriks IFE (External Factor Evaluation)


Kelompok Tani Putera Alam ..................................................................... 64

14. Matriks EFE (Internal Factor Evaluation)


Kelompok Tani Putera Alam .................................................................... 66
DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Kerangka Kerja Analitis untuk Perumusan Strategi ................................. 17

2. Hubungan Antara Kekuatan Eksternal Kunci dan Organisasi ................. 21

3. Kekuatan-Kekuatan yang Mempengaruhi Persaingan Industri ................ 23

4. Diagram Alir Kerangka Pemikiran Operasional ...................................... 28

5. Ilustrasi Matriks I-E .................................................................................. 34

6. Struktur Organisasi Kelompok Tani Putera Alam .................................... 42

7. Tahapan Proses Produksi pada Kelompok Tani Putera Alam ................. 48

8. Media Persemaian Benih pada Kelompok Tani Putera Alam .................. 49

9. Analisis Matriks Internal-Eksternal (IE) pada


Kelompok Tani Putera Alam .................................................................... 68

10. Analisis Matriks SWOT pada Kelompok Tani Putera Alam ..................... 70
DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman
1. Peringkat Faktor Strategi Internal ............................................................ 80

2. Penentuan Peringkat (Rating) Rata-rata dari Tiga Responden


untuk Faktor Internal ................................................................................. 81

3. Peringkat Faktor Strategi Eksternal ......................................................... 82

4. Penentuan Peringkat (Rating) Rata-rata dari Tiga Responden


untuk Faktor Eksternal .............................................................................. 83

5. Matriks Perbandingan Berpasangan Faktor Internal


(Responden 1/ Ketua Kelompok Tani Putera Alam) ................................ 84

6. Matriks Perbandingan Berpasangan Faktor Internal


(Responden 2/ Penyuluh dari Tim Academic Frontier
Research Project Institut Pertanian Bogor) .............................................. 85

7. Matriks Perbandingan Berpasangan Faktor Internal


(Responden 3/ Dinas Pertanian, KASI Bagian Hortikultura) ................... 86

8. Matriks Perbandingan Berpasangan Faktor Internal dari


Ketiga Responden ..................................................................................... 87

9. Matriks Perbandingan Berpasangan Faktor Eksternal


(Responden 1/ Ketua Kelompok Tani Putera Alam) ................................ 88

10. Matriks Perbandingan Berpasangan Faktor Eksternal


(Responden 2/ Penyuluh dari Tim Academic Frontier
Research Project Institut Pertanian Bogor) ............................................... 89

11. Matriks Perbandingan Berpasangan Faktor Internal


(Responden 3/ Dinas Pertanian, KASI Bagian Hortikultura) .................... 90

12. Matriks Perbandingan Berpasangan Faktor Eksternal dari


Ketiga Responden ..................................................................................... 91

13. Matriks Perencanaan Strategi Kuantitatif (Quantitative


Strategic Planning Matrix-QSPM) ............................................................ 92

14. Kuesioner Identitas Anggota Kelompok Tani .......................................... 94

15. Gambar Lokasi Perwakilan Lahan Anggota Kelompok


Tani Putera Alam ..................................................................................... 95
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan hasil sumberdaya
alam dengan daratan yang terbentang luas. Hal ini menjadi sumber mata
pencaharian hampir sebagian besar rakyat Indonesia dan merupakan sektor rill
yang memiliki peran sangat nyata dalam membantu menghasilkan devisa negara.
Salah satu sektor pendukung tersebut adalah pertanian.
Beberapa alasan yang mendasari pentingnya pertanian di Indonesia, yaitu
potensi sumberdayanya yang beragam, memiliki potensi terhadap pendapatan
nasional cukup besar, banyak penduduk yang menggantungkan hidupnya pada
sektor ini dan pertanian juga menjadi basis pertumbuhan di pedesaan. Beberapa
subsektor yang tergabung di dalam sektor pertanian antara lain tanaman pangan,
hortikultura, perkebunan dan peternakan. Subsektor yang saat ini tengah
dikembangkan, yakni subsektor hortikultura. Hal ini dikarenakan hortikultura
merupakan bagian dari pembangunan pertanian di bidang pangan yang ditujukan
untuk lebih memantapkan swasembada pangan, meningkatkan pendapatan
masyarakat dan memperbaiki keadaan gizi melalui penganekaragaman jenis bahan
makanan.
Salah satu komoditi hortikultura yang memiliki potensi besar untuk
dikembangkan adalah sayuran. Potensi tersebut meliputi nilai ekonomi,
kandungan nutrisi yang relatif tinggi dan kemampuan menyerap tenaga kerja yang
relatif banyak. Sayuran merupakan sumber pangan yang penting untuk
dikonsumsi masyarakat setiap hari karena kandungan protein, vitamin, mineral
dan serat yang dimiliki sayuran berguna bagi tubuh manusia. Selain sebagai
sumber pangan dan gizi, produk hortikultura juga memiliki manfaat lain, seperti
manfaat bagi lingkungan yaitu rasa estetika, konservasi genetik dan sebagai
penyangga kelestarian alam.
Salah satu kabupaten di Jawa Barat yang merupakan daerah penghasil
sayuran adalah kabupaten Bogor. Berikut ini dapat di lihat pada Tabel 1
perkembangan produksi dan luas panen sayuran di kabupaten Bogor dari tahun
2005-2007.
Tabel 1. Produksi dan Luas Panen Sayuran di Kabupaten Bogor,
Tahun 2005-2007
Tahun Produksi (Ton) Luas Panen (Ha)
2005 110.212 10.302
2006 166.890 13.275
2007 126.743,8 12.768
Sumber : BPS kabupaten Bogor (2008)

Pada tahun 2005 luas panen sayuran di kabupaten bogor sebesar 10.302
ha. Sedangkan untuk tahun 2006 mengalami peningkatan menjadi 13.275 hektar.
Produksi sayuran di kabupaten Bogor juga cenderung mengalami peningkatan
seiring dengan peningkatan luas panen. Pada tahun 2005 produksi sayuran di
kabupaten Bogor berjumlah 110.212 ton. Sedangkan tahun 2006 produksi
sayuran kabupaten Bogor mengalami peningkatan menjadi 166.890 ton, dengan
luas panen 13.275 hektar. Meskipun pada tahun 2007 luas panen dan produksi
mengalami penurunan, tetapi penurunan tersebut tidak signifikan, yaitu sebesar
12.768 hektar untuk luas panen dan 126.743,8 ton untuk produksi sayuran.
Penurunan luas panen disebabkan karena adanya perubahan lahan pertanian
menjadi pemukiman, sehingga lahan pertanian menjadi berkurang.
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, banyak
penemuan baru yang kemudian menggeser sistem pertanian tradisional menjadi
sistem pertanian konvensional. Sistem pertanian konvensional dicirikan dengan
penggunaan input-input anorganik dan bahan-bahan kimia pertanian dalam proses
budidaya. Hal ini ternyata membawa dampak negatif, akibatnya adalah timbulnya
masalah baru dalam pertanian sayuran, yaitu pencemaran air oleh bahan kimia
pertanian, menurunnya kualitas dan produktivitas sayuran, ketergantungan
terhadap bahan kimia pertanian seperti pupuk dan pestisida serta merosotnya
produktivitas lahan karena erosi, pemadatan lahan dan kurangnya bahan organik.
Dampak lain yang ditimbulkan oleh pertanian konvensional adalah gangguan
kesehatan yang diakibatkan adanya residu kimia yang terkandung dalam produk
sayuran.
Pemahaman masyarakat akan dampak negatif pertanian konvensional baik
terhadap lingkungan maupun kesehatan telah menyadarkan masyarakat untuk
kembali hidup secara sehat dan alami atau yang sekarang lebih dikenal dengan
istilah back to nature. Masyarakat mulai memberikan perhatian lebih besar pada
kualitas dan keamanan produk sayuran yang mereka konsumsi dan menginginkan
makanan yang serba alami dan bebas dari zat kimia, pestisida, hormon dan pupuk
kimia. Keadaan tersebut didukung pula oleh keinginan petani untuk
memproduksi sayuran dengan tidak merusak lingkungan, menghindari
penggunaan pestisida dan pupuk kimia (sayuran organik). Sayuran organik
dianggap mampu memenuhi persyaratan tersebut, sehingga permintaan dan
peluang dalam pemasarannya meningkat.
Salah satu kelompok tani yang bergerak dalam usaha budidaya sayuran
organik adalah kelompok tani Putera Alam yang bernaung dibawah gabungan
kelompok tani (GAPOKTAN) Flamboyan desa Sukagalih, kecamatan
Megamendung, kabupaten Bogor, yang juga merupakan kelompok tani binaan
dibawah bimbingan Tim Academic Frontier Research Project Institut Pertanian
Bogor pada tahun 2008.
Untuk mendukung pembangunan pertanian yang berkelanjutan dan
berdaya saing serta menjaga keberlangsungan kelompok tani dalam menjalankan
usahanya, maka diperlukan penyusunan rencana dan strategi usaha yang handal
dan efektif untuk mencapai sasaran bisnis yang telah ditetapkan, sehingga dapat
meningkatkan profit kelompok tani.

1.2. Perumusan Masalah


Potensi dan peluang pengembangan pertanian organik pada subsektor
hortikultura, terutama pada komoditi sayuran memiliki prospek yang sangat baik
dan telah berkembang dalam beberapa tahun terakhir. Dengan kemajuan
perekonomian, pendidikan, peningkatan pendapatan dan kesadaran masyarakat
untuk kesehatan dan lingkungan menyebabkan permintaan produk sayuran
organik semakin meningkat, sehingga potensi dan peluang pengembangan
pertanian organik di bidang hortikultura untuk komoditas sayuran cukup terbuka
di masa yang akan datang.
Pemahaman masyarakat akan pangan sehat dan permintaan produk
sayuran organik yang meningkat cukup pesat, memicu para produsen membuka
usaha dengan menerapkan sistem bertani secara organik. Dalam menjalankan
usahanya kelompok tani Putera Alam mengalami beberapa kendala, diantaranya
kurangnya modal usaha, sehingga menyebabkan kelompok tani Putera Alam sulit
untuk mengembangkan usahanya. Terbatasnya sarana dan prasarana, baik untuk
kegiatan produksi maupun kegiatan pendistribusian produk sayuran yang mereka
hasilkan. SDM anggota tani masih rendah, yang berdampak pada kurangnya
sentuhan teknologi pada sistem produksi sayuran organik dan lemahnya sistem
manajemen organisasi pada kelompok tani ini serta pemasaran produk yang
belum luas.
Kelompok tani pernah melakukan kerjasama dengan beberapa perusahaan
supplier sayuran organik seperti Pronic Indonesia, Fenwud, Tangkolo Farm dan
lain-lain. Kerja sama yang dijalani oleh kelompok tani mengalami beberapa
kendala, yaitu permintaan sertifikasi produk dari pihak supplier, tunggakan
pembayan produk dan pencampuran produk organik dengan produk anorganik
yang dilakukan oleh supplier. Kendala-kendala tersebut mengakibatkan
terhambatnya kegiatan produksi dari kelompok tani dan menurunnya kepercayaan
konsumen pada produk sayuran organik kelompok tani.
Berdasarkan uraian di atas, maka kelompok tani perlu merumuskan
strategi usaha yang tepat dengan mengenali lingkungan internal dan eksternal
yang mempengaruhi usaha kelompok tani untuk mencapai tujuan usaha. Adapun
permasalahan yang akan dianalisis adalah sebagai berikut :
1. Faktor-faktor internal dan eksternal apa saja yang menjadi kekuatan dan
kelemahan serta ancaman dan peluang apa yang akan dihadapi oleh kelompok
tani Putera Alam;
2. Bagaimana strategi usaha sayuran organik yang tepat yang dapat diterapkan
oleh kelompok tani Putera Alam dan bagaimana prioritas strategi yang dapat
direkomendasikan kepada kelompok tani.

1.3. Tujuan Penelitan


Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal apa saja yang menjadi
kekuatan dan kelemahan serta ancaman dan peluang apa yang akan dihadapi
oleh kelompok tani Putera Alam;
2. Merumuskan dan memprioritaskan strategi terbaik yang dapat diterapkan dan
direkomendasikan kepada kelompok tani Putera Alam.

1.4. Kegunaan Penelitian


Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi solusi dan sebagai bahan
pertimbangan bagi kelompok tani Putera Alam untuk menjalankan usaha sayuran
organik agar usaha tersebut dapat semakin berkembang. Bagi pembaca, hasil dari
penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi mengenai usaha sayuran
organik, sebagai referensi dan bahan pustaka bagi penelitian selanjutnya. Bagi
penulis, penelitian ini diharapkan dapat menambah ketrampilan dan pengetahuan
dalam membuat karya ilmiah yang baik dan benar.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian


Ruang lingkup dan pembahasan dalam penelitian ini meliputi gambaran
umum perusahaan sayuran organik kelompok tani Putera Alam desa Sukagalih,
kecamatan Megamendung, kabupaten Bogor. Analisis faktor-faktor internal dan
eksternal kelompok tani, perumusan strategi, dan penentuan prioritas strategi yang
dapat diterapkan perusahaan untuk pengembangan usahanya. Analisis terhadap
masing-masing faktor tersebut akan dilakukan secara deskriptif dengan
memanfaatkan data kuantitatif maupun kualitatif.
Hasil penelitian dimaksudkan hanya untuk pengembangan usaha
kelompok tani Putera Alam. Hasil penelitian belum tentu sesuai bagi perusahaan
yang lain. Penelitian ini memiliki keterbatasan dengan hasil yang dicapai akan
sangat subjektif tergantung pada tingkat persepsi dari responden. Penggunaan
sumber data yang mengandalkan data primer dan sekunder yang terbatas dalam
mengidentifikasi faktor-faktor eksternal, kurang bisa menggambarkan keadaan
eksternal secara luas dan menyeluruh.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Sayuran


Menurut Astawan (2007), sayur-sayuran didefinisikan sebagai bagian dari
tanaman yang umum dimakan untuk memenuhi kebutuhan gizi seseorang.
Berdasarkan definisi tersebut, sayur-sayuran dapat dibedakan atas: daun
(kangkung, katuk, sawi, bayam, selada air), bunga (kembang turi, brokoli,
kembang kol), buah (terong, cabe, paprika, labu, ketimun, tomat), biji muda
(kapri muda, jagung muda, kacang panjang, buncis, semi/ baby corn), batang
muda (asparagus, rebung, jamur), akar (bit, lobak, wortel, rhadis), serta sayuran
umbi (kentang, bawang bombay, bawang merah). Berdasarkan warnanya, sayur-
sayuran dapat dibedakan atas : hijau tua (bayam, kangkung, katuk, kelor, daun
sing-kong, daun pepaya), hijau muda (selada, seledri), dan yang hampir tidak
berwarna (kol, sawi putih).
Menurut Soedharoedjian (1993), bahwa sayuran merupakan sumber
seluruh vitamin, seperti vitamin A yang banyak terdapat pada sayuran yang
berwarna merah dan kuning seperti wortel dan waluh. Untuk vitamin B1, B2 dan
B6 terdapat pada sayuran yang daunnya berwarna hijau tua dan kacang-kacangan.
Untuk vitamin C, hampir semua sayuran mengandung vitamin tersebut seperti
tomat, kentang, lombok dan sayuran yang berwarna tua, sedangkan untuk vitamin
E dan K banyak terdapat pada sayuran daunan dan pucuk tunas seperti bayam,
asparagus dan kubis. Beberapa mineral penting yang terdapat pada sayuran adalah
zat besi, kalsium dan fosfor.
Sayuran dibutuhkan manusia untuk beberapa macam manfaat, salah
satunya untuk membantu metabolisme tubuh. Selain kandungan vitamin dan
mineral, sayuran juga mengandung karbohidrat yang berbentuk selulosa, gula dan
zat tepung. Menurut Setyati (1989), sayuran memiliki ciri-ciri antara lain :
1. Dipanen dan dimanfaatkan dalam keadaan segar atau hidup sehingga bersifat
mudah rusak,
2. Komponen utama mutu ditentukan oleh kandungan air bukan kandungan
bahan kering seperti halnya tanaman agronomi, contohnya jagung dan
tanaman perkebunan,
3. Harga sayuran ditentukan oleh mutu atau kualitas bukan jumlahnya.
2.2. Pertanian Organik
2.2.1. Pengertian Pertanian Organik
Pertanian yang mirip dengan kelangsungan kehidupan hutan disebut
pertanian organik, karena kesuburan tanaman berasal dari bahan organik secara
alamiah. Pengertian lain tentang pertanian organik adalah sistem pertanian (dalam
hal bercocok tanam) yang tidak mempergunakan bahan kimia, tetapi
menggunakan bahan organik (Pracaya, 2007). Jadi pertanian organik merupakan
sistem pertanian yang berwawasan lingkungan dengan tujuan untuk melindungi
keseimbangan ekosistem alam dengan meminimalkan penggunaan bahan-bahan
kimia dan merupakan praktek bertani alternatif secara alami yang dapat
memberikan hasil yang optimal.
Pertanian organik juga dapat didefinisikan sebagai suatu sistem produksi
pertanian yang menghindarkan atau mengesampingkan penggunaan senyawa
sintetik baik pupuk, zat tumbuh, maupun pestisida. Pertanian organik berbeda
dengan penanaman secara konvensional yang memberikan unsur hara secara cepat
dan langsung dalam membentuk larutan sehingga segera diserap dengan takaran
dan waktu pemberian yang disesuaikan dengan kebutuhan tanaman (Afifi, 2007).
Langkah pencegahan dari kemungkinan dampak negatif yang ditimbulkan
oleh bahan-bahan kimia yang bisa dlakukan untuk pengolahan tanah,
pengendalian hama dan penyakit tanaman yaitu dengan dilakukannya sistem
pertanian secara organik. Sistem pertanian organik yang dilakukan tidak
menimbulkan pencemaran berbahaya dan tidak meracuni tubuh serta bahan input
dengan sistem organik mudah untuk diperoleh. Selain itu, pertanian organik
ramah lingkungan sehingga kelestarian yang ada akan tetap terjaga.

2.2.2. Prinsip-prinsip Pertanian Organik


Prinsip-prinsip berikut mengilhami gerakan organik dengan segala
keberagamannya. Prinsip-prinsip ini menjadi panduan bagi pengembangan posisi,
program dan standar-standar IFOAM (International Federation for Organic
Agriculture Movement). Selanjutnya, prinsip-prinsip ini diwujudkan. dalam visi
yang digunakan di seluruh dunia. Prinsip-prinsip tersebut adalah: Prinsip Ekologi,
Prinsip Kesehatan, Prinsip Perlindungan, dan Prinsip Keadilan.
1) Prinsip Ekologi
Pertanian organik harus didasarkan pada sistem dan siklus ekologi
kehidupan. Bekerja, meniru dan berusaha memelihara sistem dan siklus ekologi
kehidupan. Prinsip ekologi meletakkan pertanian organik dalam sistem ekologi
kehidupan. Prinsip ini menyatakan bahwa produksi didasarkan pada proses dan
daur ulang ekologis.
Pertanian organik dapat mencapai keseimbangan ekologis melalui pola
sistem pertanian, membangun habitat, pemeliharaan keragaman genetika dan
pertanian. Mereka yang menghasilkan, memproses, memasarkan atau
mengkonsumsi produk-produk organik harus melindungi dan memberikan
keuntungan bagi lingkungan secara umum, termasuk di dalamnya tanah, iklim,
habitat, keragaman hayati, udara dan air.

2) Prinsip Kesehatan
Pertanian organik harus melestarikan dan meningkatkan kesehatan tanah,
anaman, hewan, manusia dan bumi sebagai satu kesatuan dan tak terpisahkan.
Prinsip ini menunjukkan bahwa kesehatan tiap individu dan komunitas tak dapat
dipisahkan dari kesehatan ekosistem; tanah yang sehat akan menghasilkan
tanaman sehat yang dapat mendukung kesehatan hewan dan manusia.
Peran pertanian organik baik dalam produksi, pengolahan, distribusi dan
konsumsi bertujuan untuk melestarikan dan meningkatkan kesehatan ekosistem
dan organisme, dari yang terkecil yang berada di dalam tanah hingga manusia.
Secara khusus, pertanian organik dimaksudkan untuk menghasilkan makanan
bermutu tinggi dan bergizi yang mendukung pemeliharaan kesehatan dan
kesejahteraan. Mengingat hal tersebut, maka harus dihindari penggunaan pupuk,
pestisida, obat-obatan bagi hewan dan bahan aditif makanan yang dapat berefek
merugikan kesehatan.

3) Prinsip Perlindungan
Pertanian organik harus dikelola secara hati-hati dan bertanggung jawab
untuk melindungi kesehatan dan kesejahteraan generasi sekarang dan mendatang
serta lingkungan hidup. Pertanian organik merupakan suatu sistem yang hidup
dan dinamis yang menjawab tuntutan dan kondisi yang bersifat internal maupun
eksternal. Prinsip ini menyatakan bahwa pencegahan dan tanggung jawab
merupakan hal mendasar dalam pengelolaan, pengembangan dan pemilihan
teknologi di pertanian organik. Ilmu pengetahuan diperlukan untuk menjamin
bahwa pertanian organik bersifat menyehatkan, aman dan ramah lingkungan.
Dengan pengalaman praktis yang dipadukan dengan kebijakan dan kearifan
tradisional menjadi solusi tepat.
Pertanian organik harus mampu mencegah terjadinya resiko merugikan
dengan menerapkan teknologi tepat guna dan menolak teknologi yang tak dapat
diramalkan akibatnya, seperti rekayasa genetika (genetic engineering). Segala
keputusan harus mempertimbangkan nilai-nilai dan kebutuhan dari semua aspek
yang mungkin dapat terkena dampaknya, melalui proses-proses yang transparan
dan partisipatif.

4) Prinsip Keadilan
Pertanian organik harus membangun hubungan yang mampu menjamin
keadilan terkait dengan lingkungan dan kesempatan hidup bersama. Keadilan
dicirikan dengan kesetaraan, saling menghormati, berkeadilan dan pengelolaan
dunia secara bersama, baik antar manusia dan dalam hubungannya dengan
makhluk hidup yang lain. Prinsip ini menekankan bahwa mereka yang terlibat
dalam pertanian organik harus membangun hubungan yang manusiawi untuk
memastikan adanya keadilan bagi semua pihak di segala tingkatan; seperti petani,
pekerja, pemroses, penyalur, pedagang dan konsumen.
Pertanian organik harus memberikan kualitas hidup yang baik bagi setiap
orang yang terlibat, menyumbang bagi kedaulatan pangan dan pengurangan
kemiskinan. Pertanian organik bertujuan untuk menghasilkan kecukupan dan
ketersediaan pangan maupun produk lainnya dengan kualitas yang baik. Sumber
daya alam dan lingkungan yang digunakan untuk produksi dan konsumsi harus
dikelola dengan cara yang adil secara sosial dan ekologis dan dipelihara untuk
generasi mendatang. Keadilan memerlukan sistem produksi, distribusi dan
perdagangan yang terbuka, adil, dan mempertimbangkan biaya sosial dan
lingkungan yang sebenarnya. Menurut Pracaya (2007), prinsip pertanian organik
yaitu berteman akrab dengan lingkungan, tidak mencemarkan dan merusak
lingkungan hidup. Cara yang ditempuh agar hal tersebut dapat tercapai, antara
lain :
1) Memupuk dengan kompos, pupuk kandang dan guano,
2) Memupuk dengan pupuk hijau,
3) Memupuk dengan limbah yang berasal dari kandang ternak, rumah
pemotongan hewan (RPH), septic tank,
4) Mempertahankan dan melestarikan habitat tanaman dengan pola tanam
polikultur.

2.2.3. Kelebihan dan Kekurangan Pertanian Organik


Sistem pertanian organik mempunyai kelebihan dan kekurangan dalam
pelaksanaannya. Kelebihan dari sistem pertanian organik, yaitu :
1) Tidak menggunakan pupuk atau pestisida kimia sehinggga tidak menimbulkan
pencemaran lingkungan, baik pencemaran tanah, air, maupun udara, serta
produknya tidak mengandung racun,
2) Tanaman organik mempunyai rasa yang lebih manis dibandingkan dengan
tanaman non-organik,
3) Produk tanaman organik lebih mahal.
Sedangkan kekurangan sistem pertanian organik, adalah sebagai berikut ;
1) Membutuhkan tenaga kerja yang lebih banyak, terutama untuk pengendalian
hama dan penyakit,
2) Membutuhkan biaya yang tidak sedikit pada awal pengolahan,
3) Penampilan fisik tanaman organik tidak semenarik tanaman non-organik,
4) Membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mendapatkan hasil.

2.3. Penelitian Terdahulu


Penelitian tentang Strategi Pengembangan Usaha Sayuran Organik
sendiri pernah dilakukan oleh Santi Rosita (2008) pada PT. Anugerah Bumi
Persada di Kabupaten Cianjur. Berdasarkan hasil identifikasi bahwa kekuatan
utama perusahaan adalah ramah lingkungan, sedangkan kelemahan utamanya
adalah volume produksi yang masih rendah. Peluang utama perusahaan
adalah pangsa pasar sayuran organik yang akan terus meningkat dan loyalitas
konsumen dan distributor untuk sayuran organik masih tinggi. Ancaman utama
bagi perusahaan yaitu pangsa pasar pesaing makin luas, adanya hama dan
penyakit yang menyerang tanaman serta perubahan iklim dan gejala alam.
Prioritas strategi yang tepat yang dapat direkomendasikan untuk perusahaan
berdasarkan hasil analisis matriks QSP (Quantitative Strategic Planning) adalah
mengoptimalakan dan meningkatkan volume produksi dengan TAS (Total
Attractive Score) tertinggi sebesar 6,63 dengan cara perencanaan tanam yang lebih
teliti, penyediaan sarana produksi yang lengkap dan memanfaatkan lahan yang
masih kosong atau belum ditanam, serta memproduksi sayuran yang bernilai
ekonomis.
Nursyamsiah, 2008. Strategi pengembangan usaha produk sayuran organik
pada PT. Amani Mastra, Jakarta. (Program Studi Manajemen Agribisnis
Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian IPB). Penelitian ini
menggunakan alat analisis matriks IFE dan matriks EFE, kemudian untuk
mengetahui posisis perusahaan analisis digunakan dengan matriks I-E. Dengan
matriks SWOT akan dieroleh alternatif-alternatif strategi bagi perusahaan dan
akhirnya prioritas strategi dianalisis dengan matriks QSPM. Dari hasil analisis
matriks IFE, faktor yang menjadi kekuatan utama perusahaan adalah memiliki
sertifikat produk. Sedangkan kelemahan utama perusahaan adalah keuntungan
yang masih sedikit. Berdasarkan hasil analisis matriks EFE, faktor yang menjadi
peluang utama adalah keadaan perekonomian negara yang berangsur-angsur
stabil. Ancaman utama yang dihadapi perusahaan adalah perubahan cuaca dan isu
bencana alam yang terjadi di Indonesia. Kemudian dengan menggunakan matriks
I-E diperoleh posisi perusahaan pada sel V yaitu sel pertahankan dan pelihara
(hold and maintain) dengan strategi penetrasi pasar (market penetration) dan
strategi pengembangan produk (product development). Perumusan strategi
dengan matriks SWOT mengahasilkan sembilan alternatif strategi pengembangan
usaha. Penentuan urutan prioritas strategi terpilih dilakukan dengan menggunakan
matriks QSPM. Strategi yang paling baik untuk diterapkan perusahaan adalah
mengembangkan jenis produk organik yang belum dipasarkan oleh perusahaan.
Sedangkan strategi-strategi lain yang dapat diterapkan perusahaan antara lain,
melakukan diversifikasi konsentris (yaitu menambah produk atau jasa baru yang
masih terkait) terhadap produk yang tidak terjual atau tidak layak jual,
memperluas area tanam dan meningkatkan kerjasama dengan petani mitra,
melakukan difersifikasi horizontal (yaitu menambah produk atau jasa baru yang
tidak terkait untuk pelanggan yang sudah ada) dan diversifikasi konglomerat
(yaitu menambah produk atau jasa baru yang tidak terkait dengan pelanggan baru)
dengan memanfaatkan fasilitas perkebunan yang ada, mempelajari perkembangan
teknologi pertanian untuk meningkatkan produksi, melakukan riset pasar melelui
asosiasi pertanian pertanian organik yang ada, mencari dan mempelajari berbagai
informasi tentang jenis hama dan penyakit tanaman serta menemukan tindakan
pencegahan dan penyembuhannya, memanfaatkan fasilitas litbang yang dimiliki
pemerintah, memanfaatkan modal pinjaman yang ditawarkan pemerintah dan
lembaga keuangan yang ada.
Mes Ayu Aliza Fitri, 2006. Strategi Pengembangan Usaha Sayuran
Organik pada Kelompok Tani “Usahatani Bersama” Kabupaten Tanah Datar
Sumatera Barat. Metode pengolahan data dan analisis data yang digunakan adalah
dengan menggunakan pendekatan konsep manajemen strategis. Analisa yang
dilakukan terdiri dari analisis kualitatif (visi, misi, tujuan dan faktor-faktor
internal dan eksternal perusahaan) dan analisis kuantitatif untuk perumusan
strategi terdiri dari tiga tahap (David, 2004), yaitu tahap pemasukan digunakan
matriks IFE (Internal Factor Evaluation) dan matriks EFE (External Factor
Evalution ), tahap pemanduan dengan matriks IE (Internal-Eksternal) dan matriks
SWOT (Strength, Weakness, Opportunities, Threats), dan tahap pengambilan
keputusan menggunakan QSPM (Quantitative Strategy Position Matrix).
Berdasarkan informasi pada identifikasi faktor internal dan eksternal, maka skor
total analisis intrnal adalah 2,312 menunjukkan kemampuan ”Usahatani Bersama”
mengatasi kelemahan dengan menggunakan kekeuatan yang ada berada di bawah
rata-rata. Kekuatan utama kelompok tani ini adalah kemampuan ”Usahatani
Bersama” dalam menyerap tenaga kerja setempat dengan skor 0,348, sedangkan
kelemahan utama bagi kelompok tani ini adalah pemahaman pertanian organik
yang berbeda diantara anggota (0,130). Berdasarkan hasil analisis faktor eksternal,
skor total analisis ekternal adalah 3,324 yang berarti kemampuan kelompok tani
”Usahatani Bersama” dalam memanfaatkan peluang dan menghindari ancaman
tergolong tinggi. Peluang yang paling direspon oleh kelompok tani ini adalah
program Kawasan Agropolitan (0,476) dan yang menjadi ancaman utamanya
adalah persaingan yang cukup tinggi (0,454). Berdasarkan analisis tersebut, maka
kelompok tani berada pada kuadran II, inti strategi yang dapat diterapkan
usahatani adalah strategi tumbuh dan kembang (growth and build). Salah satu
alternatif strategi yang dapat diimplementasikan dan dikembangkan pada posisi
ini adalah strategi intensif atau strategi integrasi.
Mayzar Yanti, 2006. Strategi Pengembangan Usaha Sayuran Organik di
Pertanian Organik ”KebonKu”. Berdasarkan hasil perhitung Matrik EFE, terlihat
bahwa pangsa pasar sayuran organik masih luas serta loyalitas konsumen dan
distributor yang cukup tinggi merupakan peluang yang utama bagi perusahaan.
Ancaman utama yang dihadapi oleh perusahaan adalah adanya sengketa
kepemilikan lahan dan perkembangan jenis hama dan penyakit pada tanaman.
Berdasarkan hasil perhitungan Matrik IFE, terlihat bahwa perencanaan tanam
sudah baik dan adanya hubungan atasan dan karyawan yang terjalin dengan baik
merupakan kekuatan yang dimiliki oleh perusahaan. Kelemahan utama
perusahaan adalah volume produksi kurang optimal dan lokasi perusahaan yang
sulit dijangkau. Posisi perusahaan dalam Matrik IE berada di kuadran V, hal ini
berarti strategi yang dapat diambil adalah strategi Hold and Maintain berupa
strategi pengembangan produk dan penetrasi pasar. Formulasi strategi dilakukan
dengan menggunakan alat analisis SWOT. Lima prioritas strategi yang dapat
diterapkan adalah meningkatkan volume produksi perusahaan, mempertahankan
kualitas dan mutu pelayanan kepada konsumen dan distributor serta
mengusahakan sertifikasi organik, mempertahankan dan meningkatkan upaya
quality control terhadap produk, memperluas jaringan distribusi dan pemasaran,
serta meningkatkan upaya promosi produk dan mengusahakan kemasan dan label
produk untuk meningkatkan dan mempertahankan loyalitas konsumen.
Penelitian yang dilakukan oleh Elmi Rohmiatin (2006) mengenai Analisis
Strategi Pengembangan Usaha Beras Organik Lembaga Pertanian sehat di desa
Pasir Buncit Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor. Berdasarkan hasil penelitian
yang didasarkan pada EFE dan IFE, dimana total skor bobot hasil dari matriks
EFE sebesar 2,81 dan matriks IFE sebesar 2,35 sehingga menempatkan LPS pada
matriks V. Posisi ini menggambarkan posisi LPS pada respon unit-unit usaha
yang ada terhadap faktor-faktor eksternal yang dihadapinya tergolong sedang.
Hasil dari matriks analisis SWOT diperoleh alternatif SO yaitu membantu proses
sertifikasi kegiatan produk organik bagi petani binaan dan menjadi pengawas
kegiatan pertanian organik petani dhuafa. Strategi ST yaitu meningkatkan mutu
dan kemasan produk agar sulit dipalsukan. Strategi WO yaitu menjalin kerjasama
dengan kelompok tani sehat dan dinas pertanian daerah dalam sosialisasi dan
promosi produk. Strategi WT yaitu meningkatkan kualitas produksi beras organik
dengan penambahan sarana dan prasarana yang mendukung. Berdasarkan hasil
matriks QSP diperoleh bahwa strategi menjalin kerjasama dengan kelompok tani
sehat dan dinas pertanian daerah dalam sosialisasi dan promosi roduk merupakan
strategi prioritas, dengan nilai TAS terbesar yaitu 6,19.
Penelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian Santi Rosita,
Nursyamsiah, Mes Ayu Aliza Fitri, Mayzar Yanti mengenai objek yang diteliti
yakni sayuran organik, akan tetapi berbeda objek yang diteliti dengan penelitian
Elmi Rohmiatin, dimana Elmi Rohmiatin meneliti tentang beras organik.
Persamaan penelitian ini juga terletak pada metode analisis yang digunakan, yaitu
sama-sama menggunakan matriks IFE, matriks EFE, matriks IE, matriks SWOT
dan QSPM, tetapi berbeda dalam kajian yang dibahas dan lokasi penelitian.
III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis


3.1.1. Konsep Manajemen Strategi
Strategi adalah alat untuk mencapai tujuan jangka panjang. Strategi adalah
tindakan potensial yang membutuhkan keputusan manajemen tingkat atas dan
sumberdaya perusahaan dalam jumlah yang besar. Strategi memiliki konsekuensi
yang perlu mempertimbangkan faktor-faktor eksternal dan internal dihadapi
perusahaan (David, 2006).
Manajemen strategi didefinisikan sebagai seni dan ilmu untuk
memformulasi, mengimplementasi dan mengevaluasi keputusan lintas fungsi yang
memungkinkan organisasi dapat mencapai tujuannya. Manajemen strategi
terfokus pada mengintegrasikan manajemen, pemasaran, keuangan atau akuntansi,
produksi atau operasi, informasi, penelitian dan pengembangan, serta sistem
informasi komputer untuk mencapai keberhasilan organisasi (David, 2006).
Selain itu, manajemen strategi adalah sejumlah keputusan dan tindakan yang
mengarah pada penyusunan suatu strategi yang efektif untuk membantu mencapai
sasaran perusahaan.
Menurut Jauch dan Glueck dalam Rosita (2008), bahwa manajemen
strategi akan membantu perusahaan dalam melihat ancaman dan peluang di masa
mendatang, sehingga memungkinkan organisasi untuk dapat mengantisipasi
kondisi yang selalu berubah. Selain itu, manajemen strategi menyediakan sasaran
serta arah yang jelas bagi msa depan perusahaan/organisasi, sehingga perusahaan/
organisasi yang mengembangkan sistem manajemen strategi mempunyai
kemungkinan tingkat keberhasilan yang lebih besar daripada yang tidak
menggunakan sistem tersebut.

3.1.2. Proses Manajemen Strategi


Menurut David (2006), proses manajemen strategi terdiri dari tiga tahap.
Tahapan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Perumusan atau formulasi strategi
Formulasi strategi termasuk di dalamnya mengembangkan visi dan misi,
mengidentifikasi eluang dan ancaman eksternal perusahaan, menentukan kekuatan
dan kelemahan internal perusahaan, menetapkan tujuan jangka panjang,
merumuskan alternatif strategi dan memilih strategi tertentu yang akan
dilaksanakan.
2. Implementasi strategi
Mensyaratkan perusahaan untuk menetapkan tujuan tahunan, membuat
kebijakan, memotivasi karyawan dan mengalokasikan sumberdaya sehingga
strategi yang telah diformulasikan dapat dijalankan. Implementasi strategi
termasuk mengembangkan budaya yang mendukung strategi, menciptakan
struktur organisasi yang efektif dan mengarahkan usaha pemasaran, menyiapkan
anggaran, mengembangkan dan memberdayakan sistem informasi dan
menghubungkan kinerja karyawan dengan kinerja organisasi.
3. Evaluasi strategi
Evaluasi strategi adalah tahap final dalam manajemen strategi. Tiga
aktivitas dasar evaluasi strategi, yaitu : (1) meninjau ulang faktor internal dan
eksternal, (2) mengukur kinerja dan (3) mengambil tindakan korektif.

3.1.3. Formulasi Strategi


Menurut David (2006), teknik formulasi strategi dapat diintegrasikan ke
dalam tiga tahap kerangka pengambilan keputusan, yaitu tahap pengumpulan
input (the input stage), tahap pemanduan (the matching stage) dan tahap
penetapan strategi (the decision stage) seperti yang disajikan pada Gambar 1.
TAHAP 1: TAHAP INPUT (INPUT STAGE)

Matriks Evaluasi Matriks Profil Kompetitif Matriks Evaluasi


Faktor Eksternal (Competitive Profile Faktor Internal
(Eksternal Factor Matrix-CPM) (Internal Factor
Evaluation-EFE) Evaluation-IFE)

TAHAP 2: TAHAP PENCOCOKAN (MATCHING STAGE)

Matriks Faktor Matriks Matriks Matriks Matriks


Kekuatan- Evaluasi Boston Internal- Strategi
Kelemahan- Tindakan dan Consulting Eksternal Besar
Peluang- Posisi Strategi Group (IE) (Grand
Ancaman (Strategic (BCG) Strategy)
(Strength- Positioning and
Weakness- Action
Opportunities- Evaluation-
Threats-SWOT) SPACE)

TAHAP 3: TAHAP KEPUTUSAN (DECISION STAGE)

Matriks Perencanaan Strategis Kuantitatif


(Quantitative Strategic Planning Matrix-QSPM)

Gambar 1. Kerangka Kerja Analitis untuk Perumusan Strategi


Sumber: David (2006)

Alat yang disajikan dalam kerangka formulasi strategi tersebut dapat


digunakan untuk semua ukuran dan tipe organisasi, serta dapat membantu ahli
strategi mengenali, mengevaluasi dan memilih strategi.

1. Tahap Input
Tahap input terdiri atas Matriks EFE, Matriks IFE, dan Matriks CPM. Alat
input membutuhkan penyusun strategi untuk menguantifikasi secara subjektif
selama tahap awal dari proses perumusan strategi. Membuat keputusan kecil
dalam matriks input berhubungan dengan tingkat penting relatif dari faktor
internal dan eksternal memungkinkan penyusun strategi untuk menghasilkan dan
mengevaluasi alternatif strategi dengan lebih efektif. Penilaian intuitif yang baik
selalu dibutuhkan untuk menentukan bobot dan peringkat yang sesuai.
2. Tahap Pencocokan
Strategi kadang-kadang didefinisikan sebagai pencocokan yang dibuat
suatu organisasi antara sumber daya dan keterampilan internalnya dengan peluang
dan risiko yang diciptakan oleh faktor eksternal. Tahap pencocokan dari kerangka
kerja perumusan strategi terdiri atas lima teknik yang dapat digunakan, yaitu
Matriks SWOT, Matriks SPACE, Matriks BCG, Matriks IE, dan Matriks Grand
Strategy. Alat ini bersandar pada informasi yang diturunkan dari tahap input
untuk mencocokkan peluang dan ancaman eksternal dengan kekuatan dan
kelemahan internal. Mencocokkan faktor keberhasilan kunci internal dan
eksternal adalah kunci untuk menghasilkan alternatif strategi yang layak secara
efektif.

3. Tahap Keputusan
Analisis dan intuisi memberikan dasar untuk membuat keputusan
perumusan strategi. Teknik pencocokkan mengungkapkan alternatif strategi yang
layak. Banyak dari strategi ini kemungkinan diajukan oleh manajer dan karyawan
yang berpartisipasi dalam aktivitas analisis dan pilihan strategi. Strategi tambahan
yang dapat dihasilkan dari analisis pencocokan dapat didiskusikan dan
ditambahkan ke dalam daftar pilihan alternatif yang layak.

3.1.4. Analisis Lingkungan


Shrivastava dalam Rosita (2008), menyatakan analisis lingkungan ini
memainkan peran sentral dalam menajemen strategi kerena dapat
mengidentifikasi peluang dan ancaman eksternal maupun internal suatu
perusahaan/organisasi. Analisis lingkungan dapat membantu perusahaan untuk
memposisikan dirinya dalam perkembangan lingkungan secara kontinyu.

3.1.4.1. Lingkungan Internal


Lingkungan internal merupakan suatu kondisi yang ada di dalam suatu
perusahaan. Analisis internal adalah proses perencanaan strategi yang menentukan
letak kekuatan dan kelemahan suatu perusahaan. Menurut David (2006),
lingkungan internal merupakan kekuatan dan kelemahan perusahaan pada area
fungsional bisnis, termasuk manajemen, pemasaran, keuangan/akuntasi,
produksi/operasi, penelitian dan pengembangan, dan sistem informasi manajemen.
Strategi didesain sebagai bagian dari usaha memperbaiki kelemahan perusahaan
mengubahnya menjadi kekuatan dan bahkan menjadi kompetensi yang unik.
Kompetensi yang unik (distinctive competencies) adalah kekuatan perusahaan
yang tidak dapat dengan mudah disamakan atau ditiru oleh pesaing.

1. Manajemen
Fungsi manajemen terdiri dari lima aktivitas dasar yaitu perencanaan,
pengorganisasian, pemberian motivasi, pengelolaan staf, dan pengendalian.
Perencanaan dapat memiliki pengaruh yang positif terhadap kinerja organisasi dan
individu. Perencanaan memungkinkan organisasi mengidentifikasi dan
memanfaatkan peluang eksternal dan meminimalkan pengaruh ancaman eksternal.
Pererencanaan mencakup pengembangan misi, peramalan kejadian dan tren masa
depan, penetapan tujuan, dan pemilihan strategi yang akan dijalankan.

2. Pemasaran
Pemasaran dapat digambarkan sebagai proses mendefinisikan,
mengantisipasi, menciptakan, serta memenuhi kebutuhan dan keinginan
pelanggan atas barang dan jasa. Ada tujuh fungsi pemasaran, yaitu analisis
pelanggan, penjualan produk/jasa, perencanaan produk dan jasa, penetapan harga,
distribusi, riset pemasaran, dan analisis peluang. Pemahaman terhadap fungsi
pemasaran membantu penyusun strategi mengidentifikasi dan mengevaluasi
kelemahan pemasaran.

3. Keuangan/akuntansi
Kondisi keuangan sering dianggap sebagai satu ukuran terbaik untuk
posisi kompetitif dan daya tarik keseluruhan suatu perusahaan. Menentukan
kekuatan dan kelemahan keuangan suatu organisasi merupakan hal yang penting
guna memformulasikan strategi secara efektif. Menurut James Van Horne dalam
David (2006), fungsi keuangan/akuntansi terdiri atas tiga keputusan, yaitu
keputusan investasi, keputusan pendanaan (pembiayaan), dan keputusan dividen.
4. Produksi/ Operasi
Fungsi produksi/operasi dari suatu bisnis terdiri atas semua aktivitas yang
mengubah input menjadi barang dan jasa. Manajemen produksi/operasi
berhubungan dengan input transformasi, dan output yang bervariasi antar industri
dan pasar.

5. Penelitian dan Pengembangan


Perusahaan yang menjalankan strategi pengembangan produk khususnya
harus memiliki orientasi litbang yang kuat. Litbang dalam organisasi memiliki
dua bentuk dasar: (1) litbang internal, dimana organisasi menjalankan departemen
litbangnya sendiri, (2) kontrak litbang, dimana perusahaan merekrut peneliti
indipenden atau agen indipenden untuk mengembangkan produk spesifik.

6. Sistem Informasi Manajemen


Informasi menghubungkan semua fungsi bisnis menjadi satu dan
menyediakan dasar untuk semua keputusan manajerial, ini merupakan fondasi dari
semua organisasi. Informasi menunjukkan sumber utama dari kekuatan atau
kelemahan kompetitif manajemen. Mengevaluasi kekuatan dan kelemahan sistem
informasi perusahaan adalah dimensi yang penting dalam menjalankan audit
internal.

3.1.4.2. Lingkungan Eksternal


Lingkungan eksternal menurut Umar (2003) terdiri dari lingkungan jauh
atau lingkungan umum dan lingkungan industri. Analisis faktor eksternal
menekankan pada identifikasi dan evaluasi tren dan kejadian yang berada di luar
kendali perusahaan. Analisis lingkungan eksternal mengungkapkan peluang dan
ancaman utama yang dihadapi perusahaan sehingga manajer dapat
memformulasikan strategi untuk mengambil keuntungan dari peluang dan
menghindari atau mengurangi dampak dari ancaman.
Menurut David (2006), kekuatan eksternal dapat dibagi menjadi lima
kategori besar, yaitu (1) kekuatan ekonomi; (2) kekuatan sosial, budaya,
demografi, dan lingkungan; (3) kekuatan politik, pemerintah, dan hukum; (4)
kekuatan teknologi; dan (5) kekuatan kompetitif. Analisis kompetitif adalah
pendekatan yang digunakan secara luas untuk mengembangkan strategi dalam
banyak industri dengan model lima kekuatan Porter. Hubungan antara kekuatan-
kekuatan ini dengan organisasi dapat dilihat pada Gambar 2. Tren dan kejadian
eksternal secara signifikan mempengaruhi semua produk, jasa, pasar, dan
organisasi.
Perubahan dalam kekuatan eksternal mengakibatkan perubahan dalam
permintaan konsumen untuk barang industri dan konsumsi serta jasa. Kekuatan
eksternal memengaruhi tipe produk yang dikembangkan, karakteristik dari strategi
segmentasi pasar dan positioning, tipe jasa yang ditawarkan, dan pilihan bisnis
yang ingin diakuisisi atau dijual. Kekuatan eksternal secara langsung
memengaruhi pemasok dan distributor. Identifikasi dan evaluasi peluang dan
ancaman eksternal memungkinkan perusahaan untuk mengembangkan misi bisnis
yang jelas, mendesain strategi untuk mencapai tujuan jangka panjang, dan
mengembangkan kebijakan untuk mencapai tujuan tahunan.

Pesaing
Pemasok
Distributor
Kekuatan ekonomi
Kreditor
Pelanggan
Kekuatan sosial,
Karyawan
budaya, demografi,
Komunitas
dan lingkungan
Manajer PELUANG
Pemegang saham DAN
Kekuatan politik,
Serikat kerja ANCAMAN
pemerintah, dan
Pemerintah ORGANISASI
hukum
Asosiasi dagang
Kelompok
Kekuatan teknologi
kepentingan khusus
Produk
Kekuatan kompetitif
Jasa
Pasar
Lingkungan alam

Gambar 2. Hubungan Antara Kekuatan Eksternal Kunci dan Organisasi


Sumber: David (2006)
Faktor eksternal kunci ini dapat berubah seiring berjalannya waktu dan
berdasar industri. Hubungan baik dengan pemasok dan distributor sering kali
menjadi faktor penting untuk kesuksesan. Variabel lain yang umum digunakan
mencakup pangsa pasar, keragaman produk pesaing, ekonomi dunia, keunggulan
atas kepemilikan dan pelanggan besar, harga yang bersaing, kemajuan teknologi,
pergeseran populasi, tingkat suku bunga, dan penurunan populasi.

1. Ekonomi
Faktor ekonomi memiliki pengaruh langsung terhadap kondisi dan strategi
perusahaan. Faktor ekonomi dapat membantu atau menghambat upaya mencapai
tujuan perusahaan dan menyebabkan keberhasilan ataupun kegagalan strategi
yang dapat berperan sebagai peluang ataupun ancaman karena dapat
mempengaruhi daya beli dan pola konsumsi masyarakat.

2. Sosial, Budaya, Demografi, dan Lingkungan


Perubahan sosial, budaya, demografi, dan lingkungan memiliki pengaruh
besar terhadap hampir semua produk, jasa, pasar, dan pelanggan. Organisasi kecil
ataupun besar berorientasi laba dan nirlaba dalam semua industri telah dikejutkan
dan ditantang oleh peluang dan ancaman yang berasal dari perubahan variabel
sosial, budaya, demografi, dan lingkungan. Tren sosial, budaya, demografi, dan
lingkungan membentuk cara masyarakat hidup, berproduksi, dan mengkonsumsi.
Tren baru menciptakan tipe konsumen yang berbeda, ini mengakibatkan
kebutuhan akan barang dan jasa serta strategi yang berbeda.

3. Politik, Pemerintah, dan Hukum


Pemerintah negara federal, bagian, lokal, dan asing adalah pembuat
peraturan utama, pemberi subsidi, pemilik, dan pelanggan organisasi. Faktor
politik, pemerintah, dan hukum dapat menjadi peluang atau ancaman utama untuk
perusahaan kecil maupun besar.

4. Teknologi
Kekuatan teknologi menggambarkan peluang dan ancaman utama yang
harus dipertimbangkan dalam formulasi strategi. Kemajuan teknologi dapat
mempengaruhi produk, jasa, pasar, pemasok, distributor, pesaing, pelanggan,
proses produksi, praktik pemasaran, dan posisi kompetitif perusahaan secara
dramatis. Kemajuan teknologi dapat menciptakan pasar baru, yang menghasilkan
penciptaan produk baru dan produk yang lebih baik, perubahan posisi biaya
kompetitif dalam suatu industri, dan membuat produk dan jasa saat ini menjadi
ketinggalan zaman.

5. Kompetitif
Berdasarkan pendekatan organisasi industrial, faktor eksternal (industri)
lebih penting dari faktor internal dalam perusahaan yang ingin mencapai
keunggulan kompetitif. Keunggulan kompetitif ditentukan oleh positioning
kompetitif di dalam industri. Mengumpulkan dan mengevaluasi informasi tentang
pesaing merupakan hal yang penting untuk keberhasilan formulasi strategi.
Menurut Porter (1980), persaingan dalam suatu industri berakar pada
struktur ekonomi yang mendasarinya dan berjalan di luar perilaku pesaing-pesaing
yang ada. Keadaan persaingan dalam suatu industri tergantung pada lima kekuatan
persaingan pokok, dapat dilihat pada Gambar 3. Tujuan strategi bersaing untuk
suatu unit usaha (business unit) dalam sebuah industri adalah menemukan posisi
dalam industri tersebut di mana perusahaan dapat melindungi diri sendiri dengan
sebaik-baiknya terhadap tekanan (gaya) persaingan atau dapat mempengaruhi
tekanan tersebut secara positif. Kelima kekuatan persaingan secara bersama-sama
menentukan intensitas persaingan dan kemampuan labaan dalam industri.

Pendatang baru
potensialAncaman masuknya pendatang baru

Kekuatan tawar- Kekuatan tawar-


menawar pemasok Para pesaing industri menawar pembeli

Pemasok Pembeli

Persaingan diantara
Ancaman produk atau yang ada
perusahaan
jasa pengganti

Produk pengganti

Gambar 3. Kekuatan-Kekuatan yang Mempengaruhi Persaingan Industri


Sumber: Porter (1980)
a) Persaingan diantara perusahaan sejenis, pada umumnya merupakan kekuatan
terbesar dalam lima kekuatan kompetitif. Strategi yang dijalankan oleh
perusahaan dapat berhasil jika perusahaan memberikan keunggulan kompetitif
dibanding strategi yang dijalankan perusahaan pesaing.
b) Ancaman pendatang baru, pendatang baru pada suatu industri membawa
kapasitas baru, keinginan untuk merebut bagian pasar, serta sumber daya yang
besar. Mengakibatkan harga menjadi turun atau biaya membengkak sehingga
mengurangi kemampulabaan.
c) Tekanan dari produk pengganti (subtitute product), semua perusahaan dalam
industri bersaing, dalam arti yang luas dengan industri-industri yang
menghasilkan produk pengganti. Produk pengganti membatasi laba potensial
dari industri dengan menetapkan harga baku (ceiling price) yang dapat
diberikan perusahaan dalam industri. Semakin menarik alternatif harga yang
ditawarkan oleh produk pengganti, semakin ketat pembatasan laba industri.
d) Kekuatan tawar menawar pembeli, pembeli bersaing dengan industri dengan
cara memaksa harga turun, tawar-menawar untuk mutu yang lebih tinggi dan
pelayanan yang lebih baik, serta berperan sebagai pesaing satu sama lain
dengan mengorbankan kemampulabaan industri.
e) Kekuatan tawar menawar pemasok, pemasok dapat menggunakan kekuatan
tawar-menawar terhadap para peserta industri dengan mengancam akan
menaikkan harga atau menurunkan mutu produk atau jasa yang dibeli.
Pemasok yang kuat dapat menekan kemampulabaan industri yang tidak
mampu mengimbangi kenaikan harganya.

3.1.5. Matriks IFE, Matriks EFE, Matriks I-E, Matriks SWOT dan QSPM
Matriks IFE (Internal Factor Evaluating) digunakan untuk mengetahui
faktor-faktor strategis internal perusahaan berkaitan dengan kekuatan dan
kelemahan yang dianggap penting. Data dan informasi aspek internal dapat digali
dari beberapa fungsional perusahaan, misalnya dari aspek manajemen, keuangan/
akuntansi, pemasaran, sistem informasi manajemen, produksi/ operasi, penelitian
dan pengembangan (David, 2006).
Matriks EFE (External Factor Evaluating) digunakan untuk mengevaluasi
faktor-faktor strategis eksternal perusahaan. Data eksternal dikumpulkan untuk
menganalisis hal-hal yang menyangkut persoalan ekonomi; sosial, budaya,
demografi dan lingkungan; politik, ekonomi dan hukum; teknologi; serta kekuatan
kompetitif. Hal ini penting karena faktor eksternal berpengaruh secara langsung
terhadap perusahaan.
Matriks I-E (Internal-External) merupakan salah satu parameter yang
meliputi matriks parameter kekuatan internal dan pengaruh perusahaan yang
masing-masing akan mengidentifikasi ke dalam elemen eksternal dan internal
melalui matriks IFE dan EFE. Tujuan penggunaan matriks I-E adalah untuk
memperoleh strategi bisnis ditingkat perusahaan yang lebih detail (Rangkuti,
2006).
Matriks SWOT (Strengths-Weaknesses-Opportunities-Threats) merupakan
alat pencocokan yang penting dan membantu manajer mengembangkan empat tipe
strategi, yaitu S-O, strategi S-T, strategi W-O dan strategi W-T. Matriks tersebut
dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal
yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan
yang dimilikinya. Jabaran masing-masing tipe strategi dari analisis SWOT dapat
dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Jabaran Tipe Strategi dari Analisis SWOT
Tipe Strategi Jabaran Tipe Strategi
Dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan
S-O memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan
memnfaatkan peluang sebesar-besarnya.
Merupakan strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki
S-T
perusahaan untuk mengatasi ancaman.
Diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan
W-O
cara meminimalkan kelemahan yang ada.
Didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha
W-T
meminimalkan kelemahan serta menghindari ancaman.
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional
Saat ini produk organik mulai berkembang dan diminati banyak orang.
Hal ini dapat dilihat dari banyaknya usaha pertanian yang menerapkan sistem
bertani secara organik serta peningkatan konsumsi masyarakat yang ingin bergaya
hidup sehat. Dari beberapa komoditas yang dapat dikembangkan dengan sistem
pertanian organik adalah komoditas hortikultura terutama untuk komoditas
sayuran. Salah satu kelompok tani yang bergerak dalam usaha produk sayuran
organik adalah kelompok tani Putera Alam, yang terletak di Desa Sukagalih,
Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor.
Dalam menjalankan usahanya kelompok tani Putera Alam mengalami
beberapa kendala, diantaranya kurangnya modal usaha, sehingga menyebabkan
kelompok tani Putera Alam sulit untuk mengembangkan usahanya. Terbatasnya
sarana dan prasarana, baik untuk kegiatan produksi maupun kegiatan
pendistribusian produk sayuran yang mereka hasilkan. SDM anggota tani masih
rendah, yang berdampak pada kurangnya sentuhan teknologi pada sistem produksi
sayuran organik dan lemahnya sistem manajemen organisasi pada kelompok tani
ini. Selain itu, pemahaman masyarakat akan pentingnya pangan sehat mulai
disadari dalam jangka waktu lama, sehingga terjadi peningkatan permintaan
produk sayuran organik di pasar. Oleh karena itu, kelompok tani perlu
merumuskan dan menyusun strategi yang tepat dengan mengidentifikasi faktor-
faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi keberlangsungan jalannya usaha
sayuran organik ini.
Penelitian ini mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan internal dan
eksternal yang menjadi kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman yang
akan dihadapi kelompok tani, sedangkan untuk merumuskan dan menyusun
strategi usaha yang tepat, terdapat tiga tahap yang perlu ditempuh. Tahap tersebut
meliputi tahap pengumpulan input dasar (the input stage), tahap pemanduan atau
pencocokan (the matching stage) dan tahap keputusan (the decision stage).
Operasional penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahap. Tahap
pertama meringkas informasi input dasar yang diperlukan untuk merumuskan
strategi, terdiri dari matriks IFE (Internal Factor Evaluating) dan Matriks EFE
(External Factor Evaluating). Faktor internal yang akan diteliti terdiri dari
manajemen, pemasaran, keuangan/ akuntansi, produksi/ operasi, penelitian dan
pengembangan, sistem informasi manajemen. Sedangkan faktor eksternal terdiri
dari ekonomi; sosial, budaya, demografi dan lingkungan; politik, pemerintah dan
hukum; teknologi; dan kekuatan kompetitif.
Tahap kedua untuk menghasilkan strategi alternatif yang layak dengan
memadukan faktor-faktor internal dan eksternal yang diperoleh dari tahap input
atau tahap pertama dari matriks IFE dan EFE. Teknik pada tahap kedua ini adalah
matriks I-E (Internal-External) yang diguanakan untuk mengetahui posisi
perusahaan saat ini dan matriks SWOT (Strengths-Weaknesses-Opportunities-
Threats) untuk menghasilkan strategi alternative yang layak.
Pada tahap ketiga akan diambil keputusan strategi mana yang menjadi
prioritas dengan menggunakan matriks perencanaan strategi kuantitatif atau
QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) sebagai rekomendasi strategi
yang harus dijalankan oleh kelompok tani tersebut.
Berdasarkan uraian di atas, maka bagan pemikiran operasional dalam
penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4.
Kelompok Tani Putera Alam

• Kurangnya modal usaha


• Sarana dan prasarana terbatas
• SDM anggota tani masih rendah
• Daerah pemasaran masih terbuka luas

Identifikasi Faktor-faktor Internal dan Eksternal Kelompok Tani

Analisis Lingkungan Internal : Analisis Lingkungan Eksternal :


• Manajemen • Ekonomi
• Pemasaran • Sosial, budaya, demografi, dan
• Keuangan/akuntansi lingkungan
• Produksi/operasi • Politik, hukum, dan pemerintah
• Penelitian dan Pengembangan • Teknologi
• Sistem Informasi Manajemen • Kompetitif

Matriks IFE Matriks EFE

Matriks IE Matriks SWOT

Alternatif Strategi Pengembangan Usaha

QSPM

Prioritas Strategi Terbaik

Gambar 4. Diagram Alir Kerangka Pemikiran Operasional


IV. METODE PENELITIAN

4.1. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan pada kelompok tani Putera Alam di desa
Sukagalih, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi
dilakukan secara sengaja (purvosive) dengan pertimbangan bahwa kelompok tani
Putera Alam merupakan satu-satunya kelompok tani yang mengusahakan sayuran
organik dibawah naungan GAPOKTAN Flamboyan desa Sukagalih, yang juga
merupakan kelompok tani binaan dibawah bimbingan Tim Academic Frontier
Research Project Institut Pertanian Bogor pada tahun 2008. Waktu penelitian
dimulai pada bulan Maret sampai dengan Agustus 2009.

4.2. Jenis dan Sumber Data


Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder, baik bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer diperoleh dari
hasil wawancara langsung dengan tiga orang responden yang terdiri dari ketua
kelompok tani, penyuluh dari Tim Academic Frontier Research Project Institut
Pertanian Bogor dan KASI Hortikultura Dinas Pernatian Kabupaten Bogor.
Jumlah responden dipilih berdasarkan tingkat pengaruhnya terhadap
perkembangan usaha kelompok tani Putera Alam.
Dalam pengolahan data, bobot yang diberikan terhadap ketiga responden
berbeda. Responden pertama yang merupakan pihak internal kelompok tani diberi
bobot 60 persen, sedangkan pihak eksternal yakni responden kedua dan ketiga
masing-masing diberi bobot 20 persen. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan
bahwa responden pertama lebih mengetahui kondisi internal kelompok tani dari
pada responden kedua dan ketiga. Selain itu, responden kedua dan ketiga tidak
mempunyai pengaruh dalam pengambilan kebijakan atau keputusan dalam
kelompok tani sehingga diberi bobot yang kecil. Pemberian bobot ini dilakukan
pada tahap penilaian rating.
Data sekunder diperoleh dari laporan-laporan lembaga yang erat kaitannya
dengan usaha sayuran organik. Data penunjang lainnya didapat dari situs internet,
artikel majalah, surat kabar, penelitian-penelitian terdahulu sebagai bahan
perbanding serta kumpulan informasi dari instansi-instansi yang terkait seperti
Badan Pusat Statistik (BPS) dan Dinas Pertanian.

4.3. Metode Pengumpulan Data


Pengumpulan data primer dilakukan dengan dua cara tahap, yaitu
pengamatan langsung (observasi) di lapangan dan wawancara terpandu dengan
kuesioner. Tahap pertama pengumpulan data primer dilakukan dengan
pengamatan langsung dan wawancara dengan responden untuk mendapatkan
gambaran umum tentang kelompok tani, kondisi kelompok tani saat ini, serta
kondisi lingkungan internal dan eksternal kelompok tani.
Tahap kedua, dengan memberikan kuesioner kepada setiap responden
yang dipilih. Kuesioner dibuat berdasarkan informasi yang diperoleh dari hasil
wawancara pada tahap pertama untuk merumuskan (mempertajam) hal-hal yang
berpengaruh terhadap kelompok tani terkait dengan penelitian. Data sekunder
diperoleh melalui pengajuan permintaan data kepada pihak kelompok tani, Badan
Pusat Statisik, Dinas Pertanian dan lembaga/ instansi lain yang berhubungan
dengan penelitian ini.

4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data


Data-data yang diperoleh dianalisis dan diolah secara kuantitatif dan
kualitatif melalui tiga tahapan, yaitu : tahap pengumpulan input (the input stage),
tahap pemanduan (the matching stage) dan tahap penetapan strategi (the decision
stage). Dalam mengidentifikasi masalah pertama digunakan tahap pengumpulan
data dengan strategi matrik IFE dan EFE, sedangkan untuk menganalisis masalah
selanjutnya digunakan strategi matrik I-E dan matrik SWOT. Untuk pemilihan
alternatif strategi yang tepat digunakan matrik QSPM (Quantitative Strategic
Planning Matrix). Hasil pengolahan data disajikan dalam bentuk tabel, bagan dan
uraian.

4.4.1. Analisis Matrik IFE dan EFE


Matrik IFE digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan
internal dan menggolongkannya menjadi kekuatan dan kelemahan perusahaan
melalui pembobotan. Sedangkan matrik EFE digunakan untuk mengidentifikasi
faktor-faktor lingkungan eksternal dan menggolongkannya menjadi peluang dan
ancaman perusahaan dengan melakukan pembobotan.
Tahap-tahap untuk mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan dalam
matrik IFE dan EFE adalah sebagai berikut :
1. Langkah awal yang dilakukan adalah mengidentifikasi daftar faktor-faktor
utama yang mempunyai dampak penting untuk aspek internal (kekuatan dan
kelemahan) dan eksternal (peluang dan ancaman) perusahaan. Identifikasi
faktor internal dengan mendaftarkan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki
organisasi, dalam penyajiannya, daftar kekuatan terlebih dahulu ditulis,
kemudian daftar kelemahan. Daftar harus spesifik menggunakan persentase,
rasio atau angka perbandingan. Data bersifat eksternal berasal dari wawancara
atau kuesioner dengan pihak yang mengetahui keadaan organisasi. Identifikasi
faktor eksternal organisasi dilakukan dengan mendaftarkan peluang dan
ancaman yang dimiliki organisasi. Hasil kedua identifikasi faktor-faktor
tersebut sebagai faktor penentu eksternal dan internal yang akan diberikan
bobot dan rating.
2. Penentuan bobot dilakukan dengan jalan mengajukan identifikasi faktor
strategis internal dan eksternal kepada pihak manajemen perusahaan dengan
menggunakan metode paired comparison atau metode perbandingan
berpasangan (David, 2006). Metode ini digunakan untuk memberikan
penilaian terhadap bobot setiap faktor penentu internal dan eksternal dengan
membandingkan setiap variabel pada baris (horizontal) dengan variabel pada
kolom (vertikal). Untuk menentukan bobot setiap faktor penentu internal dan
eksternal.
Untuk menentukan bobot setiap variabel digunakan skala 1, 2 dan 3. Skala
yang digunakan untuk pengisian kolom adalah :
1 : jika indikator horisontal kurang penting daripada indikator vertikal
2 : jika indikator horisontal sama penting dibandingkan indikator vertikal
3 : jika indikator horisontal lebih penting dibanding indikator vertikal
Untuk lebih jelasnya rancangan bentuk penilaian pembobotan dapat dilihat
pada Tabel 3 berikut.
Tabel 3. Penilaian Bobot Faktor Strategi Eksternal dan Internal
Faktor Penentu A B C D … Total Bobot
Xi
A
B
C
D

Total
Sumber : Kinnear dan Taylor (1991)

Bobot setiap faktor diperoleh dengan menentukan nilai setiap faktor


terhadap jumlah nilai keseluruhan faktor. Bobot yang diberikan pada setiap
faktor berada pada kisaran 0,0 (tidak penting) hingga 1,0 (paling penting).
Faktor-faktor yang dianggap mempunyai pengaruh terbesar pada prestasi
perusahaan diberi bobot tertinggi, tanpa mempedulikan apakah faktor tersebut
kunci kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman. Bobot setiap
variabel diperoleh dengan menentukan nilai setiap variabel terhadap jumlah
Xi
nilai keseluruhan variabel dengan menggunakan rumus : αi = i

∑ Xi
i =1

dimana : α i = bobot variabel ke-i i = 1,2,3,...,n

n = jumlah variabel X i = nilai variabel ke-i

Total bobot yang diberikan harus sama dengan 1,0. Pembobot ini
kemudian ditempatkan pada kolom kedua matrik IFE-EFE.
3. Menentukan rating antara 1 sampai 4 untuk setiap faktor, dimana untuk matrik
IFE, skala nilai peringkat untuk kekuatan yang digunakan yaitu :
1 = sangat lemah 3 = kuat
2 = lemah 4 = sangat kuat
Untuk faktor-faktor kelemahan kebalikan dari faktor kekuatan, dimana
skala 1 berarti sangat lemah dan skala 4 berarti sangat kuat. Sedangkan untuk
faktor strategis eksternal peluang bagi perusahaan diberi rating dengan sekala
yang digunakan yaitu :
1 = sangat rendah, respon kurang 3 = tinggi, respon diatas rata-rata
2 = rendah, respon sama dengan rata-rata 4 = sangat tinggi, respon superior
Untuk faktor-faktor ancaman merupakan kebalikan dari faktor peluang,
dimana skala 4 berarti sangat tinggi, respon superior terhadap perusahaan.
Skala 1 berarti rendah, respon kurang terhadap perusahaan. Rating didasarkan
pada efektifitas strategi perusahaan, serta rating juga berdasarkan pada kondisi
perusahaan.
4. Mengalikan nilai bobot dengan nilai rating untuk mendapatkan skor
pembobotan dan semua hasil kali tersebut dijumlahkan secara vertikal untuk
mendapatkan skor total bagi perusahaan yang dinilai. Hasil pembobotan dan
peringkat (rating) berdasarkan analisis situasi perusahaan dimasukkan dalam
matrik. Matrik IFE dan EFE diilustrasikan pada Tabel 4 dan 5.
Tabel 4. Analisis Matrik IFE
Faktor Kunci Internal Bobot Rating Bobot x Rating
Kekuatan :
-
-
Kelemahan :
-
-
Total
Sumber : David (2006)
Total skor pembobotan berkisar antara 1 sampai 4 dengan rata-rata 2,5.
Jika total skor IFE (3,0–4,0) berarti kondisi internal perusahaan tinggi/kuat,
(2,0–2,99) berarti kondisi internal perusahaan rata-rata/sedang dan (1,0–1,99)
berarti kondisi internal perusahaan rendah/lemah.
Tabel 5. Analisis Matrik EFE
Faktor Kunci Eksternal Bobot Rating Bobot x Rating
Peluang :
-
-
Ancaman :
-
-
Total
Sumber : David (2006)
Total skor pembobotan berkisar antara 1 sampai 4 dengan rata-rata 2,5.
Total skor EFE dikelompokkan dalam kuat (3,0–4,0) berarti perusahaan
merespon kuat terhadap peluang dan ancaman yang mempengaruhi
perusahaan, rata-rata (2,0–2,99) berarti perusahaan merespon sedang terhadap
peluang dan ancaman yang ada dan lemah, (1,0–1,99) berarti perusahaan tidak
dapat merespon peluang dan ancaman yang ada.

4.4.2. Analisis Matrik I-E (Internal-Eksternal)


Posisi perusahaan dalam industri di analisis dengan alat bantu matrik I-E.
Matrik ini berupa pemetaan skor total matrik IFE dan EFE yang telah dihasilkan
pada tahap-tahap input. Ilustrasi matrik I-E dapat dilihat pada gambar 4. Sumbu
horisontal pada matrik I-E menunjukkan skor total IFE sedangkan pada sumbu
vertikal menunjukkan total skor EFE. Tujuan penggunaan matrik ini adalah untuk
memperoleh strategi bisnis di tingkat divisi unit bisnis yang lebih detail.
Total Nilai IFE Yang Diberi Bobot
Kuat Rata-rata Lemah
4,0 3,0-4,0 2,0-2,99 1,0-1,99
Tinggi
Total Nilai EFE Yang

(I) (II) (III)


3,0-4,0 3,0
Diberi Bobot

Menengah
(IV) (V) (VI)
2,0-2,99 2,0
Rendah
(VII) (VIII) (IX)
1,0-1,99 1,0

Gambar 5. Ilustrasi Matriks I-E


Sumber : David (2006)

Diagram tersebut dapat mengindentifikasikan sembilan sel strategi


perusahaan dalam matrik I-E, tetapi pada prinsipnya kesembilan sel itu dapat
dikelompokkan menjadi strategi utama, yaitu :
1. Strategi tumbuh dan bina (growth and build), yang berada pada sel I, II dan IV.
Strategi yang tepat untuk diterapkan adalah strategi intensif (penetrasi pasar,
pengembangan pasar dan pengembangan produk) atau strategi integratif
(integrasi ke depan, ke belakang dan horisontal).
2. Strategi mempertahankan dan memelihara (hold and maintain), yang berada
pada sel III, V, atau VII. Strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk
merupakan dua strategi yang terbanyak dilakukan untuk tipe-tipe divisi ini.
3. Strategi panen atau divestasi (harvest or divest), yang berada pada sel VI, VIII,
IX. Strategi yang umum dipakai adalah strategi divestasi, dan strategi
likuidasi.
Organisasi yang sukses dapat mencapai portofolio bisnis, yang diposisikan
berada dalam atau di sekitar sel I dalam matrik I-E. Nilai-nilai IFE dikelompokkan
dalam kuat (3,0–4,0), sedang (2,0–2,99), dan lemah (1,0–1,99). Sedangkan nilai-
nilai EFE dapat dikelompokkan dalam tinggi (3,0–4,0), sedang (2,0–2,99), dan
rendah (1,0–1,99) (David, 2006).

4.4.3. Analisis Matrik SWOT (Strengths, Weakness, OpportunitI-Es, Threats)


Matrik SWOT digunakan untuk menyusun strategi kelompok tani. Matrik
ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman yang
dihadapi perusahaan disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang
dimilikinya. Matrik ini dapat menghasilkan empat sel kemungkinan alternatif
strategi S-O, strategi W-O, strategi W-T, dan strategi S-T. Langkah-langkah
menyusun matrik SWOT adalah sebagai berikut :
1. Tuliskan peluang eksternal perusahaan yang menentukan
2. Tuliskan ancaman eksternal perusahaan yang menentukan
3. Tuliskan kekuatan internal perusahaan yang menentukan
4. Tuliskan kelemahan internal perusahaan yang menentukan
5. Mencocokkan kekuatan internal dengan peluang eksternal dan mencatat
resultan strategi S-O dalam sel yang tepat.
6. Mencocokan kelemahan internal dengan peluang eksternal dan mencatat
resultan strategi WO dalam sel yang tepat.
7. Mencocokan kekuatan internal dengan ancaman eksternal dan mencatat
resultan strategi S-T dalam sel yang tepat.
8. Mencocokan kelemahan internal dengan ancaman eksternal dan mencatat
resultan strategi W-T dalam sel yang tepat.
Tabel 6. Matrik SWOT
Internal STRENGTH-S WEAKNESS-W
Kekuatan Kelemahan

Eksternal Internal Perusahaan Internal perusahaan

OPPORTUNITIES-O STRATEGI S-O STRATEGI W-O


Peluang Gunakan kekuatan untuk Atasi kelemahan dengan

Eksternal Perusahaan memanfaatkan peluang memanfaatkan peluang

THREATS-T STRATEGI S-T STRATEGI W-T


Ancaman Gunakan kekuatan untuk Meminimumkan kelemahan

Eksternal Perusahaan menghindari ancaman dan menghindari ancaman

Sumber : David (2006)

Hasil dari matrik SWOT ini sendiri diharapkan dapat memberikan


beberapa alternatif strategi pengembangan usaha yang dapat dipilih oleh
kelompok tani agar tujuan awal tercapai dan kegiatan usaha kelompok tani dapat
memberikan hasil yang maksimal.

4.4.4. Analisis QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix)


Setelah mengembangkan sejumlah alternatif strategi, kelompok tani harus
mampu mengevaluasi dan kemudian memilih strategi yang terbaik dan paling
cocok dengan kondisi internal perusahaan serta lingkungan eksternal. Penggunaan
QSPM dapat dilihat pada Tabel 7. Ada enam langkah yang harus diikuti untuk
membuat matrik QSPM yaitu :
1. Menyusun daftar kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang sama
dengan matrik SWOT.
2. Memberikan bobot untuk masing-masing kekuatan, kelemahan, peluang dan
ancaman. Bobot ini sama dengan bobot yang diberikan pada matrik IFE dan
EFE.
3. Menyusun alternatif strategi yang akan dievaluasi.
4. Menetapkan nilai daya tarik (Attractiveness Scores - AS) yang berkisar antara
1 sampai 4. Nilai 1 = tidak menarik, 2 = agak menarik, 3 = cukup menarik, 4 =
sangat menarik. Bila tidak ada pengaruhnya terhadap alternatif strategi yang
sedang dipertimbangkan tidak diberikan nilai (AS).
5. Menghitung total nilai daya tarik (Total Attractiveness Scores–TAS),
kemudian mengalikan bobot dengan nilai daya tarik (AS).
6. Menghitung jumlah total nilai daya tarik (TAS). Alternatif strategi yang
memiliki nilai total terbesar merupakan strategi yang paling baik.
Tabel 7. Analisis QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix)
Alternatif Strategi
Faktor-Faktor Bobot
Strategi I Strategi II Strategi III
Sukses Strategi
AS TAS AS TAS AS TAS
Kekuatan
-
Kelemahan
-
Peluang
-
Ancaman
-
Total

Sumber : David (2006)


Keterangan :
AS = Attractiveness Scores (Nilai Daya Tarik)
TAS = Total Attractiveness Scores (Total Nilai Daya Tarik)
Keunggulan QSPM adalah bahwa strategi dapat dievaluasi secara bertahap
atau bersama-sama dan tidak ada batasan untuk jumlah strategi yang dapat
dievaluasi dan memanfaatkan emua informasi eksternal dan internal yang
dimiliki. Selain itu, QSPM dapat diadaptasi untuk digunakan oleh organisasi
besar, kecil, berorientasi laba maupun nirlaba dan dapat diaplikasikan untuk
hamper semua tipe organisasi.
Keterbatasan QSPM selalu membutuhkan penilaian intuitif dan asumsi
yang mendasar yaitu didasarkan pada informasi yang objektif . QSPM hanya
dapat bermanfaat sebagai informasi pendahuluan dan analisis pencocokan yang
mendasari penyusunannya serta subjektif sangat tinggi, artinya bergantung pada
pengalaman pengambil keputusan.
V. GAMBARAN UMUM KELOMPOK TANI

5.1. Keadaan Umum Lokasi Penelitian


Kelompok tani Putera Alam merupakan kelompok tani yang bergerak di
bidang budidaya tanaman organik, yang terletak di Desa Sukagalih. Desa
Sukagalih merupakan desa yang terdapat di wilayah Kecamatan Megamendung
Kabupaten Bogor dengan luas wilayah 247.220 hektar. Terdiri dari dua dusun, 4
rukun warga dan 20 rukun tetangga. Adapun dusun yang terdapat di Desa
Sukagalih yaitu Dusun Lemah Nendeut dan Dusun Bojong Keji. Desa Sukagalih
memiliki batas-batas wilyah sebagai berikut :
Sebelah Utara : Berbatasan dengan Desa Sukakarya
Sebelah Timur : Berbatasan dengan Desa Kuta
Sebelah Selatan : Berbatasan dengan PTPN VIII Gunung Mas
Sebelah Barat : Berbatasan dengan Desa Sukamanah dan Desa Sukaresmi.
Desa Sukagalih memiliki ketinggian 850 m di atas permukaan laut. Suhu
udara rata-rata harian 20,8-24,8 0C, dengan curah hujan rata-rata 2.145 mm per
tahun.

5.2. Sejarah Singkat Kelompok Tani Putera Alam


Kelompok tani Putera Alam telah berdiri kurang lebih selama dua tahun,
terhitung sejak tanggal 17 Maret 2007, yang beranggotakan 12 orang anggota.
Pada awalnya ke 12 orang petani tersebut merupakan petani individu yang
membudidayakan tanaman singkong dan sayuran semi organik. Kebanyakan lahan
yang diguanakan oleh para petani untuk bercocok tanam merupakan lahan sewaan
dan garapan. Luas lahan per orang petani yang digunakan untuk budidaya sayuran
berkisar 0,5-1 ha dengan status kepemilikan lahan yang berbeda-beda. Luas lahan
dan status kepemilikan lahan dapat di lihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Luas Lahan dan Status Kepemilikan Lahan per Anggota Kelompok Tani
Putera Alam
No. Nama Luas Lahan (Ha) Status Kepemilikan Lahan
1 Debih 0,5 Sewa
2 Acas 1 Milik sendiri
3 Ukar 0,5 Garapan
4 Baban 0,5 Garapan
5 Juli 0,5 Garapan
6 Rahmad Hidayat 1 Sewa
7 Apud 0,5 Milik sendiri
8 Upah 0,5 Sewa
9 Banan 0,5 Sewa
10 Jaja 0,5 Sewa
11 Pahru 0,5 Garapan
12 H. Mansur 1 Milik sendiri
Sumber: Data Primer

Perkembangan Desa Sukagalih sebagai salah satu wilayah penghasil


sayuran di Kabupaten Bogor mendapat perhatian dari dinas pertanian setempat.
Beberapa petani sering diberi kesempatan untuk mengikuti pelatihan-pelatihan
peningkatan kualitas sumberdaya manusia sektor pertanian.
Dengan mengikuti berbagi pelatihan tersebut, cara berfikir petani
perlahan-lahan mulai berubah dan petani pun menjadi lebih terbuka dalam
menerima perkembangan-perkembangan baru khususnya di bidang pertanian.
Beberapa orang petani mulai membentuk kelompok tani dengan bimbingan dari
dinas pertanian setempat dan bergabung dalam gabungan kelompok tani
(GAPOKTAN) Flamboyan. Karena beberapa kelmpok tani yang tergabung dalam
GAPOKTAN Flamboyan sebagian besar merupakan kelompok tani yang bergerak
di bidang budidaya sayuran konvensional dan tanaman kehutanan, maka
dibentuklah satu kelompok kecil yang khusus bergerak di bidang budidaya
sayuran organik yaitu kelompok tani Putera Alam. Selian itu, landasan lain
terbentuknya kelompok tani Putera Alam ini adalah pemikiran dari para petani
mengenai harga produksi yang melambung tinggi (seperti pupuk, benih dan
lainnya), harga jual sayuran konvensional yang tidak stabil dan untuk memotong
mata rantai pemasaran sayuran, sehingga penerimaan petani tidak begitu rendah.
Kelompok tani Putea Alam juga menjalin kerjasama dengan Tim Academic
Frontier Research Poject Institut Pertanian Bogor pada tahun 2008. Bentuk
kerjasama yang dilakukan adalah pengembangan pertanian sayuran organik,
dimana Tim Academic Frontier Research Poject memberikan penyuluhan tentang
teknik budidaya seperti persemaian, penanaman, pemeliharaan tanaman dan
pemantauan hama, serta berbagai teknologi diberikan kepada kelompok tani
seperti tumpang sari, mulsa plastik, mulsa jerami, net dan plastik sebagai
penghalang. Beberapa jenis sayuran organik yang diproduksi oleh kelompok tani
Putera Alam antara lain brokoli, kubis, wortel, kailan, sawi, caesim, pakcoy,
bayam, buncis, tomat, terong, kangkung, selada, cabai, jagung semi/ baby corn,
kacang panjang dan kacang tanah.
Dalam pelaksanaan usahanya, kelompok tani Putera Alam berbeda dengan
kelompok tani pada umumnya. Perbedaan itu terlihat pada lahan yang diolah atau
diusahakan. Jika pada umumnya para anggota kelompok tani yang tergabung di
dalam satu kelompok tani membudidayakan sayuran organik pada satu lahan
dengan luasan tertentu, waktu atau jam kerja yang sama dan pembagian hasil yang
sama, akan tetapi para anggota kelompok tani Putera Alam ini tetap melaksanakan
kegiatan budidayanya pada lahan yang mereka sewa atau garap dengan luasan
berbeda setiap orangnya yang tidak tergabung menjadi satu dan terletak di
berbagai tempat di desa Sukagalih. Kelompok tani hanya sebagai wadah atau
tempat bagi para anggota tani menyalurkan produk sayurannya untuk kemudian
dipasarkan. Selain itu, kelompok tani juga merupakan tempat berkumpul para
anggota tani dalam mencurahkan keluh dan kesah, berbagi pengalaman atau
bertukar pikiran dan lain sebagainya. Adapun target yang ingin dicapai dari
didirikannya kelompok tani ini adalah :
1. Kedepannya petani tidak lagi dibohongi oleh pengusaha atau tengkulak dalam
masalah harga, sehingga penerimaan petani dapat mencukupi kehidupannya,
2. Para petani dapat ikut serta menyukseskan program pemerintah ”Go Organik
2010”.
3. Dapat mempertahankan kelangsungan usaha petani di bidang pertanian
organik.

5.3. Sumberdaya Manusia/ Pekerja Kelompok Tani Putera Alam


Manajemen sumberdaya manusia (SDM) yang dijalankan oleh kelompok
tani Putera Alam belum mengikuti kaidah manajemen SDM yang ideal. Walaupun
telah terdapat pembagian tugas dan wewenang dalam suatu hierarki yang
disepakati bersama, tetapi dalam pelaksanaannya pembagian tugas dan wewenang
masih tumpang tindih. Pada kenyataannya masih banyak yang belum memahami
posisisnya dalam menjalankan tugas dan wewenang, sehingga masih sering
mengandalkan ketua.
Dalam menjalankan tugas, prinsip kekeluargaan selalu ditanamkan dalam
organisasi ini, sehingga menimbulkan iklim kerja yang kondusif. Karyawan/
pekerja kelompok tani Putera Alam terdiri dari anggota dan pekerja lepas. Jumlah
anggota kelompok tani Putera Alam saat ini berjumlah 12 orang anggota.
Sedangkan untuk pekerja lepas tergantung dari kebutuhan masing-masing anggota
tani, dimana pekerja lepas ini diperoleh dari daerah sekitar. Kebutuhan pekerja
lepas rata-rata untuk lahan seluas 0,5 hektar adalah satu orang, sedangkan lahan
seluas 1 hektar adalaha dua orang.
Untuk tingkat pendidikan anggota tani tidak ada syarat khusus, kelompok
tani ini lebih mengutamakan kemauan keras. Ketua kelompok tani Putera Alam
adalah lulusan SLTP, sedangkan anggota lainnya adalah lulusan SD. Akan tetapi,
pengalamannya di bidang pertanian organik sudah cukup banyak. Beliau sangat
sering mengikuti pelatihan pertanian organik di tingkat nasional, seperti pelatihan
pertanian organik yang diadakan oleh salah satu LSM di Bogor. Selain itu, beliau
juga sangat sering diutus mewakili kelompok tani untuk menghadiri pelatihan-
pelatihan di bidang pertanian yang diadakan oleh pemerintah lokal maupun
nasional.
Sebagian besar penduduk di desa Sukagalih bekerja sebagai buruh tani dan
petani. Mata pencaharian terbesar penduduk Desa Sukagalih adalah di bidang
pertanian (Tabel 9).
Tabel 9. Mata Pencaharian Penduduk Desa Sukagalih
No. Mata Pencaharian Jumlah (Orang)
1 Pertanian 677
2 Dagang 126
3 Industri 146
4 Jasa 86
5 Pegawai Negeri 24
6 TNI 1
7 POLRI 1
8 Pensiunan 153
Sumber: Laporan Bulanan Penduduk Desa Sukagalih (April 2009)
Berdasarkan data tersebut, bahwa penduduk sekitar banyak berkecimpung
dalam pertanian khususnya budidaya sayuran yang merupakan andalan desa
Sukagalih. Hal ini memudahkan kelompok tani untuk memperoleh pekerja lepas
dalam proses produksi yang diusahakan.

5.4. Struktur Organisasi Kelompok Tani Putera Alam


Kelompok tani Putera Alam ini diketuai oleh Bapak Rahmad Hidayat.
Ketua kelompok tani memiliki jalur komando kepada wakil ketua, sekretaris dan
bendahara yang ada di bawahnya. Masing-masing memiliki hak dan wewenang
yang saling mendukung. Jumlah anggota kelompok tani Putera Alam ini adalah 12
orang anggota aktif. Secara struktural kelompok tani Putera Alam memiliki
hierarki sebagai berikut :
Ketua

Sekretaris Wakil Ketua Bendahara

Anggota

Gambar 6. Struktur Organisasi Kelompok Tani Putera Alam


Sumber : Kelompok Tani Putera Alam

5.5. Kegiatan Usaha Kelompok Tani Putera Alam


Aktifitas bisnis kelompok tani Putera Alam terdiri dari tiga subsistem
usaha. Ketiga subsistem usaha tersebut yaitu kegiatan budidaya, kegiatan
pemasaran dan kegiatan kemitraan. Masing-masing kegiatan tersebut akan
dijelaskan berikut ini.

5.5.1. Kegatan Budidaya


Pada umumnya kegiatan budidaya terdiri dari beberapa tahapan, yaitu
persiapan lahan, persemaian, penanaman, pemeliharaan dan pemanenan. Kegiatan
yang termasuk dalam persiapan lahan adalah sanitasi lahan, pencangkulan,
pembentukan bedeng, pemupukan dan penyiraman. Kegiatan persemaian dimulai
dengan menyiapkan benih, menyiapkan media benih, perkecambahan,
menyiapkan kecambah ke polybag semai, perawatan yang terdiri dari
pengendalian hama dan penyakit.
Kegiatan penanaman dimulai dengan menentukan pola tanam, pembuatan
lubang tanam dan penanaman. Pemeliharaan tanaman meliputi kegiatan
penyulaman tanaman yang mati, penyiraman, pemasangan ajir, penyiangan,
pemupukan serta pengendalian hama dan penyakit. Tahapan dalam pemanenan
meliputi pemilihan tanaman yang siap panen, pemetikan hasil, pengangkutan dan
penyortiran.

5.5.2. Kegiatan Pemasaran


Pemasaran merupakan kegiatan distribusi barang atau jasa yang dihasilkan
dari produsen kepada konsumen akhir, sehingga dalam aliran barang dan jasa
tersebut akan terbentuk suatu sistem pemasaran. Keberhasilan kegiatan suatu
usaha tidak terlepas dari pelaksanaan pemasarannya.
Dalam subsistem pemasaran, kelompok tani Putera Alam melakukan
kegiatan usaha suplay sayuran baik secara langsung ke konsumen maupun melalui
perantara supplier. Secara umum kegiatan yang dilakukan dalam pemasaran
adalah mengetahui permintaan pasar, menyediakan produk sayuran, kegiatan
pasca panen yang terdiri dari penyortiran dan gradding, menimbang dan
mengemas produk dan pencatatan dalam buku penjualan. Kegiatan pasca panen
dimulai dengan mengeluarkan sayuran dan diangin-anginkan, kemudian disortasi
dari kotoran yang terbawa seperti daun atau kotoran lainnya dan dilakukan
gradding, terakhir pengemasan produk dengan menggunakan plastik berukuran 5-
10 kg atau tergantung berat yang diminta.
Kegiatan distribusi langsung ke konsumen yang dilakukan kelompok tani
Putera Alam ini ditujukan untuk memperpendek saluran pemasaran dan untuk
mengetahui secara langsung apa yang diinginkan konsumen, sehingga dapat lebih
mudah membina hubungan baik dengan pelanggan agar dan pelanggan mau
melakukan pembelian berulang. Kegiatan ini juga dimaksudkan untuk menjamin
bahwa sayuran yang dipasarkan benar-benar organik ketika sampai dikonsumen
akhir. Hal ini juga dilakukan mengingat adanya kecurangan yang telah terjadi,
yang dilakukan oleh beberapa supplier selama ini. Sistem harga yang diterapkan
adalah harga flat, artinya tidak tergantung hukum ekonomi permintaan dan
penawaran. Apabila produksi rendah dan permintaan tinggi, maka kelompok tani
tetap memberlakukan harga awal atau tidak melakukan kenaikan harga. Hal ini
dikarenakan produk sayuran organik tidak dipengaruhi dengan adanya kenaikan
harga pupuk kimia, pestisida, ataupun hormon pertumbuhan, sehingga harga
produk sayuran tersebut tetap.

5.5.3. Kemitraan
Kemitraan adalah suatu kerjasama kelompok tani dengan pengusaha
sayuran organik lain, dengan tujuan meningkatkan produksi dan menambah
keuntungan baik dipihak pengusaha lain maupun kelompok tani itu sendiri.
Manfaat kerjasama dengan mitra ini bagi kelompok tani adalah mendapatkan
jaminan komoditi sayuran untuk kegiatan supply ke konsumen, meningkatkan
penjualan dan mengurangi jumlah biaya yang dikeluarkan usahatani sayuran
organik.
Beberapa pengusaha sayuran organik yang terletak di Desa Sukagalih
seperti Kebun Kita Organik Farm dan Benny’s Organik telah melakukan
kerjasama dengan kelompok tani. Para pengusaha ini mengambil beberapa jenis
produk sayuran organik yang diproduksi oleh kelompok tani untuk mencukupi
permintaan pada perusahaan mereka.
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1. Analisis Lingkungan Internal


Proses Analisis terhadap faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan
kelemahan usaha sangat perlu dilakukan. Faktor-faktor yang menjadi kekuatan
dan kelemahan dalam suatu usaha berasal dari faktor manajemen, pemasaran,
keuangan/ akuntansi, produksi/ operasi, penelitian dan pengembangan, serta
sistem informasi.

6.1.7. Manajemen
Terdapat lima fungsi manajemen yaitu perencanaan, pengorganisasian,
pemberian motivasi, pengelolaan staf, dan pengendalian.
1) Perencanaan, adalah proses cara yang paling efektif untuk mencapai tujuan
yang diharapkan, dan menyiapkan bagaimana mengatasi kesulitan yang tidak
diharapkan dengan sumberdaya yang cukup. Maka dari itu perencanaan
sangatlah penting bagi suatu usaha karena dapat menentukan cara
menjalankan pekerjaan dengan efisien. Perencanaan pada kelompok tani
Putera Alam belum tersusun dengan baik karena tidak tertulis sehingga tidak
dapat dilaksanakan secara sistematis. Tanpa adanya perencanaan secara
tertulis, kelompok tani akan mengalami kesulitan dalam mengukur dan
mengevaluasi kinerja anggota, sehingga tidak dapat mengetahui tercapai
tidaknya terget kelompok tani.
2) Pengorganisasian menetukan tugas dan tanggungjawab masing-masing
sumberdaya manusia dalam melakukan kegiatan usaha. Pengorganisasian di
kelompok tani Putera Alam masih belum terlaksana dengan baik, hal ini
terlihat dari masih sering terjadi ketidakjelasan tugas dan tanggungjawab
antara masing-masing bagian.
3) Pemberian motivasi, sebagai proses memengaruhi orang untuk mencapai
tujuan tertentu. Ketua kelompok tani dibantu oleh Dinas Pertanian setempat
memberikan motivasi terhadap anggota degan cara mengikut sertakan anggota
kelompok tani dalam acara pelatihan khususnya pelatihan di bidang pertanian
organik secara bergiliran.
4) Pengelolaan staf, mencakup aktivitas perekrutan, wawancara, pengujian,
penyeleksian, pengorientasian, pelatihan, pengembangan, pengevaluasian,
pengkompensasian, pendisiplinan, dan pemecatan karyawan. Pengelolaan staf
belum diterapkan di perusahaan karena bentuk usahanya masih usaha skala
kecil sehingga struktur organisasinya masih sederhana.
5) Pengendalian terdiri atas penetapan standar kerja, mengukur kinerja individu
dan organisasi, membandingkan kinerja aktual dengan standar kinerja yang
direncanakan, dan melakukan tindakan korektif. Pengendalian pada kelompok
tani belum terlaksana dengan baik karena tidak terdapat data yang lengkap
mengenai kegiatan produksi/ operasinya, sehingga pengendalian untuk
evaluasi strategi yang dijalankan tidak dapat dilakukan.

6.1.8. Pemasaran
Ada tujuh fungsi dasar pemasaran, yaitu:
1) Analisis pelanggan, informasi yang dihasilkan oleh analisis pelanggan dapat
menjadi penting dalam pengembangan pernyataan misi yang efektif.
Kelompok tani selalu berusaha memenuhi apa yang menjadi keinginan-
keinginan dari konsumennya seperti ukuran produk sayuran yang tidak terlalu
tua dan tidak pula terlalu muda, serta menjaga kualitas produk sayurannya
tetap organik, sehingga loyalitas konsumen tetap terjaga.
2) Penjualan produk/jasa, implementasi strategi yang berhasil biasanya
bergantung pada kemampuan organisasi untuk menjual beberapa produk atau
jasa. Penjualan produk sayuran organik pada kelompok tani Putera Alam lebih
difokuskan kepada pelanggan-pelanggan tetap, tanpa diikuti pencarian
peluang-peluang pasar sehingga kelompok tani belum dapat memanfaatkan
pasar-pasar yang berpotensi.
3) Perencanaan produk dan jasa penting khususnya ketika kelompok tani
melakukan pengembangan produk atau diversifikasi. Perencanaan produk
belum dapat dilaksanakan sepenuhnya oleh kelompok tani, karena
keterbatasan sumberdaya manusia profesional yang tidak mendukung.
4) Penetapan harga, pembuat strategi harus memandang harga dari perspektif
jangka pendek dan jangka panjang, karena pesaing dapat meniru perubahan
harga dengan relatif mudah. Sistem harga yang diterapkan adalah harga flat,

45
artinya tidak tergantung hukum ekonomi permintaan dan penawaran. Apabila
produksi rendah dan permintaan tinggi, maka kelompok tani tetap
memberlakukan harga awal atau tidak melakukan kenaikan harga.
5) Distribusi mencakup pergudangan, saluran distribusi, cakupan distribusi,
tingkat dan lokasi persediaan, alat transportasi, dan penjual partai besar.
Kelompok tani Putera Alam menjual produknya baik secara langsung ke
konsumen maupun melalui supplier langganan. Distribusi produk pada
kelompok tani ini kurang dapat berjalan dengan baik, hal ini dikarenakan
kelompok tani belum memiliki sarana transportasi.
6) Riset pemasaran adalah pengumpulan, pencatatan, dan analisis data secara
sistematis tentang masalah yang berkaitan dengan pemasaran barang dan jasa.
Riset pemasaran belum dapat dilakukan sepenuhnya oleh kelompok tani
Putera Alam karena pencatatan data dari kegiatan produksi dan penjualan
belum sesuai dengan sistem akuntansi, sehingga data tidak terkumpul dan
tidak dapat dianalisis.
7) Analisis peluang melibatkan evaluasi terhadap biaya, manfaat, dan risiko yang
berhubungan dengan keputusan pemasaran. Kelompok tani belum dapat
memanfaatkan peluang sepenuhnya terutama dalam pelaksanaan pemasaran
produk, karena penjualan produk hanya dilakukan pada pelanggan-pelanggan
tetap saja tanpa adanya promosi ke pasar-pasar yang memiliki potensi besar.

6.1.9. Keuangan/ Akuntansi


Modal merupakan variabel yang sangat penting dalam menjalankan suatu
kegiatan usaha terkait dengan bagaimana perusahaan mendapatkan modal usaha,
melakukan investasi, penggunaan pembiayaan usaha, dan perhitungan keuntungan
yang ingin dicapai. Modal kelompok tani Putera Alam adalah modal perseorangan
masing-masing anggota kelompok tani. Tidak ada iuran khusus dari para anggota
kelompok tani ini, karena kelompok tani hanya berfungsi sebagai wadah atau
tempat bagi para anggota tani menyalurkan produk sayurannya untuk kemudian
dipasarkan.
Pencatatan keuangan di kelompok tani dibuat sangat sederhana, hanya
mencakup penjualan dan penerimaan yang bersifat sementara pada jangka waktu
yang sangat singkat. Kelompok tani belum menerapkan pencatatan keuangan yang
sesuai dengan sistem akuntasi. Ini merupakan kelemahan bagi kelompok tani

46
karena perhitungan keuntungan atau kerugian kelompok tani sulit untuk diketahui,
sehingga dapat menjadi hambatan dalam menetukan perencanaan kegiatan
produksi ataupun peningkatan laba kelompok tani.

6.1.10. Produksi/ Operasi


Produksi sayuran organik dimulai sejak berdirinya kelompok tani Putera
Alam pada tanggal 17 Maret 2007, sebelumnya beberapa petani telah menjalankan
usahatani secara semi organik. Kegiatan pembudidayaan sayuran organik di
kelompok tani Putera Alam meliputi persiapan media persemaian, pembibitan,
persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan tanaman (pemupukan, penyiraman,
penyiangan atau perompesan dan penyulaman) serta pengendalian hama dan
penyakit tanaman, panen dan pasca panen. Peralatan yang digunakan dalam
pengolahan secara umum sama dengan pertanian lainnya dan masih sederhana
yaitu masih menggunakan cangkul, kored, pisau, gunting, pinset dan sebagainya.
Secara umum proses kegiatan pembudidayaan di kelompok tani Putera Alam
adalah sebagai berikut :

Persiapan Media

Pembibitan

Persiapan Lahan

Penanaman

Pemeliharaan Tanaman

Pemupuka Penyirama Penyiangan/ Perompesan Pengendalian Hama


Dan Penyulaman Dan Penyakit Tanaman

Panen

Pasca Panen

Gambar 7. Tahapan Proses Produksi pada Kelompok Tani Putera Alam

47
1) Persiapan Media Persemaian
Proses awal adalah persiapan media persemaian menggunakan sekam.
Pembakaran sekam biasanya dilakukan pada sore hari dan selesai pada pagi
harinya. Sekam didinginkan dengan penyiraman air dan diserakkan agar sekam
tidak menjadi abu. Sekam yang telah didinginkan dicampur dengan tanah, pupuk
bokashi (kotoran ayam, kambing atau sapi), dolomit atau kapur dan urine
kambing/ sapi aduk hingga merata menggunakan cangkul dan sekop. Media
persemaian tersebut kemudian dimasukkan kedalam wadah atau tempat yang
sudah disiapkan.

Gambar 8. Media Persemaian Benih pada Kelompok Tani Putera Alam

2) Pembibitan
Pembibitan dilakukan secara terjadwal dan biasanya setelah proses
pemanenan. Awal dari pembibitan yaitu penyemaian. Sebelum disemai, benih
terlebih dahulu direndam dengan air hangat selama 1-2 jam untuk menghilangkan
sisa-sisa bakteri dan cendawan yang bisa mengganggu proses pertumbuhan
tanaman. Dalam perendaman, jika ada benih yang mengapung harus diambil.
Benih yang telah direndam kemudian ditanam dalam media persemaian yang telah
disiapkan.

3) Persiapan Lahan
Persiapan lahan meliputi pembersihan lahan, pengolahan tanah, pemberian
dolomit (kapur), pemupukan dan pembuatan bedengan serta penyiraman. Fungsi
pembersihan lahan adalah untuk menghilangkan gulma yang mengganggu
pertumbuhan. Pengolahan tanah dilakukan agar tidak terjadi pertukaran unsur hara
baru yang terkandung di dalam lapisan tanah. Kemudian pemupukan dilakukan

48
untuk menetralkan kadar keasaman tanah, perlakuan pemupukan tergantung pada
jenis tanamannya. Terakhir dalam proses penyiapan lahan adalah membuat
bedengan dengan tinggi sekitar 30 cm. Setelah lahan diolah dan bedengan
dibentuk, lalu ditaburkan pupuk bokashi sebanyak dua kali dan disiram secara
merata.

4) Penanaman
Cara penanaman komoditi sayuran berbeda-beda antara yang satu dengan
yang lainnya, sehingga harus memperhatikan karakteristik tanaman yang akan
ditanam. Penanaman diawali dengan pembuatan lubang tanaman pada bedengan
dengan jarak dan kedalaman sesuai dengan jenis sayuran yang akan ditanam.
Penanaman yang dilakukan kelompok tani adalah sesuai dengan banyaknya
permintaan perkomoditi sayuran tersebut.

5) Pemeliharaan Tanaman
Pemeliharaan tanaman adalah suatu upaya yang direalisasikan untuk
mempertahankan kualitas produk yang dihasilkan pada saat panen. Kegiatan
dalam pemeliharaan tanaman terdiri dari pemberian pupuk atau nutrisi yang
berimbang/ pemupukan, penyiraman, penyiangan/ perompesan dan penyulaman
serta pengendalian hama dan penyakit tanaman.
a. Pemupukan
Ada dua macam pupuk yang digunakan oleh kelompok tani Putera Alam,
yakni pupuk cair dan kompos. Pupuk cair terbuat dari sampah daun, kotoran
ternak dan air yang dicampur menjadi satu dalam tempat yang telah disediakan
yaitu berupa lubang yang dilapisi oleh plastik. Sedangkan kompos terbuat dari
kotoran kambing, daun bambu, sampah kebun/ sampah daun dan bahan pengurai
seperti nenas, tempe, pisang/ kulit pisang dan bawang merah.
b. Penyiraman
Teknik penyiraman dilakukan secara manual menggunakan ember
disertakan dengan pemberian nutrisi (pupuk cair organik). Ketika menghadapi
musim kemarau seperti saat sekarang ini, penyiraman dilakukan secara rutin.
Tetapi untuk musim-musim biasanya penyiraman dilakukan tiga kali dalam satu
minggu.

49
c. Penyiangan/ Perompesan dan Penyulaman
Penyiangan/ perompesan adalah membuang tanaman baik berupa daun
maupun buah yang terkena penyakit dan membuang tanaman liar. Proses
penyiangan/ perompesan tanaman dari berbagai tanaman pengganggu dilakukan
diluar dan didalam bedengan. Penyulaman hanya untuk mengganti kembali
tanaman yang sudah rusak.
d. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman
Alternatif yang dilakukan oleh kelompok tani terhadap hama dan penyakit
pada tanaman adalah dengan penyemprotan menggunakan perstisida cair organik,
penggunaan pestisida alami seperti menanam bunga lavender, sereh wangi,
kacang babi, bunga cikotok dan sebagainya. Teknik lain yang dilakukan olek
kelompok tani yakni mengambil langsung serangga maupun ulat yang menempel
pada sayuran dengan tangan.

6) Panen
Penentuan jadwal panen ditentukan oleh permintaan dari supplier dan
konsumen. Panen dilakukan setelah tanaman masak dengan kriteria ketinggian
tanaman, umur tanaman, berat rata-rata, tidak cacat dan warna buah sesuia dengan
jenis tanaman. Pemanenam dilakukan biasanya dua kali dalam seminggu yaitu
pada hari senin dan sabtu atau tergantung dari permintaan. Waktu pemanenan pun
fleksibel, bisa dilakukan pagi hari maupun sore hari juga tergantung dari
pemesanan dan kapan produk akan diambil. Biasanya para supplier menghubungi
kelompok tani terlebih dahulu minimal 1 hari sebelumnya.
Alat pemanenan yang biasa digunakan masih sederhana yaitu gunting dan
pisau. Pengangkutan sayuran ke tempat pasca panen pun masih sederhana dengan
menggunakan panggulan dan ember. Semua hasil panen perkomoditi
dikumpulkan di tempat yang telah disediakan, biasanya dikumpulkan di rumah
ketua kelompok tani.

7) Pasca Panen

50
Kegiatan pasca pemanenan dilakukan dengan penimbangan awal pada tiap
jenis sayuran dari masing-masing anggota tani, pembersihan dan pencucian
sayuran, penyortiran dan penimbangan produk sesuai pemesanan. Pembersihan
dan pencucian tiap sayuran berfungsi untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang
menempel pada sayuran. Penyortiran dilakukan untuk menghasilkan produk
dengan kualitas yang terbaik yang akan dipasarkan dengan cara memilih sayuran
sesuai dengan permintaan pasar. Selanjutnya penimbangan produk dan
pengemasan produk. Pengemasan dan pengepakan langsung dilakukan di tempat
pasca panen. Pengemasan untuk tiap jenis sayuran hanya menggunakan plasti
biasa ukuran 5-10 kg. Selesai pengemasan dan pengepakan, sayuran langsung
dibawa oleh pihak supplier untuk dikemas ulang.

6.1.11. Penelitian dan Pengembangan


Penelitian dan pengembangan dapat merupakan keunggulan bersaing,
karena memiliki fungsi sebagai berikut:
1) Penelitian dan pengembangan menciptakan produk baru atau produk yang
ditingkatkan baik model, fungsi, manfaat yang dapat diperoleh sehingga dapat
dipasarkan.
2) Penelitian dan pengembangan juga ditujukan untuk meningkatkan efisiensi
proses operasional perusahaan sehingga mampu mencapai keunggulan biaya
yang dapat memperbaiki kebijakan laba atau marjin laba.
Produk sayuran kelompok tani Putera Alam memang belum bersertifikat
organik, hal ini dikarenakan ketidak mampuan kelompok tani dalam segi modal
untuk membuat sertifikasi produk. Akan tetapi keorganikan produk sayuran
kelompok tani ini telah teruji baik secara kondisi tanah maupun kondisi produk
sayuran itu sendiri yang bebas dari kandungan residu kimia. Untuk kondisi tanah
yang bebas dari kandungan residu kimia telah di uji oleh Tim Academic Frontier
Research Project Institut Pertanian Bogor. Sedangkan untuk produk sayuran,
kandungan residu kimia diuji sendiri oleh para supplier yang mengambil produk
pada kelompok tani, dengan cara supplier membawa beberapa sample sayuran ke
laboratorium milik perusahaan mereka kemudian diuji kadar residu kimianya.
Dari beberapa supplier yang telah membawa sample sayuran tersebut, hasilnya

51
positif tidak mengendung residu kimia. Hal ini hanya disampaikan secara lisan
oleh para supplier kepada kelompok tani.
Sudah ada beberapa penelitian yang dilakukan pada kelompok tani ini.
Penelitian tersebut semua terkait dengan kerjasama yang dilakukan kelompok tani
dengan Tim Academic Frontier Research Project Institut Pertanian Bogor,
contohnya penelitian yang dilakukan beberapa mahasiswa dari jurusan teknologi
benih, jurusan hama dan penyakit tanaman, jurusan tanah dan terakhir adalah
penelitian mahasiswa dari jepang tentang pengembangan budidaya sayuran jepang
seperti bayam dan timun jepang.

6.1.12. Sistem Informasi Manajemen


Kegunaan sistem informasi manajemen (SIM) untuk memperbaiki kinerja
suatu kelompok tani dengan memperbaki kualitas keputusan manajerial. Dengan
adanya SIM diharapkan kelompok tani dapat mengikuti perubahan yang terjadi
untuk dapat bertahan dan bersaing di pasar. SIM belum dapat dilaksanakan oleh
kelompok tani Putera Alam karena bentuk usaha masih berskala kecil sehingga
struktur organisasi masih sederhana dan tingkat pendidikan sumber daya manusia
yang masih terbatas.

6.2. Analisis Faktor Eksternal


Analisis faktor eksternal usaha bertujuan untuk mengembangkan daftar
peluang yang dapat memberi manfaat dan ancaman yang harus dihindari usaha
tersebut. Untuk menganalisis faktor eksternal, harus diketahui terlebih dahulu
informasi tentang tren ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik,
pemerintah, hukum, dan teknologi.

6.2.1. Ekonomi
Aspek ekonomi merupakan aspek terpenting dalam mempengaruhi
pemasaran produk organik. Dengan melihat indikator-indikator ekonomi,
kelompok tani dapat memperkirakan pengaruh yang terjadi terhadap kelompok
tani dan dapat menentukan kebijakan yang tepat bagi perkembangan kelompok
tani.

52
Keadaan perekonomian dapat di lihat dari perubahan Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB), PDRB kabupaten Bogor sejak tahun 2002 terus
meningkat diikuti dengan meningkatnya laju pertumbuhan, seperti yang
ditunjukkan pada Tabel 10. Meningkatnya PDRB akan berdampak pada
peningkatan daya beli masyarakat. Berdasarkan pengeluaran per bulan rata-rata
perkapita kabupaten Bogor tahun 2007 untuk pengeluaran makanan sebesar Rp.
180.283,- dengan persentase 50,80 persen dan untuk pengeluaran bukan makanan
sebesar Rp. 174.611,- dengan persentase 49,20 persen.
Tabel 10. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan Laju Pertumbuhan
Kabupaten Bogor, Tahun 2002-2005.
PDRB atas Dasar Harga (Juta Rp.) Laju Pertumbuhan (%)
Tahun
Berlaku Konstan ’2000 Berlaku Konstan ’2000
2002 22.566.874,32 20.115.276,41 11,48 4,48
2003 25.369.472,89 21.083.381,75 12,42 4,81
2004 28.832.435,46 22.256.364,04 13,65 5,56
2005 35.893.216,72 23.558.830,59 24,49 5,85
Sumber : BPS Kabupaten Bogor, 2006.

Selain perubahan PDRB dan laju pertumbuhan, naiknya harga BBM


(Bahan Bakar Minyak) juga berpengaruh besar terhadap biaya operasional
kelompok tani Putera Alam. Keputusan kelompok tani agar para supplier
mengambil produk sayuran di tempat pasca panen kelompok tani salah satunya
karena kenaikan harga BBM, sehingga untuk mengirimkan produk sayuran
memerlukan biaya yang tinggi.

6.2.2. Sosial, Budaya, Demografi dan Lingkungan


Kepedulian masyarakat yang besar terhadap kesehatan dan semakin
tingginya pengetahuan agan gizi merupakan pangsa pasar potensial bagi industri
sayuran organik. Menu sehari-hari dari sebagian masyarakat Indonesia berubah
dari bahan makanan anorganik yang banyak mengandung pestisida kimia ke
mennu makanan organik yang bebas dari pestisida kimia.
Masyarakat sekitar kelompok tani Putera Alam cukup mendukung
kegiatan budidaya organik yang dilakukan kelompok tani, terlihat dari antusias
masyarakat dalam mengkonsumsi sayuran organik. Gaya hidup masyarakat yang

53
cenderung back to nature juga memberikan dampak positif bagi keberlangsungan
usaha sayuran organik, hal ini dikarenakan dengan semakin meningkatnya
kesadaran masyarakat akan kesehatan maka semakin tinggi pula loyalitas
masyarakat untuk mengkonsumsi sayuran organik. Namun di sisi lain, kelompok
tani mengalami beberapa kendala dalam menjalankan usahanya. Salah satunya
adalah status kepemilikan lahan yang digarap oleh anggota kelompok tani, yang
merupakan lahan sewaan. Hal ini dapat mengancam keberlangsungan usaha
kelompok tani, karena lahan tersebut dapat diambil oleh pemiliknya.

6.2.3. Politik, Pemerintah, dan Hukum


Pemerintah sebagai lembaga formal memegang peran penting dalam
pengembangan berbagai macam usaha yang ada. Pemerintah merupakan pemberi
subsidi, pembuat kebijakan dan pelanggan dari berbagai organisasi. Oleh karena
itu, faktor politik, pemerintah dan hukum dapat menjadi peluang sekaligus
ancaman bagi suatu usaha.
Untuk memajukan pertanian organik di Indonesia, diperlukan perencanaan
dan implementasi yang baik secara bersama antara petani, pelaku usaha dan
pemerintah. Kebijakan pemerintah merupakan hal yang penting untuk
menumbuhkan, memfasilitasi, mengarahkan dan mengatur perkembangan
pertanian organik di Indonesia. Oleh sebab itu, Departemen Pertanian telah
mencanangkan pertanian organik denga program ”Go Organik 2010” yang
bertujuan untuk mewujudkan Indonesia sebagai salah satu produsen dan
pengekspor pangan organik utama di dunia pada tahun 2010. Misi yang diemban
dalam program ini adalah meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan
kelestarian lingkungan alam Indonesia, dengan mendorong berkembangnya
pertanian organik yang berdaya saing dan berkelanjutan (Deptan, 2009). Program
”Go Organik 2010” dirancang pengembangannya ada enam tahapan mulai dari
tahun 2001 sampai tahun 2010, tahapan tersebut adalah :
9 Tahun 2001, fokus pada kegiatan sosialisasi
9 Tahun 2002, fokus pada kegiatan sosialisasi dan pembentukan regulasi,
9 Tahun 2003, fokus pada pembentukan regulasi dan bantuan teknis,
9 Tahun 2004, fokus pada kegiatan bantuan teknis dan sertifikasi,
9 Tahun 2005, fokus pada sertifikasi dan promosi pasar,

54
9 Tahun 2006-2010, terbentuk kondisi industrialisasi dan perdagangan.
Tahapan di atas disusun dengan mempertimbangkan akan terciptanya
kondisi yang kondusif Departemen Pertanian dalam menjalankan programnya.
Kondusif dan konsisten merupakan salah satu tolak ukur untuk menilai perjalanan
dari program yang dikeluarkan oleh pemerintah. Tahapan sosialisasi pertanian
oraganik telah dijalankan dengan baik dan tersebar secara luas di masyarakat. Hal
ini dapat dilihat dari tingginya respn masyarakat untuk mengetahui lebih lanjut
mengenai pertanian organik. Sosialisasi dilakukan oleh segenap elemen
pembangunan pertanian mulai dari Departemen Pertanian, Dinas Pertanian,
Lembaga Swadaya Masyarakat, Perguruan Tinggi, organisasi profesi, kelompok
tani dan pihak-pihak terkait lainnya. Dengan adanya program pemerintah ”Go
Organik 2010” dan dukungan pemerintah pada pengembangan usaha sayuran
organik ini, maka petani dan masyarakat pun akan semakin mudah untuk
menerimanya.
Sejalan dengan upaya peningkatan produksi tanaman pangan dan
hortikultura, peredaran benih dan pupuk serta pestisida cenderung terus
meningkat. Benih merupakan salah satu faktor penentu dalam menentukan
keberhasilan pembangunan pertanian, karena mempunyai peranan sangat penting
dalam menentukan segala aktivitas pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Dalam upaya meningkatkan penggunaan dan penyediaan benih unggul bermutu
pemerintah perlu melakukan pengawasan pengadaan, penggunaan dan peredaran
benih dengan memberikan sertifikat setelah melalui pemeriksaan lapangan, hal ini
sesuai dengan keputusan Menteri Pertanian Nomor 803/Kpts/OT.210/7/97 tentang
Sertifikasi dan Pengawasan Mutu Benih Bina dan Keputusan Menteri Pertanian
Nomor 517/Kpts/Tp.270/9/2002 tentang Pengawasan Pestisida.

6.2.4. Teknologi
Perkembangan agroindustri tidak terlepas dari faktor Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi (IPTEK). Ilmu pengetahuan yang menjadi dasar di dalam
penciptaan teknologi baru sangat nyata dalam mempengaruhi perkembangan
agroindustri sayuran organik. Kemajuan teknologi produksi dalam industri
sayuran organik ditandai dengan adanya inovasi-inovasi baru dalam bidang

55
budidaya pertanian organik, seperti rekayasa genetika, kultur jaringan dan lainnya.
Inovasi ini belum diterapkan di kelompok tani Putera Alam, karena sumberdaya
manusia dan keuangannya belum memadai. Dengan kata lain, proses budidaya
sayurannya masih dilakukan secara tradisional.

56
Kemajuan teknologi informasi di Indonesia semakin berkembang dan
mempengaruhi kegiatan bisnis masyarakat, diantaranya penggunaan jaringan
komputer dan internet. Pelaku bisnis dapat memanfaatkan jasa internet untuk
melakukan negosiasi, transaksi dan memasarkan produknya. Akan tetapi,
kelompok tani Putera Alam belum memanfaatkan internet untuk melakukan
aktifitas bisnisnya dikarenakan kurangnya kualiatas SDM kelompok tani. Selama
ini, kegiatan pemasaran dan kegiatan bisnis lainnya masih menggunakan alat
komunikasi seperti telepon (HandPhone). Dengan demikian, jangkauan pasar dari
kelompok tani masih terbatas dan kurang dikenal masyarakat secara luas sehingga
kalah bersaing dengan perusahaan sejenis yang telah memanfaatkan kemajuan
tersebut.

6.2.5. Kompetitif (Model Lima Kekuatan Porter)


1) Pemasok
Pemasok bahan baku sayuran organik pada pertanian organik kelompok
tani Putera Alam berasal dari toko-toko pertanian yang ada didaerah setempat dan
sekitarnya. Pemasok memiliki kekuatan tawar menawar yang tidak terlalu kuat
karena kelompok tani tidak bergantung hanya pada satu toko saja tetapi juga pada
toko lainnya. Artinya jika bahan baku yang dibeli dari satu toko kurang memenuhi
standar, baik dari segi harga, kualitas maupun kuantitas, maka kelompok tani
dapat membelinya dari toko lain yang lebih bagus. Dengan demikian, dalam
industri sayuran organik tidak terlalu sulit untuk mandapatkan pemasok. Selain
membeli benih dari toko pemasok, kelompok tani juga beerupaya
mengembangkan bibit tanaman sendiri walaupun masih dalam jumlah yang
sedikit. Kelompok tani juga mendapatkan bantuan bibit sayuran dari dinas
pertanian setempat.
Untuk persediaan pupuk, baik pupuk cair maupun kompos, kelompok tani
memiliki persediaan sendiri dan tidak mengambil dari toko pemasok karena
pupuk cair dan kompos dibuat sendiri oleh kelompok tani. Akan tetapi, untuk
bokashi (kotoran ayam, kambing dan sapi) diperoleh dari masyarakat setempat
yang mengusahakan peternakan ini. Terkadang kelompok tani memperoleh
bokashi secara cuma-cuma atau dengan kata lain gratis. Kelompok tani juga
mampu membuat pestisida organik sendiri karena tidak terlalu sulit. Kelompok
tani menggunakan beberapa jenis tanaman liar yang memiliki bau dan warna yang
tidak disukai hama.

2) Ancaman Pendatang Baru


Masuknya pendatang baru dalam industri dapat menunjukkan tingkat
persaingan yang akan dihadapi oleh suatu usaha dalam industri tersebut. Jika
semakin banyak pendatang baru yang memasuki wilayah industri maka akan
terjadi perebutan pangsa pasar yang ada. Sebaliknya dengan rendahnya ancaman
pendatang baru dapat mengimplikasikan kesulitan untuk memasuki pasar cukup
tinggi. Besarnya ancaman masuk pendatang baru bergantung pada hambatan yang
ada untuk memasuki industri tersebut. Hambatan yang sangat besar dirasakan oleh
kelompok tani adalah kelompok tani belum bisa memenuhi seluruh permintaan
konsumen, kurangnya modal yang berimplikasi pada keterbatasan sarana dan
prasarana produksi/ operasi sehingga kelompok tani tidak dapat menjalankan
usahanya dengan maksimal.
Usaha lain yang beralih ke usaha ini tidak membutukkan modal yang besar
secara keseluruhan. Akan tetapi, curahan waktu yang dibutuhkan lebih banyak
persiapan dan pengetahuan mengenai pertanian oragnik yang kompleks mulai dari
sisi teknis, sosial maupun ekonomi agar dapat bersaing dengan baik. Hal ini
diperumit oleh sistem pasar, ketika produk masuk ke pasar akan muncul rantai
perdagangan yang panjang sebelum sampai ke tangan konsumen. Agar dapat terus
bersaing pkelompok tani harus mampu mengimbangi harga pasar yang belum
tentu sesuai dengan harapan kelompok tani.

3) Pembeli
Konsumen sayuran organik sebagian besar berasal dari golongan
menengah ke atas, dimana konsumen ini sudah mengerti akan pentingnya
mengkonsumsi makanan sehat dan mempunyai keinginan untuk
mengkonsumsinya. Pemilihan segmentasi pasar menengah ke atas didasarkan atas
pertimbangan bahwa sayuran organik jika dibandingkan dengan sayuran
anorganik memiliki harga yang relatif mahal, sehingga tidak semua kalangan
dapat membelinya.
Secara umum, sayuran organik yang diproduksi olek kelompok tani Putera
Alam dipasarkan oleh supplier pelanggan ke beberapa swalayan dan restoran di
jakarta, perumahan katulampa serta beberapa toko sayuran di gang aut bogor
tengah. Permintaan konsumen juga sangat beragam baik dari ukuran, penampilan
(kualitas) dan kuantitas. Sehingga perencanaan tanam dan panen harus dilakukan
dengan teliti agar tidak mengecewakan konsumen karena sayuran yang diterima
idak sesuai dengan permintaan. Hubungan yang baik antara kelompok tani dengan
konsumen dan supplier yang telah terjalindapat mempertahankan posisi tawar
produk kelompok tani.

4) Produk Substitusi
Jenis produk yang mempunyai kesamaan dalam fungsi dan jasa untuk
segmen pasar yang dituju dapat menekan volume penjualan. Faktor harga dan
kualitas akan menentukan intensitas tekanan dari produk pengganti. Tekanan
persaingan semakin bertambah ketika harga produk pengganti relatif murah dan
biaya konsumen untuk beralih ke produk pengganti pun rendah. Kekuatan
kompetitif produk pengganti dapat diukur dari seberapa besar pangsa pasar yang
direbut dan rencana perusahaan produk pengganti tersebut untuk meningkatkan
kapasitas serta penetrasi pasar.
Produk substitusi dari sayuran organik adalah sayuran konvensional.
Produk ayuran organik memiliki keunggulan khusus dibandingkan dengan produk
substitusinya (sayuran konvensional), yaitu diproduksi tanpa menggunakan pupuk
atau obat-obatan kimia sehingga bebas dari residu kimia, lebih sehat untuk
dikonsumsi dan memiliki rasa yang lebih enak. Walaupun produk sayuran organik
memiliki segmen pasar sendiri dan berbagai keunggulan, namun dalam hal
tersebut tidak menutup kemungkinan bagi konsumen untuk beralih ke produk
substitusinya terutama konsumen yang belum begitu menyadari pentingnya
mengkonsumsi makanan sehat serta masih belum bisa membedakan antara
sayuran organik dan anorganik.
Sayuran konvensional memiliki kelebihan dalam hal harga yang lebih
murah, sehingga semua kalangan dapat membelinya dan biasanya penampakan
fisik dari sayuran anorganik lebih menarik bila dibandingkan dengan sayuran
organik. Ini dikarenakan sayuran anorganik diproduksi dengan menggunakan
pupuk dan obat-obatan kimia, sehingga dapat diatur pertumbuhan dan ukuran
produknya. Selain itu, sayuran konvensional lebih mudah didapat oleh konsumen
karena tersedia banyak di pasaran, mulai dari warung-warung kecil sampai toko-
toko besar atau supermarket. Dengan demikian, ancaman produk substitusi untuk
menggeser produk kelompok tani relatif besar.

5) Persaingan Antar Kompetitor


Tingkat persaingan diantara para produsen sayuran organik dapat
diminimalisir oleh kelompok tani, jika strategi yang dijalankan memiliki
keunggulan kompetitif. Pada umumnya, persaingan yang diperebutkan adalah
posisi di pasar dan market share, penguasaan saluran distribusi, pemasok dan
lainnya. Produk sayuran organik yang ditawarkan oleh produsen-produsen lain
yang bergerak dalam industri pertanian organik dinilai cukup menarik karena
telah dikemas dengan baik dan telah memiliki label sertifikasi dari lembaga
sertifikasi. Produsen-produsen tersebut juga bersaing dalam hal kualitas sayuran,
harga yang bervariasi dan upaya promosi. Untuk menghadapi persaingan di dalam
industri yang semakin kompetitif, maka setiap produsen sayuran organik dapat
menonjolkan keunggulan produknya dibandingkan dengan produk pesaing
melalui penciptaan inovasi-inovasi baru.

6.7. Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal


Hasil identifikasi terhadap lingkungan eksternal dan internal digunakan
untuk menyusun matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan matriks External
Factor Evaluation (EFE). Setelah mengidentifikasi faktor-faktor internal dan
eksternal, selanjutnya dilakukan analisis terhadap peluang dan ancaman serta
kekuatan dan kelemahan yang dapat mempengaruhi strategi yang dijalankan
perusahaan.

6.7.1. Identifikasi Faktor Internal (Kekuatan dan Kelemahan)


Berdasarkan hasil analisis faktor internal, maka selanjutnya akan
diidentifikasi beberapa hal yang enjadi kekuatan dan kelemahan perusahaan. Hasil
identifikasi tersebut digunakan untuk menyusun matriks IFE (Internal Factor
Evaluation). Aspek-aspek yang ditinjau adalah manajemen, pemasaran, keuangan/
akuntansi dan produksi/ operasi (Tabel 11).

Tabel 11. Kekuatan dan Kelemahan yang Dihadapi Kelompok Tani Putera Alam
Faktor Internal Kekuatan Kelemahan
Manajemen • Hubungan Ketua dengan • Kualitas SDM yang
anggota kelompok tani, masih rendah
• Dapat menyerap tenaga • Kontrak kerjasama
kerja. tidak tertulis.
Pemasaran • Produk yang berkualitas, • Belum memiliki
• Pelayanan ke konsumen kemasan dan label,
yang sudah baik. • Kurangnya upaya
promosi,
• Belum ada
sertifikasi produk,
• Lemahnya akses
kelompok tani
tentang pasar
sayuran organik.
Keuangan/ • Pengarsipan data
akuntansi yang belum rapi,
• Keterbatasan
modal,
Produksi/operasi • Perencanaan tanam yang • Teknologi produksi
sudah baik, yang digunakan
masih sederhana.
Penelitian dan
Pengembangan
Sistem Informasi
Manajemen
Kelompok tani memiliki kekuatan produk yang berkualitas dengan sistem
tanam yang sudah baik sehingga produk yang ditanam dapat dipanen secara
kontinyu, dengan demikian permintaan konsumen dapat terus terpenuhi. Hal
tersebut merupakan upaya yang dilakukan kelompok tani untuk mempertahankan
pelayanan ke konsumen yang sudah baik saat ini. Kekuatan lain yang dimiliki
kelompok tani yaitu berdirinya kelompok tani sebagai suatu usaha yang bergerak
di bidang pertanian organik telah dapat menyerap tenaga kerja setempat, karena
usaha pertanian organik memerlukan banyak tenaga kerja dalam kegiatan
produksi/ operasinya. Hubungan antara ketua dengan anggota kelompok juga
terjalin dengan baik.
Kelemahan yang dimiliki oleh kelompok tani yang paling mendasar adalah
keterbatasan modal. Selama ini modal yang digunakan untuk menjalankan
usahanya berasal dari modal pribadi para anggota tani, tidak ada iuran khusus
yang dikumpulkan ke kas kelompok tani. Dengan keterbatasan modal, kelompok
tani tidak mampu berbuat banyak terhadap usaha yang dijalankan, sehingga
timbul kelemahan-kelemahan lain seperti belum memiliki kemasan dan label,
belum ada sertifkasi organik, kurangnya upaya promosi, serta teknologi yang
digunakan masih sederhana. Kelemahan lainnya adalah kualitas SDM yang masih
rendah, kontrak kerja tidak tertulis dan lemahnya akses kelompok tani tentang
pasar sayuran organik.

6.7.2. Identifikasi Faktor Eksternal (Peluang dan Ancaman)


Hasil analisis terhadap lingkungan eksternal kelompok tani menunjukkan
peluang dan ancaman yang dihadapi oleh kelompok tani. Aspek-aspek yang
ditinjau antara lain ekonomi; sosial, budaya, demografi dan lingkungan; politik,
pemerintah dan hukum; teknologi serta kompetitif (Tabel 12).

Tabel 12. Peluang dan Ancaman yang Dihadapi Kelompok Tani Putera Alam
Faktor Eksternal Peluang Ancaman
Ekonomi • Daerah pemasaran sayuran
organik yang masih luas,
Sosial, Budaya, • Perubahan gaya hidup • Perkembangan
Demografi, dan yang cenderung back to jenis hama dan
Lingkungan nature, penyakit pada
• Tersedianya tenaga kerja tanaman,
yang potensial di daerah • Perubahan cuaca
setempat. dan perubahan
• Loyalitas konsumen yang fungsi lahan dari
tinggi. lahan pertanian
menjadi lahan
pemukiman.
Politik, Pemerintah, • Kebijakan pemerintah
dan Hukum mengenai program ”Go
Organic 2010”,
• Adanya asosiasi pertanian
organik
Teknologi • Perkembangan teknologi.
Kompetitif • Hambatan untuk masuk • Kemudahan
industri sayuran organik mendapatkan
cukup besar. produk substitusi.
Beberapa peluang yang dimiliki oleh kelompok tani Putera Alam adalah
adanya perubahan gaya hidup masyarakat yang cenderung ”back to nature”
menumbuhkan semangat kelompok tani untuk mengoptimalkan usahanya, karena
perubahan gaya hidup tersebut akan membuka daerah pemasaran sayuran organik
semakin luas. Peluang lain yang dimiliki oleh kelompok tani yaitu hambatan
untuk masuk industri sayuran organik cukup besar, tersedianya tenaga kerja yang
potensial di daerah setempat, kebijakan pemerintah mengenai program ”Go
Organic 2010”, adanya asosiasi pertanian organik, perkembangan teknologi dan
loyalitas konsumen yang tinggi.
Ada pun ancaman yang dihadapi oleh kelompok tani yaitu perkembangan
jenis hama dan penyakit pada tanaman. Perkembangan jenis hama dan penyakit
tanaman harus diperhatikan, mengingat sayuran organik sangat rentan terkena
serangan hama dan penyakit karena proses produksinya yang tidak menggunakan
obat-obatan kimia. Selain itu ancaman lain yang dihadapi kelompok tani adalah
perubahan cuaca dan perubahan fungsi lahan dari lahan pertanian menjadi lahan
pemukiman, serta kemudahan mendapatkan produk substitusi.

6.8. Tahap Masukan (Input Stage)


Tahap masukan terdiri dari matriks IFE (Internal Factor Evaluation) dan
EFE (External Factor Evaluation). Tahap ini merupakan tahap awal dalam
merumuskan strategi setelah mengidentifikasi faktor-faktor eksternal dan internal.

6.8.1. Matriks IFE (Internal Factor Evaluation)


Setelah melakukan identifikasi terhadap faktor-faktor internal perusahaan,
selanjutnya dibuat matriks IFE yang berisi kekuatan dan kelemahan perusahaan.
Data diolah dengan membandingkan tingkat kepentingan relatifnya satu sama
lain, sehingga diketahui nilai faktor yang berpengaruh terhadap perusahaan.
Setelah itu nilai total faktor pada masing-masing variabel dibagi dengan nilai total
keseluruhan faktor yang diidentifikasi sehingga dihasilkan besar bobot yang
diperlukan.
Berdasarkan identifikasi terhadap faktor-faktor strategis internal, diperoleh
kekuatan (stregths) dan kelemahan (weaknesses) yang dimiliki perusahaan.
Faktor-faktor strategis internal diperolah dari hasil wawancara dan pengisian
kuesioner oleh responden. Pembobotan dilakukan dengan menggunakan matriks
pasangan berganda (paired comparison matrix) untuk mendapatkan bobot dari
masing-masing variabel internal. Bobot yang digunakan merupakan hasil
pembobotan rata-rata dari lima responden. Pemberian peringkat (rating) dilakukan
oleh responden yang sama, sehingga diperoleh nilai tertimbang dari faktor-faktor
strategis internal, peringkat yang digunakan merupakan peringkat rata-rata dari
lima responden dapat dilihat pada Lampiran 2. Dengan memasukkan hasil
identifikasi kekuatan dan kelemahan sebagai faktor internal strategis, kemudian
diberi bobot dan peringkat maka diperoleh hasil seperti pada Tabel 13.

Tabel 13. Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) Kelompok Tani Putera Alam

Nilai
Faktor-faktor Strategis Internal Bobot Peringkat
Tertimbang
Kekuatan (Strengths)
A. Produk yang berkualitas 0.063 4 0.252
B. Perencanaan tanam yang sudah
baik 0.080 4 0.320
C. Hubungan ketua dengan anggota
kelompok tani 0.063 4 0.252
D. Pelayanan konsumen yang sudah
baik 0.074 3 0.222
K. Dapat menyerap tenaga kerja 0.071 4 0.284
Kelemahan (Weaknesses)
E. Belum memiliki kemasan dan label 0.060 2 0.120
F. Teknologi produksi yang
digunakan masih sederhana 0.077 2 0.154
G. Kualitas SDM yang masih rendah 0.080 1 0.080
H. Kurangnya upaya promosi produk 0.066 2 0.132
I. Pengarsipan data yang belum
tertata rapi 0.074 1 0.074
J. Belum ada sertifikasi produk 0.074 1 0.074
L. Keterbatasan modal 0.080 1 0.080
M. Kontrak kerja sama tidak tertulis 0.058 2 0.116
N. Lemahnya akses kelompok tani
tentang pasar sayuran organik 0.080 2 0.160
Total 1 2.320
Berdasarkan hasil perhitungan matriks IFE, faktor strategis yang
merupakan kekuatan terbesar dan paling berpengaruh bagi kelompok tani Putera
Alam adalah perencanaan tanam yang sudah baik dengan nilai tertimbang 0.320.
Karena dari awal berdiri sampai pada saat sekarang ini, perencanaan tanam yang
dilakukan oleh kelompok tani sudah sesuai dengan apa yang telah direncanakan.
Pembagian jenis tanaman yang akan ditanam oleh masing-masing petani dibagi
oleh kelompok sesuai dengan subnya, misalnya dari 12 orang petani dibagi
menjadi 4 sub yang terdiri dari 3 orang petani tiap subnya dan menanam beberapa
jenis sayuran yang berbeda di tiap sub. Dengan cara seperti ini, maka tidak ada
petani yang merasa dirugikan karena over produksi dan ketersediaan produk pada
kelompok tani terjaga. Perencanaan tanam yang sudah baik juga dapat
menghasilkan produk yang berkualitas. Selain itu, perencanaan tanam yang baik
akan mempermudah kelompok tani dalam menentukan waktu panen dan kuantitas
sayuran yang dipanen sehingga dapat memenuhi permintaan konsumen dan
supplier.
Faktor strategis internal yang merupakan kelemahan terbesar dari
kelompok tani adalah pengarsipan data yang belum tertata rapi dan belum ada
sertifikasi produk, ditunjukkan dengan nilai tertimbang masing-masing fator yakni
0,074. Pengarsipan data yang belum rapi membuat petani tidak begitu mengetahui
berapa keuntungan yang diperoleh dari setiap kali penjualan produknya. Hal ini
dikarenakan petani tidak pernah berpikir berapa besar keuntungan yang diperoleh,
akan tetapi petani hanya berpikir produk yang mereka hasilkan habis terjual.
Sertifikat organik juga merupakan kelemahan bagi kelompok tani, karena tidak
memiliki sertifikat organik kelompok tani akhirnya kehilangan beberapa daerah
pemasarannya.
Hasil analisis matriks IFE untuk kekuatan dan kelemahan diperoleh total
nilai tertimbang berada pada rata-rata yaitu sebesar 2,320, ini menunjukkan
kemampuan kelompok tani Putera Alam mengatasi kelemahan dengan
menggunakan kekuatan berada di bawah rata-rata.

6.8.2. Matriks EFE (External Factor Evaluation)


Berdasarkan identifikasi terhadap faktor-faktor strategis eksternal
kelompok tani Putera Alam, diperoleh peluang (opportunities) dan ancaman
(threats) yang berpengaruh terhadap usaha sayuran organik. Faktor-faktor
strategis eksternal diperolah dari hasil wawancara dan pengisian kuesioner oleh
responden.
Setelah menentukan faktor-faktor strategis eksternal, dilakukan
pembobotan dengan menggunakan matriks pasangan berganda (paired
comparison matrix) untuk mendapatkan bobot dari masing-masing variabel
eksternal. Nilai pembobotan yang digunakan pada matriks EFE merupakan hasil
rata-rata dari lima responden yang dipilih. Pemberian peringkat (rating) dilakukan
oleh responden yang sama dan merupakan nilai rata-rata dari lima responden,
perhitungannya terdapat pada Lampiran 3. Nilai tertimbang diperoleh dari hasil
kali antara bobot dengan peringkat. Dengan memasukkan hasil identifikasi
peluang dan ancaman sebagai faktor eksternal, kemudian diberi bobot dan
peringkat maka diperoleh hasil seperti pada Tabel 14.

Tabel 14. Matriks EFE (Eksternal Factor Evaluation) Kelompok Tani Putera
Alam
Nilai
Faktor-faktor Strategis Eksternal Bobot Peringkat
Tertimbang
Peluang (Opportunities)
A. Pangsa pasar sayuran organik yang
masih luas 0.091 4 0.364
B. Perubahan gaya hidup masyarakat
yag cenderung back to nature 0.105 4 0.420
C. Loyalitas konsumen yang tinggi 0.100 4 0.400
D. Tersedianya tenaga kerja yang
potensial di daerah setempat 0.082 3 0.246
E. Kebijakan pemerintah mengenai
program "Go Organic 2010" 0.082 4 0.328
F. Perkembangan Teknologi 0.095 4 0.380
H. Hambatan untuk masuk industri
sayuran organik cukup besar 0.095 3 0.285
J. Adanya asosiasi pertanian organik 0.086 3 0.258
Ancaman (Threats)
G. Perkembangan jenis hama dan
penyakit pada tanaman 0.091 2 0.182
I. Kemudahan mendapatkan produk
substitusi 0.091 3 0.273
K. Perubahan cuaca dan isu bencana
alam yang terjadi di Indonesia 0.082 3 0.246
Total 1 3.382
Berdasarkan hasil perhitungan matriks EFE, faktor strategis yang
merupakan peluang terbesar dan paling berpengaruh bagi kelompok tani Putera
Alam adalah perubahan gaya hidupmasyarakat yang cenderung back to nature
dengan nilai tertimbang 0,420, sehingga memungkinkan kelompok tani untuk
lebih mengoptimalkan upaya perluasan daerah pemasaran produk. Peluang lain
yang dapat dimanfaatkan oleh kelompok tani adalah loyalitas konsumen, dengan
adanya loyalitas konsumen ini maka kelompok tani dapat terus berproduksi
karena permintaan produk sayuran organik dari konsumen yang berkelanjutan.
Faktor eksternal yang menjadi ancaman bagi kelompok tani Putera Alam
adalah perkembangan jenis hama dan penyakit pada tanaman, ini dapat dilihat
pada nilai tertimbangnya yaitu sebesar 0,182. Penyakit yang sering menyerang
tanaman adalah busuk batang, sedangkan hama yang sering menyerang tanaman
adalah ulat, kutu, belalang dan lainnya. Hama dan penyakit tersebut jika tidak
ditangani dapat menular ke tanaman lain yang belum terserang, sehingga dapat
mengakibatkan kegagalan panen.
Hasil analisis matriks EFE untuk peluang dan ancaman diperoleh total
nilai tertimbang sebesar 3,382. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan
kelompok tani dalam merespons peluang dan mengatasi ancaman tergolong
tinggi.

6.9. Tahap Pencocokan (Matching Stage)


Tahap pencocokan merupakan tahap kedua dalam proses perumusan
strategi, berfungsi untuk memadukan kekuatan dan kelemahan yang terdapat pada
perusahaan dengan peluang dan ancaman terhadap perusahaan dari lingkungan
eksternal. Alat analisis yang digunakan adalah Matriks IE (Internal-External) dan
Matriks SWOT (Strengths-Weaknesses-Opportunities-Threats), untuk
menghasilkan alternatif strategi bagi perusahaan.

6.9.1. Matriks IE (Internal-External Matrix)


Kegunaan dari matriks IE adalah untuk mengetahui posisi kelompok tani
saat ini. Pemetaan posisi kelompok tani sangat penting dalam pemilihan strategi
yang ditetapkan. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan sebelumnya,
total nilai tertimbang pada matriks IFE adalah 2,320 yang artinya faktor internal
berada di atas rata-rata, sedangkan total nilai tertimbang pada matriks EFE adalah
3,382 yang artinya respon kelompok tani terhadap faktor-faktor eksternal yang
dihadapi tergolong tinggi. Total nilai tertimbang pada matriks IFE dan EFE
tersebut kemudian ditetapkan pada matriks IE.
Apabila masing-masing total nilai tertimbang dari IFE dan EFE dipetakan
dalam matriks IE, maka posisi kelompok tani saat ini berada pada kotak di
kuadran II yang menggambarkan bahwa kelompok tani berada dalam kondisi
internal rata-rata dan respon usaha terhadap faktor-faktor eksternal yang
dihadapinya tergolong tinggi. Inti strategi yang dapat diterapkan kelompok tani
adalah strategi tumbuh dan kembang (Growth and Build). Strategi terbaik yang
cocok adalah strategi intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar dan
pengembangan produk) atau integratif (integrasi ke belakang, integrasi ke depan,
dan integrasi horizontal).
Total nilai IFE yang diberi bobot
Kuat Rata-rata Lemah
3,0 - 4,0 2,0 - 2,99 1,0 – 1,99
4,0 3,0 2,320 2,0 1,0
Total nilai EFE yang

Tinggi
3,0 – 4,0 3,382 III
diberi bobot

I II
3,0
Menengah IV VV VI
2,0 – 3,99
2,0
Rendah VII VIII IX
1,0 – 1,99 1,0
Gambar 9. Analisis Matriks Internal-Eksternal (IE) pada Kelompok Tani Putera
Alam.
6.9.2. Matriks SWOT (Strengths-Weaknesses-Opportunities-Threats Matrix)
Tujuan dari tahap pencocokan (matriks SWOT) adalah untuk
menghasilkan alternatif strategi yang layak, bukan untuk memilih strategi mana
yang terbaik. Tidak semua strategi yang dikembangkan dalam matriks SWOT
akan dipilih untuk implementasi. Empat tipe strategi yang disarankan yaitu
strategi SO (kekutan-peluang/strength-opportunities), strategi WO (kelemahan-
peluang/weaknesses-opportunities), strategi ST (kekuatan-ancaman/strength-
threats), dan strategi WT (kelemahan-ancaman/weaknesses-threats).

Kekuatan (Strengths-S) Kelemahan (Weakness-W)


Faktor Internal
1. Produk yang 1. Belum memiliki kemasan dan
berkualitas label
2. Perencanaan tanam 2. Teknologi produksi yang
yang baik digunakan masih sederhana
3. Hubungan ketua 3. Kualitas SDM yang masih
dengan anggota rendah
kelompok tani sudah 4. Kurangnya upaya promosi
baik produk
4. Pelayanan ke 5. Pengarsipan data-data yang
konsumen yang belum tertata rapi
sudah baik 6. Belum ada sertifikasi produk
Faktor Eksternal 5. Dapat menyerap 7. Keterbatasan modal
tenaga kerja 8. Kontrak kerjasama tidak
tertulis
9. Lemahnya akses kelompok
tani tentang pasar sayuran
organik
Peluang (Opportunities-O) Strategi S-O Strategi W-O
1. Adanya asosiasi pertanian 1. Mempertahankan dan 1. Mengusahakan sertifikasi
organik. meningkatkan organik serta membuat
2. Perkembangan Teknologi. pelayanan terhadap kontrak kerjasama secara
3. Kebijakan pemerintah konsumen serta jelas dan tertulis (W6, 7, 8 dan
mengenai program "Go memperluas jaringan O1, 3)
Organic 2010". distribusi dan 2. Memperbaiki dan
4. Loyalitas konsumen yang pemasaran (S1, 2, 3, 4, 5 meningkatkan kemampuan
tinggi. dan O1, 2, 3, 4, 5, 6, 7) manajerial dan teknik
5. Tersedianya tenaga kerja budidaya dengan
yang potensial di daerah mempelajari perkembangan
setempat. teknologi dan mengikuti
6. Perubahan gaya hidup pelatihan (W 2, 3, 5, dan O1, 2,
masyarakat yag cenderung 3)
back to nature. 3. Mengoptimalkan upaya
7. Daerah pemasaran promosi produk,
sayuran organik yang pendistribusian produk,
masih luas. mengusahakan kemasan dan
8. Hambatan untuk masuk label produk untuk
industri sayuran organik meningkatkan serta
cukup besar. mempertahankan loyalitas
konsumen (W1, 4, dan O1, 2, 3,
4, 6, 7, 8)

Ancaman (Threats-T) Strategi S-T Strategi W-T


1. Perkembangan jenis hama 1. Memperkuat dan 1. Melakukan riset pasar untuk
dan penyakit pada mempertahankan memantau perkembangan
tanaman. daerah pemasaran pemasaran produk, harga
2. Kemudahan mendapatkan yang sudah ada (S1, 2, dan tingkat persaingan (W1, 4,
produk substitusi. 4, 5 dan T 1, 2, 3) 9 dan T2, 3)
3. Perubahan cuaca dan 2. Mempertahankan dan
perubahan fungsi lahan mempererat hubungan
dari lahan pertanian kerjasama dengan pihak
menjadi lahan akademisi dan lembaga
pemukiman. penelitian pemerintah untuk
menghasilkan benih
berkualitas (W2 dan T1)
Gambar 10. Analisis Matriks SWOT pada Kelompok Tani Putera Alam
1) Strategi S-O (Strengths-Opportunities)
Strategi S-O adalah strategi yang menggunakan kekuatan internal
perusahaan untuk memanfaatkan peluang eksternal, dimana kekuatan internal
dapat memanfaatkan tren dan kejadian eksternal. Strategi yang dapat digunakan
yaitu mempertahankan dan meningkatkan pelayanan terhadap konsumen serta
memperluas distribusi dan pemasaran.
Dengan terus meningkatkan dan mempertahankan pelayanan terhadap
konsumen, maka keberadaan produk sayuran organik kelompok tani tetap terjaga
dan proses produksi akan terus berjalan karena adanya permintaan dari konsumen.
Memperluas jaringan distribusi dan pemasaran juga sangat baik untuk keberadaan
produk sayuran organik kelompok tani, semakin luas jaringan distribusi dan
pemasaran produk akan semakin meningkatkan keuntungan kelompok tani.
Strategi ini didukung dengan adanya kekuatan kelompok tani berupa produk yang
berkualitas, perencanaan tanam yang baik, hubungan ketua dengan anggota
kelompok tani sudah baik, pelayanan konsumen yang sudah baik dan dapat
menyerap tenaga kerja. Selain itu, strategi tersebut juga didukung oleh adanya
peluang eksternal berupa adanya asosiasi pertanian organik, perkembangan
teknologi, kebijakan pemerintah mengenai program "Go Organic 2010", loyalitas
konsumen yang tinggi, tersedianya tenaga kerja yang potensial di daerah
setempat, perubahan gaya hidup masyarakat yag cenderung back to nature,
pangssa pasar sayuran organik yang masih luas.

2) Strategi W-O (Weakness-Opportunities)


Strategi W-O bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan
memanfaatkan peluang eksternal. Strategi yang dapat digunakan kelompok tani
adalah mengusahakan sertifikasi organik serta membuat kontrak kerjasama secara
jelas dan tertulis. Kelompok tani sebaiknya mulai mengusahakan sertifikasi
organik agar para konsumen lebih percaya akan kualitas produk dan memberikan
rasa aman terhadap produk yang dikonsumsinya. Jika kelompok tani merasa tidak
mampu dalam mengusahakan sertifikasi ini, maka kelompok tani dapat
memanfaatkan peluang yang ada yakni mendatangi pihak pemerintah terkait atau
asosiasi pertanian organik yang berada di derah setempat untuk memintai bantuan
maupun solusi tentang masalah ini. Kontrak kerjasama secara tertulis perlu
dilakukan karena hal ini akan sangat membantu petani khususnya dalam hal
kejelasan tata cara pembayaran produk, sehingga petani agar tidak mengalami
kerugian.
Terdapat beberapa strategi lain yang dapat diterapkan oleh kelompok tani
yaitu memperbaiki dan meningkatkan kemampuan manajerial dan teknik
budidaya dengan mempelajari perkembangan teknologi dan mengikuti pelatihan.
Manajemen yang baik dalam suatu organisasi akan sangat membantu tercapainya
tujuan yang diinginkan. Melalui pelatihan yang diadakan pemerintah maupu LSM
(Lembaga Swadaya Masyarakat), kelompok tani Putera Alam harus dapat
mengambil kesempatan untuk semakin meningkatkan kemampuan manajerial
terutama di bidang pengelolaan SDM dan perencanaan keuangan usaha dengan
merapikan kembali pembukuan yang telah dilakukan. Perkembangan teknologi
juga baik untuk diikuti dan dipelajari oleh setiap anggota kelompok tani, karena
hal ini dapat membantu meningkatkan bargaining position (posisi tawar)
kelompok tani.
Mengoptimalkan upaya promosi produk, pendistribusian produk,
mengusahakan kemasan dan label produk untuk meningkatkan serta
mempertahankan loyalitas konsumen juga merupakan strategi yang dapat
dilakukan dengan memperbaiki kelemahan seperti belum memiliki kemasan dan
label serta kurangnya upaya promosi, dengan memanfaatkan peluang eksternal
seperti adanya asosiasi pertanian organik, perkembangan teknologi, kebijakan
pemerintah mengenai program "Go Organic 2010", loyalitas konsumen yang
tinggi, perubahan gaya hidup masyarakat yag cenderung back to nature, pangsa
pasar sayuran organik yang masih luas, hambatan untuk masuk industri sayuran
organik cukup besar. Kegiatan promosi dan periklanan dapat menarik minat calon
konsumen untuk mencoba dan membeli produk kelompok tani. Hal ini akan
mendukung usaha pengembangan pangsa pasar produk dan dapat menjadi
alternatif strategi untuk mengatasi kelemahan kegiatan promosi yang selama ini
dinilai kurang gencar. Selain itu, adanya peluang pangsa pasar sayuran organik
yang masih luas dan trend back to nature dapat menjadi pertimbangan bagi
kelompok tani. Promosi dapat dilakukan dengan memberikan informasi yang
lengkap kepada calon konsumen, dengan mencantumkan keterangan mengenai
produk pada kemasan atau brosur dan ikut serta dalam kegiatan pameram dagang.
Pemberian kemasan dan lebel juga dapat membantu kegiatan promosi produk,
dengan adanya kemasan dan label maka akan mempermudah konsumen untuk
mengenali produk sayuran yang diproduksi oleh kelompok tani. Kegiatan
promosi/ pemasaran sangat diperlukan untuk mengenalkan, mengingatkan dan
menarik minat konsumen untuk membeli produk yang ditawarkan kelompok tani.

3) Strategi S-T (Strengths-Threats)


Strategi S-T adalah strategi yang menggunakan kekuatan kelompok tani
untuk menghindari atau mengurangi pengaruh dari ancaman eksternal. Strategi
yang dapat digunakan oleh kelompok tani yaitu memperkuat dan mempertahankan
daerah pemasaran yang sudah ada. Hal ini dilakukan mengingat daerah pemasaran
produk sayuran kelompok tani Putera Alam pada saat ini sedikit berkurang
dikarenakan permasalahan yang terjadi dengan beberapa perusahaan supplier,
sehingga mengharuskan kelompok tani untuk memperkuat dan mempertahankan
daerah pemasaran yang ada.
Strategi ini juga didukung dengan kekuatan kelompok tani lainnya berupa
produk yang berkualitas, perencanaan tanam yang baik, pelayanan konsumen
yang sudah baik, dapat menyerap tenaga kerja, dengan mengurangi pengaruh
ancaman eksternal seperti perkembangan jenis hama dan penyakit pada tanaman,
kemudahan mendapatkan produk substitusi, perubahan cuaca dan perubahan
fungsi lahan dari lahan pertanian menjadi lahan pemukiman.

4) Strategi W-T (Weakness-Threats)


Strategi W-T adalah taktik defensif yang diarahkan pada pengurangan
kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal. Strategi yang dapat
digunakan oleh kelompok tani adalah melakukan riset pasar untuk memantau
perkembangan pemasaran produk, harga dan tingkat persaingan. Strategi ini dapat
dilakukan dengan menjalin kerjasama (net working) dengan perusahaan-
perusahaan untuk mencari dan mendapatkan informasi pasar pertanian organik.
6.10. Tahap Keputusan (Decision Stage)
Tahap keputusan atau tahap pemilihan strategi merupakan tahap ketiga
dari proses manajemen strategi. Tahap tersebut dilakukan setelah memperoleh
beberapa alternatif strategi melalui matriks IE dan SWOT. Alat analisis yang
digunakan pada tahap keputusan strategi adalah QSPM atau Quantitative Strategic
Planning Matrix.
QSPM digunakan untuk mengevaluasi pilihan strategi alternatif secara
obyektif dan dirancang untuk menentukan daya tarik relatif dan alternatiftindakan
yang layak berdasarkan hasil analisis pada tahap pertama (The Input Stage) dan
kedua (The Matching Stage). QSPM juga digunakan sebagai rekomendasi strategi
yang harus dijalankan bagi keberlangsungan kelompok tani pada masa yang akan
datang.
Penentuan nilai daya tarik (AS) terhadap alternatif-alternatif strategi
pengembangan usaha dilakukan oleh satu orang responden yang memiliki
kapasitas dalam penentuan strategi kelompok tani yaitu ketua kelompok tani
putera alam. Alternatif-alternatif dari matriks SWOT kemudian diperingkatkan
berdasarkan nilai daya tariknya terhadap faktor-faktor strategi perusahaan.
Strategi yang dipilih merupakan total nilai daya tarik (Total Attractive Score -
TAS) terbesar yang merupakan strategi paling sesuai untuk diimplementasikan
oleh kelompok tani. Semakin tinggi nilai TAS, menunjukkan strategi ini semakin
menarik dengan mempertimbangkan semua faktor eksternal dan internal yang
dapat mempengaruhi kebutuhan strategi. Urutan prioritas strategi kelompok tani
hasil analisis QSPM berdasarkan total TAS (Lampiran 4) tertinggi sampai
terendah adalah sebagai berikut :
1. Memperkuat dan mempertahankan daerah pemasaran yang sudah ada (TAS :
6,327)
2. Mempertahankan dan meningkatkan pelayanan terhadap konsumen serta
memperluas jaringan distribusi dan pemasaran (TAS : 6,005)
3. Mengoptimalkan upaya promosi produk, pendistribusian produk,
mengusahakan kemasan dan label produk untuk meningkatkan serta
mempertahankan loyalitas konsumen (TAS : 5,887)
4. Mempertahankan dan mempererat hubungan kerja sama dengan pihak
akademisi dan lembaga penelitian serta pemerintah untuk menghasilkan benih
yang berkualitas (TAS : 5,646)
5. Mengusahakan sertifikasi organik serta membuat kontrak kerja sama secara
jelas dan tertulis (TAS : 5,511)
6. Memperbaiki dan meningkatkan kemampuan manajerial dan teknik budidaya
dengan mempelajari perkembangan teknologi dan mengikuti pelatihan (TAS :
5,450)
7. Melaukan riset pasar untuk memantau perkembangan pemasaran produk,
harga dan tingkat persaingan (TAS : 5,061).
VII. KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil analisis faktor eksternal dan internal, diketahui faktor-
faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Kekuatan
kelompok tani adalah produk yang berkualitas, perencanaan tanam yang sudah
baik, pelayanan konsumen yang sudah baik dan dapat menyerap tenaga kerja.
Kelemahan yang dimiliki kelompok tani adalah belum memiliki kemasan dan
label, teknologi produksi yang digunakan masih sederhana, kualitas SDM
yang masih rendah, kurangnya upaya promosi produk, pengarsipan data yang
belum tertata rapi, belum ada sertifikasi produk, keterbatasan modal, kontrak
kerjasama tidak tertulis, serta lemahnya akses kelompok tani tentang pasar
sayuran organik.
Peluang yang ada untuk kelompok tani antara lain adalah adanya asosiasi
pertanian organik, perkembangan teknologi, kebijakan pemerintah mengenai
program “Go Organic 2010”, loyalitas konsumen yang tinggi, tersedianya
tenaga kerja yang potensial di daerah setempat, perubahan gaya hidup yang
cenderung back to nature, daerah pemasaran sayuran organik yang masih luas,
serta hambatan untuk masuk industri sayuran organik cukup besar. Ancaman
yang akan dihadapi oleh kelompok tani adalah perkembangan jenis hama dan
penyakit pada tanaman, kemudahan mendapat produk substitusi, serta
perubahan cuaca dan perubahan fungsi lahan dari lahan pertanian menjadi
lahan pemukiman.
2. Berdasarkan posisi pada matriks IE, kelompok tani berada pada kuadran
II. Inti strategi yang dapat diterapkan kelompok tani Putera Alam adalah
strategi growth and build (tumbuh dan kembang), melalui strategi intensif atau
strategi integrasi. Prioritas strategi yang dapat direkomendasikan kepada
kelompok tani adalah sebagai berikut:
8. Memperkuat dan mempertahankan daerah pemasaran yang sudah ada
(TAS : 6,327)
9. Mempertahankan dan meningkatkan pelayanan terhadap konsumen serta
memperluas jaringan distribusi dan pemasaran (TAS : 6,005)
10. Mengoptimalkan upaya promosi produk, pendistribusian produk,
mengusahakan kemasan dan label produk untuk meningkatkan serta
mempertahankan loyalitas konsumen (TAS : 5,887)
11. Mempertahankan dan mempererat hubungan kerja sama dengan pihak
akademisi dan lembaga penelitian serta pemerintah untuk menghasilkan
benih yang berkualitas (TAS : 5,646)
12. Mengusahakan sertifikasi organik serta membuat kontrak kerja sama
secara jelas dan tertulis (TAS : 5,511)
13. Memperbaiki dan meningkatkan kemampuan manajerial dan teknik
budidaya dengan mempelajari perkembangan teknologi dan mengikuti
pelatihan (TAS : 5,450)
14. Melaukan riset pasar untuk memantau perkembangan pemasaran produk,
harga dan tingkat persaingan (TAS : 5,061).

a. Saran
1. Dari segi produk, kelompok tani disarankan untuk memberi label dan kemasan
dan mengusahakan sertifikasi sayur organik untuk meningkatkan loyalitas
konsumen dan supplier.
2. Kelompok tani disarankan melakukan promosi seperti mengikuti atau
mengadakan pameran sayuran organik.
3. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai analisis sistem pemasaran
untuk melihat efektivitas sistem pemasaran yang selama ini dijalankan.
DAFTAR PUSTAKA

Afifi, M. F. 2007. Analisis Kepuasan Konsumen terhadap Atribut Sayuran


Organik dan Penerapan Personal SellingBenny’s Organic Gaeden.
Skripsi. Program Ektensi Manajemen Agribisnis, IPB. Bogor.

Astawan, M. 2007. Sehat Optimal dengan Sayur dan Buah.


http://www.kompas.com/verl/kesehatan/07/12/16. htm (Diakses pada
17 Februari 2008)

Badan Pusat Statistik. 2008. Kabupaten Bogor Dalam Angka 2007. Bogor.

David, F. R. 2006. Manajemen Strategi, Edisi Kesepuluh. PT. Intan Sejati Klaten.
Jakarta.

Fitri, M. A. A. 2006. Strategi Pengembangan Usaha Sayuran Organik pada


Kelompok Tani ”Usaha Bersama” Kabupaten Tanah Datar Sumatera
Barat. Skripsi. Program Studi Manajemen Agribisnis. Fakultas
Pertanian, IPB. Bogor.

Kinnear T. C, Taylor I. R. 1991. Marketing Research an Applied Approach.


McGraw-Hill International Edition.

Kotler, P. 2005. Manajemen Pemasaran Edisi Kesebelas Jilid 1. PT INDEKS


Kelompok Gramedia. Jakarta.

Nursyamsiah. 2008. Strategi Pengembangan Usaha Produk Sayuran Organik pada


PT. Amani Mastra, Jakarta. Skripsi. Program Studi Manajemen
Agribisnis. Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi. Fakultas
Pertanian, IPB. Bogor.

Porter, M. E. 1980. Strategi Bersaing Teknik Menganalisis Industri dan Pesaing.


Terjemahan. Erlangga. Jakarta.

Pracaya. 2007. Bertanam Sayuran Organik di Kebun, Pot dan Polibag. Cetakan
kedelapan. Penebar Swadaya. Jakarta.

Rangkuti, F. 2006. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis, Cetakan


keempat belas. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Rohmiatin, Elmi, 2006. Analisis Strategi Pengembangan Beras Organik Lembaga


Pertanian Sehat Di Desa Pasir Buncir Kecamatan Caringin Kabupaten
Bogor. Skripsi. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas
Pertanian, IPB. Bogor.
Rosita, S. 2008. Analisis Strategi Usaha Sayuran Organik di PT Anugerah Bumi
Persada “RR Organik Farm”, Kabupaten Cianjur. Skripsi. Program
Studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya. Fakultas Pertanian, IPB.
Bogor.

Setyati, H. S. 1989. Dasar-dasar Hortikultura. Jurusan Budidaya Pertanian, IPB.


Bogor.

Situs Agribisnis. Prinsip Pertanian Orgaik IFOAM. http://www.agribisnis-


ganesha.com/index.php.htm (Diakses pada 16 Februari 2008)
Situs Departeman Pertania. http://www.hortikultura.deptan.go.id//Pengembangan
komoditas hortikultura pada tahun 2008. (Diakses pada 18 Februari
2009).

Situs Departeman Pertanian. http://www.agribisnis.deptan.go.id//Pertanian


organik. (Diakses pada 14 Agustus 2009).

Soedharoedjian, R. 1993. Produksi Sayuran di Daerah Tropika. Gadjah Mada


University Press. Yogyakarta.

Situs Provinsi Jawa Barat. Perda Prov Jawa Barat, Retribusi Pelayanan Pengujian
Mutu Benih, Pestisida serta Pupuk Tanaman Pangan dan Hortikultura.
http://birohukum.jabarprov.go.id/data/perundangan. (Diakses pada 14
Agustus 2009).

Umar, H. 2003. Strategi Management in Action. PT. Gramedia Pustaka Utama.


Jakarta.

Yanti, M. 2006. Strategi Pengembangan Usaha Sayuran Organik di Pertanian


Organik “KebonKu”. Skripsi. Program Studi Manajemen Agribisnis.
Fakultas Pertanian, IPB. Bogor.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Peringkat Faktor Strategi Internal
Faktor-faktor Strategis Internal Peringkat (Rating)
Kekuatan (Strengths) Resp 1 Resp 2 Resp 3
A. Produk yang berkualitas 4 4 4
B. Perencanaan tanam yang sudah baik 4 3 4
C. Hubungan ketua dengan anggota kelompok
tani 4 3 3
D. Pelayanan konsumen yang sudah baik 3 4 4
K. Dapat menyerap tenaga kerja 4 3 3
Kelemahan (Weaknesses)
E. Belum memiliki kemasan dan label 2 2 2
F. Teknologi produksi yang digunakan masih
sederhana 2 2 1
G. Kualitas SDM yang masih rendah 1 2 1
H. Kurangnya upaya promosi produk 2 2 1
I. Pengarsipan data-data yang belum tertata rapi 1 2 2
J. Belum ada sertifikasi produk 1 1 1
L. Keterbatasan modal 1 1 1
M. Kontrak kerja sama tidak tertulis 2 2 2
N. Lemahnya akses kelompok tani tentang pasar
sayuran organik 2 2 1

80
Lampiran 2. Penentuan Peringkat (Rating) Rata-rata dari Tiga Responden untuk
Faktor Internal
Faktor-faktor Strategis Internal Peringkat (Rating)
Resp 1 Resp 2 Resp 3 Peringkat
Kekuatan (Strengths)
(60%) (20%) (20%)
A. Produk yang berkualitas 2.4 0.8 0.8 4.000
B. Perencanaan tanam yang sudah
2.4 0.6 0.8 3.800
baik
C. Hubungan ketua dengan anggota
2.4 0.6 0.6 3.600
kelompok tani
D. Pelayanan konsumen yang sudah
1.8 0.8 0.8 3.400
baik
K. Dapat menyerap tenaga kerja 2.4 0.6 0.6 3.600
Kelemahan (Weaknesses)
E. Belum memiliki kemasan dan label 1.2 0.4 0.4 2.000
F. Teknologi produksi yang
1.2 0.4 0.2 1.800
digunakan masih sederhana
G. Kualitas SDM yang masih rendah 0.6 0.4 0.2 1.200
H. Kurangnya upaya promosi produk 1.2 0.4 0.2 1.800
I. Pengarsipan data-data yang belum
0.6 0.4 0.4 1.400
tertata rapi
J. Belum ada sertifikasi produk 0.6 0.2 0.2 1.000
L. Keterbatasan modal 0.6 0.2 0.2 1.000
M. Kontrak kerja sama tidak tertulis 1.2 0.4 0.4 2.000
N. Lemahnya akses kelompok tani
1.2 0.4 0.2 1.800
tentang pasar sayuran organik

Keterangan: Responden 1 (Ketua Kelompok Tani Putera)


Responden 2 (Penyuluh dari Tim Academic Frontier Research
Project Institut Pertanian Bogor)
Responden 3 (Dinas Pertanian, Bagian Hortikultura)

81
Lampiran 3. Peringkat Faktor Strategi Eksternal
Faktor-faktor Strategis Eksternal Peringkat (Rating)
Peluang (Opportunities) Resp 1 Resp 2 Resp 3
A. Pangsa pasar sayuran organik yang masih luas 4 4 4
B. Perubahan gaya hidup masyarakat yag
cenderung back to nature 4 4 4
C. Loyalitas konsumen yang tinggi 4 4 4
D. Tersedianya tenaga kerja yang potensial di
daerah setempat 3 3 4
E. Kebijakan pemerintah mengenai program "Go
Organic 2010" 4 3 4
F. Perkembangan Teknologi 4 3 3
H. Hambatan untuk masuk industri sayuran
organik cukup besar 3 3 4
J. Adanya asosiasi pertanian organik 3 3 3
Ancaman (Threats)
G. Perkembangan jenis hama dan penyakit pada
tanaman 2 2 2
I. Kemudahan mendapatkan produk substitusi 3 2 2
K. Perubahan cuaca dan isu bencana alam yang
terjadi di Indonesia 3 2 3

82
Lampiran 4. Penentuan Peringkat (Rating) Rata-rata dari Tiga Responden untuk
Faktor Eksternal
Faktor-faktor Strategis Eksternal Peringkat (Rating)
Resp 1 Resp 2 Resp 3 Peringkat
Peluang (Opportunities)
(60%) (20%) (20%)
A. Pangsa pasar sayuran organik yang
masih luas 2.4 0.8 0.8 4.000
B. Perubahan gaya hidup masyarakat
yag cenderung back to nature 2.4 0.8 0.8 4.000
C. Loyalitas konsumen yang tinggi 2.4 0.8 0.8 4.000
D. Tersedianya tenaga kerja yang
potensial di daerah setempat 1.8 0.6 0.8 3.200
E. Kebijakan pemerintah mengenai
program "Go Organic 2010" 2.4 0.6 0.8 3.800
F. Perkembangan Teknologi 2.4 0.6 0.6 3.600
H. Hambatan untuk masuk industri
sayuran organik cukup besar 1.8 0.6 0.8 3.200
J. Adanya asosiasi pertanian organik 1.8 0.6 0.6 3.000
Ancaman (Threats)
G. Perkembangan jenis hama dan
penyakit pada tanaman 1.2 0.4 0.4 2.000
I. Kemudahan mendapatkan produk
substitusi 1.8 0.4 0.4 2.600
K. Perubahan cuaca dan isu bencana
alam yang terjadi di Indonesia 1.8 0.4 0.6 2.800

Keterangan: Responden 1 (Ketua Kelompok Tani Putera)


Responden 2 (Penyuluh dari Tim Academic Frontier Research
Project Institut Pertanian Bogor)
Responden 3 (Dinas Pertanian, Bagian Hortikultura)

83
Lampiran 5. Matriks Perbandingan Berpasangan Faktor Internal (Responden 1/ Ketua Kelompok Tani Putera Alam)

Total
Faktor-faktor Strategis Internal A B C D E F G H I J K L M N Bobot
Xi
A 2 2 1 1 1 3 1 1 1 1 1 3 1 19 0.052
B 2 2 2 2 2 3 3 1 1 1 1 3 1 24 0.066
C 2 2 2 3 3 3 3 1 1 1 1 3 1 26 0.071
D 3 2 2 1 1 1 1 1 3 1 1 3 3 23 0.063
G 3 2 1 3 3 1 2 2 2 2 2 2 2 27 0.074
H 3 2 1 3 1 2 2 2 2 1 2 2 2 25 0.069
I 1 1 1 3 3 2 2 3 2 1 2 3 2 26 0.071
L 3 1 1 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 27 0.074
M 3 3 3 3 2 2 1 1 2 2 2 1 1 26 0.071
N 3 3 3 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 27 0.074
O 3 3 3 3 2 3 3 2 2 2 3 2 2 33 0.091
P 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 1 2 3 30 0.082
Q 1 1 1 1 2 2 1 2 3 2 2 2 3 23 0.063
R 3 3 3 1 2 2 2 2 3 3 2 1 1 28 0.077
Total 364 1.000

84
Lampiran 6. Matriks Perbandingan Berpasangan Faktor Internal (Responden 2/ Penyuluh dari Tim Academic Frontier Research
Project Institut Pertanian Bogor).

Total
Faktor-faktor Strategis Internal A B C D E F G H I J K L M N Bobot
Xi
A 2 2 3 3 2 2 1 3 2 2 2 3 1 28 0.077
B 2 2 2 3 3 3 3 2 1 3 3 3 3 33 0.091
C 2 2 1 1 2 2 1 2 1 2 3 2 1 22 0.060
D 1 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 36 0.099
E 1 1 3 1 1 2 3 3 2 1 1 3 1 23 0.063
F 2 1 2 1 3 2 3 3 2 1 3 3 3 29 0.080
G 2 1 2 1 2 2 1 3 1 1 2 3 2 23 0.063
H 3 1 3 1 1 1 3 2 2 1 2 3 1 24 0.066
I 1 2 2 1 1 1 1 2 2 1 1 2 1 18 0.049
J 2 3 3 1 2 2 3 2 2 1 2 2 1 26 0.071
K 2 1 2 1 3 3 3 3 3 3 1 1 3 29 0.080
L 2 1 1 1 3 1 2 2 3 2 3 3 1 25 0.069
M 1 1 2 1 1 1 1 1 2 2 3 1 1 18 0.049
N 3 1 3 1 3 1 2 3 3 3 1 3 3 30 0.082
Total 364 1.000

85
Lampiran 7. Matriks Perbandingan Berpasangan Faktor Internal (Responden 3/ Dinas Pertanian, KASI Bagian Hortikultura)

Total
Faktor-faktor Strategis Internal A B C D E F G H I J K L M N Bobot
Xi
A 1 2 3 3 1 1 3 3 3 2 1 1 1 25 0.069
B 3 1 2 3 3 1 3 1 3 3 1 3 3 30 0.082
C 2 3 2 3 2 2 1 1 2 3 1 2 2 26 0.071
D 1 2 2 1 2 1 1 1 1 2 1 2 1 18 0.049
E 1 1 1 3 1 1 2 1 2 1 1 1 2 18 0.049
F 3 1 2 2 3 1 3 1 3 3 2 3 1 28 0.077
G 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 38 0.104
H 1 1 3 3 2 1 1 1 1 2 1 3 1 21 0.058
I 1 3 3 3 3 3 1 3 3 3 3 3 3 35 0.096
J 1 1 2 3 2 1 1 3 1 3 1 3 3 25 0.069
K 2 1 1 2 3 1 1 2 1 1 1 1 2 19 0.052
L 3 3 3 3 3 2 1 3 1 3 3 3 3 34 0.093
M 3 1 2 2 3 1 1 1 1 1 3 1 2 22 0.060
N 3 1 2 3 2 3 1 3 1 1 2 1 2 25 0.069
Total 364 1.000

86
Lampiran 8. Matriks Perbandingan Berpasangan Faktor Internal dari Ketiga Responden

Total
Faktor-faktor Strategis Internal A B C D E F G H I J K L M N Bobot
Xi
A 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 1 23 0.063
B 2 2 2 3 3 2 3 1 2 2 2 3 2 29 0.080
C 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 1 23 0.063
D 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 27 0.074
E 2 1 2 2 2 1 2 2 2 1 1 2 2 22 0.060
F 3 1 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 28 0.077
G 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 3 2 29 0.080
H 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 3 1 24 0.066
I 2 3 3 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 27 0.074
J 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 27 0.074
K 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 1 2 26 0.071
L 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 29 0.080
M 2 1 2 1 2 1 1 1 2 2 3 1 2 21 0.058
N 3 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 29 0.080
Total 364 1

87
Lampiran 9. Matriks Perbandingan Berpasangan Faktor Eksternal (Responden 1/ Ketua Kelompok Tani Putera Alam)

Faktor-faktor Strategi Eksternal A B C D E F G H I J K Total Xi Bobot


A 2 2 2 2 2 2 1 1 3 1 18 0.082
B 2 1 1 2 2 2 2 1 2 1 16 0.073
C 2 3 2 2 2 1 2 2 3 1 20 0.091
D 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 22 0.100
E 2 2 2 2 2 3 1 2 2 2 20 0.091
F 2 2 2 2 2 2 2 1 1 3 19 0.086
G 2 2 3 2 1 2 3 1 1 3 20 0.091
H 3 2 2 2 3 2 1 2 2 3 22 0.100
I 3 3 2 2 2 3 3 2 3 3 26 0.118
J 1 2 1 1 2 3 3 2 1 3 19 0.086
K 3 3 3 2 2 1 1 1 1 1 18 0.082
Total 220 1.000

88
Lampiran 10. Matriks Perbandingan Berpasangan Faktor Eksternal (Responden 2/ Penyuluh dari Tim Academic Frontier Research
Project Institut Pertanian Bogor).

Faktor-faktor Strategi Eksternal A B C D E F G H I K L Total Xi Bobot


A 1 1 3 2 3 3 3 3 3 3 25 0.114
B 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 29 0.132
C 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 29 0.132
D 1 1 1 1 3 3 1 3 2 3 19 0.086
E 2 1 1 3 1 1 1 1 1 2 14 0.064
F 1 1 1 1 3 2 3 3 3 3 21 0.095
G 1 1 1 1 3 2 3 3 3 2 20 0.091
H 1 1 1 3 3 1 1 2 1 3 17 0.077
I 1 1 1 1 3 1 1 2 1 2 14 0.064
J 1 1 1 2 3 1 1 3 3 3 19 0.086
K 1 1 1 1 2 1 2 1 2 1 13 0.059
Total 220 1.000

89
Lampiran 11. Matriks Perbandingan Berpasangan Faktor Eksternal (Responden 3/ Dinas Pertanian, KASI Bagian Hortikultura).

Faktor-faktor Strategi Eksternal A B C D E F G H I J K Total Xi Bobot


A 1 1 3 1 1 1 2 2 3 1 16 0.073
B 3 3 3 2 1 3 2 3 3 2 25 0.114
C 3 1 2 1 2 3 1 1 2 1 17 0.077
D 1 1 2 1 1 1 1 1 3 1 13 0.059
E 3 2 3 3 1 1 2 3 1 1 20 0.091
F 3 3 2 3 3 1 1 2 2 1 21 0.095
G 3 1 1 3 3 3 3 3 1 2 23 0.105
H 2 2 3 3 2 3 1 1 1 2 20 0.091
I 2 1 3 3 1 2 1 3 2 2 20 0.091
J 1 1 2 1 3 2 3 3 2 2 20 0.091
K 3 2 3 3 3 3 2 2 2 2 25 0.114
Total 220 1.000

90
Lampiran 12. Matriks Perbandingan Berpasangan Faktor Eksternal dari Ketiga Responden

Faktor-faktor Strategi Eksternal A B C D E F G H I J K Total Xi Bobot


A 1 1 3 2 2 2 2 2 3 2 20 0.091
B 3 2 2 2 2 3 2 2 3 2 23 0.105
C 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 22 0.100
D 1 2 2 1 2 2 1 2 3 2 18 0.082
E 2 2 2 3 1 2 1 2 1 2 18 0.082
F 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 21 0.095
G 2 1 2 2 2 2 3 2 2 2 20 0.091
H 2 2 2 3 3 2 1 2 1 3 21 0.095
I 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20 0.091
J 1 1 1 1 3 2 2 3 2 3 19 0.086
K 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 18 0.082
Total 220 1

91
Lampiran 13. Matriks Perencanaan Strategi Kuantitatif (Quantitative Strategic Planning Matrix-QSPM)
Faktor Kunci Alternatif Strategi
Bobot Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3 Strategi 4 Strategi 5 Strategi 6 Strategi 7
AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS
Faktor Internal
Kekuatan (Strengths)
A. Produk yang berkualitas 0.063 3 0.189 3 0.189 2 0.126 3 0.189 4 0.252 2 0.126 4 0.252
B. Perencanaan tanam yang sudah baik 0.080 1 0.080 2 0.160 3 0.240 3 0.240 4 0.320 1 0.080 3 0.240
C. Hubungan ketua dengan anggota kelompok tani 0.063 1 0.063 1 0.063 3 0.189 2 0.126 2 0.126 2 0.126 3 0.189
D. Pelayanan konsumen yang sudah baik 0.074 4 0.296 3 0.222 3 0.222 4 0.296 4 0.296 2 0.148 3 0.222
K. Dapat menyerap tenaga kerja 0.071 4 0.284 2 0.142 4 0.284 3 0.213 3 0.213 2 0.142 2 0.142
Kelemahan (Weaknesses)
E. Belum memiliki kemasan dan label 0.060 4 0.240 4 0.240 2 0.120 4 0.240 3 0.180 2 0.120 4 0.240
F. Teknologi produksi yang digunakan masih sederhana 0.077 2 0.154 2 0.154 4 0.308 3 0.231 2 0.154 3 0.231 3 0.231
G. Kualitas SDM yang masih rendah 0.080 2 0.160 2 0.160 4 0.320 2 0.160 2 0.160 4 0.320 3 0.240
H. Kurangnya upaya promosi produk 0.066 3 0.198 3 0.198 2 0.132 4 0.264 3 0.198 3 0.198 3 0.198
I. Pengarsipan data-data yang belum tertata rapi 0.074 1 0.074 1 0.074 4 0.296 2 0.148 2 0.148 2 0.148 2 0.148
J. Belum ada sertifikasi produk 0.074 4 0.296 4 0.296 3 0.222 3 0.222 3 0.222 2 0.148 3 0.222
L. Keterbatasan modal 0.080 2 0.160 1 0.080 2 0.160 2 0.160 3 0.240 1 0.080 3 0.240
M. Kontrak kerja sama tidak tertulis 0.058 3 0.174 3 0.174 2 0.116 2 0.116 3 0.174 2 0.116 2 0.116
N. Lemahnya akses kelompok tani tentang pasar sayuran organik 0.080 2 0.160 2 0.160 1 0.080 2 0.160 4 0.320 4 0.320 3 0.240
1
Faktor Eksternal
Peluang (Opportunities)
A. Pangsa pasar sayuran organik yang masih luas 0.091 4 0.364 3 0.273 2 0.182 4 0.364 4 0.364 3 0.273 2 0.182
B. Perubahan gaya hidup masyarakat yag cenderung back to nature 0.105 4 0.420 3 0.315 2 0.210 4 0.420 4 0.420 3 0.315 2 0.210
C. Loyalitas konsumen yang tinggi 0.100 4 0.400 4 0.400 2 0.200 3 0.300 4 0.400 3 0.300 2 0.200
D. Tersedianya tenaga kerja yang potensial di daerah setempat 0.082 3 0.246 1 0.082 3 0.246 2 0.164 3 0.246 2 0.164 2 0.164
E. Kebijakan pemerintah mengenai program "Go Organic 2010" 0.082 4 0.328 4 0.328 2 0.164 3 0.246 4 0.328 3 0.246 2 0.164
F. Perkembangan Teknologi 0.095 3 0.285 4 0.380 4 0.380 3 0.285 3 0.285 4 0.380 4 0.380
H. Hambatan untuk masuk industri sayuran organik cukup besar 0.095 4 0.380 3 0.285 3 0.285 4 0.380 2 0.190 3 0.285 3 0.285
J. Adanya asosiasi pertanian organik 0.086 4 0.344 4 0.344 3 0.258 4 0.344 4 0.344 3 0.258 3 0.258
Ancaman (Threats)
G. Perkembangan jenis hama dan penyakit pada tanaman 0.091 3 0.273 2 0.182 4 0.364 2 0.182 2 0.182 2 0.182 4 0.364
I. Kemudahan mendapatkan produk substitusi 0.091 3 0.273 4 0.364 2 0.182 3 0.273 4 0.364 3 0.273 3 0.273
K. Perubahan cuaca dan perubahan fungsi lahan dari lahan pertanian 0.082 2 0.164 3 0.246 2 0.164 2 0.164 3 0.246 1 0.082 3 0.246
menjadi lahan pemukiman
Total Nilai Daya Tarik 1 6.005 5.511 5.450 5.887 6.372 5.061 5.646

92
Keterangan :
Nilai 1 : Tidak Menarik Nilai 3 : Cukup Menarik
Nilai 2 : Agak Menarik Nilai 4 : Sangat Menarik

Strategi 1 = Mempertahankan dan meningkatkan pelayanan terhadap konsumen


serta memperluas jaringan distribusi dan pemasaran.
Strategi 2 = Mengusahakan sertifikasi organik serta membuat kontrak kerjasama
secara tertulis.
Strategi 3 = Memperbaiki dan meningkatkan kemampuan manajerial dan teknik
budidaya dengan mempelajari perkembangan teknologi dan
mengikuti pelatihan.
Strategi 4 = Mengoptimalkan upaya promosi produk, pendistribusian produk,
mengusahakan kemasan dan label produk untuk meningkatkan serta
mempertahankan loyalitas konsumen.
Strategi 5 = Memperkuat dan mempertahankan pangsa pasar yang sudah ada.
Strategi 6 = Melakukan riset pasar untuk memantau perkembangan pemasaran
produk, harga dan tingkat persaingan.
Strategi 7 = Mempertahankan dan mempererat hubungan kerjasama dengan
pihak akademisi dan lembaga penelitian pemerintah untuk
menghasilkan benih berkualitas.

93
Lampiran 14. Kuesioner Identitas Anggota Kelompok Tani

Identitas Anggota Kelompok Tani.

1. Nama : (L/P)
2. Alamat :

3. Status Pernikahan :
(1) Belum menikah (2) Menikah

4. Umur :
(1) 17-25 tahun (4) 46-55 tahun
(2) 26-35 tahun (5) >55 tahun
(3) 36-45 tahun

5. Pendidikan Terakhir :
(1) SD (5) Akademi
(2) SLTP (6) Sarjana
(3) SLTA (7) Pascasarjana
(4) Diploma/Politeknik

6. Jumlah Tanggungan dalam Keluarga? ........... Orang


7. Rata-rata Pendapatan Per Bulan :
(1) Rp.100.000 – Rp.300.000
(2) Rp.300.000 – Rp.500.000
(3) Rp.500.000 – Rp.1.000.000
(4) > Rp.1.000.0000

8. Luas Lahan yang Digarap? ................. Ha


9. Status Lahan yang Digarap :
(1) Milik Sendiri
(2) Sewa
(3) Garapan

94
Lampiran 15. Gambar Lokasi Perwakilan Lahan Anggota Kelompok Tani Putera
Alam

Bedengan dengan Penutup Net Bedengan dengan Penutup Mulsa Plastik

Penggunaan Mulsa Plastik dan Ajir Penggunaan Ajir

Bunga cikotok Kacang Babi

Bunga Lavender Sereh Wangi

Penampungan Air Penampungan Air

95

You might also like