Professional Documents
Culture Documents
SKRIPSI
RETNO WIJAYANTI
H34066106
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009
RINGKASAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Strategi
Pengembangan Usaha Sayuran Organik (Studi Khasus: Kelompok Tani Putera
Alam Desa Sukagalih, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor)” adalah
karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi
manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Retno Wijayanti
H34066106
Judul : Strategi Pengembangan Usaha Sayuran Organik
(Studi Kasus : Kelompok Tani Putera Alam Desa Sukagalih, Kecamatan
Megamendung, Kabupaten Bogor).
Nama : Retno Wijayanti
NIM : H34066106
Disetujui,
Pembimbing
Diketahui,
Ketua Departemen Agribisnis
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Tanggal Lulus :
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke-hadirat Allah SWT, atas rahmat,
karunia dan izin-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Strategi
Pengembangan Usaha Sayuran Organik (Studi Kasus : Kelompok Tani Putera
Alam Desa Sukagalih, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor)”. Sholawat
dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Besar
Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, serta pengikutnya hingga akhir
masa.
Penelitian ini penting dilakukan mengingat kelompok tani Putera Alam
merupakan satu-satunya kelompok tani di desa Sukagalih yang mengusahakan
budidaya sayuran organik. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan eksternal dan internal yang dapat
mempengaruhi kelompok tani, serta menyusun dan merumuskan strategi
pengembangan usaha yang dapat diterapkan oleh kelompok tani Putera Alam.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat kekurangan dalam
penyusunan skripsi ini. Keterbatasan penulis dan berbagai kendala yang dihadapi
merupakan penyebab tidak sempurnanya skripsi ini. Harapan penulis, semoga
hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.
Penyelesaian tugas akhir ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, penulis ingin
menyampaikan terimakasih dan penghargaan kepada:
1. Kedua orangtua tercinta, papa dan mama atas do’a, nasehat, perhatian serta
dukungannya baik moril maupun materi yang diberikan selama telah
diberikan. Mbak Henny dan Adek Asih atas dukungan dan perhatiannya. Serta
keluarga besar tercinta atas do’anya.
2. Dr. Ir. Andriyono Kilat Adhi selaku dosen pembimbing, arahan, waktu dan
kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.
3. Ir. Burhanuddin, MM selaku dosen penguji utama dan Ir. Popong Nurhayati,
MM selaku dosen penguji komisi akademik, yang telah memberikan banyak
masukan dan saran kepada penulis untuk perbaikan skripsi ini.
4. Bapak Rahmat hidayat dan Kelompok Tani Putera Alam atas waktu,
kesempatan dan informasi yang diberikan.
5. Bapak Anto, Bapak Dadang dan Bapak Ubed atas bantuannya.
6. Keluarga besar bapak Ir. Eko Budiono atas perhatian dan do’anya.
7. Tedi Aditya atas perhatian, kesabaran, waktun dan bantuannya selama ini.
8. Seluruh dosen dan staf pengajar Program Studi Penyelenggaraan Khusus
(Ekstensi Agribisnis) yang telah memberikan pengetahuan dan bantuan
selama masa perkuliahan.
9. Mbak Liska, Mbak Nur, Mbak Rahmi, Mbak Maya, Mbak Dewi, Mas Adji
Mas Agus dan semua pihak sekretariat Ekstensi Agribisnis atas bantuannya.
10. Teh Uum, Teh Erni, Meylani, Armayuni, Nuning, Risman, Ayla, Balqis,
Tami, Emil, Mastuti, Ani atas dukungan dan kebersamaannya.
11. Teman-teman Ekstensi Agribisnis angkatan 1 atas semangat, dukungan dan
sharing selama penelitian hingga penulisan skripsi, serta seluruh pihak yang
tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas bantuannya.
Retno Wijayanti
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ........................................................................................ v
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ vii
I. PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2. Perumusan Masalah .......................................................................... 3
1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................... 4
1.4. Kegunaan Penelitian ......................................................................... 5
1.5. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................. 5
LAMPIRAN .................................................................................................... 79
DAFTAR TABEL
No. Halaman
1 Produksi dan Luas Panen Sayuran di Kabupaten bogor, 2005-2007 ......... 2
No. Halaman
10. Analisis Matriks SWOT pada Kelompok Tani Putera Alam ..................... 70
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
1. Peringkat Faktor Strategi Internal ............................................................ 80
Pada tahun 2005 luas panen sayuran di kabupaten bogor sebesar 10.302
ha. Sedangkan untuk tahun 2006 mengalami peningkatan menjadi 13.275 hektar.
Produksi sayuran di kabupaten Bogor juga cenderung mengalami peningkatan
seiring dengan peningkatan luas panen. Pada tahun 2005 produksi sayuran di
kabupaten Bogor berjumlah 110.212 ton. Sedangkan tahun 2006 produksi
sayuran kabupaten Bogor mengalami peningkatan menjadi 166.890 ton, dengan
luas panen 13.275 hektar. Meskipun pada tahun 2007 luas panen dan produksi
mengalami penurunan, tetapi penurunan tersebut tidak signifikan, yaitu sebesar
12.768 hektar untuk luas panen dan 126.743,8 ton untuk produksi sayuran.
Penurunan luas panen disebabkan karena adanya perubahan lahan pertanian
menjadi pemukiman, sehingga lahan pertanian menjadi berkurang.
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, banyak
penemuan baru yang kemudian menggeser sistem pertanian tradisional menjadi
sistem pertanian konvensional. Sistem pertanian konvensional dicirikan dengan
penggunaan input-input anorganik dan bahan-bahan kimia pertanian dalam proses
budidaya. Hal ini ternyata membawa dampak negatif, akibatnya adalah timbulnya
masalah baru dalam pertanian sayuran, yaitu pencemaran air oleh bahan kimia
pertanian, menurunnya kualitas dan produktivitas sayuran, ketergantungan
terhadap bahan kimia pertanian seperti pupuk dan pestisida serta merosotnya
produktivitas lahan karena erosi, pemadatan lahan dan kurangnya bahan organik.
Dampak lain yang ditimbulkan oleh pertanian konvensional adalah gangguan
kesehatan yang diakibatkan adanya residu kimia yang terkandung dalam produk
sayuran.
Pemahaman masyarakat akan dampak negatif pertanian konvensional baik
terhadap lingkungan maupun kesehatan telah menyadarkan masyarakat untuk
kembali hidup secara sehat dan alami atau yang sekarang lebih dikenal dengan
istilah back to nature. Masyarakat mulai memberikan perhatian lebih besar pada
kualitas dan keamanan produk sayuran yang mereka konsumsi dan menginginkan
makanan yang serba alami dan bebas dari zat kimia, pestisida, hormon dan pupuk
kimia. Keadaan tersebut didukung pula oleh keinginan petani untuk
memproduksi sayuran dengan tidak merusak lingkungan, menghindari
penggunaan pestisida dan pupuk kimia (sayuran organik). Sayuran organik
dianggap mampu memenuhi persyaratan tersebut, sehingga permintaan dan
peluang dalam pemasarannya meningkat.
Salah satu kelompok tani yang bergerak dalam usaha budidaya sayuran
organik adalah kelompok tani Putera Alam yang bernaung dibawah gabungan
kelompok tani (GAPOKTAN) Flamboyan desa Sukagalih, kecamatan
Megamendung, kabupaten Bogor, yang juga merupakan kelompok tani binaan
dibawah bimbingan Tim Academic Frontier Research Project Institut Pertanian
Bogor pada tahun 2008.
Untuk mendukung pembangunan pertanian yang berkelanjutan dan
berdaya saing serta menjaga keberlangsungan kelompok tani dalam menjalankan
usahanya, maka diperlukan penyusunan rencana dan strategi usaha yang handal
dan efektif untuk mencapai sasaran bisnis yang telah ditetapkan, sehingga dapat
meningkatkan profit kelompok tani.
2) Prinsip Kesehatan
Pertanian organik harus melestarikan dan meningkatkan kesehatan tanah,
anaman, hewan, manusia dan bumi sebagai satu kesatuan dan tak terpisahkan.
Prinsip ini menunjukkan bahwa kesehatan tiap individu dan komunitas tak dapat
dipisahkan dari kesehatan ekosistem; tanah yang sehat akan menghasilkan
tanaman sehat yang dapat mendukung kesehatan hewan dan manusia.
Peran pertanian organik baik dalam produksi, pengolahan, distribusi dan
konsumsi bertujuan untuk melestarikan dan meningkatkan kesehatan ekosistem
dan organisme, dari yang terkecil yang berada di dalam tanah hingga manusia.
Secara khusus, pertanian organik dimaksudkan untuk menghasilkan makanan
bermutu tinggi dan bergizi yang mendukung pemeliharaan kesehatan dan
kesejahteraan. Mengingat hal tersebut, maka harus dihindari penggunaan pupuk,
pestisida, obat-obatan bagi hewan dan bahan aditif makanan yang dapat berefek
merugikan kesehatan.
3) Prinsip Perlindungan
Pertanian organik harus dikelola secara hati-hati dan bertanggung jawab
untuk melindungi kesehatan dan kesejahteraan generasi sekarang dan mendatang
serta lingkungan hidup. Pertanian organik merupakan suatu sistem yang hidup
dan dinamis yang menjawab tuntutan dan kondisi yang bersifat internal maupun
eksternal. Prinsip ini menyatakan bahwa pencegahan dan tanggung jawab
merupakan hal mendasar dalam pengelolaan, pengembangan dan pemilihan
teknologi di pertanian organik. Ilmu pengetahuan diperlukan untuk menjamin
bahwa pertanian organik bersifat menyehatkan, aman dan ramah lingkungan.
Dengan pengalaman praktis yang dipadukan dengan kebijakan dan kearifan
tradisional menjadi solusi tepat.
Pertanian organik harus mampu mencegah terjadinya resiko merugikan
dengan menerapkan teknologi tepat guna dan menolak teknologi yang tak dapat
diramalkan akibatnya, seperti rekayasa genetika (genetic engineering). Segala
keputusan harus mempertimbangkan nilai-nilai dan kebutuhan dari semua aspek
yang mungkin dapat terkena dampaknya, melalui proses-proses yang transparan
dan partisipatif.
4) Prinsip Keadilan
Pertanian organik harus membangun hubungan yang mampu menjamin
keadilan terkait dengan lingkungan dan kesempatan hidup bersama. Keadilan
dicirikan dengan kesetaraan, saling menghormati, berkeadilan dan pengelolaan
dunia secara bersama, baik antar manusia dan dalam hubungannya dengan
makhluk hidup yang lain. Prinsip ini menekankan bahwa mereka yang terlibat
dalam pertanian organik harus membangun hubungan yang manusiawi untuk
memastikan adanya keadilan bagi semua pihak di segala tingkatan; seperti petani,
pekerja, pemroses, penyalur, pedagang dan konsumen.
Pertanian organik harus memberikan kualitas hidup yang baik bagi setiap
orang yang terlibat, menyumbang bagi kedaulatan pangan dan pengurangan
kemiskinan. Pertanian organik bertujuan untuk menghasilkan kecukupan dan
ketersediaan pangan maupun produk lainnya dengan kualitas yang baik. Sumber
daya alam dan lingkungan yang digunakan untuk produksi dan konsumsi harus
dikelola dengan cara yang adil secara sosial dan ekologis dan dipelihara untuk
generasi mendatang. Keadilan memerlukan sistem produksi, distribusi dan
perdagangan yang terbuka, adil, dan mempertimbangkan biaya sosial dan
lingkungan yang sebenarnya. Menurut Pracaya (2007), prinsip pertanian organik
yaitu berteman akrab dengan lingkungan, tidak mencemarkan dan merusak
lingkungan hidup. Cara yang ditempuh agar hal tersebut dapat tercapai, antara
lain :
1) Memupuk dengan kompos, pupuk kandang dan guano,
2) Memupuk dengan pupuk hijau,
3) Memupuk dengan limbah yang berasal dari kandang ternak, rumah
pemotongan hewan (RPH), septic tank,
4) Mempertahankan dan melestarikan habitat tanaman dengan pola tanam
polikultur.
1. Tahap Input
Tahap input terdiri atas Matriks EFE, Matriks IFE, dan Matriks CPM. Alat
input membutuhkan penyusun strategi untuk menguantifikasi secara subjektif
selama tahap awal dari proses perumusan strategi. Membuat keputusan kecil
dalam matriks input berhubungan dengan tingkat penting relatif dari faktor
internal dan eksternal memungkinkan penyusun strategi untuk menghasilkan dan
mengevaluasi alternatif strategi dengan lebih efektif. Penilaian intuitif yang baik
selalu dibutuhkan untuk menentukan bobot dan peringkat yang sesuai.
2. Tahap Pencocokan
Strategi kadang-kadang didefinisikan sebagai pencocokan yang dibuat
suatu organisasi antara sumber daya dan keterampilan internalnya dengan peluang
dan risiko yang diciptakan oleh faktor eksternal. Tahap pencocokan dari kerangka
kerja perumusan strategi terdiri atas lima teknik yang dapat digunakan, yaitu
Matriks SWOT, Matriks SPACE, Matriks BCG, Matriks IE, dan Matriks Grand
Strategy. Alat ini bersandar pada informasi yang diturunkan dari tahap input
untuk mencocokkan peluang dan ancaman eksternal dengan kekuatan dan
kelemahan internal. Mencocokkan faktor keberhasilan kunci internal dan
eksternal adalah kunci untuk menghasilkan alternatif strategi yang layak secara
efektif.
3. Tahap Keputusan
Analisis dan intuisi memberikan dasar untuk membuat keputusan
perumusan strategi. Teknik pencocokkan mengungkapkan alternatif strategi yang
layak. Banyak dari strategi ini kemungkinan diajukan oleh manajer dan karyawan
yang berpartisipasi dalam aktivitas analisis dan pilihan strategi. Strategi tambahan
yang dapat dihasilkan dari analisis pencocokan dapat didiskusikan dan
ditambahkan ke dalam daftar pilihan alternatif yang layak.
1. Manajemen
Fungsi manajemen terdiri dari lima aktivitas dasar yaitu perencanaan,
pengorganisasian, pemberian motivasi, pengelolaan staf, dan pengendalian.
Perencanaan dapat memiliki pengaruh yang positif terhadap kinerja organisasi dan
individu. Perencanaan memungkinkan organisasi mengidentifikasi dan
memanfaatkan peluang eksternal dan meminimalkan pengaruh ancaman eksternal.
Pererencanaan mencakup pengembangan misi, peramalan kejadian dan tren masa
depan, penetapan tujuan, dan pemilihan strategi yang akan dijalankan.
2. Pemasaran
Pemasaran dapat digambarkan sebagai proses mendefinisikan,
mengantisipasi, menciptakan, serta memenuhi kebutuhan dan keinginan
pelanggan atas barang dan jasa. Ada tujuh fungsi pemasaran, yaitu analisis
pelanggan, penjualan produk/jasa, perencanaan produk dan jasa, penetapan harga,
distribusi, riset pemasaran, dan analisis peluang. Pemahaman terhadap fungsi
pemasaran membantu penyusun strategi mengidentifikasi dan mengevaluasi
kelemahan pemasaran.
3. Keuangan/akuntansi
Kondisi keuangan sering dianggap sebagai satu ukuran terbaik untuk
posisi kompetitif dan daya tarik keseluruhan suatu perusahaan. Menentukan
kekuatan dan kelemahan keuangan suatu organisasi merupakan hal yang penting
guna memformulasikan strategi secara efektif. Menurut James Van Horne dalam
David (2006), fungsi keuangan/akuntansi terdiri atas tiga keputusan, yaitu
keputusan investasi, keputusan pendanaan (pembiayaan), dan keputusan dividen.
4. Produksi/ Operasi
Fungsi produksi/operasi dari suatu bisnis terdiri atas semua aktivitas yang
mengubah input menjadi barang dan jasa. Manajemen produksi/operasi
berhubungan dengan input transformasi, dan output yang bervariasi antar industri
dan pasar.
Pesaing
Pemasok
Distributor
Kekuatan ekonomi
Kreditor
Pelanggan
Kekuatan sosial,
Karyawan
budaya, demografi,
Komunitas
dan lingkungan
Manajer PELUANG
Pemegang saham DAN
Kekuatan politik,
Serikat kerja ANCAMAN
pemerintah, dan
Pemerintah ORGANISASI
hukum
Asosiasi dagang
Kelompok
Kekuatan teknologi
kepentingan khusus
Produk
Kekuatan kompetitif
Jasa
Pasar
Lingkungan alam
1. Ekonomi
Faktor ekonomi memiliki pengaruh langsung terhadap kondisi dan strategi
perusahaan. Faktor ekonomi dapat membantu atau menghambat upaya mencapai
tujuan perusahaan dan menyebabkan keberhasilan ataupun kegagalan strategi
yang dapat berperan sebagai peluang ataupun ancaman karena dapat
mempengaruhi daya beli dan pola konsumsi masyarakat.
4. Teknologi
Kekuatan teknologi menggambarkan peluang dan ancaman utama yang
harus dipertimbangkan dalam formulasi strategi. Kemajuan teknologi dapat
mempengaruhi produk, jasa, pasar, pemasok, distributor, pesaing, pelanggan,
proses produksi, praktik pemasaran, dan posisi kompetitif perusahaan secara
dramatis. Kemajuan teknologi dapat menciptakan pasar baru, yang menghasilkan
penciptaan produk baru dan produk yang lebih baik, perubahan posisi biaya
kompetitif dalam suatu industri, dan membuat produk dan jasa saat ini menjadi
ketinggalan zaman.
5. Kompetitif
Berdasarkan pendekatan organisasi industrial, faktor eksternal (industri)
lebih penting dari faktor internal dalam perusahaan yang ingin mencapai
keunggulan kompetitif. Keunggulan kompetitif ditentukan oleh positioning
kompetitif di dalam industri. Mengumpulkan dan mengevaluasi informasi tentang
pesaing merupakan hal yang penting untuk keberhasilan formulasi strategi.
Menurut Porter (1980), persaingan dalam suatu industri berakar pada
struktur ekonomi yang mendasarinya dan berjalan di luar perilaku pesaing-pesaing
yang ada. Keadaan persaingan dalam suatu industri tergantung pada lima kekuatan
persaingan pokok, dapat dilihat pada Gambar 3. Tujuan strategi bersaing untuk
suatu unit usaha (business unit) dalam sebuah industri adalah menemukan posisi
dalam industri tersebut di mana perusahaan dapat melindungi diri sendiri dengan
sebaik-baiknya terhadap tekanan (gaya) persaingan atau dapat mempengaruhi
tekanan tersebut secara positif. Kelima kekuatan persaingan secara bersama-sama
menentukan intensitas persaingan dan kemampuan labaan dalam industri.
Pendatang baru
potensialAncaman masuknya pendatang baru
Pemasok Pembeli
Persaingan diantara
Ancaman produk atau yang ada
perusahaan
jasa pengganti
Produk pengganti
3.1.5. Matriks IFE, Matriks EFE, Matriks I-E, Matriks SWOT dan QSPM
Matriks IFE (Internal Factor Evaluating) digunakan untuk mengetahui
faktor-faktor strategis internal perusahaan berkaitan dengan kekuatan dan
kelemahan yang dianggap penting. Data dan informasi aspek internal dapat digali
dari beberapa fungsional perusahaan, misalnya dari aspek manajemen, keuangan/
akuntansi, pemasaran, sistem informasi manajemen, produksi/ operasi, penelitian
dan pengembangan (David, 2006).
Matriks EFE (External Factor Evaluating) digunakan untuk mengevaluasi
faktor-faktor strategis eksternal perusahaan. Data eksternal dikumpulkan untuk
menganalisis hal-hal yang menyangkut persoalan ekonomi; sosial, budaya,
demografi dan lingkungan; politik, ekonomi dan hukum; teknologi; serta kekuatan
kompetitif. Hal ini penting karena faktor eksternal berpengaruh secara langsung
terhadap perusahaan.
Matriks I-E (Internal-External) merupakan salah satu parameter yang
meliputi matriks parameter kekuatan internal dan pengaruh perusahaan yang
masing-masing akan mengidentifikasi ke dalam elemen eksternal dan internal
melalui matriks IFE dan EFE. Tujuan penggunaan matriks I-E adalah untuk
memperoleh strategi bisnis ditingkat perusahaan yang lebih detail (Rangkuti,
2006).
Matriks SWOT (Strengths-Weaknesses-Opportunities-Threats) merupakan
alat pencocokan yang penting dan membantu manajer mengembangkan empat tipe
strategi, yaitu S-O, strategi S-T, strategi W-O dan strategi W-T. Matriks tersebut
dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal
yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan
yang dimilikinya. Jabaran masing-masing tipe strategi dari analisis SWOT dapat
dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Jabaran Tipe Strategi dari Analisis SWOT
Tipe Strategi Jabaran Tipe Strategi
Dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan
S-O memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan
memnfaatkan peluang sebesar-besarnya.
Merupakan strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki
S-T
perusahaan untuk mengatasi ancaman.
Diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan
W-O
cara meminimalkan kelemahan yang ada.
Didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha
W-T
meminimalkan kelemahan serta menghindari ancaman.
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional
Saat ini produk organik mulai berkembang dan diminati banyak orang.
Hal ini dapat dilihat dari banyaknya usaha pertanian yang menerapkan sistem
bertani secara organik serta peningkatan konsumsi masyarakat yang ingin bergaya
hidup sehat. Dari beberapa komoditas yang dapat dikembangkan dengan sistem
pertanian organik adalah komoditas hortikultura terutama untuk komoditas
sayuran. Salah satu kelompok tani yang bergerak dalam usaha produk sayuran
organik adalah kelompok tani Putera Alam, yang terletak di Desa Sukagalih,
Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor.
Dalam menjalankan usahanya kelompok tani Putera Alam mengalami
beberapa kendala, diantaranya kurangnya modal usaha, sehingga menyebabkan
kelompok tani Putera Alam sulit untuk mengembangkan usahanya. Terbatasnya
sarana dan prasarana, baik untuk kegiatan produksi maupun kegiatan
pendistribusian produk sayuran yang mereka hasilkan. SDM anggota tani masih
rendah, yang berdampak pada kurangnya sentuhan teknologi pada sistem produksi
sayuran organik dan lemahnya sistem manajemen organisasi pada kelompok tani
ini. Selain itu, pemahaman masyarakat akan pentingnya pangan sehat mulai
disadari dalam jangka waktu lama, sehingga terjadi peningkatan permintaan
produk sayuran organik di pasar. Oleh karena itu, kelompok tani perlu
merumuskan dan menyusun strategi yang tepat dengan mengidentifikasi faktor-
faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi keberlangsungan jalannya usaha
sayuran organik ini.
Penelitian ini mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan internal dan
eksternal yang menjadi kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman yang
akan dihadapi kelompok tani, sedangkan untuk merumuskan dan menyusun
strategi usaha yang tepat, terdapat tiga tahap yang perlu ditempuh. Tahap tersebut
meliputi tahap pengumpulan input dasar (the input stage), tahap pemanduan atau
pencocokan (the matching stage) dan tahap keputusan (the decision stage).
Operasional penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahap. Tahap
pertama meringkas informasi input dasar yang diperlukan untuk merumuskan
strategi, terdiri dari matriks IFE (Internal Factor Evaluating) dan Matriks EFE
(External Factor Evaluating). Faktor internal yang akan diteliti terdiri dari
manajemen, pemasaran, keuangan/ akuntansi, produksi/ operasi, penelitian dan
pengembangan, sistem informasi manajemen. Sedangkan faktor eksternal terdiri
dari ekonomi; sosial, budaya, demografi dan lingkungan; politik, pemerintah dan
hukum; teknologi; dan kekuatan kompetitif.
Tahap kedua untuk menghasilkan strategi alternatif yang layak dengan
memadukan faktor-faktor internal dan eksternal yang diperoleh dari tahap input
atau tahap pertama dari matriks IFE dan EFE. Teknik pada tahap kedua ini adalah
matriks I-E (Internal-External) yang diguanakan untuk mengetahui posisi
perusahaan saat ini dan matriks SWOT (Strengths-Weaknesses-Opportunities-
Threats) untuk menghasilkan strategi alternative yang layak.
Pada tahap ketiga akan diambil keputusan strategi mana yang menjadi
prioritas dengan menggunakan matriks perencanaan strategi kuantitatif atau
QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) sebagai rekomendasi strategi
yang harus dijalankan oleh kelompok tani tersebut.
Berdasarkan uraian di atas, maka bagan pemikiran operasional dalam
penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4.
Kelompok Tani Putera Alam
QSPM
Total
Sumber : Kinnear dan Taylor (1991)
∑ Xi
i =1
Total bobot yang diberikan harus sama dengan 1,0. Pembobot ini
kemudian ditempatkan pada kolom kedua matrik IFE-EFE.
3. Menentukan rating antara 1 sampai 4 untuk setiap faktor, dimana untuk matrik
IFE, skala nilai peringkat untuk kekuatan yang digunakan yaitu :
1 = sangat lemah 3 = kuat
2 = lemah 4 = sangat kuat
Untuk faktor-faktor kelemahan kebalikan dari faktor kekuatan, dimana
skala 1 berarti sangat lemah dan skala 4 berarti sangat kuat. Sedangkan untuk
faktor strategis eksternal peluang bagi perusahaan diberi rating dengan sekala
yang digunakan yaitu :
1 = sangat rendah, respon kurang 3 = tinggi, respon diatas rata-rata
2 = rendah, respon sama dengan rata-rata 4 = sangat tinggi, respon superior
Untuk faktor-faktor ancaman merupakan kebalikan dari faktor peluang,
dimana skala 4 berarti sangat tinggi, respon superior terhadap perusahaan.
Skala 1 berarti rendah, respon kurang terhadap perusahaan. Rating didasarkan
pada efektifitas strategi perusahaan, serta rating juga berdasarkan pada kondisi
perusahaan.
4. Mengalikan nilai bobot dengan nilai rating untuk mendapatkan skor
pembobotan dan semua hasil kali tersebut dijumlahkan secara vertikal untuk
mendapatkan skor total bagi perusahaan yang dinilai. Hasil pembobotan dan
peringkat (rating) berdasarkan analisis situasi perusahaan dimasukkan dalam
matrik. Matrik IFE dan EFE diilustrasikan pada Tabel 4 dan 5.
Tabel 4. Analisis Matrik IFE
Faktor Kunci Internal Bobot Rating Bobot x Rating
Kekuatan :
-
-
Kelemahan :
-
-
Total
Sumber : David (2006)
Total skor pembobotan berkisar antara 1 sampai 4 dengan rata-rata 2,5.
Jika total skor IFE (3,0–4,0) berarti kondisi internal perusahaan tinggi/kuat,
(2,0–2,99) berarti kondisi internal perusahaan rata-rata/sedang dan (1,0–1,99)
berarti kondisi internal perusahaan rendah/lemah.
Tabel 5. Analisis Matrik EFE
Faktor Kunci Eksternal Bobot Rating Bobot x Rating
Peluang :
-
-
Ancaman :
-
-
Total
Sumber : David (2006)
Total skor pembobotan berkisar antara 1 sampai 4 dengan rata-rata 2,5.
Total skor EFE dikelompokkan dalam kuat (3,0–4,0) berarti perusahaan
merespon kuat terhadap peluang dan ancaman yang mempengaruhi
perusahaan, rata-rata (2,0–2,99) berarti perusahaan merespon sedang terhadap
peluang dan ancaman yang ada dan lemah, (1,0–1,99) berarti perusahaan tidak
dapat merespon peluang dan ancaman yang ada.
Menengah
(IV) (V) (VI)
2,0-2,99 2,0
Rendah
(VII) (VIII) (IX)
1,0-1,99 1,0
Anggota
5.5.3. Kemitraan
Kemitraan adalah suatu kerjasama kelompok tani dengan pengusaha
sayuran organik lain, dengan tujuan meningkatkan produksi dan menambah
keuntungan baik dipihak pengusaha lain maupun kelompok tani itu sendiri.
Manfaat kerjasama dengan mitra ini bagi kelompok tani adalah mendapatkan
jaminan komoditi sayuran untuk kegiatan supply ke konsumen, meningkatkan
penjualan dan mengurangi jumlah biaya yang dikeluarkan usahatani sayuran
organik.
Beberapa pengusaha sayuran organik yang terletak di Desa Sukagalih
seperti Kebun Kita Organik Farm dan Benny’s Organik telah melakukan
kerjasama dengan kelompok tani. Para pengusaha ini mengambil beberapa jenis
produk sayuran organik yang diproduksi oleh kelompok tani untuk mencukupi
permintaan pada perusahaan mereka.
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
6.1.7. Manajemen
Terdapat lima fungsi manajemen yaitu perencanaan, pengorganisasian,
pemberian motivasi, pengelolaan staf, dan pengendalian.
1) Perencanaan, adalah proses cara yang paling efektif untuk mencapai tujuan
yang diharapkan, dan menyiapkan bagaimana mengatasi kesulitan yang tidak
diharapkan dengan sumberdaya yang cukup. Maka dari itu perencanaan
sangatlah penting bagi suatu usaha karena dapat menentukan cara
menjalankan pekerjaan dengan efisien. Perencanaan pada kelompok tani
Putera Alam belum tersusun dengan baik karena tidak tertulis sehingga tidak
dapat dilaksanakan secara sistematis. Tanpa adanya perencanaan secara
tertulis, kelompok tani akan mengalami kesulitan dalam mengukur dan
mengevaluasi kinerja anggota, sehingga tidak dapat mengetahui tercapai
tidaknya terget kelompok tani.
2) Pengorganisasian menetukan tugas dan tanggungjawab masing-masing
sumberdaya manusia dalam melakukan kegiatan usaha. Pengorganisasian di
kelompok tani Putera Alam masih belum terlaksana dengan baik, hal ini
terlihat dari masih sering terjadi ketidakjelasan tugas dan tanggungjawab
antara masing-masing bagian.
3) Pemberian motivasi, sebagai proses memengaruhi orang untuk mencapai
tujuan tertentu. Ketua kelompok tani dibantu oleh Dinas Pertanian setempat
memberikan motivasi terhadap anggota degan cara mengikut sertakan anggota
kelompok tani dalam acara pelatihan khususnya pelatihan di bidang pertanian
organik secara bergiliran.
4) Pengelolaan staf, mencakup aktivitas perekrutan, wawancara, pengujian,
penyeleksian, pengorientasian, pelatihan, pengembangan, pengevaluasian,
pengkompensasian, pendisiplinan, dan pemecatan karyawan. Pengelolaan staf
belum diterapkan di perusahaan karena bentuk usahanya masih usaha skala
kecil sehingga struktur organisasinya masih sederhana.
5) Pengendalian terdiri atas penetapan standar kerja, mengukur kinerja individu
dan organisasi, membandingkan kinerja aktual dengan standar kinerja yang
direncanakan, dan melakukan tindakan korektif. Pengendalian pada kelompok
tani belum terlaksana dengan baik karena tidak terdapat data yang lengkap
mengenai kegiatan produksi/ operasinya, sehingga pengendalian untuk
evaluasi strategi yang dijalankan tidak dapat dilakukan.
6.1.8. Pemasaran
Ada tujuh fungsi dasar pemasaran, yaitu:
1) Analisis pelanggan, informasi yang dihasilkan oleh analisis pelanggan dapat
menjadi penting dalam pengembangan pernyataan misi yang efektif.
Kelompok tani selalu berusaha memenuhi apa yang menjadi keinginan-
keinginan dari konsumennya seperti ukuran produk sayuran yang tidak terlalu
tua dan tidak pula terlalu muda, serta menjaga kualitas produk sayurannya
tetap organik, sehingga loyalitas konsumen tetap terjaga.
2) Penjualan produk/jasa, implementasi strategi yang berhasil biasanya
bergantung pada kemampuan organisasi untuk menjual beberapa produk atau
jasa. Penjualan produk sayuran organik pada kelompok tani Putera Alam lebih
difokuskan kepada pelanggan-pelanggan tetap, tanpa diikuti pencarian
peluang-peluang pasar sehingga kelompok tani belum dapat memanfaatkan
pasar-pasar yang berpotensi.
3) Perencanaan produk dan jasa penting khususnya ketika kelompok tani
melakukan pengembangan produk atau diversifikasi. Perencanaan produk
belum dapat dilaksanakan sepenuhnya oleh kelompok tani, karena
keterbatasan sumberdaya manusia profesional yang tidak mendukung.
4) Penetapan harga, pembuat strategi harus memandang harga dari perspektif
jangka pendek dan jangka panjang, karena pesaing dapat meniru perubahan
harga dengan relatif mudah. Sistem harga yang diterapkan adalah harga flat,
45
artinya tidak tergantung hukum ekonomi permintaan dan penawaran. Apabila
produksi rendah dan permintaan tinggi, maka kelompok tani tetap
memberlakukan harga awal atau tidak melakukan kenaikan harga.
5) Distribusi mencakup pergudangan, saluran distribusi, cakupan distribusi,
tingkat dan lokasi persediaan, alat transportasi, dan penjual partai besar.
Kelompok tani Putera Alam menjual produknya baik secara langsung ke
konsumen maupun melalui supplier langganan. Distribusi produk pada
kelompok tani ini kurang dapat berjalan dengan baik, hal ini dikarenakan
kelompok tani belum memiliki sarana transportasi.
6) Riset pemasaran adalah pengumpulan, pencatatan, dan analisis data secara
sistematis tentang masalah yang berkaitan dengan pemasaran barang dan jasa.
Riset pemasaran belum dapat dilakukan sepenuhnya oleh kelompok tani
Putera Alam karena pencatatan data dari kegiatan produksi dan penjualan
belum sesuai dengan sistem akuntansi, sehingga data tidak terkumpul dan
tidak dapat dianalisis.
7) Analisis peluang melibatkan evaluasi terhadap biaya, manfaat, dan risiko yang
berhubungan dengan keputusan pemasaran. Kelompok tani belum dapat
memanfaatkan peluang sepenuhnya terutama dalam pelaksanaan pemasaran
produk, karena penjualan produk hanya dilakukan pada pelanggan-pelanggan
tetap saja tanpa adanya promosi ke pasar-pasar yang memiliki potensi besar.
46
karena perhitungan keuntungan atau kerugian kelompok tani sulit untuk diketahui,
sehingga dapat menjadi hambatan dalam menetukan perencanaan kegiatan
produksi ataupun peningkatan laba kelompok tani.
Persiapan Media
Pembibitan
Persiapan Lahan
Penanaman
Pemeliharaan Tanaman
Panen
Pasca Panen
47
1) Persiapan Media Persemaian
Proses awal adalah persiapan media persemaian menggunakan sekam.
Pembakaran sekam biasanya dilakukan pada sore hari dan selesai pada pagi
harinya. Sekam didinginkan dengan penyiraman air dan diserakkan agar sekam
tidak menjadi abu. Sekam yang telah didinginkan dicampur dengan tanah, pupuk
bokashi (kotoran ayam, kambing atau sapi), dolomit atau kapur dan urine
kambing/ sapi aduk hingga merata menggunakan cangkul dan sekop. Media
persemaian tersebut kemudian dimasukkan kedalam wadah atau tempat yang
sudah disiapkan.
2) Pembibitan
Pembibitan dilakukan secara terjadwal dan biasanya setelah proses
pemanenan. Awal dari pembibitan yaitu penyemaian. Sebelum disemai, benih
terlebih dahulu direndam dengan air hangat selama 1-2 jam untuk menghilangkan
sisa-sisa bakteri dan cendawan yang bisa mengganggu proses pertumbuhan
tanaman. Dalam perendaman, jika ada benih yang mengapung harus diambil.
Benih yang telah direndam kemudian ditanam dalam media persemaian yang telah
disiapkan.
3) Persiapan Lahan
Persiapan lahan meliputi pembersihan lahan, pengolahan tanah, pemberian
dolomit (kapur), pemupukan dan pembuatan bedengan serta penyiraman. Fungsi
pembersihan lahan adalah untuk menghilangkan gulma yang mengganggu
pertumbuhan. Pengolahan tanah dilakukan agar tidak terjadi pertukaran unsur hara
baru yang terkandung di dalam lapisan tanah. Kemudian pemupukan dilakukan
48
untuk menetralkan kadar keasaman tanah, perlakuan pemupukan tergantung pada
jenis tanamannya. Terakhir dalam proses penyiapan lahan adalah membuat
bedengan dengan tinggi sekitar 30 cm. Setelah lahan diolah dan bedengan
dibentuk, lalu ditaburkan pupuk bokashi sebanyak dua kali dan disiram secara
merata.
4) Penanaman
Cara penanaman komoditi sayuran berbeda-beda antara yang satu dengan
yang lainnya, sehingga harus memperhatikan karakteristik tanaman yang akan
ditanam. Penanaman diawali dengan pembuatan lubang tanaman pada bedengan
dengan jarak dan kedalaman sesuai dengan jenis sayuran yang akan ditanam.
Penanaman yang dilakukan kelompok tani adalah sesuai dengan banyaknya
permintaan perkomoditi sayuran tersebut.
5) Pemeliharaan Tanaman
Pemeliharaan tanaman adalah suatu upaya yang direalisasikan untuk
mempertahankan kualitas produk yang dihasilkan pada saat panen. Kegiatan
dalam pemeliharaan tanaman terdiri dari pemberian pupuk atau nutrisi yang
berimbang/ pemupukan, penyiraman, penyiangan/ perompesan dan penyulaman
serta pengendalian hama dan penyakit tanaman.
a. Pemupukan
Ada dua macam pupuk yang digunakan oleh kelompok tani Putera Alam,
yakni pupuk cair dan kompos. Pupuk cair terbuat dari sampah daun, kotoran
ternak dan air yang dicampur menjadi satu dalam tempat yang telah disediakan
yaitu berupa lubang yang dilapisi oleh plastik. Sedangkan kompos terbuat dari
kotoran kambing, daun bambu, sampah kebun/ sampah daun dan bahan pengurai
seperti nenas, tempe, pisang/ kulit pisang dan bawang merah.
b. Penyiraman
Teknik penyiraman dilakukan secara manual menggunakan ember
disertakan dengan pemberian nutrisi (pupuk cair organik). Ketika menghadapi
musim kemarau seperti saat sekarang ini, penyiraman dilakukan secara rutin.
Tetapi untuk musim-musim biasanya penyiraman dilakukan tiga kali dalam satu
minggu.
49
c. Penyiangan/ Perompesan dan Penyulaman
Penyiangan/ perompesan adalah membuang tanaman baik berupa daun
maupun buah yang terkena penyakit dan membuang tanaman liar. Proses
penyiangan/ perompesan tanaman dari berbagai tanaman pengganggu dilakukan
diluar dan didalam bedengan. Penyulaman hanya untuk mengganti kembali
tanaman yang sudah rusak.
d. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman
Alternatif yang dilakukan oleh kelompok tani terhadap hama dan penyakit
pada tanaman adalah dengan penyemprotan menggunakan perstisida cair organik,
penggunaan pestisida alami seperti menanam bunga lavender, sereh wangi,
kacang babi, bunga cikotok dan sebagainya. Teknik lain yang dilakukan olek
kelompok tani yakni mengambil langsung serangga maupun ulat yang menempel
pada sayuran dengan tangan.
6) Panen
Penentuan jadwal panen ditentukan oleh permintaan dari supplier dan
konsumen. Panen dilakukan setelah tanaman masak dengan kriteria ketinggian
tanaman, umur tanaman, berat rata-rata, tidak cacat dan warna buah sesuia dengan
jenis tanaman. Pemanenam dilakukan biasanya dua kali dalam seminggu yaitu
pada hari senin dan sabtu atau tergantung dari permintaan. Waktu pemanenan pun
fleksibel, bisa dilakukan pagi hari maupun sore hari juga tergantung dari
pemesanan dan kapan produk akan diambil. Biasanya para supplier menghubungi
kelompok tani terlebih dahulu minimal 1 hari sebelumnya.
Alat pemanenan yang biasa digunakan masih sederhana yaitu gunting dan
pisau. Pengangkutan sayuran ke tempat pasca panen pun masih sederhana dengan
menggunakan panggulan dan ember. Semua hasil panen perkomoditi
dikumpulkan di tempat yang telah disediakan, biasanya dikumpulkan di rumah
ketua kelompok tani.
7) Pasca Panen
50
Kegiatan pasca pemanenan dilakukan dengan penimbangan awal pada tiap
jenis sayuran dari masing-masing anggota tani, pembersihan dan pencucian
sayuran, penyortiran dan penimbangan produk sesuai pemesanan. Pembersihan
dan pencucian tiap sayuran berfungsi untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang
menempel pada sayuran. Penyortiran dilakukan untuk menghasilkan produk
dengan kualitas yang terbaik yang akan dipasarkan dengan cara memilih sayuran
sesuai dengan permintaan pasar. Selanjutnya penimbangan produk dan
pengemasan produk. Pengemasan dan pengepakan langsung dilakukan di tempat
pasca panen. Pengemasan untuk tiap jenis sayuran hanya menggunakan plasti
biasa ukuran 5-10 kg. Selesai pengemasan dan pengepakan, sayuran langsung
dibawa oleh pihak supplier untuk dikemas ulang.
51
positif tidak mengendung residu kimia. Hal ini hanya disampaikan secara lisan
oleh para supplier kepada kelompok tani.
Sudah ada beberapa penelitian yang dilakukan pada kelompok tani ini.
Penelitian tersebut semua terkait dengan kerjasama yang dilakukan kelompok tani
dengan Tim Academic Frontier Research Project Institut Pertanian Bogor,
contohnya penelitian yang dilakukan beberapa mahasiswa dari jurusan teknologi
benih, jurusan hama dan penyakit tanaman, jurusan tanah dan terakhir adalah
penelitian mahasiswa dari jepang tentang pengembangan budidaya sayuran jepang
seperti bayam dan timun jepang.
6.2.1. Ekonomi
Aspek ekonomi merupakan aspek terpenting dalam mempengaruhi
pemasaran produk organik. Dengan melihat indikator-indikator ekonomi,
kelompok tani dapat memperkirakan pengaruh yang terjadi terhadap kelompok
tani dan dapat menentukan kebijakan yang tepat bagi perkembangan kelompok
tani.
52
Keadaan perekonomian dapat di lihat dari perubahan Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB), PDRB kabupaten Bogor sejak tahun 2002 terus
meningkat diikuti dengan meningkatnya laju pertumbuhan, seperti yang
ditunjukkan pada Tabel 10. Meningkatnya PDRB akan berdampak pada
peningkatan daya beli masyarakat. Berdasarkan pengeluaran per bulan rata-rata
perkapita kabupaten Bogor tahun 2007 untuk pengeluaran makanan sebesar Rp.
180.283,- dengan persentase 50,80 persen dan untuk pengeluaran bukan makanan
sebesar Rp. 174.611,- dengan persentase 49,20 persen.
Tabel 10. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan Laju Pertumbuhan
Kabupaten Bogor, Tahun 2002-2005.
PDRB atas Dasar Harga (Juta Rp.) Laju Pertumbuhan (%)
Tahun
Berlaku Konstan ’2000 Berlaku Konstan ’2000
2002 22.566.874,32 20.115.276,41 11,48 4,48
2003 25.369.472,89 21.083.381,75 12,42 4,81
2004 28.832.435,46 22.256.364,04 13,65 5,56
2005 35.893.216,72 23.558.830,59 24,49 5,85
Sumber : BPS Kabupaten Bogor, 2006.
53
cenderung back to nature juga memberikan dampak positif bagi keberlangsungan
usaha sayuran organik, hal ini dikarenakan dengan semakin meningkatnya
kesadaran masyarakat akan kesehatan maka semakin tinggi pula loyalitas
masyarakat untuk mengkonsumsi sayuran organik. Namun di sisi lain, kelompok
tani mengalami beberapa kendala dalam menjalankan usahanya. Salah satunya
adalah status kepemilikan lahan yang digarap oleh anggota kelompok tani, yang
merupakan lahan sewaan. Hal ini dapat mengancam keberlangsungan usaha
kelompok tani, karena lahan tersebut dapat diambil oleh pemiliknya.
54
9 Tahun 2006-2010, terbentuk kondisi industrialisasi dan perdagangan.
Tahapan di atas disusun dengan mempertimbangkan akan terciptanya
kondisi yang kondusif Departemen Pertanian dalam menjalankan programnya.
Kondusif dan konsisten merupakan salah satu tolak ukur untuk menilai perjalanan
dari program yang dikeluarkan oleh pemerintah. Tahapan sosialisasi pertanian
oraganik telah dijalankan dengan baik dan tersebar secara luas di masyarakat. Hal
ini dapat dilihat dari tingginya respn masyarakat untuk mengetahui lebih lanjut
mengenai pertanian organik. Sosialisasi dilakukan oleh segenap elemen
pembangunan pertanian mulai dari Departemen Pertanian, Dinas Pertanian,
Lembaga Swadaya Masyarakat, Perguruan Tinggi, organisasi profesi, kelompok
tani dan pihak-pihak terkait lainnya. Dengan adanya program pemerintah ”Go
Organik 2010” dan dukungan pemerintah pada pengembangan usaha sayuran
organik ini, maka petani dan masyarakat pun akan semakin mudah untuk
menerimanya.
Sejalan dengan upaya peningkatan produksi tanaman pangan dan
hortikultura, peredaran benih dan pupuk serta pestisida cenderung terus
meningkat. Benih merupakan salah satu faktor penentu dalam menentukan
keberhasilan pembangunan pertanian, karena mempunyai peranan sangat penting
dalam menentukan segala aktivitas pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Dalam upaya meningkatkan penggunaan dan penyediaan benih unggul bermutu
pemerintah perlu melakukan pengawasan pengadaan, penggunaan dan peredaran
benih dengan memberikan sertifikat setelah melalui pemeriksaan lapangan, hal ini
sesuai dengan keputusan Menteri Pertanian Nomor 803/Kpts/OT.210/7/97 tentang
Sertifikasi dan Pengawasan Mutu Benih Bina dan Keputusan Menteri Pertanian
Nomor 517/Kpts/Tp.270/9/2002 tentang Pengawasan Pestisida.
6.2.4. Teknologi
Perkembangan agroindustri tidak terlepas dari faktor Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi (IPTEK). Ilmu pengetahuan yang menjadi dasar di dalam
penciptaan teknologi baru sangat nyata dalam mempengaruhi perkembangan
agroindustri sayuran organik. Kemajuan teknologi produksi dalam industri
sayuran organik ditandai dengan adanya inovasi-inovasi baru dalam bidang
55
budidaya pertanian organik, seperti rekayasa genetika, kultur jaringan dan lainnya.
Inovasi ini belum diterapkan di kelompok tani Putera Alam, karena sumberdaya
manusia dan keuangannya belum memadai. Dengan kata lain, proses budidaya
sayurannya masih dilakukan secara tradisional.
56
Kemajuan teknologi informasi di Indonesia semakin berkembang dan
mempengaruhi kegiatan bisnis masyarakat, diantaranya penggunaan jaringan
komputer dan internet. Pelaku bisnis dapat memanfaatkan jasa internet untuk
melakukan negosiasi, transaksi dan memasarkan produknya. Akan tetapi,
kelompok tani Putera Alam belum memanfaatkan internet untuk melakukan
aktifitas bisnisnya dikarenakan kurangnya kualiatas SDM kelompok tani. Selama
ini, kegiatan pemasaran dan kegiatan bisnis lainnya masih menggunakan alat
komunikasi seperti telepon (HandPhone). Dengan demikian, jangkauan pasar dari
kelompok tani masih terbatas dan kurang dikenal masyarakat secara luas sehingga
kalah bersaing dengan perusahaan sejenis yang telah memanfaatkan kemajuan
tersebut.
3) Pembeli
Konsumen sayuran organik sebagian besar berasal dari golongan
menengah ke atas, dimana konsumen ini sudah mengerti akan pentingnya
mengkonsumsi makanan sehat dan mempunyai keinginan untuk
mengkonsumsinya. Pemilihan segmentasi pasar menengah ke atas didasarkan atas
pertimbangan bahwa sayuran organik jika dibandingkan dengan sayuran
anorganik memiliki harga yang relatif mahal, sehingga tidak semua kalangan
dapat membelinya.
Secara umum, sayuran organik yang diproduksi olek kelompok tani Putera
Alam dipasarkan oleh supplier pelanggan ke beberapa swalayan dan restoran di
jakarta, perumahan katulampa serta beberapa toko sayuran di gang aut bogor
tengah. Permintaan konsumen juga sangat beragam baik dari ukuran, penampilan
(kualitas) dan kuantitas. Sehingga perencanaan tanam dan panen harus dilakukan
dengan teliti agar tidak mengecewakan konsumen karena sayuran yang diterima
idak sesuai dengan permintaan. Hubungan yang baik antara kelompok tani dengan
konsumen dan supplier yang telah terjalindapat mempertahankan posisi tawar
produk kelompok tani.
4) Produk Substitusi
Jenis produk yang mempunyai kesamaan dalam fungsi dan jasa untuk
segmen pasar yang dituju dapat menekan volume penjualan. Faktor harga dan
kualitas akan menentukan intensitas tekanan dari produk pengganti. Tekanan
persaingan semakin bertambah ketika harga produk pengganti relatif murah dan
biaya konsumen untuk beralih ke produk pengganti pun rendah. Kekuatan
kompetitif produk pengganti dapat diukur dari seberapa besar pangsa pasar yang
direbut dan rencana perusahaan produk pengganti tersebut untuk meningkatkan
kapasitas serta penetrasi pasar.
Produk substitusi dari sayuran organik adalah sayuran konvensional.
Produk ayuran organik memiliki keunggulan khusus dibandingkan dengan produk
substitusinya (sayuran konvensional), yaitu diproduksi tanpa menggunakan pupuk
atau obat-obatan kimia sehingga bebas dari residu kimia, lebih sehat untuk
dikonsumsi dan memiliki rasa yang lebih enak. Walaupun produk sayuran organik
memiliki segmen pasar sendiri dan berbagai keunggulan, namun dalam hal
tersebut tidak menutup kemungkinan bagi konsumen untuk beralih ke produk
substitusinya terutama konsumen yang belum begitu menyadari pentingnya
mengkonsumsi makanan sehat serta masih belum bisa membedakan antara
sayuran organik dan anorganik.
Sayuran konvensional memiliki kelebihan dalam hal harga yang lebih
murah, sehingga semua kalangan dapat membelinya dan biasanya penampakan
fisik dari sayuran anorganik lebih menarik bila dibandingkan dengan sayuran
organik. Ini dikarenakan sayuran anorganik diproduksi dengan menggunakan
pupuk dan obat-obatan kimia, sehingga dapat diatur pertumbuhan dan ukuran
produknya. Selain itu, sayuran konvensional lebih mudah didapat oleh konsumen
karena tersedia banyak di pasaran, mulai dari warung-warung kecil sampai toko-
toko besar atau supermarket. Dengan demikian, ancaman produk substitusi untuk
menggeser produk kelompok tani relatif besar.
Tabel 11. Kekuatan dan Kelemahan yang Dihadapi Kelompok Tani Putera Alam
Faktor Internal Kekuatan Kelemahan
Manajemen • Hubungan Ketua dengan • Kualitas SDM yang
anggota kelompok tani, masih rendah
• Dapat menyerap tenaga • Kontrak kerjasama
kerja. tidak tertulis.
Pemasaran • Produk yang berkualitas, • Belum memiliki
• Pelayanan ke konsumen kemasan dan label,
yang sudah baik. • Kurangnya upaya
promosi,
• Belum ada
sertifikasi produk,
• Lemahnya akses
kelompok tani
tentang pasar
sayuran organik.
Keuangan/ • Pengarsipan data
akuntansi yang belum rapi,
• Keterbatasan
modal,
Produksi/operasi • Perencanaan tanam yang • Teknologi produksi
sudah baik, yang digunakan
masih sederhana.
Penelitian dan
Pengembangan
Sistem Informasi
Manajemen
Kelompok tani memiliki kekuatan produk yang berkualitas dengan sistem
tanam yang sudah baik sehingga produk yang ditanam dapat dipanen secara
kontinyu, dengan demikian permintaan konsumen dapat terus terpenuhi. Hal
tersebut merupakan upaya yang dilakukan kelompok tani untuk mempertahankan
pelayanan ke konsumen yang sudah baik saat ini. Kekuatan lain yang dimiliki
kelompok tani yaitu berdirinya kelompok tani sebagai suatu usaha yang bergerak
di bidang pertanian organik telah dapat menyerap tenaga kerja setempat, karena
usaha pertanian organik memerlukan banyak tenaga kerja dalam kegiatan
produksi/ operasinya. Hubungan antara ketua dengan anggota kelompok juga
terjalin dengan baik.
Kelemahan yang dimiliki oleh kelompok tani yang paling mendasar adalah
keterbatasan modal. Selama ini modal yang digunakan untuk menjalankan
usahanya berasal dari modal pribadi para anggota tani, tidak ada iuran khusus
yang dikumpulkan ke kas kelompok tani. Dengan keterbatasan modal, kelompok
tani tidak mampu berbuat banyak terhadap usaha yang dijalankan, sehingga
timbul kelemahan-kelemahan lain seperti belum memiliki kemasan dan label,
belum ada sertifkasi organik, kurangnya upaya promosi, serta teknologi yang
digunakan masih sederhana. Kelemahan lainnya adalah kualitas SDM yang masih
rendah, kontrak kerja tidak tertulis dan lemahnya akses kelompok tani tentang
pasar sayuran organik.
Tabel 12. Peluang dan Ancaman yang Dihadapi Kelompok Tani Putera Alam
Faktor Eksternal Peluang Ancaman
Ekonomi • Daerah pemasaran sayuran
organik yang masih luas,
Sosial, Budaya, • Perubahan gaya hidup • Perkembangan
Demografi, dan yang cenderung back to jenis hama dan
Lingkungan nature, penyakit pada
• Tersedianya tenaga kerja tanaman,
yang potensial di daerah • Perubahan cuaca
setempat. dan perubahan
• Loyalitas konsumen yang fungsi lahan dari
tinggi. lahan pertanian
menjadi lahan
pemukiman.
Politik, Pemerintah, • Kebijakan pemerintah
dan Hukum mengenai program ”Go
Organic 2010”,
• Adanya asosiasi pertanian
organik
Teknologi • Perkembangan teknologi.
Kompetitif • Hambatan untuk masuk • Kemudahan
industri sayuran organik mendapatkan
cukup besar. produk substitusi.
Beberapa peluang yang dimiliki oleh kelompok tani Putera Alam adalah
adanya perubahan gaya hidup masyarakat yang cenderung ”back to nature”
menumbuhkan semangat kelompok tani untuk mengoptimalkan usahanya, karena
perubahan gaya hidup tersebut akan membuka daerah pemasaran sayuran organik
semakin luas. Peluang lain yang dimiliki oleh kelompok tani yaitu hambatan
untuk masuk industri sayuran organik cukup besar, tersedianya tenaga kerja yang
potensial di daerah setempat, kebijakan pemerintah mengenai program ”Go
Organic 2010”, adanya asosiasi pertanian organik, perkembangan teknologi dan
loyalitas konsumen yang tinggi.
Ada pun ancaman yang dihadapi oleh kelompok tani yaitu perkembangan
jenis hama dan penyakit pada tanaman. Perkembangan jenis hama dan penyakit
tanaman harus diperhatikan, mengingat sayuran organik sangat rentan terkena
serangan hama dan penyakit karena proses produksinya yang tidak menggunakan
obat-obatan kimia. Selain itu ancaman lain yang dihadapi kelompok tani adalah
perubahan cuaca dan perubahan fungsi lahan dari lahan pertanian menjadi lahan
pemukiman, serta kemudahan mendapatkan produk substitusi.
Tabel 13. Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) Kelompok Tani Putera Alam
Nilai
Faktor-faktor Strategis Internal Bobot Peringkat
Tertimbang
Kekuatan (Strengths)
A. Produk yang berkualitas 0.063 4 0.252
B. Perencanaan tanam yang sudah
baik 0.080 4 0.320
C. Hubungan ketua dengan anggota
kelompok tani 0.063 4 0.252
D. Pelayanan konsumen yang sudah
baik 0.074 3 0.222
K. Dapat menyerap tenaga kerja 0.071 4 0.284
Kelemahan (Weaknesses)
E. Belum memiliki kemasan dan label 0.060 2 0.120
F. Teknologi produksi yang
digunakan masih sederhana 0.077 2 0.154
G. Kualitas SDM yang masih rendah 0.080 1 0.080
H. Kurangnya upaya promosi produk 0.066 2 0.132
I. Pengarsipan data yang belum
tertata rapi 0.074 1 0.074
J. Belum ada sertifikasi produk 0.074 1 0.074
L. Keterbatasan modal 0.080 1 0.080
M. Kontrak kerja sama tidak tertulis 0.058 2 0.116
N. Lemahnya akses kelompok tani
tentang pasar sayuran organik 0.080 2 0.160
Total 1 2.320
Berdasarkan hasil perhitungan matriks IFE, faktor strategis yang
merupakan kekuatan terbesar dan paling berpengaruh bagi kelompok tani Putera
Alam adalah perencanaan tanam yang sudah baik dengan nilai tertimbang 0.320.
Karena dari awal berdiri sampai pada saat sekarang ini, perencanaan tanam yang
dilakukan oleh kelompok tani sudah sesuai dengan apa yang telah direncanakan.
Pembagian jenis tanaman yang akan ditanam oleh masing-masing petani dibagi
oleh kelompok sesuai dengan subnya, misalnya dari 12 orang petani dibagi
menjadi 4 sub yang terdiri dari 3 orang petani tiap subnya dan menanam beberapa
jenis sayuran yang berbeda di tiap sub. Dengan cara seperti ini, maka tidak ada
petani yang merasa dirugikan karena over produksi dan ketersediaan produk pada
kelompok tani terjaga. Perencanaan tanam yang sudah baik juga dapat
menghasilkan produk yang berkualitas. Selain itu, perencanaan tanam yang baik
akan mempermudah kelompok tani dalam menentukan waktu panen dan kuantitas
sayuran yang dipanen sehingga dapat memenuhi permintaan konsumen dan
supplier.
Faktor strategis internal yang merupakan kelemahan terbesar dari
kelompok tani adalah pengarsipan data yang belum tertata rapi dan belum ada
sertifikasi produk, ditunjukkan dengan nilai tertimbang masing-masing fator yakni
0,074. Pengarsipan data yang belum rapi membuat petani tidak begitu mengetahui
berapa keuntungan yang diperoleh dari setiap kali penjualan produknya. Hal ini
dikarenakan petani tidak pernah berpikir berapa besar keuntungan yang diperoleh,
akan tetapi petani hanya berpikir produk yang mereka hasilkan habis terjual.
Sertifikat organik juga merupakan kelemahan bagi kelompok tani, karena tidak
memiliki sertifikat organik kelompok tani akhirnya kehilangan beberapa daerah
pemasarannya.
Hasil analisis matriks IFE untuk kekuatan dan kelemahan diperoleh total
nilai tertimbang berada pada rata-rata yaitu sebesar 2,320, ini menunjukkan
kemampuan kelompok tani Putera Alam mengatasi kelemahan dengan
menggunakan kekuatan berada di bawah rata-rata.
Tabel 14. Matriks EFE (Eksternal Factor Evaluation) Kelompok Tani Putera
Alam
Nilai
Faktor-faktor Strategis Eksternal Bobot Peringkat
Tertimbang
Peluang (Opportunities)
A. Pangsa pasar sayuran organik yang
masih luas 0.091 4 0.364
B. Perubahan gaya hidup masyarakat
yag cenderung back to nature 0.105 4 0.420
C. Loyalitas konsumen yang tinggi 0.100 4 0.400
D. Tersedianya tenaga kerja yang
potensial di daerah setempat 0.082 3 0.246
E. Kebijakan pemerintah mengenai
program "Go Organic 2010" 0.082 4 0.328
F. Perkembangan Teknologi 0.095 4 0.380
H. Hambatan untuk masuk industri
sayuran organik cukup besar 0.095 3 0.285
J. Adanya asosiasi pertanian organik 0.086 3 0.258
Ancaman (Threats)
G. Perkembangan jenis hama dan
penyakit pada tanaman 0.091 2 0.182
I. Kemudahan mendapatkan produk
substitusi 0.091 3 0.273
K. Perubahan cuaca dan isu bencana
alam yang terjadi di Indonesia 0.082 3 0.246
Total 1 3.382
Berdasarkan hasil perhitungan matriks EFE, faktor strategis yang
merupakan peluang terbesar dan paling berpengaruh bagi kelompok tani Putera
Alam adalah perubahan gaya hidupmasyarakat yang cenderung back to nature
dengan nilai tertimbang 0,420, sehingga memungkinkan kelompok tani untuk
lebih mengoptimalkan upaya perluasan daerah pemasaran produk. Peluang lain
yang dapat dimanfaatkan oleh kelompok tani adalah loyalitas konsumen, dengan
adanya loyalitas konsumen ini maka kelompok tani dapat terus berproduksi
karena permintaan produk sayuran organik dari konsumen yang berkelanjutan.
Faktor eksternal yang menjadi ancaman bagi kelompok tani Putera Alam
adalah perkembangan jenis hama dan penyakit pada tanaman, ini dapat dilihat
pada nilai tertimbangnya yaitu sebesar 0,182. Penyakit yang sering menyerang
tanaman adalah busuk batang, sedangkan hama yang sering menyerang tanaman
adalah ulat, kutu, belalang dan lainnya. Hama dan penyakit tersebut jika tidak
ditangani dapat menular ke tanaman lain yang belum terserang, sehingga dapat
mengakibatkan kegagalan panen.
Hasil analisis matriks EFE untuk peluang dan ancaman diperoleh total
nilai tertimbang sebesar 3,382. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan
kelompok tani dalam merespons peluang dan mengatasi ancaman tergolong
tinggi.
Tinggi
3,0 – 4,0 3,382 III
diberi bobot
I II
3,0
Menengah IV VV VI
2,0 – 3,99
2,0
Rendah VII VIII IX
1,0 – 1,99 1,0
Gambar 9. Analisis Matriks Internal-Eksternal (IE) pada Kelompok Tani Putera
Alam.
6.9.2. Matriks SWOT (Strengths-Weaknesses-Opportunities-Threats Matrix)
Tujuan dari tahap pencocokan (matriks SWOT) adalah untuk
menghasilkan alternatif strategi yang layak, bukan untuk memilih strategi mana
yang terbaik. Tidak semua strategi yang dikembangkan dalam matriks SWOT
akan dipilih untuk implementasi. Empat tipe strategi yang disarankan yaitu
strategi SO (kekutan-peluang/strength-opportunities), strategi WO (kelemahan-
peluang/weaknesses-opportunities), strategi ST (kekuatan-ancaman/strength-
threats), dan strategi WT (kelemahan-ancaman/weaknesses-threats).
7.1. Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil analisis faktor eksternal dan internal, diketahui faktor-
faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Kekuatan
kelompok tani adalah produk yang berkualitas, perencanaan tanam yang sudah
baik, pelayanan konsumen yang sudah baik dan dapat menyerap tenaga kerja.
Kelemahan yang dimiliki kelompok tani adalah belum memiliki kemasan dan
label, teknologi produksi yang digunakan masih sederhana, kualitas SDM
yang masih rendah, kurangnya upaya promosi produk, pengarsipan data yang
belum tertata rapi, belum ada sertifikasi produk, keterbatasan modal, kontrak
kerjasama tidak tertulis, serta lemahnya akses kelompok tani tentang pasar
sayuran organik.
Peluang yang ada untuk kelompok tani antara lain adalah adanya asosiasi
pertanian organik, perkembangan teknologi, kebijakan pemerintah mengenai
program “Go Organic 2010”, loyalitas konsumen yang tinggi, tersedianya
tenaga kerja yang potensial di daerah setempat, perubahan gaya hidup yang
cenderung back to nature, daerah pemasaran sayuran organik yang masih luas,
serta hambatan untuk masuk industri sayuran organik cukup besar. Ancaman
yang akan dihadapi oleh kelompok tani adalah perkembangan jenis hama dan
penyakit pada tanaman, kemudahan mendapat produk substitusi, serta
perubahan cuaca dan perubahan fungsi lahan dari lahan pertanian menjadi
lahan pemukiman.
2. Berdasarkan posisi pada matriks IE, kelompok tani berada pada kuadran
II. Inti strategi yang dapat diterapkan kelompok tani Putera Alam adalah
strategi growth and build (tumbuh dan kembang), melalui strategi intensif atau
strategi integrasi. Prioritas strategi yang dapat direkomendasikan kepada
kelompok tani adalah sebagai berikut:
8. Memperkuat dan mempertahankan daerah pemasaran yang sudah ada
(TAS : 6,327)
9. Mempertahankan dan meningkatkan pelayanan terhadap konsumen serta
memperluas jaringan distribusi dan pemasaran (TAS : 6,005)
10. Mengoptimalkan upaya promosi produk, pendistribusian produk,
mengusahakan kemasan dan label produk untuk meningkatkan serta
mempertahankan loyalitas konsumen (TAS : 5,887)
11. Mempertahankan dan mempererat hubungan kerja sama dengan pihak
akademisi dan lembaga penelitian serta pemerintah untuk menghasilkan
benih yang berkualitas (TAS : 5,646)
12. Mengusahakan sertifikasi organik serta membuat kontrak kerja sama
secara jelas dan tertulis (TAS : 5,511)
13. Memperbaiki dan meningkatkan kemampuan manajerial dan teknik
budidaya dengan mempelajari perkembangan teknologi dan mengikuti
pelatihan (TAS : 5,450)
14. Melaukan riset pasar untuk memantau perkembangan pemasaran produk,
harga dan tingkat persaingan (TAS : 5,061).
a. Saran
1. Dari segi produk, kelompok tani disarankan untuk memberi label dan kemasan
dan mengusahakan sertifikasi sayur organik untuk meningkatkan loyalitas
konsumen dan supplier.
2. Kelompok tani disarankan melakukan promosi seperti mengikuti atau
mengadakan pameran sayuran organik.
3. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai analisis sistem pemasaran
untuk melihat efektivitas sistem pemasaran yang selama ini dijalankan.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 2008. Kabupaten Bogor Dalam Angka 2007. Bogor.
David, F. R. 2006. Manajemen Strategi, Edisi Kesepuluh. PT. Intan Sejati Klaten.
Jakarta.
Pracaya. 2007. Bertanam Sayuran Organik di Kebun, Pot dan Polibag. Cetakan
kedelapan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Situs Provinsi Jawa Barat. Perda Prov Jawa Barat, Retribusi Pelayanan Pengujian
Mutu Benih, Pestisida serta Pupuk Tanaman Pangan dan Hortikultura.
http://birohukum.jabarprov.go.id/data/perundangan. (Diakses pada 14
Agustus 2009).
80
Lampiran 2. Penentuan Peringkat (Rating) Rata-rata dari Tiga Responden untuk
Faktor Internal
Faktor-faktor Strategis Internal Peringkat (Rating)
Resp 1 Resp 2 Resp 3 Peringkat
Kekuatan (Strengths)
(60%) (20%) (20%)
A. Produk yang berkualitas 2.4 0.8 0.8 4.000
B. Perencanaan tanam yang sudah
2.4 0.6 0.8 3.800
baik
C. Hubungan ketua dengan anggota
2.4 0.6 0.6 3.600
kelompok tani
D. Pelayanan konsumen yang sudah
1.8 0.8 0.8 3.400
baik
K. Dapat menyerap tenaga kerja 2.4 0.6 0.6 3.600
Kelemahan (Weaknesses)
E. Belum memiliki kemasan dan label 1.2 0.4 0.4 2.000
F. Teknologi produksi yang
1.2 0.4 0.2 1.800
digunakan masih sederhana
G. Kualitas SDM yang masih rendah 0.6 0.4 0.2 1.200
H. Kurangnya upaya promosi produk 1.2 0.4 0.2 1.800
I. Pengarsipan data-data yang belum
0.6 0.4 0.4 1.400
tertata rapi
J. Belum ada sertifikasi produk 0.6 0.2 0.2 1.000
L. Keterbatasan modal 0.6 0.2 0.2 1.000
M. Kontrak kerja sama tidak tertulis 1.2 0.4 0.4 2.000
N. Lemahnya akses kelompok tani
1.2 0.4 0.2 1.800
tentang pasar sayuran organik
81
Lampiran 3. Peringkat Faktor Strategi Eksternal
Faktor-faktor Strategis Eksternal Peringkat (Rating)
Peluang (Opportunities) Resp 1 Resp 2 Resp 3
A. Pangsa pasar sayuran organik yang masih luas 4 4 4
B. Perubahan gaya hidup masyarakat yag
cenderung back to nature 4 4 4
C. Loyalitas konsumen yang tinggi 4 4 4
D. Tersedianya tenaga kerja yang potensial di
daerah setempat 3 3 4
E. Kebijakan pemerintah mengenai program "Go
Organic 2010" 4 3 4
F. Perkembangan Teknologi 4 3 3
H. Hambatan untuk masuk industri sayuran
organik cukup besar 3 3 4
J. Adanya asosiasi pertanian organik 3 3 3
Ancaman (Threats)
G. Perkembangan jenis hama dan penyakit pada
tanaman 2 2 2
I. Kemudahan mendapatkan produk substitusi 3 2 2
K. Perubahan cuaca dan isu bencana alam yang
terjadi di Indonesia 3 2 3
82
Lampiran 4. Penentuan Peringkat (Rating) Rata-rata dari Tiga Responden untuk
Faktor Eksternal
Faktor-faktor Strategis Eksternal Peringkat (Rating)
Resp 1 Resp 2 Resp 3 Peringkat
Peluang (Opportunities)
(60%) (20%) (20%)
A. Pangsa pasar sayuran organik yang
masih luas 2.4 0.8 0.8 4.000
B. Perubahan gaya hidup masyarakat
yag cenderung back to nature 2.4 0.8 0.8 4.000
C. Loyalitas konsumen yang tinggi 2.4 0.8 0.8 4.000
D. Tersedianya tenaga kerja yang
potensial di daerah setempat 1.8 0.6 0.8 3.200
E. Kebijakan pemerintah mengenai
program "Go Organic 2010" 2.4 0.6 0.8 3.800
F. Perkembangan Teknologi 2.4 0.6 0.6 3.600
H. Hambatan untuk masuk industri
sayuran organik cukup besar 1.8 0.6 0.8 3.200
J. Adanya asosiasi pertanian organik 1.8 0.6 0.6 3.000
Ancaman (Threats)
G. Perkembangan jenis hama dan
penyakit pada tanaman 1.2 0.4 0.4 2.000
I. Kemudahan mendapatkan produk
substitusi 1.8 0.4 0.4 2.600
K. Perubahan cuaca dan isu bencana
alam yang terjadi di Indonesia 1.8 0.4 0.6 2.800
83
Lampiran 5. Matriks Perbandingan Berpasangan Faktor Internal (Responden 1/ Ketua Kelompok Tani Putera Alam)
Total
Faktor-faktor Strategis Internal A B C D E F G H I J K L M N Bobot
Xi
A 2 2 1 1 1 3 1 1 1 1 1 3 1 19 0.052
B 2 2 2 2 2 3 3 1 1 1 1 3 1 24 0.066
C 2 2 2 3 3 3 3 1 1 1 1 3 1 26 0.071
D 3 2 2 1 1 1 1 1 3 1 1 3 3 23 0.063
G 3 2 1 3 3 1 2 2 2 2 2 2 2 27 0.074
H 3 2 1 3 1 2 2 2 2 1 2 2 2 25 0.069
I 1 1 1 3 3 2 2 3 2 1 2 3 2 26 0.071
L 3 1 1 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 27 0.074
M 3 3 3 3 2 2 1 1 2 2 2 1 1 26 0.071
N 3 3 3 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 27 0.074
O 3 3 3 3 2 3 3 2 2 2 3 2 2 33 0.091
P 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 1 2 3 30 0.082
Q 1 1 1 1 2 2 1 2 3 2 2 2 3 23 0.063
R 3 3 3 1 2 2 2 2 3 3 2 1 1 28 0.077
Total 364 1.000
84
Lampiran 6. Matriks Perbandingan Berpasangan Faktor Internal (Responden 2/ Penyuluh dari Tim Academic Frontier Research
Project Institut Pertanian Bogor).
Total
Faktor-faktor Strategis Internal A B C D E F G H I J K L M N Bobot
Xi
A 2 2 3 3 2 2 1 3 2 2 2 3 1 28 0.077
B 2 2 2 3 3 3 3 2 1 3 3 3 3 33 0.091
C 2 2 1 1 2 2 1 2 1 2 3 2 1 22 0.060
D 1 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 36 0.099
E 1 1 3 1 1 2 3 3 2 1 1 3 1 23 0.063
F 2 1 2 1 3 2 3 3 2 1 3 3 3 29 0.080
G 2 1 2 1 2 2 1 3 1 1 2 3 2 23 0.063
H 3 1 3 1 1 1 3 2 2 1 2 3 1 24 0.066
I 1 2 2 1 1 1 1 2 2 1 1 2 1 18 0.049
J 2 3 3 1 2 2 3 2 2 1 2 2 1 26 0.071
K 2 1 2 1 3 3 3 3 3 3 1 1 3 29 0.080
L 2 1 1 1 3 1 2 2 3 2 3 3 1 25 0.069
M 1 1 2 1 1 1 1 1 2 2 3 1 1 18 0.049
N 3 1 3 1 3 1 2 3 3 3 1 3 3 30 0.082
Total 364 1.000
85
Lampiran 7. Matriks Perbandingan Berpasangan Faktor Internal (Responden 3/ Dinas Pertanian, KASI Bagian Hortikultura)
Total
Faktor-faktor Strategis Internal A B C D E F G H I J K L M N Bobot
Xi
A 1 2 3 3 1 1 3 3 3 2 1 1 1 25 0.069
B 3 1 2 3 3 1 3 1 3 3 1 3 3 30 0.082
C 2 3 2 3 2 2 1 1 2 3 1 2 2 26 0.071
D 1 2 2 1 2 1 1 1 1 2 1 2 1 18 0.049
E 1 1 1 3 1 1 2 1 2 1 1 1 2 18 0.049
F 3 1 2 2 3 1 3 1 3 3 2 3 1 28 0.077
G 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 38 0.104
H 1 1 3 3 2 1 1 1 1 2 1 3 1 21 0.058
I 1 3 3 3 3 3 1 3 3 3 3 3 3 35 0.096
J 1 1 2 3 2 1 1 3 1 3 1 3 3 25 0.069
K 2 1 1 2 3 1 1 2 1 1 1 1 2 19 0.052
L 3 3 3 3 3 2 1 3 1 3 3 3 3 34 0.093
M 3 1 2 2 3 1 1 1 1 1 3 1 2 22 0.060
N 3 1 2 3 2 3 1 3 1 1 2 1 2 25 0.069
Total 364 1.000
86
Lampiran 8. Matriks Perbandingan Berpasangan Faktor Internal dari Ketiga Responden
Total
Faktor-faktor Strategis Internal A B C D E F G H I J K L M N Bobot
Xi
A 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 1 23 0.063
B 2 2 2 3 3 2 3 1 2 2 2 3 2 29 0.080
C 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 1 23 0.063
D 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 27 0.074
E 2 1 2 2 2 1 2 2 2 1 1 2 2 22 0.060
F 3 1 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 28 0.077
G 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 3 2 29 0.080
H 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 3 1 24 0.066
I 2 3 3 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 27 0.074
J 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 27 0.074
K 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 1 2 26 0.071
L 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 29 0.080
M 2 1 2 1 2 1 1 1 2 2 3 1 2 21 0.058
N 3 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 29 0.080
Total 364 1
87
Lampiran 9. Matriks Perbandingan Berpasangan Faktor Eksternal (Responden 1/ Ketua Kelompok Tani Putera Alam)
88
Lampiran 10. Matriks Perbandingan Berpasangan Faktor Eksternal (Responden 2/ Penyuluh dari Tim Academic Frontier Research
Project Institut Pertanian Bogor).
89
Lampiran 11. Matriks Perbandingan Berpasangan Faktor Eksternal (Responden 3/ Dinas Pertanian, KASI Bagian Hortikultura).
90
Lampiran 12. Matriks Perbandingan Berpasangan Faktor Eksternal dari Ketiga Responden
91
Lampiran 13. Matriks Perencanaan Strategi Kuantitatif (Quantitative Strategic Planning Matrix-QSPM)
Faktor Kunci Alternatif Strategi
Bobot Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3 Strategi 4 Strategi 5 Strategi 6 Strategi 7
AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS
Faktor Internal
Kekuatan (Strengths)
A. Produk yang berkualitas 0.063 3 0.189 3 0.189 2 0.126 3 0.189 4 0.252 2 0.126 4 0.252
B. Perencanaan tanam yang sudah baik 0.080 1 0.080 2 0.160 3 0.240 3 0.240 4 0.320 1 0.080 3 0.240
C. Hubungan ketua dengan anggota kelompok tani 0.063 1 0.063 1 0.063 3 0.189 2 0.126 2 0.126 2 0.126 3 0.189
D. Pelayanan konsumen yang sudah baik 0.074 4 0.296 3 0.222 3 0.222 4 0.296 4 0.296 2 0.148 3 0.222
K. Dapat menyerap tenaga kerja 0.071 4 0.284 2 0.142 4 0.284 3 0.213 3 0.213 2 0.142 2 0.142
Kelemahan (Weaknesses)
E. Belum memiliki kemasan dan label 0.060 4 0.240 4 0.240 2 0.120 4 0.240 3 0.180 2 0.120 4 0.240
F. Teknologi produksi yang digunakan masih sederhana 0.077 2 0.154 2 0.154 4 0.308 3 0.231 2 0.154 3 0.231 3 0.231
G. Kualitas SDM yang masih rendah 0.080 2 0.160 2 0.160 4 0.320 2 0.160 2 0.160 4 0.320 3 0.240
H. Kurangnya upaya promosi produk 0.066 3 0.198 3 0.198 2 0.132 4 0.264 3 0.198 3 0.198 3 0.198
I. Pengarsipan data-data yang belum tertata rapi 0.074 1 0.074 1 0.074 4 0.296 2 0.148 2 0.148 2 0.148 2 0.148
J. Belum ada sertifikasi produk 0.074 4 0.296 4 0.296 3 0.222 3 0.222 3 0.222 2 0.148 3 0.222
L. Keterbatasan modal 0.080 2 0.160 1 0.080 2 0.160 2 0.160 3 0.240 1 0.080 3 0.240
M. Kontrak kerja sama tidak tertulis 0.058 3 0.174 3 0.174 2 0.116 2 0.116 3 0.174 2 0.116 2 0.116
N. Lemahnya akses kelompok tani tentang pasar sayuran organik 0.080 2 0.160 2 0.160 1 0.080 2 0.160 4 0.320 4 0.320 3 0.240
1
Faktor Eksternal
Peluang (Opportunities)
A. Pangsa pasar sayuran organik yang masih luas 0.091 4 0.364 3 0.273 2 0.182 4 0.364 4 0.364 3 0.273 2 0.182
B. Perubahan gaya hidup masyarakat yag cenderung back to nature 0.105 4 0.420 3 0.315 2 0.210 4 0.420 4 0.420 3 0.315 2 0.210
C. Loyalitas konsumen yang tinggi 0.100 4 0.400 4 0.400 2 0.200 3 0.300 4 0.400 3 0.300 2 0.200
D. Tersedianya tenaga kerja yang potensial di daerah setempat 0.082 3 0.246 1 0.082 3 0.246 2 0.164 3 0.246 2 0.164 2 0.164
E. Kebijakan pemerintah mengenai program "Go Organic 2010" 0.082 4 0.328 4 0.328 2 0.164 3 0.246 4 0.328 3 0.246 2 0.164
F. Perkembangan Teknologi 0.095 3 0.285 4 0.380 4 0.380 3 0.285 3 0.285 4 0.380 4 0.380
H. Hambatan untuk masuk industri sayuran organik cukup besar 0.095 4 0.380 3 0.285 3 0.285 4 0.380 2 0.190 3 0.285 3 0.285
J. Adanya asosiasi pertanian organik 0.086 4 0.344 4 0.344 3 0.258 4 0.344 4 0.344 3 0.258 3 0.258
Ancaman (Threats)
G. Perkembangan jenis hama dan penyakit pada tanaman 0.091 3 0.273 2 0.182 4 0.364 2 0.182 2 0.182 2 0.182 4 0.364
I. Kemudahan mendapatkan produk substitusi 0.091 3 0.273 4 0.364 2 0.182 3 0.273 4 0.364 3 0.273 3 0.273
K. Perubahan cuaca dan perubahan fungsi lahan dari lahan pertanian 0.082 2 0.164 3 0.246 2 0.164 2 0.164 3 0.246 1 0.082 3 0.246
menjadi lahan pemukiman
Total Nilai Daya Tarik 1 6.005 5.511 5.450 5.887 6.372 5.061 5.646
92
Keterangan :
Nilai 1 : Tidak Menarik Nilai 3 : Cukup Menarik
Nilai 2 : Agak Menarik Nilai 4 : Sangat Menarik
93
Lampiran 14. Kuesioner Identitas Anggota Kelompok Tani
1. Nama : (L/P)
2. Alamat :
3. Status Pernikahan :
(1) Belum menikah (2) Menikah
4. Umur :
(1) 17-25 tahun (4) 46-55 tahun
(2) 26-35 tahun (5) >55 tahun
(3) 36-45 tahun
5. Pendidikan Terakhir :
(1) SD (5) Akademi
(2) SLTP (6) Sarjana
(3) SLTA (7) Pascasarjana
(4) Diploma/Politeknik
94
Lampiran 15. Gambar Lokasi Perwakilan Lahan Anggota Kelompok Tani Putera
Alam
95