Professional Documents
Culture Documents
Fix Cerebal Palsy
Fix Cerebal Palsy
Disusun Oleh:
Kelompok 4
Cerebral Palsy adalah kondisi neurologis yang terjadi permanen tapi tidak
mempengaruhi kerusakan perkembangan saraf karena itu bersifat non progresif
pada lesi satu atau banyak lokasi pada otak yang immatur (Campbell SK et al,
2001 dalam Jan S, 2008).
Cerebral palsy adalah masalah-masalah pada sistem saraf pusat yang
berakibat tidak berkembangnya sistem saraf pusat atau mempengaruhi otak
atau tulang belakang (Pamela, 1993).
Cerebral palsy mencakup kelompok dari kondisi yang mempengaruhi
anak sehingga memiliki kekurangan dalam kontrol pergerakan. Cerebral palsy
adalah sebuah gangguan dari perkembangan dan postur dikarenakan sebuah
kerusakan atau lesi dari otak yang belum berkembang (Bax, 1964). Biasanya
yang dijadikan acuan onset kejadiannya sebelum 3 tahun. Lesi saraf pada
cerebral palsy tidak progresif, walaupun menjadi perubahan dan variasi dalam
perjalanannya tergantung kelainan yang terlihat dan perkembangan pada tiap
anak. Perubahan ini terjadi tergantung dari beberapa faktor yakni maturasi
otak, pertumbuhan tubuh, keseimbangan otot, dan gerakan anak dan
kecenderungan postur (Pamela, 1993).
Faktor terjadinya cerebal palsy antara lain saat pre natal, natal dan post
natal:
1. Riwayat Prenatal
a. Anoksia/hipoksia
b. Penyebab terbanyak ditemukan dalam masa natal ialah cidera otak. Keadaan
inilah yang menyebabkan terjadinya anoksia. Hal demikian terdapat pada
keadaan presentasi bayi abnormal, partus lama, plasenta previa, infeksi
plasenta, partus menggunakan bantuan alat tertentu dan lahir dengan seksio
sesar
c. Perdarahan otak
f. Ikterus neonatorum
Ikterus adalah warna kuning pada kulit, konjungtiva, dan mukosa akibat
penumpukan bilirubin, sedangkan hiperbilirubinemia adalah ikterus
dengan konsentrasi bilirubin serum yang menjurus kearah terjadinya
kernikterus atau ensefalopati bilirubin bila kadar bilirubin tidak
dikendalikan (Tjipta, 1994 dalam Arif Mansjoer, 2008). Ikterus pada
masa neonatus dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak yang kekal
akibat masuknya bilirubin ke ganglia basal, misalnya pada kelainan
inkompatibilitas golongan darah.
g. Kelahiran sungsang
h. Bayi kembar
3. Riwayat Postnatal
a. Trauma kepala
Seperti terlihat pada gambar di atas, otak dibagi menjadi empat bagian, yaitu:
1. Cerebrum (Otak Besar)
2. Cerebellum (Otak Kecil)
3. Brainstem (Batang Otak)
4. Limbic System (Sistem Limbik)
Cerebrum adalah bagian terbesar dari otak manusia yang juga disebut dengan nama Cerebral
Cortex, Forebrain atau Otak Depan. Cerebrum merupakan bagian otak yang membedakan
manusia dengan binatang. Cerebrum membuat manusia memiliki kemampuan berpikir, analisa,
logika, bahasa, kesadaran, perencanaan, memori dan kemampuan visual. Kecerdasan
intelektual atau IQ Anda juga ditentukan oleh kualitas bagian ini.
Cerebrum secara terbagi menjadi 4 (empat) bagian yang disebut Lobus, antara lain:
Lobus Frontal merupakan bagian lobus yang ada dipaling depan dari Otak Besar.
Lobus ini berhubungan dengan kemampuan membuat alasan, kemampuan gerak,
kognisi, perencanaan, penyelesaian masalah, memberi penilaian, kreativitas, kontrol
perasaan, kontrol perilaku seksual dan kemampuan bahasa secara umum.
Lobus Parietal berada di tengah, berhubungan dengan proses sensor perasaan seperti
tekanan, sentuhan dan rasa sakit.
Lobus Temporal berada di bagian bawah berhubungan dengan kemampuan
pendengaran, pemaknaan informasi dan bahasa dalam bentuk suara.
Lobus Occipital ada di bagian paling belakang, berhubungan dengan rangsangan visual
yang memungkinkan manusia mampu melakukan interpretasi terhadap objek yang
ditangkap oleh retina mata.
b. Cerebellum (Otak Kecil)
Otak Kecil atau Cerebellum terletak di bagian belakang kepala, dekat dengan ujung leher
bagian atas. Cerebellum mengontrol banyak fungsi otomatis otak, diantaranya: mengatur
sikap atau posisi tubuh, mengkontrol keseimbangan, koordinasi otot dan gerakan tubuh.
Otak Kecil juga menyimpan dan melaksanakan serangkaian gerakan otomatis yang
dipelajari seperti gerakan mengendarai mobil, gerakan tangan saat menulis, gerakan
mengunci pintu dan sebagainya.
Jika terjadi cedera pada otak kecil, dapat mengakibatkan gangguan pada sikap dan
koordinasi gerak otot. Gerakan menjadi tidak terkoordinasi, misalnya orang tersebut tidak
mampu memasukkan makanan ke dalam mulutnya atau tidak mampu mengancingkan baju.
Cerebral Palsy Spastis Quadriplegi yaitu kerusakan pada sistem saraf pusat
yang berdampak tidak berkembangnya sistem saraf tersebut ditandai tonus otot
yang meninggi serta semua badan terasa kaku terutama pada lengan sehingga
mengalami gangguan pada bagian motorik dan terlambatnya perkembangan anak.
Quadriplegi dibeberapa klinik disebut juga sebagai double hemiplegi yaitu dua
sisi tubuh terutama dilengan lebih kaku dibanding kaki. (Pamela, 1993).
Definisi spastikmenurut kamus kedokteran (Dorlan, 2005) adalah
bersifat dan ditandai dengan spasme. Hipertonik, dengan demikian otot-otot dan
gerakan kaku. Quadriplegia adalah kelemahan pada keempat ekstremitas.
2. Manifestasi klinis Cerebral Palsy Spastis Quadriplegi
Menurut Sherrill, 1984, ciri fisik yang sering ditemui adalah sebagai berikut:
1.) Pada kasus ini Assymetrical Tonic Neck Reflex dan Moro Reflex atau
ATNR yang harusnya sudah hilang pada usia 6 bulan, masih ada.
2.) Kepala dan leher cenderung ke arah fleksi, hal ini dapat disebabkan
oleh gangguan visual.
3.) Persendian bahu atau shoulder cederung ke arah abduksi disebabkan
adanya hipertonus.
4.) Lengan bawah atau forearm akan cendurung ke arah pronasi.
8.) Ankle joint akan cenderung dalam posisi plantar fleksi, karena
terjadi ketengan dari tendong achilles.
9.) Masalah keseimbangan, terjadi karenan adanya kerusakan pada
cerebellum. Anak dengan pola jalan menggunting akan rawan untuk
jatuh ke depan.
10.) Spastik sering berpengaruh pada otot-otot pernafasan.
11.) Keterlambatan dalam pertumbuhan dan perkembangan.
B. Patofisiologis
Penyebab cerebral palsy spastik quadriplegia yaitu pada waktu kehamilan antara
minggu ke 26 sampai dengan minggu ke 34 masa kehamilan, area periventricular white
matter yang mendekati dengan lateral ventricles sangat rentan terhadap cidera. Apabila
area ini membawa fiber yang bertanggung jawab terhadap control motorik dan tonus
otot pada kaki, cedera dapat menyebabkan spastic diplegi. Saat lesi yang lebih besar
menyebar sebelum area fiber berkurang dari korteks motorik, hal ini dapat melibatkan
centrum semiovale dan corona radiate, yang dapat menyebabkan spastic quadriplegia.
3) Tensi
85/15 mmHg
- Bayi usia di bawah 1 bulan :
- Usia 1 – 6 bulan : 90/60 mmHg
4) Lingkar kepala
5) Nadi
Usia Denyut Nadi
1 minggu 100 – 140 kali/menit
2 – 8 minggu 90 – 130 kali/menit
3 – 12 bulan 90 – 130 kali/menit
1 – 6 tahun 75 – 115 kali/menit
7 – 12 tahun 70 – 80 kali/menit
6) RR (respirasi rate)
Usia Pernapasan
1 minggu 30 – 60 kali/menit
2 – 8 minggu 30 – 40 kali/menit
3 – 12 bulan 20 – 30 kali/menit
1 – 6 tahun 19 – 29 kali/menit
7 – 12 tahun 15 – 20 kali/menit
7) Status Gizi
Status gizi anak dapat dilihat dari pemeriksaan turgor kulit, konjungtiva mata, dan
proporsi tubuh. Namun, untuk lebih meyakinkannya lagi, dapat dihitung dari
rumus:
8) Suhu
b. Pemeriksaan khusus
1) Pengamatan Posisi
Pemeriksaan ini berfungsi untuk menilai ada tidaknya gerakan ekstremitas
abnormal, asimetris, posisi dan gerakan yang abnormal. Pengamatan posisi
dilakukan pada saat terlentang, berguling, telungkup, merayap, ke duduk, duduk,
merangkak, ke berdiri, berdiri, dan berjalan. Pengamatan posisi anak dilakukan
sesuai dengan kemampuan anak.
2) Spastisitas
4) Tightness
5) Pemeriksaan 7 refleks
Merupakan salah satu komponen penentu prognosis berjalan. Pemeriksaan 7
refleks dilakukan mulai usia 1 tahun hingga usia kurang dari 7 tahun.
Pemeriksaan 7 refleks meliputi :
a. ATNR atau Asymetrical Tonic Reflex
b. STNR atau Symetrical Tonic Neck Reflex
c. Neck righting
d. Extensor Thrust
e. Moro
f. Parachute
g. Foot placement
Penilaian 7 refleks:
ATNR (-) : 0
STNR (-) : 0
Neck righting ( - ) : 0
Extensor thrust ( - ) : 0
Moro (-) : 0
Paracute (+) : 0
Foot placement ( + ) : 0
Keterangan:
Jika skor 1, maka anak bisa berjalan tanpa atau dengan alat bantu.
Anak kecil mempunyai organ memori yang belum banyak terisi. Melalui
bermain anak akan mengeksplorasi dan memanipulasi benda-benda di
sekitarnya. Setelah mengenali dan mempelajari, selanjutnya anak akan
menyimpannya di dalam sel-sel memori atau otak. Semakin banyak sel
memorinya terisi oleh data-data tertentu yang diperolehnya melalui permainan,
maka akan semakin meningkatkan kemampuan kognitifnya. Fungsi bermain
anak berbeda-beda sesuai dengan usianya.
Pemeriksaan denver II adalah suatu pemeriksaan yang digunakan untuk
screening perkembangan anak dari lahir sampai usia 6 tahun, yang meliputi 4
aspek penilaian yaitu personal sosial, motorik kasar, bahasa, dan motorik halus.
D. Problematika Fisioterapi
a. Impairment: Adanya spastisitas pada kedua lengan (AGA) dan kedua
tungkai (AGB) serta kontraktur pada kedua tendon archiles.
b. Functional Limitation: Keterbatasan fungsional ini diakibatkan oleh adanya
gerakan- gerakan yang tidak terkontrol (involunter) dan keseimbangan gerak
yang kurang baik maka akan mengganggu aktifitas fungsional sehari-hari
diantaranya pasien tidak mampu duduk sendiri, merangkan, jongkok, berdiri,
dan berjalan.
c. Disability: Pasien belum dapat mandiri dalam self care dan pasien tidak
dapat bermain dengan teman-teman sebayanya.
E. Tujuan