You are on page 1of 14

ANALISIS FAKTOR YANG MEMENGARUHI KETIMPANGAN PENDIDIKAN

Salah satu indikator keberhasilan pembangunan suatu negara adalah laju


pertumbuhan ekonomi (Arsyad, 2010). Pertumbuhan tersebut mencerminkan kemam-puan
pertambahan pendapatan nasional suatu negara dari waktu ke waktu. Ada tiga komponen
yang ber-pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi, yakni (1)akumulasi modal, termasuk
semua investasi baru da-lam tanah, peralatan fisik, dan sumberdaya manusia melalui
perbaikan di bidang kesehatan, pendidikan, dan ketrampilan kerja; (2) pertumbuhan jumlah
pen-duduk yang pada akhirnya menyebabkan pertumbuhan angkatan kerja; dan (3)
kemajuan teknologi (Todaro & Smith, 2011). Upaya perluasan dan pemerataan kesempatan
memeroleh pendidikan bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia merupakan salah satu misi
pendidikan na-sional yang tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Masalah pemerataan pendidikan sejalan
dengan visi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2010-
2014.Perbedaan kualitas sumberdaya manusia atas dasar capaian kelulusan pada jenjang
pendidikan untuk penduduk usia 15 tahun ke atas di Kabupaten Sampang dan Kota Malang
merupakan indikasi adanya ketimpangan pendidikan di Provinsi Jawa Timur.
Permasalahan ketimpangan pendidikan wajib diatasi baik di tingkat daerah maupun pusat
sesuai dengan Rencana Strategis Kementerian Pendidikan Nasional tahun 2010-2014.
Ketimpangan pendidikan di Provinsi Jawa Timur dapat ditelaah dari variabel-variabel yang
diduga berhubungan dengan ketimpangan. Variabel-variabel tersebut adalah pengeluaran
pemerintah atas pendidikan, gender gap dan pengeluaran pendidikan dari rumah
tangga.Ketimpangan pendidikan merupakan kondisi ketidakmerataan lulusan pendidikan
dari penduduk di suatu daerah. Ukuran ketimpangan pendidikan adalah indeks Gender gap
menunjukkan adanya kesenjangan antara perempuan dan laki-laki dalam memeroleh
manfaat pendidikan, pekerjaan, dan pelayanan (Nugroho, 2011). Penelitian di 85 negara
penelitian (Thomas dkk., 2000) menunjukkan bahwa gender gap berhubungan positif
dengan ketimpangan pendidikan yang dicerminkan dengan indeks Gini Pendidikan.
Penurunan gender gap dalam sektor pendidikan sangat diperlukan untuk mengatasi
ketimpangan pendidikan.

Berdasarkan kondisi klaster wilayah penelitian,pada tahun 2012 terdapat sebanyak


38 kota dan kabupaten di Provinsi Jawa Timur mengalami masalah ketimpangan
pendidikan. Terdapat sebanyak 8 kabupaten memiliki tingkat ketimpangan pendidikan dalam
kategori sedang. Terdapat sebanyak 26 kota dan kabupaten memiliki tingkat ketimpangan
pendidikan dalam kategori rendah. Sisanya terdapat 4 kota dan kabupaten memiliki tingkat
ketimpangan pendidikan dalam kategori sangat rendah. Hasil penelitian ini mengungkap
bahwa terdapat hubungan positif antara pengeluaran pemerintah bidang pendidikan dengan
ketimpangan pendidikan di kota dan kabupaten Provinsi Jawa Timur. Hasil ini sejalan
dengan penelitian yang menyebutkan bahwa variabel investasi pemerintah dalam
pendidikan mem-punyai andil dalam mempengaruhi ketimpangan pen-didikan disuatu
daerah (Liao & Shen, 2011).

Akses untuk memeroleh pendidikan di Provinsi Jawa Timur didukung dengan


pembiayaan dari peme-rintah dan pengeluaran rumah tangga. Pemerintah menyediakan
akses di semua jenjang pendidikan bagi penduduk dengan proporsi berbeda. Program
pendi-dikan wajib belajar 9 tahun adalah salah satu program yang dimaksudkan untuk
memeratakan pendidikan penduduk hingga jenjang SLTP.
Pengeluaran biaya pendidikan oleh rumah tangga setiap bulan di antaranya adalah
sumbangan pemba-ngunan sekolah, uang sekolah atau iuran BP3, biaya untuk
pengembangan keterampilan, bimbingan bela-jar, ujian, buku pelajaran, fotokopi bahan ajar,
alat tulis, dan berbagai kursus untuk kepentingan investasi human capital. Semakin besar
pengeluaran rumah tangga untuk pendidikan di suatu wilayah, maka se-makin tinggi pula
jenjang pendidikan yang dapat di-tempuh oleh penduduk, dan akibatnya akan memer-kecil
ketimpangan pendidikan di wilayah tersebut. Tinggi rendahnya pengeluaran rumah tangga
untuk pendidikan di suatu wilayah menunjukkan besar ke-cilnya investasi human capital di
masyarakat.
Terdapat masalah ketimpangan pendidikan di 38 kota dan kabupaten di Provinsi
Jawa Timur. Ketim-pangan pendidikan tertinggi berada di wilayah kabu-paten pada bagian
timur dan ketimpangan pendidikan terendah berada di wilayah kota di bagian barat Pro-vinsi
Jawa Timur. Di wilayah perkotaan terdapat lebih banyak penduduk usia di atas 15 tahun
yang menyelesaikan jenjang pendidikannya di banding wilayah kabupaten. Hasil penelitian
mengungkap bahwa terdapat keterkaitan antara variabel pengeluaran pemerintah bidang
pendidikan, gender gap, dan penge-luaran pendidikan dari rumah tangga, dengan ketim-
pangan pendidikan di Provinsi Jawa Timur.

Untuk menurunkan ketimpangan pendidikan, direkomendasikan bahwa perlu


pembenahan kebi-jakan Pemerintah Provinsi Jawa Timur dengan me-nempatkan alokasi
pengeluaran pemerintah untuk bidang pendidikan yang lebih tepat sasaran. Juga di-
perlukan kebijakan pembangunan untuk mengubah persepsi masyarakat terkait gender yaitu
marginali-sasi, subordinasi, dan stereotipe sehingga mampu menurunkan gender gap
sebagai upaya penurunan tingkat ketimpangan pendidikan. Selain itu, diperlu-kan kebijakan
pemerintah yang mampu membangun kesadaran masyarakat terutama di arahkan kepada
wilayah dengan kesenjangan pendidikan yang be-sar mengenai pentingnya investasi di
bidang human capital.
THE IMPLEMENTATION OF PLANNING AND ITS EFFECT ON EFL STUDENTS’
WRITING PERFORMANCE
It is commonly acknowledged that writing in a second or foreign language (SL/FL) is
a skill which is considered complex and demanding. Therefore, much research on SL/FL
writing has been intended to propose strategies to break down its complexity. The use of
strategies before the actual writing tasks in the process of writing, such as explicit planning
and implicit planning, are believed to benefit student writers. In the Indonesian context, most
EFL learners during their college writing courses are advised by their lecturers, and texbooks
as well, ‘to-plan-thenwrite’. Most writing instructors are aware that ‘planfirst’ technique before
writing is beneficial because it helps learners to ease the demanding process of writing.
Their beliefs hold true since many studies on writing have shown the effectiveness in ‘plan
first’ writing strategy. This pedagogical implication basically comes from studies which show
almost consistent results that the provision of ‘plan first’ writing strategy can help the overall
quality of composition.
These two paradigms of explicit and implicit planning have put considerable interests
among writing researchers. Many researchers conducted experiments on comparing the
effect of giving explicit planning before writing and giving no planning before writing. The
results of these writing studies, unfortunately, seem to be mixed when it is seen from the L1
and L2 environments. In the field of L1 writing, the results of pre-task planning (planning
prior to composing) shows consistent effect on L1 writers’ texts. Kieft et al. (2007) found that
students with a natural tendency toward planning benefit most from instruction that
emphasizes planning, while others who had undeveloped strategies, or who had a tendency
not to plan before writing, benefitted more from instruction that emphasized revision. In
terms of the superiority, both strategies are superior in improving the writing quality. Kieft et
al. (2007) finally concluded that the effectiveness of this approach depends on the students’
own writing strategies.
The present study proposes to empirically investigate the effect of different planning
conditions (prewriting and rough drafting) on improving the EFL writing performance. The
research question is posed as “Do students who use prewriting strategy achieve better
writing performance than those who use rough drafting?” This study employed a quasi-
experimental research
design, involving college students who were taking an essay writing class in STKIP PGRI
Pasuruan, East Java, Indonesia. In the essay writing class, the students learn how to write
different types of short essays such as narrative, descriptive, expository, and argumentative,
developed by various kinds of paragraph organization such as chronological, cause and
effect, process, example and details, comparison and contrast, and classification. This
research, however,focused on the argumentative essay since this type of essay is not only
commonly written and read in the academic setting, but also most standardized writing tests
use the argumentative type of essay in their test of writing English. This study adopted a
between groups posttest only design in quasi-experiment (Cresswell, 2012:310) as it was
impossible for the researchers to randomize the participants to the intended conditions.
With the aid of non parametric t-test for independent sample analysis statistical tool, the
result of the study shows that there is not enough evidence to indicate differences in the
writing performances of the two groups involved; both groups performed equally well in this
experiment as no statistically significant difference was found. The students who received
prewriting strategies,namely outlining and mapping, did not demonstrate better quality in
their writing argumentative essay in terms of their idea development,as compared to the
students who received rough drafting strategy. Some recommendations are made based on
the finding of the study. The finding is specifically addressed to writing lecturers, writing test
developers, and future researchers. For the writing lecturers, the result of this study
suggests some recommendations applicable in the teaching practices, namely, the provision
of time to plan in writing as well as the use of prewriting strategy and rough drafting strategy
in teaching writing. Secondly, in terms of the various writing strategies, lecturers can also
introduce planning strategy (using explicit and organized plan) and revising strategy
(producing initial draft, and then revising). Based on this research, both strategies are
effective to produce an acceptable composition. Finally, this study can be replicated by using
different types of writing modes and different level of students so that the effect of planning
can be further validated. It was stated that the participants of this study were the fourth
semester students joining the essay writing class. In relation to this, the future researcher
can conduct other research comparing the effect of planning with different writing modes
such as narrative, descriptive, expository, and argumentative. Future researchers can also
compare the different effects of planning with different levels of students, such as the
paragraph writing class and the essay writing class. It is also possible to replicate this study
to see the effect of planning across different levels of proficiency with different writing modes.
Additionally, future researchers can also investigate the effect of planning across different
gender or age groups, which possibly enrich the body of knowledge and the understanding
of foreign languaage learners’ writing process. Taken together, the findings of this study
provide not only the theoretical values dealing with writing in the EFL context, but also
practical values particularly for writing instructors and writing test developers to enable them
to manipulate the variables to seek better result in the field of teaching and learning writing.
Penerapan Model Creative Learning Berbasis Multimedia Interaktif untuk
Meningkatkan Minat Belajar dan Kreativitas Berpikir Siswa Kelas X SMAN 3 Malang
pada Pelajaran Ekonomi

Penelitian ini berjudul “Penerapan Model Creative Learning Berbasis Multimedia


Interaktif Untuk Meningkatkan Minat Belajar dan Kreativitas Berpikir Siswa Kelas X SMAN 3
Malang pada Pelajaran Ekonomi”. Berdasarkan judul tersebut, maka terdapat tiga variabel
yang menjadi fokus penelitian yaitu,model creative learning berbasis multimedia interaktif
sebagai variabel bebas,minat belajar dan kreativitas berpikir siswa sebagai variabel
terikat.Dengan Subyek Penelitian siswa kelas X-1 tahun ajaran 2012/2013 SMANegeri 3
Malang Penelitian ini dilaksanakan pada semester gasal 2012-2013Lokasi penelitian
dilaksanakan di SMA Negeri 3 Malang yang berada di JalanSultan Agung Utara No. 7 Kota
Malang. Sedangkan menurut D. Campbell (1986) Belajar kreatif mengandung proses mental
yang dipergunakan dalam bentuk berfikir seperti pengalaman, pengikatan kembali dan
ekspresi, sedangkan kreativitas merupakan kegiatan yang mendatangkan hasil yang bersifat
: 1). Baru: inovatif, belum ada sebelumnya, segar, menarik, aneh dan mengejutkan. 2).
Berguna: lebih enak, praktis, mempermudah, memperlancar, mengembangkan, mendidik
memecahkan masalah, mengatasi kesulitan, mendatangkan hasil yang baik. 3).Dapat
dimengerti.
Dalam pembelajaran creative learning guru harus mampu menciptakan kelas
sebagai arena petualangan pengetahuan. Dimana penyajian materi yang telah disampaikan
oleh guru tidak hanya sekedar masuk telinga kanan siswa dan keluar lewat telinga kiri
siswa.Melalui creative learning materi yang disajikan secara kreatif dan menarik mampu
meningkatkan minat belajar dan kreativitas berpikir siswa terutama dalam belajar mata
pelajaran ekonomi sehingga dalam hal ini siswa tidak hanya sekedar menerima materi
pelajaran yang disampaikan tetapi juga mampu memahami materi yang disampaikan oleh
guru.Dalam pengembangan pengalaman belajar, guru tidak berperan sebagai satu –
satunya sumber belajar yang bertugas menuangkan materi pelajaran kepada siswa, akan
tetapi yang lebih penting adalah bagaimana memfasilitasi agar siswa belajar. Dalam
pelaksanaan model creative learning ini dibutuhkan kemauan dan kemampuan serta
kreativitas guru dalam mengelola lingkungan kelas. Adapun tujuan dari penerapan creative
learning berbasis multimedia interaktif diantaranya :
Bagi siswa :
a. Melatih kemandirian siswa untuk tidak bergantung sepenuhnya kepada orang lain
dan percaya akan kemampuan yang ia miliki
b. Melatih siswa untuk berpikir secara kritis dan kreatif
c. Melatih siswa untuk belajar memutuskan sesuatu dengan tepat dan cepat
d. Melatih siswa untuk belajar memanage waktu dengan cermat
e. Melatih siswa untuk mampu menyampaikan gagasannya
f. Melatih strategi siswa untuk mampu memenangkan pertandingan / kompetisi
g. Melatih siswa untuk berani menghadapi tantangan
h. Melatih strategi siswa untuk memenangkan sebuah pertandingan
i. Mencetak generasi unggul dan gemilang dengan berkompetisi secara sehat
j. Menjadikan kelas lebih interaktif, aktif, kreatif, inovatif dan atraktif
Bagi guru :
1. Melatih guru untuk mengkondisikan kelas agar tercipta suasana kelas yang kondusif
dengan cara elegan
2. Melatih guru untuk menambah wawasan / pengetahuan yang ia miliki
3. Melatih guru untuk menciptakan ide – ide kreatif dan unik merancang strategi
pembelajaran yang mampu menarik minat belajar siswa
4. Melatih keterampilan guru untuk menjadi MC / public speaker yang handal
5. Melatih guru untuk terampil mengoperasikan perangkat tekhnologi untuk digunakan
dalam proses pembalajaran
6. Meningkatkan keprofesionalan guru untuk menciptakan pembelajaran yang efektif

Secara etimologis multimedia berasal dari kata multi (Bahasa Latin, nouns) yang berarti
banyak, bermacam-macam,dan medium (Bahasa Latin) yang berarti sesuatu yang dipakai
untuk menyampaikan atau membawa sesuatu. Kata medium dari American Heritage
Electronic Dictionary yang dikutip Rachmat dan Alphone dalam Munir (2005: 3) juga
diartikan sebagai alat untuk mendistribusikan dan mempresentasikan informasi. Bentuk –
bentuk pemanfaatan model – model multimedia interaktif berbasis computer dalam
pembelajaran dapat berupa drill, tutorial, simulation,and games (Rusman, 2005: 15). Pada
dasarnya salah satu tujuan pembelajaran dengan multimedia interaktif adalah sedapat
mungkin menggantikan dan atau melengkapi serta mendukung unsur – unsur : tujuan.
materi, metode, dan alat penilaian yang ada dalam proses belajar mengajar dalam sistem
Pendidikan konvensional yang biasa kita lakukan.
Pemanfaatan Multimedia Interaktif di dalam Pembelajaran,Ada 3 tipe pemanfaatan
multimedia interaktif dalam pembelajaran menurut
Rusman (2005: 19), yaitu :
a. Multimedia interaktif digunakan sebagai salah satu unsur pembelajaran di kelas.
Misal jika guru menjelaskan suatu materi melalui pengajaran di kelas atau
berdasarkan suatu buku acuan, maka multimedia digunakan sebagai media
pelengkap untuk menjelaskan materi yang diajarkan di depan kelas. Latihan dan tes
pada tipe pertama ini tidak diberikan dalam paket multimedia melainkan dalam
bentuk print yang diberikan oleh guru.
b. Multimedia interaktif digunakan sebagai materi pembelajaran mandiri. Pada tipe
kedua ini multimedia mungkin saja dapat mendukung pembelajaran di kelas mungkin
juga tidak. Berbeda dengan tipe pertama,pada tipe kedua seluruh kebutuhan
instruksional dari pengguna dipenuhi seluruhnya di dalam paket multimedia. Artinya
seluruh fasilitas bagi pembelajaran, termasuk latihan, umpan balik (feedback) dan
tes yang mendukung tujuan pembelajaran disediakan di dalam paket.
c. Multimedia interaktif digunakan sebagai media satu – satunya di dalam
pembelajaran. Dengan demikian seluruh fasilitas pembelajaran yang mendukung
tujuan pembelajaran juga telah disediakan di dalam paket CBL (Computer Base
Learning)
Minat belajar merupakan sesuatu yang awalnya bersumber dari sebuah stimulus berupa
perasaan yang dapat membangkitkan ataupun meningkatkan seseorang dalam melakukan
sesuatu.Yang dapat berupa perasaan senang atau yang dapat membuat orang senang dan
bersemangat dalam melakukan sesuatu. Jadi disini bisa dikatakan minat belajar itu bisa
dibangkitkan dengan sebuah stimulus-stimulus positif terlebih dahulu sebelum atau pada
saat belajar mengajar agar siswa termotivasi untuk mempelajari sesuatu dan menerima
pelajaran dengan baik.Minat belajar dapat ditumbuhkan dengan hal hal antara lain:
a. Menimbulkan rasa ingin tahu, siswa akan termotivasi untuk menemukan jawaban
b. Kaitkan pelajaran dengan hal yang sederhana atau biasa dialami dalam kehidupan
sehari-hari siswa. Dalam hal ini siswa akan merasa bahwa pembelajaran itu penting
dan bermanfaat bagi dirinya.
c. Memberikan penghargaan bagi mereka yang aktif dalam pembelajaran yang bisa
berupa pujian dan pemberian skor atau hadiah. Dengan hal ini mereka akan
berlomba untuk bisa mendapatkan penghargaan dari seorang guru.
Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian tindakan kelas yaitu suatu penelitian yang dilakukan didalam
kelas.Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas karena menurut hasil observasi
dan wawancara yang dilakukan dengan guru ekonomi di SMAN 3 Malang didapatkan
informasi bahwa minat belajar dan kreativitas berpikir siswa dalam kurun waktu setahun
terakhir belakangan ini rendah terutama pada pelajaran ekonomi untuk itu perlu dicari solusi
yang tepat untuk mengatasi hal tersebut. Dalam penelitian ini, penulis memberikan
perlakuan tindakan untuk mengobati / memperbaiki minat belajar dan kreativitas berpikir
siswa yang rendah terhadap pelajaran ekonomi, agar harapan kedepan minat belajar dan
kreativitas berpikir siswa meningkat dan siswa semakin antusias mengikuti pelajaran
ekonomi serta kreatif dalam memecahkan persoalan ekonomi. PTK dilakukan mengikuti
proses pengkajian berdaur terdiri atas 4 tahap , yaitu 1) perencanaan tindakan 2)
pelaksanaan tindakan, 3) observasi, 4) merefleksi.
Adapun pelaksanaan penelitian penerapan creative learning berbasis multimedia
interaktif dilaksanakan di SMAN 3 Malang yang bertempat di Jalan Sultan Agung Utara No.
7. Sasaran penelitian tindakan kelas ini adalah kelas X-1 dengan jumlah siswa 34 orang
terdiri dari 14 laki-laki dan 20 perempuan.Penelitian ini dimulai bulan Oktober sampai
dengan November 2012. Penelitian ini di laksanakan dalam 2 siklus, yang mana setiap
siklus dilaksanakan 2 kali pertemuan yang setiap siklusnya terdiri dari perencanaan,
pelaksanaan, observasi dan refleksi. Siklus I dilaksanakan pada tanggal 23 Oktober 2012
untuk pertemuan pertama dan tanggal 30 Oktober 2012 untuk pertemuan kedua sedangkan
siklus II dilaksanakan pada tanggal 13 November 2012 untuk pertemuan pertama dan
tanggal 20 November 2012 untuk pertemuan kedua. Berdasarkan hasil observasi pada
siklus I maupun siklus II terdapat peningkatan minat belajar dan kreativitas berpikir yang
tinggi. Hal ini dapat dilihat dari sajian data pada tabel berikut :Tabel 3.2.1 Tabel Prosentase
Minat Belajar dan Kreativitas Berpikir Siswa dengan Penerapan Creative Learning Berbasis
Multimedia Interaktif

Hal ini dapat diamati pada lembar penilaian menunjukkan adanya peningkatan minat belajar
segi kognitif dan kreativitas berpikir siswa yang diukur melalui pre-test dan post-test dari rata
– rata kelas siklus I sebesar 80,56 dan pada siklus II menjadi 84,12 dengan demikian
mengalami peningkatan 3,59%. Minat belajar segi afektif yang diukur melalui lembar
observasi minat belajar segi afektif dari siklus I sebesar 67,69% dan pada siklus II menjadi
86,15% dengan demikian mengalami peningkatan 18,46%. Minat belajar segi psikomotor
yang diukur melalui lembar observasi minat belajar segi psikomotor dari siklus I sebesar
60%.dan pada siklus II menjadi 70% dengan demikian mengalami peningkatan sebesar
10%. Kreativitas berpikir yang diukur melalui lembar observasi kreativitas berpikir dari siklus
I sebesar 71,42% dan pada siklus II menjadi 84,03% dengan demikian mengalami
peningkatan 12,61%. Dengan hasil seperti ini mengindikasikan bahwa minat belajar siswa
dan kreativitas berpikir siswa mengalami peningkatan sesuai dengan target yang diharapkan
oleh guru dan siswa.
Dari hasil pengamatan kemampuan mengajar guru oleh observer dapat dilihat bahwa
kemampuan mengajar guru sudah baik. Dari aspek minat belajar melalui hasil
pengamatan kemampuan guru mengajar dapat dilihat bahwa guru mampu mengemas
materi untuk disampaikan kepada siswa secara menarik,sehingga dengan pengamasan
materi secara menarik tersebut siswa menjadi antusias dalam selama kegiatan belajar
mengajar berlangsung. Guru mampu membangkitkan minat belajar siswa melalui
motivasi yang diberikan oleh guru kepada siswa. Di dalam creative learning Guru juga
mampu mengantarkan siswa untuk melakukan proses belajar secara aktif. Guru juga
termasuk sosok kreatif karena memiliki karakter yang respek, responsif dan komunikatif
serta kreatif dengan memberika penghargaan (reward) kepada siswa yang aktif dan
hukuman (punishment) kepada siswa yang pasif sehingga dapat mengkondisikan siswa.
dengan baik. Guru mampu membangkitkan kreativitas berpikir siswa melalui umpan balik
yang diberikan oleh guru kepada siswa berupa pertanyaan terkait materi yang disampaikan,
sehingga siswa aktif dan kreatif serta kritis dalam berpikir untuk merespon pertanyaan dan
berargumen terhadap soal yang diberikan oleh guru. Siswa berani untuk menyampaikan
gagasan.
Berdasarkan hasil penelitian tindakan, yang sudah dibahas pada bab –bab
sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1. Pembelajaran kreatif (creative learning) berbasis multimedia interaktif muncul
berdasarkan permasalahan yang ditemui dalam proses pembelajaran dan kurang
komunikatifnya penyampaian materi pelajaran oleh guru sehingga membuat siswa
jenuh mengikuti pelajaran di dalam kelas yang mengakibatkan rendahnya minat belajar
dan kreativitas berpikir siswa.
2. Penerapan pembelajaran kreatif (creative learning) berbasis multimedia interaktif
bertujuan untuk menumbuhkan kekreatifan dan keinovasian pendidik dalam mendesain
pembelajaran yang komunikatif, interaktif dan bervariasi kepada siswa melalui teknik –
teknik pembelajaran yang unik seperti kuis cerdas cermat, rangking 1, are you smarter
than 5th grader dan ujian singkat, serta sebagai solusi dalam meningkatkan minat
belajar dan kreativitas berpikir siswa selama proses pembelajaran yang dilakukan di
kelas sekaligus menjadi alternatif pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa.
PENGEMBANGAN E-MODUL AKUNTANSI BERBASIS SCIENTIFIC APPROACH DI SMK
(Studi Kasus pada Siswa Kelas XI di SMK Muhammadiyah 5 Kepanjen Jurusan
Akuntasi)

Proses pembelajaran merupakan suatu kegiatan pelaksanaan kurikulum pada suatu


lembaga pendidikan agar dapat membantu siswa mencapai tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan. Tujuan pendidikan pada hakekatnya adalah merubah perilaku, intelektual dan
moral maupun sosial agar menjadi pribadi yang mandiri dalam kehidupan bermasyarakat.
Dengan perkembangan teknologi tersebut, timbulah inovasi untuk menciptakan modul
elektronik yang semula tersebut dikemas dalam bentuk konvensional yaitu modul cetak.
Modul elektronik adalah modul yang disajikan dalam bentuk elektronik atau digital yang
bersifat interaktif. Modul ini bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik
dalam belajar sesuai dengan kecepatan dan caranya masing-masing untuk mencapai tujuan
yang telah dirumuskan secara spesifik yang disajikan dalam bentuk digital. Salah satu
pembelajaran yang dapat mengembangkan cara belajar siswa aktif adalah pembelajaran e-
modul berbasis scientific approach. Modul yang dikembangkan berbasis scientific approach
yang dalam proses pembelajaran meliputi kegiatan mengamati, menanya, mengeksplorasi,
menalar dan mengkomunikasikan. Pembelajaran ini menekankan pada kegiatan belajar
yang lebih aktif karena ada sejumlah proses mental yang dilakukan siswa.
Salah satu software yang dapat digunakan untuk membuat program modul berbasis
ICT (Information and Communication Technology) adalah Flip Book Maker. Software ini
sangat berguna bagi pendidik untuk melakukan pembelajaran dengan cepat, ringkas, dan
sekaligus menyenangkan dan menarik bagi siswa. Di dalamnya dapat ditambahkan suara,
animasi, video, dan lain-lain. Flip book biasanya berupa file dengan format yang bermacam-
macam seperti swf, htm, exe, mp4 yang dapat dibuka dengan berbagai macam aplikasi
yang mendukung. Bahan ajar adalah segala bentuk yang digunakan untuk membantu guru
dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar (Majid,2009: 173). Bahan ajar yang
dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun tidak tertulis. Menurut Majid (2009: 174) bahan
ajar harus mencakup beberapa aspek, aspek tersebut adalah (a) petunjuk belajar bagi
siswa/guru, (b) kompetensi yang akan dicari, (c) informasi pendukung, (d) latihan-latihan, (e)
petunjuk kerja dapat berupa Lembar Kerja Siswa (LKS) maupun modul.
Pengembangan bahan ajar merupakan bagian integral dari pengembangan
kurikulum maupun pengembangan sistem pembelajaran (Suhartono) dkk, 2001:6). Hal ini
berarti bahwa pengembangan bahan ajar sendiri adalah proses untuk mengembangkan
bahan ajar yang tersedia yang disesuaikan dengan perkembangan dari kurikulum sebagai
pedoman dari pembelajaran dan sistem yang menjalankan pembelajaran itu sendiri. Maka
dari itu pengembangan bahan ajar juga sangat penting untuk menyesuaikan antara
kebutuhan peserta didik dalam memperoleh materi serta tuntutan dari sistem sendiri untuk
menciptakan output yang baik sehingga sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Pengembangan bahan ajar perlu dilakukan secara sistematik berdasarkan langkah-langkah
yang saling terkait untuk menghasilkan bahan ajar yang bermanfaat.
Modul elektronik adalah modul yang disajikan dalam bentuk elektronik atau digital
yang bersifat interaktif (Gunadharma:2011). Modul ini bertujuan untuk memberikan
kesempatan kepada peserta didik dalam belajar sesuai dengan kecepatan dan caranya
masing-masing untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan secara spesifik yang disajikan
dalam bentuk digital. Menurut Maharani, dkk (2013) modul elektronik dapat menampilkan
teks, gambar, animasi, dan video melalui piranti elektronik berupa komputer. Modul
elektronik dapat mengurangi penggunaan kertas dalam proses pembelajarannya.
Scientific Approach Pembelajaran saintifik merupakan pembelajaran yang
mengadopsi langkah-langkah saintis dalam membangun pengetahuan melalui metode
ilmiah. Model pembelajaran yang dibutuhkan adalah yang mampu menghasilkan
kemampuan untuk belajar, bukan saja diperolehnya sejumlah pengetahuan,
keterampilan,dan sikap, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana pengetahuan,
keterampilan, dan sikap itu diperoleh peserta didik (Semiawan:1992). Proses pembelajaran
pendekatan saintifik menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Produk yang digunakan ini akan diuji coba ahli media, ahli materi, sasaran pemakai
dalam konteks ini adalah siswa dan guru SMK. Uji coba lapangan (pengguna) dilakukan
dengan cara meminta siswa kelas XI Akuntansi di SMK Muhammadiyah 5 Kepanjen
sebanyak 15 siswa, siswa mempelajari materi siklus akuntansi perusahaan jasa dengan
menggunakan e-modul berbasis scientific approach. Pembelajaran ini dilakukan di dalam
kelas dengan cara peneliti mempresentasikan isi dan cara menggunakan
mempresentasikan melalui LCD yang disediakan sekolah tersebut. Selanjutnya siswa diberi
angket untuk mengevaluasi modul elektronik tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk
memperoleh masukan-masukan tentang produk yang telah tervalidasi oleh ahli. Penelitian
pengembangan modul ini berdasarkan metode penelitian dan pengembangan Borg & Gall
(1983: 775). Penyusunan modul elektronik akuntansi berbasis scientific approach mengacu
pada kompetensi yang dibutuhkan.
Penelitian ini menggunakan jenis data kuantitatif adalah penilaian terhadap bahan
ajar yang bersumber dari angket tertutup dari hasil validasi ahli dan uji coba produk saat uji
coba lapangan terbatas (pengguna), dan data kualitatif berupa kritik, saran, dan pendapat
secara umum tetang multimedia pembelajaran dari validasi ahli dan uji coba lapangan
terbatas. Teknik analisis data yang digunakan dalam e-modul akuntansi berbasis scientific
appoarch adalah teknik analisis deskriptif persentase dan kemudian diintrepetasikan dengan
kalimat yang bersifat kualitatif. Analisis data sesuai dengan pendekatan ini dimaksudkan
bahwa setiap analisis disesuaikan dengan pendekatan yang digunakan, hanya mengetahui
presentase (%) (Sudjana, 2011:126). Dapat menghitung presentase skor angket dengan
permasamaan: P = x 100%.

1. Validasi ahli materi


Dalam pengembangan e-modul akuntansi berbasis scientific approach untuk
kelas XI SMK dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah materi yang
dicantumkan sudah sesuai dengan Silabus serta Rancangan Pelaksanaan
Pembelajaran Akuntansi untuk siswa kelas XI. Penilaian materi terdiri dari 3 garis besar
yaitu aspek materi, aspek soal evaluasi, dan aspek lain lain. Analisis data yang diperoleh
dari ahli materi diperoleh hasil dengan presentase sebesar 88,3%.Berdasarkan kritik
dan saran dari ahli materi untuk e-modul akuntansi yaitu dengan adanya modul
elektronik akuntansi berbasis SA proses pembelajaran lebih efektif siswa menjadi tidak
jenuh dan dapat merangsang siswa untuk berfikir dan bagi guru bisa mengetahui
sampai sejauh mana kemampuan siswa dalam memahami materi yang diajarkan. Perlu
dicantumkan tujuan pembelajaran disetiap awal materi agar tercapainya kompetensi
yang diinginkan siswa maupun guru.

2. Validasi ahli media


Validasi media dalam pengembangan e-modul siklus akuntansi perusahaan jasa
SMK kelas XI dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah modul dalam bentuk
elektronik ini layak untuk digunakan dalam proses pembelajaran. Penilaian materi terdiri dari
8 garis besar yaitu aspek teks, aspek grafik, aspek audio, aspek video, aspek animasi,
aspek keinteraktifitasan, aspek navigasi, dan aspek lain lain. Dari hasil penilaian secara
keseluruhan pada aspek teks mendapat 91,2% maka teks dinyatakan valid atau layak untuk
digunakan, pada aspek grafik mendapat 97,5% maka grafik dinyatakan valid atau layak
untuk digunakan, aspek audio mendapat 90,6% maka audio dinyatakan valid atau layak
untuk digunakan, selanjutnya pada aspek video mendapat 100% maka teks dinyatakan valid
atau layak untuk digunakan, sedangkan pada aspek animasi mendapat 87,5% maka
animasi dinyatakan valid atau layak untuk digunakan, kemudian pada aspek keinteraktifan
dan feedback mendapat 90,9% maka teks dinyatakan valid atau layak untuk digunakan, dan
pada aspek navigasi mendapat 87,5% maka navigasi dinyatakan valid atau layak untuk
digunakan. Penilaian juga dilakukan pada aspek bantuan berupa buku petunjuk
penggunaan dan kebermanfaatan yang masing masing aspek mendapat presentase
sebesar 87,5% maka navigasi dinyatakan valid atau layak untuk digunakan.
3. Uji coba lapangan (pengguna guru dan siswa)
Analisis data yang diperoleh dari uji coba lapangan diperoleh hasil dengan
presentase sebesar 86,1% dan 89,7%. Berdasarkan revisi dari pengguna (siswa dan guru)
yaitu video yang kurang banyak, variasi musik dalam slide yang kurang banyak dan hanya
diawal saja, animasi yang perlu diperbanyak. E-modul akuntansi dapat digunakan siswa
untuk belajar secara mandiri dan perpaduan warna maupun gambar sudah bagus.
Berikut ini adalah kajian komponen produk e-modul yang dihasilkan oleh peneliti dalam
mengembangkan e-modul akuntansi berbasis scientific approach untuk siswa kelas XI SMK:
1. Mengamati
Hasil penilaian yang dilakukan validator ahli materi pada aspek kegiatan
pembelajaran yang sudah sesuai dengan keterampilan pada pendekatan scientific approach
pada proses mengamati secara keseluruhan dinyatakan valid atau layak dengan presentase
100 %.. Berdasarkan presentase yang didapatkan dapat disimpulkan bahwa aspek pada
keterampilan mengamati dalam e-modul akuntansi berbasis scientific approach dinyatakan
layak untuk digunakan. Hasil kegiatan mengamati yang dilakukan siswa yaitu, 1) perhatian
siswa pada saat melakukan langkah mengamati tersebut, 2) bentuk catatan yang dibuat
pada waktu melakukan langkah mengamati, 3) kesabaran siswa yang terbentuk selama
melakukan langkah mengamati, 4) jangka waktu yang digunakan siswa melakukan langkah
mengamati.
2. Menanya
Hasil penilaian yang dilakukan validator ahli materi pada aspek kegiatan
pembelajaran yang sudah sesuai dengan keterampilan pada pendekatan scientific approach
pada proses menanya secara keseluruhan dinyatakan valid atau layak dengan presentase
83,3%. Berdasarkan presentase yang didapatkan dapat disimpulkan bahwa aspek pada
keterampilan mengamati dalam e-modul akuntansi berbasis scientific approach dinyatakan
layak untuk digunakan. Dalam kegiatan menanya, guru membuka kesemparan secara luas
kepada peserta didik untuk bertanya mengenai fakta, konsep, prinsip atau prosedur yang
sudah disimak, dibaca atau dilihat. Guru perlu membimbing siswa untuk dapat menanya
atau mengajukan pertanyaan: pertanyaan tentang hasil pengamatan objek yang konkrit
sampai kepada yang abstrak berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, atau pun hal lain
yang lebih abstrak. Siswa harus dilatih agar bisa menanyakan hal-hal yang bersifat faktual
sampai kepada pertanyaan yang bersifat hipotetik.
3. Mengeksplorasi
Hasil penilaian yang dilakukan validator ahli materi pada aspek kegiatan
pembelajaran yang sudah sesuai dengan keterampilan pada pendekatan scientific approach
pada proses mengeksplorasi secara keseluruhan dinyatakan valid atau layak dengan
presentase 83,3%. Berdasarkan presentase yang didapatkan dapat disimpulkan bahwa
aspek pada keterampilan mengamati dalam e-modul akuntansi berbasis scientific approach
dinyatakan layak untuk digunakan. Pada kegiatan mengeksplorasi siswa membaca sumber
lain dari modul atau siswa dapat mengakses melalui internet.
4. Menalar/mengasosiakan
Hasil penilaian yang dilakukan validator ahli materi pada aspek kegiatan
pembelajaran yang sudah sesuai dengan keterampilan pada pendekatan scientific approach
pada proses mengeksplorasi secara keseluruhan dinyatakan cukup valid atau layak dengan
presentase 75%. Berdasarkan presentase yang didapatkan dapat disimpulkan bahwa aspek
pada keterampilan mengamati dalam e-modul akuntansi berbasis scientific approach
dinyatakan layak untuk digunakan.
5. Mengkomunikasikan
Hasil penilaian yang dilakukan validator ahli materi pada aspek kegiatan
pembelajaran yang sudah sesuai dengan keterampilan pada pendekatan scientific approach
pada proses mengkomunikasikan secara keseluruhan dinyatakan valid atau layak dengan
presentase 91,6%. Berdasarkan presentase yang didapatkan dapat disimpulkan bahwa
aspek pada keterampilan mengamati dalam e-modul akuntansi berbasis scientific approach
dinyatakan layak untuk digunakan. Kegiatan belajar yang dilakukan pada tahap
mengkomunikasikan adalah penyampaian hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkabn
hasil analisis secara lisan maupun tertulis. Dengan kelebihan yang dimiliki oleh e-modul
akuntansi berbasis scientific approach tersebut diharapkan dapat menjadikan e-modul
sebagai alat bantu belajar bagi siswa dan dapat digunakan sebagai alternatif untuk
meningkatkan minat siswa dalam proses belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran
sesuai dengan kurikulum 2013 dapat tercapai. Hasil observasi yang dilakukan diperoleh
temuan bahwa fasilitas sekolah untuk menunjang kegiatan pembelajaran berbasis elektronik
sudah cukup memadai. Berdasarkan hasil observasi tersebut, dengan ketersediaan fasilitas
sekolah, maka pembelajaran mengunakan e-modul akuntansi berbasis scientific approach
dapat dilaksanakan.
Secara keseluruhan e-modul akuntansi yang dikembangkan telah layak untuk
digunakan dalam proses pembelajaran. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil validasi oleh ahli
materi dengan presentase sebesar 88,3% dan hasil validasi oleh ahli media dengan
presentase sebesar 91,2% yang berdasarkan kriteria layak untuk digunakan. Selain itu
dapat juga dilihat dari hasil uji coba lapangan oleh guru dan siswa dengan presentase
masing-masing 89,7 dan 86,1,berdasarkan kriteria menunjukkan bahwa e-modul layak untuk
digunakan.

You might also like