You are on page 1of 6

PENDAHULUAN

Kolik renal merupakan suatu keadaan emergensi yang sering dan penting pada
praktek kesehatan. Hal ini biasanya disebabkan oleh obstruksi dari saluran kemih oleh karena
batu. Sekitar 5-12% populasi akan menderita batu saluran kemih selama hidup. Biasanya
pada usia 30-60 tahun dengan rata-rata 3x lebih sering pada laki-laki. Angka kekambuhan
sekitar 50% selama 10 tahun. Gejala klasik dari kolik renal akut yaitu: nyeri yang menjalar
dari pinggang ke paha dan disertai hematuria mikroskopis (85%), warna urin tidak jernih,
mual dan muntah. Sekitar 2 juta penduduk USA mengalami batu saluran kemih (BSK). Pada
tahun 2000, biaya yang dihabiskan oleh karena kondisi ini sekitar 2,1 juta dollar. 1,2,3

PEMBAHASAN
Definisi
Kolik renal berasal dari dua kata yaitu “kolik” dan “renal”. Kolik adalah merupakan
nyeri viseral akibat spasme otot polos organ berongga yang umumnya disebabkan karena
hambatan pasase dalam rongga tersebut. Nyeri ini timbul oleh karena hipoksia, dirasakan
hilang timbul, dapat disertai mual dan muntah. Sedangkan renal adalah ginjal. Kolik renal
adalah suatu nyeri hebat pada pinggang yang disebabkan oleh karena batu di ureter atau di
Pelvic Ureter Junction (PUJ) (urolithiasis). 1,4

Epidemiologi
Insiden tahunan sekitar 1-2 kasus /1000 orang. Risikonya lebih tinggi 3 kali pada laki-
laki dibanding perempuan. Risiko rata-rata 5-12% dari total populasi yang menderita BSK di
USA. Frekuensi berulang kolik renal ini pada pasien yang telah menderita batu ginjal yaitu
sekitar 60-80% atau rata-rata 50% setelah 10 tahun.Penyakit ini sering pada kulit putih dan
pada iklim tropis. Risiko menderita BSK pada riwayat keluarga penderita BSK 3 kali lebih
besar. 1,5

Etiologi
Penyebab kolik ginjal yaitu :
a. Batu Ginjal
1) Kalsium oksalat 70% kasus, kalsium posfat dan kombinasi kalsium oksalat dan posfat
2) Batu asam urat 10%
3) Sturvit 15 %
4) Sistin 1%
b. Penyebab lain :
1) Papila ginjal yang rusak (diabetes, penyakit sel sabit)
2) Kolik akibat bekuan darah (diastesis perdarahan)
3) Kolik akibat tumor. 2,4

Patofisiologi
Mekanisme nyeri yang berasal dari ginjal terdiri dari dua tipe yaitu kolik renal dan
non kolik renal. Kolik renal terjadi oleh karena peningkatan tekanan dinding dan peregangan
dari sistem genitourinary. Non kolik renal disebabkan oleh karena distensi dari kapsul renal.
Secara klinis sulit untuk membedakan kedua tipe ini. Peningkatan tekanan pelvis renal oleh
karena obstruksi berupa batu akan menstimulasi sintesis dan pelepasan prostaglandin yang
secara langsung menyebabkan spasme otot ureter. Serta kontraksi otot polos ureter ini akan
menyebabkan gangguan peristaltik dan pembentukan laktat lokal. Akumulasi dari laktat ini
akan menyebabkan iritasi serabut syaraf tipe A dan C pada dinding ureter. Serabut syaraf ini
akan mengirimkan sinyal ke dorsal root ganglia T11–L1 dari spinal cord dan akan
diinterprestasikan sebagai nyeri pada korteks serebri. Kolik renal terjadi karena obstruksi dari
urinary flow oleh karena BSK, dan diikuti dengan peningkatan tekanan dinding saluran
kemih (ureter dan pelvik), spasme otot polos ureter, edema dan inflamasi daerah dekat BSK,
meningkatnya peristaltik serta peningkatan tekanan BSK di daerah proksimal.6
Peningkatan tekanan di saluran kemih ini serta peningkatan tekanan aliran darah dan
kontraksi otot polos uretra merupakan mekanisme utama timbulnya nyeri atau kolik ini.
Selain itu juga karena terjadinya peningkatan sensitifitas terhadap nyeri. Peningkatan
tekanan di pelvik renal akan menstimulasi sintesis dan pelepasan prostaglandin sehingga
terjadi vasodilatasi dan diuresis dimana hal ini akan menyebabkan peningkatan tekanan
intrarenal. Prostaglandin berperan langsung pada ureter untuk spasme otot polos ureteral.
Permanen obstruksi saluran kemih oleh karena BSK, menyebabkan lepasnya prostaglandin
sebagai respon terhadap inflamasi. Beberapa waktu pertama obstruksi ini perbedaan tekanan
antara glomerulus dan pelvik menjadi sama sehingga berakibat GFR (Glomerular Filtration
Rate) dan aliran darah ginjal menurun. Jika obstruksi ini tidak diatasi maka dapat terjadi
gagal ginjal akut (acute renal failure). 2,5
Gejala Klinis
Gejala utama kolik renal ini adalah nyeri dengan onset akut dan intensitas berat,
unilateral yang berawal dari daerah pinggang atau daerah flank yang menyebar ke labia pada
wanita dan pada paha atau testis pada laki -laki. Nyeri berlangsung beberapa menit atau jam,
dan terjadi spasme otot bersifat hilang timbul. Nyeri biasanya sangat berat dan merupakan
pengalaman buruk yangpernah dialami pasien. Derajat keparahan nyeri tergantung pada
derajat obstruksidan ukuran batu. Posisi batu juga berhubungan dengan penyebaran nyeri.
Kolik biasanya disertai dengan mual, muntah, sering BAK, disuria, oliguria dan hematuria. 1,2
Kolik renal muncul oleh karena hasil dari obstruksi saluran kemih oleh batu pada
area anatomi yang sempit di ureter, Pelvic Ureter Junction (PUJ), Vesico Ureteric Juntion
(VUJ). Lokasi nyeri berhubungan dengan prediksi letak batu namun bukan merupakan hal
yang akurat. Batu yang berada pada Pelvic Uretra Junction (PUJ) biasanya nyeri dengan
derajat berat pada daerah sudut kostovertebra dan menyebar sepanjang ureter dan gonad. Jika
batu pada midureter, maka rasa nyeri sama dengan batu di PUJ, namun pasien mengeluhkan
nyeri tekan pada regio abdominal bawah. Batu yang berada pada daerah distal ureter akan
menimbulkan rasa nyeri yang menyebar ke paha serta ke testis pada laki-laki dan ke labia
mayor pada perempuan. Pada pemeriksaan fisik didapati pasien banyak bergerak untuk
mencari posisi tertentu untuk mengurangi nyeri dan hal ini sangat kontras dengan iritasi
abdomen yaitu dimana pasien dengan posisi 2,5diam untuk mengurangi nyeri. Selain itu juga
didapati nyeri pada sudut kostovertebra ataupun pada kuadran bawah. Hematuria masif
sekitar 90%. Namun absen hematuri tidak mengeksklusi adanya BSK. Mual dan muntah juga
muncul oleh karena distensi sistem saraf splanchnic dari kapsul renal dan usus. 2,6
Jenis batu yang biasanya didapati adalah batu kalsium (kalsium oksalat, kalsium
posfat dan campuran kalsium oksalat dan posfat). Sedangkan 20% lainya disebabkan asam
urat, sistin dan sturvit.2

Diagnosis
Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah :
a. Urinalisa
Urin dipstik dapat digunakan untu menegakkan suatu diagnosa kolik renal dan untuk
mengeksklusi infeksi. Biasanya ditemukan hematuria yaitu terdapatnya eritrosit pada
urinalisa yang mendukung suatu diagnosa akut kolik renal. Jika tidak ditemukan hematuria
bukan berarti diagnosa ini dapat dieksklusi. Sedangkan adanya nitrit dan leukosit esterase
pada urin menandakan suatu infeksi. 1,7
b. Foto polos abdomen
Foto polos abdomen meliputi Kidney Ureter Blader (KUB) memiliki sensitifitas 45-
60% . Keadaan yang dapat mempersulit diagnosa ini yaitu jika didapati keadaan faecolith
dan phlebiliths (kalsifikasi abdomen dan pelvik). KUB tidak dapat memvisualisasi batu
radiolusen (10-20%). 2
Foto polos abdomen memiliki kelemahan yaitu akan sulit mendeteksi batu urat
radiolusen, batu dengan ukuran kecil yang terletak sejajar tulang, interprestasi sulit dan
sedikit sensitif untuk obstruksi. Foto Kidney, Ureter, Bladder ini dapat menilai ukuran,
bentuk dan lokasi dari BSK pada pasien. Sebagai contoh kita dapat melihat foto KUB berikut
:7

Gambar. 1. KUB x ray menunjukkan batu radioopak


7 mm berada pada sisi lateral dari processus transversus L27

b. Ultrasonograpi
Ultrasonograpi dapat menilai BSK pada daerah PUJ, VUJ dan pelvik renal serta
kaliks. Ultrasonograpi merupakan pilihan yang aman pada wanita hamil. Sensitif dalam
menilai obstruksi, namun bergantung kepada operator dan sulit dalam menilai batu
berukuran kecil pada ureter. 2,7
c. Intravenous Urography (IVU)
Intravenous urography (IVU) merupakan gold standar untuk mendiagnosa kolik
renal. IVU ditemukan pertama kali pada tahun 1923. IVU ini dapat memberikan informasi
struktral dan fungsional dari renal yang terdiri dari ukuran dan derajat obstruksi. IVU
dapat mendeteksi sekitar kasus sekitar 70-90%. Namun IVU hanya dapat mendeteksi batu
radioopak (80-90%). Beberapa efek negatif IVU yaitu paparan radiasi, resiko nefrotoksik
dan alergi kontras. Insiden terjadinya nefrotoksik oleh karena kontras ± 1%, sedangkan
pada kondisi dengan gangguan ginjal sebelumnya serta Diabetes Melitus (DM) insiden
terjadinya yaitu ± 25%. Sedangkan alergi zat kontras yaitu 5-10% meliputi reaksi ringan
berupa : muntah dan urticaria, sedangkan reaksi berat berupa bronkospasme dan reaksi
anapilaktik ( yaitu 157 per 100000 kasus). Insiden ini dapat dicegah melalui pemberian
kontras dengan osmolalitas rendah. 2
Berikut ini gambar IVP pasien:

Gambar 2. IVP7

d. Non – contrast enhanced computed tomography


Computed Tomography (CT) ini merupakan alternatif yang populer pada saat
sekarang ini. Alat ini memiliki keuntungan dan kekurangan sbb:
1. Keuntungan
Keuntungan CT dibanding IVU yaitu memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang lebih
tinggi untuk mendeteksi batu, tidak menggunakan kontras intravena dan tidak
membutuhkan waktu yang lama serta memungkinkan untuk diagnosa alternatif. Akurasi
non-contrast CT dalam mendeteksi batu yaitu dengan sensitifitas, spesifisitas dan positive
predictive value 96%,100%,100%. CT dapat mendeteksi baik batu radioopak ataupun
radiolusen. Ketika CT mendeteksi batu, foto polos abdomen harus dilakukan untuk
menilai apakah batu tersebut radioopak. Selanjutnya KUB radiograph dapat digunakan
untuk menilai apakah batu telah bergeser atau telah keluar. Selain itu, CT dapat
mendeteksi kelainan di luar saluran kemih sekitar 6-12% diantaranya Pelvic Inflammatory
Disease (PID), massa adneksa, abses tubaovaria, apendisitis, divertikulitis, kolesistitis,
pancreatitis atau malignansi lain. 2,7
2. Kelemahan CT
Keterbatasan CT adalah tidak dapat mengevaluasi fungsi renal serta tidak dapat
menilai derajat obstruksi. Gambaran obstruksi pada CT berupa hidronefrosis, hidroureter,
nefromegali dan inflamasi. Hal ini sebanding dengan terlambatnya ekskresi pada IVU.
Kelemahan lain dari CT adalah sinar radiasi yang tinggi dibandingkan dengan KUB atau
IVU. Sinar radiasi ini sebanding dengan 3 kali IVU dan 10 kali foto polos abdomen. Resiko
malignansi sekitar 1 dari 4000. Kelemahan lain yaitu tidak tersedia 24 jam dan memerlukan
ahli radiologi dalam interprestasinya serta biaya yang tinggi. 2,7
Pada tabel berikut dapat dilihat perbedaan paparan radiasi berdasarkan jenis
pemeriksaan .2
Tabel.1. Perbedaan paparan radiasi berbagai modalitas pencitraan
Tehnik Paparan Radiasi (mSv)
KUB 0,5-0,9
IVU 1,5-3,5
CT dengan regular dosis 8,0-16
CT dengan dosis rendah 2,8-4,7
CT dengan dosis sangat rendah 0,5-0,7
KUB : foto polos kidney, ureter, bladder, IVU : intravenous urography, CT : computed
Tomography
Sedangkan pada tabel 2 ini dapat kita lihat perbandingan Intravenous Urography
dengan CT.2

You might also like