Professional Documents
Culture Documents
++cabai Bawang Fix
++cabai Bawang Fix
Analisis Data
1. Pengaruh Hormon GA3 terhadap Perkecambahan Biji Cabai
Pada praktikum perngaruh hormon GA3 terhadap perkecambahan bertujuan
untuk mengetahui bahwa dormansi dapat dipecahkan melalui beberapa cara, salah
satunya yaitu dengan perlakuan GA3. Pada praktikum ini terdapat tiga perlakuan
antara lain: yang pertama biji cabai direndam dalam larutan GA3 5 ppm selama 1
jam; kemudian yang kedua biji cabai direndam dalam larutan GA3 5 ppm selama 3
jam; dan pada pelakuan ketiga biji cabai direndam dalam larutan GA3 5 ppm selama
6 jam. Kemudian biji cabai yang telah diberi perlakuan diletakkan di kapas yang
lembab dan diamati selama 2 minggu berapa biji cabai yang berkecambah per hari.
Namun dalam pengamatan ini dihentikan pada hari ke-7 pengamatan karena
terdapat 2 kelompok perlakuan yang telah berkecambah di atas 90%.
Biji cabai yang diberi perlakuan 2 mulai berkecambah pada hari ke- 3 dengan
jumlah biji yang berkecambah sebanyak 2 biji, kemudian pada hari ke-4 jumlah biji
cabai yang berkecambah sebanyak 12 biji, pada hari ke-5 jumlah biji cabai yang
berkecambah sebanyak 28 biji , pada hari ke-6 jumlah biji cabai yang berkecambah
sebanyak 30 biji.
Biji cabai yang diberi perlakuan 3 mulai berkecambah pada hari ke-2 dengan jumlah
biji yang berkecambah sebanyak 2 biji, kemudian pada hari ke-3 jumlah biji cabai
yang berkecambah sebanyak 5 biji, pada hari ke-4 jumlah biji cabai yang
berkecambah sebanyak 19 biji, pada hari ke-5 jumlah biji cabai yang berkecambah
sebanyak 30 biji. Berdasarkan seluruh pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa
dormansi biji cabai dapat dipecahkan dengan perlakuan perendaman GA3 dan yang
paling efektif memberikan pengaruh terhadap perkecambahan adalah perendaman
selama 5 jam.
Umbi bawang putih yang diberi perlakuan penyimpanan dalam kulkas dengan
suhu ±15oC tidak mengalami perkecambahan sama sekali pada ketiga umbinya
selama 3 hari. Perkecambahan pertama terjadi pada hari ke-4 pengamatan dengan
jumlah 2 umbi bawang putih yang berkecambah sampai hari ke-5, dan semua umbi
berkecambah pada hari ke-6 dengan jumlah tunas yang terus bertambah hingga hari
ke-7 pengamatan. Pada hari ke-8 dan ke-9 jumlah tunas tetap dan hanya terjadi
pertambahan tinggi pada tunas. Lalu pada hari ke-10 hingga hari ke-12 pengamatan
jumlah tunas kembali mengalami pertambahan hingga 4 tunas tumbuh dari setiap
umbi dan pada hari ke-13 dan ke-14 pengamatan terjadi pertambahan jumlah tunas
mencapai 5 tunas pada setiap umbi.
Umbi bawang putih yang diberi perlakuan penyimpanan pada tempat dengan
suhu ruang didapati hasil yang awalnya tidak terjadi perkecambahan sama sekali
pada ketiga umbi bawang putih mulai dari pengamatan hari ke-1 sampai
pengamatan hari ke-6, namun pada hari ke-7 pengamatan didapatkan 3 umbi
bawang putih yang berkecambah. Sampai hari ke-14 pengamatan didapati semua
umbi bawang putih berkecambah dan terjadi pertambahan tunas secara signifikan.
Dari data hasil pengamatan dapat dilihat bahwa pada perlakuan kulkas, jumlah
biji yang berkecambah mengalami pertambahan yang signifikan dibandingkan
perlakuan lain. Dapat dikatakan daya berkecambah paling tinggi adalah perlakuan
kulkas dan daya berkecambah paling rendah adalah perlakuan suhu ruang.
Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa suhu berpengaruh
terhadap pertumbuhan dan suhu kulkas 15oC merupakan suhu optimum untuk
perkecambahan.
Pembahasan
1. Pengaruh Hormon GA3 terhadap Perkecambahan Biji Cabai
Berdasarkan analisis laju perkecambahan atau daya perkecambahan yang paling
besar adalah pada perlakuan ketiga (perendaman dalam GA3 5 ppm selama 6 jam)
dan laju perkecambahan atau daya perkecambahan yang paling kecil adalah pada
perlakuan pertama (perendaman dalam GA3 5 ppm selama 1 jam). Hal ini sesuai
dengan teori yang dinyatakan Drajat (1996) bahwa secara internal proses
perkecambahan biji ditentukan keseimbangan antara promotor dan inhibitor
perkecambahan, terutam asam giberelin (GA) dan asam absisat (ABA).
Dormansi pada biji cabai ini disebabkan oleh adanya pengaruh dari asam
absisat, karena asam absisat berperan dalam memelihara dormansi dan mencegah
perkecambahan. Pengaruh dari asam absisat dapat diatasi dengan pemberian
giberelin. Kinerja giberin berlawanan dengan asam absisat karena giberelin
berperan dalam pemecahan dormansi serta dalam proses perkecambahan.
Menurut Hopkins (2008), giberelin sangat berperan dalam perkecambahan biji
dan memobilisasi cadangan makanan yang terdapat dalam endosperm selama
pertumbuhan awal embrio. Oleh karena itu pengamat menyimpulkan bahwa dalam
penggunaan hormon giberelin untuk perkecambahan cabai, diperlukan waktu
tertentu untuk menghasilkan perkecambahan secara maksimal.
Pada kondisi tertentu GA3 dapat menjadi zat inhibitor bagi percernaan
dormansi biji sehingga memperlambat pemecahan dormansi dan perkecambahan.
Semakin lama perendaman pada zat inhibitor ini, pemecahan dormansi pun semakin
lambat (Hopkins, 2008). Biji biasanya berkecambah dengan segera bila diberi air
dan udara yang cukup, serta ditempatkan pada suhu dengan kisaran yang cukup,
mendapat periode terang dan gelap yang sesuai. Tetapi terdapat sekelompok
tumbuhan yang bijinya tidak segera berkecambah meskipun telah diletakkan pada
kondisi kandungan air, suhu, udara dan cahaya yang memadai. Perkecambahan
tertunda selama beberapa hari, minggu bahkan bulan, tetapi dengan adanya
giberelin dormansi dapat dipatahkan (Prawiranata et al, 1989).
Daftar Pustaka
Drajat, Sasmitamihardja. 1996. Fisiologi Tumbuhan. Universitas Negeri
Makassar. Makassar
Hopkins, W; Hurner, N. 2008. Introduction to Plant Physiology. John Wiley and
Sons, Inc.
Prawiranata, W., Harram, S dan T. Tjodronegoro. 1989. Dasar Fisiologi Tumbuhan
II. IPB, Bogor.
Wilkins, B Malcomn Alih bahasa Sutedjo Mul Mulyadi & Kartasaputro, 1969.
Fisiologi Tanaman., Bina Aksaea: Jakarta.