You are on page 1of 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Erosi dalam jumlah tertentu sebenarnya merupakan kejadian yang


alami, dan baik untuk ekosistem. Misalnya, kerikil secara berkala turun ke
elevasi yang lebih rendah melalui angkutan air. erosi yang berlebih, tentunya
dapat menyebabkan masalah, semisal dalam hal sedimentasi, kerusakan
ekosistem dan kehilangan air secara serentak.

Banyaknya erosi tergantung berbagai faktor. Faktor Iklim, termasuk


besarnya dan intensitas hujan / presipitasi, rata-rata dan rentang suhu, begitu
pula musim, kecepatan angin, frekuensi badai. faktor geologi termasuk tipe
sedimen, tipe batuan, porositas dan permeabilitasnya, kemiringn lahan. Faktor
biologis termasuk tutupan vegetasi lahan,makhluk yang tinggal di lahan
tersebut dan tata guna lahan ooleh manusia.

Umumnya, dengan ekosistem dan vegetasi yang sama, area dengan


curah hujan tinggi, frekuensi hujan tinggi, lebih sering kena angin atau badai
tentunya lebih terkena erosi. sedimen yang tinggi kandungan pasir atau silt,
terletak pada area dengan kemiringan yang curam, lebih mudah tererosi, begitu
pula area dengan batuan lapuk atau batuan pecah. porositas dan permeabilitas
sedimen atau batuan berdampak pada kecepatan erosi, berkaitan dengan mudah
tidaknya air meresap ke dalam tanah. Jika air bergerak di bawah tanah,
limpasan permukaan yang terbentuk lebih sedikit, sehingga mengurangi erosi
permukaan. Sedimen yang mengandung banyak lempung cenderung lebih
mudah bererosi daripada pasir atau silt. Dampak sodium dalam atmosfer
terhadap erodibilitas lempung juga sebaiknya diperhatikan

Faktor yang paling sering berubah-ubah adalah jumlah dan tipe


tutupan lahan. pada hutan yang tak terjamah, mineral tanah dilindungi oleh
lapisan humus dan lapisan organik. kedua lapisan ini melindungi tanah dengan
meredam dampak tetesan hujan. lapisan-lapisan beserta serasah di dasar hutan
bersifat porus dan mudah menyerap air hujan. Biasanya, hanya hujan-hujan
yang lebat (kadang disertai angin ribut) saja yang akan mengakibatkan
limpasan di permukaan tanah dalam hutan. bila Pepohonan dihilangkan akibat
kebakaran atau penebangan, derajat peresapan air menjadi tinggi dan erosi
menjadi rendah. kebakaran yang parah dapat menyebabkan peningkatan erosi
secara menonjol jika diikuti denga hujan lebat. dalam hal kegiatan konstruksi
atau pembangunan jalan, ketika lapisan sampah / humus dihilangkan atau
dipadatkan, derajad kerentanan tanah terhadap erosi meningkat tinggi.

jalan, secara khusus memungkinkan terjadinya peningkatan derajat


erosi, karena, selain menghilangkan tutupan lahan, jalan dapat secara signifikan
mengubah pola drainase, apalagi jika sebuah embankment dibuat untuk
menyokong jalan. Jalan yang memiliki banyak batuan dan hydrologically
invisible ( dapat menangkap air secepat mungkin dari jalan, dengan meniru
pola drainase alami) memiliki peluang besar untuk tidak menyebabkan
pertambahan erosi.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Erosi

Erosi atau pengikisan adalah proses pelepasan dan pemindahan massa


batuan secara alami dari satu tempat ke tempat lain oleh suatu tenaga
pengangkut yang ada di permukaan bumi, antara lain air, angin dan gletser.
Erosi adalah peristiwa pengikisan padatan (sedimen, tanah, batuan, dan partikel
lainnya) akibat transportasi angin, air atau es, karakteristik hujan,creep pada
tanah dan material lain di bawah pengaruh gravitasi, atau oleh makhluk hidup
semisal hewan yang membuat liang, dalam hal ini disebut bio-erosi. Erosi tidak
sama dengan pelapukan akibat cuaca, yang mana merupakan proses
penghancuran mineral batuan dengan proses kimiawi maupun fisik, atau
gabungan keduanya.

Erosi sebenarnya merupakan proses alami yang mudah dikenali,


namun di kebanyakan tempat kejadian ini diperparah oleh
aktivitas manusia dalam tata guna lahan yang buruk, penggundulan hutan.

Kegiatan pertambangan, perkebunan dan perladangan, kegiatan


konstruksi / pembangunan yang tidak tertata dengan baik dan
pembangunan jalan. Tanah yang digunakan untuk menghasilkan tanaman
pertanian biasanya mengalami erosi yang jauh lebih besar dari tanah
dengan vegetasi alaminya. Alih fungsi hutan menjadi ladang pertanian
meningkatkan erosi, karena struktur akar tanaman hutan yang kuat mengikat
tanah digantikan dengan struktur akar tanaman pertanian yang lebih lemah.
Bagaimanapun, praktik tata guna lahan yang maju dapat membatasi erosi,
menggunakan teknik semisal terrace-building, praktik konservasi ladang dan
penanaman pohon.
2.2 Faktor-Faktor Penyebab Erosi

Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya erosi diantaranya adalah:

1. Iklim
Iklim dapat mempengaruhi erosi oleh karena menentukan indeks
erosifitas hujan. Selain itu, komponen iklim yaitu curah hujan dapat
mempengaruhi laju erosifitas secara terus menerus sesuai intensitas
hujan yang terjadi.
2. Tanah
Sedang tanah dengan sifat-sifatnya itu dapat menentukan besar kecilnya
laju pengikisan (erosi) dan dinyatakan sebagai faktor erodibilitas tanah
(kepekaan tanah terhadap erosi atau ketahanan tanah terhadap adanya
erosi).
3. Topografi
Kemampuan tanah terbawa air erosi dipengaruhi oleh topografi suatu
wilayah. Kondisi wilayah yang dapat menghanyutkan tanah sebagai
sedimen erosi secara cepat adalah wilayah yang memiliki kemiringan
lereng yang cukup besar. Sedangkan pada wilayah yang landai akan
kurang intensif laju erosifitasnya, karena lebih cenderung untuk terjadi
penggenangan.
4. Tanaman Penutup Tanah
Tanaman penutup tanah (vegetasi) berperan untuk menjaga agar tanah
lebih aman dari percikan-percikan yang terjadi akibat jatuhnya air hujan
ke permukaan tanah. Selain melindungi dari timpaan titik-titik hujan,
vegetasi juga berfungsi untuk memperbaiki susunan tanah dengan
bantuan akar-akar yang menyebar.
5. Manusia
Manusia dapat berperan sebagai penyebab cepatnya laju erosi maupun
menekan laju erosi. Dalam proses mempercepat erosi, manusia banyak
melakukan kesalahan dalam pengelolaan lingkungan, seperti
penambangan, eksploitasi hutan, pengerukan tanah, dan lain
sebagainya. Sedangkan dalam penanggulangan laju erosi, manusia
dapat melakukan evaluasi konservasi lahan dengan cara reboisasi,
pembuatan terasering pada areal pertanian,dan lain-lain.

2.3 Jenis-Jenis Erosi

Dilihat dari penyebabnya ada empat jenis erosi, yaitu :

a. Erosi air sungai


Air yang mengalir menimbulkan gesekan terhadap tanah yang dilaluinya.
Gesekan itu besar kalau kecepatan dan jumlah airnya besar. Gesekan air
ini menimbulkan pengikisan, sebab air itu banyak mengangkut benda-
benda padat. Air yang tenang tidak mengadakan gesekan dan tidak
menimbulkan pengiksan. Jadi, syarat pengikisan adalah bahwa air itu
harus mengalir dan mengangkut benda-benda padat.
Akibatnya, terjadilah lembah-lembah, ngarai, dan jurang yang dalam.
Misalnya Lembah Anai, Ngarai Sianok, dan Grand Canyon dengan Sungai
Colorado di Amerika Serikat.

b. Erosi air laut (abrasi)


Abrasi merupakan perusakan/pengikisan pantai oleh pukulan gelombang
laut yang terus menerus terhadap dinding pantai. Contoh : Pantai
Parangtritis di Yogyakarta.

c. Erosi es (gletser)
Gletser merupakan pengikisan yang dilakukan oleh gerakan lapisan es atau
karena pencairannya menuruni pegunungan. Hasil pengikisan batuan
terseret ke bawah dan ketika tenaga pengangkut melemah, maka material-
material akan terendapkan oleh erosi es disebut Moraine. Contoh : Pantai
Fyord di Skandinavia.
d. Erosi angin (korasi)
Pengikisan oleh angin banyak terjadi di daerah gurun pasir. Pasir-pasir
tersebut diendapkan di tempat lain dan membentuk bukit pasir dan
gelombang-gelombang pasir. Jika angin bersama pasir mengikis batu-
batuan yang dilaluinya, maka akan membentuk batu cendawan di guru
pasir. Contoh : Tanah Lȍss di Cina Utara setebal 600 meter adalah hasil
erosi angin dari Gurun Gobi.
Bentuk-bentuk erosi ini merujuk pada erosi yang terjadi secara accelerated.
Seperti pada bagian awal, erosi semacam ini banyak dipengaruhi oleh
iklim dan faktor manusia. Kartasapoetra dalam bukunya “Tekhnologi
Konservasi Tanah dan Air”

2.4 Bentuk-Bentuk Erosi

1. Sheet Erosion (erosi lembaran)


Adalah erosi dalam bentuk lembaran-lembaran pada permukaan tanah.
Tejadi pengangkatan dan pemindahan tanah demikian merata pada bagian
permukaan tanah.

2. Rill Erosion (erosi alur)


Daya aliran air dengan mudah terus akan melakukan pengikisan kebagian
bawahnya, dengan demikian pengikisan terus merambat kebagian
bawahnya lagi dan terbentuklah alur-alur pada permukaan tanah dari atas
memanjang kebawah, alur ini adalah dangkal.

3. Gully Erosion (erosi parit)


Erosi parit sangat erat hubungannya dengan erosi alur, karena memang
erosi parit melanjutkan aktivitas daya pengikisan partikel tanah pada alur-
alur yang sudah terbentuk. Penggunaan intensif jalan setapak dihutan dapat
menyebabkan pemadatan tanah, peningkatan aliran pemukaan, dan
kemudian pembentukan parit-parit erosi (Laurence & Peter,1988:16)
4. Stream Bank Erosion (erosi tebing sungai)
Umumnya terjadi pada sungai sungai yang berbelok-belok tergantung dari
derasnya arus sungai. Sungai yang lurus jarang sekali menimbulkan erosi
tebing.

Menurut Hudson dalam tulisannya, besarnya erosi maksimal yang


dapat dibiarkan adalah berkisar antara 2,5 – 12,5 ton per hektar per tahun.
Laju erosi diberbagai DAS saat ini relatif tinggi. Misalnya sub-DAS
Ciliwung Hulu, secara kumulatif laju erosi yang terjadi adalah 19,3
ton/ha/th dengan indeks erosi sebesar 1,29 (>1) yang berarti bahwa
ditinjau dari segi erosi DAS tersebut dalam kondisi jelek (Arief Guritno
dkk,2003). Kita hanya bisa menghambat berlangsungnya erosi tetapi tidak
bisa mencegah sama sekali terjadinya erosi tersebut. Penghambatan
tersebut adalah sangat tergantung pada aktivitas dan kebijaksanaan kita
pula (G Kartasapoetra dkk,1991:60).

2.4 Dampak Erosi

Dampak erosi dibagi menjadi dua, yaitu :

a) Dampak ditempat asal terjadinya erosi (on site)


Dampak erosi tanah di tapak (on-site) merupakan dampak yang dapat
terlihat langsung kepada pengelola lahan yaitu berupa penurunan
produktifitas. Hal ini berdampak pada kehilangan produksi peningkatan
penggunaan pupuk dan kehilangan lapisan olah tanah yang akhirnya
menimbulkan terjadinya tanah kritis.

Pengaruh erosi pada kesuburan fisik tanah diantaranya adalah


terjadinya penghanyutan partikel-partikel tanah, perubahan struktur tanah,
penurunan kapasitas infiltrasi dan penampungan, serta perubahan profil
tanah. Sedangkan pengaruh pada kesuburan kimia tanah menurut Goeswono
Soepardi dalam bukunya “Sifat dan Ciri Tanah” adalah kehilangan unsur
hara karena erosi selama rata-rata 2 tahun yang diperoleh dari percobaan di
Missouri yaitu N 66 kg per hektar, kemudian P2O5 41 kg per hektar,K2O
729 kg per hektar, MgO 145 per kg per hektar,dan SO4 sebanyak 42 kg per
hektar per tahun.

Tanah yang dikatakan rusak kalau lapisan bagian atasnya atau top soil
(ketebalan 15 - 35 cm) memang telah banyak terkikis dan atau dihanyutkan
oleh arus air hujan, sehingga lapisan tersebut menjadi tipis atau bahkan
hilang (A.G Kartasapoetra,1986:45).
Sementara itu, Jung L sekitar tahun 1953 telah melakukan penelitian yang
telah membuktikan adanya penghanyutan bahan organik yang diakibatkan
erosi, seperti halnya pada berikut:

Bagian lereng P2O5

(mg/100g tanah) K2O

(mg/100g tanah) Humus (%)

puncak 10,0 14,3 1,69

tengah 4,7 9,8 1,58

bawah 7,2 16,8 1,71

b) Dampak pada daerah diluarnya (off site).


Dampak erosi tanah diluar lahan pertanian (off-site) merupakan dampak
sangt besar pengaruhnya. Sedimen hasil erosi tanah dan kontaminan yang
terbawa bersama sedimen menimbulkan kerugian dan biaya yang sangat
besar dalam kehidupan.
Arsyad (1989) mengemukakan bentuk dampak off-site antara lain:

1. Pelumpuran dan pendangkalan waduk


2. Tertimbunnya lahan pertanian dan bangunan
3. Memburuknya kualitas air, dan
4. Kerugian ekosistem perairan

2.5 Upaya Penanggulangan Erosi

a. Membuat tanah di lereng gunung atau tanah yang miring menjadi


bertingkat-tingkat, yang disebut terasering.
b. Menjalankan strip-cropping, yaitu mengadakan tanaman selang-seling
yang waktu panennya tidak sama.
c. Menanami daerah-daerah hutan yang gundul (reboisasi).
d. Mengadakan contour-plowing, yaitu melakukan pembajakan yang searah
dengan kontur.
e. Tidak merusak ekosistem hutan karena hutan adalah tempat yang sangat
berpengaruh dalam terjadinya erosi disekitarnya. Jika menebangi pohon di
hutan segera diganti dengan pohon baru.

Rhett A Butler mengemukakan bahwa akar-akar dari pepohonan kayu


keras dan vegetasi hujan membantu menahan tanah. Saat pohon kita tebangi
maka tak akan ada lagi penahan apapun yang dapat melindungi tanah dan
material tanahpun akan cepat terbawa/hanyut oleh air hujan. Oleh sebab itu
alangkah baiknya mulai dari sekarang kita pikirkan secara matang akan
dampak dari erosi yang yang telah menimpa kita saat ini dan jangan sampai
lagi terulang dimasa yang akan datang. Dengan kesadaran tinggi akan hal
tersebut kita harus segera berupaya untuk melakukan kegiatan yang dapat
mengurangi terjadinya erosi tanah.
BAB III
KASIMPULAN
3.1 Kesimpulan

Erosi atau pengikisan adalah proses pelepasan dan pemindahan massa


batuan secara alami dari satu tempat ke tempat lain oleh suatu tenaga
pengangkut yang ada di permukaan bumi, antara lain air, angin dan gletser.

Banyaknya erosi tergantung berbagai faktor. Faktor Iklim, termasuk


besarnya dan intensitas hujan / presipitasi, rata-rata dan rentang suhu, begitu
pula musim, kecepatan angin, frekuensi badai. faktor geologi termasuk tipe
sedimen, tipe batuan, porositas dan permeabilitasnya, kemiringn lahan. Faktor
biologis termasuk tutupan vegetasi lahan,makhluk yang tinggal di lahan
tersebut dan tata guna lahan ooleh manusia.

Faktor-faktor penyebab erosi adalah :

1. Iklim

2. Tanah

3. Tofograpi

4. Tanaman penutup tanah

5. Manusia

Jenis-jenis erosi adalah :

1. Erosi sungai

2. Erosi air laut

3. Erosi es

4. Erosi angin
DAFTAR PUSTAKA

A.G Kartasapoetra. 1986.Pengaruh Iklim Terhadap Tanah dan Tanaman.


Jakarta:Bumi
Aksara

Ahmad Basyir dkk. 2006. Jurnal Ekologi Perubahan Perilaku Daerah Aliran
Sungai Citarum Hulu dengan Pemodelan Spasial.Bandung: www.ftsl.itb.ac.id

Arief Guritno dkk. 2003. Konsep Penerapan Teknologi Tepat Guna Sebagai
Alternatif Upaya Mengatasi Dampak Sumberdaya Air. Bogor: IPB

G Kartasapoetra. 1991. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. Jakarta: PT Rineka


Cipta

Lawrence dan Peter. 1988. Daerah Aliran Sungai Hutan Tropika. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press

Diposkan oleh Alex di 09:04


MAKALAH TEKNIK PANTAI

KASUS EROSI YANG TERJADI DI INDONESIA

Oleh :

YULIANA D111 15 034

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
GOWA
2017
Contoh Kasus

You might also like