You are on page 1of 19

HAND OUT

Konsep Pengendalian Vektor dan Rodent


(Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengendalian Vektor dan Rodent)

Disusun oleh ;

1. Nino Adib Chif (09-116)

2. Dwinda H.N.K. (09-124)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS JEMBER

2010/2011
KONSEP PENGENDALIAN VEKTOR DAN RODENT

PENGERTIAN VEKTOR

Sebelum tahun 1983, vektor hanya diartikan sebagai serangga yang mengigit dan menghisap
darah manusia saja (true vector). Dengan adanya penelitian dan penemuan baru yang berhasil dicapai,
pengertian vektor ialah arthropoda atau invertebrata lain yang memindahkan penyakit infeksi pada
manusia melalui bibit penyakit yang dibawanya melalui gigitan pada kulit atau selaput lendir sehingga
meninggalkan bibit penyakit yang dibawa pada bahan makanan atau lainnya sehingga menimbulkan
penyakit pada manusia yang menggunakan atau memakan bahan tersebut.

Vektor merupakan anthropoda yang dapat menimbulkan dan menularkan suatu Infectious
agent dari sumber Infeksi kepada induk semang yang rentan. Bagi dunia kesehatn masyarakat,
binatang yang termasuk kelompok vektor yang dapat merugikan kehidupan manusia karena
disamping mengganggu secara langsung juga sebagai perantara penularan penyakit, seperti yang
sudah diartikan diatas.

Adapun dari penggolongan binatang ada dikenal dengan 10 golongan yang dinamakan
phylum diantaranya ada 2 phylum yang sangat berpengaruh terhadap kesehatn manusia yaitu
phylum anthropoda seperti nyamuk yang dapat bertindak sebagai perantara penularan penyakit
malaria, demam berdarah, dan phylum chodata yaitu tikus sebagai pengganggu manusia, serta
sekaligus sebagai tuan rumah (hospes), pinjal Xenopsylla cheopis yang menyebabkan penyakit
pes. Sebenarnya disamping nyamuk sebagai vektor dan tikus binatang pengganggu masih banyak
binatang lain yang berfungsi sebagai vektor dan binatang pengganggu.

METODE PENGENDALIAN

Dalam pengendalian vektor dan rodentia, tidaklah mungkin dapat dilakukan pembasmian
sampai tuntas, sehingga yang mungkin dan dapat dilakukan adalah usaha untuk mengurangi dan
menurunkan populasi tersebut ke tingkat yang tidak membahayakan kehidupan manusia. Jadi di
sini kita tidak membasmi populasi vektor dan rodentia tersebut sampai habis, tetapi hanya
menguranginya saja dan tidak boleh membuat mereka mengalami kepunahan karena dapat
mengakibatkan kerusakan ekosistem lingkungan yang ada.

PERLUNYA PENGENDALIAN VEKTOR


• Belum banyak obat dan vaksinnya.
• Beberapa obat dan vaksinnya masih belum efektif
• Didapat banyak pada hewan
• Sering menimbulkan kecacatan.
• Cepat menjalar karena vektornya dapat bergerak cepat

CARA PENULARAN PENYAKIT OLEH VEKTOR


1. Penyebaran secara Mekanis
Pindahnya bibit penyakit yang dibawa oleh vektor kepada bahan-bahan yang
dipergunakan manusia dan jika bahan-bahan tersebut dipergunakan ,timbullah penyakit.
2. Penyebaran secara Biologis
Bibit penyakit hidup serta berkembang biak di dlm tubuh vektor dan jika kebetulan vektor
tersebut mengigit manusia, maka bibit penyakit tersebut masuk ke dalam tubuh, sehingga
timbullah penyakit.

PENGENDALIAN VEKTOR
1.Pengertian
Melakukan berbagai hal yang dipandang bermanfaat, sehingga kehidupan arthropoda dan
atau rodentia menjadi sulit, tidak dapat berkembang biak atau dimatikan, dan dengan
demikian tidak akan menimbulkan penyakit bagi manusia.
2. Hal - hal Yang Perlu Diperhatikan dalam Pengawasan Vektor
1. Siklus kehidupan vektor
Siklus kehidupan pada serangga mengenal metamorfosis yg dibedakan menjadi:
a. Metamorfosis sempurna, yakni dikenalnya stadium telur, larva, kepompong, dan
bentuk dewasa. Misal : kupu-kupu
b. Metamorfosis tdk sempurna hanya dikenal 3 stadium : telur, larva dan dewasa. Misal :
belalang.
c. Tanpa metamorfosis, hanya ada stadium telur, bentuk muda dan dewasa. Misal :
ngengat.
Dengan diketahui siklus kehidupan tersebut, maka dapat diusahakan
pengawasan vektor dan pengendaliannya mungkin dilakukan sejak stadium awal.
2. Ekologi Vektor
Pada rodent dikenal sifat-sifat ekologi tersebut, yakni ada yang terutama hidup di
air, di padang rumput, terowongan ataupun di pohon-pohon. Kalau diketahui tempat
hidupnya, dapat dicarikan bentuk pengawasan yang setepat-tepatnya.
Demikian pula pada arthropoda, karena serangga misalnya mempunyai tempat
hidup yang berbeda pada setiap stadium yang dilaluinya. Ambil contoh nyamuk yang
menempatkan telurnya pada air yang tergenang; jadi jika air tergenang dihilangkan (rawa-
rawa misalnya), maka nyamuk dapat dmusnahkan.
3. Tingkah laku vektor
Beberap jenis serangga dapat dan senang berpindah-pindahdari suatu tempat ke
tempat yang lain, sedangkan beberapa jenis lainnya keluar dari sarangnya terutama pada
malam hari. Dengan diketahuinya tingkahlaku tersebut, maka cara pengawasannya dapat
dilakukan dengan lebih baik.
4. Cara berpindahnya bibit penyakit
Jika diketahui cara berpindahnya penyakit melalui gigitan, maka harus diusahakan
agar vektor jangan sampai menggigit manusia, yang untuk nyamuk misalnya dapat
dilakukan dengan memasang kelambu atau kawat kasa di kamar tidur.
5. Cara transmisi vektor
Beberapa macam vektor mempunyai kemampuan terbang dan dengan
kemampuan tersebut, vektor berpindah dari satu tempat ke tempat lain sampai beratus-
ratus kilometer, tetapi ada pula yang pidah dengan bantuan pihak ketiga, misalnya
menempel pada kendaraan, tubuh manusia, dan lain sebagainya. Mengetahui cara
transmisi vektor dipandang penting untuk mencegah menyebar luasnya suatu penyakit.

JENIS PENGENDALIAN PADA VEKTOR DAN RODENT


1. Pengendalian Mekanik atau Fisik
- pemukulan menggunakan alat
- menggunakan kawat kasa dan kelambu
- penggunaan pendingin atau pemanas (ruangan)
2. Pengendalian Kimiawi
- penggunaan pestisida
Digunakan untuk mematikan, mengusir ataupun, menimbulkan daya tarik.
→ Syarat penggunaan pestisida
1. tidak membahayakan kesehatan manusia
2. hanya membunuh binatang yang ingin dibunuh
3. mempunyai daya bunuh yang tinggi
4. mudah penggunaannya.
5. harganya murah
→ Cara Kerja Pestisida dalam Membunuh Vektor dan Rodent
1. bersifat racun pada saluran pencernaan
2. bersifat racun jika kontak dengan pestisida tersebut
3. bersifat racun pada saluran pernapasan
3. Pengendalian Biophysical
Pada dasarnya adalah perpaduan antara dua macam pengawasan, yakni cara fisik dan
biologis.
Prinsip dari pengendalian biophysical adalah menangkap binatang tersebut dan kemudian
disterilkan dengan menggunakan sinar gamma.
4. Pengendalian biologis
Pada pengendalian biologis ini, kita memanfaatkan binatang lain yang menjadi musuh dari
vektor dan atau rodent.
Metodenya adalah:
- membawa binatang yang menjadi musuh dari daerah lain ke daerah yang ingin diawasi.
- menciptakan keadaan lingkungan sedemikian rupa,sehingga binatang yang mjdi musuh
dan telah berada di daerah tersebut dapat lebih berkembang biak, dan dengan demikian
dapat membunuh vektor atau rodent yang ingin diawasi.
5. Pengendalian Cultural
Menciptakan keadaan lingkungan sehingga tidak menguntungkan vektor dan atau rodent,
dengan cara mengubah kebiasaan atau perilaku yang tidak menguntungkan.
→ Plants Substitution
6. Pengendalian Terintegrasi
Karena pada dasarnya sangat sulit mengharapkan hasil yang maksimal jika hanya satu
macam cara pengendalian saja yang dilakukan, maka dipergunakan kombinasi dari
berbagai cara pengendalian di atas.
Terdapat 4 macam studi tentang vektor dan rodent dalam menerapkan cara terintegrasi
ini:
1. Key Pest, arthropoda dan atau rodent yang diduga menjadi penyebab utama
munculnya gangguan terhadap kesehatan.
2. Occcasional Pest, arthropoda dan atau rodent yang kadang-kadang terdapat di tempat
yang akan diawasi, dan diduga bukan penyebab utama timbulnya penyakit
3. Potential Pest, arthropoda dan atau rodent lain yang ditemukan di daerah yang akan
diawasi dan diduga pada satu saat mempunyai potensi sebagai penyebab munculnya
penyakit
4. Migrant Pest, arthropoda dan atau rodent yang berasal dari daerah lain, jadi
sebelumnya tidak ditemukan di daerah yang akan diawasi

JENIS-JENIS VEKTOR DAN CARA PENGENDALIANNYA


Seperti telah diketahui vektor adalah Anthropoda yang dapat memindahkan atau
menularkan suatu infectious agent dari sumber infeksi kepada induk semang yang rentan.
Sebagian dari Anthropoda dapat bertindak sebagai vektor, yang mempunyai ciriciri
kakinya beruas-ruas, dan merupakan salah satu phylum yang terbesar jumlahnya karena hampir
meliputi ± 75% dari seluruh jumlah binatang.
Dari phylum Arthropoda yang memiliki 4 kelas, hanya kelas hexapoda lah yang ordo-
ordonya dapat bertindak sebagai vector. antara lain ordo yang perlu diperhatikan dalam
pengendalian adalah :

a. Ordo Dipthera yaitu nyamuk dan lalat


1. Nyamuk
- jenisnya bnyk dan tersebar merata di bumi
- unfear female and mind male
- aides aigepty → demam berdarah
anopheles → malaria
anopheles gambiae → filariasis

Gambar
Ditinjau dari tempat hidupnya, nyamuk dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu:
1. Salt Marsh Type merupakan tipe nyamuk yang senang tinggal di air payau, tambak
dan kolam
2. Temporary Pool Type adalah tipe nyamuk yang senang tingggal di genangan air yang
sifatnya sementara seperti bekas injakan kerbau, manusia dan lainnya.
3. Artificial container type adalah tipe nyamuk yang senang tinggal pada genangan air
yang terdapat pada kaleng-kaleng bekas yang dibuang sembarangan oleh manusia
4. Treehole type merupakan tipe nyamuk yang senang tinggal pada genangan air yang
bersifat sementara yang terdapat pada lubang-lubang pohon. Ditemukan pada
daerah yang sering hujan
5. Rack Pool Type adalah tipe nyamuk yang senang tinggal pada genangan air yang
bersifat sementara yang terdapat pada lubang-lubang batu karang di pegunungan
Ditinjau dari tempat persembunyiannya, maka nyamuk dapat dibedakan menjadi dua
jenis, yakni :
1. Natural Resting Station Type yaitu tipe yamuk yang memilih tempat bersembunyi dalam
lubang-lubang yang ditemui secara alamiah, misalnya pada pohon, batu karang dan
lainnya
2. Artificial Resting Station Type adalah tipe nyamuk yang memilih bersembunyi dalam
tempat-tempat yang berbentuk karena hasil pekerjaan manusia, baik yang sifatnya
sengaja ataupun yang tidak sengaja. Misalnya dalam rumah, dalam kaleng kosong dan
lainnya,.

Dalam upaya pengendalian, biasanya sering diawali dengan suatu survey. Ada 2 prinsip
dalam melakukan survey nyamuk, yaitu:
1. melakukan pemetaan daerah
Pemetaan ini dianggap pokok, karena dengan diketahuinya latar belakang
dan gambaran dari daerah tersebut dapat dilakukan pengawasan secara intensif,
serta hasil yang diperoleh akan lebih memuaskan. Terutama jika ditinjau dari sudut
ekonmi, karena tidak perlu mengendalikan daerah yang terlalu luas.
2. melakukan kunjungan lapangan ke daerah yang dicurigai.
Selanjutnya, kunjungan lapangan ini, disamping untuk memastikan lokasi
daerah yang dicurigai, juga untuk mengidentifikasi jenis nyamuk apa yang terdapat
di daerah tersebut. Pekerjaan identifikasi ini dianggap penting, karena dengan
demikian dapat diketahui apakah nyamuk yang ditemukan berbahaya atau tidak.
Tentu saja pengendalian selanjutnya hanya ditujukan pada jenis nyamuk yang
berbahaya saja, dengan demikian penghematan dana dapat dilakukan.
Identifikasi nyamuk ini biasanya dilakukan dengan mengambil contoh air
dari tempat yang diduga sarang nyamuk. Dalam mengambil contoh air ini,
dipergunakan gayung bertangkai panjang yang dipasang dengan jaring halus.
Pengambilan contoh air harus dilakukan dengan gerakan yang cepat, karena larva
nyamuk peka sekali terhadap gangguan, dan segera akan menyelam sehingga tidak
dapat diambil. Dari bentuk larva, pupa serta ciri-ciri yang ditemukan pada nyamuk
dapat dibedakan menurut jenis nyamuk tersebut. Misalnya larva anopheles
mengapung datar di permukaan air, sedangkan culex mengapung dengan
membentuk sudut pada permukaan air.
Setelah diketahui jenis nyamuk yang harus diawasi, pekerjaan dilanjutkan dengan
pengawasan itu sendiri. Pengawasan tersebut dapat dibedakan menjdi pengawasan pada
bentuk muda dari nyamuk dan pada nyamuk dewasa.

Siklus Nyamuk
Jenis Pengendalian Stadium

Telur,larva dan pupa dewasa

Mekanis (Fisik) Gerakan 3M Memasang kawat kasa


Menggunakan kelambu
Kimiawi Menyiram permukaan airPenggunaan insektisida
dengan zat kimia tertentu
Biologis Memelihara ikan pemakanMembiarkan hidup binatang
telur, larva serta telur nyamuk seperti cecak di rumah, yang akan
memakan nyamuk sbg mangsanya

Cultural Mengubah sikap masyarakatMengubah sikap masyarakat yang


yang tidak baik yang merugikan tidak baik yang merugikan
kesehatan kesehatan
2. Lalat
- serangga ordo diptera yang memiliki metamorfose sempurna
- suka hidup di tempat kotor
- tertarik pdaa cahaya terang
- dapat terbang sejauh 200 - 1000 mm
- penyakit yang dapat ditimbulkan :
- typhoid fever
- disentri basiller
- lalat tse-tse → penyakit tidur
Pada umumnya pengawasan lalat dapat dilakukan melalui 3 cara
1. Ditujukan pd telur
- menghilangkan daerah yg mungkin dipakai sbg tempat berkembang biak
2. Ditujukan pd tempayak
- menghindari tempat yang lembab
3. Ditujukan pd lalat dewasa
- berbagai cara yg dapat dilakukan
(pengendalian mekanis / fisik)

Jenis Stadium
Pengawasan
Telur-kepompong Lalat dewasa

Mekanis (Fisik) Menghilangkan tempat yg mungkinMempergunakan perangkap,


dipakai u/ berkembangbiak pemukul dan lainnya.
Kimiawi Menyiram tempat berkembangbiak dg zat Mempergunakan berbagai
kimia ( diazinon ) macam insektisida.
Biologis Umumnya tidak diatur oleh manusiaCecak atau reptil tertentu yg
(semut makan telur) memakan lalat
Cultural Mengubah kebiasaan manusia ygMengubah kebiasaan manusia
menguntungkan berkembangbiaknya lalat yang menguntunkgkan
berkembangbiaknya lalat

SiklusLalat
b. Ordo orthoptera yaitu kecoak
vector mekanik bagi beberapa mikro organisme patogen.
- Sebagai inang perantara bagi beberapa spesies cacing.
- Menyebabkan timbulnya reaksi-reaksi alergi seperti dermatitis, gatal-gatal
dan pembengkakan kelopak mata
- Kecoa dewasa bisa hidup selama 3 bulan - 1 tahun.
Serangga ini dapat memindahkan beberapa mikro organisme patogen antara lain,
Streptococcus, Salmonella dan lain-lain sehingga mereka berperan dalam penyebaran
penyakit antara lain, Disentri, Diare, Cholera, Virus Hepatitis A, Polio pada anak-anak.
Penularan penyakit dapat terjadi melalui organisme patogen sebagai bibit
penyakit yang terdapat pada sampah atau sisa makanan, dimana organisme tersebut
terbawa oleh kaki atau bagian tubuh lainnya dari kecoa, kemudian melalui organ tubuh
kecoa, organisme sebagai bibit penyakit tersebut menkontaminasi makanan.

→ Pengendalian Kecoa

1) Pembersihan kapsul telur yang dilakukan dengan cara :


Mekanis yaitu mengambil kapsul telur yang terdapat pada celah-celah dinding,celah-celah
almari, celah-celah peralatan, dan dimusnakan dengan membakar/dihancurkan.
2) Pemberantasan Kecoa
Pemberantasan kecoa dapat dilakukan secara fisik dan kimia.
• Secara fisik atau mekanis dengan :
- Membunuh langsung kecoa dengan alat pemukul atau tangan'
- Menyiram tempat perindukkan dengan air panas.
- Menutup celah-celah dinding.
• Secara Kimiawi :
- Menggunakan bahan kimia (insektisida) dengan formulasi spray (pengasapan), dust
(bubuk), aerosol (semprotan) atau bait (umpan).
• Peralatan
Untuk melakukan pengamatan secara visual diperlukan alat bantu berupa
- Senter untuk menerangi tempat yang gelap dimana kecoa senang bersembunyi
- cermin dengan tangkai untuk digunakan bersama senter untuk membantu melihat
tempat yang sulit dijangkau seperti dibelakang bak mandi, di bawah lemari es atau
pemukaan lainnya. Sedangkan untuk melaksanakan upaya pemberantas diperlukan
peralatan sesuai lokasi dan informelasi yang digunakan, alatan tersebut adalah :
- Compressed Air Sprayer
- Ready To Use Sprayer
- Aerasol Sprayer and Fogger
- Crack & Crevice Acrosols
- Dust Applicators
- Bait Station and applicators

c. Ordo Siphonaptera yaitu pinjal


Pinjal bisa menjadi vektor penyakit-penyakit manusia yang penting
→ penyakit pest (= sampar = plague) dan murine typhus
- sebagai penjamu perantara untuk beberapa jenis cacing pita anjing dan tikus, yang
kadang-kadang juga bisa menginfeksi manusia
- Pinjal betina meletakkan telurnya diantara rambut host-nya dan menetas dalam 2 hari
smapai beberapa minggu.

PENGENDALIAN PINJAL
Alas kandang anjing yang mengandung banyak pinjal bisa dibakar atau dicuci dengan
sabun dan air panas. Permadani dan lantai bisa dibersihkan dengan vacuum cleaner, dan setelah
itu disemprot dengan residual insekticide. Bisa dipakai emulsi atau larutan 0,5-1 % lindane, 0,5 %
diazinon. Kadang-kadang dipakai bubuk 5-10 % DDT atau 2-5 % malathion. Selanjutnya bisa
dilakukan pemberantasan tikus.

d. Ordo Anophera dan Ordo hemiptera yaitu kutu


- Bisa sebagai vektor transmisi penyakit-penyakit manusia
→ Louse born epidemica typhus dan relapsing fever
- menggigit dan menghisap darah manusia dan binatang lain
- kutu busuk biasanya hidup di tempat tidur, perabot, dinding-dinding dan langit-langit
rumah dan kadang-kadang juga pada ternak \ unggas.

PENGENDALIAN KUTU
- Mencuci pakaian dengan sabun biasa. Ini akan mematikan semua stadium dari kutu
badan. Pada pakaian dari wol kutu-kutu bisa dimatikan dengan proses dry-cleaning
- mentaburi pakaian dengan 10% DDT dalam pyrophylite atau 1% lindane dalam
pyrophyllite

RODENTIA
Rodent adalah binatang menyusui dan mengerat
Rodentia, dipandang dr sudut ekologi dibedakan mjdi beberapa macam, yakni :
1. Aquatic rodent : rodent yang hidup di lingkungan berair, misalnya berang-berang
2. Leaping rodent : rodent yang mempunyai kaki belakang yang panjang dan dipergunakan
untuk melompat, serta hidup di padang rumput atau padang pasir, misalnya tikus kanguru
3. Tunneling rodent : rodent yang hidup terutama di terowongan serta empunyai cakar yang
taja pada kaki depan
4. Tree-dwelling rodent : rodent yang hidup terutama di pohon-pohon misalnya tupai
Dari sudut kesehatan masyarakat, kesemua jenis rodent ini perlu diawasi dengan
seksama. Hanya saja, pengendalian rodent mempunyai prioritas, yakni terutama
ditujukan pada tunneling rodent, karena binatang mengerat yang termasuk golongan ini,
senang hidup di sekitar tempat tinggal manusia.

JENIS-JENIS RODENT
Tikus menimbulkan masalah bagi kehidupan manusia karena :

1. menimbulkan kerusakan pd alat2 rumah tangga, tanaman, dll.

2. menimbulkan penyakit pd manusia (pes, lestospirosis, rat-bite fever,)

3. menimbulkan masalah ekonomi, karena tikus memakan bahan makanan manusia.

4. menimbulkan masalah estetika

Sifat2 khusus tikus :

1. senang hidup di tempat-tempat dimana terdapat makanan atau sisa-sisa makanan

2. keluar pada malam hari dan sembunyi di siang hari


3. dapat memanjat melalui kawatatau tali yang diletakkan secara vertikal maupun horizontal

4. dapat memanjat bagian dalam pipa berdiameter antara 2 – 10 cm.

5. dapat meloncat vertikal setinggi 90 cm, meloncat sejauh 1,2 m dan tidak mati jika jatuh dari
ketinggian 15 m

6. umumnya tidak meninggalkan sarangnya terlalu jauh

Berikut merupakan hal2 untuk mengetahui ada tidaknya tikus di sekitar tempat tinggal :

1. Gnawing : adanya bekas gigitan tikus

2. Burrows : terdapat lubang atau terowongan di rumah

3. Droppings : adanya kotoran tikus

4. Runway : jalan yang dilalui tikus biasanya sama

5. Footprints and tail marks : bekas jejak kaki tikus

6. Rub mark : bekas jejak kaki tikus yang berlemak

7. Tanda-tanda lain seperti bau, suara, kotoran dan bangkai tikus.

Pengendalian Tikus

1. Secara Mekanik atau Fisik

Dengan cara memasang perangkap tikus

2. Secara Kimiawi

Adalah pengendalian tikus dengan menggunakan bahan-bahan atau zat-zat kimia yang
mengandung racun. Berikut contohnya :

- (arsenic trioxid, barium carbonat serta warfarin dan pival yg mana tikus yg memakannya akan
mati dlm wktu 4-7hari)

- Fumigasi

(CCL4, HCN dan Methyl Bromida)

3. Secara biologis

Pengendalian rodent secara biologis adalah dengan memelihara binatang yg menjadikan tikus sbg
mangsanya, misalnya kucing.

4. Secara Kultural
- Selalu menjaga kebersihan

- Tdk membiarkan sisa-sisa makanan berserakan

- Menghilangkan tempat2 yang terlindung dan yang gelap

Daftar pertanyaan:

1. Pestisida, selain digunakan sebagai zat kimia dalam pengendalian vektor dan rodent juga
diketahui dapat memberikan dampak negatif yaitu mencemari lingkungan disekitarnya.
Bagaimana solusi dalam penggunaan pestisida yang baik dan benar?

2. terjadinya migrasi populasi tikus ke pemukiman penduduk disebabkan karena adanya


pengalihfungsian lahan atau habitat tikus menjadi daerah pemukiman penduduk. Siapa yang salah
dalam kasus ini dan bagaimana solusinya?kemudian bagaimana aplikasi realistis dari penggunaan
IPTEK dalam pengendalian vector rodent?

3. Studi kasus, jika upaya untuk hidup bersih telah dilakukan untuk mengendalikan vector di dalam
rumah namun disisi lain hal ini menyebabkan berkurangnya intensitas cahaya matahari yang dapat
masuk ke dalam rumah sehingga secara tidak langsung meningkatkan populasi tikus di dalam
rumah. Bagaimana solusi untuk menyelesaikan masalah ini!

4. Jelaskan pengertian tentang kerugian yang ditimbulkan tikus dapat menyebabkan masalah
perekonomian?

5. Dalam kelompok masyarakat tertentu, terdapat kebiasaan untuk merendam tikus yang telah
terperangkap dalam perangkap yang dipasang manusia. Hal ini tentunya akan mencemari air
sungai. Bagaimana solusi untuk menyelesaikan masalah ini!

6. a. Pengendalian rodent jika dilakukan dengan membunuh atau memusnahkan populasi tikus
terswbut tentunya akan mengganggu keseimbangan rantai makanan dalam ekologi kehidupan.
Jelaskan permasalahan ini dan tentukan solusinya!

b. Jelaskan tentang istilah plants substitution?

7. Jelaskan dan berikan comtoh mengenai pengendalian vector rhodent secara biologis dan
bagaimana pengaruhnya terhadap populasi vector dan rodent tersebut!

JAWABAN:

1. Jika ditinjau dari sudut ilmu kesehatan lingkungan, suatu zat kimia hanya dapat dipakai sebagai
pestisida jika memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1. Tidak membahayakan kasehetan manusia, baik secara langsung yakni meracuni tubuh karena
masuk melalui pernapasan ataupun kulit (biological concentration) ataupun secara tidak
langsung seperti misalnya memakan bahan makanan yang mengandung pestisida (tropic
concentration).
2. Hanya membunuh binatang yang ingin dibunuh, jadi tidak sampai mematikan hewan ataupun
tumbuhan lainnya.
3. Mempunyai daya bunuh yang tinggi (efektif dengan dosis rendah)
4. Mudah mempergunakannya. Cara mempergunakan pestisida bermacam-macam, ada yang
menaburkan bubuknya langsung, ada yang melarutkannnya dulu dalam air dan kemudian
disebar dengan semprotan dan lain sebagainya.
5. Harganya murah

Penggunaan pestisida sebagai pengendalian secara kimiawi dilakukan jika semua cara
pengendalian telah dilakukan namun tidak menunjukkan hasil yang diinginkan. Dengan kata lain,
penggunaan pestisida menjadi solusi terakhir dalam pengendalian vektor dan rodent. Hal ini perlu
ditekankan karena penggunaan pestisida yang tidak sesuai standard an syaratnya, dikhawatirkan
dapat mengganggu eksistensi dan keberlangsungan rantai makanan dalam ekologi kehidupan.

2. Pada saat ini, dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, telah diketahui banyak cara
untuk mengendalikan vector dan rodent. Hal ini tentu saja bertujuan di antaranya untuk
meminimalisir dampak negative yang ditimbulkan oleh vector dan rodent. Aplikasi kemajuan
IPTEK tersebut misalnya berupa adanya pengendalian vector dan rodent secara mekanis.
Contohnya, penggunaan suhu tinggi di gudang penyimpanan padi, karena telah diketahui bahwa
serangga tidak mungkin hidup pada ruangan dengan suhu di atas 60 sampai 65 derajat celcius.
1. Terjadinya eksodus atau adanya rodent yang berpindah ke pemukiman merupakan salah satu
dampak dari adanya penggunaan lahan dimana merupakan habitat rodent tersebut yang
dialihfungsikan menjadi pemukiman penduduk. Dan akan menumbuhkan kedewasaan
berpikir jika kita tidak bertanya tentang siapa yang salah dalam kasus ini, tetapi menentukan
problem solving yang bermanfaat bagi manusia dan juga tidak mengganggu atau merusak
habitat rodent tersebut, misalnya dengan mencari lahan yang sekiranya memang secara
ekologis tidak merusak habitat rodent tersebut.

2. Pengendalian vector dan atau rodent secara langsung memang akan menggunakan baik
teknologi sederhana maupun teknologi modern. Penggunaan teknologi sederhana mengarah
pada pengendalian secara fisik dan secara biologis. Misalnya penggunaan perangkap tikus dan
memelihara ikan dibak mandi yang bertujuan untuk memakan telur dan larva nyamuk.
Sedangkan penggunaan teknologi modern cenderung pada pengendalian secara mekanis dan
secara biophysical. Contohnya, penggunaan sinar gamma untuk mensterilkan sistem genetika
rodent agar tidak terjadi pembuahan sehingga jumlah rodent tersebut dapat dikendalikan.

3. Pada dasarnya, pengendalian vektor dan rodent dibagi menjadi pengendalian secara alamiah
dan secara buatan. Pada soal no 4, pengendalian vektor dan rodent dilakukan secara buatan
atau fisik berupa manipulasi dan modifikasi lingkungan.
1. Manipulasi lingkungan : mengatur bentuk, tata letak dan komposisi lingkungan dengan
sedemikian srupa sehingga mencapai tujuan yang diharapkan.
2. Modifikasi lingkungan : cara mengubah bentuk atau struktur lingkungan dari yang kurang
menarik menjadi lebih menarik tanpa menghilangkan fungsi aslinya serta menampilkan
bentuk yang lebih bagus dari aslinya

4. Tikus menimbulkan masalah perekonomian, karena tikus memakan bahan makanan yang
dibutuhkan manusia. Di Amerika Serikat misalnya, seekor tikus memakan tidak kurang dari 0,1
kg gandum sehari.
5. Memang benar, terdapat kelompok masyarakat yang mempunyai kebiasaan merendam tikus
yang telah terperangkap di perangkap tikus yang telah sengaja dipasang, di sungai sampai
tikus tersebut mati. Tentu saja perilaku ini membawa damapk yang tidak baik terhadap
kesehatan lingkungan dan manusia. Perilaku ini dapat disubstitusi dengan penggunaan
perangkap tikus lainnya berupa kertas lem tikus, yang mana telah diketahui, tikus yang
terperngkap dalan perangkap tersebut akan mati dengan sendirinya disana dan selanjutnya
tinggal membuang bangkai tikus tersebut secara aman, misalnya dengan mengubur atau
membakarnya.:

6. Terdapat 2 prinsip dasar dalam pengendalian vektor dan rodent, yaitu

1. Mengendalikan populasi vektor dan rodent


2. Menjauhkan vektor dan rodent dari lingkungan hidup manusia, dengan tujuan
meminimalisir terjadinya kontak antara vector dan rodent dengan manusia, sehingga
gangguan kesehatan yang ditimbulkannya dapat dihindari.

a. Jadi, dalam pengendalian vektor dan rodent, tidak ada dan tidak akan pernah ada prinsip
memusnahkan atau memunahkan populasi binatang tersebut, karena akan secara
langsung akan mengganggu dan merusak keberlangsungan sistem rantai makanan dalam
ekologi kehidupan.Tetapi, prinsip yang benar adalah mengendalikan populasi vektor dan
rodent ke level yang sedemikian rupa, sehingga eksistensi binatang tersebut tidak
mengganggu kehidupan manusia.
b. Plants Substitution merupakan salah satu aplikasi dari pengendalian vektor dan rodent
secara curtural. Pengendalian secara cultural sendiri berarti menciptakan keadaan
lingkungan sehingga tidak menguntungkan vektor dan rodent, dengan jalan mengubah
kebiasaan atau sikap hidup yang tidak menguntungkan. Sedangkan plants substitution
dilakukan dengan cara membiasakan megganti jenis tanaman atau memilih waktu tanam
yang tepat, karena dengan mengganti jenis tanaman serta memilih waktu tanam yang
tepat, dapat dihindari terjangkit hama tanaman. Sebagaimana diketahui kebanyakan
serangga memakan satu jenis tanaman saja, jadi jenis tanaman diganti-ganti, maka
serangga tersebut tidak sempat berkembang biak, karena bahan makanan yang dibuthkan
tidak tersedia.
7. Pengendalian secara biologis dilakukan dengan prinsip memanfaatkan binatang lainnya yang
menjadi musuh dari vektor dan atau rodent. Ada dua cara pendekatan yang sering dilakukan,
yakni :
1. Membawa binatang yang menjadi musuh vektor dan rodent dari daerah lain ke daerah
yang ingin dikendalikan. Prinsip ini dilakukan, jika diketahui bahwa yang ingin diawasi
tidak ditemukan binatang yang akan dibawa tersebut.
2. Menciptakan keadaan lingkungan sedemikian rupa, sehingga binatang yang menjadi
musuh dan telah berada di daerah tersebut dapat lebih berkembang biak dan dengan
demikian dapat membunuh vektor dan rodent yang ingin dikendalikan.
Contohnya, dengan membiarkan binatang seperti cecak agar tetap hidup di rumah, cecak
tersebut akan memakan nyamuk sebagai mangsanya atau memelihara kucing di rumah agar
mampu menakut-nakuti dan menjadikan tikus sebagai mangsanya sehingga populasi tikus
dapat dikendalikan.

Pengendalian dengan cara ini memang sederhana, namun hasil dan pengaruh kebehasilan
yang didapatkan tergantung terhadap hewan yang dipelihara atau dibiarkan hidup di rumah.
Namun jika binatang yang sengaja dipelihara mampu melakukan yang seperti diharapkan,
maka pengaruh pengendalian dengan cara ini akan terasa sangat signifikan. Misalnya,
memelihara ikan di bak mandi yang akan memakan telur dan karva nyamuk yang sangat
banyak sekali di daerah air tergenang.

DAFTAR PUSTAKA
Azwar, Azrul,dr. 1989. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Jakarta : PT Mutiara Sumber Widya

Mukono. 2000. Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Suravaya : Airlangga University Press

Chandra, Budiman. 2000. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta : EGC

http://www.docstoc.com/docs/69348696/VEKTOR--AND-RODENT

www.solex-un.net/repository/id/hlth/CR6-Res3-ind.pdf

www.depkes.go.id/downloads/Pengendalian%20Tikus.pdf

You might also like