Professional Documents
Culture Documents
Stts Giziii PDF
Stts Giziii PDF
SKRIPSI
Oleh
MOHAMMAD YOGIE SUTRISNO
107101001765
ABSTRAK
Gizi merupakan sebuah isu fundamental dalam kesehatan masyarakat. Di Indonesia
permasalahan gizi merupakan sebuah ironi, disaat permasalahan gizi buruk masih
menjadi permasalahan yang serius ditambah lagi dengan permasalahan gizi lebih.
Status gizi pada balita dapat berpengaruh terhadap beberapa aspek. Gizi kurang atau
gizi buruk pada balita, membawa dampak negatif terhadap pertumbuhan fisik dan
perkembangan mental anak. Prevalensi gizi kurang dan gizi buruk di kecamatan
mandalawangi sebesar 9,5% dan Desa pari merupakan desa dengan prevalesi angka
gizi kurang dan Gizi buruk sebesar 12, 96%. Tujuan penelitian ini diketahuinya
hubungan status gizi terhadap status perkembangan motorik kasar pada anak usia 6
sampai 24 bulan di Posyandu Desa Pari Kecamatan Mandalawangi Kabupaten
Pandeglang Provinsi Banten tahun 2014. Desain penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah cross sectional. Populasi pada penelitian ini balita umur 6 sampai
24 bulan di Posyandu Desa Pari. Perhitungan besar sampel penelitian menggunakan
uji hipotesis beda 2 proporsi. Teknik sampling menggunakan simple random
sampling. Adapun analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis bivariat Chi
square dan. Anak usia 6 sampai 24 bulan di Posyandu Desa Pari 18,1% mengalami
keterlambatan perkembangan motorik kasar. Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi status perkembangan motorik kasar adalah status gizi (p=0,009),
riwayat BBLR (p=0,009), status ekonomi keluarga (p=0,000) dan stimulasi
(P=0,011).
i
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA ISLAMIC STATE UNIVERSITY
MEDICAL AND HEALTH SCIENCE DEPARTEMENT
PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM
Thesis, 14 July 2014
ABSTRACT
Nutrition is fundamental issue in public health. In Indonesia, nutrition problem is an
ironic situation, while malnutrition is still exist, overnutrition problem is arising.
Nutrition status of toddler affect physical growth and mental development. The
prevalence of malnutrition in Mandalawangi Sub Distric was 9,5% and the
prevalence of malnutrition in Pari Village was 12,96%. The study aims to find out the
relationship between gross motoric development status among children age 6 to 24
months in Posyandu Pari village, Mandalawangi, Pandeglang, Banten in 2014. The
study design was cross sectional, the population study was children with age 6 to 24
months in Posyandu Pari Village. The hypothesis test with two proportion was
performed to get the sampel size. The research used simple random sampling, the
data was analyzed by using Chi Square. As for 18,1% of them has retarded gross
motor. The factors contributed to the status of gross motor were nutritional status (p =
0,009), low birth weight history (p = 0,009), family economy status (p = 0,000) and
stimulation (p = 0,011).
ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Judul Skripsi
Telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program
Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan lmu Kesehatan Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Mengetahui,
Pembimbing I Pembimbing II
iii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb.
Seluruh puji-pujian dan rasa syukur hanya untuk Tuhan Semesta Alam Allahu
Rabul Alamin, atas maunah dah hidayah-Nya kepeda penulis. Shalawat beriring
salam layaknya tertuju bagi uswatun hasanah umat manusia Muhammad SAW. Pada
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ayahanda dan ibunda tercinta, inspirator penulis dalam hidup, Agus Karya, S.Pd.
dan Siti Umamah S.Pd., yang senantiasa telah bersabar menunggu anaknya
diwisuda. Ananda mencintai kalian berdua melebihi diri ini. Adik-adiku I’a, Uwi
dan Devi, kalian penyejuk jiwa ditengah kehampaan asa.
2. Prof. Dr (hc). dr. H. M. K. Tadjudin, Sp.And. selaku dekan, Ibu Febrianti, Msi.
selaku Kepala Program Studi, Ibu Ratih Ciptaningtyas, SKM, S.Sn.Kes. selaku
Penanggung Jawab Peminatan Gizi, Bapak Dr. Arif Sumantri, SKM., M. Kes.
selaku Penasehat Akademik Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta
3. Ibu Catur Rosidati, SKM, MKM., selaku Pembimbing I dan Ibu Raihana Nadra
Al Kaff, SKM, MMA., selaku Pembimbing II, kalian adalah orang tua dengan
maqom yang mulia bagi penulis, penulis haturkan ribuan terimakasih untuk
bimbingan dan kesabaran yang luar biasa dalam menunjukan ‘jalan yang lurus’
kepada penulis. Ibu Narila Mutia Nasir, SKM, MKM, Ph.D dan Ibu Fase
Badriah, SKM, M.Kes, Ph.D selaku penguji, penulis haturkan terima kasih telah
menunjukan ‘hitam’ dan ‘putih’ pada skripsi ini.
4. Dua ‘idiot’ sahabatku, Rian ‘Eenk’ dan Rizal ‘Panda’ tanks guys untuk semua
‘kegilaan’ dalam hidup ini, teman-teman 2007 terkhusus veteran 2014 dan the
reminders (Rea dan ‘Prof’) kalian laksana suara adzan bagiku , dan para
penunggu kosan (ceuba barudak eta kosan diberesan mani pabalatak kitu).
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi
ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan.
Penulis
v
RIWAYAT HIDUP
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK ---------------------------------------------------------------------------- i
HALAMAN PERSETUJUAN PMBIMBING ---------------------------------- iii
HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI ---------------------------------------- iv
KATA PENGANTAR -------------------------------------------------------------- v
RIWAYAT HIDUP------------------------------------------------------------------ vi
DAFTAR ISI ------------------------------------------------------------------------- vii
DAFTAR TABEL ------------------------------------------------------------------ xiii
DAFTAR GRAFIK ------------------------------------------------------------------ xiv
DAFTAR BAGAN ------------------------------------------------------------------ xv
DAFTAR GAMBAR ---------------------------------------------------------------- xvi
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ------------------------------------------------------------------ 1
1.2. Rumusan Masalah -------------------------------------------------------------- 8
1.3. Pertanyaan Penelitian ---------------------------------------------------------- 9
1.4. Tujuan Penelitian --------------------------------------------------------------- 10
1.4.1. Tujuan Umum ---------------------------------------------------------- 10
1.4.2. Tujuan Khusus --------------------------------------------------------- 10
1.5. Manfaat Penelitian-------------------------------------------------------------- 11
1.4.1. Bagi Mahasiswa ------------------------------------------------------- 11
1.4.2. Bagi Posyandu Desa Panjang Jaya ---------------------------------- 11
1.4.3. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat FKIK UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta ------------------------------------------ 12
1.6. Ruang Lingkup Penelitian ----------------------------------------------------- 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Gerak Motorik Kasar ----------------------------------------------------------- 13
2.2.1. Pengertian Motorik Kasar -------------------------------------------- 13
2.2.2. Prinsip Perkembangan Motorik Kasar ------------------------------ 14
2.2.3. Indikator Motorik Kasar Anak Usia 6 sampai 24 bulan --------- 16
2.2.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motorik Kasar Anak
Usia 6 sampai 24 bulan ----------------------------------------------- 19
2.2. Status Gizi ----------------------------------------------------------------------- 29
2.1.1. Definisi Gizi ------------------------------------------------------------ 29
2.1.2. Status Gizi -------------------------------------------------------------- 30
2.1.3. Indikator Status Gizi -------------------------------------------------- 30
2.1.4. Masalah Gizi ----------------------------------------------------------- 31
2.1.5. Penilaian Status Gizi -------------------------------------------------- 33
2.3. Anak Usia Dini ----------------------------------------------------------------- 40
vii
2.3.1. Pengertian Anak Usia Dini (Balita) --------------------------------- 40
2.3.2. Tumbuh Kembang Anak Usia Dini (Balita) ----------------------- 40
2.4. Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) ----------------------------------------- 42
2.4.1. Pengertian Posyandu -------------------------------------------------- 42
2.4.2. Tujuan Posyandu ------------------------------------------------------ 45
2.4.3. Manfaat Posyandu ----------------------------------------------------- 46
2.5. Kerangka Teori ----------------------------------------------------------------- 48
BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPRASIONAL DAN
HIPOTESIS
3.1. Kerangka Konsep --------------------------------------------------------------- 49
3.2. Definisi Oprasional ------------------------------------------------------------- 51
3.3. Hipotesis Penelitian ------------------------------------------------------------ 56
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Desain Penelitian --------------------------------------------------------------- 57
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ------------------------------------------------ 57
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ---------------------------------------------- 57
4.4. Instrumen Penelitian ----------------------------------------------------------- 59
4.5. Uji Validitas dan Realibilitas ------------------------------------------------ 60
4.6. Pengumpulan data Penelitian ------------------------------------------------- 61
4.7. Pengolahan Data Penelitian --------------------------------------------------- 62
4.8. Teknis dan Analisa Data Penelitian ------------------------------------------ 63
BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1. Analisa Univariat --------------------------------------------------------------- 64
5.1.1. Gambaran Status Perkembangan Motorik Kasar Pada Anak
Usia 6 sampai 24 bulan Di Desa Pari Kecamatan
Mandalawangi Kabupaten Pandeglang ---------------------------- 64
5.1.2. Gambaran Status Gizi Pada Anak Usia 6 sampai 24 bulan
Di Desa Pari Kecamatan Mandalawangi Kabupaten
Pandeglang ------------------------------------------------------------- 65
5.1.3. Gambaran Umur Pada Anak Usia 6 sampai 24 bulan Di
Desa Pari Kecamatan Mandalawangi Kabupaten
Pandeglang ------------------------------------------------------------- 66
5.1.4. Gambaran Jenis Kelamin Pada Anak Usia 6 sampai 24
bulan Di Desa Pari Kecamatan Mandalawangi Kabupaten
Pandeglang ------------------------------------------------------------- 67
viii
5.1.5. Gambaran Status Berat Bayi Lahir Rendah Pada Anak Usia
6 sampai 24 bulan Di Desa Pari Kecamatan Mandalawangi
Kabupaten Pandeglang ----------------------------------------------- 68
5.1.6. Gambaran Pengetahuan Ibu Pada Anak Usia 6 sampai 24
bulan Di Desa Pari Kecamatan Mandalawangi Kabupaten
Pandeglang ------------------------------------------------------------- 69
5.1.7. Gambaran Tingkat Pendidikan Ibu Pada Anak Usia 6
sampai 24 bulan Di Desa Pari Kecamatan Mandalawangi
Kabupaten Pandeglang ----------------------------------------------- 70
5.1.8. Gambaran Tingkat Pendidikan Ayah Pada Anak Usia 6
sampai 24 bulan Di Desa Pari Kecamatan Mandalawangi
Kabupaten Pandeglang ----------------------------------------------- 71
5.1.9. Gambaran Status Ekonomi Keluarga Pada Anak Usia 6
sampai 24 bulan Di Desa Pari Kecamatan Mandalawangi
Kabupaten Pandeglang ----------------------------------------------- 72
5.1.10. Gambaran Jumlah Anak Pada Anak Usia 6 sampai 24
bulan Di Desa Pari Kecamatan Mandalawangi Kabupaten
Pandeglang ------------------------------------------------------------- 73
5.1.11. Gambaran Stimulus Pada Anak Usia 6 sampai 24 bulan Di
Desa Pari Kecamatan Mandalawangi Kabupaten
Pandeglang ------------------------------------------------------------- 74
5.2. Analisa Bivariat
5.2.1. Hubungan Status Gizi Dengan Status Perkembangan
Motorik Kasar Pada Anak Usia 6 sampai 24 bulan Di
Posyandu Desa Pari Kecamatan Mandalawangi Kabupaten
Pandeglang ------------------------------------------------------------- 76
5.2.2. Hubungan Umur Dengan Status Perkembangan Motorik
Kasar Pada Anak Usia 6 sampai 24 bulan Di Posyandu
Desa Pari Kecamatan Mandalawangi Kabupaten
Pandeglang ------------------------------------------------------------- 77
5.2.3. Hubungan Jenis Kelamin Dengan Status Perkembangan
Motorik Kasar Pada Anak Usia 6 sampai 24 bulan Di
Posyandu Desa Pari Kecamatan Mandalawangi Kabupaten
Pandeglang ------------------------------------------------------------- 78
5.2.4. Hubungan Status Berat Bayi Lahir Rendah Dengan Status
Perkembangan Motorik Kasar Pada Anak Usia 6 sampai 24
ix
bulan Di Posyandu Desa Pari Kecamatan Mandalawangi
Kabupaten Pandeglang ----------------------------------------------- 79
5.2.5. Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Status Perkembangan
Motorik Kasar Pada Anak Usia 6 sampai 24 bulan Di
Posyandu Desa Pari Kecamatan Mandalawangi Kabupaten
Pandeglang ------------------------------------------------------------- 80
5.2.6. Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu Dengan Status
Perkembangan Motorik Kasar Pada Anak Usia 6 sampai 24
bulan Di Posyandu Desa Pari Kecamatan Mandalawangi
Kabupaten Pandeglang ----------------------------------------------- 81
5.2.7. Hubungan Tingkat Pendidikan Ayah Dengan Status
Perkembangan Motorik Kasar Pada Anak Usia 6 sampai 24
bulan Di Posyandu Desa Pari Kecamatan Mandalawangi
Kabupaten Pandeglang ----------------------------------------------- 82
5.2.8. Hubungan Status Ekonomi Keluarga Dengan Status
Perkembangan Motorik Kasar Pada Anak Usia 6 sampai 24
bulan Di Posyandu Desa Pari Kecamatan Mandalawangi
Kabupaten Pandeglang ----------------------------------------------- 83
5.2.9. Hubungan Jumlah anak dalam Keluarga Dengan Status
Perkembangan Motorik Kasar Pada Anak Usia 6 sampai 24
bulan Di Posyandu Desa Pari Kecamatan Mandalawangi
Kabupaten Pandeglang ----------------------------------------------- 84
5.2.10. Hubungan Stimulus Dengan Status Perkembangan Motorik
Kasar Pada Anak Usia 6 sampai 24 bulan Di Posyandu
Desa Pari Kecamatan Mandalawangi Kabupaten
Pandeglang ------------------------------------------------------------- 85
BAB VI
PEMBAHASAN
6.1. Keterbatasan Penelitian ------------------------------------------------------ 87
6.1.1. Variabel Penelitian -------------------------------------------------- 87
6.1.2. Cara Ukur Variabel -------------------------------------------------- 87
6.1.3. Bias -------------------------------------------------------------------- 88
6.2. Gambaran Status Perkembangan Motorik Kasar Pada Anak
Usia 6 sampai 24 bulan Di Desa Pari Kecamatan
Mandalawangi Kabupaten Pandeglang ----------------------------------- 89
6.3. Gambaran Status Gizi Pada Anak Usia 6 sampai 24 bulan Di
Desa Pari Kecamatan Mandalawangi Kabupaten Pandeglang -------- 90
x
6.4. Gambaran Umur Pada Anak Usia 6 sampai 24 bulan Di Desa
Pari Kecamatan Mandalawangi Kabupaten Pandeglang --------------- 90
6.5. Gambaran Jenis Kelamin Pada Anak Usia 6 sampai 24 bulan
Di Desa Pari Kecamatan Mandalawangi Kabupaten
Pandeglang -------------------------------------------------------------------- 91
6.6. Gambaran Status Berat Bayi Lahir Rendah Pada Anak Usia 6
sampai 24 bulan Di Desa Pari Kecamatan Mandalawangi
Kabupaten Pandeglang ------------------------------------------------------ 92
6.7. Gambaran Pengetahuan Ibu Pada Anak Usia 6 sampai 24
bulan Di Desa Pari Kecamatan Mandalawangi Kabupaten
Pandeglang -------------------------------------------------------------------- 93
6.8. Gambaran Tingkat Pendidikan Ibu Pada Anak Usia 6 sampai
24 bulan Di Desa Pari Kecamatan Mandalawangi Kabupaten
Pandeglang -------------------------------------------------------------------- 94
6.9. Gambaran Tingkat Pendidikan Ayah Pada Anak Usia 6
sampai 24 bulan Di Desa Pari Kecamatan Mandalawangi
Kabupaten Pandeglang ------------------------------------------------------ 95
6.10. Gambaran Status Ekonomi Keluarga Pada Anak Usia 6
sampai 24 bulan Di Desa Pari Kecamatan Mandalawangi
Kabupaten Pandeglang ------------------------------------------------------ 95
6.11. Gambaran Jumlah Anak dalam Keluarga Pada Anak Usia 6
sampai 24 bulan Di Desa Pari Kecamatan Mandalawangi
Kabupaten Pandeglang ------------------------------------------------------ 96
6.12. Gambaran Stimulus Pada Anak Usia 6 sampai 24 bulan Di
Desa Pari Kecamatan Mandalawangi Kabupaten Pandeglang -------- 97
6.13. Hubungan Status Gizi Dengan Status Perkembangan Motorik
Kasar Pada Anak Usia 6 sampai 24 bulan Di Posyandu Desa
Pari Kecamatan Mandalawangi Kabupaten Pandeglang --------------- 98
6.14. Hubungan Umur Dengan Status Perkembangan Motorik
Kasar Pada Anak Usia 6 sampai 24 bulan Di Posyandu Desa
Pari Kecamatan Mandalawangi Kabupaten Pandeglang --------------- 102
6.15. Hubungan Jenis Kelamin Dengan Status Perkembangan
Motorik Kasar Pada Anak Usia 6 sampai 24 bulan Di
Posyandu Desa Pari Kecamatan Mandalawangi Kabupaten
Pandeglang -------------------------------------------------------------------- 103
6.16. Hubungan Status Berat Bayi Lahir Rendah Dengan Status
Perkembangan Motorik Kasar Pada Anak Usia 6 sampai 24
xi
bulan Di Posyandu Desa Pari Kecamatan Mandalawangi
Kabupaten Pandeglang ------------------------------------------------------ 104
6.17. Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Status Perkembangan
Motorik Kasar Pada Anak Usia 6 sampai 24 bulan Di
Posyandu Desa Pari Kecamatan Mandalawangi Kabupaten
Pandeglang -------------------------------------------------------------------- 108
6.18. Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu Dengan Status
Perkembangan Motorik Kasar Pada Anak Usia 6 sampai 24
bulan Di Posyandu Desa Pari Kecamatan Mandalawangi
Kabupaten Pandeglang ------------------------------------------------------ 110
6.19. Hubungan Tingkat Pendidikan Ayah Dengan Status
Perkembangan Motorik Kasar Pada Anak Usia 6 sampai 24
bulan Di Posyandu Desa Pari Kecamatan Mandalawangi
Kabupaten Pandeglang ------------------------------------------------------ 111
6.20. Hubungan Status Ekonomi Keluarga Dengan Status
Perkembangan Motorik Kasar Pada Anak Usia 6 sampai 24
bulan Di Posyandu Desa Pari Kecamatan Mandalawangi
Kabupaten Pandeglang ------------------------------------------------------ 112
6.21. Hubungan Jumlah anak dalam Keluarga Dengan Status
Perkembangan Motorik Kasar Pada Anak Usia 6 sampai 24
bulan Di Posyandu Desa Pari Kecamatan Mandalawangi
Kabupaten Pandeglang ------------------------------------------------------ 114
6.22. Hubungan Stimulus Dengan Status Perkembangan Motorik
Kasar Pada Anak Usia 6 sampai 24 bulan Di Posyandu Desa
Pari Kecamatan Mandalawangi Kabupaten Pandeglang --------------- 115
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan --------------------------------------------------------------------- 118
7.2. Saran ----------------------------------------------------------------------------- 119
xii
DAFTAR TABEL
xiii
DAFTAR GRAFIK
xiv
DAFTAR BAGAN
xv
DAFTAR GAMBAR
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
sumber daya manusia, serta memiliki kontribusi yang besar untuk meningkatkan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
kualitas sumber daya manusia ini dimulai melalui pemenuhan kebutuhan sumber
daya manusia dan hal ini akan tercapai jika pemenuhan kebutuhan ini dimulai
sedini mungkin, perhatian utamanya terletak pada proses tumbuh kembang anak
2008). Pemenuhan kebutuhan sejak dini merupakan pondasi dan titik awal untuk
pemenuhan kebutuhan sumber daya manusia sejak dini maka jelas target pada
fase ini adalah ini adalah bayi dan balita, dan dalam fase ini titik terpentingnya
1
2
motorik (kasar dan halus), personal sosial dan adaptif (Soetjiningsih, 1995).
besar, sebagian besar atau seluruh anggota tubuh motorik kasar diperlukan agar
anak dapat duduk, menendang, berlari, naik turun tangga dan sebagainya
(Sunardi dan Sunaryo, 2007). Perkembangan motorik kasar anak lebih dulu dari
pada motorik halus, misalnya anak akan lebih dulu memegang benda-benda yang
ukuran besar dari pada ukuran yang kecil. Karena anak belum mampu
yang penting dalam kehidupan maupun beragama. Seperti yang tertuang dalam
salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapakku ambillah ia sebagai
orang yang bekerja (pada kita), karena Sesungguhnya orang yang paling baik
yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat
dipercaya".
Dalam surat Al-Baqarah ayat 247 Allah berfirman: “Nabi mereka mengatakan
menganugerahinya ilmu yang Luas dan tubuh yang perkasa (basthah)." Allah
ُطعْتُمْ مِنْ قُىَّةٍ أَال إِنَّ الْقُ ّىَةَ ال ّرَ ْمىُ أَالَ إِنَّ الْقُ ّىَةَ ال ّرَ ْمى
َ وَأَعِدُّوا َلهُمْ مَا اسْ َت
“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu
sanggupi. Ketahuilah, kekuatan itu adalah dengan melempar, beliau shallallahu
„alaihi wa sallam mengucapkannya tiga kali).” (HR. Muslim).
Dalam ayat 26 surat Al-Qashash dan hadist yang diriwayatkan oleh Muslim
diatas kata al-qowiyyu dan al-quwwatu yang secara harfiah berarti kekuatan
mengacu langsung pada kekuatan fisik, bahkan dalam hadist yang diriwayatkan
oleh Muslim lebih spesifik kepada kekuatan pergerakan yaitu melepar. Dalam
ayat 247 surat Al-Baqarah kata basthatan yang secara harfiah berarti kemampuan
ini pun mengacu kepada kemapuan fisik dengan terdapat kata al-jismi yang
berarti tubuh sebagai madzruf dari kata basthathan dan dari ayat diatas
kemampuan dan kekuatan fisik tidak dikhususkan hanya untuk satu kalangan
atau satu strata sosial saja melaikan untuk semua muslim yang mempercayai
ajaran islam.
Motorik kasar diperuhi beberapa faktor antara lain faktor intrinsik seperti
tinggi badan, dan faktor ekstrinsik seperti kebiasaan makan dan terpenuhinya
makanan bergizi pada anak (Narendra, 2006 dalam Sylvia 2010). Dalam
ajaran islam makanan bergizi diinterpretasikan kedalam dua kondisi yaitu baik
4
menurut syar’i (halal) dan baik menurut zatnya (thayib) sebagai mana yang
”Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan
kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya”
Makanan dapat dikatakan baik menurut syar’i atau syariat merupakan makanan
yang diperoleh, diolah dan dikonsumsi dengan cara yang tidak dilarang dan
bukan merupakan makanan yang dipantangkan (haram) dari segi zatnya seperti
daging babi dan alkohol. Sedangkan makanan dapat dikatakan baik menurut
zatnya (thayib) merupakan makanan dengan kondisi yang baik atau memenuhi
standar keamanan pangan. Pemberian makanan yang halal dan thayib dalam
islam pula dianjurkan untuk diberikan sedini mungkin yang tertuang dalam surat
dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. dan
kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada ara ibu dengan cara
ma'ruf.”. Ayat ini menjelaskan bahwa asupan gizi yang baik perlu di perhatikan
sangat pesat, sehingga kerap diistilahkan sebagai periode emas sekaligus periode
kritis. Periode emas dapat diwujudkan apabila pada masa ini bayi dan anak
5
memperoleh asupan gizi yang sesuai untuk tumbuh kembang optimal. Sebaliknya
apabila bayi dan anak tidak memperoleh asupan gizi yang sesuai dengan
kebutuhan gizinya, maka periode emas akan berubah menjadi periode kritis yang
akan mengganggu tumbuh kembang bayi dan anak, baik masa ini atau masa
Sewaktu lahir, berat otak anak sekitar 27% berat otak orang dewasa. Pada
usia 2 tahun, berat otak anak sudah mencapai 90% dari berat otak orang dewasa
(sekitar 1200 gram). Hal ini menunjukkan bahwa pada usia ini, masa
terhadap ketangkasan dan kecerdasan anak (Hurlock, 1978). Pada periode ini
Masa bayi dan anak adalah masa mereka mengalami masa pertumbuhan
dan perkembangan yang cepat dan sangat penting, dimana nantinya merupakan
landasan yang menentukan kualitas penerus generasi bangsa. Masa kritis anak
pada usia 6–24 bulan, karena kelompok umur merupakan saat periode
pertumbuhan kritis dan kegagalan tumbuh (growth failure) mulai terlihat (Amin
dkk, 2004).
Keadaan gizi anak dapat dinilai dengan melihat status gizinya. Status gizi
diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak. Status gizi juga
6
yang didasarkan pada data antropometri serta biokimia dan riwayat diet (Beck,
2000). Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi status gizi anak 6-36
bulan adalah status ASI, pendidikan ibu, status diare, dan sum- ber air minum
(Depkes, 2004).
masalah Kurang Energi Protein (KEP), Anemia Gizi Besi (AGB), Gangguan
masalah gizi ganda sebagai yang artinya sementara masalah gizi kurang belum
dapat diatasi secara menyeluruh, sudah muncul masalah baru, yaitu berupa gizi
lebih sebagaimana diungkap dalam pada Widya Karna Nasional Pangan dan Gizi
diketahui bahwa prevalensi kurang gizi (berat badan menurut umur) pada balita
17,9 persen tahun 2010, prevalensi gizi buruk yaitu 4,9 persen tahun 2010 dan
prevalensi gizi kurang, yaitu tetap 13,0 persen (Riskesdas, 2010). Menurut WHO
masyarakat apabila jumlah balita gizi kurangnya sudah mencapai 10% dari
jumlah balita yang ada. Berdasarkan hal tersebut, maka Indonesia sampai saat ini
7
masih mengalami masalah gizi masyarakat karena jumlah balita gizi kurang
Banten terdiri dari bebrapa kota dan kabupaten salah satunya adalah kabupaten
berat kurang pada tahun 2010 adalah 17,9 persen yang terdiri dari 4,9 persen gizi
buruk dan 13,0 gizi kurang dan provinsi Banten termasuk kedalam 18 provinsi
yang memiliki angka prevalensi lebih besar dari nasional dengan angka 30,5 %.
Pandeglang balita yang mengalami gizi kurang dan buruk tahun 2010 berjumlah
WHO sebesar 10%, maka masalah gizi kurang di Kabupaten Pandeglang masih
cukup tinggi.
perkembangan motorik anak dengan status gizi kurang tidak sesuai dengan usia
dengan status gizi normal tidak sesuai hanya terjadi pada 32.8% responden.
anak (77,3 %). Sedangkan jumlah baduta yang motorik kasarnya normal dari
kurang sebesar 8,6% dan prevalnsi gizi buruk sebesar 0,85%. Desa pari
merupakan desa dengan prevalesi angka gizi kurang dan Gizi buruk sebesar 12,
96% dengan prevalensi gizi kurang 11,11% sebesar dan gizi buruk sebesar
1,85%.
Pertumbuhan masa otak anak setelah lahir sampai usia 24 bulan meningkat
dari 27% masa otak orang dewasa menjadi 90% masa otak orang dewasa dan ini
merupakan periode emas dalam tumbuh kembang anak yang apabila tidak
ditangani dengan tepat akan menjadi periode terburuk anak. Hasil penelitian
prevalensi gizi kurang dan buruk di Posyandu Desa Pari sebesar 11,11% masih
motorik kasar dan status gizi yang telah dijabarkan di atas, peneliti bermaksud
untuk meneliti hubungan status gizi dengan status perkembangan motorik kasar
2. Bagaimana gambaran umur, jenis kelamin, BBLR, dan status gizi pada anak
pendidikan ayah, status ekonomi keluarga, jumlah anak dan stimulus pada
4. Adakah hubungan umur, jenis kelamin, BBLR, dan status gizi dengan
motorik kasar pada anak usia 6 sampai 24 bulan di Posyandu Desa Pari
2014?
pendidikan ayah, status ekonomi keluarga, jumlah anak dan stimulus dengan
motorik kasar pada anak usia 6 sampai 24 bulan di Posyandu Desa Pari
10
2014?
tahun 2014
motorik kasar pada anak usia 6 sampai 24 bulan di Posyandu Desa Pari
Hidayatullah Jakarta
masyarakat.
Penelitian ini mengenai hubungan status gizi terhadap motorik kasar pada
anak usia 6 sampai 24 bulan di Posyandu Desa Pari Tahun ajaran 2013-2014.
dilakukan di Posyandu Desa Pari terkait status gizi anak usia 6 sampai 24 bulan
penelitian terdaulu yang menyatakan adanya hubungan antara status gizi dengan
motorik kasar anak. Penelitian ini ditujukan pada anak usia 6 sampai 24 bulan
karna pada anak usia ini asupan gizi yang buruk atau penanganan yang keliru
mengunakan uji Chi Square dan Fisher’s Exact Test dalam analisa data.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
otot-otot besar, sebagian besar atau seluruh anggota tubuh motorik kasar
diperlukan agar anak dapat duduk, menendang, berlari, naik turun tangga
kasar anak lebih dulu dari pada motorik halus, misalnya anak akan lebih
dulu memegang benda-benda yang ukuran besar dari pada ukuran yang
lain-lain.
13
14
luar dan dalam. Motorik kasar sangat penting dikuasai oleh seseorang
yang bagus akan ketinggalan dari orang lain, seperti: berlari, melompat,
seseorang.
saraf
semakin baik kemampuan motorik anak. Hal ini juga didukung oleh
terlambat.
16
disadari
otomatis dan pada usia tertentu harus sudah hilang karena dapat
Tahap.
1. Usia 12 Bulan
perabotan
dituntun
h. Melambaikan tangan
2. Usia 18 Bulan
terjatuh
3. Usia 24 Bulan
a. Berlari
e. Menggunakan sendok
4. Usia 36 bulan
d. Meniru gambar
dengan kartu ukur tumbuh kembang anak atau Kartu Kembang Anak
Gambar 2.1
Tampilan Depan
Gambar 2.2
Tampilan Belakang
Faktor herediter meliputi genetik atau bawaan, jenis kelamin, ras atau
(Soetjiningsih, 1995).
1. Faktor Genetik
lain bergabai faktor bawaan yang normal dan patologi, jenis kelamin
2. Faktor Lingkungan
a. Lingkunagan Prenatal
ii. Lingkungan mekanis (posisi janin dalam uterus zat kimia atau
toksin)
iii. Radiasi
Herfes Simplex)
v. Stress
b. Lingkungan Postnatal
iii. Gizi
perkembangan anak
3. Faktor Hormonal
Bayi dengan berat badannya saat lahir kurang dari 2500. Gizi ibu yang
2. Status Gizi
kasar anak sebagian besar normal sebanyak 30 anak (73,2%), dan ada
Maslachatul. 2012).
25
3. Jumlah saudara
kasih sayang yang diterima anak. Lebih-lebih kalau jarak anak terlau
Salah satu hak anak untuk dicintai dan dilindungi. Anak memerlukan
kasih sayang dan perlakuan yang adil dari orang tuanya agar menjadi
anak yang tidak sombong dan dapat memberi kasih sayangnya pula
kepada sesamanya
6. Lingkungan
7. Stimulasi
dimana kualitas lingkungan anak dapat dilihat dari apakah orang tua
dengan memberi skor 1 pada jawaban yang benar, skor 0 pada jawaban
Sawah baik, yaitu 90,9 %, hanya 9,1 % saja yang kurang baik.
Sedangkan untuk pola asuh juga cukup baik, yaitu 54,5 %, dan kurang
tidak miskin.
9. Pengetahuan Ibu
Istilah “gizi” dan “ilmu gizi” di Indonesia baru dikenal sekitar tahun
berasal dari bahasa Arab “ghidza” yang berarti makanan. Disatu sisi ilmu
gizi berkaitan dengan makanan dan disisi lain dengan tubuh manusia.
Secara klasik ilmu gizi hanya dihubungkan dengan kesehatan tubuh, yaitu
untuk anak yang diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak.
dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) menurut umur (Depkes RI, 2005)
keseimbangan antara jumlah asupan (intake) zat gizi dan jumlah yang
kesehatan, dan lainnya (Suyatno, 2009). Status gizi adalah ekspresi dari
(intake) zat gizi dan kebutuhan zat gizi oleh tubuh untuk berbagai proses
fisik KEP adalah skor-z berat badan berada di bawah -2.0 SD baku
normal.
digunakan pada balita. Kurang gizi akut disebut juga wasting. Bila
mana terjadi pertumbuhan linier pada anak. Bila skor-z TB/U di bawah
3.00 diklasifikasi kurang gizi akut tingkat berat. Bila skor-z TB/U di
4. Marasmik-kwasiorkor
tidak mencolok
5. Marasmus
energi dan protein dari makanan sehari-hari dan terjadi dalam waktu
yang cukup lama dengan tanda dan gejala tampak sangat kurus, hingga
keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada (pada
33
6. Kwasiorkor
Kurang gizi tingkat berat yang umumnya terjadi pada balita dengan
lebih nyata bila diperiksa pada posisi berdiri atau duduk,kelainan kulit
berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah warna menjadi
2009)
masyarakat. Secara garis besasr terbagi menjadi dua yaitu secara langsung
a. Antropometri
dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.
i. Umur
tinggi badan yang akurat akan tidak berarti jika tidak disertai
1 tahun, 1,5 tahun, 2 tahun. Oleh sebab itu penentuan umur anak
adalah dalam bentuk bulan penuh, artinya sisa umur dalam hari
Tinggi badan sangat baik untuk melihat keadaan gizi masa lalu
dalam bentuk indek TB/U (tinggi badan menurut umur) dan juga
Khumaidi, 1994).
Penggunaan berat badan dan tinggi badan akan lebih jelas dan
Tabel 2.1 Penilaian Staus Gizi Berdasarkan Indeks BB/U, TB/U dan
BB/TB Standar Baku Antropometri WHO-NCHS
No Interpretasi
BB/U TB/U BB/TB
1 Rendah Rendah Normal Normal, dulu kurang gizi
Rendah Tinggi Rendah Sekarang kurang ++
Rendah Normal Rendah Sekarang kurang +
2 Normal Normal Normal Normal
Normal Tinggi Rendah Sekarang kurang
Sekarang lebih, dulu
Normal Rendah Tinggi
kurang
3 Tinggi Tinggi Normal Tinggi normal
Tinggi Rendah Tinggi Obese
Sekarang lebih, belum
Tinggi Normal Tinggi
obese
Keterangan untuk ketiga indeks (BB/U, TB/U dan BB/TB)
Rendah : < -2 SD standar baku antropometri WHO-NCHS
Normal : -2 s/d +2 SD standar baku antropometri WHO-
NCHS
Tinggi : > +2 SD standar baku antropometri WHO-NCHS
Sumber; Depkes RI, 2004
b. Klinis
dilihat pada jaringan epitel seperti kulit, mata, rambut, dan mukosa
39
c. Biokimia
d. Biofisik
b. Statistik vital
c. Ekologi
balita kependekan dari anak di bawah lima tahun yaitu dari usia 12
kanak awal (satu sampai enam tahun) terbagi menjadi dua periode
menurut Potter dan Perry (2005) yaitu toddler (satu sampai tiga tahun)
dan pra sekolah (tiga sampai enam tahun). Batita atau toddler adalah
sekelompok penduduk berusia kurang dari tiga tahun atau penduduk yang
komplek dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa
secara terpadu pada suatu tempat dan waktu yang telah ditentukan dengan
(1) Posyangu Pratama; (2) Posyandu Madya; (3) Posyandu Purnama dan
1. Posyandu Pratama
rutin serta jumlah kader terbatas yakni kurang dari 5 (lima) orang.
kader.
2. Posyandu Madya
kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader
utamanya masih rendah yaitu < 50%. Intervensi yang dapat dilakukan
3. Posyandu Purnama
kegiatan lebih dari 8 kali per tahun dengan rata-rata jumlah kader
sebanyak 5 (lima) orang atau lebih. Cakupan utamanya > 50% serta
4. Posyandu Mandiri
kegiatan lebih dari 8 kali per tahun dengan rata-rata kader sebanyak 5
(lima) orang atau lebih. Cakupan dari kegiatan utamanya > 50%,
kesinambungannya.
ibu nifas
Sejahtera (NKKBS)
46
kebutuhan
kurang dari 1 tahun) anak balita (usia 1-5 tahun), ibu hamil, ibu
1. Bagi Masyarakat
2. Bagi Kader
3. Bagi Puskesmas
strata pertama
47
dimiliki anak
Bagan 2.1
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motorik Kasar
Faktor Herditer:
Genetik
Ras
Umur
Jenis Kelamin
Faktor Imunitas,
Kekurangan Oksigen pada Janin Motorik Kasar
Anak
Faktor Lingkungan Postnatal:
Budaya,
Sosial Ekonomi Keluarga,
Pengetahuan Ibu,
Tingkat pendidikan ibu dan ayah,
Stimulus (Pola Asuh)
Nutrisi (Status Gizi),
Iklim, Cuaca,keadaan geografis
Riwayat Kelahiran (BBLR)
Posisi Anak dalam Keluarga,
Status Kesehatan
Faktor Hormonal
Kadar insulin like growt faktor IGFs,
Kadar tiroid
Kadar Glukokortikoid
Kadar Somatotrofin
Kadar Hormon-hormon Seks
pendidikan ayah dan tingkat pendidikan ibu serta pekerjaan orang tua juga dapat
yang mempengaruhi motorik kasar anak antara lain gizi ibu saat kehamilan atau
berat bayi lahir rendah (BBLR), status gizi, stimulasi dan pengetahuan ibu.
Menurut Anwar (2002) Stimulasi dan peran orang tua sangat berpengaruh
Pada penelitian ini variabel genetik, ras atau etnis, lingkungan prenatal,
budaya, iklim atau cuaca, dan faktor hormonal tidak diikut sertakan dalam
variabel penelitian. Variabel ras dan etnis tidak diteliti karena dinilai homogen,
ras dan etnis penduduk di Desa Pari keseluruhan bersuku Sunda, variabel budaya
49
50
dan cuaca tidak dimasukan kedalam variabel yang diteliti karena keterbatasan
retrospektif dan terpaut waktu yang cukup lama terhadap waktu yang penelitian,
variabel genetik, faktor hormonal dan penyakit kronis tidak dimasukan karena
keterbatasan dana penelitian. Adapun variable yang diambil dalam penelitian ini
adalah variabel umur, jenis kelamin, status ekonomi keluarga, pengetahuan ibu,
tingkat pendidikan ibu dan ayah, stimulus pola asuh, Posisi anak dalam keluarga,
Bagan 3.1
Kerangka Konsep
Herediter:
1. Umur anak
2. jenis Kelamin
Lingkungan:
1. Pengetahuan Ibu Status
2. Pendapatan Keluarga Perkembangan
Motorik Kasar
3. Tingkat Pendidikan Ibu
4. Tingkat Pendidikan Ayah
5. Stimulus Orang Tua
6. Jumlah Anak Dalam
Keluarga
7. BBLR
8. Status Gizi
51
No Variabel Definisi Oprasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Variabel Dependen
1 Motorik Bagaimana kemampuan motorik kasar Wawancara, Kuesioner, 0. Terlambat : Bila titik Ordinal
Kasar yang tertinggi pada anak baduta usia 6 Kartu
pertemuan garis
– 18 bulan dibandingkan dengan Kembang
gerakan motorik kasar
umurnya yang diukur dengan Anak
menggunakan KMS perkembangan dan umur berada
motorik kasar anak (kurva milistone)
dibawah garis kurva
yang dikembangkan oleh Pusat
normal.
Penelitian Dan Pengembangan Gizi
dan Makanan, Badan Peneliti dan 1. Normal : Bila titik
Pengembangan Kesehatan, (Depkes,
pertemuan garis
2010)
gerakan motorik kasar
Perkembangan motorik yang baik
adalah yang meningkat secara dan umur berada
bertahap sesuai dengan usia balita
digaris kurva normal.
yang diukur dengan KKA (Kartu
(Kartu Kembang
52
Variabel Independen
2 Status Gizi Suatu keadaan yang diakibatkan oleh Wawancara Kuesioner, 0. Gizi Buruk (Z_Score Ordinal
keseimbangan antara asupan zat-zat , serta Dacin dan < -3)
gizi dan penyerapan zat-zat gizi yang pengukuran KMS 1. Gizi Kurang (Z_Score
dinilai menggunakan antropometri berat badan ≥ -3 s/d < -2)
dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) 2. Gizi Baik (Z_Score ≥
menurut umur (Depkes RI, 2005) -2 s/d ≤ 1)
3. Gizi Lebih (Z_Score
>1)
(Standar Antropometri
Penilaian Gizi Anak)
3 BBLR Bayi dengan berat lahir yang berat Wawancara Kuesioner, 0. BBLR Berat (berat
badannya saat lahir kurang dari 2500 Buku lahir ≤2499 gram)
(sampai dengan 2499 gram). Kesehatan 1. Normal (berat ≥
Ibu dan 2500g)
Anak
(KIA),
53
KMS
4 Stimulus Rangsangan dari peristiwa-peristiwa Wawancara Angket 0. Jika skor <75% = Ordinal
Orang Tua sosial yang datang dari lingkungan pola asuh stimulasi psikososial
luar diri anak yang dapat kurang
mempengaruhi perkembangan dan 1. Jika skor ≥75% =
pertumbuhan anak, seperti cara orang stimulasi psikososial
tua mengasuh mendidik dan cukup
membesarkan anak yang berpengaruh
pada tumbuh kembang anak, seperti
yang ditunjukan jawaban responden
pada angket.
5 Tingkat Jenjang pendidikan formal terakhir Wawancara Kuesioner 0. Rendah jika ≤ SMP Ordinal
Pendidikan yang pernah diselesaikan oleh ibu 1. Tinggi jika > SMP
Ibu anak dalam sistem (Marwati, 2010)
pendidikan nasional (Marwati,
2010).
6 Tingkat Jenjang pendidikan formal terakhir Wawancara Kuesioner 0. Rendah jika ≤ SMP Ordinal
Pendidikan yang pernah diselesaikan oleh ayah 1. Tinggi jika > SMP
Ayah anak dalam sistem pendidikan (Marwati, 2010)
54
11 Jenis Perbedaan antara perempuan dan laki- Wawancara Kuesioner, 0. Perempuan Ordinal
Kelamin laki berdasarkan ciri fisik biologis KMS 1. Laki-laki
yang tidak dapat ditukar.
56
METODOLOGI PENELITIAN
gizi dengan motorik kasar anak usia 6 sampai 24 bulan di Posyandu Desa Pari
1. Populasi Penelitian
2008). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak usia 6 sampai 24
2. Sampel Penelitian
57
58
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang
ada di dalam populasi itu. Sampel dalam penelitian ini diperoleh dengan
menggunakan rumus uji hipotesis beda dua proporsi (Ariawan, 1998), yaitu:
* √ ( ) √ ( ) ( )+
( )
N = Besar sampel
= Nilai Z pada derajat kepercayaan 1-α/2 atau derajat
kepercayaan α pada uji dua sisi (two tail), yaitu sebesar 5%
= 1.96
= Nilai Z pada kekuatan uji 1- β, yaitu sebesar 95% = 1.28
Ṕ = Proporsi rata diperoleh dari ( )/2
= Proporsi perkembangan motorik kasar anak tidak sesuai
umur dengan status gizi kurang = 0,66 (Lindawati, 2013)
= Proporsi perkembangan motorik kasar anak tidak sesuai
umur dengan status gizi normal = 0,32 (Lindawati, 2013)
minimal yang harus diambil sebanyak 88 anak. Untuk menjaga bila ada
2. Angket digunakan untu mengukur pengetahuan ibu, dan pola asuh ibu.
4. Timbangan dacin digunakan untuk mengukur berat badan anak usia 6 sampai
keluarga, pengetahuan ibu, dan motorik kasar telah digunakan oleh Hotmaria,
yang digunakan dalam penelitian ini telah diuji validitas dan reabilitas.
60
digunakan oleh peneliti lain, kuesioner demografi seperti jenis kelamin, jumlah
anak, tingkat pendidikan, dan pendapatan keluarga serta angket pengetahuan ibu
dan motorik kasar telah digunakan oleh Hotmaria (2009) dan telah melewati uji
Tabel 4.1
Cronbach
No Soal r Hitung r Tabel Keterangan
Alpha
4.1 0.760 Valid
4.2 0.685 Valid
4.3 0.664 Valid
4.4 0.408 Valid
4.5 0.760 Valid
0,213 0.837
4.6 0.760 Valid
4.7 0.664 Valid
4.8 0.573 Valid
4.9 0.750 Valid
4.10 0.336 Valid
soal kuesioner lebih besar dari nilai r tabel, hal ini berarti bahwa pertanyaan
dalam kuesiner dinyatakan valid. Tabel diatas juga menunjukan bahwa nilai
cronbach alpha lebih besar dari r tabel yang berarti bahwa kuesioner ini
dinyaratakan reliabel.
61
Tabel 4.2
Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Pengetahuan Ibu
Cronbach
No soal r hitung r tabel Keterangan
Alpha
Soal2 0.390 Valid
Soal4 0.440 Valid
Soal5 0.390 Valid
Soal6 0.430 Valid
Soal7 0.483 Valid
Soal8 0.662 Valid
0,213 0,445
Soal9 0.225 Valid
Soal10 0.295 Valid
Soal11 0.521 Valid
Soal12 0.306 Valid
Soal14 0.361 Valid
Soal15 0.390 Valid
Pada tabel diatas dapat dilihat hasil r hitung dan Cronbach Alpha dengan
0.213 maka dapat dikatakan maka kuesioner pengetahuan ibu dapat dikatakan
reliabel.
badan, pada anak dan kuisioner serta pengisian angket yang diwawancarakan
software statistik. Gambaran status gizi diperoleh dari pengukuran berat badan
umur anak.
primer dari variabel dependen, dan variabel independen adalah sebagai berikut:
Yaitu membuat klasifikasi data dan memberi kode pada jawaban dari setiap
pertanyaan dalam kuisioner. Pada penelitian ini, kode data dilakukan dengan
software statistik.
Data yang telah di entry dicek kembali untuk memastikan bahwa data
Analisis data dalam penelitian ini berupa analisis univariat, bivariat dan bivariat.
dependen yaitu prestasi belajar dan variabel independen. Pada analisa ini
HASIL PENELITIAN
Pandeglang
bertahap sesuai dengan usia balita yang diukur dengan KKA (Kartu
normal jika perkembangan anak sesuai dengan kurva pada KKA, dan
kasar terlambat pada anak usia 6 sampai 24 bulan di Psyandu Desa Pari
gambaran persentasenya.
64
65
Grafik 5.1
Status Perkembangan Motorik Kasar Pada Anak Usia 6 sampai 24
bulan Di Desa Pari Kecamatan Mandalawangi Kabupaten
Pandeglang
Terlambat,
18.1%
Normal,
81.9%
Grafik 5.1 menunjukkan bahwa anak usia 6 sampai 24 bulan di
5.1.2. Gambaran Status Gizi Pada Anak Usia 6 sampai 24 bulan Di Desa
kurang, 90,4% normal dan 3,2% gemuk. Untuk lebih jelasnya dapat
Grafik 5.2
Status Gizi Pada Anak Usia 6 sampai 24 bulan Di Desa Pari
Kecamatan Mandalawangi Kabupaten Pandeglang
Normal
90.4%
Provinsi Banten sebagian besar memiliki status status gizi normal dan
5.1.3. Gambaran Umur Pada Anak Usia 6 sampai 24 bulan Di Desa Pari
mulai dari lahir sampai survey dilakukan, dihitung dalam bulan. Pada
penelitian ini usia dikategorikan menjadi tiga kelompok yaitu 6-12, 13-18
persentase umur pada anak usia 6 sampai 24 bulan di Psyandu Desa Pari
67
Grafik 5.3
Umur Pada Anak Usia 6 sampai 24 bulan Di Desa Pari Kecamatan
Mandalawangi Kabupaten Pandeglang
19 - 24 6 - 12
Bulan Bulan
23.4% 45.7%
13 - 18
Bulan
30.9%
5.1.4. Gambaran Jenis Kelamin Pada Anak Usia 6 sampai 24 bulan Di Desa
antara perempuan dan laki-laki berdasarkan ciri fisik biologis yang tidak
Grafik 5.4
Jenis Kelamin Pada Anak Usia 6 sampai 24 bulan Di Desa Pari
Kecamatan Mandalawangi Kabupaten Pandeglang
laki-laki
51.1%
perempuan
48.9%
5.1.5. Gambaran Status Berat Bayi Lahir Rendah Pada Anak Usia 6
Pandeglang
Status berat bayi lahir rendah (BBLR) biasanya dinyatakan jika bayi
lahir dan berat badannya saat lahir kurang dari 2500. Berdasarkan hasil
persentase BBLR.
69
Grafik 5.5
Status Berat Bayi Lahir Rendah Pada Anak Usia 6 sampai 24 bulan
Di Desa Pari Kecamatan Mandalawangi Kabupaten Pandeglang
BBLR
6.4%
Normal
93.6%
pengetahuan ibu.
70
Grafik 5.6
Pengetahuan Ibu Pada Anak Usia 6 sampai 24 bulan Di Desa Pari
Kecamatan Mandalawangi Kabupaten Pandeglang
Rendah
4.3%
Sedang
34.0%
Tinggi
61.7%
Pandeglang
pendidikan formal terakhir yang pernah diselesaikan oleh ibu anak dalam
Grafik 5.7
Tingkat Pendidikan Ibu Pada Anak Usia 6 sampai 24 bulan Di Desa
Pari Kecamatan Mandalawangi Kabupaten Pandeglang
Tinggi
35.1%
Rendah
64.9%
Pandeglang
Grafik 5.8
Tingkat Pendidikan Ayah Pada Anak Usia 6 sampai 24 bulan Di
Desa Pari Kecamatan Mandalawangi Kabupaten Pandeglang
Tinggi
56.4%
Rendah
43.6%
Pandeglang
Grafik 5.9
Status Ekonomi Keluarga Pada Anak Usia 6 sampai 24 bulan Di
Desa Pari Kecamatan Mandalawangi Kabupaten Pandeglang
Rendah
36.2%
Tinggi
63.8%
yang tinggi.
5.1.10. Gambaran Jumlah Anak Pada Anak Usia 6 sampai 24 bulan Di Desa
yang telah dilahirkan ibu dalam keluarga. Pembatasan jumlah anak pada
penelitian ini sama dengan batasan pemerintah yaitu dua anak. Menurut
pemaparan lengkapnya.
Grafik 5.10
Jumlah Anak Pada Anak Usia 6 sampai 24 bulan Di Desa Pari
Kecamatan Mandalawangi Kabupaten Pandeglang
Cukup
40.4%
Banyak
59.6%
5.1.11. Gambaran Stimulus Pada Anak Usia 6 sampai 24 bulan Di Desa Pari
peristiwa-peristiwa sosial yang datang dari lingkungan luar diri anak yang
Grafik 5.11
Stimulus Pada Anak Usia 6 sampai 24 bulan Di Desa Pari Kecamatan
Mandalawangi Kabupaten Pandeglang
Kurang
25.5%
Cukup
74.5%
pengasuhnya.
76
anak, dimana kebutuhan anak berbeda dengan orang dewasa. Status gizi
terdapat 14.1% anak usia 6 sampai 24 bulan yang memiliki status gizi
sedangkan 55,6% anak usia 6 sampai 24 bulan yang memiliki status gizi
dari analisis bivariat diperoleh nilai p=0,009, artinya status gizi secara
di Posyandu Desa Pari. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
berikut.
78
paling banyak yaitu sebesar 22,7%, serta dari analisis bivariat diperoleh
nilai p=0,422, artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara umur
24 bulan di Posyandu Desa Pari. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel berikut.
79
terdapat 18,8% anak usia 6 sampai 24 bulan yang berjenis kelamin laki-
17,4% anak usia 6 sampai 24 bulan yang berjenis kelain perempuan dan
kasar anak.
Pandeglang
bulan di Posyandu Desa Pari. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel berikut.
80
terdapat 66.7% anak usia 6 sampai 24 bulan yang memiliki status BBLR
14.8% anak usia 6 sampai 24 bulan yang tidak memiliki status BBLR dan
terdapat 25% anak usia 6 sampai 24 bulan yang memiliki status BBLR
anak usia 6 sampai 24 bulan yang tidak memiliki status BBLR dan
terdapat 23.0% ibu anak usia 6 sampai 24 bulan yang memiliki tingkat
terlambat, sedngkan 9.1% ibu anak usia 6 sampai 24 bulan yang tidak
motorik kasar buruk, serta dari analisis bivariat diperoleh nilai p=0,159
terdapat 26.8% ayah anak usia 6 sampai 24 bulan yang memiliki tingkat
terlambat, sedngkan 11.3% ayah anak usia 6 sampai 24 bulan yang tidak
6.7% anak usia 6 sampai 24 bulan yang memiliki status ekonomi keluarga
tinggi dan memiliki status perkembangan motorik kasar buruk, serta dari
kasar.
Pandeglang
anak usia 6 sampai 24 bulan di Posyandu Desa Pari. Untuk lebih jelasnya
21.1% anak usia 6 sampai 24 bulan yang memiliki jumlah saudara sedikit
16,1% anak usia 6 sampai 24 bulan yang memiliki jumlah saudara bayak
analisis bivariat diperoleh nilai p=0,591 artinya tidak ada hubungan antara
24 bulan di Posyandu Desa Pari. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel berikut.
86
11,4% anak usia 6 sampai 24 bulan yang memiliki stimulus yang kurang
PEMBAHASAN
motorik kasar (gross motor) pada balita. Namun, dalam penelitian tidak
melainkan beberapa saja yang peneliti anggap penting dan mampu untuk
dan menjadi bagian variabel penelitian adalah status gizi, umur, jenis
87
88
ukuran berat badan dan umur anak (BB/U) sebagai indikator, peneliti
6.1.3. Bias
penimbangan banyak bayi yang menangis dan bergerak hal ini dapat
terlatih (kader).
bergantung kepada kejujuran dan daya ingat orang tua anak, karna
Kabupaten Pandeglang
Pembentukan kualitas SDM yang optimal, baik sehat secara fisik maupun
psikologis sangat bergantung dari proses tumbuh kembang anak pada usia dini.
dapat diberikan dengan indikasi yang jelas sedini mungkin pada masa-masa
6.3. Gambaran Status Gizi Pada Anak Usia 6 sampai 24 bulan Di Posyandu
anak yang diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak. Status gizi
pengukuran yang didasarkan pada data antropometri serta biokimia dan riwayat
diet, indikator antropometri yang sering digunakan adalah Berat Badan menurut
90
Umur (BB/U), Tinggi Badan menurut Umur (TB/U), Berat Badan menurut
menurut Umur (BB/U), hasi penelitian menunjukan bahwa kejadian gizi buruk
pada anak dengan rentang umur 6 sampai 12 bulan di Posyandu Desa Pari
adalah 2,1 % dari total seluruh balita pada rentang umur tersebut. Angka gizi
buruk sendiri data penimbangan bulan maret menunjukan 1,6% anak di Desa
Pari berstatus gizi buruk, selain gizi buruk pada anak ada masalah lain terkait
gizi seperti gizi kurang 4,3% dan gizi lebih 3,2%. Jika dijumlahkan sekitar
9,6% masalah terkait status gizi yang ada di Desa Pari, Hal ini terbilang cukup
jika menyentuh angka 10%, jika tidak ditanggapi dengan serius ini dapat
menjadi masalah serius, apalagi status gizi merupakan elemen penting dalam
6.4. Gambaran Umur Pada Anak Usia 6 sampai 24 bulan Di Posyandu Desa
Umur pada anak usia dini (Balita, Batita, Baduta dan Bayi) merupakan
element yang penting, karna dalam usia ini umur sering kali dijadikan tolak
ukur untuk menentukan suatu kondisi atau keadaan pada anak seperti status gizi
dan status tumbuh kembang anak. Umur sangat memegang peranan penting
interpretasi status gizi yang salah. Hasil penimbangan berat badan maupun
tinggi badan yang akurat akan tidak berarti jika tidak disertai dengan penentuan
91
umur yang tepat. Umur juga memiliki peranan yang penting sebagai tolak ukur
Kelompok pertama ada pada rentang umur 6-12 bulan, terdapat 45,7% anak di
Desa Pari dengan rentang umur ini. Kelompok kedua ada pada rentang umur
13-18 bulan, terdapat 30,9% anak pada rentang umur ini di Desa Pari.
Kelompok ketiga dengan rentang umur 19-24 bulan terdapat 23,4% anak
6.5. Gambaran Jenis Kelamin Pada Anak Usia 6 sampai 24 bulan Di Posyandu
aktivitas berjalan di atas papan, olahraga, menari, atau bermain dengan mainan
perempuan. Jenis kelain sering kali dijadikan tolak ukur dalam menilai suatu
92
kondisi yang terjadi pada anak. Dalam penilaian status gizi, jenis kelamin
indikator apapun yang digunakan (BB/U, TB/U, BB/TB) akan selalu di bedakan
Dalam penelitian ini diketahui pada anak rentang umur 6 sampai 24 bulan
perempuan, jadi dapat dilihat bahwa antar jumlah anak dengan jenis kelamin
6.6. Gambaran Status Berat Bayi Lahir Rendah Pada Anak Usia 6 sampai 24
Pandeglang
Gizi ibu yang jelek sebelum maupun pada saat kehamilan lebih sering
kecerdasan dan emosi, bayi dapat dikatakan menderita BBLR jika berat bada
dengan kemampuan berjalan, serta jika dibandingkan dengan bayi atern, bayi
Pada penelitian ini di dapatkan bahwa anak pada rentang umur 6 sampai
dan 93,6% lainnya mempunyai riwayat kelahiran dengan berat yang normal.
Kelahiran BBLR merupakan indikasi kehamilan yang kurang sehat, hal ini
dapat berupa asupan gizi yang tidak baik pada ibu hamil atau terjadi kesakitan
Dengan pengetahuan dan pemahaman yang baik maka akan mudah menerima
segala informasi terutama semua kebutuhan yang dibutuhkan oleh anak untuk
hasil penelitian menunjukan tingkat pengetahuan ibu pada anak dengan rentang
94
usi 6-24 bulan di Posyandu Desa Pari, terdapat 4,3% ibu dengan tingkat
pengetahuan rendah, dan 34% ibu dengan tingkat pengetahuan sedang dan 61%
Jika ditinjau dari data yang diperoleh yaitu sebanyak 58 orang atau 61,7%
kasar anak, dapat dikatakan sebagian besar ibu pada anak dengan rentang usia
kasar.
6.8. Gambaran Tingkat Pendidikan Ibu Pada Anak Usia 6 sampai 24 bulan Di
dan nonformal. Contoh dari lembaga pendidikan formal adalah sekolah Negeri
atau Suasta yang mengacu pada kurikulum Depag atau Dinas Pendidikan dan
pendidikan formal terakhir yang pernah diselesaikan oleh ibu anak dalam
sistem pendidikan nasional. Berdasarkan hasil penelitian 64,9% ibu anak usia 6-
24 bulan di Posyandu Desa Pari memiliki tingkat pendidkan rendah, dan 35,1%
95
sisanya memiliki pendidikan yang tinggi, dapat disimpulkan ibu anak usia 6-24
6.9. Gambaran Tingkat Pendidikan Ayah Pada Anak Usia 6 sampai 24 bulan
pada ayah pun berarti jenjang pendidikan formal terakhir yang pernah
diselesaikan oleh ayah anak dalam sistem pendidikan nasional. Dari pendidikan
Adapun hasil yang didapatkan dari penelitian ini diketahui 43,6% ayah
anak usia 6-24 bulan di Posyandu Desa Pari memiliki tingkat pendidikan yang
rendah dan 56,4% meiliki tingkat pendidikan yang tinggi. Hal ini berbanding
terbalik dengan tingkat pengetahuan ibu, sebagian besar ayah anak usia 6-24
6.10. Gambaran Status Ekonomi Keluarga Pada Anak Usia 6 sampai 24 bulan
Provinsi (UMP) atau Upah Minimum Regional (UMR), upah minium Provinsi
uang dan akses bagi penduduk sekitar untuk berniaga ataupun menjual hasil
kebun dan sawah untuk para petani, jadi tak mengherankan jika sebagian besar
6.11. Gambaran Jumlah Anak dalam Keluarga Pada Anak Usia 6 sampai 24
Pandeglang
Jumlah anak yang banyak pada keluarga yang mempunyai status ekonomi
yang cukup akan mengurangi kasih sayang dan perhatian pada anak. Sedangkan
jumlah anak yang banyak pada keluarga dengan status ekonomi yang kurang
tidak hanya mengurangi perhatian dan kasih sayang juga kebutuhan primer
sandang, pangan, pun tak terpenuhi. Jadi banyaknya anak dalam satu keluarga
Berdasarkan data penelitian 40% keluarga anak dengan rentang usia 6-24
bulan di Posyandu Desa Pari memiliki anak 2 atau kurang, sedangkan 59,6%
keluarga anak dengan rentang usia 6-24 bulan di Posyandu Desa Pari
jumlah anak dalam satu kepala keluarga di Desa Pari Kecamatan Mandalawangi
97
atau lebih.
6.12. Gambaran Stimulus Pada Anak Usia 6 sampai 24 bulan Di Posyandu Desa
Anak yang mendapat stimulasi yang terarah dan teraturakan lebih cepat
stimulus dalam penelitian ini adalah merupakan cara orang tua mengasuh
Hasil penelitian ini menunjukan 25,5% anak usia 6-24 bulan di Posyandu
mendapat stimulasi yang kurang dan 74.5% anak usia 6-24 bulan di Posyandu
mendapat stimulasi yang cukup. Dapat dikatakan anak usia 6-24 bulan di
motorik kasarnya lambat pada periode tertentu sebanyak 34 anak (77,3 %).
Sedangkan jumlah baduta yang motorik kasarnya normal dari awal periode
perkembangan hanya 10 anak (22,7 %). Sebagian besar status gizi anak baduta
98
di Puskesmas Kampung Sawah baik, yaitu 90,9 %, hanya 9,1 % saja yang
kurang baik. Sedangkan untuk pola asuh juga cukup baik, yaitu 54,5 %, dan
kasar.
6.13. Hubungan Status Gizi Dengan Status Perkembangan Motorik Kasar Pada
badan menurut umur (BB/U) berdasarkan Z-score baku rujukan WHO NHCS.
Menurut BAPPENAS dalam materi Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi
makanan anak dan penyakit infeksi yang mungkin diderita anak. Penyebab gizi
kurang tidak hanya disebabkan makanan yang kurang tetapi juga karena
Setelah dilakukan uji chi-square pada variabel status gizi dan motorik
kasar didapatkan sel yang mempunyai nilai harapan (nilai E) kurang dari 5
sel tersebut. Maka status gizi dirubah menjadi dua kategorik yaitu, 0 = status
gizi bermasalah (gabungan dari 0,1 dan 3) dan 1 = status gizi baik.
status perkembangan motorik kasar anak dengan nilai p 0,009 artinya adanya
kasar anak pada anak usia 6 sampai 24 bulan di Posyandu Desa Pari Kecamatan
bahwa tingkat perkembangan motorik anak dengan status gizi kurang tidak
perkembangan motorik anak dengan status gizi normal tidak sesuai hanya
terjadi pada 32.8% responden. Dengan hasil hitung 0,004 dan p value 0,01
motorik kasar.
status gizi anak sebagian besar baik sebanyak 32 anak (78,0%), perkembangan
motorik kasar anak sebagian besar normal sebanyak 30 anak (73,2%), dan ada
motorik kasar pada anak di Posyandu Mukti Asih Kelurahan Genuk Sari
dkk. (2010) dengan jumlah subjek 321 anak usia 6 sampai 24 bulan dan yang
memenuhi kriteria inklusi 308 anak, terdiri dari 164 laki-laki (53,2%) dan 144
berdasarkan BB/PB, hasil normal 277 anak (89,9%) dan kurus 31 anak
(10,10%). Dari 31 anak dengan status gizi kurang, di antara 2 anak di antaranya
Seperti yang telah dipaparkan bahwa menurut hasil penelitian status gizi
motorik kasar anak maka harus dimulai dengan memperbaiki status gizi anak
program baru di dalam dunia kesehatan, yang bertujuan untuk menangani kasus
gizi buruk atau gizi kurang bagi anak-anak Balita yang ada di seluruh
gizi buruk yang berada di satu lingkungan bisa mencontoh perilaku hidup sehat
101
penuh untuk mengatasi masalah gizi buruk, sangat jauh berbeda dengan
keluarga penderita gizi buruk. Di samping itu juga, program PMT sangat
mubazir dalam hal pembiayaan, karena semua keluarga penderita gizi buruk
bagi balita gakin. Sedangkan dalam upaya kuratif dan rehabilitatif terdapat
program penemuan aktif dan rujukan kasus gizi buruk, perawtan balita gizi
perkembangan motorik kasar anak yang optimal maka dierlukan peran berbagai
memberikan ASI ekslusif dan MP-ASI, memberikan gizi yang seimbang padda
apotek dan pasar hidup, peningkatan daya beli keluarga dan menjadi keluara
siaga.
Anak memiliki suatu ciri yang khas yaitu selalu tumbuh dan berkembang
sejak konsepsi sampai berakhirnya masa remaja. Hal ini yang membedakan
anak dengan dewasa. Anak bukan dewasa kecil. Pertumbuhan terjadi secara
merupakan hasil interaksi kematangan susunan saraf pusat dengan organ yang
bicara, emosi dan sosialisasi. Semua fungsi tersebut berperan penting dalam
umur dan staus perkembangan motorik kasar pada anak usia 6 sampai 24 bulan
bahwa pada anak usia 12-18 bulan yang terdiri atas 22 anak (51%) laki-laki dan
21 anak (49%) perempuan. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan yang bermakna (p >0.05) pada sebaran sampel menurut umur dan
yang mempengaruhi motorik kasar, tapi berdasarkan hasil penelitian ini tidak
akan lebih cepat. Dalam hal ini jenis kelamin mempunyai peranan tersendiri
104
tumbuh kembang anak selain umur, jenis kelamin merupakan faktor yang harus
jenis kelamin dengan status perkembangan motorik kasar anak pada anak usia 6
anak.
6.16. Hubungan Status Berat Bayi Lahir Rendah Dengan Status Perkembangan
Motorik Kasar Pada Anak Usia 6 sampai 24 bulan Di Posyandu Desa Pari
derajat kesehatan anak, karena merupakan cerminan dari status kesehatan anak
saat ini (Hidayat, 2008). Angka kematian bayi di Indonesia saat ini masih
tergolong tinggi. Angka kematian bayi di Indoesia tercatat 16,3 per 1000
kelahiran bayi pada tahun 2008, ini memang bukan gambaran yang indah
105
bagian ASEAN.
Menurut data WHO tahun 2007 prevalensi bayi berat lahir rendah
pada bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram. BBLR termasuk faktor
antara satu daerah dengan daerah lain, yaitu berkisar antara 9%-30%, hasil studi
Secara nasional berdasarkan analisa lanjut SDKI, angka BBLR sekitar 7,5 %.
Angka ini lebih besar dari target BBLR yang ditetapkan pada sasaran program
dibandingkan pada bayi dengan berat badan lebih dari 2500 gram. BBLR juga
anak pada anak usia 6 sampai 24 bulan di Posyandu Desa Pari Kecamatan
perkembangan motorik kasar 8,18 kali lebih besar dibandingkan anak normal.
motorik kasar anak maka perlu diadakan penanganan serius terhadap kejadian
berat bayi lahir rendah (BBLR). Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah
kelahiran prematur. Faktor ibu yang lain adalah umur, paritas, dan lain-lain.
1. Faktor ibu
a. Penyakit
Faktor kebiasaan ibu juga berpengaruh seperti ibu perokok, ibu pecandu
2. Faktor janin
kromosom.
3. Faktor lingkungan
Yang dapat berpengaruh antara lain; tempat tinggal di daratan tinggi, radiasi,
Dari berbagai faktor resiko diatas adapun langkah preventif yang dapat
motorik kasar didapatkan sel yang mempunyai nilai harapan (nilai E) kurang
memperbesar harapan dari sel-sel tersebut. Maka status gizi dirubah menjadi
baik.
pengetahuan ibu dengan perkembangan motorik kasar anak pada anak usia 6
Hasil penelitian ini selaras dengan hasil penelitian Hotmaria (2010) hasil
motorik kasar anak sebesar 0,569 yang artinya tidak ada hubunngan bermakna
Hal ini bertolak belakang dengan penelitian Havni Van Gobel (2012)
perkembangan motorik kasar bayi usia 6-9 bulan di posyandu kelurahan libuo
tahun 2012.
109
antara pengetahuan ibu dan perkembangan motorik kasar anak usia 3 – 5 tahun
Semarang. Hubungan ini mempunyai arah yang positif artinya semakin baik
pengetahuan ibu maka semakin baik perkembangan motorik kasar anak usia 3 –
5 tahun.
Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
semakin baik dan benar tindakan yang diambil seseorang, dalam pembahasan
ini dapat diartikan semakin baik pengetahuan ibu, semakin baik pula tindakan
yang diberikan pada anak yang akan berkibat baiknya status perkembangan
motorik anak. Akan tetapi hasil penelitian ini menunjukan tidak ada hubungan
antara keduanya. Sebagian besar profesi penduduk Desa Pari adalah bertani dan
tingkat pendidikan ibu dengan perkembangan motorik kasar anak pada anak
Hal ini selaras dengan hasil penelitian Darmawan dkk (2010) Pendidikan
ibu 63% lebih dari SMU, cukup baik untuk mendidik anak walaupun tidak ada
0,188.
Namun hal ini bertolak belakang dengan hasil penelitian Havni Van
Gobel (2012) terdapat 18 orang (77%) berpendidikan SD dan 5 orang (23%) ibu
sampel keluarga miskin yang tidak sekolah, sedangkan pada keluarga tidak
temyata terdapat perbedaan yang bemlakna (p< 0.05) antara tingkat pendidikan
orangtua (ayah dan ibu) sampel di keluarga miskin dan tidak miskin.
111
Motorik Kasar Pada Anak Usia 6 sampai 24 bulan Di Posyandu Desa Pari
berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai dan
perubahan sikap dan perilaku hidup sehat. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi
berpendidikan tinggi hal ini akan berdampak baik bagi tumbuh kembang anak,
karena secara teoritis semakin tinggi pendidikan ayah maka semakin banyak
pendidikan ayah dengan perkembangan motorik kasar anak pada anak usia 6
perkembangan motorik kasar anak, diduga hal ini karena ayah jarang berperan
aktif secara langsung terhadap tumbuh kembang anak pada usia ini.
Motorik Kasar Pada Anak Usia 6 sampai 24 bulan Di Posyandu Desa Pari
prestasi kerjanya selama satu periode tertentu, baik harian, mingguan, bulanan
pribadi, yaitu; semua jenis pendapatan yang diperoleh tanpa memberikan suatu
yaitu; pendapatan pribadi dikurangi pajak yang harus dibayarkan oleh para
barang-barang jadi dan jasa-jasa yang diproduksikan oleh suatu Negara dalam
status ekonomi keluarga dengan perkembangan motorik kasar pada anak usia 6
113
Hal ini bertolak belakang dengan hasil peniitian Darmawan dkk. (2010)
31,5% namun tidak ada hubungan antara status ekonomi dengan gangguan
baik dalam keluarga akan menjamin asupan makanan untuk anggota keluarga,
asupan gizi keluarga, khususnya asupan gizi anak. Asupan gizi yang baik akan
mendukung anak memiliki status gizi yang baik, status gizi yang baik akan
dengan penghasilan yang baik akan memiliki anak dengan status perkembangan
anak usia 6 sampai 24 bulan memiliki pendapatan yang tinggi dan sebagian
besar status perkembangan motorik kasar pada anak usia 6 sampai 24 bulan di
Motorik Kasar Pada Anak Usia 6 sampai 24 bulan Di Posyandu Desa Pari
dalam keluarga dan perkembangan motorik kasar anak pada anak usia 6 sampai
Hasil ini senada dengan hasil penelitian Darmawan dkk. (2010) yang
dari satu dengan gangguan perkembangan anak sebesar 8,4% dan jumlah anak
satu dengan gangguan perkembangan anak sebesar 1,2%. Dengan p value 0,188
tidak ada hubungan antara jumlah anak dengan gangguan perkembangan anak.
jumlah anak akan mempengaruhi pembagian perhatian dan kasih sayang orang
tua atau pengasuh pada anak. Semakin banyak anak semakin sedikit porsi
perhatian yang akan diterima oleh anak, hal ini akan lebih parah jika terjadi
pada keluarga dengan status ekonomi rendah, selain kekurangan perhatian dan
kasih sayang anak akan kekuarangan ketersediaan makanan. Hal ini akan
tua sangatlah penting. Dalam merencanakan kegiatan fisik atau motorik seorang
orang tua membutuhkan latar belakang yang kuat untuk memilih kegiatan fisik
atau motorik yang bermakna dan sesuai bagi anak didiknya. Orang tua juga
sehingga dapat menentukan jenis kegiatan dan ukuran keberhasilan yang sesuai
motorik anak yang dapat dilakukan melalui bermain. Disekolah, orang tualah
yang menentukan apa aktivitas fisik atau olahraga yang dapat dilakukan anak
seperti jenis olahraga, menggambar, melipat kertas dan lain – lain. Peran orang
tualah yang dapat mengarahkan dan menumbuhkan minat anak untuk mengikuti
semua kegiatan fisik motorik tersebut dengan tujuan agar gerakan motorik kasar
stimulasi pada anak dan perkembangan motorik kasar anak pada anak usia 6
116
Penelitian ini senada dengan hasil penelitian Yeti Rokhyani (2008) yang
motorik kasarnya lambat pada periode tertentu sebanyak 34 anak (77,3 %).
Sedangkan jumlah baduta yang motorik kasarnya normal dari awal periode
perkembangan hanya 10 anak (22,7 %). Sebagian besar status gizi anak baduta
di Puskesmas Kampung Sawah baik, yaitu 90,9 %, hanya 9,1 % saja yang
kurang baik. Sedangkan untuk pola asuh juga cukup baik, yaitu 54,5 %, dan
kasar.
bahwa stimulus baik dengan gangguan perkembangan anak sebesar 0,6% dan
perkembangan anak.
Stimulasi dari orang tua merupakan pondasi awal untuk tumbuh kembang
terpenuhinya stimulsi yang baik bagi anak. Desa Pari merupakan Desa dengan
mayoritas penduduk sebagai petani dan pedagang yang hampir sebagian besar
117
waktunya di habiskan di ladang dan pasar sehingga quality time dengan anak
amat sedikit, sehingga anak lebih sering diasuh oleh orang lain yang belum
tentu memahami pentingnya stimulasi anak sejak dini seperti orang tua atau
ibunya.
BAB VII
7.1. Kesimpulan
7.1.2. 2,1% anak usia 6 sampai 24 bulan di Posyandu Desa Pari memiliki
status gizi buruk, 4,3% gizi kurang dan 3,2% gizi lebih. 6,4% anak
7.1.3. 25,5% anak usia 6 sampai 24 bulan di Posyandu Desa Pari masih
kurang stimulasi dari para pengasuhnya. 59,6% orang tua anak usia 6
anak atau lebih. 63,8% keluarga dengan anak usia 6 sampai 24 bulan
118
119
ibu anak usia 6 sampai 24 bulan di Posyandu Desa Pari sebagian besar
Pari adalah, status gizi, riwayat BBLR, status ekonomi keluarga dan
7.2. Saran
deviance pada anak dengan indikasi gizi buruk dan gizi kurang.
dengan gizi baik. Hal ini dinilai akan efektif mengingat interaksi
warga yang masih terjalin baik ini proses perubahan prilaku dan
Selain itu Desa Pari merupakan desa dengan tanah yang subur dan
gizi.
deteksi dini terhadap ibu hamil dapat dilakukan pada saat pemeriksaan
besar dimulai pada pagi hari yang mana juga biasanya bertepatan
mendapatkan hasil yang maksimal pada deteksi dini BBLR pada ibu
Pari, untuk ibu yang bekerja biasanya anak diasuh oleh nenek atau
kakak anak tersebut yang mana seringkali sang kakak belum mengerti
dapat dilakukan adalah pada saat penyuluhan tidak hanya ibu yang
pemberian stimulus pada anak dimulai dari saat ibu hamil yang
dan diberikan saran tindakan pada saat Posyandu, hal ini dapat
Buku KIA. Untuk penilain hasil stimulasi pada nak dapat dilakukan
Almatsier, S. 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: P.T. Gramedia Pustaka
Utama.
Ariawan, Iwan. 1998. Besar dan Metode Sampel pada Penelitian Kesehatan.
Depok: Jurusan Biostatistik dan Kependudukan FKM UI.
Amin dkk, 2003. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. FKUI. Jakarta.
Azhari. 2001. Hubungan antara Faktor Internal dan Eksternal dengan Prestasi
Belajar Siswa di SPK Depkes Lubuk Linggau Tahun 2001. Tesis.
Depok: FISIP UI
Bambang Sujiono 2007, Merawat Bayi Tanpa Baby Sitter, Yogyakarta: Media
Pressindo.
Beck, M.E. 2000. Ilmu Gizi dan Diet. Jakarta : Yayasan Essential Medika
Depkes RI, 2005 Pedoman Perbaikan Gizi Anak Sekolah Dasar dan Madrasah
Ibtidaiyah. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kesehatan
Masyarakat Direktorat Gizi Masyarakat.
Depkes RI, 2004. Analisa Status Gizi dan Kesehaan Masyarakat, Depkes RI,
Jakarta.
Depkes RI, 2010. Riset Kesehatan Dasar 2010. Jakarta: Badan Penelitian Dan
Pengembangan Kesehatan. Kemenkes RI.
Depkes RI, 2011. Profil Kesehatan Kabupaten Pandeglang 2011, Seksi gizi dan
lansia. Pandeglang
Direktorat Jendral Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak. 2011. Keputusan
Mentri Kesehatan Republik Indonesia Tentang Standar Baku
Antopometri Penilaian Gizi Anak. Jakarta: Kementrian Kesehatan
RI.
122
123
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), 2004. Bayi Berat Lahir Rendah. Dalam :
Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Edisi I. Jakarta.
Meadow dan Newell. 2005. Lecture Notes: Pediatrika, Jakarta: PT. Airlangga,.
Rokhani, Yeti. 2008. Hubungan status gizi dan pola asuh terhadap
perkembangan motorik kasar anak usia 3-18 bulan di Puskesmas
Kampung Sawah Tahun 2008. Skripsi. Jakarta: Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehan. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Supariasa et all, 2001. Penilaian Status gizi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Sylvia, N.I.I. 2010. Hubungan Status Gizi Dengan Perkembangan Motorik Kasar
Anak Usia 2-5 Tahun di Posyandu Desa Bentarsari, Kecamatan
Salem, Kabupaten Berebes. Skripsi. Surakarta: Fakultas
Kedokteran, UMS, Surakarta.
Sunardi dan Sunaryo, 2007 Intervensi Dini Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta:
Depdiknas.
Potter dan Perry, 2005. Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik
edisi 4. Jakarta: EGC.
Saya adalah mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah. Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu kegiatan dalam
menyelesaikan tugas akhir di Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi hubungan status gizi
dengan gerak motorik kasar anak usia 1-2 tahun.
Saya mengharapkan kesediaan saudara untuk memberikan jawaban atau tanggapan sesuai dengan
pendapat saudara sendiri. Saya menjamin kerahasiaan pendapat dan identitas saudara. Informasi yang saudara
berikan hanya akan dipergunakan untuk pengembangan ilmu kesehatan masyarakat dan tidak akan dipergunakan
untuk maksud-maksud lain. Partisipasi saudara dalam penelitian ini bersifat sukarela, sehingga saudara bebas
untuk menerima atau menolak menjadi peserta penelitian ini. Jika saudara bersedia menjadi responden penelitian
ini, maka silahkan saudara menandatangani formulir ini.
Tanggal :
Pewawancara :
No Responden :
Alamat :
Tanda Tangan :
125
126
Tanggal :
No Responden :
I. Kuisioner Demografi
Petunjuk pengisian: isilah data di bawah ini dengan lengkap. Berilah tanda cek (√) pada tanda kurung
yang tersedia sesuai dengan situasi dan kondisi anda saat ini.
A. Ibu
1. No Responden : A1
2. Nama Responden : A2
3. Pendidikan Ibu : ( ) SD A3
( ) SMA
( ) SMP
( ) Sarjana
4. Pendidikan Ayah : ( ) SD A4
( ) SMA
( ) SMP
( ) Sarjana
5. Penghasilan : ( ) < Rp.1.000.000 A5
keluarga/Bulan ( ) Rp.1.000.000 – Rp.2.000.000
( ) > Rp.2.000.000
6. Jumlah Anak di : A6
Keluarga __ __ Anak
B. Anak
1 Jenis Kelamin ( ) Laki-laki B1
( ) Perempuan
2 Usia anak __ __ Bulan B2
3 Berat Badan __ __ Kg B3
4 Berat Bayi Lahir __ __ __ __ gram B4
127
statMK
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
statBBU
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
statBBLR
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
JK
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
131
132
kelUMUR
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
statPIBU
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
penIBU
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
penAYAH
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
pengKEL
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
jumaKEL
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
statstim
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
statMK
Total Count 17 77 94
Chi-Square Tests
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.63.
statMK
normal Count 13 75 88
Total Count 17 77 94
Chi-Square Tests
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.09.
JK * statMK Crosstabulation
statMK
JK laki-laki Count 9 39 48
perempuan Count 8 38 46
Total Count 17 77 94
Chi-Square Tests
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.32.
statMK
13-18 Count 3 26 29
19-24 Count 5 17 22
Total Count 17 77 94
Chi-Square Tests
N of Valid Cases 94
statMK
baik Count 8 50 58
Total Count 17 77 94
Chi-Square Tests
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.51.
statMK
tinggi Count 3 30 33
Total Count 17 77 94
Chi-Square Tests
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.97.
statMK
tinggi Count 6 47 53
Total Count 17 77 94
Chi-Square Tests
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.41.
statMK
tinggi Count 4 56 60
Total Count 17 77 94
Chi-Square Tests
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.15.
statMK
banyak Count 9 47 56
Total Count 17 77 94
Chi-Square Tests
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.87.
statMK
cukup Count 8 62 70
Total Count 17 77 94
Chi-Square Tests
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.34.