You are on page 1of 8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kesuburan Tanah


Kesuburan tanah adalah kemampuan suatu tanah untuk
menyediakan unsur hara, pada takaran dan kesetimbangan tertentu secara
berkesinambung, untuk menunjang pertumbuhan suatu jenis tanaman pada
lingkungan dengan faktor pertumbuhan lainnya dalam keadaan
menguntungkan (Poerwowidodo, 1992). Makin tinggi ketersediaan hara,
maka tanah tersebut makin subur dan sebaliknya. Kandungan unsur hara
dalam tanah selalu berubah ubah, tergantung pada musim, pengolahan tanah
dan jenis tanaman (Rosmakam dan Yuwono, 2002).
Kesuburan tanah adalah suatu keadaan tanah dimana tata air, udara
dan unsur hara dalam keadaan cukup seimbang dan tersedia sesuai
kebutuhan tanaman, baik fisik, kimia dan biologi tanah (Syarif Effendi,
1995). Keadaan fisika tanah meliputi kedalaman efektif, tekstur, struktur,
kelembaban dan tata udara tanah. Keadaan kimia tanah meliputi reaksi tanah
(pH tanah), KTK, KB, bahan organik, banyaknya unsur hara, cadangan
unsur hara dan ketersediaan terhadap pertumbuhan tanaman. Sedangkan
biologi tanah antara lain meliputi aktivitas mikrobia perombak bahan
organik dalam proses humifikasi dan pengikatan nitrogen udara.
2.1.1. Sifat Fisik Tanah
Sifat fisik tanah perlu diperhatikan untuk mengetahui kualitas tanah
sebagai tempat tumbuh vegetasi dari sisi fisik tanah. Tanah pada wilayah
pesisir pantai merupakan tanah yang bertekstur pasir, dimana tanah jenis ini
mempunyai daya pengikatan terhadap lengas tanah yang relatif rendah,
karena permukaan kontak antara permukaan tanah dengan air pada tanah
yang teksturnya lebih halus dan tanah pasir tersebut didominasi oleh pori
makro. Sehingga air yang masuk ke tanah pasir akan segera mengalami
perkolasi, sementara itu air kapiler akan mudah lepas karena evaporasi
(Islami dan Istomo, 1995). Akibat kondisi ini maka diperlukan uji sifat fisik
agar diketahui kapabilitas tanah sebagai tempat tumbuh vegetasi.
Poin-poin yang diuji dari sampel tanah berkaitan dengan daya serap air
terhadap tanah karena salah satu target penelitian adalah mengetahui
penyebab genangan air pada wilayah penelitian dan kemapuannya dalam
menyimpan unsur hara. Sehingga, indikator-indikator sifat fisik tanah yang
akan dianalisis adalah sebagai berikut:
1. Bulk Density
Bulk density merupakan rasio bobot kering mutlak (suhu 105oC)
suatu unit tanah terhadap volume total, yang sering dinyatakan dalam
gr/cm3 (Hillel, 1980). Nilai bulk density berpengaruh terhadap
kemampuan penetrasi akar di dalam tanah serta drainase dan aerasi
tanah (Grossman dan Reinsch, 2002). Menuru Foth (1994) tanah
dengan ruang pori yang rendah dan berat tanah setiap satuan ang tinggi
menyebabkan meningkatnya bulk density tanah. Tanah dengan bulk
density yang besar akan sulit meneruskan air atau sulit ditembus akar
tanaman, sebaliknya tanah dengan bobot isi rendah, akar tanaman lebih
mudah berkembang (Hardjowigeno 2007).
2. Tekstur Tanah
Tekstur adalah perbandingan relatif antara fraksi pasir, debu dan
liat, yaitu partikel tanah yang diameter efektifnya ≤ 2 mm. Tekstur
tanah berhubungan erat dengan pergerakan air dan zat terlarut, udara,
pergerakan panas, berat volume tanah, luas permukaan spesifik
(specific surface), kemudahan tanah memadat (compressibility), dan
lain-lain (Hillel, 1982).
3. Porositas Tanah
Porositas adalah proporsi ruang pori total (ruang kosong) yang
terdapat dalam satuan volume tanah yang dapat ditempati oleh air dan
udara (Hanafiah 2007). Menurut Hardjowigeno (2007), porositas tanah
dipengaruhi oleh kandungan bahan organik, struktur, dan tekstur tanah.
Porositas tanah tinggi jika bahan organik tinggi. Tanah-tanah dengan
struktur remah atau granular mempunyai porositas yang lebih tinggi
daripada tanah-tanah yang berstruktur pejal.
Pori tanah dapat dibedakan menjadi pori kasar (macro pore) dan
pori halus (micro pore). Pori kasar berisi udara atau air gravitasi (air
yang mudah hilang karena gaya gravitasi), sedang pori halus berisi air
kapiler dan udara (Hardjowigeno 2007). Ruang pori tanah yaitu bagian
dari tanah yang ditempati oleh air dan udara, sedangkan ruang pori total
terdiri atas ruangan diantara partikel pasir, debu, dan liat serta ruang
diantara agregat-agregat tanah (Soepardi 1983).
4. Pori Drainase
Pori tanah berpasir memiliki pori makro yang lebih besar
dibandingkan dengan pori mikronya, sehingga air memiliki infiltrasi
yang baik namun tanah tidak mampu menyimpan air yang terserap
(Hardjowigeno 2003).
5. Permeabilitas Tanah
Menurut Hardjowigeno (2003), permeabilitas adalah kecepatan laju
air dalam medium massa tanah. Sifat ini penting dalam keperluan
drainase dan tata air tanah. Bagi tanah-tanah yang bertekstur halus
biasanya mempunyai permeabilitas lebih lambat dibanding tanah
bertekstur kasar.
6. Profil Tanah
Profil tanah adalah penampang melintang tanah yang
menampakkan lapisan-lapisan tanah (horizon). Sedangkan horizon
adalah lapisan-lapisan tanah yang berbeda susunan fisika dan kimianya
yang terletak sejajar permukaan tanah sebagai akibat dari proses
perkembangan tanah (Mustafa dkk, 2012). Horizon tanah ditunjukkan
oleh Gambar 2.1 berikut.
Gambar 2 Horizon Tanah
Sumber: www.pojokilmu.com

Dari Gambar tersebut, dapat dilihat adanya lapisan-lapisan tanah yang terdiri
dari lapisan O-A-E-B-C-R, dimana:
 Lapisan O : Serasah / sisa-sisa tanaman (Oi) dan bahan organik tanah
(BOT) hasil dekomposisi serasah (Oa)
 Lapisan A : Horison mineral ber BOT tinggi sehingga berwarna agak gelap
 Lapisan E : Horison mineral yang telah tereluviasi (tercuci) sehingga kadar
(BOT, silikat, Fe dan Al) rendah tetapi pasir dan debu kuarsa (seskuoksida)
dan mineral resisten lainnya tinggi, berwarna terang
 Lapisan B : Horison illuvial atau horison tempat terakumulasinya bahan-
bahan yang tercuci dari harison diatasnya (akumulasi bahan eluvial).
 Lapisan C : Lapisan yang bahan penyusunnya masih sama dengan bahan
induk (R) atau belum terjadi perubahan
 Lapisan R : Bahan Induk tanah

2.1.2. Sifat Kimia Tanah


Uji sifat kimia tanah dilakukan dengan pendekatan bahwa jika
kandungan unsur kimia yang terkait dengan kesuburan tanah tinggi maka
tanah diperkirakan dapat ditumbuhi dengan baik oleh vegetasi. Adapun
indikator-indikator sifat kimia tanah yang akan dianalisis adalah sebagai
berikut.
1. pH Tanah
Nilai pH berkisar dari 0-14 dengan pH 7 disebut netral sedangkan
pH kurang dari 7 disebut masam dan pH lebih dari 7 disebut alkalis. Di
Indonesia pada umumnya tanah disebut masam pada pH berkisar antara
4,0 – 5,5 sedangkan tanah dengan pH 6,0 – 6,5 dikatakan netral. Sebagai
contoh, di daerah rawa-rawa sering ditemukan tanah dengan pH kurang
dari 3,0 yang disebut tanah sangat masam karena banyak mengandung
asam sulfat. Di daerah yang sangat kering kadang-kadang pH tanah
sangat tinggi (pH lebih dari 9,0) karena banyak mengandung garam Na
(Hakim et. al, 1986).
2. Salinitas Tanah
Salinitas tanah atau kadar garam di dalam tanah berpasir dapat
dipengaruhi oleh adanya gelombang pasang surut air laut maupun
abrasi pantai. Kandungan garam yang terkandung di dalam tanah dapat
berpengaruh terhadap kemampuan tanah tersebut dalam menopang
pertumbuhan vegetasi. Tingkat salinitas tanah yang tinggi
memungkinkan hanya sedikit vegetasi yang mampu tumbuh di wilayah
tersebut (Slavich dkk, 2006).
3. Kapasitas Tukar Kation
Kapasitas Tukar Kation (KTK) suatu tanah dapat didefinisikan
sebagai suatu kemampuan koloid tanah menyerap dan mempertukarkan
kation (Hakim et al 1986). Kapasitas tukar kation (KTK) merupakan
sifat kimia yang sangat erat hubungannya dengan kesuburan tanah.
Tanah-tanah dengan kandungan bahan organik atau kadar liat tinggi
mempunyai KTK lebih tinggi daripada tanah-tanah dengan kandungan
bahan organik rendah atau tanah-tanah berpasir (Hardjowogeno, 2007).
Tekstur tanah juga berpengaruh terhadap KTK tanah. Semakin halus
tekstur tanah semakin tinggi pula KTK nya seperti ditunjukkan oleh
Tabel 2 berikut.
Tabel 2 Pengaruh Tekstur Tanah Terhadap Kapasitas Tukar Kation
Tekstur Kapasitas Tukar Kation
Pasir 0-5
Lempung Berpasir 5-10
Lempung dan Lempung Berdebu 10-15
Lempung Berliat 15-20
Liat 15-40
Sumber: Hasibuan (2006)
Pada tanah dengan nilai KTK relatif rendah, proses penyerapan
unsur hara oleh koloid tanah tidak berlangsung intensif, dan akibatnya
unsur-unsur hara tersebut akan dengan mudah tercuci dan hilang
bersama gerakan air di tanah (infiltrasi, perkolasi), dan pada gilirannya
hara tidak tersedia bagi pertumbuhan tanaman. Nilai KTK pada tapak
terganggu umumnya lebih rendah jika dibandingkan dengan pada tapak
tidak terganggu. Turunnya nilai KTK tanah tersebut dapat disebabkan
karena menurunnya kandungan bahan organik tanah sebagai akibat dari
kegiatan fisik di badan tanah (Utami, 2009).
4. C-Organik
Bahan organik adalah segala bahan-bahan atau sisa-sisa yang
berasal dari tanaman, hewan dan manusia yang terdapat di permukaan
atau di dalam tanah dengan tingkat pelapukan yang berbeda (Hasibuan,
2006). Bahan organik merupakan bahan pemantap agregat tanah yang
baik. Sekitar setengah dari Kapasitas Tukar Kation (KTK) berasal dari
bahan organik (Hakim et al, 1986). Kandungan bahan organik dalam
tanah merupakan salah satu faktor yang berperan dalam menentukan
keberhasilan suatu budidaya tanaman. Hal ini dikarenakan bahan
organik dapat meningkatkan kesuburan kimia, fisika maupun biologi
tanah.
Menurut Musthofa (2007), kandungan bahan organik dalam bentuk
C-organik di tanah harus dipertahankan agar tidak kurang dari 2%, agar
kandungan bahan organik dalam tanah tidak menurun dengan waktu
akibat proses dekomposisi. Kandungan bahan organik dapat
meningkatkan KTK tanah.
5. N-Total
Menurut Hardjowigeno (2003), nitrogen di dalam tanah terdapat
dalam berbagai bentuk yaitu protein (bahan organik), senyawa-senyawa
amino, amonium (NH4+) dan nitrat (NO3-). Bentuk N yang diabsorpsi
oleh tanaman berbeda-beda. Ada tanaman yg lebih baik tumbuh bila
diberi NH4+ ada pula tanaman yang lebih baik diberi NO3- dan ada
pula tanaman yang tidak terpengaruh oleh bentuk-bentuk N ini
(Leiwakabessy 2003).
Fungsi N adalah untuk memperbaiki pertumbuhan vegetatif
tanaman (tanaman yang tumbuh pada tanah yang cukup N akan
berwarna lebih hijau) dan membantu proses pembentukan protein
(Hardjowigeno, 2007).
6. Fosfor (P)
Fosfat berperan dalam proses fotosintesis, perubahan-perubahan
karbohidrat dan senyawa-senyawa yang berhubungan dengannya,
glikolisis, metabolisme asam amino, metabolisme lemak, metabolisme
sulfur, oksidasi biologis dan sejumlah reaksi dalam proses hidup.
Fosfor penting dalam proses transfer energi, suatu proses vital dalam
hidup dan pertumbuhan (Leiwakabessy et al. 2003).
Menurut Hardjowigeno (2003), unsur-unsur P di dalam tanah
berasal dari bahan organik (pupuk kandang dan sisa-sisa tanaman),
pupuk buatan (TSP dan DS) dan mineral-mineral di dalam tanah
(apatit). Unsur Fosfat (P) paling mudah diserap oleh tanaman pada pH
sekitar netral (pH 6-7).
7. Kalsium (Ca)
Mineral Ca, Mg, dan K bersaing untuk memasuki tanaman. Apabila
salah satu unsur berada pada jumlah yang lebih rendah dari pada yang
lain, maka unsur yang kadarnya lebih rendah sukar diserap
(Leiwakabessy et al. 2003). Kalsium bermanfaat dalam mengaktifkan
pembentukan bulu-bulu akar dan biji serta menguatkan batang dan
membantu keberhasilan penyerbukan, membantu pemecahan sel,
membantu aktivitas beberapa enzim (RAM, 2007). Biasanya tanah
bersifat masam memiliki kandungan Ca yang rendah.
8. Magnesium (Mg)
Di dalam tanah magnesium berada dalam bentuk anorganik (unsur
makro), namun dalam jumlah yang cukup signifikan juga berasosiasi
dengan materi organik dalam humus (Sutcliffe dan Baker, 1975).
Magnesium merupakan unsur pembentuk klorofil. Seperti halnya
dengan beberapa hara lainnya, kekurangan magnesium mengakibatkan
perubahan warna yang khas pada daun. Kadang-kadang pengguguran
daun sebelum waktunya merupakan akibat dari kekurangan magnesium
(Hanafiah 2007).

2.2 Penambangan Pasir Besi


Pasir Besi adalah endapan pasir yang mengandung partikel bijih besi
(magnetit), yang terdapat di sepanjang pantai, terbentuk karena proses
penghancuran oleh cuaca, air permukaan dan gelombang terhadap batuan
asal yang mengandung mineral besi seperti magnetit, ilmenit, oksida besi,
kemudian terakumulasi serta tercuci oleh gelombang air laut (Pusat Sumber
Daya Geologi, 2005).
Menurut Tim Puslitbang Tekmira 2004, penambangan ialah
kegiatan untuk menghasilkan bahan galian yang dilakukan baik secara
manual maupun mekanis yang meliputi pemberian, pemuatan,
pengangkutan, penimbunan (stock filling) dan reklamasi. Salah satu
penambangan yang menjadi sumber pendapatan negara adalah
penambangan pasir. Penambangan pasir termasuk ke dalam penambangan
terbuka. Penambangan terbuka adalah usaha penambangan dan penggalian
bahan galian yang kegiatannya dilakukan langsung berhubungan dengan
udara terbuka. Bahan galian pasir dimanfaatkan untuk berbagai keperluan
bahan bangunan, seperti untuk bahan pemasangan batu atau bata, plesteran
dan sebagainya (Tim Puslitbang Tekmira 2004).

You might also like