You are on page 1of 22

Smart Grid Overview

Smart grid pertama kali diperkenalkan pada tahun 2003 pascagangguan total (black
out) di United States of America (USA) bagian Timurlaut (Northeast) dan disusul
antara lain inisiasi di Eropa pada tahun 2006 oleh European Technology Platform for
Smart Grid yang didukung Komisi Eropa (European Commission). Konsep smart grid
terlahir karena munculnya persoalan-persoalan antara lain ketimpangan pemenuhan
infrastruktur grid terhadap kecepatan pertumbuhan kebutuhan energi listrik,
keterbatasan sumber energi konvensional, masalah lingkungan hidup, dan
kompleksitas jaringan listrik.

Istilah smart grid ditemukan pada catatan resmi US code, Acts of Congress. US Code
2007 menyatakan dukungan terhadap modernisasi sistem transmisi dan distribusi untuk
menjaga keandalan dan keamanan infrastruktur kelistrikan yang mampu memenuhi
pertumbuhan kebutuhan tenaga listrik dan mencapai aspek-aspek smart grid dengan
karakteristik berikut:
1. Penggunaan yang meningkat informasi digital dan teknologi kendali untuk
memperbaiki keandalan, keamanan, dan efisiensi jaringan listrik.
2. Optimisasi dinamis operasi grid dan sumber-sumber dengan keamanan penuh
cyber.
3. Deployment dan integrasi sumber-sumber dan pembangkitan, termasuk sumber
energi terbarukan.
4. Pengembangan dan inkorporasi demand response, sumber-sumber sisi konsumen
(demand-side resources), dan efisiensi sumber-sumber energi.
5. Deployment teknologi smart (real time, automated, interactive yang
mengoptimasi operasi fisik peralatan dan perlengkapan konsumen) untuk
pengukuran, komunikasi operasi dan status grid, dan otomasi distribusi.
6. Integrasi peralatan smart dan perlengkapan konsumen.
7. Deployment dan integrasi penyimpanan tenaga listrik maju (advanced electricity
storage) dan teknologi pemangkas bebab puncak, termasuk kendaraan listrik dan
37
kendaraan hybrid plug-in, dan pengaturan suhu berbasis penyimpanan panas
(thermal-storage air conditioning).
8. Persyaratan ke konsumen terkait informasi rutin dan pilihan-pilihan kendali.
9. Pengembangan standar untuk komunikasi dan operasi antar peralatan dan
perlengkapan yang tersambung ke grid, termasuk infrastruktur pendukung grid.
10. Identifikasi dan penekanan hambatan yang tak beralasan dan tak pelu untuk
mengadopsi teknologi, praktik, dan pelayanan smart grid.

Smart grid mengaplikasikan produk dan pelayanan-pelayanan inovatif meliputi fungsi-


fungsi pemantauan, kendali, komunikasi, dan penyembuhan sendiri (self healing)
secara pintar (intelligent) dalam hal untuk:
1. Memfasilitasi koneksi dan operasi generator dari seluruh ukuran dan teknologi
dengan lebih baik.
2. Mengijinkan konsumen mengambil bagian dalam optimisasi operasi sistem.
3. Menyediakan lebih banyak informasi dan pilihan pasokan kepada pelanggan.
4. Menekan secara signifikan dampak lingkungan keseluruhan sistem pasokan
listrik.
5. Menjaga bahkan memperbaiki tingkat keandalan, kualitas, dan keamanan
pasokan eksisting.
6. Menjaga dan memperbaiki efisiensi pelayanan eksisting.
(Bush, 2014).

Terdapat berbagai ragam definisi smart grid. Redefinisi smart grid dapat dinyatakan
sebagai suatu sistem yang mengakomodasi berbagai kebijakan, kepentingan, teknologi,
untuk memperbaiki kualitas lingkungan, memberi penekanan kepada nilai listrik,
memperbaiki kualitas kehidupan atau lebih spesifik lagi untuk meningkatkan efisiensi,
keandalan, keamanan, kualitas pasokan, kualitas lingkungan, keefektifan biaya (cost
effective), dan keterlibatan konsumen antara lain melalui penerapan advanced metering
infrastructure (AMI), otomasi distribusi (distribution automation), pembangkitan
tersebar (distributed generation), otomasi gardu induk (substation automation), sistem

38
transmisi AC fleksibel (flexible AC transmission systems), dan demand response (DR).

III.1 Advanced Metering Infrastructure


Advanced Metering Infrastructure (AMI) dalam smart grid berguna untuk mendukung
penerapan demand response (DR). Sistem AMI tersusun oleh meter smart (smart
meter), modul komunikasi (communication module), konsentrator data (data
concentrator (DC)), dan sistem manajemen data meter (meter data management system
(MDMS)). Pada level konsumen, data konsumsi energi dikomunikasikan baik ke
pengguna dan utility oleh smart meter. Diagram sistem AMI ditunjukkan oleh Gambar
3.1.

Smart meter mempunyai kemampuan mentransmisikan data yang dihimpun melalui


media yang berbeda. Data pengukuran diterima oleh DC dan dikirim ke MDMS.
MDMS mengatur data storage dan menganalisa data konsumsi untuk menyediakan
informasi dalam bentuk yang berguna ke penyedia layanan (service provider).
Informasi pengukuran secara rinci dan dari waktu ke waktu memampukan penyedia
layanan mendukung fungsi deteksi gangguan, memberikan perhatian defisiensi
(deficiencies) grid, memperbaiki manajemen utility asset, dan memperbaiki
manajemen pemeliharaan asset lebih baik.

Smart meter juga dapat berkomunikasi dengan in-home displays (IHDs) melalui home
area network (HAN) untuk membuat konsumen lebih perhatian (aware) atas
penggunaan energinya. Informasi harga rinci dan dari waktu ke waktu dapat juga
disediakan oleh penyedia layanan untuk memampukan pengguna mengatur (modify)
pemanfaatan energinya guna mengurangi biaya dan dampak lingkungan. Gerbang
HAN menyediakan kapasitas kepada penyedia layanan untuk berhubungan dengan
peralatan-peralatan rumah di sisi konsumen. Sistem AMI menyediakan fungsionalitas
tambahan dan fasilitas lebih luas dari keuntungan-keuntungan DR. Sebagai contoh,
penyedia layanan dapat menghidup-matikan daya beberapa beban secara jarak jauh
untuk mengoptimumkan penggunaan energi (Sato dkk, 2015).

39
TV Fire Alarm

Washing Machine

Energy Management Washer & Dryer


Data Concentrator Communication Module
System (EMS)

Robot Vacum
Meter Data
Smart Meter
Management System
(MDMS) Air Conditioner Water Heater

Communication Module
Smart Home & Building
AMI System Automation System

Utility System
(Service Provider)

Gambar 3.1 Diagram sistem AMI (Sato dkk, 2015).

III.2 Demand Response


DR adalah fitur penting smart grid, yang terhubung dekat dengan sistem smart grid
lain seperti AMI, sistem smart otomasi rumah dan gedung (smart home and building
automation systems), pembangkitan terdistribusi (distributed generation), dan
penyimpan listrik (electric storage). DR melingkupi program-program direct load
control (DLC) yang diimplementasikan oleh perusahaan-perusahaan listrik untuk
mengendalikan beban guna menyeimbangkan pasokan dan kebutuhan (supply and
demand). DLC membawa banyak keuntungan diantaranya menggeser beban puncak,
menurunkan biaya listrik, dan mengeliminasi kebutuhan biaya modal yang besar. Akan
tetapi, ia memiliki pengaruh yang terbatas pada kendali individual karena privasi
konsumen. Sebagai perbandingan, program-program indirect load-control
menyediakan kemampuan mengatur kebutuhan beban kepada konsumen menaggapi
kondisi pasokan, antara lain harga listrik. Dalam DLC yang diterapkan perusahaan-
perusahaan listrik, operasi peralatan-peralatan rumah tangga dikendalikan secara jarak

40
jauh oleh perusaahaan listrik atau aggregator dan menanggapi secara pasif ke sinyal
kontrol. Sementara pada program-program indirect load-control yang diterapkan oleh
konsumen, operasi peralatan-peralatan rumah tangga tidak dikendalikan secara
langsung oleh perusahaan listrik. Sebagai gantinya, keputusan operasi dibuat
konsumen sendiri dan biasanya berdasarkan pada pertimbangan biaya, yaitu untuk
mengurangi biaya listrik dengan cara mematikan beberapa peralatan listrik manakala
harga listrik tinggi. Jadi, DR dapat menurunkan secara signifikan beban puncak,
sehingga mengurangi biaya keseluruhan pusat listrik dan biaya modal yang diperlukan.

AMI System TV Fire Alarm

Washing Machine

Demand Response (DR) Energy Management Washer & Dryer


Utility System

System System (EMS)

Robot Vacum
Electric Storage
System Air Conditioner Water Heater

DER System
Smart Home & Building
Automation System

Gambar 3.2 Diagram sistem DR dan sistem-sistem yang berhubungan (Sato dkk,
2015).

DR dapat dilakukan dalam 2 aspek:


o DR cepat: kebutuhan energi perlu diseimbangkan secara real time atau mendekati
real time, contoh peralatan penstabilan frekuensi memerlukan waktu tanggap
beberapa detik.
o DR lambat: tanggapan lambat misalnya hari berikutnya, yaitu sinyal dikirim jauh
sebelum kejadian-kejadian disampaikan dan waktu tanggapnya beberapa hari.
Perbandingan DR cepat dan DR lambar, DR cepat memerlukan komunikasi seamless
antara peralatan-peralatan konsumen dengan grid, aktivitas-aktivitas kendali beban

41
otomatis sepenuhnya, dan sinyal-sinyal konsisten untuk DR. Gambar 3.2 menunjukkan
sistem-sistem yang berhubungan dengan sistem DR (Sato dkk, 2015).

III.3 Distribution Automation


Satu dari aspek-aspek terpenting DA adalah proteksi dan switching. Sistem proteksi
harus dapat mendeteksi dengan benar dan mengisolasi gangguan dalam topologi grid
dan menentukan komponen distribusi mana yang memiliki konektivitas dan kapasitas
untuk memasok konsumen-konsumen yang dilepaskan karena isolasi gangguan. Proses
pendeteksian, isolasi, dan akhirnya percobaan pemulihan daya adalah sasaran fault
detection isolation and restorations (FDIR).

FDIR dapat dijelaskan melalui Gambar 3.3.a dan Gambar 3.3.b. SS adalah notasi untuk
gardu induk (substation), R mengidentifikasikan penutupbalik (recloser), dan F
mengidentifikasikan penyulang (feeder). Ganggua dapat terjadi di mana saja. Bila
terjadi gangguan permanen sehingga menyebabkan penutup balik membuka tetap (lock
out). Pada kondisi tersebut sebuah bit informasi dikirimkan ke penutupbalik-
penutupbalik di sebelahnya. Pengindera arus lebih menginisiasi peralatan
(penutupbalik) di sisi atasnya kemudian normaly open tie switch ditutup untuk
memulihkan pasokan ke segmen yang tidak terganggu.

Urut-urutan untuk Gambar 3.3.b adalah saat terjadi gangguan di antara R2-R3,
mengirimkan pesan keR2 mengindera arus tidak normal dan melakukan tindakan buka-
tutup. Setelah setelan dilampaui dan gangguan tetap dirasakan maka penutup membuka
permanen. Sectionalizer pada segmen R2-R3 juga akan membuka sehingga
memastikan segmen R2-R3 tanpa tegangan (daya). Kemudian R2 mengirimkan pesan
ke R1 dan R3 yang mengindikasikan ia telah terbuka. Sebelumnya, sensor pada R1 dan
R2 merasakan adanya gangguan. Ketika R3 menerima pesan yang dikirimkan, ia trip
karena ia tidak merasakan adanya gangguan; ketika R3 membuka, segmen terganggu
terisolasi sepenuhnya. Selanjutnya, R3 mengirimkan sebuah pesan ke sisi hulu ke R4,
yang mana R4 adalah normally open. Ketika R4 menerima pesan dari R3 yang

42
mengindikasikan telah terjadi gangguan sebagaimana di atas R4 menutup untuk
memulihkan daya pada segmen R3-R4.

Ilustrasi di atas menunjukkan algoritma self healing pada distribution automation


system sehingga menmantu memperbaiki momentary average interruption event
frequency index (MAIFI) yang mana waktu restorasi adalah mulai R2 membuka tetap
(lock out) sampai dengan normaly open tie switch R4 menutup (Bush, 2014).

F1 F2

SS1 R1 R2 R3

Normally open F3

SS2 R6 R5 R4

F5 F4

(a)

F1 F2

SS1 R1 R2 R3

Normally open F3

SS2 R6 R5 R4

F5 F4

(b)

Gambar 3.3. (a) Topologi koneksi beberapa penyulang untuk mendukung self healing
(FDIR), dan (b) Gangguan pada ruas R2-R3 (Bush, 2014).
43
III.4 Flexible Alternating Current Transmission System
Daya aktif dan daya reaktif yang ditransportasi melalui saluran transmisi masing-
masing dapat dinyatakan oleh persamaan (3-1) dan (3-2).
Us Ur
P sin( ) (3-1)
XL
2
U U U
P  s  s r cos( ) (3-2)
XL XL

Yang mana U s , U r ,  , dan X L masing-masing adalah tegangan ujung sisi kirim,


tegangan ujung sisi terima, sudut antara ke dua tegangan tersebut, dan impedansi
saluran. Sesuai dengan persamaan (3-1) dan (3-2), terdapat beberapa cara untuk
mengendalikan baik daya aktif maupun reaktif melalui saluran. Antara lain dengan cara
pengaturan tegangan kirim dan terima, sudut antara kedua tegangan, atau impedansi
saluran transmisi.

Teknik-teknik yang digunakan untuk pengendalian daya aktif dan daya reaktif secara
luas dapat dikategorikan ke dalam switching mekanis, switching kendali thyristor, dan
switching cepat melalui konverter daya. Switching mekanis meliputi aktivitas-aktivitas
pengaturan sadapan (tap) trafo. Cara ini relatif lambat, orde beberapa detik. Switching
kendali thyristor , dapat menyaklar lebih cepat yaitu dalam orde beberapa siklus
frekuensi daya. Sedangkan switching cepat melalui konverter daya misalnya
menggunakan insulated-gate bipolar transistor (IGBT), memungkinkan mendekati
seketika (instantaneous) atau dalam orde lebih kecil daripada 1 siklus frekuensi daya.

Pengaturan sudut  dapat dilakukan dengan cukup sederhana yaitu dengan


menyisipkan sebuah tegangan seri dalam quadrature, 90o , terhadap salah satu tegangan
ujung tensmisi. Impedansi dapat dikendalikan dengan menambahkan kapasitor dalam
seri saluran transmisi. Melalui perubahan kapasitansi, impedansi saluran berubah.
Untuk melakukannya dapat digunakan cara thyristor switched dan kompensasi seri

44
thyristor controlled. Cara thyristor switched adalah menyala-hidupkan kapasitor-
kapasitor dalam seri dengan saluran transmisi. Cara kompensasi seri thyristor
controlled memungkinkan kendali secara kontinyu besar kapasitansi saluran oleh sebab
itu kendali impedansi saluran lebih baik sehingga pada gilirannya kendali aliran daya
pada saluran menjadi lebih baik.

Karena tegangan saluran dirancang dan diatur (regulated) tetap pada nilai tertentu
maka cara pengaturan variasi amplituda tegangan-tegangan ujung saluran secara umum
bukan opsi yang dipilih (Bush, 2014).

III.5 Pembangkitan Terdistribusi


Terdapat sembilan dimensi definisi pembangkitan tersebar (distributed generation
(DG)) yaitu meliputi: tujuan (purpose), lokasi, daya pengenal (power rating), area
pelayanan (power-delivery), teknologi, dampak lingkungan, moda operasi,
kepemilikan, dan penetrasi DG. Namun akhirnya, DG didefinisikan sebagai sumber
daya aktif yang tersambung secara langsung baik pada sisi konsumen (customer
premises) atau sistem distribusi.

Istilah pembangkitan terdistribusi mengacu kepada pembangkit kecil yang biasanya


tersambung ke jaringan distribusi. Pembangkit kecil tidak tersambung ke sistem
transmisi dengan pertimbangan untuk mencapai cost effective, karena membutuhkan
investasi gardu induk dan trafo sehingga biaya investasi menjadi sangat tinggi apabila
disambungkan ke sistem transmisi. Karena pembangkitan terdistribusi tersambung ke
jaringan distribusi maka keberadaannya akan mempengaruhi aliran daya di jaringan
distribusisehinggamerubah tradisi aliran daya satu arah, dari sisi tegangan lebih tinggi
ke tegangan rendah, menjadi dua arah, dari sisi tegangan rendah ke tegangan lebih
tinggi dan sebaliknya (Freris, 2008). Hal-hal yang perlu mendapat perhatian sebagai
konsekuensi dari keberadaan pembangkit terdistribusi pada jaringan distribusi, antara
lain: (a) Point of common coupling (PCC); (b) Tegangan sambung; (c) Penaikan
tegangan steadystate; (d) Batas termal; (e) Islanding, dan (f) Harmonics.

45
A. Point of common coupling

Point of common coupling (PCC) secara sederhana didefinisikan sebagai titik dimana
pembangkit disambungkan ke jaringan publik. Prinsip penyambungan pembangkit ke
suatu sistem tenaga adalah keberadaanya tidak boleh mengganggu kualitas listrik yang
diterima konsumen pada jaringan terkait karena apa yang dikirim pembangkit
terdistribusi akan langsung mempengaruhi PCC. Ini dapat dijelaskan oleh Gambar 3.4.
Dengan demikian perlu dicermati dalam mengidentifikasi atau menentukan dimana
pembangkit terdistribusi akan disambungkan.

150 kV 20 kV PCC

Trafo
Distribusi

400 V Pembangkit
Terdistribusi

Gambar 3.4 Contoh pembangkit terdistribusi (Freris, 2008).

B. Tegangan Sambung

Level arus hubung singkat pada PCC sebagai ukuran kekuatan jaringan adalah
parameter penting dalam perancangan bukan hanya berguna pada kondisi operasi
normal tetapi terutama untuk memprediksi pada kondisi tegangan naik. Level arus
hubung singkat pada PCC sangat berguna dalam penentuan kapasitas sistem
pembangkit terdistribusi yang akan disambungkan. Level arus hubung singkat rendah
berimplikasi tingginya impedansi jaringan sumber, dan mempengaruhi drop tegangan
pada PCC akibat ekstraksi atau injeksi daya aktif atau reaktif. Tabel 3.1 adalah
pedoman kasar kapasitas maksimum pembangkit yang boleh disambung ke lokasi
dalam jaringan.

46
Tabel 3.1 Prinsip perancangan (Freris, 2008)

Kapasitas maksimum
Lokasi dalam jaringan
pembangkit

Saluran tegangan rendah (400V) 50kVA


Rel 400V gardu distribusi 200-250kVA
Saluran tegangan menengah 11kV atau 2-3MVA
11,5kV
Busbar 11kV atau 11,5kV di gardu induk 8MVA
Saluran atau busbar 15kV atau 20kV 6,5-10MVA
Saluran 63kV atau 90kV 10-40MVA

C. Penaikan Tegangan steadystate

Penyambungan pembangkit terdistribusi biasanya mempunyai dampak penaikan


tegangan pada PCC yang akan mengakibatkan tegangan lebih di konsumen-konsumen
dekat PCC. Untuk memperkirakan penaikan tegangan akibat penyambungan
pembangkit terdistribusi dapat diperoleh melalui analisa rangkaian pengganti yang
disederhanakan sebagaimana ditunjukkan oleh Gambar 3.5. Jaringan utama sampai
dengan PCC direpresentasikan sebagai ekivalen Thevenin dengan impedansi Thevenin
Z th yang diperkirakan dari level arus hubung singkat dan X / R pada PCC.Magnituda

Z th diperoleh dari Zth  V 2 / Sk yang mana V adalah tegangan nominal fasa-fasa.

Ratio X / R kemudian digunakan untuk menemukan resistansi dan impedansi dari


Zth  R  jX .

Penaikan tegangan V kemudian diperoleh menggunakan persamaan (3-3). Yang


mana P dan Q positif jika daya aktif dan reaktif mempunyai arah sebagaimana

47
ditunjukkandalam Gambar 3.5. Penaikan tegangan dapat dimitigasi melalui ekstraksi
daya reaktif di PCC.

V  ( PR  QX ) / V (3-3)

Zth

Vth Vpcc P+jQ

Ekivalen Thevenin Pembangkit terdistribusi


jaringan eksisting

Gambar 3.5 Rangkaian ekivalen untuk memperkirakan kenaikan tegangan (Freris,


2008).

D. Batas Termal

Daya yang diinjeksikan pembangkit terdistribusi akan merubah pola aliran daya
eksisting, yaitu aliran daya pada masing-masing komponen boleh jadi akan naik, turun,
atau bahkan berubah arah. Aliran daya adalah berkaitan dengan aliran arus sehingga
dapat menyebabkan resiko panas pada saluran, kabel, dan trafo. Masing-masing
komponen mempunyai batas termal yang menentukan batas arus yang dapat
dilewatkan. Dengan demikian rencana penyambungan pembangkit terdistribusi perlu
dievaluasi kembali kekuatan hantar arus saluran dan kabel serta batas termal trafo dan
peralatan-peralatan terkait. Sehingga saluran, kabel, trafo, dan peralatan-peralatan

48
dapat mengakomodasi keberadaan pembangkit terdistribusi pada kondisi-kondisi yang
akan terjadi.

E. Islanding

Pembangkit terdistribusi dikatakan islanded jika tetap beroperasi menyuplai beban


walaupun lepas dari jaringan utama. Jika pembangkit terdistribusi tidak dirancang
untuk beroperasi baik secara grid-connected maupun standalone maka harus dipastikan
ia mampu shuting down segera setelah koneksigrid lepas atau grid tidak bertegangan,
karena sangat berbahaya kalau hal ini tidak dilakukan antara lain (Freris, 2008):

 Berpotensi mengakibatkan bahaya tegangan yang dapat mencelakai personil


apabila sistem pentanahan island tidak sempurna.
 Sistem yang dilepaskan dari jaringan utama tetapi pada kenyataannya tetap
bertegangan sangat berisiko karena juga mengakibatkan bahaya tegangan.
 Tegangan dan frekuensi kemungkinan sangat menurun darirange normal
sehingga dapat merusak peralatan-peralatan yang tersambung ke island.
 Frekuensi island akan cepat menurun dari jaringan utama dan jika island dan
jaringan utama dikoneksikan kembali setelah jaringan utama bertegangan pada
kondisi seperti ini sangat berpotensi merusak peralatan.
 Level arus hubung singkat island akan turun, sehingga apabila terjadi gangguan
lebih lanjut pada island kemungkinan besar arus hubung singkat yang terjadi
sangat kecil sehingga tidak mampu menggerakkan rele proteksi, seperti pemutus
tenaga dan fuse.

Varietas DG sangat beragam. DG dapat dibedakan berdasarkan teknologi bahan bakar,


teknologi energi terbarukannya, dan teknologi penyimpanan energinya. Menurut
teknologi bahan bakar antara lain meliputi kelompok mesin bakar, turbin mikro
(microturbines), dan fuel cell. Menurut teknologi energi terbarukan dapat
dikelompokkan dalam turbin angin (wind turbines), cell surya (solar cells), dan

49
pembangkit hidro kecil (small hydro plants). Sedangkan menurut teknologi energi
penyimpanan dikelompokkan sistem penyimpanan energi magnetik superkonduktor
(superconducting magnetic energy storage system), bank kapasitor skala besar (large
capacitor banks), sistem penyimpanan udara tekan (storage systems for compressed
air), dan pembangkit daya penyimpanan pompa hidrolik (hydraulic pump storage
power plant).

III.5.1 Perbandingan Teknologi DG


Tabel 3.2 ditunjukkan perbandingan teknologi DG untuk DG-DG yang sudah banyak
diaplikasikan, diantaranya turbin gas microturbine, fuel cell, turbin angin, dan cell
surya.

Tabel 3.2 Perbandingan umum teknologi DG (Gharehpetian dkk, 2017)

Teknologi Turbin gas Microturbine Fuel cell Turbin Cell surya


angin
Daya 15kW-30MW 25kW-500kW 1kW-20MW 300kW-5MW 300kW-2MW

Efisiensi listrik
25-30 20-30 30-60
(%)
20-40 5-15
Efisiensi total 80-90 80-85 80-90
(%)
Biaya instalasi
400-1200 1200-1700 1000-5000 1000-5000 6000-10.000
($/kW)

O & M ($/kW) 3-8 5-10 5-10 1-4 10

Gas alam, Gas alam,


Jenis bahan Gas alam,
biogas, propane, biogas, Angin Sinar surya
bakar biogas, propane
diesel, hidrogen propane

Emisi CO2
580-680 720 430-490 0 0
(kg/MWh)
Emisi NOx
0,3-0,5 0,1 0,005-0,01 0 0
(kg/MWh)

Catatan, informasi yang ditampilkan pada Tabel 3.2 adalah pada status teknologi saat
itu dengan demikian perkembangan teknologi di kemudian hari bisa mempengaruhi
informasi tersebut.

50
III.5.1 Teknologi DG Energi Terbarukan
Pada pasal ini dibahas secara sepintas DG teknologi energi terbarukan yaitu ladang
angin (wind farm), dan pembangkit hidro kecil.

A. Ladang Angin
Perkembangan ukuran turbin angin dalam kurun 30 tahun ditunjukkan oleh Tabel 3.3.
Pada tabel tersebut dapat dilihat relasi proporsional antara kapasitas turbin angi dengan
ketinggian dan diameter rotornya.

Tabel 3.3 Ukuran dan kapasitas turbin angin (Gharehpetian dkk, 2017)
Tahun 1980 1985 1990 1995 2000 2005 2010 2012 2015

Daya 50kW 0,1MW 0,5MW 0,8MW 2MW 3MW 7,5MW 10MW 20MW
Diameter 15m 20m 40m 50m 80m 124m 126m 145m
rotor Harapan
Ketinggian 24m 43m 54m 80m 104m 114m 138m 168m

Turbin angin dapat diklasifikasikan menurut tipe instalasi sumbunya yaitu sumbu
horizontal, dan sumbu vertikal. Gambar 3.6 menunjukkan kedua tipe tersebut.

(a) (b)

Gambar 3.6 Turbin angin: (a) tipe sumbu horizontal, dan (b) tipe sumbu vertikal.

51
Berdasarkan kecepatan operasi, turbin angin dapat dibedakan menjadi turbin angin
kecepatan tetap dan turbin angin kecepatan variabel. Turbin angin kecepatan tetap
dapat menghasilkan daya hanya pada julat sangat terbatas yaitu sama dengan ± 1%
dari rating kecepatan anginnya. Sehingga setiap ada perubahan kecepatan angin akan
menyebabkan fluktuasi daya keluaran. Jenis generator yang cocok untuk tipe turbin
angin ini adalah generator induksi sangkar bajing (squirrel cage induction generators).
Diagram garis sederhana turbin angin kecepatan tetap ditunjukkan oleh Gambar 3.7.

The grid
Coupling
SCIG transformer
Stator

Rotor

Capacitor bank

Gambar 3.7 Diagram garis turbin angin kecepatan tetap.

Keungulan turbin angin tipe kecepatan tetap adalah murah, konstruksi sederhana, dan
mudah pemeliharaannya. Sedangkan kekurangannya adalah daya keluaran
berfluktuasi, stress mekanik tinggi, dan efisiensi konversi energi rendah. Tipe turbin
ini menyerap daya reaktif jumlah besar pada proses eksitasi oleh sebab itu perlu
ditambahkan bank kapasitor sebagai kompensasi daya reaktif.

Sementara turbin angin kecepatan variabel dapat beroperasi pada julat kecepatan angin
lebar dengan efisiensi konversi daya maksimum. Keunggulan turbin tipe ini efisiensi
tinggi, kualitas daya (power quality) baik, dan stress mekanik rendah. Kekurangannya

52
kontruksinya rumit, dan mahal. Kecepatan rotor generator induksi selalu diatur untuk
menjaga daya pada ratingnya bahkan pada saat kecepatan angin berubah tinggi.
Pengaturan kecepatan rotor dilakukan melalui pengaturan arus rotor dalam hal ini
mengatur karakteristik torka-kecepatan. Pengaturan arus rotor dilakukan melalui
sistem konverter daya.

Dari sudut pandang sistem konverter daya, turbin angin kecepatan variabel dapat
dibedakan menurut sistem konverter yang digunakan yaitu:
o Generator indusksi rotor belitan dengan resistansi kecepatan variabel (wound
rotor induction generator (WRIG)(Gambar 3.8).
o Generator indusksi doubly fed (doubly fed induction generator (DFIG))(Gambar
3.9).
o Turbin angin kecepatan variabel dengan konverter daya penuh (full power
converter)(Gambar 3.10).

The grid
Coupling
WRIG transformer
Stator

Soft
Rotor
starter

Capacitor bank
Power
converter

Gambar 3.8 DFIG dengan konverter rotor.

Pada generator tipe WRIG konverter daya digunakan untuk mengatur resistansi rotor
dan oleh karenanya mengatur arus rotor dan karakteristik torka-kecepatan. Perbedaan
utama DFIG dengan WRIG koneksi antara rotor dan interkoneksi grid. Dalam hal ini
turbin angin dihubungkan dengan grid melalui trafo tiga belitan yang mana stator
53
dihubungkan dengan grid melalui trafo 2 belitan dan belitan ke-3 digunakan untuk
menghubungkan rotor dengan grid melalui konverter AC/DC/AC. Teknologi turbin
angin kecepatan variabel dengan konverter daya penuh dapat digunakan SCIG, DFIG,
dan generator sinkron (sinchronous generator (SG)). Pada tipe ini tidak ada koneksi
antara generator dan grid. Keunggulan tipe ini memberikan kualitas daya baik yang
mana daya keluaran ditransfer ke grid sepenuhnya melalui sistem konverter.
Keunggulan utama penggunaan SG pada turbin angin kecepatan variabel dengan
konverter daya penuh adalah kebebasan mau menggunakan gear box atau tidak.

Komponen-komponen turbin angin antara lain adalah (i) rotor, (ii) pitch dan controller,
(iii) gear box, (iv) sistem pengereman, (v) generator turbin angin, (vi) anemometer dan
baling-baling, (vii) yaw system, dan (viii) menara.

Rotor
Rotor turbin angin terdiri dari dua bagian, yaitu sebuah hub dan bilah (baling-baling).
Hub menghubungkan bilah dengan bagian yang lain, sedangkan bilah digunakan untuk
mengkoversi energi kinetik angin ke gerakan rotasi. Gerakan putar bilah dihasilkan dari
perbedaan tekanan udara antara permukaan atas dan bawah bilah. Perbedaan dalam
tekanan sebagai akibat dari kecepatan udara di atas bilah menjadi lebih besar daripada
kecepatan udara bawah permukaan bilah. Dengan mengontrol sudut rotor turbin angin
dapat diatur.

Pitch and Controller


Pitch adalah bagian yang berputar dari bilah dan fungsinya serupa dengan bagian dari
sayap pesawat. Pitch dapat mengatur atau mengubah sudut  untuk menaikkan atau
menurunkan kecepatan turbin anginmengikuti kondisi kecepatan angin. Ketika
kecepatan angin lebih lambat atau lebih cepat daripada ratingnya pitch diatur untuk
menjaga sudut  pada nilai optimal yang dapat menangkap daya maksimum angin.

54
The grid
Coupling
transformer
Stator

Rotor Grid
Rotor side side
converter converter

Gambar 3.9 Turbin kecepatan variabel dengan konverter daya penuh.

Gear Box
Fungsi dasar gear box adalah mengkonversi kecepatan rendah rotor turbin angin (pada
sumbu kecepatan rendah), yang sesuai dengan operasi generator. Ratio antara
kecepatan rotor turbin dan kecepatan rotor generator disebut ratio gear box, Gr , dan

dinyatakan dengan persamaan (3-4). Yang mana T adalah kecepatan rotor turbin,  g

adalah kecepatan generator, s adalah slip generator dan biasanya 1% untuk IG dan nol
untuk SG, f adalah frekuensi (50 Hz atau 60 Hz), dan PT adalah jumlah pasang

kutub, biasanya 4 atau 6,. Biasanya gear box memiliki beberapa Gr untuk
meningkatkan konversi daya.
g (1  s)120 f
Gr   (3-4)
T P T

Sistem Pengereman
Sistem pengereman digunakan untuk mendukung kondisi pengereman ketika
diperlukan untuk memperlambat atau menghentikan turbin angin pada saat kecepatan
angin tinggi atau untuk keperluan pemeliharaan. Sistem pengereman biasanya dipasang
pada sumbu kecepatan rendah untuk menghindari torka pengereman yang tinggi.

55
Generator Turbin Angin
Generator Turbin Angin digunakan untuk mengkonversi gerakan putaran ke energi
listrik. Saat ini generator sinkron magnet permanen (magnet synchronous generator
(PMSG)) telah masuk ke pasar energi angin dengan dukungan konverter daya. DFIG
dan PMSG adalah tipe yang lebih favorit di pasar energi angin daripada SCIG, tetapi
SCIG sangat lebih murah dibandingkan DFIG dan PMSG.

Menara
Pada Tabel 3.3 dapat dilihat bahwa daya yang dihasilkan turbin angin proporsional
dengan ketinggian menara. Hal ini dikarenakan dalam kenyataannya kecepatan angin
bertambah dengan peningkatan ketinggian dari permukaan tanah. Hubungan antara
ketinggian dan kecepatan angin diberikan oleh persamaan (3-5).
h a
vh  v0 ( ) (3-5)
h0

Yang mana vh adalah kecepatan angin pada ketinggian h , v0 adalah kecepatan rata-

rata pada h0 , biasanya sama dengan 10m, dan  adalah koefisiaen friksi atau
eksponensial Hellman. Koefisien ini bergantung pada topografi pada lokasi tertentu
dan ia dapat diambil sebagai 1/7 (=0,143) untuk tanah terbuka. Perlu diketahui 
bervariasi dari satu tempat ke tempat lain dengan kisaran 0,143 pada siang hari ke 0,5
pada malam hari.

Sedangkan daya yang dapat ditangkap oleh turbin angin mengikuti persamaan (3-6).
1
P  r 2v3C p (3-6)
2

Yang mana C p (koefisien daya) secara teori sama dengan 0,59 tetapi dalam

kenyataannya bervariasi antara 0,2 ke 0,5,  densitas udara, dan v kecepatan angin.

56
B Pembangkit Hidro
Pembangkitan daya hidro dikategorikan sebagai barikut:
o Impoundment: sistem daya hidro yang mana air disimpan pada reservoir
menggunakan dam. Pembangkitan tenaga listrik dilakukan dengan
memanfaatkan air yang disimpan dalam dam tersebut.
o Diversion: sistem daya hidro yang tidak memerlukan dam dan menggunakan
fasilitas diversi bagian dari sungai.
o Run-of-river: sistem daya hidro yang memerlukan sedikit persyaratan, dengan
cara memanfaatkan aliran air dalam pembangkitan listriknya.

Konversi tekanan air ke daya mekanik adalah operasi dasar dari sistem daya hidro skala
kecil (small hydro power system (SHPs)) yang kemudian digunakan untuk memutar
generator listrik. Secara umum data hidraulik bruto adalah sesuai persamaan (3-7).

P0   gQH (3-7)

E0  P   gQH t (3-8)

Yang mana P0 (kW) dan E0 (kW) pada interval t masing-masing adalah daya dan

energi hidraulik bruto. Ketinggian dan debit air masing–masing H (m) dan Q (m3 /s).
 (kg/m3) dan g (m/s2) masing-masing adalah densitas air dan percepatan gravitasi.

Powerout
 (3-9)
Powerin
PR
h  (3-10)
PW
PS
m  (3-11)
PR

  hm (3-12)

57
Efisiensi didefinisikan sebagai perbandingan daya keluar dengan daya masuk
dinyatakan oleh persamaan (3-9). Efisiensi hidraulik dinyatkan oleh persamaa (3-10),
efisiensi mekanik dinyatkan oleh persamaan (3-11). Sehingga efisiensi total dinyatakan
oleh persamaan (3-12). Yang mana PR , PW , dan PS masing-masing adalah daya runner,

daya air, dan daya sumbu. Sedangkan  h ,  m , dan  masing-masing adalah efisiensi
hidraulik, efisiensi mekanik, dan efisiensi total turbo-generator (Gharehpetian dkk,
2017).

58

You might also like