You are on page 1of 4

Riau (Jawi :‫ )رياو‬adalah sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di bagian tengah

pulau Sumatera. Provinsi ini terletak di bagian tengah pantai timur Pulau Sumatera, yaitu di
sepanjang pesisir Selat Melaka. Hingga tahun 2004, provinsi ini juga meliputi Kepulauan Riau,
sekelompok besar pulau-pulau kecil (pulau-pulau utamanya antara lain Pulau Batam dan Pulau
Bintan) yang terletak di sebelah timur Sumatera dan sebelah selatan Singapura. Kepulauan ini
dimekarkan menjadi provinsi tersendiri pada Juli 2004. Ibu kota dan kota terbesar Riau
adalah Pekanbaru. Kota besar lainnya antara lain Dumai, Selat
Panjang, Bagansiapiapi, Bengkalis, Bangkinang dan Rengat.

Penduduk provinsi Riau terdiri dari bermacam-macam suku bangsa. Suku Melayu merupakan
masyarakat terbesar dengan komposisi 37,74% dari seluruh penduduk Riau. Mereka umumnya
berasal dari daerah pesisir di Rokan Hilir, Dumai, Bengkalis, Kepulauan Meranti, hingga ke
Pelalawan, Siak, Inderagiri Hulu dan Inderagiri Hilir. Suku bangsa lainnya
yaitu Jawa (25,05%), Minangkabau (11,26%), Batak (7,31%), Banjar (3,78%), Tionghoa (3,72%
), dan Bugis (2,27%). Ada juga masyarakat asli Riau bersuku rumpun Minangkabau terutama
yang berasal dari daerah Rokan Hulu, Kampar, Kuantan Singingi, dan sebagian Inderagiri Hulu.
Juga masyarakat Mandailing di Rokan Hulu, yang lebih mengaku sebagai Melayu daripada
sebagai Minangkabau ataupun Batak.[33]

Abad ke-19, masyarakat Banjar dari Kalimantan Selatan dan Bugis dari Sulawesi Selatan, juga
mulai berdatangan ke Riau. Mereka banyak bermukim di Kabupaten Indragiri
Hilir khususnya Tembilahan.[34] Di bukanya perusahaan pertambangan minyak Caltex pada tahun
1940-an di Rumbai, Pekanbaru, mendorong orang-orang dari seluruh Nusantara untuk mengadu
nasib di Riau.
Suku Jawa dan Sunda pada umumnya banyak berada pada kawasan transmigran. Sementara etnis
Minangkabau umumnya menjadi pedagang dan banyak bermukim pada kawasan perkotaan
seperti Pekanbaru, Bangkinang, Duri, dan Dumai. Begitu juga orang Tionghoa pada umumnya
sama dengan etnis Minangkabau yaitu menjadi pedagang dan bermukim khususnya di
Pekanbaru, serta banyak juga terdapat pada kawasan pesisir timur seperti
di Bagansiapiapi, Selatpanjang, Pulau Rupat danBengkalis.

Selain itu di provinsi ini masih terdapat sekumpulan masyarakat asli yang tinggal di pedalaman
dan pinggir sungai, seperti Orang Sakai, Suku Akit, Suku Talang Mamak, dan Suku Laut.

Bahasa[sunting | sunting sumber]

Bahasa pengantar masyarakat provinsi Riau pada umumnya menggunakan Bahasa


Melayu dan Bahasa Indonesia. Bahasa Melayu umumnya digunakan di daerah-daerah pesisir
seperti Rokan Hilir, Bengkalis, Dumai, Pelalawan, Siak, Indragiri Hulu, Indragiri Hilir dan di
sekitar pulau-pulau. Bahasa Minang secara luas juga digunakan oleh penduduk di provinsi ini,
terutama oleh para oleh penduduk asli di daerah Kampar, Kuantan Singingi, dan Rokan Hulu
yang berbudaya serumpun Minang serta para pendatang asal Sumatera Barat. Selain itu Bahasa
Hokkien juga masih banyak digunakan di kalangan masyarakat Tionghoa, terutama yang
bermukim di Pekanbaru,Selatpanjang, Bengkalis, dan Bagansiapiapi[butuh rujukan]. Dalam skala yang
cukup besar juga didapati penutur Bahasa Jawa yang digunakan oleh keturunan para pendatang
asal Jawa yang telah bermukim di Riau sejak masa penjajahan dahulu, serta oleh para
transmigran dari Pulau Jawa pada masa setelah kemerdekaan. Di samping itu juga banyak
penutur Bahasa Batak di kalangan pendatang dari Provinsi Sumatera Utara.[butuh rujukan]

Agama[sunting | sunting sumber]

Dilihat dari komposisi penduduk provinsi Riau yang penuh kemajemukan dengan latar belakang
sosial budaya, bahasa, dan agama yang berbeda, pada dasarnya merupakan aset bagi daerah Riau
sendiri. Agama-agama yang dianut penduduk provinsi ini sangat beragam,
diantaranya Islam, Kristen Protestan, Kristen Katolik, Hindu,Buddha, dan Konghucu.

Berbagai sarana dan prasarana peribadatan bagi masyarakat Riau sudah terdapat di provinsi ini,
seperti Mesjid Agung An-nur (Mesjid Raya di Pekanbaru), Masjid Agung Pasir Pengaraian, dan
Masjid Raya Rengat bagi umat muslim. Bagi umat Katolik/Protestan diantaranya terdapat Gereja
Santa Maria A Fatima, Gereja HKBP di Pekanbaru, GBI Dumai, Gereja Kalam Kudus di
Selatpanjang, Gereja Katolik Santo Petrus dan Paulus di Bagansiapiapi, Gereja Methodist
(Jemaat Wesley) di Bagansiapiapi.[butuh rujukan] Bagi umat Buddha/Tridarma ada Vihara Dharma
Loka dan Vihara Cetia Tri Ratna di Pekanbaru, Vihara Sejahtera Sakti di Selatpanjang, Kelenteng
Ing Hok Kiong, Vihara Buddha Sasana, Vihara Buddha Sakyamuni di Bagansiapiapi. Bagi Umat
Hindu adalah Pura Agung Jagatnatha di Pekanbaru.[butuh rujukan]

Riau mempunyai berbagai jenis pakaian adat seperti :

Pakaian Keseharian
Pakaian keseharian merupakan pakaian yang dikenakan pada saat melaksanakan kegiatan sehari-
hari, baik untuk bermain, berladang, melaut, maupun untuk kegiatan di rumah. Berdasarkan
jenjang usia pemakainya, pakaian keseharian yang digunakan dalam adat riau dapat dibedakan
dalam beberapa tingkatan, yaitu pakaian anak, pakaian dewasa dan pakaian orang tua. Pakaian
untuk anak pria yang masih kecil biasa disebut dengan baju monyet. Setelah beranjak besar, anak
pria mulai mengenakan baju teluk belanga atau (baju cekak musang). Sementara pakaian untuk
anak wanita yang belum dewasa umumnya berupa baju kurung dengan bermotif bunga-bunga
satu corak.

Bagi pria yang sudah dewasa pakaian yang dikenakan berupa baju kurung cekak musang atau
teluk belanga tulang belut, yang dilengkapi dengan sesamping berupa sarung perekat dan kopiah
atau ikat kepala. Sedangkan pakaian yang dikenakan untuk wanita berupa baju kurung labuh,
baju kebaya pendek, dan baju kurung tulang belut. Dalam adat Riau pakaian yang digunakan
oleh pria setengah baya disebut dengan nama baju kurung tulang belut sementara untuk wanita
setengah baya adalah baju Kurung Teluk Belanga, Kebaya Laboh, dan Baju Kebaya Pendek yang
biasa dipakai untuk ke ladang maupun untuk di rumah.

Pakaian Resmi (Formal)


Pakaian resmi adalah baju yang digunakan pada acara pertemuan yang diadakan pihak kerajaan.
Pakaian resmi yang dikenakan bagi pria dalam adat Riau adalah Baju Kurung Cekak Musang
yang terbuat dari kain sutra, kain satin, atau kain berkualitas tinggi yang dilengkapi dengan
kopiah dan kain samping yang terbuat dari bahan pilihan seperti kain songket dan tenun.
Sedangkan pakaian resmi untuk wanita dewasa dalam adat riau adalah Kebaya Laboh dan Baju
Kurung Cekak Musang yang terbuat dari kain songket atau kain pilihan lainnya, seperti Tenun
Siak, Tenun Indragiri, dan Tenun Trengganu.

Pakaian Upacara Adat


Pada zaman dahulu pakaian adat riau hanya dipakai oleh kerajaan dikawasan Bumi Melayu,
untuk upacara penyambutan tamu, upacara penobatan raja, upacara pelantikan mentri, orang
besar kerajaan dan datuk-datuk, upacara menjunjung duli, upacara penerimaan anugerah serta
penerimaan persembahan dari rakyat dan negeri sahabat. Tata cara berpakaian dalam adat riau
dibedakan menjadi beberapa kelompok yaitu pakaian dalam acara pernikahan, pakaian upacara
adat, pakaian melayu sebagai mempelai pengantin, pakaian ulama dan upacara keagamaan.

Pakaian Upacara Pernikahan


Pakaian adat yang digunakan oleh pria Riau dalam upacara pernikahan adalah baju kurung cekak
musang atau baju kurung teluk belanga yang dilengkapi dengan kain samping bermotif serupa
dengan celana dan baju, destar berbentuk mahkota, sepat runcing di bagian depan, dan keris hulu
burung serindit pendek yang diselipkan di sebela kiri. Pakaian pengantin yang dikenakan oleh
pria Melayu Kepulauan atau Pesisir serta orang Melayu Daratan tidaklah berbeda, kecuali untuk
daerah Lima Koto Kampar baju pengantinnya berbentuk baju terusan panjang hingga kebawah
menutup mata kaki yang lazimnya dikenal dengan nama jubah. Sementara Pakaian yang
dikenakan oleh pengantin perempuan memiliki variasi yang beragam tergantung pada kegiatan
yang akan dilaksanakan. Pengantin perempuan dalam upacara Malam Berinai memakai Baju
Kurung Teluk Belanga. Sedangkan pada upacara Barandam memakai Baju Kurung Kebaya atau
Kebaya Pendek. Lain halnya pada upacara Barandam, busana yang dikenakan pengantin wanita
berupa Baju Kurung Kebaya atau Kebaya Pendek. Bagian kepala disusun berbentuk sanggul dan
dihiasi dengan bunga-bunga hidup seperti cempaka, bunga melur dan bunga tanjung.

Pakaian Upacara Keagamaan


Dalam upacara keagamaan adat Riau pakaian yang dikenakan oleh pria tua dan muda adalah
pakaian berbentuk cekak musang atau baju kurung teluk belanga, pakai songkok, kain samping
dari kain pelekat atau kain tenunan. Sistem pemakaian baju dalam adat Riau ini ada dua macam,
yaitu baju dagang dalam dan baju dagang luar.

You might also like